TUGAS AKHIR
PELAKSANAAN PENGAWASAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA
MEDAN PETISAH
DISUSUN OLEH :
NAMA : JULIATI SILAEN NIM : 082600106
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya penulis masih diberi
kesempatan untuk dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan
Mandiri (PKLM) ini dengan baik..
Penyusunan laporan ini merupakan salah satu Tugas akhir dalam
melengkapi persyaratan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III
Administras Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.
Adapun judul Laporan PKLM ini adalah “ PELAKSANAAN
PENGAWASAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN (PPH) ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN PETISAH. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan Laporan PKLM ini masih terdapat banyak
kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan, namun dengan demikian
mudah-mudahan Laporan PKLM ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
penulis.
Dalam melakukan melakukan PKLM maupun dalam menyusun Laporan
ini penulis tiidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan
Untuk itu penulis secara khusus mengucapkan terimah kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan.
3. Kepada Bapak Rianto Julius SE, selaku dosen pembimbing.
4. Bapak Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan riset di kantor
tersebut.
5. Kepada Kepala Sub. Bagian Umum di KPP Pratama Medan Petisah.
6. Kepada bang Mastiko selaku Pelaksana Seksi Pelayanan di KPP Pratama
Medan Petisah yamg memberikan bimbingan dan informasi yang penulis
butuhkan dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini .
7. Teristimewa kepada Ayahanda tercinta J. Silaen dan Ibunda R.
Simanungkalit, yang tidak pernah lelah mengasihi, menyayangi, membimbing
dan mendo’akan anak-anaknya.
8. Teristimewa kepada Abang, Kakak dan Adik ku yang tercinta serta Keluarga
Besar ku, terima kasih atas dukungan dan kasih sayangnya.,
9. Buat sahabat-sahabat sejatiku yang sama-sama berjuang Mimi, Irma, Imah
dan Nama. Yang memberi dukungan selama kuliah, kebersamaan kita yang
tak terlupakan dan akan menjadi kenangan indah dalam mencapai cita-cita.
10. Buat teman-teman ku di kelas C dan Semua teman seperjuangan di D III
Administrasi Perpajakan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima
kasih atas dukungan kalian semua. Moga kita sukses semua. Amin.
Tiada lain terima kasih yang dapat penulis sampaikan atas semua kebaikan
dan bantuan yang diberikan kepada penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan yang diberikan selama ini. Dan
semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi kita semua. Amin.
Medan,……….2011
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... ...i
BAB I...1
A. Latar Belakang PKLM...1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM...4
C. Uraian Teoritis...5
D. Ruang Lingkup PKLM...13
E. Metode PKLM...14
F. Metode Pengumpulan Data...15
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM...16
BAB II...18
A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Petisah...18
B. Tugas dan fungsi KPP Pratama Medan Petisah...18
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah...19
D. Deskripsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah...20
BAB III GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM ...25
A. Pengertian Pajak...25
B. Jenis-jenis Pajak...26
C. Fungsi Pemungutan Pajak...28
D. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi………...29
F. Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan………...39
G. Surat teguran………...41
H. Surat Tagihan Pajak (STP)………...41
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ...43
A. Penyampaian SPT Tahunan………...43
B. Tata Cara Pengelolaan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi...43
C. Tata cara Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi………..53
D. Hasil Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi………...54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...58
A. Kesimpulan...58
B. Saran ...59
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Seiring dengan peningkatan kebutuhan pembiayaan pembangunan
nasional, maka peranan pajak sebagai salah satu sumber pembiayaan pemerintah
menjadi sangat penting, baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Peran serta masyarakat dalam pembiayaan pembangunan yang diwujudkan dalam
kepatuhan pembayaran pajak sangat diperlukan untuk mewujudkan cita-cita
pembangunan nasional ke arah masyarakat yang adil dan makmur.
Dengan berlakunya undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 , maka sistem pemungutan pajak di
Indonesia mengalami perubahan yang mendasar dari Official Assessment system
ke Self Assessment system. Dalam Self Assessment system ini, masyarakat sebagai
wajib pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan kegotong-royongan
nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri
pajak yang terutang. Konsep perpajakan tersebut adalah sangat ideal dengan
menempatkan dan memberdayakan masyarakat (empowering people) sebagai
subyek pelaku utama dalam sistem perpajakan. Keberhasilan sistem perpajakan
nasional bergantung kepada kesadaran dan kerelaan masyarakat untuk berperan
Tulang punggung self assessment system adalah voluntary compliance
dari masyarakat. Tinggi rendahnya kesadaran masyarakat akan mempengaruhi
jumlah penerimaan pajak yang pada giliran berikutnya jumlah data yang tersedia
untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Dalam self assessment
system diasumsikan bahwa masyarakat adalah sebagai subyek (pelaku) yang
paling tahu terhadap masalah perpajakannya. Karena semua transaksi dan
informasi perpajakan berada di tangannya, seberapa besar bentuk pengabdiannya
sebagai wujud dari kegotong-royongan nasional dapat direncanakan dengan
matang dan akurat.
Di dalam self assessment system ini, wajib pajak datang ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama untuk mengambil sendiri formulir Surat Pemberitahunan
(SPT) Tahunan, kemudian mengisi dan menyampaikannya kembali pada batas
waktu yang telah ditentukan. Sedangkan aparat perpajakan (fiskus) dalam hal ini
ditugaskan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kewajiban perpajakan yang dilakukan Wajib Pajak berdasarkan ketentuan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Sehingga melalui sistem ini
diharapkan kesadaran masyarakat, yang mempunyai penghasilan di atas
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dalam melakukan kewajibannya dapat
dilaksanakan dengan efektif dan efisien serta mudah untuk dipahami oleh anggota
wajib pajak.
Salah satu aspek yang menjadi objek pengawasan dari aparat pajak
(fiskus) dalam sistem perpajakan Self Assessment adalah pelaporan Surat
Masa) Pajak Penghasilan Orang Pribadi maupun Badan. Di dalam pengisian Surat
Pemberitahuan (SPT) masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan yang dijumpai
oleh aparat pajak. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman sebagian
wajib pajak akan pedoman pedoman yang telah tertera di buku petunjuk pengisian
Surat Pemberitahuan (SPT). Serta kebutuhan sebagian wajib pajak akan proses
yang instan dan kemudahan dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT).
Sehingga wajib pajak menggunakan jasa para konsultan pajak. Atas dasar itulah
maka diperlukan sebuah pengawasan, yang mana pengawasan ini dilakukan untuk
memperlancar pengadministrasian penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan PPh Orang Pribadi.
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan penerimaan Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi, pihak aparat pajak telah
melakukan suatu tata cara pengawasan sebaik mungkin sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Dengan
adanya pelaksanaan pengawasan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi ini, diharapkan penerimaan
negara di sektor perpajakan akan semakin meningkat yang diperlukan untuk
pembiayaan nasional.
Namun dalam melaksanakan pengawasan penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan tersebut, masih ada masalah-masalah yang timbul,
seperti masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan dalam pengisian Surat
Pemberitahuan (SPT) dan juga wajib pajak orang pribadi yang kurang aktif
Orang Pribadi. sehingga pelaksanaan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)
belum bisa berjalan sepenuhnya dengan efektif.
Dengan didasari pemikiran tersebut maka penulis mengangkat judul, yaitu
“Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan
Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Petisah”.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
1. TUJUAN PKLM
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pengawasan penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor atau masalah-masalah yang bisa
membuat pelaksanaan pengawasan penyampaian Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi belum berjalan
dengan lancar dan efektif.
2. MANFAAT PKLM Bagi Mahasiswa
a. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang
Pribadi.
b. Memberikan bekal pengetahuan tentang pengawasan terhadap Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara (FISIP USU)
a. Untuk meningkatkan hubungan baik antara Universitas Sumatera
Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FISIP USU dengan instansi pemerintahan dalam hal ini Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
b. Memberi masukan dan saran dalam rangka pelaksanaan pengawasan
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
(PPh) Orang Pribadi.
c. Mempromosikan Sumber-sumber potensial dari Perguruan Tinggi.
Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
a. Mendapat masukan dan saran untuk mengawasi pelaksanaan
pengawasan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.
b. Membina hubungan baik dengan lembaga pendidikan khususnya
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
c. Mempromosikan Image yang baik bagi wajib pajak.
Adapun uraian teoritis yang mendasari penelitian ini adalah :
1. Pengawasan 1.1. Pengertian
Pengawasan adalah salah satu fungsi manajemen yang mengawasi
pelaksanaan pencapaian tujuan. Pengawasan bertujuan untuk mencegah
terjadinya kemungkinan penyimpangan-penyimpangan terhadap
rencana-rencana, instruksi-instruksi, saran-saran, dan sebagainya yang telah ditetapkan.
Jadi dengan adanya pengawasan yang baik maka tujuan yang diharapkan akan
tercapai secara efektif dan efisien. (Handayaningrat, 1980 : 143)
Jadi, Pengawasan juga mengandung arti tindakan-tindakan yang
dilakukan untuk mengetahui atau menguji kepatuhan wajib pajak melaksanakan
ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku.
1.2. Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan
Pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak untuk mengawasi
penyampain SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yang dilakukan oleh wajib pajak
orang pribadi setiap tahun pajak.
Adapun yang menjadi tujuan pengawasan penyampaian SPT Tahunan
PPh Orang Pribadi adalah untuk mencegah terjadinya kemungkinan
penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan-penyelewengan yang
dilakukan oleh wajib pajak dalam pelaksanaan perpajakannya pada suatu tahun
Pribadi dapat mendukung kelancaran administrasi perpajakan di Kantor
Pelayanan Pajak.
2. Pajak Penghasilan 2.1. Pengertian
Menurut Fidel, (2008 : 1) dalam bukunya yang berjudul “ Pajak
Penghasilan”, ada pengertian pajak menurut Prof. Dr Rochmat Soemitro, SH,
yaitu Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbal (kontra pretasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sementara itu jika mengacu kepada Undang Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Angka 1
disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesarnya-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari defenisi di atas diketahui bahwa pajak memiliki beberapa unsur
yaitu:
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah
3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah..
Menurut Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 yang dimaksud
dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
negeri, yang dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Jadi pengertian pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang
ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang
diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan
masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang
harus dilaksanakan.
2.2. Wajib Pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, yang meliputi pembayaran
pajak, pemotongan pajak, dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2.3. Subjek Pajak
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, yang termasuk subjek pajak adalah :
a. 1) Orang pribadi
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak.
c. Bentuk usaha tetap
Kewajiban pajak subjektif orang pribadi/badan/warisan dimulai dan
berakhir pada saat :
• Orang pribadi dilahirkan, berada atau berniat untuk bertempat tinggal di
Indonesia dan berakhir pada saat meninggal dunia atau meninggalkan
Indonesia untuk selama-lamanya.
• Badan didirikan atau berkedudukan di Indonesia dan berakhir pada saat
dibubarkan atau tidak berkedudukan lagi di Indonesia.
• Timbulnya warisan yang berakhir pada saat warisan tersebut selesai
dibagi.
2.4. Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsums atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pension atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,
atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan
lainnya;
3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama
dan dalam bentuk apapun;
4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang ,menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteru Keuangan, sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan
5. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh
hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau
pemodalan dalam perusahaan pertambangan.
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta ;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha yang berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi 3.1 Pengertian
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP)
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek
pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut
ketentuan Peraturan perundang-undangan perpajakan.
Terdapat dua macam SPT yaitu :
a. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
b. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
3.2. Fungsi SPT
a. Wajib Pajak PPh
Sebagai sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :
1. Pembayaran Pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak.
2. Laporan tentang pemenuhan penghasilan yang merupakan objek
pajak dan atau bukan objek pajak.
3. Harta dan kewajiban,
4. Pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang
Masa Pajak
b. Pengusaha Kena Pajak
Sebagai sarana Wajib Pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Pertambahan
Nilai atas Barang Mewah (PPnBM) yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang :
1. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;.
2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
oleh PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang
ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku
c. Pemotong/Pemungut Pajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
dipotong atau dipungut dan disetorkan
D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Adapun yang menjadi ruang lingkup adalah
1. Tata cara penyampaian SPT Tahunan
2. Tata cara pengolahan SPT Tahunan
E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta memperoleh informasi
sesuai dengan metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan yang dimulai dari
mengajukan judul, penentuan judul, penentuan tempat praktek kerja lapangan,
mencari bahan untuk pembuatan proposal, hingga pada tahapan konsultasi
dengan dosen pembimbing .
2. Studi Literatur
Yaitu kegiatan studi mencari data-data serta informasi-informasi dengan
membaca landasan teori, menelaah buku-buku literature, Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Surat Edaran,
Direktorat Jendral Pajak, Keputusan Menteri Keuangan, informasi dari
majalah, surat kabar, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis yang
berhubungan secara langsung dengan kegiatan PKLM.
3. Observasi Lapangan
Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada instansi yang
bersangkutan, mengenai objek studi khususnya, pelaksanaan pengawasan
penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
4. Pengumpulan Data
Mengumpulkan data-data lapangan mengenai Pelaksanaan Penyampaian SPT
Tahunan PPh Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak.
2. Pengamatan
b. Data Sekunder 1. Studi Kepustakaan
2. Dokumentasi
5. Analisis dan Evaluasi
Penulis menganalisa dan mengevaluasi data mengenai Pelaksanaan
Pengawasan Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak
Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.
F. METODE PENGUMPULAN DATA
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Praktik
Kerja Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
1. Metode Wawancara (Interview)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan
wawancara dan mengajukan pertanyaan kepada pegawai instansi yang
berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan unutk
melengkapi laporan PKLM.
2. Metode Observasi (Observation Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan cara langsung
maupun tidak langsung terjun ke lapangan unutk melakukan peninjauan
dengan mengamati, mendengar dan bila perlu ikut serta dalam mengerjakan
tugas yang diberikan pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau
berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi
rahasia dan memiliki resiko tinggi.
3. Metode Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar
dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi.
G. SISTEMATIKA PENULISAN PKLM
Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang
menjadi dasar pemilihan dalam penyusunan laporan, uraian
teoritis, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, metode praktik, metode
pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
BAB II: GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Bab ini akan dibahas mengenai sejarah singkat Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah, struktur organisasi, uraian
tugas serta data-data mengenai jumlah pegawai.
BAB III: GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM
Pada bab ini penulis menguraikan tentang pengertian dan ketentuan
–ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan, khususnya pelaksanaan pengawasan pengawasan
BAB IV: ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan mengemukakan analisa data dan evaluasi
terhadap data-data yang berhubungan dengan judul laporan.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan inti sari yang bersumber dari hasil penelitian,
dan berdasarkan kesimpulan dapat dibuat rekomendasi yang berisi
saran-saran yang dapat diambil sebagai tindakan untuk mengatasi
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PKLM
A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Petisah
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah didirikan pada tanggal 26
Mei 2008 dengan membawahi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Petisah,
Kecamatan Medan helvetia, dan Kecamatan Medan sunggal.
KPP Pratama Medan Petisah mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Tidak Langsung
Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. Tugas dan fungsi KPP Pratama Medan Petisah
Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama Medan Petisah
menyelenggarakan fungsi :
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek
pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan.
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
4. Penyuluhan perpajakan.
5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
6. Pelaksanaan ekstensifikasi.
7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib Pajak.
10.Pelaksanaan intensifikasi
11.Pembetulan ketetapan pajak.
12.pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan/atau Banguna.
13.Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
14.Pelaksaanan administrasi kantor.
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Petisah
Struktur organisasi bagan yang menggambarkan sistematis mengenai
penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut
juga untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan
dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dipimpin oleh seorang
Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah terdiri dari sepuluh seksi
yang masing-masing seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi. Struktur organisasi
yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dapat digambarkan
sebagai berikut:
1. Seksi Pengolahan Data dan Informasi;
2. Seksi Pelayanan;
3. Seksi Penagihan;
4. Seksi Pemeriksaan;
5. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I;
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II;
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III;
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV;
10.Kelompok Jabatan Fungsional.
D. Deskripsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah yang terletak di Jl.
Asrama No.7A Medan. Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja
yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah adalah sebagai
berikut :
1. Sub Bagian Umum
Tugas dan fungsi :
b. Melakukan urusan kepegawaian.
c. Melakukan urusan keuangan.
d. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga.
2. Seksi Pelayanan
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.
b. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan.
c. Menerima, meneliti, dan merekam surat permohonan dari Wajib
Pajak dan surat-surat lainnya.
d. Melakukan penerimaan dan pengelolaan Surat Pemberitahuan Wajib
Pajak dan surat lainnya.
e. Melakukan Penyuluhan Perpajakan.
f. Melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan data, dan
pencabutan identitas Wajib Pajak.
g. Melakukan urusan kearsipan Wajib Pajak.
h. Melakukan kerjasama perpajakan.
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib
b. Membimbing/menghimbau kepada Wajib Pajak dan kunsultasi teknis
perpajakan.
c. Melakukan penyusunan profil Wajib Pajak.
d. Menganalisis kinerja Wajib Pajak.
e. Memberikan konsultasi kepada Wajib Pajak tentang ketentuan
peraturan perundang-undangn perpajakan.
f. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan
intensifikasi.
g. Memberikan usulan pembentukan ketetapan pajak, pengurangan
Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan/atau Bangunan.
h. Melakukan evaluasi hasil banding.
4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian
informasi perpajakan.
b. Perekaman dokumen perpajakan.
c. Merekam SSP lembar 3.
d. Merekam SPT Masa PPN 1107, 1107A dan 1107B.
e. Merekam PPh Pasal 21
f. Merekam PPh Pasal 23/26
h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan.
i. Melakukan pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
j. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer.
k. Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling
l. Penyiapan laporan kinerja.
5. Seksi Penagihan
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak
b. Penundaan dan angsuran tunggakan pajak
c. Penagihan aktif
d. Memberikan usulan penghapusan piutang pajak
e. Penyimapanan dokumen-dokumen penagihan
6. Seksi Ekstensifikasi
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan pengamatan potensi perpajakan
b. Pendataan objek dan subjek pajak
c. Pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam
menunjang ekstensifikasi
7. Seksi Pemeriksaan
Tugas dan fungsi :
a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan
b. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan
c. Penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3)
BAB III
GAMBARAN DATA DAN HASIL PKLM A. Pengertian Pajak
Menurut Prof. DR. Rachmat Sumitro, SH (Mardiasmo, 2006: 1), Pajak
adalah iuran rakyat kepada kas Negara (peralihan kekayaan dari kas rakyat ke
sektor pemerintah) berdasarkan Undang-undang dapat dipaksakan dengan tiada
mendapat jasa timbal (tegen prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.
Sementara itu jika mengacu kepada Undang Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 Angka 1
disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesarnya-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari defenisi di atas diketahui bahwa pajak memiliki beberapa unsur
yaitu:
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaannya.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah..
4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Menurut Undang-Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 yang dimaksud
dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
negeri, yang dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Jadi pengertian pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang
ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang
diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan
masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang
harus dilaksanakan.
B. Jenis-jenis Pajak
Menurut sifatnya pajak dapat dibedakan atas dua bagian:
1. Pajak Subjektif, adalah pajak yang memperhatikan kondisi keadaan wajib
pajak untuk menetapkan pajaknya. Dalam hal ini penentuan besarnya pajak
harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan kemampuan
membayar wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh).
2. Pajak Objektif, adalah pajak yang pemungutannya berdasarkan pada objeknya,
baik berupa denda atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban
subjeknya tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: PPN, PBB,
PPn-BM.
Menurut lembaga pemungutnya, pajak dibagi atas dua bagian:
1. Pajak Negara atau Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat atau pajak yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Departemen
Keuangan yang digunakan untuk pembiayaan rumah tangga Negara pada
umumnya. Pajak pusat merupakan salah satu sumber penerimaan negara.
Contoh : PPh, PPN, dan Bea Materai.
2. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan hasil
pungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah. Pajak
daerah merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintahan daerah.
Contoh : Pajak Hiburan, Pajak Reklame, PKB (Pajak Kendaraan Bermotor),
PBB, Iuran kebersihan, Retribusi terminal, Retribusi parkir, Retribusi galian
pasir.
Menurut golongan, pajak dapat dibedakan atas dua bagian:
1. Pajak Langsung, adalah pajak yang pembayarannya harus ditanggung sendiri
oleh wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain yang menjadi
beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Contoh: PPh, PBB.
2. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembayarannya dapat dialihkan
kepada pihak lain. Contoh : Pajak Penjualan, PPN, PPn-BM, Bea Materai dan
C. Fungsi Pemungutan Pajak
Fungsi Pemungutan Pajak ada (2) dua yaitu:
1. Fungsi budgetair
Fungsi budgeteir merupakan fungsi utama pajak dan fungsi fiskal yaitu
suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana
secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perepajakan yang
berlaku “segala pajak untuk keperkuan negara berdasarkan undang-undang”.
Yang dimaksud dengan memasukkan kas secara optimal adalah sebagi berikut:
a. Jangan sampai ada wajib pajak/subjek pajak yang tidak membayar
kewajiban pajaknya.
b. Jangan sampai wajib pajak tidak melaporkan objek pajak kepada fiskus
c. Jangan sampai ada objek pajak dari pengamatan dan perhitungan fiskus
yang terlepas.
Dengan demikian maka optimalisasi pemasukan dana ke kas negara
tercipta atas usaha wajib pajak dan fiskus.
2. Fungsi Regulerend
Fungsi Regulerend yaitu pajak digunakan untuk melakukan kebijaksanaan
Negara dalam bidang ekonomi, sosial, atau menentukan perekonomian, dengan
sasaran untuk mencapai tujuan yang letaknya diluar bidang keuangan. Fungsi
Regulerend atau fungsi mengatur dan sebagainya juga fungsi pajak dipergunakan
oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu, dan sebagainya
utama pajak. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pajak dipakai sebagai alat
kebijakan, misalnya: pajak atas minuman keras ditinggikan untuk mengurangi
konsumsi fasilitas perpajakan sehingga perwujudan dari pajak regulerend yang
terdapat dalam UU No I tahun 1967 tentang penanaman modal asing. Contoh: Bea
materai modal, Bea masuk dan pajak penjualan, Bea balik nama, Pajak perseroan,
dan Pajak deviden.
D. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP)
digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek
pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut
ketentuan Peraturan perundang-undangan perpajakan.
Terdapat dua macam SPT yaitu :
1. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
2. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau
Bagian Tahun Pajak.
Di dalam undang undang KUP Pasal 3 Ayat 3, diatur sebagai berikut :
1. SPT Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak
2. SPT Tahunan PPh WP orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir
tahun pajak
3. SPT Tahunan PPh WP Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun
Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi terdapat tiga jenis SPT Tahunan PPh
yaitu:
1. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi bentuk Formulir 1770
2. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi bentuk Formulir 1770 S
3. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi bentuk Formulir 1770 SS
1. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
bentuk Formulir 1770
Bentuk Formulir Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi (Formulir 1770 ) bagi Wajib Pajak yang mempunyai
penghasilan:
a. dari usaha/pekerjaan bebas yang menyelenggarakan pembukuan atau
b. dari satu atau lebih pemberi kerja;
c. penghasilan lain,
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran II PER – 34/PJ/2010.
Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi Sederhana (Formulir 1770 S ) bagi Wajib Pajak yang mempunyai
penghasilan:
a. dari satu atau lebih pemberi kerja;
b. dari dalam negeri lainnya; dan/atau
c. yang dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau bersifat final,
adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran III PER – 34/PJ/2010.
3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
bentuk Formulir 1770 SS
Bentuk Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi Sangat Sederhana (Formulir 1770 SS) bagi Wajib Pajak:
a. yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan
jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari
Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) setahun dan
b. tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan berupa bunga
bank dan/atau bunga koperasi adalah sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V PER – 34/PJ/2010.
Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Penghasilan Pasal 21 berupa Bukti Pemotongan 1721 A1 dan/atau 1721 A2
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Formulir 1770 SS.
E. Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Orang Pribadi
Sebelum membahas tentang penyampaian SPT Tahunan, ada baiknya kita
menghetahui terlebih dahulu beberapa pengertian yang berkaitan dengan
penyampain tersebut.
1. Surat Pemberitahuan Tahunan yang selanjutnya disebut dengan SPT Tahunan
adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak
yang meliputi SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
(SPT 1770, SPT 1770 S, SPT 1770 SS), SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Badan (SPT 1771 dan SPT 1771/$), termasuk SPT Tahunan
Pembetulan.
2. SPT Tahunan Elektronik yang selanjutnya disebut dengan e-SPT Tahunan
adalah data SPT Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada angka 1 dalam
bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi
e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
3. SPT Lengkap adalah SPT yang semua elemen SPT Induk dan lampirannya
telah diisi dengan lengkap, SPT Induk telah ditandatangani oleh Wajib Pajak
atau kuasanya, dan telah dilengkapi dengan lampiran khusus, serta keterangan
4. e-SPT Lengkap adalah SPT sebagaimana dimaksud pada angka 2 yang semua
elemen SPT Induk dan lampirannya telah diisi dengan lengkap dan dapat
diproses dalam Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak, dan
telah dilengkapi dengan lampiran khusus, serta keterangan dan/atau dokumen
lain yang tidak dapat disampaikan secara elektronik.
5. e-Filing adalah suatu cara penyampaian SPT atau Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan yang dilakukan secara on-line yang real time
melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau penyedia
Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP).
6. Tempat Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut dengan TPT adalah
tempat pelayanan perpajakan yang terintegrasi pada Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) termasuk Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan
(KP2KP) untuk memberikan pelayanan perpajakan.
7. Pojok Pajak/Mobil Pajak/Tempat Khusus Penerimaan SPT Tahunan (Drop
Box) adalah tempat lain yang dapat digunakan untuk menerima SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan.
8. Media Eletronik adalah sarana penyimpan data digital yang dapat dibaca oleh
Sistem Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak.
9. Tanda Terima SPT adalah tanda bukti penerimaan SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan yang diberikan petugas kepada Wajib Pajak.
10. Pengolahan SPT adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penelitian SPT
11. Penelitian SPT atau e-SPT adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelengkapan pengisian SPT Tahunan atau e-SPT Tahunan dan
lampiran-lampirannya serta kelengkapan lampiran yang disyaratkan dan penilaian
tentang kebenaran penulisan dan perhitungannya termasuk menerbitkan Surat
Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan apabila SPT yang diterima tidak
lengkap.
12. Validasi adalah kegiatan penelitian kebenaran data/informasi atas SPT
Tahunan yang disampaikan dengan menggunakan aplikasi e-SPT.
13. Perekaman SPT adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memasukkan semua unsur SPT ke dalam basis data perpajakan dengan cara
antara lain merekam, uploading, dan/atau memindai (scanning).
14. Loading adalah kegiatan memindahkan data/informasi digital dari media
elektronik/jaringan komunikasi data ke Sistem Informasi Perpajakan di
Direktorat Jenderal Pajak.
Berikut ini merupakan tata cara pengolahan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan :
1. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan /e-SPT baik langsung maupun
melalui Pos/Ekspedisi ke Kantor Pelayanan Pajak.
2. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu menerima SPT Tahunan yang
disampaikan langsung oleh Wajib Pajak dan SPT Tahunan yang disampaikan
melalui Pos/Ekspedisi. Untuk SPT Tahunan Wajib Pajak yang terdaftar pada
Pos/Ekspedisi diteruskan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar dengan Surat Pengantar.
3. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu mengecek kelengkapan SPT berdasarkan
ketentuan:
a. Untuk SPT Tahunan lengkap, dilanjutkan dengan merekam data SPT
Tahunan atau kelengkapannya, menerbitkan BPS/LPAD,
menyampaikan langsung atau mengirimkan BPS ke Wajib Pajak atau
kuasanya, menggabungkan LPAD dengan SPT Tahunan atau dokumen
kelengkapannya.
b. Untuk SPT Tahunan tidak lengkap yang diterima langsung harus
ditolak sedangkan yang melalui Pos/Ekspedisi diteruskan ke Wajib
Pajak dengan disertai Surat Penolakan SPT Tahunan.
c. Untuk SPT Tahunan tidak lengkap diterima dibuatkan Surat
Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan, yang disampaikan secara
langsung atau dikirimkan ke Wajib Pajak.
4. Petugas Tempat Pelayanan Terpadu meneruskan konsep Surat Pengantar
Penerusan SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak lain, Surat Penolakan
SPT Tahunan, dan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan ke Kepala
Seksi Pelayanan, serta meneruskan SPT Tahunan beserta Register Harian
Penerimaan SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
5. Kepala Seksi Pelayanan meneliti dan menandatangani konsep surat yang
penatausahaan dokumen dan penyampaian dokumen oleh Pelaksana Seksi
Pelayanan melalui Subbagian Umum dengan SOP Tata Cara Penyampaian
Dokumen di KPP.
6. Pelaksana Seksi Pengolahan Data dan Informasi merekam elemen-elemen
SPT Tahunan dan membuat Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan
Keuangan Wajib Pajak, mencetak Lembar Penelitian SPT Tahunan untuk SPT
Tahunan Unbalance serta menggabungkannya dengan SPT Tahunan yang
bersangkutan (selanjutnya diproses dengan SOP Tata Cara Himbauan
Perbaikan Surat Pemberitahuan (SPT)), kemudian mengirim SPT
Tahunan/Kelengkapan Data Surat Pemberitahuan Tahunan yang sudah
direkam ke Pelaksana Seksi Pelayanan.
7. Account Representative melakukan penelitian sesuai dengan ketentuan dan
memproses SPT yang terdapat kesalahan matematis dan/atau terlambat
disampaikan/dibayar berdasarkan data hasil perekaman SPT. Dalam hal
terdapat kesalahan matematis, Account Representative membuat Surat
Himbauan (SOP Tata Cara Himbauan Perbaikan Surat Pemberitahuan)
sedangkan dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian/pembayaran SPT,
Account Representative menerbitakan STP (SOP Tata Cara Penerbitan Surat
Tagihan Pajak (STP)).
8. Pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan SPT Tahunan yang termasuk Surat
Pemberitahuan Tahunan Lebih Bayar untuk diproses dengan SOP Tata Cara
Pemeriksaan.
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2009
tentang Tata Cara Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan Tahunan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan dinyatakan tidak lengkap apabila:
1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau nama Wajib Pajak tidak
dicantumkan dalam SPT Induk dengan lengkap dan jelas;
2. SPT Induk tidak ditandatangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya;
3. SPT Induk ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak tetapi tidak dilampiri
dengan Surat Kuasa Khusus atau SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
ditandatangani oleh ahli waris tetapi tidak dilampiri dengan Surat
Keterangan Kematian dari Instansi yang berwenang;
4. Terdapat elemen SPT Induk yang diisi tidak lengkap;
5. SPT Kurang Bayar tetapi tidak dilampiri dengan bukti pelunasan berupa
SSP yang sesuai;
6. SPT tidak atau kurang disertai dengan lampiran pada Formulir
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran III.1.a. atau III.2.a. atau III.3.a.
atau III.4.a pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
7. SPT/e-SPT tidak atau kurang disertai dengan Lampiran Keterangan
dan/atau Dokumen yang Disyaratkan sebagaimana ditetapkan pada
Lampiran III.1.a s.d. III.4.a atau III.1.b s.d. III.4.b atau III.1.c s.d. III.4.c
pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini;
8. Lampiran "Daftar Harta dan Kewajiban Pada Akhir Tahun dan Daftar
Susunan Anggota Keluarga" dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
9. Lampiran "Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal dan Daftar Susunan
Pengurus dan Komisaris" dalam SPT Tahunan PPh Badan dilampirkan
tetapi diisi tidak lengkap;
10.Terdapat Lampiran Khusus sebagaimana ditetapkan pada
Lampiran-Lampiran III.1.a s.d. III.4.a atau III.1.b s.d. III.4.b atau III.1.c s.d. III.4.c
pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang diisi tidak lengkap;
11.e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media
elektronik, tetapi hanya menyampaikan SPT Induk hasil cetakan tanpa
disertai media elektronik;
12.e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media
elektronik, tetapi SPT Induk berdasarkan data digitalnya tidak sesuai
dengan SPT Induk hasil cetakan yang disampaikan oleh Wajib Pajak;
13.Loading atas e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan
menggunakan media elektronik tidak dapat di-load pada aplikasi Sistem
Informasi Perpajakan di Direktorat Jenderal Pajak;
14.e-SPT yang data digitalnya disampaikan dengan menggunakan media
elektronik tetapi elemen-elemen data digitalnya tidak diisi atau diisi tetapi
tidak lengkap;
15.e-SPT yang data digitalnya disampaikan melalui e-filing tetapi
F. Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan adalah pemberitahuan
perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT Tahunan.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 21/PJ/2009 tentang
tata cara penyampaian pemberitahuan perpanjangan surat pemberitahuan
Tahunan, Pasal 2 menyebutkan bahwa Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka
waktu penyampaian SPT Tahunan untuk paling lama 2 (dua) bulan sejak batas
waktu penyampaian SPT Tahunan dengan cara menyampaikan Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan.
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2):
1. bagi Wajib Pajak Badan atau Orang Pribadi yang melakukan kegiatan
usaha/pekerjaan bebas disampaikan dalam bentuk formulir kertas
(hardcopy) 1770-Y/1771-Y/1771-$Y sebagaimana dimaksud pada
Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini, atau dalam bentuk data
elektronik (e-SPTy);
2. bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha/pekerjaan bebas disampaikan dalam bentuk surat pemberitahuan
sebagaimana dimaksud pada Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal
Tata cara pemberitahuan :
1. Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dibuat secara tertulis dan
disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak, sebelum batas waktu
penyampaian SPT Tahunan berakhir.
2. Pemberitahuan dilampiri dengan perhitungan sementara, laporan keuangan
sementara dan SSP sebagai bukti pelunasan.
3. Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan wajib ditandatangani oleh
Wajib Pajak atau kuasa wajib pajak.
4. Dalam hal Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan ditandatangani oleh
kuasa wajib pajak, Pemberitahunan Perpanjangan SPT Tahunan harus
dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus
5. Pemberitahuan disampaikan secara langsung, melalui pos dengan bukti
pengiriman surat atau cara lain melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir
dengan bukti pengiriman surat, atau dengan cara e-Filling melalui ASP
6. Penyampaian Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara langsung
diberikan tanda penerimaan surat dan penyampaian Pemberitahuan
Perpanjangan SPT Tahunan secara e-Filling melalui ASP diberikan Bukti
Penerimaan Elektronik
7. Bukti pengiriman surat melalui pos, jasa ekspedisi atau jasa kurir atau
tanda penerimaan surat serta Bukti Penerimaan Elektronik menjadi bukti
penerimaan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
Apabila SPT tidak disampaikan sesuai batas waktu yang ditentukan atau
batas waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan, dapat diterbitkan Surat
Teguran (Pasal 3 ayat 5a UU KUP).
H. Surat Tagihan Pajak (STP)
Pengertian Surat Tagihan Pajak Berdasarkan Pasal 1 angka 20 UU KUP,
Surat Tagihan Pajak (disingkat STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda. Yang menerbitkan
STP adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat seseorang atau badan terdaftar
sebagai Wajib Pajak. Terbitnya STP ini biasanya disebabkan Wajib Pajak tidak
melakukan satu atau beberapa kewajiban pajak yang diamanatkan oleh
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Penyampaian SPT Tahunan
Penyampaian SPT Tahunan dapat disampaikan di :
1. TPT (Tempat Pelayanan Terpadu) yang ada di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) atau di termasuk Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi
Perpajakan (KP2KP)
2. Pos
3. Pojok Pajak, yang biasanya ditempatkan di mall
4. Mobil Pajak.
5. Drop Box/ atau tempat lain yang dapat digunakan untuk menerima
SPT/E-SPT. Drop box bisa ditempatkan di KPP, pusat perbelanjaan, pusat bisnis,
pusat keramaian, dll.
6. Melalui aplikasi E-Filing, adalah suatu cara penyampaian SPT atau yang
dilakukan secara on-line yang real time melalui website Direktorat
Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) atau Penyedia Jasa Aplikasi atau
Application Service Provider (ASP).
B. Tata Cara Pengelolaan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
1. Petugas penerima SPT pada TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box
a. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang disampaikan langsung oleh
Wajib Pajak dalam amplop tertutup yang di atasnya ditulis :
1. NPWP;
2. Nama WP;
3. Tahun Pajak;
4. Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar); Nomor Telepon.
5. Nomor Telepon
KPP dapat menyediakan amplop jika Wajib Pajak memintanya. Guna
mempercepat pelayanan, pada TPT/Pojok Pajak/Mobil Pajak/Drop Box
disediakan stempel/cap yang berisi informasi di atas untuk dibubuhkan di amplop.
b. Menuliskan NPWP Wajib Pajak pada lembar “untuk Wajib Pajak”,
membubuhkan stempel KPP, tanggal penerimaan, nama, NIP dan tanda
tangan pada Tanda Terima sebagaimana pada Lampiran II.1.
c. Memberikan Tanda Terima (Bagian Untuk Wajib Pajak) kepada Wajib
Pajak, dan menempelkan bagian lain (Bagian Untuk Ditempelkan pada
Amplop) pada amplop SPT Wajib Pajak. Bagian arsip disimpan untuk
diserahkan kepada Kepala Seksi Pelayanan.
d. Memisahkan antara SPT Tahunan/e-SPT Tahunan Wajib Pajak yang
terdaftar pada KPP sendiri dengan Wajib Pajak yang terdaftar pada KPP
lain, serta per status SPT (KB, N dan LB) dan per jenis Wajib Pajak
e. Membuat Berita Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT melalui
TPT/Pojok Pajak/Mobil pajak/Drop Box sebagaimana pada Lampiran II.2.
f. Menyerahkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang diterima dan Berita
Acara Serah Terima Berkas Penerimaan SPT kepada Petugas Seksi
Pelayanan.
2. Pelaksana Seksi Pelayanan mempunyai tugas:
a. Menerima dan meneliti SPT dan Berita Acara Serah Terima SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan dari Petugas Penerima SPT, selanjutnya
meneruskan ke Kepala Seksi Pelayanan untuk ditandatangani.
b. Merekam Tanda Terima dan informasi Wajib Pajak pada amplop ke dalam
aplikasi pengawasan Drop Box.
c. Mengelompokkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan (termasuk SPT yang
diterima dari KPP lain) berdasarkan tempat Wajib Pajak terdaftar.
d. Dari hasil pengelompokan SPT pada angka 3, atas SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan Sendiri dibuatkan Daftar Nominatif Pengiriman SPT Wajib Pajak
Sendiri untuk kemudian dilakukan penelitian kelengkapan SPT.
e. Dari hasil penelitian kelengkapan SPT,
1. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang dinyatakan lengkap, dicetak Daftar
Nominatif SPT Lengkap dan diteruskan ke Petugas TPT untuk
dilakukan perekaman penerimaan SPT; dan
masing-masing SPT yang tidak lengkap selanjutnya diteruskan ke
Account Representative bersama dengan Daftar Nominatif SPT Tidak
Lengkap.
f. Dari hasil pengelompokan SPT pada huruf c, atas SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan yang tidak terdaftar di KPP sendiri dibuatkan/dicetak Daftar
Nominatif Pengiriman SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dan dibuatkan
konsep Surat Pengiriman SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.
g. Meneruskan Daftar Nominatif Pengiriman SPT dan konsep Surat
Pengiriman Berkas SPT ke Kepala Seksi Pelayanan untuk diteliti dan
diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP untuk disetujui dan
ditandatangani.
h. Menerima Surat Pengiriman dan Daftar Nominatif yang telah
ditandatangani oleh Kepala KPP.
i. Menatausahakan dan mengirimkan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan, Surat
Pengiriman dan Daftar Nominatif sesuai dengan SOP Tata Cara
Penyampaian Dokumen.
j. Menerima SPT Tahunan yang telah dilakukan perekaman penerimaan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan oleh Petugas TPT, untuk dilakukan pengemasan
SPT jika pengolahan SPT dilakukan di Pusat Pengolahan Data dan
Dokumen Perpajakan (PPDDP).
k. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah direkam dan Register
Harian dari Seksi PDI untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara
l. Dalam hal SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang diterima melalui
pos/ekspedisi tidak terdaftar di KPP sendiri akibat kesalahan pengiriman,
pelaksana Seksi Pelayanan meneruskan ke KPP Wajib Pajak terdaftar
sesuai SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen.
3. Petugas TPT mempunyai tugas:
a. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap
dari Petugas Seksi Pelayanan.
b. Melakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan serta
loading e-SPT Tahunan.
c. Mencetak Lembar Pengawasan Arus Dokumen (LPAD) dan Bukti
Penerimaan Surat (BPS) serta register harian.
d. Meneruskan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Seksi Pengolahan Data dan
Informasi (PDI) untuk dilakukan perekaman detil SPT atau meneruskan
SPT Tahunan/e-SPT Tahunan ke Petugas Seksi Pelayanan untuk dilakukan
pengemasan SPT jika pengolahan SPT dilakukan di PPDDP.
e. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari KPP lain dan/atau dari
Pos/ekspedisi untuk selanjutnya diteruskan ke Pelaksana Seksi Pelayanan
untuk diteliti.
f. Menandai nomor dan tanggal Surat Pengiriman SPT dari KPP lain, serta
menandai setiap SPT yang terdapat pada Daftar Nominatif Pengiriman
SPT.
1. Menerima kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Wajib
Pajak.
2. Meneliti kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Wajib Pajak.
3. Mencetak dan menandatangani LPAD/BPS kelengkapan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan dan menyerahkan BPS kepada Wajib Pajak.
4. Meneruskan kelengkapan SPT ke Account Representative.
h. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap
oleh Account Representative untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT
Tahunan/e-SPT Tahunan serta loading e-SPT Tahunan.
4. Account Representative mempunyai tugas :
a. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Pelaksana Seksi Pelayanan
yang dinyatakan tidak lengkap.
b. Mencetak konsep Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan yang terdapat di dalam aplikasi pengawasan Drop Box,
selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan kepada Kepala KPP
untuk disetujui dan ditandatangani.
c. Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah
ditandatangani oleh Kepala KPP selanjutnya diproses sesuai SOP Tata
d. Menerima kelengkapan SPT dari Petugas TPT untuk digabungkan dengan
SPT Tahunan/e-SPT Tahunan.
e. SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah dinyatakan lengkap diteruskan ke
Petugas TPT untuk dilakukan perekaman penerimaan SPT Tahunan/e-SPT
Tahunan serta loading e-SPT Tahunan.
f. Dalam hal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan
tidak dipenuhi dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal Surat
Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan, Account
Representative mencetak konsep Surat Pemberitahuan SPT Dianggap
Tidak Disampaikan selanjutnya meneruskan ke Kepala Seksi Pengawasan
dan Konsultasi untuk diteliti dan diparaf dan selanjutnya diteruskan
kepada Kepala KPP untuk disetujui dan ditandatangani.
g. Mencetak Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak disampaikan
sebagaimana dan mengirimkan ke Seksi PDI bersama berkas SPT yang
dianggap tidak disampaikan.
h. Dalam hal terjadi kesalahan matematis dalam pengisian SPT, Account
Representative menerbitkan Surat Himbauan Pembetulan SPT sesuai
i. Dalam hal terjadi keterlambatan penyampaian SPT dan/atau keterlambatan
pembayaran pajak, Account Representative menerbitkan Surat Tagihan
Pajak sesuai dengan SOP Tata Cara Penerbitan Surat Tagihan Pajak.
5. Petugas Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas :
a. Menerima SPT Tahunan/e-SPT Tahunan dari Petugas TPT yang telah
diberi LPAD/BPS.
b. Merekam SPT Tahunan ke dalam basis data perpajakan.
c. Meneruskan SPT Tahunan/e-SPT Tahunan yang telah direkam/di-load ke
Seksi Pelayanan untuk selanjutnya diproses sesuai SOP Tata Cara
Penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.
d. Mengadministrasikan Daftar Nominatif SPT yang dianggap tidak
disampaikan dan melaksanakan SOP Pembentukan Bank Data atas berkas
C. Tata cara Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
1. Penilaian Kelengkapan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Penilaian kelengkapan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dilakukan oleh
petugas penerima SPT yang meliputi :
a. Pengecekan kelengkapan SPT Tahunan PPh yang berupa pengisian semua
unsur yang tercantum dalam SPT Induk dan semua lampirannya.
b. Pengecekan adanya tandatangan Wajib Pajak pada SPT Induk atau
tandatangan kuasa Wajib Pajak.
c. Pengecekan yang telah dilengkapi dengan lampiran khusus, serta
keterangan dan/atau dokumen yang diisyaratkan.
Pada saat penilaian kelengkapan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
sebagaimana dimaksud di atas, apabila ternyata SPT tidak lengkap diterima
dibuatkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan, yang disampaikan secara
langsung atau dikirimkan ke Wajib Pajak.
2. Membuat daftar penyampaian SPT Tahunan PPh orang Pribadi yang terdiri
dari dari jumlah SPT Tahunan disampaikan dan jumlah SPT Tahunan tidak
disampaikan
3. Mengirim Surat Teguran kepada Wajib Pajak yang tidak menyampaikan SPT
D. Hasil Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan Penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.
Hasil kegiatan pelaksanaan pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi dapat berupa :
1. Tanda terima SPT dalam hal SPT lengkap
2. Surat permintaan kelengkapan kepada wajib pajak disertai dengan
pengambilan SPT yang tidak lengkap
3. Surat teguran dalam hal SPT tidak masuk atau terlambat disampaikan
dan/atau pajak yang terutang terlambat atau kurang disetor.
4. STP dan pemberitahuan hasil penelitian SPT, dalam hal SPT yang semula
Nihil atau Kurang Bayar, setelah diteliti ternyata terdapat salah tulis atau
salah hitung, sehingga menghasilkan tambahan pajak yang masih harus
TABEL 1
PENERIMAAN SPT TAHUNAN PPh ORANG PRIBADI
TAHUN WAJIB PAJAK TERDAFTAR WAJIB PAJAK EFEKTIF SPT KURANG BAYAR SPT LEBIH BAYAR SPT NIHIL %
2009 66310 16484 3905 23 12556 24,8
2010 74838 19783 3822 29 15932 26,4
SELISIH 8528 3299 83 6 3376 1,6
*Sumber KPP Medan Petisah
66310 74838 16484 19783 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
Tahun 2009 Tahun 2010
GRAFIK PENERIMAAN SPT TAHUNAN PPh OP
DI KPP PRATAMA MEDAN PETISAH
WP TERDAFTAR
[image:60.595.126.498.389.690.2]Dari tabel 1 dan grafik penerimaan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi jelas
terlihat bahwa terjadi peningkatan untuk jumlah wajib pajak orang pribadi di
Kantor Pelayanan Pratama Medan Petisah, dari tahun 2009 yang semula
berjumlah 66310 menjadi 74838 pada tahun 2010, berarti terjadi peningkatan
sebesar 8528 wajib pajak. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran wajib
pajak dalam mendaftarkan diri masih cukup tinggi. Begitu juga dengan jumlah
SPT yang masuk atau wajib pajak efektif atau yang diterima aparatur pajak yang
mana terjadi peningkatan sebesar 3299. Pada tahun 2009 SPT yang masuk sebesar
16484 wajib pajak, kemudian tahun 2010 meningkat menjadi 19783 wajib pajak.
Selanjutnya dari 66310 wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Petisah pada tahun 2009, hanya 16484 orang (Wajib Pajak
Efektif) yang menyampaikan SPT Tahunannya. Hal ini berarti tidak sampai
setengah dari jumlah wajib pajak terdaftar yang memiliki kesadaran dalam
melaksanakan kewajiban pembayaran pajaknya atau tepatnya 24,8 % dari jumlah
wajib pajak terdaftar.
Kemudian hal sama juga terjadi pada tahun 2010, dari 74838 wajb pajak
yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah hanya 19783
TABEL II
JUMLAH SURAT TEGURAN TAHUN 2009 JUMLAH WP YANG HARUS
DITEGUR
JUMLAH SURAT TEGURAN YANG
DIKIRIM
5010 5010
* Sumber KPP Pratama Medan Petisah
Dari tabel II di atas dapat diketahui jumlah Wajib Pajak yang diberi Surat
teguran sebanyak 5010 dan pihak aparat pajak (Fiskus) mengirimkan surat teguran
tersebut kepada wajib pajak yang tidak melakukan kewajibannya sebagai wajib
pajak.
Surat teguran yang dikirimkan tersebut, bukan hanya karena wajib pajak
tersebut tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan-nya, akan
tetapi sebab lainnya adalah karena masih adanya kesalahan dalam pengisian SPT
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian pada bab sebelumnya, penulis menarik beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Dalam sistem self-assessment, masyarakat diberikan kepercayaan dan
tanggungjawab yang lebih besar untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar sendiri dan melaporkan besarnya pajak yang terutang,
sedangkan aparat pajak fungsinya dititik beratkan pada pembinaan dan
pengawasan terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak, berdasarkan keentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Jangka waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi adalah paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
3. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat
Pemberitahunan Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 (dua)
bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau
dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
4. Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan sesuai batas waktu atau
batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
5. Dengan melaksanakan pengawasan penyampaian SPT Tahunan PPh
Or