PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA BERBAGAI PERBANDINGAN MEDIATANAMSLUDGEDAN
TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DI PRE NURSERY
SKRIPSI
OLEH
HAIKAL HANIF NASUTION 080301106 / BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Pertumbuhan BibitKelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.)Pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery
Nama : Haikal Hanif Nasution
Nim : 080301106
Program studi : Agroekoteknologi
Minat : Agronomi
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS Ir. Ratna Rosanty Lahay, MP
Ketua Anggota
Mengetahui,
PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA BERBAGAI PERBANDINGAN MEDIATANAMSLUDGEDAN
TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DI PRE NURSERY
SKRIPSI
OLEH
HAIKAL HANIF NASUTION 080301106 / BDP-AGRONOMI
Hasil Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Menulis Skripsi Untuk Mendapat Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
HAIKAL HANIF NASUTION: Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery. Dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan RATNA ROSANTY LAHAY.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan bibitkelapa sawit (Elaeis guineensisJacq.)pada berbagai perbandingan media tanam sludge dan TKKS di pre nursery. Penelitian dilaksanakan di PTPN III Kebun Bangun dari bulan Januari-Juni 2013 menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial yang terdiri atas 11 jenis media tanam yang terdiri atas top soil ultisol, sludge, dan TKKS serta campurang ketiganya dengan perbandingan masing-masing 10:80:10, 10:70:20, 10:60:30, 10:50:40, 10:40:50, 10:30:60, 10: 20:70, dam 10:10:80. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, jumlah khlorofil, bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan volume akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing media menunjukkan karakteristik pertumbuhan yang berbeda-beda. Sludge dapat digunakan sebagai media tanam jika berada dalam bentuk campuran. Jika sludge digunakan sendiri maka tanaman mengalami hambatan pertumbuhan. Media campuran dengan komposisi 10:70:20 memberikan hasil terbaik melalui nilai bobot kering tajuk tertinggi.
ABSTRACT
Haikal HANIF NASUTION : Growth of Oil Palm Seedlings (Elaeis guineensis Jacq.) with Different Comparison Sludge and Empty Palm Oil Fruit Bunches(EPOFB) Media in Pre Nursery. Guided by CHAIRANI HANUM and RATNA ROSANTI LAHAY.
The objective of this research was to study growth of oil palm seedlings at various growing media comparisons of sludge and EPOEFB in pre nursery. This research was conducted atKebun Bangun PTPN III from January-June 2013 using non- factorial randomized block design consisted of 11 types of growing media: ultisol topsoil, sludge, TKKS and composite media 10:80:10, 10:70:20, 10:60:30, 10:50:40, 10:40:50, 10:30:60, 10:20:70, 10:10:80. Parameters observed wereplant height, number of chlorophyll, root dry weight , shoot dry weight, and root volume .The results showed that each media haddifferent growth characteristics. Sludge can be used as a growing media if it is in the form of a mixture . If the sludge is used alone then plant growth restricted. Media composition 10:20:70 gave the best results through the highest value shoot dry weight
RIWAYAT HIDUP
Haikal Hanif Nasution, lahir pada tanggal 7 Maret 1990 di Jakarta. Penulis merupakan putra tunggal dari ayahanda Abdul Haris Nasution dan ibunda Meutia.
Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Medan dan masuk ke Fakultas Pertanian pada tahun 2009 melalui jalur Mandiri pada program studi Agronomi.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitianberjudul Pertumbuhan BibitKelapa Sawit(Elaeis Guineensis Jacq.) Pada Berbagai Perbandingan MediaTanam Sludgedan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
di Pre Nurseryini tepat pada waktunya.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI 2012-2013) yang berjudul “Model Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Berkelanjutan Melalui Sistem Agrosilvopastural yang Mendukung Kemandirian Ekonomi”. Oleh karenanya, terimakasih penulis sampaikan kepada DITJEN DIKTI yang telah mendanai penelitian ini.
Pada kesempatan ini,penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, M.S.dan IbuIr. Ratna Rosanty Lahay,
M.P.selaku ketua dan anggota komisi pembimbing, yang telah memberi bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian hasil penelitian ini.
Kepada rekan sejawat BDP 2008 yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapkan terimakasih. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Januari2014
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal.
1 Tabel 1. Tinggi bibit kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam... 17 2 Tabel 2. Jumlah klorofil a kelapa sawit dengan berbagai perlakuan
media tanam... 18 3 Tabel 3. Jumlah klorofil b kelapa sawit dengan berbagai perlakuan
media tanam... 19 4 Tabel 4. Jumlah klorofil total kelapa sawit dengan berbagaiperlakuan
media tanam... 20 5 Tabel 5. Bobot kering akar kelapa sawit dengan berbagai perlakuan
media tanam... 20 6 Tabel 6. Bobot kering tajuk kelapa sawit dengan berbagai
perlakuan media tanam... 21 7 Tabel 7. Volume akar kelapa sawit dengan berbagai perlakuan
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal.
1 Lampiran 1. Bagan Penanaman Pada Plot... 28
2 Lampiran 2. Bagan Plot Penelitian... 29
3 Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian... 30
4 Lampiran 4. Data Pengamatan Tinggi Bibit 14 MST... 31
5 Lampiran 5. Sidik Ragam Tinggi Bibit 14 MST... 31
6 Lampiran 6. Data Pengamatan Jumlah Klorofil a 14 MST... 32
7 Lampiran 7. Sidik Ragam Jumlah Klorofil a 14 MST... 32
8 Lampiran 8. Data Pengamatan Jumlah Klorofil b 14 MST... 33
9 Lampiran 9. Sidik Ragam Jumlah Klorofil b 14 MST... 33
10 Lampiran 10. Data Pengamatan Jumlah Klorofil Total 14 MST... 34
11 Lampiran 11. Sidik Ragam Jumlah Klorofil Total 14 MST... 34
12 Lampiran 12. Data Pengamatan Bobot Kering Akar 14 MST... 35
13 Lampiran 13. Sidik Ragam Bobot Kering Akar 14 MST... 35
14 Lampiran 14. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk 14 MST... 36
15 Lampiran 15. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk 14 MST... 36
16 Lampiran 16. Data Pengamatan Volume Akar 14 MST... 37
17 Lampiran 17. Sidik Ragam Volume Akar 14 MST... 37
18 Lampiran 18. Hasil Analisis Tanah... 38
19 Lampiran 19. Hasil Analisis Sludge... 38 20
21
Lampiran 20. Hasil Analisis TKKS... Lampiran 21. Tabel 44. Kriteria Penilaian Beberapa Sifat Tanah
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesa Penilitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah Sludge Kelapa Sawit ... 7
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) ... 9
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 12
Bahan dan Alat ... 12
Metode Penelitian ... 12
Pelaksanaan Penelitian Pesiapan Areal Pembibitan ... 14
Pembuatan Naungan ... 14
Persiapan Media Tanam ... 14
Penanaman Kecambah ... 14
Pemeliharaan Bibit ... 15
Penyiraman ... 15
Penyiangan ... 15
Pengamatan Parameter ... 15
Tinggi Bibit (cm) ... 15
Jumlah Klorofil Daun ... 15
Bobot Kering Akar (gr) ... 16
Bobot Kering Tajuk (gr) ... 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ... 17
Tinggi Bibit (cm) ... 17
Jumlah Klorofil Daun ... 18
Bobot Kering Akar (gr) ... 20
Bobot Kering Tajuk (gr) ... 21
Volume Akar (cm3) ... 21
Pembahasan ... 22
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 25
Saran ... 25 DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
HAIKAL HANIF NASUTION: Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery. Dibimbing oleh CHAIRANI HANUM dan RATNA ROSANTY LAHAY.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan bibitkelapa sawit (Elaeis guineensisJacq.)pada berbagai perbandingan media tanam sludge dan TKKS di pre nursery. Penelitian dilaksanakan di PTPN III Kebun Bangun dari bulan Januari-Juni 2013 menggunakan rancangan acak kelompok non faktorial yang terdiri atas 11 jenis media tanam yang terdiri atas top soil ultisol, sludge, dan TKKS serta campurang ketiganya dengan perbandingan masing-masing 10:80:10, 10:70:20, 10:60:30, 10:50:40, 10:40:50, 10:30:60, 10: 20:70, dam 10:10:80. Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, jumlah khlorofil, bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan volume akar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing media menunjukkan karakteristik pertumbuhan yang berbeda-beda. Sludge dapat digunakan sebagai media tanam jika berada dalam bentuk campuran. Jika sludge digunakan sendiri maka tanaman mengalami hambatan pertumbuhan. Media campuran dengan komposisi 10:70:20 memberikan hasil terbaik melalui nilai bobot kering tajuk tertinggi.
ABSTRACT
Haikal HANIF NASUTION : Growth of Oil Palm Seedlings (Elaeis guineensis Jacq.) with Different Comparison Sludge and Empty Palm Oil Fruit Bunches(EPOFB) Media in Pre Nursery. Guided by CHAIRANI HANUM and RATNA ROSANTI LAHAY.
The objective of this research was to study growth of oil palm seedlings at various growing media comparisons of sludge and EPOEFB in pre nursery. This research was conducted atKebun Bangun PTPN III from January-June 2013 using non- factorial randomized block design consisted of 11 types of growing media: ultisol topsoil, sludge, TKKS and composite media 10:80:10, 10:70:20, 10:60:30, 10:50:40, 10:40:50, 10:30:60, 10:20:70, 10:10:80. Parameters observed wereplant height, number of chlorophyll, root dry weight , shoot dry weight, and root volume .The results showed that each media haddifferent growth characteristics. Sludge can be used as a growing media if it is in the form of a mixture . If the sludge is used alone then plant growth restricted. Media composition 10:20:70 gave the best results through the highest value shoot dry weight
PENDAHULUAN Latar Belakang
Asal tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensisJacq.) secara pasti belum bisa diketahui.Namun, ada dugaan kuat tanaman ini berasal dari dua tempat, yaitu
Amerika Selatan dan Afrika (Guenia).Spesies Elaeis melanococca atau
Elaeis guineensis berasal dari Afrika (Guinea) (Sastrosayono, 2006).
Menurut perkiraan, kurang lebih 90% dari produksi minyak dunia dipergunakan sebagai bahan pangan. Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dari minyak sawit dan mnyak inti yang mengalami proses fraksinasi, vaksinasi dan hidrogenase. Keunggulan minyak sawit sebagai bahan pangan adalah sebagai anti kanker dan tekoferun sebagai sumber vitamin E , yang termasuk zat anti oksidan. Keunggulan lainnya kandungan asam linoleat rendah sehingga minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan (Setyohadi, 2010).
Sejalan dengan perluasan daerah, produksi juga meningkat dengan laju 9,4% per tahun. Pada awal 2001-2004 luas areal kelapa sawit dan produksi masing-masing tumbuh dengan laju 3,97% dan 7,25% per tahun, sedangkan ekspor meningkat 13,05% per tahun. Tahun 2010 produksi crude palm oil (CPO) diperkirakan akan meningkat antara 5-6% sedangkan untuk periode 2010-2020, pertumbuhan produksi diperkirakan berkisar antara 2-4% (Harahap, 2011).
merupakan sumberkeuntungan pada perusahaan kelak.Kelapa sawit merupakan komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian pesat.
Secara umum, limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan berupa tandan kosong kelapa sawit (tkks), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur dan bungkil (http://BPPT-HUMAS.ac.id., 2010).
Pembibitan kelapa sawit pada umunya dibagi menjadi dua yaitu Pre Nursery dan Main Nursery.Pembibitan Pre Nursery diawali dengan menanam kecambah kelapa sawit ke dalam tanah pada polybag kecil hingga umur 3 bulan (Ginting, 2009).
Sludge yang tenggelam di dasar bak pengendapan dalam sarana pengelolaan limbah harus dibuang atau dikelola untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Tetapi sludge yang dihasilkan dari Pengolahan Minyak Sawit (PMS) mengandung unsur hara nitrogen, fosfor, kalium, magnesium dan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk organik (Lubis dkk., 1988).
Kompos TKKS merupakan bahan organik yang mengandung unsur utama N, P, K, dan Mg. selain diperkirakan mamp memperbaiki sifat tanah, kompos tandan kelapa sawit diperkirakan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk yang diberikan untuk pembibitan kelapa sawit dapat dikurangi (Risza, 1995).
mengharuskan PKS untuk menerapkan konsep zero waste, jadi tidak ada lagi limbah padat atau cair (Westpal and Jansen, 199).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tanggap pertumbuhan bibitkelapa sawit terhadap media tanam sludge dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) di Pre Nursery.
Hipotesis Penelitian
Diduga adanya tanggap yang nyata dari pertumbuhan bibitkelapa sawit (Elaeis guineensisJacq.) terhadap media tanam sludge dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) di Pre Nursery.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data sebagai bahan penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Serta sebagai
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Tanaman kelapa sawit berakar serabut.Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan kuarter.Akar primer tumbuh ke bawah didalam tanah sampai batas permukaan air tanah.Akar sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar dengan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju lapisan atas atau tempat yang banyak mengandung zat hara (Fauzi, dkk., 1997).
Batang kelapa sawit tumbuh tegak (phototropi) dibalut oleh pelepah daun.Batang berbentuk silindris dan mempunyai diameter 45cm-60cm pada tanaman dewasa.Bagian bawah umumnya lebih besar (gemuk) disebut bongkol batang.Bagian dalam batang merupakan serabut yang dilengkapi jaringan pembuluh sebagai penguat batang dan untuk menyalurkan hara.Fungsi batang adalah menimbun hara dan perkembangan batang (PTPN IV, 1996).
Susunan daun kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk. Daun-daun tersebut akan membentuk suatu pelepah daun yang panjangnya dapat mencapai kuranng lebih 7,5-9 m. Jumlah anak daun pada tiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga semakin efektif menjalankan fungsinya sebagai berlangsungnya fotosintesa dan juga sebagai alat respirasi (Tim Penulis, 1998).
betina.Setiap rangkaian bunga muncul dari pankal pelepah daun.Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar (Fauzi, dkk., 1997).
Tanaman kelapa sawit normal yang telah berbuah akan menghasilkan
kira-kira 20-22 tandan/tahun dan semakin tua produktivitasnya menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Pada tahun-tahun pertama tanaman kelapa sawit berbuah atau pada tanaman yang sehat berat tandannya berkisar antara 3-6 kg.Tanaman semakin tua, berat tandan pun bertambah, yaitu antara 25-35 kg/tandan (Tim Penulis, 1998).
Biji kelapa sawit terdiri dari 3 bagian yaitu kulit biji/cangkang (Endokarpium) berwarna hitam dank eras, daging biji/inti biji (Endosperm) berwarna putih dan dari bagian ini akan menghasilkan minyak inti sawit setelah melalui ekstraksi lembaga/embrio (Tim Penulis, 1998).
Syarat Tumbuh Iklim
Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umunya dapat tumbuh di daerah antara 120LU-120LS.Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2000-2500 mm/tahundengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang dbutuhkan oleh kelapa sawit antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 0-500 m dpl (Risza, 1995).
penyerbukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan dan evapotranspirasi (Fauzi, dkk., 1997). Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol dan alluvial. Solum yang dalam lebih dari 80 cm, solum yang tebal akan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik. Tanaman sawit dapat tumbuh pada gambut dengan kedalaman 0-0,6 meter. Tanaman sawit tumbuh pada pH 4,0-6,0 dan paling terbaik adalah pH 5,0-5,5 (PTPN IV, 1996).
Kemiringan tanah yang dianggap masih baik bagi tanaman kelapa sawit adalah 0-150.Sedangkan diatas kemiringan 150 harus dibuat teras kontur.Pada topografi datar biasanya dijumpai tanah gley hemik atau hidromorfik.Masalah utama pada tanah gambut untuk tanaman kelapa sawit adalah drainase yang jelek karena tanah tersebut merupakan pengumpulan air hujan dan sulit mengeluarkan air keluar (Risza, 1995).
Media Tanam
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah perakaran, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (Hadi, 2004).
dari areal pembibitan dan sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, tekstur yang remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit khususnya cendawan Ganoderma, pelarut, residu, bahan kimia) (Semangun, 2000).
Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah latosol, ultisol dan aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit (Deputi Menegristek, 2002).
Top soil pada umumnya hanya mempunyai ketebalan sekitar 15 cm sampai 35 cm atau kurang lebih sejengkal. Tebalnya ini mempunyai arti sangat penting karena mengandung berbagai bahan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sepeti bahan organik. Sumber bahan organik tanah adalah jaringan tanaman baik yang berupa serasah atau sisa tanaman yang berupa batang, akar,
atau daun yang kemudian dirombak oleh mikroorganisme tanah (Kartasapoetra, 1998).
Sludge
Pupuk, terutama pupuk organik, sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat biologi tanah seperti pengaruhnya terhadap aktivitas organisme tanah, jumlah, dan perkembangan mikroorganisme. Mikroorganisme juga membutuhkan unsur hara untuk kehidupannya, banyak membutuhkan unsur hara N, P, K, dan Ca dan membutuhkan pH sekitar 6. Berdasarkan hal-hal di atas pupuk dapat mempengaruhi aktivitas dan perkembangan jasad-jasad hidup tanah. Aktivitas mikroorganisme ini sangat penting dalam hal perombakan bahan organik, pelapukan protein menjadi asam-asam amino, proses nitrifikasi yang pada akhirnya membebaskan unsur hara seperti N, P, dan S, serta unsur-unsur mikro (Damanik dkk., 2010).
Ditinjau dari karakteristik padatan yang mengandung bahan organik dan unsur hara, maka sludge kering ini dapat digunakan sebagai pengganti pupuk, apabila digunakan dalam volume besar dalam satuan tertentu dengan kebutuhan menurut dosis pemupukan, dan juga padatan kering ini memmiliki sifat fisis dan kadar nutrisi hampir sama dengan kompos (Loebis dan Tobing, 1989).
Menurut Sutarta, dkk (2001) limbah cair mengandung hara yang setaradengan 1,56 kg Urea, 0.25 kg TSP, 2.50 kg MOP, dan 1,00 kg kieserite didalam setiap 1 ton limbah cair dengan tingkat BOD 25.000 mg/l, namun dengantingkat BOD seperti itu akan menjadi pencemar bagi lingkungan dansangat membahayakan kehidupan individu sekitar. Oleh sebab itu diperlukanpengolahan kembali khusus limbah cair tersebut untuk menurunkan tingkat BODsampai batas yang dikehendaki oleh Pemerintah agar limbah cair dapat dibuang ke sungai (BOD 100 mg/l) ataupun digunakan sebagai pupuk alternatif dengan BOD 3500 – 5000 mg/l (land application). Hasil penelitian Hidayat, dkk (2007)juga menyatakan bahwa penambahan limbah cair pabrik kelapa sawit dalambentuk dry
ataupun wet sludge (lumpur) pada media tanam sub soil denganperbandingan 8 : 2 (sub soil : LCPKS) sudah dapat menggantikan peran top soilyang subur. Penelitian Nuraima (2008) juga menyatakan bahwa aplikasikonsentrat (endapan) LCPKS sampai dosis 25 ton/ha dapat meningkatkan N-total,K-dapat tukar, P-tersedia tanah dan memberikan respon pertumbuhan yang baikterhadap tanaman jagung.
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan kompos 27% dari berat tandan buah segar. TKKS ini sebagai limbah menjadi masalah pada industri minyak kelapa sawit.Limbah ini aka terus bertambah berkaitan dengan
peningkatan produksi minyak kelapa sawit atau meluasnya areal sawit (Sutanto, 2005).
yang kemudian mengalami mineralisasi sehingga menjadi tersedia dalam bentuk mineral yang dapat diserap oleh tanaman atau mikroorganisme lain. TKKS merupakan bahan oeganik kompleks yang komponen penyusunnya adalah material yang kaya unsure karbon (Sellulosa 42,7%, Hemisellulosa 27,3%, lignin 17,2%) (Arofatullah, 2006).
Keunggulan kompos TKKS meliputi : kandungan kalium yang tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan anatara lain : (1). Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2). Membantu
kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3). Bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman;
(4). Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan (5). Dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Sunarko, 2009).
Permintaan pupuk organik yang semakin pesat merupakan salah satu peluang pemanfaatan TKKS menjadi pupuk kompos secara ekonomis. TKKS melalui proses dekomposisi dapat menjadi pupuk yang kaya unsur hara seperti N, P, K, dan Mg sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Pengolahan TKKS segar menjadi kompos pada dasarnya memiliki manfaat ganda yakni jawaban atas permasalahan limbah cair dan limbah padat TKKS serta manfaat ekonomis sebagai pemasok unsur bahan organik bagi tanaman (Redaksi Agromedia, 2007).
51
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kebun Bangun PTPN III Kabupaten Simalungun, Pematang Siantar mulai Januari-Juni 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecambah kelapa sawit, top soil, sub soil, serat, solid decanter, air, dan aceton.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, polibag (5 kg), gembor,meteran, pacak sampel, kamera digital, timbangan digital, spektrofotometer.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial dengan perlakuan media tanam yang terdiri dari 11 taraf, yaitu:
S0 = Media tanam ultisol (tanpa campuran) S1 = Media tanam sludge (tanpa campuran) S2 = Media tanam TKKS (tanpa campuran)
Jumlah ulangan (Blok) : 3 ulangan
Jumlah plot : 33 plot
Ukuran plot : 100 cm x 100 cm
Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar blok : 50 cm Jumlah tanaman/plot : 5 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 165 tanaman Jumlah sampel/plot : 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 132 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :
Yij = µ + ρi + αj + εij i = 1,2,3 j = 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11
Keterangan :
Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan media tanam pada taraf ke-j
µ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i
αj : Efek perlakuan media tanam pada taraf ke-j εijk :Galat dari blok ke-i, perlakuan media tanam ke-j
Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah amatan menunjukkan pengaruh yang nyata dapat dilanjutkan dengan uji beda rataan menggunakan uji jarak
Pelaksanaan Penelitian Persiapan Areal Pembibitan
Areal pembibitan dipilih dekat sumber air, drainase baik, tidak tergenang. Areal dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman yang masih ada. Kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 1m x 1m dengan jarak antar plot 30 cm, dan jarak antar ulangan 50 cm.
Pembuatan Naungan
Naungan dibuat ukuran 22m x 5m untuk seluruh plot.Konstruksi naungan dibuat dari bambu dengan atap dari pelepah daun kelapa sawit.Naungan berfungsi untuk mencegah bibit kelapa sawit terkena sinar matahari secara langsung.
Persiapan Media Tanam
Bahan media tanam limbah berupa sludge dan TKKS diperoleh dari hasil samping pengolahan kelapa sawit di pabrik Sei Mangke, sedangkan media tanam top soil dan sub soil diambil dari sekitar areal pembibitan. Media tanam tunggal langsung dimasukkan kedalam polibag dan ditimbang masing-masing 5 kg.Untuk media campuran, masing masing perlakuan dicampur dengan menggunakan perbandingan sesuai perlakuan lalu dimasukkan kedalam polibag dan ditimbang masing-masing 5 kg.Sistem pencampuran ini berlaku untuk semua media campuran.Jika media campuran kurang, maka pencampuran terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan media dalam penelitian.
Penanaman Kecambah
Pemeliharaan Bibit Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Penyiraman dilakukan tergantung dari kondisi tanah dalam polibag.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan cara manual ataupun dengan menggunakan cangkul untuk menekan pertmbuhan gulma di polibag dan di areal pembibitan, interval penyiangan disesuaikan dengan keadaan gulma di pembibitan.
Pengamatan Parameter Tinggi Bibit
Pengamatan tinggi bibit dilakukan pasa bibit berumur 14 MST. Tinggi bibit ini di ukur dari pangkal batang hingga ujung daun terpanjang.
Jumlah Khlorofil
Jumlah khlorofil yang dihitung adalah khlorofil a, b, dan total dengan menggunakan metoda ekstraksi. Daun dari sampel destrutif pada 6 MST diambil sebanyak ± 0.1 g, dihaluskan dalam mortar dan ditambahkan 10 ml aceton yang kemudian di saring dengan menggunakan kertas saring dan dimasukkan kedalam tabung. Selanjutnya esktrak tersebut dimasukkan dalam spektrofotometer dengan panjang gelombang 645 dan 643 nm (Coombs dan Hall, 1982). Jumlah khlorofil kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :
Bobot Kering Akar
Pengukuran bobot kering akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur 14 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara mengeringovenkan akar tanaman pada suhu 70oC, selama 48 jam kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sehingga diperoleh bobot kering yang konstan. Dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi tanaman sampel.
Bobot Kering Tajuk
Perhitungan bobot kering tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah bibit berumur 14 MST. Perhitungan dilakukan dengan cara mengeringovenkan bagian atas tanaman pada suhu 70oC, selama 48 jam kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sehingga diperoleh bobot kering yang konstan. Dilakukan pada seluruh tanaman yang menjadi tanaman sampel.
Volume Akar
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan media tanam yang diberikan berpengaruh nyata dan mempunyai karakteristik pertumbuhan yang berbeda-beda pada masing-masing peubah amatan.
Tinggi Bibit
Data pengamatan tinggi bibit 14 MST dapat dilihat pada Lampiran 4.Sidik ragam pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit.Rataan tinggi bibit 14 MST dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Tinggi bibit kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam
Perlakuan 14 MST
----cm----
S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 26.20a
S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00b
S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 25.00a
S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 22.17a
S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 24.83a
S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 21.07a
S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 25.20a
S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 23.07a
S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 24.33a
S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 22.33a
S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 25.17a
Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%.
Jumlah Klorofil a
Data pengamatan tinggi bibit 13 MST dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 6-7. Hasil sidik ragam pada menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil a. Rataan jumlah klorofil a umur 14 MST dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah klorofil a kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam
Perlakuan 14 MST
10-3 mg/g bb
S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 37.08c
S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00h
S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 24.24e
S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 6.73g
S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 9.14f
S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 23.21e
S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 10.45f
S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 39.03b
S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 39.47b
S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 45.62a
S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 31.87d
Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwajumlah klorofil a tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:20:70 yaitu sebesar 45.64 x 10-3 mg/g bb.Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik jumlah klorofil a yang berbeda-beda.
Jumlah Klorofil b
Perlakuan 14 MST 10-3 mg/g bb
S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 0.98f
S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00i
S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 0.71g
S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 0.22h
S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 1.16e
S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 22.53a
S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 0.64g
S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 7.83b
S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 7.49c
S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 2.88d
S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 1.24e
Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%.
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa jumlah klorofil b tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:60:30 yaitu sebesar 22.53 x 10-3 mg/g bb. Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik jumlah klorofil a yang berbeda-beda.
Jumlah Klorofil Total
Data pengamatan jumlah klorofil total dapat dilihat pada Lampiran 10. Sidik ragam pada Lampiran 11 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil total.Rataan jumlah klorofil total umur 14 MST disajikan dalam Tabel 4.
Hasil pada Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah klorofil b tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:60:30 yaitu sebesar 71.81 x 10-3 mg/g bb. Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik jumlah klorofil a yang berbeda-beda.
Tabel 4. Jumlah klorofil total kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam
S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 50.35d
S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00k
S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 33.04g
S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 8.41j
S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 14.09h
S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 71.81a
S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 12.51i
S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 36.69f
S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 65.44b
S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 54.43c
S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 43.99e
Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%. Bobot Kering Akar
Data pengamatan bobot kering akar dan analisis ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 12-13.Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.Rataan bobot kering akar umur 14 MST disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Bobot kering akarkelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam
Perlakuan 14 MST
----gr----
S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 0.96a
S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00g
S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 0.59bc
S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 0.38d
S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 0.51c
S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 0.52c
S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 0.23e
S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 0.22f
S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 0.28de
S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 0.30de
S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 0.63b
Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang
samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%.
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa bobot kering akar tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam ultisol tanpa campuran yaitu sebesar 0.96 gr.
Bobot Kering Tajuk
tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk.Rataan bobot kering tajuk umur 14 MST disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Bobot kering tajuk kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam
Perlakuan 13 MST
----gr----
S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 2.83a
S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00f
S2 (Media tanam TKKS tanpa campuran) 1.06cd
S3 (Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:80:10) 0.77e
S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 2.94a
S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 0.98d
S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 1.74b
S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 0.88d
S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 2.01b
S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 2.80a
S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 1.34c
Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang
samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%.
Volume Akar
Data pengamatan volume akar dapat dilihat pada Lampiran 16.Sidik ragam pada Lampiran 17 menunjukkan bahwa perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap volume akar.Rataan volume akar 14 MST dapat dilihat dalam Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Volume akar kelapa sawit dengan berbagai perlakuan media tanam
Perlakuan 13 MST
----mm3----
S0 (Media tanam ultisol tanpa campuran) 0.50d
S1 (Media tanam sludge tanpa campuran) 0.00g
S4(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:70:20) 1.00d
S5(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:60:30) 2.00c
S6(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:50:40) 1.00d
S7(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:40:50) 1.00d
S8(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:30:60) 0.10f
S9(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:20:70) 0.20e
S10(Media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS 10:10:80) 2.50b
Keterangan: Angka-angka yang diikutihurufberbedapadakolom yang
samamenunjukkanberbedanyatamenurutUjiJarakBerganda Duncan padataraf α=5%.
Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa bobot kering tajuk tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:80:20dan 10:70:20 yaitu masing-masing sebesar 4.00 gr. Pembahasan
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi bibit tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:50:40 yaitu 25.20 cm. Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik tinggi bibit yang hampir sama.
Hasil berbeda ditemukan pada peubah amatan jumlah klorofil a yang hasil tertingginya diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:20:70 yaitu sebesar 45.64 x 10-3 mg/g bb. Sedangkan untuk peubah amatan jumlah klorofil b dan total tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:60:30 yaitu sebesar 22.53 x 10-3 mg/g bb dan 71.81 x 10-3 mg/g bb(Tabel 3 dan 4). Masing-masing media tanam menunjukkan karakteristik jumlah klorofil b yang berbeda-beda.
yang cukup akan memicu laju pembentukan khlorofil. Brown (2000) juga menemukan hubungan linier positif antara ketersediaan hara dengan kandungan khlorofil, jika hara itu cukup maka pembentukan khlorofil akan meningkat.
Menurut Nurjen et al., (2002), jika fotosintesis berlangsung dengan baik, maka tanaman akan tumbuh dengan baik yang diikuti oleh berat kering tanaman yang mencerminkan status nutrisi tanaman, karena berat kering tanaman tersebut tergantung pada aktifitas sel, ukuran sel dan kualitas sel penyusun tanaman.
Menurut Suraya (2002) dalam Anjarsary dkk. (2007), bobot kering tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman. Nilai bobot kering tanaman yang tinggi menunjukkan terjadinya peningkatan proses fotosintesis karena unsur hara yang diperlukan cukup tersedia. Hal tersebut berhubungan dengan hasil fotosintat yang ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman untuk pertumbuhan tanaman, sehingga memberikan pengaruh yang nyata pada biomassa tanaman. Kandungan Nitrogen yang tinggi akan memacu pertumbuhan ujung tanaman sedangkan N yang terbatas akan memacu pertumbuhan akar (Engelstad, 1997).
Hasil penelitian menunjukkan bahwavolume akar tertinggi diperoleh pada perlakuan media tanam campuran ultisol, sludge dan TKKS dengan perbandingan 10:80:20 dan 10:70:20 yaitu sebesar 4.00 gr.Hasil ini menunjukkan bahwa pada komposisi media dengan jumlah sludge yang terbesar (70-80) mampu memberikan ruang yang cukup bagi pertumbuhan akar tanaman.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Media tanam yang digunakan menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang bervariasi.
2. Sludge dapat diguanakan sebagai campuran media tanam pembibitan kelapa sawit.
3. Hasil terbaik diperoleh pada media campuran ultisol, sludge dan TKKS pada perbandingan 10:70:20 dengan menghasilkan bobot kering tajuk dan volume akar tertinggi.
Saran
65
DAFTAR PUSTAKA
Arofatullah, A., 2006. Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit.pdf.Diakses pada tanggal 8 juni 2012.
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, dan Hamidah, H., 2010. Kesuburan Tanah Dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Deputi Menegristek. 2002. Kelapa Sawit.pdf. Diakses pada tanggal 8 Juni 2012. Fauzi, Y., Yustina, E. W., Satyawibawa, Rudi H., 1997. Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Ginting, E. N., 2009. Pembibitan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Hadi, M. M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit . Adicipta, Yogyakarta.
Harahap, O. H. 2011. Efektifitas pemberian kompos Tandan Kosong Kelapa sawit dan Cendawam Mikoriza Arbuskula Pada Tanaman Gaharu. Diakses pada tanggal 8 Juni 2012.
Hasnudi, 2005. Peranan Limbah Kelapa Sawit Dan Hasil Samping Industri Kelapa Sawit Terhadap Pengembangan Ternak Ruminansia Di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara. Medan
http://BPPT-HUMAS.ac.id. 2010. Kelapa Sawit dan Perkembangannya.Diakses pada tanggal 8 Juni 2012.
Kartasapoetra, A. G., 1998. Kerusakan Tanah Pertanian. Kanisius, Jakarta.
Lubis, B., P. Purba dan A. D. P. Ariana, 1988. Inventarisasi Dan Karakteristik Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Proseding Seminar nasional Pengendalian Limbah Kelapa Sawit dan Karet Di Medan, 20-21 Desember 1988.
Loebis, B., dan P. L. Tobing, 1989. Potensi Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Perkebunan BPP Medan.
PTPN IV. 1996. Vademecum Kelapa Sawit. Sumut.
Redaksi Agromedia. 2007. Membuat Tanaman Buah Dalam Plot Berbuah Lebat. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Risza, S. 1995. Kelapa sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta.
Semangun, H., 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press, Yogyakarta.
Setyohadi. 2010. Diktat Agroindustri Hasil Tanaman Perkebunan. USU Press, Medan.
Sunarko.2009. Petunjuk Budidaya dan Pengeolaan Kebun Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sutanto, R., 2005. Penerapan Pertanian Organik. Penerbit kanisius, Ygyakarta. Sutarta, E. S., Darmosarkoro, W., dan Rahutomo, S., 2004. Peluang Penggunaan
Pupuk Majemuk dan Pupuk Organik dari Limbah Kelapa Sawit.Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan
Tim Penulis. 1998. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Westpal, E. and Jansen, P. C., 1993. Plant Resorches Of South East asra. Prosea, London.
Lampiran 1. Bagan Penanaman Pada Plot
100 cm
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Minggu
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Persiapan Areal Pembibitan X
2 Pembuatan Naungan X
3 Persiapan Media Tanam X
4 Penanaman Kecambah X
5 Pemeliharaan Bibit
- Penyiraman
Dilakukan sesuai dengan kondisi dilapangan
- Penyiangan
6 Pengamatan
- Tinggi bibit X
- Jumlah klorofil daun X
- Bobot kering akar X
- Bobot kering tajuk X
Lampiran 4. Data Pengamatan Tinggi Bibit 14 MST
Lampiran 5. Sidik Ragam Tinggi Bibit 14 MST
Lampiran 6. Data Pengamatan Jumlah Klorofil a 14 MST
Lampiran 7. Sidik ragam Jumlah Klorofil a 14 MST
Lampiran 8. Data Pengamatan Jumlah Klorofil b 14 MST
Lampiran 9. Sidik Ragam Jumlah Klorofil b 14 MST
Lampiran 10. Data Pengamatan Jumlah Klorofil Total 14 MST
Lampiran 11. Sidik Ragam Jumlah Klorofil Total 14 MST
Lampiran 12. Data Pengamatan Bobot Kering Akar 14 MST
Lampiran 13. Sidik Ragam Bobot Kering Akar 14 MST
Lampiran 14. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk 14 MST
Lampiran 15. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk 14 MST
Lampiran 16. Data Pengamatan Volume Akar14 MST
Lampiran 17. Sidik Ragam Volume Akar 14 MST
Lampiran 18. Hasil analisis tanah
Parameter Satuan Top soil Keterangan
pH (H2O) --- 6.12 Netral
C-organik % 2.69 Sedang
N-total % 0.21 Sedang
C/N --- 13 Sedang
P-Bray II ppm 98.66 Sangat tinggi
K cmol/kg 0.48 Tinggi
Sumber : PT Nusa Kencana Analytical & QC Laboratory Asian Agri
Lampiran 19. Hasil analisis sludge
Parameter Satuan Slugde Keterangan
N mg/l 395 Sedang
P ppm 212 Sedang
K ppm 1.984 Sedang
Sumber : PT Nusa Kencana Analytical & QC Laboratory Asian Agri Lampiran 20. Hasil analisis TKKS
Parameter Satuan TKKS Keterangan
pH (H2O) --- 8.63 Alkalis
C-organik % 3.61 Tinggi
N-total % 0.28 Sedang
C/N --- 12.8 Sedang
P Ppm 0.09 Sangat rendah
K % 0.80 Sangat rendah
Lampiran 21. Tabel 44. Kriteria Penilaian Beberapa Sifat Tanah Sifat tanah Sangat
rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi