ANALISIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL
THE LAST EMPEROR
KARYA HENRY PU YI
SKRIPSI
OLEH
NAMA : THERESIA IRENE PASARIBU
NIM : 080710035
PROGRAM STUDI SASTRA CHINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
▸ Baca selengkapnya: pengenalan para tokoh, penataan adegan, dan hubungan antar tokoh pada teks novel sejarah termasuk pada struktur
(2)ABSTRAK
The research with tittled “Analisis tokoh utama dalam novel The Last Emperor Autobigrafi Henry Pu Yi” Focuses on the analisis of main character Henry Pu Yi which also known with Putra langit. The main purpose of this research is to describe personality of main character which based on issue facing figures namely is complex and development personality faced figures namely of dynamic. Data sourch taken from the novel it selfs. After analysing the personality of main character based on issue facing figures namely is complex and development personality faced figures namely of dynamic and
psikoanalisis by Sigmund Freud, the researcher finds that Henry Pu Yihave so much character and id is dominan on issue facing figuers and superego on
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapakan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih karunia dan rahmat-Nya pengajuan proposal skripsi ini dapat diselesaikan.
Adapun judul Proposal skripsi ini yaitu “Analisis Tokoh Utama Dalam Novel The Last Emperor karya Henry Pu Yi dalam bahasa mandarin《皇帝》小说中主角性格分
析 ( Huang ti xiashuo zhong aaa xing ge fen xi”. Proposal skripsi ini berisikan
pemaparan bab satu yaitu Bab Pendahuluan terdiri atas: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, konsep,novel, tokoh, landasan teori, meetode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, data dan sumber data, sistematika penulisan dan daftar pustaka
Penyusunan proposal skripsi ini penulis banyak dibantu oleh berbagai phak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Yang terhormat, Dr.Syahron Lubis, M.A, Selaku Dekan Fakultas Ilmu BudayaUniversitas Sumatera Utara.
2. Yang Terhormat, Dr.Thyrhaya Zein, M.A, selaku Ketua Program studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
4. Yang Terhormat, Prof.Dr. Ikhwanudin Nasution, M.Si, selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan dan meluangkan waktu bagi pengerjaan proposal skripsi ini.
5. Yang Terhormat,Cao Laoshi, M.A, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan meluangkan waktunya bagi pengerjaan proposal skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan proposal skripsi ini.
Medan,17 Juli 2012 Penulis,
DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL………..…...i
LEMBAR PENGESAHAN………..…...….ii
KATA PENGANTAR……….…...….iii
DAFTAR ISI………...…...….….v
BAB I PENDAHULUAN………...…...….…...…1
1.1 Latar Belakang ………..…...……….……..1
1.2 Perumusan Masalah………...…10
1.3 Pembatasan Masalah………...……….11
1.4 Tujuan Penelitian……….….………... .11
1.5 Manfaat Penelitian……….……...……12
BAB II Konsep, Kajian Pustaka dan Landasan Teori………...…..14
2.1 Konsep ……….……….………...……14
2.1.1 Novel ………...…...14
2.1.2 Unsur Intrinsik……….……...15
2.1.2.1 Karakter atau Penokohan…………...15
2.1.2.2 Tema ………..……...15
2.1.2..3 Latar………...…...16
2.1.2.5 Sudut Pandang……….…...……18
2.1.2.6 Amanat………...……19
2..1.2. Tokoh………...…….….………...…20
2.2 Kajian Pustaka………...….…23
2.3 Landasan Teori……….…….…………...………25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...…29
3.1 Pendekatan Penelitian ………...………...29
3.2 Teknik Pengumpulan Data………...……....29
3.3 Sumber Data………...…...…31
3.4 Teknik Analisis Data………...…...…..31
BAB IV Analisis Tokoh Utama Dalam Novel The Last Emperor Autobiografi Henry Pu Yi Ditinjau Dari Masalah Yang Dihadapi Tokoh Dan Perkembangan Kepribadian Tokoh...33
4.1 AnalisisUnsurYangMembagunNovel………...…………..33
4.1.1 Tema………...………... .34
4.1.2 Plot ………...………… …………...…..35
4.1.3 Setting………...………… ……...……..38
4.1.4 Tokoh, Watak dan Penokohan ………...40
4.1.5 Titik Pandang………...…...…………....45
4.1.6 Gaya Bahasa………...………...……… ...46
The Last Emperor Ditinjau Dari Masalah Yang
DihadapiTokohYangBersifatKompleks ………...51
4.2.2 Analisis Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel The Last Emperor Ditinjau Dari Perkembangan KepribadianTokoh Yang Bersifat Dinamis ………...71
BAB V Kesimpulan Dan Saran ………...…84
5.1 Kesimpulan ………..………...84
5.2 Saran ………...…85
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra adalah catatan pemikiran. Sastra sebuah representasi dari berbagai
gagasan, kegelisahan, idealisme, atau ideologi pengarangnya yang di dalamnya
memiliki sifat imajinatif. Sastra sekadar kemasan, bungkus yang seolah-olah
sedemikian rupa dimasukan sebagai alat menyimpan segenap pemikiran. Sebuah
lemari besar yang di dalamnya tersimpan bertumpuk-tumpuk catatan pemikiran
mengenai berbagai hal. Mengingat catatan pemikiran itu berangkat dari suatu
pengalaman yang sudah terjadi, sesungguhnya hakikat sastra tidaklah jauh
berbeda dengan sejarah yang juga mencatat segala peristiwa yang sudah terjadi.
Sastra juga dikatakan sebagai salah satu unsur budaya masyarakat. Sastra
merupakan sesuatu yang diwariskan secara lisan dan tulisan seperti pantun,
nyanyian rakyat dan cerita rakyat. Secara tulisan sastra yang timbul di Indonesia
mulai berlangsung setelah bangsa Indonesia berkenalan dengan agama asing,
yakni agama Hindu, Islam dan Kristen. Sastra juga dikatakan sebagai hasil
kesenian, karena kita dapat memasuki pengalaman bangsa-bangsa, sejarah dan
Sastra lisan dan tulisan yang memberikan keterangan pada masa lampau
berupa informasi yang pantas disebut sebagai bahan-bahan dokumenter bagi studi
sejarah. Sebagai bahan-bahan dokumenter, sastra memiliki kekhasan, sastra
bersifat naratif dan karenanya dapat dikategorikan sebagai accepted history;
contohnya adalah babad, hikayat, sejarah dalam arti klasik, tambo dan kalau di
barat disebut kronik dan annales.
Berkaitan dengan hal itu, seni sastra dianggap sebagai jejak sejarah dan
mengandung informasi tentang apa yang dianggap terjadi dan bermakna dalam
skala luas dan sempit. Sastra merupakan sumber yang bersifat naratif. Sumber
naratif adalah sumber yang berisi uraian lengkap, kebanyakan sumber tertulis,
terutama yang menyangkut masalah sosial, politik, kultural, atau agama.
Demikian juga termasuk ke dalam sumber ini adalah historiografi tradisional,
biografi, kenang-kenangan (memoar), kronik, annales, inskripsi dan lain-lain.
Sastra menghasilkan sebuah karya yang disebut sebagai karya sastra di
mana yang dimaksud dengan karya sastra adalah produk pengarang yang hidup di
lingkungan sosial. Dengan begitu karya sastra merupakan dunia imajinatif
pengarang yang selalu terkait dengan kehidupan sosial. Karya sastra berisi catatan,
rekaman, rekaan, dan ramalan kehidupan manusia. Pada gilirannya karya sastra
sedikit-dikitnya acap kali mengandung fakta-fakta sosial. Lebih dari itu, karya
sastra seperti yang diungkapkan Grebstein (dalam Mahayana, 2008: 226), “Karya
sastra dapat mencerminkan perkembangan sosiologis atau menunjukkan
perubahan-perubahan yang halus dalam watak kultural.”
Karya sastra menjadi semacam dunia alternatif yang dapat berupa
tertentu dari kode sastra dan budaya. Mengingat karya sastra tidak terlepas dari
kreasi imajinatif pengarangnya, sebagai sumber sejarah, karya sastra termasuk
sumber yang sulit dipertanggungjawabkan secara faktual. Akan tetapi, ada dua hal
penting yang dapat disumbangkan oleh sastra yaitu:
1. Sastra dapat memberikan pantulan-pantulan tertentu tentang
perkembangan pikiran, perasaan dan orientasi.
2. Sastra dapat pula memperlihatkan bagaimana bekerjanya suatu bentuk
struktural dari situasi historis tertentu dari lingkungan penciptanya.
Adapun aspek-aspek pembentuk struktur karya sastra, seperti latar, sudut
pandang, penokohan, bentuk (tetap, bebas), alur dan sarana bahasa untuk cerpen
dan novel; aspek penjenisan (lirik, naratif, dramatik), citraan, acuan, tipografi dan
lain-lain untuk puisi; dan pokok bahasan, unsur subjektif, gagasan, istilah,
penyebutan nama-nama tokoh, dan lain-lain untuk esai.
Kaitannya dalam hal tersebut adalah novel sebagian besar paling
mendekati gambaran kehidupan sosial dibandingkan puisi atau drama. Konflik
yang dapat ditangkap dalam novel adalah gambaran ketegangan antara individu
dengan individu, lingkungan sosial, alam, Tuhan, atau ketegangan individu
dengan dirinya sendiri.
Novel sebagai hasil cipta sastra, dari satu sisi dapat berfungsi sebagai
cermin dari masyarakatnya. Novel dapat dianggap sebagai alat perekam
kehidupan masyarakat dalam suatu waktu, pada suatu tempat. Anggapan ini dapat
dibenarkan karena sebagai karya sastra, sesungguhnya novel tidak hanya
berlandaskan kepada imajinasi pengarang belaka. Imajinasi pengarang tidak
tentang realitas objektif . Dengan demikian, karya sastra novel tidaklah sekadar
hasil ekspresi pikiran dan perasaan pengarang belaka.
Dalam menganalisis hasil sebuah karya sastra terdapat sebuah pendekatan.
Secara garis besar Tanaka (dalam Endraswara, 2009: 9) mengenalkan dua
pendekatan yaitu: (1) mikro sastra dan (2) makro sastra. Mikro sastra artinya
kajian yang memahami bahwa karya sastra dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
aspek lain di sekitarnya. Sebaliknya, makro sastra adalah pemahaman sastra
dengan bantuan unsur lain di luar satra. Dua tawaran pendekatan tersebut
sebenarnya sejajar dengan pendekatan Wellek dan Warren (1989), yaitu
pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Dari kedua unsur utama yang membangun
karya sastra tersebut, unsur intrinsiklah yang akan dipakai penulis dengan
menganalisis tokoh utama di dalam novel yang diteliti.
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa cerita rekaan sehingga
peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh
disebut penokohan (Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 142). Tokoh dalam karya
rekaan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu.
Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan.
Tokoh adalah satu unsur penting dalam penulisan dalam karya sastra. Kejadian
atau peristiwa yang terdapat di dalam karya sastra dihidupkan oleh tokoh-tokoh
sebagai pemegang peran atau pelaku alur. Ditinjau dari peranan dan keterlibatan
dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas (a) tokoh primer (utama), (b) tokoh
sekunder (tokoh bawahan), (c) tokoh komplementer (tambahan) (Sudjiman,
Sukada, Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 143). Dilihat dari perkembangan
Bila dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh dapat dibedakan atas tokoh yang
mempunyai karakter sederhana dan kompleks (Aminuddin dalam Siswanto, 2005:
143). Tokoh dinamis adalah tokoh yang kepribadiannya selalu berkembang.
Sebagai contoh tokoh Henry Pu Yi yang semula rendah hati tetapi karena
terpengaruh akan kekuasaan di dalam kerajaan yang akhirnya membuatnya
menjadi seorang yang angkuh tetapi tokoh Henry Pu Yi menjadi rendah hati
kembali setelah menyadari bahwa dengan keangkuhannya dia tidak akan bisa
hidup dengan kondisi kehidupannya yang sudah tidak menjadi kaisar. Tokoh statis
adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap. Contoh tokoh Henry Pu Yi yang
semula memiliki watak curiga sampai diakhir cerita pun akan tetap seorang yang
berwatak curiga. Tokoh yang mempunyai karakter sederhana adalah tokoh yang
mempunyai karakter seragam atau tunggal. Tokoh yang mempunyai watak yang
kompleks adalah tokoh yang mempunyai kepribadian yang kompleks, misalnya
tokoh Henry Pu Yi yang di mata masyarakat dikenal sebagai orang yang penuh
curiga, ambisius, dan egois. Ternyata ia juga menjadi seorang yang sangat
mencintai leluhurnya dan sangat ingin mempertahankan pemerintahan tetap dalam
bentuk monarki sehingga menjadikannya seorang yang ambisius, egois dan penuh
curiga. Henry Pu Yi semata-mata memiliki karakter demikian membuktikan
betapa ia sangat mencintai kerajaan dan menghormati leluhurnya. Sukada (dalam
Siswanto, 2005 : 143) merangkum keempat pembagian di atas menjadi tokoh
datar (flat chararter) yang sederhana dan bersifat statis dan tokoh bulat (round
character) yang memiliki kekompleksan watak dan bersifat dinamis. Dalam
menganalisis tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel The Last Emperor penulis
memiliki watak yang kompleks dan berdasarkan perkembangan kepribadian tokoh
yaitu tokoh yang bersifat dinamis. Tokoh yang dianalisis berdasarkan
perkembangan kepribadian tokoh utama yakni yang bersifat dinamis dianalisis
juga dengan psikoanalisis oleh Sigmund Freud yang mana Sigmund Freud
membaginya dalam struktur kepribadian manusia yakni id, ego dan superego.
Tokoh dalam karya sastra adalah sarana pengarang menggambarkan cerita, pesan
dan kesan yang ingin disampaikan melalui tema yang diangkat pengarang.
Melalui perilaku tokoh-tokoh inilah seorang pengarang melukiskan kehidupan
manusia dengan konflik-konflik yang dihadapinya, baik konflik dengan orang
maupun anggota kelompok. Karena dalam setiap novel memiliki setiap tokoh
yang unik untuk dibahas. Dalam novel The Last Emperor terdapat satu tokoh
utama yaitu Henry Pu Yi yang merupakan kaisar terakhir di Cina sebelum
akhirnya Cina berevolusi menjadi negara republik. Novel The Last Emperor
menceritakan kehidupan seorang Kaisar Henry Pu Yi yang merupakan Kaisar
terakhir di Cina. Kaisar Henry Pu Yi memiliki banyak kebiasan, watak dan sikap
yang bervariasi. Dalam hal kebiasaan makan Kaisar Henry Pu Yi terbiasa
disajikan makanan sebanyak 25 jenis dan beberapa diantaranya ada yang tidak
pernah disentuh sama sekali. Watak Kaisar Henry Pu Yi juga banyak, mulai dari
sifat curigaan, ambisius, pemarah, rendah hati, mau mendengarkan nasihat serta
saran orang lain dan tegas. Watak inilah yang selalu mewarnai perjalan hidup
Kaisar Henry Pu Yi. Masalah yang diteliti oleh penulis berfokus kepada watak
Henry Pu Yi yang kompleks dan watak Henry Pu Yi yang bersifat dinamis.
Novel The Last Emperor yang diterbitkan tahun 2010 ini adalah novel
bawah kepemimpinan bangsa Manchu. Novel ini menceritakan tentang seorang
kaisar yang bernama Henry Pu Yi yang dinobatkan menjadi kaisar pada usia dua
tahun yang merupakan kaisar terakhir di Cina dan kaisar yang memiliki kisah
tragis.
Novel ini juga menceritakan tentang para penghianat di dalam kerajaan,
koruptor dan sifat-sifat ingin bertahta. Novel ini juga menceritakan seluk beluk
hidup seorang kaisar yang ada di dalam kota terlarang dan kekayaan budaya Cina,
mulai dari budaya makan, cara menghadiri pertemuan, tata cara saat bertemu
dengan orang-orang penting yang ada di istana, kowto, menulis dan lain-lain.
Novel ini mengandung cerita yang unik, memikat dan penting tentang
sejarah Cina yang paling kacau dan dramatis dan tentang seorang manusia yang
menjadi saksi atas semuanya. Novel ini diselimuti oleh intrik politik, korupsi,
kekuasaan, perebutan kekusaan, persekongkolan dan penghianatan perang.
Novel ini juga menarik karena temanya yang klasik yang berlatar kerajaan
pada masa Dinasti Qing. Novel The Last Emperor merupakan gambaran sejarah
pada masyarakat Cina yang juga termasuk dalam Sejarah Dunia yang mana
ceritanya merupakan apresiasi kejadian yang terjadi di masa lampau dan dapat
diceritakan pada saat ini yang menjadi sumber sejarah yang sangat berharga bagi
pembaca dan masyarakat saat ini khususnya para pelajar.
Novel The Last Emperor ditulis oleh Henry Pu Yi sendiri, pertama kali
dirilis pada Februari 2010 dan kemudian direvisi oleh Paul Kramer dan
selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Fahmi Yamani
mendapatkan apresiasi sebagai best seller di New York Times dan media lain
seperti The Wangshinton Post. Autobiografi Henry Pu Yi ini juga mengilhami
peraih film 9 piala Oscar. Dari segi cerita novel ini memiliki cerita yang cukup
menarik di mana menceritakan kehidupan seorang kaisar yang kehidupannya
serba mewah, banyak prajurit, dan banyak pesuruh harus berakhir tragis dan jauh
dari bayangan kehidupan seorang kaisar. Nasib tragis yang dialami Kaisar Henry
Pu Yi ditahan sebagai tawanan perang selama sepuluh tahun, terpisah dari
keluarganya, sampai akhirnya saat berada dalam sel tahanan Henry Pu Yi harus
mencuci pakaian sendiri yang dulu sama sekali tidak pernah dia lakukan.
Penderitaan Henry Pu Yi juga tidak hanya sampai tahap itu bahkan setelah keluar
dari dalam sel penjara Henry Pu Yi menjadi seorang tukang kebun demi bisa
menghidupi diri dan keluarganya, Namun nasib tragis yang dialami Henry Pu Yi
ini justru memperlihatkan sifat dan sikap yang rendah hati dari seorang Kaisar
Henry Pu Yi yang mana, Kaisar Henry Pu Yi mau belajar untuk memperbaiki diri
menjadi lebih baik. Dengan perjuangan yang begitu keras akhirnya Henry Pu Yi
lahir kembali menjadi sosok yang rendah hati dan mandiri.
Pemerintahan kaisar Henry Pu Yi tersebut dapat dikatakan gagal karena
terjadi banyak kekacauan dan keributan di sana sini, Kaisar Henry Pu Yi juga
gagal mempertahankan negara dalam bentuk monarki hingga akhirnya berubah
bentuk menjadi republik. Henry Pu Yi sendiri menuliskan kisah-kisah tragis yang
dialaminya sendiri sejak 07 Februari 1906 – 17 Oktober 1967. Henry Pu Yi
merupakan kaisar ke dua belas dari Dinasti Qing dan merupakan kaisar terakhir
di Cina. Henry Pu Yi sendiri memerintah dari tahun 1908-1924. Pertumbuhan
benar dan salah, yang perlu dihormati hanyalah orang-orang tertentu saja seperti
para permaisuri dan pangeran. Penderitaan Henry Pu Yi berakhir pada 4
Desember 1959 saat menerima grasi khusus yang membebaskan Henry Pu Yi
dari tahanan sel yang telah dipertimbangkan berdasarkan kelakuan para tawanan
perang saat itu. Semakin tawanan bersikap baik, jujur, sopan dan yang pasti telah
mengalami reformasi diri maka akan semakin cepat pula proses keluarnya dari
tahanan sel. Tanggal 9 Desember 1959 Henry Pu Yi sudah tiba kembali di Bejing,
kampung halaman yang selama 35 tahun lebih ditinggalkannya. Henry Pu Yi
menikmati kehidupan barunya dengan berjalan-jalan mengelilingi kota,
terheran-heran melihat berbagai perubahan yang terjadi, Termasuk saat adiknya
memanggilnya dengan sebutan kakak tertua yang dahulu tidak akan pernah
mereka gunakan.
Pada 26 November 1960, Henry Pu Yi menerima sertifikat pemilihan
umum sebagai pemilih dengan nama Aisin-Gioro Pu Yi. Saat itu merupakan saat
yang paling membahagiakan bagi dirinya. Saat memberikan suara, Henry Pu Yi
merasa menjadi orang yang paling kaya di dunia, Apalagi saat Henry Pu Yi
berhasil membeli sebuah rumah untuk tinggal bersama istri barunya Li Shu-Hsien.
Henry Pu Yi tidak akan pernah melupakan perjuangan mendapatkan itu semua.
Henry Pu Yi menceritakan perjalanan hidupnya yang luar biasa mulai dari
penobatannya menjadi kaisar saat berusia dua tahun, hubungannya dengan
orang-orang di sekitarnya, korupsi yang menggerogoti kerajaan, menjadi boneka
penguasa Jepang, menjadi tawanan dan menjadi seorang Kaisar. Dengan
menyimak kehidupan Henry Pu Yi berarti menyelami periode penting dalam
Foto-foto yang disajikan di halaman belakang novel ini juga kian
menambah nilai novel ini. Terlihat wajah Henry Pu Yi yang berusia 2 tahun dan
harus duduk dengan tenang di singgsana saat dinobatkan menjadi kaisar, Henry
Pu Yi harus duduk manis dan Henry Pu Yi harus mengenakan baju kebesaran.
Penulis kian merasa kasihan sekaligus kagum padanya. Kelebihan yang dimiliki
pengarang juga menjadi salah satu faktor yang membuat novel ini pantas untuk
diteliti, penulis dapat menuliskan setiap peristiwa dengan sangat detail dan
lengkap disetiap kejadian yang penting dan yang dianggap berpengaruh dari segi
alur dan penggunaan bahasa yang sederhana yang dapat memudahkan pembaca
untuk mengerti isi novel tersebut.
Banyak hal yang menarik juga bisa ditemui dalam novel ini. Misalnya
pengetahuan Henry Pu Yi serta kaisar terdahulu terhadap dunia luar justru
diperoleh dari Buku Alice in Wonderland. Lalu kehidupan sebuah kekaisaran
berikut intrik-intriknya. Kita juga diajak untuk mengetahui berbagai hal mulai dari
kebudayaan, peristiwa sejarah dari sisi mata seorang kaisar yang diturunkan
dengan paksa, serta ilmu pengetahuan ala Cina.
Dengan sangat terbuka dan dengan informasi yang gamblang Henry Pu Yi
menuliskan kisah ini ditempat penahanannya. Maka tidak diragukan lagi novel ini
adalah catatan yang unik, memikat dan penting tentang sejarah Cina yang paling
kacau dan dramatis dan tentang seorang manusia yang menjadi saksi atas
segalanya. Hal ini membuat novel ini pantas untuk diteliti.
Alasan-alasan inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti Novel
tersebut dengan judul penelitian “Analisis Tokoh Utama dalam Novel The Last
1.1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat
dikemukakan perumusan masalah yaitu:
1. Bagaimanakah perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel The last
emperor ditinjau dari masalah yang dihadapi tokoh?
2. Bagaimanakah perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam Novel The
Last Emperor ditinjau dari perkembangan kepribadian tokoh ?
1.2 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat
mengaburkan penelitian dan agar tetap fokus maka peneliti membatasi masalah
yang diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti.
. Bagaimana gambaran perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel
The last emperor ditinjau dari masalah yang dihadapi tokoh yang bersifat
kompleks yaitu cengeng, pemberontak, boros, kaku dan dingin, egois, pemarah,
penuh curiga, benci, ambisius, penakut yang penuh dengan rasa khawatir, usil, jail,
nakal, angkuh, sensitif, rendah hati, bertanggungjawab, mau belajar, dermawan,
tegas, penuh syukur, pekerja keras, pantang menyerah, penyesalan, berpendirian
teguh, mau mendengarkan nasihat dan saran dari orang lain dan patuh.
. Bagaimana gambaran perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel
The Last Emperor ditinjau dari perkembangan kepribadian tokoh yang bersifat
dinamis yaitu seorang yang berwatak boros menjadi lebih hemat, seorang yang
ambisius menjadi seorang yang penurut, mau belajar menjadi lebih baik dan
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan adalah sesuatau yang ingin dicapai peneliti. Adapun tujuan
penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel The
last emperor ditinjau dari masalah yang dihadapi tokoh
2. Mendeskripsikan perwatakan tokoh utama Henry Pu Yi dalam novel The
Last Emperor ditinau dari perkembangan kepribadian tokoh.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian yang baik haruslah memberikan manfaat. Manfaat penelitian
baiknya dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat pula
diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari. Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah:
1.4.1 Manfaat Akademis
Secara akademis, penelitian ini dapat memperluas dan memperkaya
referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Ilmu budaya
khususnya Sastra Cina USU.
2.4.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan
mahasiswa terhadap penganalisisan penokohan dalam sebuah novel, terutama bagi
yang ada di lingkungan perkuliahan. Dengan menganalisis tokoh utama di dalam
novel The Last Emperor tersebut pembaca akan mengetahui bagaimana sejarah
perubahan bentuk pemerintahan monarki ke bentuk pemerintahan republik dalam
2.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
sumbang pikiran terhadap pihak-pihak yang berkepentingan, seperti masyarakat
BAB II
KONSEP, KAJIAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI
2.1 Konsep
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. Novel b.
Unsur intrinsik sastra c. Tokoh.
2.1.1 Novel
Kata Novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti “Sebuah kisah,
sepotong berita”. Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Suatu
karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan sifat dan watak
setiap pelaku. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks
dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal. Biasanya
novel menceritakan peristiwa pada masa tertentu. Bahasa yang digunakan lebih
mirip bahasa sehari-hari. Meskipun demikian penggarapan unsur-unsur
intrinsiknya masih lengkap, seperti tema, plot, gaya bahasa, nilai, tokoh dan
penokohan. Dengan catatan, ditekankan aspek tertentu dari unsur intrinsik
tersebut.
Novelet atau novela merupakan bentuk antara novel dan cerpen. Bentuk
antara ini bisa ditinjau baik dari panjang tulisan, kekompleksan masalah,
penggarapan unsur-unsur intrinsiknya, maupun peristiwa yang diceritakan. Dalam
rekaan yang lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerita pendek, tetapi
tidak sepanjang novel, jangkauannya biasanya terbatas pada satu peristiwa, satu
keadaan, dan satu titik tikaian.
Novel sebagai hasil cipta sastra, dari satu sisi dapat berfungsi sebagai
cermin dari masyarakatnya. Novel dapat disebut sebagai alat perekam kehidupan
masyarakat pada suatu waktu, pada suatu tempat. Novel juga merupakan salah
satu produk sastra yang memegang peranan penting di dalam memberikan
berbagai kemungkinan dalam menyikapi kehidupan.
Novel juga merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan bersifat
naratif ; biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis.
2.1.2 Unsur Intrinsik Sastra
Unsur intrinsik adalah unsur yang dikuasai oleh sistem dirinya sendiri
yang sekaligus merupakan strukturnya, sehingga unsur intrinsik sastra merupakan
suatu kesatuan yang padat. Setiap unsur di dalamnya terikat dengan unsur-unsur
lain untuk membentuk suatu jaringan struktur yang padat. Ini tentu saja hanya
terlihat pada karya-karya yang berhasil. Adapun Unsur-unsur yang termasuk di
dalam unsur intrinsik ini adalah: karakter atau penokohan, tema, latar, alur, sudut
pandang dan amanat
2.1.2.1 Karakter atau Penokohan
Penokohan merupakan suatu bagian penting dalam membangun sebuah
cerita. Tokoh-tokoh tersebut tidak saja berfungi untuk memainkan cerita, tetapi
berkembangnya ilmu jiwa, terutama psiko-analisa merupakan pula suatu alasan
pentingnya peranan tokoh cerita sebagai bagian yang ditonjolkan oleh pengarang.
(Jakob Sumardjo dalam Fananie, 2000: 87) .
Konflik-konflik yang terdapat dalam suatu cerita yang mendasari
terjalinnya suatu plot, pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari tokoh-tokohnya,
baik yang bersifat protagonis maupun antagonis.
2.1.2.2 Tema
Tema adalah ide sebuah cerita yang ingin disampaikan kepada pembaca,
pokok permasalahan yang ditampilkan dalam suatu karya sastra atau
permasalahan yang merupakan titik tolak pengarang dalam menyusun karya sastra.
Tema novel bisanya bersumber dari konflik kehidupan manusia seharí-hari, antara
lain kisah cinta, kepahlawanan, peperangan, dan persahabatan.
Menurut Tasrif (dalam Barried, 1985 : 62), “Cerita harus mempunyai
tema atau dasar.” Dasar inilah yang paling penting dari seluruh cerita karena suatu
cerita yang tidak mempunyai dasar tidak ada artinya sama sekali. Dasar ini adalah
tujuan cerita. Novel mempunyai tema yang bekerja sama dengan unsur-unsur lain
dalam penyampaian amanat.
2.1.2.3 Latar
Latar atau Setting adalah latar belakang fisik, tempat dan waktu dalam
suatu cerita. Latar atau setting terbagi atas tiga bagian, yaitu latar tempat, latar
dalam novel, latar waktu mendeskripsikan kapan peristiwa terjadi, dan latar
suasana menjelaskan suasana yang melatarbelakangi peristiwa.
Menurut Wellek (dalam Baried, 1985: 210) “Latar adalah lingkungan.”
Memahami latar dalam sebuah novel tidak lepas dari lingkungan pengarang pada
waktu itu.
2.1.2.4 Alur
Pengertian alur dalam novel adalah rangkain cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan rangkaian peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang
dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita. Montage dan Henshaw ( dalam
Aminuddin, 2005:84) menjelaskan bahwa tahapan peristiwa dalam alur suatu
cerita dapat tersususun dalam beberapa tahapan yaitu:
1. Dalam tahapan exposition, yakni tahap awal yang berisi penjelasan tentang
tempat tejadi peristiwa serta perkenalan dari setiap pelaku yang yang
mendukung cerita
2. Dalam tahapan inciting force, yakni tahap ketika timbul kekuatan,
kehendak maupun perilaku yang bertentangan dari pelaku
3. Dalam tahapan rising action, yakni situasi panas karena pelaku-pelaku
dalam cerita mulai berkonflik
4. Dalam tahapan crisis, yakni situasi sudah semakin panas dan para pelaku
5. Dalam tahapan climax, yakni situasi puncak ketika konflik berada pada
kadar yang paling tinggi hingga para pelaku itu mendapatkan kadar
nasibnya sendiri-sendiri
6. Dalam tahapan falling action, yakni kadar konflik sudah menurun
sehingga ketegangan dalam cerita sudah mulai mereda sampai menuju
conclusion atau penyelesaian cerita
2.1.2.5 Sudut Pandang
Sudut pandang adalah Bagaimana cara novel tersebut diceritakan. Saleh
Saad (dalam Barried, 1985 : 82 ) ada lima macam pencerita dalam novel yaitu:
a. Orang Pertama Tunggal
Sudut Pandang orang pertama tunggal yaitu menceritakan dengan
melibatkan diri sendiri ini biasanya ditandai dengan kata “Aku”. Dalam sudut
pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku
yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik,
hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat
kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa,
tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di
samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan
diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ”aku” menjadi tokoh utama (first
person central).
Sudut pandang orang ke dua tunggal yaitu dengan menceritakan tanpa
melibatakan diri sendiri diluar dari cerita biasanya ditandai dengan menggunakan
kata “ Dia”.
Sudut pandang orang ketiga tunggal yaitu menceritakan dengan
melibatakan diri sendiri dan orang lain biasanya ditandai dengan pemakaian kata
“ Kami”
b. Sudut pandang orang ketiga tunggal
Menuturkan cerita tidak hanya sebagai seorang pengamat, tetapi berusaha
juga menyelam ke dalam cerita
c. Pencampuran antara 1dan 4
Suatu cara yang melaksanakan cakapan batin
2.1.2.6 Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
penulis melalui novelnya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara
implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah
laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat
pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran,
peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan
utama cerita.
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan
sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan
menampilkan tokoh disebut penokohan ( Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 142).
Tokoh dalam karya rekaan selalu mempunyai sifat, sikap atau tingkah laku atau
watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan
disebut perwatakan.
Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan
atas
a. Tokoh primer yakni tokoh utama
b. Tokoh sekunder yakni tokoh yang merupakan tokoh bawahan
c. Tokoh komplementer yakni tokoh tambahan (Sudjiman dalam
Siswanto, 2005:143).
Dilihat dari perkembangan kepribadian tokoh, tokoh dapat dibedakan atas
tokoh dinamis dan statis. Bila dilihat dari masalah yang dihadapi tokoh, dapat
dibedakan atas tokoh yang mempunyai karakter sederhana dan kompleks
(Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 143). Tokoh dinamis adalah tokoh yang
kepribadiaanya selalu berkembang. Sebagai contoh tokoh Henry Pu Yi yang
semula rendah hati tetapi karena terpengaruh akan kekuasaan di dalam kerajaan
yang akhirnya membuatnya menjadi seorang yang angkuh tetapi tokoh Henry Pu
Yi menjadi rendah hati kembali setelah menyadari bahwa dengan keangkuhannya
dia tidak akan bisa hidup dengan kondisi kehidupannya yang sudah tidak menjadi
kaisar. Tokoh statis adalah tokoh yang mempunyai kepribadian tetap. Contoh
akan tetap seorang yang berwatak curiga. Tokoh yang mempunyai karakter
sederhana adalah tokoh yang mempunyai karakter seragam atau tunggal. Tokoh
yang mempunyai watak yang kompleks adalah tokoh yang mempunyai
kepribadian yang kompleks, misalnya tokoh Henry Pu Yi yang di mata
masyarakat dikenal sebagai orang yang penuh curiga, ambisius, dan egois.
Ternyata ia juga menjadi seorang yang sangat mencintai leluhurnya dan sangat
ingin mempertahankan pemerintahan tetap dalam bentuk monarki sehingga
menjadikannya seorang yang ambisius, egois dan penuh curiga. Henry Pu Yi
semata-mata memiliki karakter demikian membuktikan betapa ia sangat mencintai
kerajaan dan menghormati leluhurnya. Sukada (dalam Siswanto, 2005: 143)
merangkum keempat pembagian di atas menjadi tokoh datar (flat character),
yakni tokoh yang sederhana dan bersifat statis, dan tokoh bulat (round character),
yakni tokoh yang memiliki kekompleksan watak dan bersifat dinamis.
Dilihat dari watak yang dimiliki tokoh, dapat dibedakan atas tokoh
protagonis dan tokoh antagonis (Aminuddin dalam Siswanto, 2005:143). Tokoh
protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembacanya. Biasanya, watak
tokoh semacam ini adalah tokoh yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur,
rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri dan setia kawan. Dalam kehidupan
sehari-hari, jarang ada orang yang mempunyai watak yang seluruhnya baik. Selain
kebaikan orang mempunyai kelemahan. Oleh karena itu, ada juga watak
protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian yang berbeda. Sebagai
contoh, tokoh Henry Pu Yi dikenal dengan watak yang ambisius. Henry Pu Yi
memang ambisius namun dia memiliki watak ambisius karena dia sangat
Contoh lainnya watak Henry Pu Yi yang penuh dengan kecurigaan. Henry Pu Yi
menjadi sangant pencuriga dikarenakan intrik politik dan banyaknya kecurangan
yang ada di Istana kerajaan. Tokoh antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci
pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang buruk dan
negatif, seperti pembenci, pencuriga, pemarah, angkuh, jahil dan nakal.
Boulton (Aminuddin dalam Siswanto, 2005: 144) mengungkapakan
bahwa:
“Cara pengarang menggambarkan atau memunculkan tokohnya itu dapat berbagai macam, menampilkan tokoh yang hanya hidup di alam mimpi, tokoh yang memiliki semangat perjuangan dalam hidupnya, tokoh yang memiliki cara hidup yang sesuai dengan kehidupan manusia yang sebenarnya, maupun pelaku yang egois, kacau dan mementingkan diri sendiri.”
Ada beberapa cara memahami watak tokoh. Cara itu adalah melalui (1)
tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya (2) gambaran yang diberikan
pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya
berpakaian (3) menunjukkan bagaimana perilakunya (4) melihat bagaimana tokoh
itu berbicara tentang dirinya sendiri (5) memahami bagaiman jalan pikirannya (6)
melihat bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya (7) melihat tokoh lain
berbincang dengannya (8) melihat bagaimanakah tokoh-tokoh lain itu memberi
reaksi terhadapnya (9) dan melihat bagaimana tokoh itu mereaksi tokoh yang lain
(Aminuddin dalam Siswanto, 2005:80-81).
Saleh Saad (dalam Baried, 1985:74) mengatakan, “ Bahwa soal tokoh erat
sekali hubungannya dengan peristiwa-peristiwa”. Penggambaran kronologis tokoh
oleh Lubis (dalam Baried,1985:75) Secara kronolis mula-mula tokoh utama mulai
peristiwa B, C, dan akhirnya sampai di titik peristiwa Z. Penampilan tokoh utama
itu ada yang didahului dengan penceritaan tentang orang-orang yang
menurunkannya. Maksudnya adalah untuk mengutarakan bahwa leluhurnya atau
orang-orang yang menurunkannya pun juga termasuk hebat. Dengan demikian,
Pembaca diajak untuk meyakini bahwa tokoh utama memang sudah pada
tempatnya apabila memiliki sifat-sifat kebaikan dan kesaktian.
Tokoh, watak, dan penokohan tidak bisa berdiri sendiri dalam cerita
rekaan. Ia selalu berhubungan dengan unsur-unsur pembangun cerita, seperti gaya
bahasa, sudut pandang, suasana, latar, nilai, amanat, dan tema cerita.
2.2 Kajian Pustaka
Novel The Last Emperor yang merupakan autobiografi Henry Pu Yi ini
difokuskan pada seorang tokoh utama yaitu Henry Pu Yi. Setelah diterbitkan pada
bulan Maret 2010 Paul Kramer menganalisis sifat dan karakter serta perjalanan
hidup Henry Pu Yi, sejak Henry Pu Yi dinobatkan menjadi seorang kaisar pada
tanggal 13 november 1908 malam, saat itu usia Henry Pu Yi masih 2 tahun.
Sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti novel ini sebelumnya
hanya ada beberapa yang meneliti tokoh utamanya lewat filmnya yang lebih dulu
terbit pada tahun 2009. Ada beberapa penelitian yang juga meneliti novel dengan
penelitianan yang difokuskan pada penokohannya tetapi diteliti dengan
pendekatan yang berbeda dan dengan novel yang berbeda pula yakni:
Cui Xiandong yang meneliti tokoh utama kaisar Henry Pu Yi lewat film
“The Last Emperor” pada tahun 2009
[2] 贾力娜.电影《末代皇帝》配乐赏析[J].兰州大学艺术学院,2009.
Jia Lina Lanzhou University College of The Arts. Penelitian ini
menganalisis dari segi musikalnya lewat film “The Last Emperor” pada tahun
2009.
[3] 朱守云.[J].绝命于鸦片的末代皇后婉容.文史精华, 2009.
Shouyun Zhu meneliti tentang “Maharani Terakhir” Ibu suri Tzu Shi yang
mengangkat Henry Pu Yi menjadi kaisar di Cina yang pada tahun 2009
meninggal karena bunuh diri berdasarkan sejarah.
Ada juga beberapa penelitian yang meneliti dari sudut penokohan dalam
novel lain seperti:
[4] Umi Fauziah Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara dengan judul penelitian “An Analysis of Main
Characters In Stephenie Meyer’s Novel: New Moon”. Fokus penelitian pada
Karakter tokoh utama di dalam novel tersebut. Novel tersebut menceritakan
tentang tokoh-tokoh yang mempunyai ciri-ciri dan sifat yang berbeda-beda.
Metode yang digunakan peneliti dalam menganalisis tokoh utama di dalam novel
tersebut adalah metode penelitian kepustakaan yaitu dengan membaca beberapa
buku tatan bahasa inggris sebagai bahan referensi atau sebagai sebagai rujukan
[5] Verawati Ratu Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara dengan judul penelitiannya “Perilaku
Menyimpang Tokoh Utama dalam Novel Gerhana Kembar Karya Clara NG”:
Tinjauan Psikosastra.
Penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penulis meneliti dari segi
penokohannya dalam novel The Last Emperor sedangkan peneliti sebelumnya
meneliti tokoh utama dalam film The Last Emperor dan meneliti tokoh utama
dalam novel yang berbeda.
2.3 Landasan Teori
Landasan teori yang dipergunakan penulis dalam menganalisis tokoh
utama dalm novel The Last Emperor adalah teori strukturalis medan psikoanalisis
oleh Sigmund Freud. Kehadiran teori sutrukturalisme dalam penelitian sastra,
sering dipandang sebagai teori atau pendekatan. Hal ini pun tidak salah, karena
baik pendekatan maupun teori saling melengkapi dalam penelitian sastra.
Pendekatan strukturalisme akan menjadi sisi pandang apa yang akan diungkap
melalui karya sastra sedangkan teori adalah pisau analisisnya.
Strukturalis pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang
terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Dalam
pandangan ini karya sastra diasumsikan sebagai fenomena yang saling terkait satu
sama lain. Kodrat struktur itu akan bermakna apabila dihubungkan dengan
pemaknaan harus diarahkan ke dalam hubungan antar unsur secara keseluruhan.
Keseluruhan akan lebih berarti dibanding bagian atau fragmen struktur.
Penelitian struktural lebih objektif karena hanya berdasarkan sastra itu
sendiri. Dengan tanpa campur tangan unsur lain, karya sastra tersebut akan dilihat
sebagaimana cipta estetis. Dalam penelitian struktural, penekanan pada relasi
antar unsur pembangun teks sastra. Penekanan strukturalis adalah memandang
karya sastra sebagai teks mandiri. Penelitian dilakukan secara obyektif yaitu
menekankan aspek intrinsik karya sastra. Keindahan teks sastra bergantung
penggunaan bahasa yang khas dan relasi antar unsur yang mapan. Unsur-unsur itu
tidak jauh berbeda dengan sebuah“artefak” (benda seni) yang bermakna. Artefak
tersebut terdiri dari unsur dalam teks seperti ide, tema, plot, latar, watak, tokoh,
gaya bahasa, dan sebagainya yang jalin menjalin rapi. Jalinan antar unsur tersebut
akan membentuk makna yang utuh pada sebuah teks. Itulah sebabnya
(Aminuddin dalam Endraswara Suwari, 2008: 52) mengungkapkan penelitian
struktur internal karya sastra merupakan the ontological structure of the work of
art. Dari sini tampak bahwa karya sastra merupakan: organized whole has various
constituente, unsur-unsur pemadu dalam totalitas itu memiliki stratifikasi
hubungan tertentu. Analisis strukturalisme biasanya mengandalkan paham
posivistik yaitu berdasarkan tekstual. Peneliti membangun yang handal, kemudian
diterapkan untuk menganalisis teks. Metode positivistik ini biasanya juga sering
digunakan oleh kaum formalis, yang mempercayai teks sebagai studi utama.
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud
metoda penelitian dari pikiran; 2) suatu ilmu pengetahuan sistematis mengenai
perilaku manusia, dan 3) suatu metoda perlakuan terhadap penyakit pskologis atau
emosional. Dalam bukunya The Ego and The Id (1923), Sigmund Freud (dalam
Susanto Dwi, 2012: 61) membagi struktur kepribadian manusia itu secara
kronologis adalah id, ego, dan superego. Struktur ini dalam kelompok topografi
dapat disejajarkan dengan ketidaksadaran untuk id sedangkan untuk ego dan
superego merupakan tingkat kesadaran manusia. Id dianggap sebagai struktur
kepribadian manusia yang tertua yang ada sejak manusia dilahirkan. Id ini
diturunkan secara genetik dan berkaitan dengan dorongan-dorongan yang bersifat
biologis. Id menjadi satu sumber energi pada manusia. Id sendiri bersifat kacau,
artinya bahwa mekanisme dari Id ini tanpa aturan, tidak mengenal nilai-nilai
moralitas dan tidak bisa membedakan antara benar dan salah. Ia bekerja atas
keinginan kesenangan dan tidak senang. Id sendiri bekerja dengan dua cara yakni
secara refleksi dan melalui proses primer. Sebagai contoh bila seseorang lapr atau
bayi lapar, dia akan mencari air susu ibunya ataupun ketika menginjak api, maka
orang langsung menghindar. Kerja semacam ini disebut dengan kerja refleks.
Namun, refleks ini tidak selalu mampu menahan ketegangan sehingga manusia
memerlukan satu citra yang ideal dari objek yang ingin diraihnya atau objek
pemuasan bayangan dan dianggap sebagai primer yang di irikan tidak masuk akal
atau tidak logis, tidak dapat membedakan yang khayal dan realitas. Manusia
dalam proses hidupmemerlukan kebutuhan untuk mampu membedakan antara
yang khayal dan yang bukan khayal sehingga terbentuklah kepribadian yang
Ego merupakan bagian dari kepribadian yang harus patuh terhadap id
dalam mencari realitas yang id butuhkan sebagai peredam dari ketegangan –
ketegangan. Atas asumsi ini dapat dikatakan bahwa ego telah dapat membedakan
yang khayal dan yang bukan khayal. Dia mampu meredam ketegangan dengan
batas tertentu karena ego itu bekerja pada prinsip realitas. Dengan
mempertahankan prinsip realita itu ego dapat meredam pemuasan kebutuhan
dengan cara diubah pemuasannya atau menunda pemuasan diri dengan cara
mencari pemusan yang lain sesuai dengan prinsip-prinsip sosial, lingkungan, dan
hati nurani. Ego juga menggunakan pikiran secara rasional dalm menentukan
kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Superego secara sederhana dapat diartikan sebagai representasi dari
berbagai nilai dan hukum- hukum satu masyarakat dalam mana individu tersebut
berada disitu. Superego diperoleh seseorang ketika masih kecil melalui proses
pendidikan, sosialisasi, perintah, dan laranganataupun hukuman. Bila tahap
oidipal dilakukan dengan baik, maka superego seseorang itu dapat terbentuk
dengan baik pula. Sigmund Freud membagi superego ini menjadi dua bentuk
yakni ego ideal dan hati nurani. Hukuman dan larangan yang diberikan pada
waktu kecil mampu membentuk hati nurani seseorang. Ego ideal merupakan
wujud dari sosialisasi waktu kecil; melalui pujian dan berbagai hadiah yang
diberikan atas berbagai tindakan yang dianggap baik oleh lingkungan, terutama
keluarga. Superego ini menjadi satu landasan seseorang dalam melakukan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian
yang berusaha menggambarkan objek sesuai apa adanya. Yang bertujuan
mengangkat fakta, keadaan dan variabel yang terjadi saat penelitian berlangsung.
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam sebuah karya sastra ada dua pendekatan yang digunakan dalam
menganalisis sebuah karya sastra. Secara garis besar, Tanaka (dalam Endraswara,
2009: 9) mengenalkan dua pendekatan yaitu mikro sastra dan makro sastra. Dua
tawaran pendekatan tersebut sebenarnya sejajar dengan pendekatan Wellek dan
Warren (1989), yaitu pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Dalam penulisan skripsi
ini penulis menggunakan pendekatan intrinsik sastra yang memfokuskan pada
hubungan sastra dan unsur intrinsik sastra, yaitu analisis karakter dan tema yang
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan teknik pengumpulan
data berupa teknik pustaka yaitu; teknik yang mengumpulkan semua hal yang
berkaitan dengan objek yang diteliti melalui sumber-sumber tertulis seperti buku
dan media internet untuk memperoleh data dengan pendekatan objektif dan unsur
intrinsik sastra. Dalam novel ini peneliti mengumpulkan informasi yang berkaitan
dengan unsur intrinsik sastra. Menurut Endraswara, 2009: 9 adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:
1. Membangun teori struktur sastra sesuai dengan genre yang diteliti. Sruktur
yang dibangun harus mampu menggambarkan teori struktur yang handal,
sehingga mudah diikuti oleh peneliti sendiri. Peneliti perlu memahami
hakikat setiap unsur pembangun karya sastra.
2. Peneliti melakukan pembacaan secara cermat, mencatat unsur-unsur yang
terkandung dalam bacaan itu. Setiap unsur dimasukkan ke dalam kartu
data, sehingga memudahkan analisis. Kartu data sebaiknya disususn
alpabetis, agar mudah dilacak setiap unsur.
3. Unsur tema, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu sebelum membahas
unsur lain, karena tema akan selalu terkait langsung secara komprehensif
dengan unsur lain.
4. Setelah analisis tema, baru analisis alur, konflik, sudut pandang, gaya, dan
5. Semua penafsiran unsur-unsur harus dihubungkan dengan unsur lain,
sehingga mewujudkan kepaduan makna struktur.
6. Penafsiran harus dilakukan dalam kesadaran penuh akan pentingnya
keterkaitan antar unsur. Analisis yang meninggalkan kepaduan srtuktur,
akan bisa menghasilkan makna yang mentah.
3.3 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan
perilaku tokoh utama dalam novel The Last Emperor autobiografi Henry Puyi
dengan ketebalan 468 halaman yang terdiri dari 34 bab, penerbit Serambi Ilmu
Semesta tahun 2010 dan diterjemahkan dengan judul yang sama oleh penerbit
Skyhorse Publishing. Inc, USA.
. Judul Novel : The Last Emperor
. Karya : Henry Puyi
. Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
. Tahun : 2010
. Diterjemahkan oleh : Fahmi Yamahi
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah
teknik kualitatif dengan metode deskriptif yang penerapannya bersifat menuturkan,
menganalisis dan menafsirkan. Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data
dalam penelitian novel The Last Emperor menurut Aminuddin (dalam Siswanto,
2010: 145) adalah:
1. Menganalisisis melalui tuturan pengarang terhadap karakteristik
pelakunya
2. Menganalisis dari gambaran yang diberikan pengarang lewat
gambaran lingkungan kehidupannya maupun caranya berpakaian.
3. Menganalisis melalui perilaku tokoh
4. Menganalisis dari bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya
sendiri
5. Menganalisis dari jalan pikiran tokoh
6. Menganalisis dari bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya
7. Menganalisis dari tokoh lain berbincang dengannya
8. Menganalisis dari bagaimana tokoh-tokoh yang lain memberi
reaksi terhadapnya
9. Menganalisis dari bagaimana tokoh itu dalam mereaksi tokoh yang
BAB IV
ANALISIS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL THE LAST EMPEROR AUTOBIOGRAFI HENRY PU YI DITINJAU DARI MASALAH YANG DIHADAPI TOKOH DAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN TOKOH
Pada bab empat dipaparkan mengenai analisis watak tokoh utama Henry
Pu Yi di dalam novel The Last Emperor yang merupakan autobiografi Henry Pu
Yi sendiri yang ditinjau dari masalah yang dihadapi tokoh dan perkembangan
kepribadian tokoh .
4.1 Analisis Unsur Yang Membangun Novel
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis tokoh utama dalam novel The
Last Emperor, yang diterbitkan pada tahun 2010 yang merupakan autobigrafi
Henry Pu Yi. Tokoh Henry Pu Yi adalah seorang Kaisar yang dinobatkan
menjadi Kaisar pada usia yang masih sangat dini yakni pada usia dua tahun.
Kaisar Henry Pu Yi diangkat langsung oleh janda permaisuri Tzu Hsi yang
Yi memerintah pada masa dinasti Qing yang juga merupakan Kaisar terakhir
sekaligus bernasib tragis di Cina. Henry Pu Yi adalah Kaisar yang terakhir di Cina
sebelum akhirnya Cina berevolusi dari bentuk pemerintahan monarki ke bentuk
pemerintahan Republik. Dalam menganalis tokoh utama Henry Pu Yi tersebut,
penulis bekerja pada teori strukturalisme genetik yang menganalisis tokoh
berdasarkan unsur-unsur intrinsik sastra. Untuk mendukung analisis tokoh utama
dalam novel The Last Emperor yang diterbitkan pada tahun 2010 yang merupakan
autobiografi Henry Pu Yi itu sendiri, maka penulis juga menganalisis secara
singkat mengenai tema, plot, karakter, setting dan sudut pandang.
Sebagai pokok pendukung analisis tokoh utama Henry Pu Yi, maka
penulis juga memaparkan secara singkat analisis tema, plot, karakter, setting dan
sudut pandang.
4.1.1 Tema
Novel The Last Emperor, 2010 autobiografi Henry Pu Yi adalah novel
yang bertemakan sejarah perjalanan kehidupan seorang Kaisar yang memiliki
nasib tragis dan juga merupakan kaisar terakhir di Cina, terjadi pada masa Dinasti
Qing. Tokoh Henry Pu Yi adalah seorang Kaisar yang dinobatkan menjadi Kaisar
pada usia yang masih sangat dini yakni pada usia dua tahun. Kaisar Henry Pu Yi
diangkat langsung oleh janda permaisuri Tzu Hsi yang sebelumnya berkuasa dan
memerintah pada masa Dinasti Qing. Kaisar Henry Pu Yi memerintah pada masa
dinasti Qing yang juga merupakan Kaisar terakhir sekaligus bernasib tragis di
Cina. Henry Pu Yi adalah Kaisar yang terakhir di Cina sebelum akhirnya Cina
Novel The Last Emperor yang bertemakan perjalanan hidup seorang Kaisar dapat juga kita lihat dari kutipan di bawah ini.
...” Dua hari setelahnya, dia meninggal (Janda permaisuri Tzu Hsi), dan tak lama setelah itu keponakannya yaitu sang Kaisar, Kuang Hsu, juga meninggal. Pada hari ke-9 di bulan ke-11 dari kalender matahari, atau tanggal 2 Desember 1908, upacara penobatanku ke Singgasana Naga Kekaisaran diselenggarakan. Ini Upacara yang dilakukan di Aula Kedamaian Abadi di dalam Kota terlarang yang bisa menampung ribuan orang istana. Namun, menurut kebiasaan, sebelum dimulai aku harus menerima pimpinan tentara istana dan para menteri istana di Aula Kedamaian Abadi dimana mereka akan melakukan kowtow. Baru setelahnya, aku akan diantarkan ke Aula Kedamaian Abadi untuk menerima para pejabat sipil dan militer, raja kecil dan gubernur.” ( The Last Emperor, 2010: 11)
4.1.2 Plot
Novel The Last Emperor yang terbit pada tahun 2010 ini memiliki Plot
atau alur mundur, dimana novel ini merupakan hasil Autobiografi sang Kaisar
Henry Pu Yi yang kemudian dikemas menjadi sebuah Novel yang memliki plot
atau alur mundur, dimana semua cerita yang digambarkan pada Novel ini
merupakan hasil Autobiografi yang dituliskan sang Kaisar Henry Pu Yi pada saat
berada di tahanan di Unisoviet, disanalah Henry Pu Yi menuliskan semua
catatan-catatan tentang kehidupannya sampai akhirnya menjadi sebuah Autobiografi.
Seperti yang tertulis pada kutipan berikut.
yang menyengsarakan di Changchun”. (The Last Emperor, 2010:351)
Selain dari prakata di atas, yang menjelaskan hal yang serupa adalah pada
kutipan berikut.
...” Oleh karenanya, setelah menyelesaikan autobiografiku, aku
memutuskan untuk mencobanya sekali lagi. Aku merasa setidaknya mencoba
mencuci bajuku sendiri walaupun hal itu sangat sulit. Bila tidak, pusat
pengendalian tidak akan memercayai reformasi yang telah kulakukan.” ( The Last
Emperor, 2010 Prakata: 353)
Berikut ini adalah analisis plot yang menggunakan pendekatan intrinsik.
Secara umum pola atau alur cerita atau plot adalah sebagai berikut:
(a) Pengenalan masalah
(b) Timbulnya konflik
(c) Konflik memuncak
(d) Klimaks
(e) Pemecahan masalah
1. Pengenalan masalah
Pengenalan masalah diawali dari situasi kehidupan Kaisar Henry Pu Yi
ketika ditunjuk dan diangkat menjadi Kaisar oleh janda Permaisuri Tzu Hsi pada
13 November 1908 malam. Masalah yang timbul sudah terlihat saat Henry Pu Yi
...“ Pada 13 November 1908 malam, atau hari 20 dari bulan ke-10 tahun ke-34 pemerintahan Kuang Hsu, istana adik Kaisar, yang aku diami, dilanda kekacauan. Nenekku pingsan, sementara para kasim dan pelayan kerajaan mencoba menyadarkannya, semua anak dan orang dewasa menangis. Hal itu disebabkan aku sebagai pewaris Kaisar , dari Dinasti Qing, telah menolak panggilan dari Kota Terlarang yang diantarkan oleh Dewan Besar.” ( The Last Emperor, 2010: 9)
Selain darikutipan prakata diatas, hal serupa yang menjelaskan adalah
pada kutipan berikut.
...“ PERJANJIAN PERLAKUAN yang paling baik, “ yang ditandatangani Pemerintahan Republik dan Istana Manchu, menegaskan bahwa aku boleh melanjutkan kehidupan di kota Terlarang dan mempertahankan tradisi kerajaan. Di dalam perjanjian ini tidak ditetapkan jangka waktu yang tegas mengenai seberapa lama aku bisa hidup dalam keadaan seperti ini. Kecuali untuk tiga bangunan yang telah diambilalih oleh Pemerintahan Republik, semua daerah kota Terlarang lainnya tetap menjadi dunia kecilku”. (The Last Emperor)
2. Timbulnya konflik
Pengungkapan peristiwa terjadi ketika Kaisar Henry Pu Yi memiliki surat
perjanjian perlakuan yang paling baik yang ditandatangani pemerintah Republik
dan Istana Manchu.
Hal ini tergambar dari kutipan berikut.
Selain adanya perjanjian perlakuan yang paling baik yang menimbulkan
konflik ada juga faktor lain yang menimbulkannya yaitu saat Henry Pu Yi tertarik
untuk keluar negeri dan berencana untuk meninggalkan kota Terlarang, adapun
kutipan yang menggambarkan peristiwa tersebut adalah sebagai berikut.
...” Aku sangat lelah mengahadiri berbagai upacara tradisional dan mencapai titik di mana aku sangat membenci naik tandu kuning dengan atap berwarna emas. Kadang-kadang aku menuduh para kasim tidak setia karena hal kecil dan mengirimkan mereka ke biro administrasi untuk mendapatkan hukuman. Namun, hal yang membuat para pangeran dan para pejabat tinggi tidak nyaman adalah saat aku akan berencana akan menata ulang struktur di Istana dan melakukan penyelidikan mendalam terhadap kondisi keuangan, dan pada saat yang lain mengatakan bahwa aku ingin meninggalkan kota Terlarang untuk belajar di lar negeri. Semua orang merasa ketakutan dan gemetaran sepanjang hari sehingga kuncir mereka memutih karena gelisahnya.” ( The Last Emperor, 2010:123)
Selian kutipan di atas ada juga kutipan lain yang menggambarkan
peristiwa terjadinya konflik seperti pada kutipan berikut.
...” Beberapa pangeran dan pejabat tinggi bahkan pernah mempertimbangkan permintaanku untuk pergi ke luar negeri sebelum aku memintanya dan inilah sebabnya mengapa Jhonson dipekerjakan untuk mengajariku bahasa inggris. Setelah pernikahanku, aku menerima banyak memo dari pensiunan pejabat Qing yang menyarankanku untuk pergi ke luar negeri. Namun, saat aku mulai mengajukan pertanyaan itu, hampir semua orang menentangnya dan alasan yang diberikan sering kali seperti berikut: “ Kalau yang Mulia, Sang Kaisar, meninggalkan kota Terlarang maka itu berarti anda telah melanggar perjanjian perlakuan baik. Karena Republik belum menarik kembali Perjanjian itu, kenapa anda harus mengakhirinya?.” ( The Last Emperor, 2010:124)
3. Konflik Memuncak
Dalam novel The Last Emperor 2010 Autobiografi Henry Pu Yi ini,
konflik mulai terjadi saat tentara Jenderal Feng Yu Hsiang mengusir Henry Pu Yi
sampai 5 November 1924, saat peperangan di sekeliling Beijing mencapai
puncaknya. Peristiwa ini ditandai dari kutipan berikut ini.
…” Namun, hal yang tidak bisa dihindarkan itu akhirnya terjadi juga. Pada pukul Sembilan di pagi hari pada 5 November, aku sedang makan buah-buahan di Istana akumulasi Keanggunan dan sedang berbicara dengan istriku, Wan Jung, saat pejabat tinggi dari Departemen Rumah Tangga masuk dengan paniknya. Shao Ying si kepala Departemen membawa Dokumen di tangannya.
“Yang Mulia…Yang Mulia,” ujarnya terengah-engah karena kehabisan napas. “Feng Yu-hsiang telah mengirimkan pasukan guna mengawal seorang wakilnya untuk mengatakan kepada kita bahwa Republik akan mengakhiri Perjanjian Perlakuan Baik. Mereka mengirimkan Dokumen dan ingin anda menandatanganinya.”
“ Aku langsung meloncat, menjatuhkan apel yang baru setengahnya ku makan ke lantai, dan meraih dokumen itu dari tangannya. Ternyata berisi “revisi” dari Perjanjian Perlakuan Baik yang akan mengakhiri kedudukanku sebagai Kaisar dan menjadikanku rakyat biasa, mengurangi subsidi tahunan dari 4.000.000.000 dolar setahun menjadi 500.000 , memintaku untuk mengosongkan Kota Terlarang, menyediakan perlindungan atas berbagai kuil dan kompleks pemakaman leluhurku serta berjanji untuk menjaga properti pribadiku.”
“Sesungguhnya , Perjanjian Revisi ini tidak seburuk yang kuduga sebelumnya. Hal yang paling mengecutkan diriku adalah ucapan Shao Ying-“ Mereka mengatakan, dalam waktu tiga jam kita sudah harus keluar dari Kota Terlarang”. (The Last Emperor, 2010: 161,162,163)
4. Puncak konflik
Puncak konflik terjadi ketika Henry Pu Yi di tahan dan dimasukkan ke
dalam penjara di Unisoviet selama lima tahun seperti yang tertulis di bawah ini.
Selain dari kuitipan di atas ada juga kutipan lain yang menggambarkan
puncak dari konflik tersebut seperti di bawah ini.
…” Selama masa tahanan lima tahun di Rusia Soviet, aku tidak bisa melepaskan hak prerogatifku sebagai darah biru Manchu. Saat kami di pindahkan di pusat tahanan di Khabarovsk dan tidak disediakan pelayan, orang-orang masih setia melayaniku. Anggota keluargaku membereskan tempat tidurku, membersihkan kamarku, membawakan makananku, dan mencucikan paianku. Bahkan walaupun mereka tidak berani memanggilku Kaisar di depan khayalak ramai, mereka masih memanggilku “ Yang Diagungkan”, dan setiap pagi, ssat datang ke kamarku, mereka selalu memberikan penghormatan kepadaku.” (The Last Emperor, 2010:310)
5. Pemecahan Masalah
Setelah mengalami perjalanan yang panjang mulai meninggalkan istana
sampai akhirnya masuk penjara sebagai tawanan perang, akhirnya Henry Pu Yi
mengadakan pencucian otak agar terlepas dari pemikiran-pemikiran yang
terdahulu dimana Henry Pu Yi benar-benar terobsesi dengan kedudukan nya yang
terdahulu seperti yang tertulis di bawah ini.
…” Walaupun dalam proses pencucian otak, isolasi adalah salah satu langkah yang paling penting, saat itu aku tidak memahaminya. Aku pikir Partai komunis masih menilai aku sebagai musuh besar dan benar-benar terobsesi dengan masa laluku bukan dengan bagaimana proses reformasi pada masa depan. Aku meyakini pemisahan aku dan keluargaku semata-mata hanya untuk mempersiapkan hukuman pamungkas yang akhirnya akan mengahampiriku.” ( The Last Emperor, 2010: 334)
4.1.3 Setting
Dalam novel The Last Emperor ada beberapa setting yang menjadi tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam novel The Last
Pelabuhan Arthur, dan Unisoviet. Berikut adalah pemaparan mengenai Kota
Terlarang ( Beijing) tersebut.
…” Upacara ini dilakukan di aula Kedamaian Abadi di dalam Kota Terlarang yang bisa menampung ribuan orang istana. Namun, menurut kebiasaan , sebelum dimulai aku harus menerima pimpinan tentara istana dan para menteri istana di Aula Kedamaian Abadi untuk menerima para pejabat sipil dan militer, raja kecil dan gebernur.” ( The Last Emperor, 2010: 11)
Selain kutipan di atas ada juga kutipan yang menggambarkan situasi di
Kota Terlarang tersebut seperti berikut.
…” Dahulu Kota Terlarang , pada jam-jam tertentu, tidak seorang pun lelaki diizinkan masuk ke dinding kota, Selain pengawal dan anggota keluarga Kaisar.” ?( The Last Emperor, 2010: 56)
Selain di Kota Terlarang tempat lain yang yang menjadi setting novel The
Last Emperor 2010 selanjutnya adalah Tientsin. Henry Pu Yi meninggalkan
Istana dan pergi ke sebuah kota bernama Tientsin. Seperti terlihat pada kutipan di
bawah ini.
…” Saat tiba ke Tientsin aku menemukan bahwa Lo Chen-yu tidak mengungkapkan semuanya kepadaku saat mengatakan bahwa rumahku sudah dipersiapkan dengan baik dan oleh karenanya aku harus tinggal di Hotel Yamato selama sehari semalam. Hari berikutnya Wan Jung dan Wen Hsiu, sebagaimana orang-orang yang menemaniku di Kedutaan Jepang, tiba dan kami pindah ke taman Chang yang sudah dilengkapi dengan perabotan dengan terburu-buru.” ( The Last Emperor, 2010: 178)
Setelah tinggal di taman Chang untuk sementara akhirnya Kaisar Henry Pu
Yi dan keluarganya meninggalkan taman Chang dan akhirnya bergerak menuju
Sungai putih seperti yang tergambar di kutipan berikut.
Kemudian sang kapten dan aku masuk ke dalam sebuah mobil militer Jepang yang dikirim komandan garnisun konsensi Jepang. Mobil ini sama sekali tidak memiliki kesulitan untuk menembus sejumlah rintangan jalanan dan kami langsung menuju dermaga di tepi sungai putih”. ( The Last Emperor, 2010:215)
Setelah Kaisar Henry Pu Yi dan keluarganya melewati Sungai Putih
berikutnya mereka akan menuju pelabuahn Arthur seperti yang terdapat pada
kutipan berikut.
…” Saat pertama kali tiba di pelabuhan Arthur, Cheng Hsiao-hsu telah bernegoisasi dengan Honjo mengenai berbagai kondisi yang akan kuterima sebagai seorang kepala Eksekutif dan syarat atas statusnya sendiri sebagai Perdana Menteri” ( The Last Emperor, 2010: 247)
Selain di pelabuhan Arthur Kaisar Henry Pu Yi juga berada di Negara Uni
soviet yang merupakan tempat Kaisar Henry Pu Yi di tahan sebagai tahanan dan
mengalami banyak kisah tragis dan juga mengalami pencucian otak seperti yang
tergambar dalam kutipan di bawah ini.
…” Namun, aku tahu bahwa untuk meraih tujuan ini maka pertama-tama aku harus memastikan kalau aku tinggal di Rusia dan dengan pemikiran inilah selama lima tahun berada di Uni Soviet, aku rajin menulis surat kepada pihak yang berwajib untuk meminta izin agar tetap di sana selamanya.” (The Last Emperor,2010:307)
Selain kutipan di atas yang menggambarkan Negara Unisoviet tersebut
ada juga kutipan yang menggambarkan setting yang terjadi di Negara Uni soviet
ini seperti yang terlihat dalam kutipan berikut.
4.1.4 Tokoh, watak, penokohan
Terdapat banyak tokoh di dalam novel The Last Emperor. Ditinjau dari
peranan dan keterlibatan dalam cerita , tokoh dapat dibedakan atas (a) Tokoh
primer yakni tokoh utama, (b) tokoh sekunder yakni tokoh bawahan, (c) tokoh
kompelenter yakni tokoh tambahan ( Sujiman, Sukada, Aminuddin dalam
siswanto, 2010:143).
Tokoh utama dalam novel The Last Emperor adalah sebagai berikut:
1. Henry Pu Yi yang merupakan Kaisar terakhir yang ada di Cina
Tokoh sekunder atau yang merupakan tokoh bawahan
1. Tzu Hsi yang merupakan janda permaisuri yang mengangkat Henry Pu Yi
sebagai Kaisar
2. Pangeran Wali yang merupakan Ayah dari Kaisar Henry Pu Yi
3. Yuan Shih Kai seorang yang mengajukan penurunan tahta bagi Kaisar
Henry Pu Yi
4. Pu Chieh yang merupakan adik laki-laki Henry Pu Yi
5. Chen Pao Shen yang merupakan Tutor Kaisar Henry Pu Yi
6. Reginald Jhonson yang merupakan tutor Kaisar Henry Pu Yi yang
merupakan tutor Kaisar Henry Pu Yi yang berasal dari Inggris
7. Wan Jung yang merupakan isteri Henry Pu Yi yang merupakan seorang