• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurohman: Analisis Psikologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurohman: Analisis Psikologi Sastra"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MENDAYUNG IMPIAN KARYA REYHAN M. ABDURROHMAN: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI

JEFRI FERNANDUS AMBARITA

110701015

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PERNYATAAN

Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurohman: Analisis Psikologi Sastra

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya adalah murni saya susun sendiri dan tidak pernah diajukan sebelumnya untuk meraih gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi lain. Sepanjang pengetahuan saya, tidak ada hasil karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan dijabarkan ke dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi.

Medan, Oktober 2015

Jefri Fernandus Ambarita

(4)

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MENDAYUNG IMPIAN KARYA REYHAN M. ABDURROHMAN: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

Oleh

Jefri Fernandus Ambarita

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang. Dalam karya sastra, termasuk novel dapat tergambar kepribadian tokoh cerita, khususnya tokoh utama. Kepribadian tokoh utama dapat dideskripsikan dengan menggunakan analisis psikologi sastra dengan menerapkan psikologi kepribadian yakni psikoanalitis Carl Gustav Jung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari kepribadian tokoh utama dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama. Dalam penelitian ini digunakan metode Library Research atau penelitian kepustakaan, yaitu dengan cara memperoleh data melalui buku-buku. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif, yaitu dengan tahap penyajian, pengintropeksian, dan penyimpulan data. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, kepribadian meliputi dua alam yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian berdasarkan kesadaran yaitu dipandang dari fungsi jiwa, kepribadian Tevano adalah perasa yang dibuktikan dengan sifat yakin dalam membuat keputusan, peduli terhadap orang lain, punya semangat yang kuat, dan punya tekad yang kuat. Sedangkan dipandang dari sikap jiwa, Tevano memiliki kepribadian yang ekstrovert (terbuka) dibuktikan dengan sifatnya yang senang membantu orang lain dan mudah adaptasi dengan orang lain. Berdasarkan ketidaksadaran yang terbagi dua yaitu ketidaksadaran pribadi Tevano memiliki kepribadian tipe pemikir yang dibuktikan dengan sifat-sifatnya yaitu rasa ingin tahu, tidak sabar, gugup, dan manja. Sedangkan ketidaksadaran kolektifnya Tevano memiliki kepribadian bertipe intuitif yang dibuktikan dengan sifatnya yang optimis dan bijaksana. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama yaitu berdasarkan ketidaksadaran pribadi adalah faktor kedewasaan, motif cinta, frustasi, konflik, dan ancaman. Sedangkan berdasarkan ketidaksadaran kolektifnya adalah faktor biologis dan agama.

(5)

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan semesta alam yang telah memberikan begitu banyak berkah kepada penulis sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Segala anugerah dari Yang Maha Kuasa telah menuntun dan menguatkan penulis dalam menghadapi segala kendala dalam menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU. Adapun judul skripsi ini adalah ”Kepribadian Tokoh Utama dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurohman: Analisis Psikologi Sastra”. Saat melewati proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menemukan kesulitan tetapi penulis juga banyak mendapat bantuan berupa dukungan, nasihat, perhatian, bimbingan, dan juga doa. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Prof. Subhilhar, Ph.D., sebagai Pejabat Rektor dan Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas kesempatan dan fasilitas yang telah penulis gunakan selama kuliah di Universitas Sumtera Utara.

2. Dr. Syahron Lubis, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.

3. Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., sebagai ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya USU yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia.

(6)

5. Dra. Nurhayati Harahap, M.Hum., sebagai dosen pembimbing I penulis yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Dra. Yulizar Yunas, M.Hum., sebagai dosen pembimbing II penulis yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Drs. Parlaungan Ritonga, M.Hum., sebagai dosen pembimbing akedemik (PA) yang senantiasa membimbing dan memberikan masukan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU.

8. Bapak dan Ibu pengajar di Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya USU yang senantiasa dengan tulus memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

9. Orangtua paling sempurna dalam hidup penulis yaitu P. Ambarita dan U. Silalahi serta ketiga saudara yang tercinta yaitu Febrian Ambarita, Feriandi Ambarita, dan Canra Leorensius Ambarita yang menjadi motivator terbesar dalam hidup penulis. Terima kasih Tuhan telah memberikan penulis keluarga pilihan yang dengan hati lapang mencurahkan segenap kasih sayang pada penulis.

10. Terima kasih buat sahabat yang terkasih Riryn Afryani Garingging yang telah menemani hari-hari penulis, menjadi motivator dan memberikan masukan bagi penulis selama masa perkuliahan.

(7)

12. Terima kasih kepada saudara-saudaraku Anak Koridor yaitu Yudi, Jo, Iwan, Rintul, Iwan, Fajar, Immanuel, Fauzi, Mora, Reza, Zein, Dida, dan Fani. Terima kasih atas semnagatnya, kebersamaanya, dan dukungannya selama ini.

13. Terima kasih kepada teman seperjuangan stambuk 011 dan seluruh senior serta junior di Sastra Indonesia USU dan terimakasih kepada saudara-saudaraku di KMK St. Gregorius Agung FIB USU yang selalu mendoakan dan memberi dorongan kepada penulis.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun agar lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan

pembaca.

Hormat saya,

(8)

DAFTAR ISI

PRAKATA………... i

DAFTAR ISI ……….. iv

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 4

1.3 Batasan Masalah ……… 4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ………... 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ………... 5

1.4.2.1 Manfaat Teoritis……… 5

1.4.2.2 Manfaat Praktis………... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA……. 6

2.1 Konsep ………... 6

2.1.1 Kepribadian………... 6

2.1.2 Tokoh Utama... 7

2.1.3 Psikologi Sastra………... 8

2.1.4 Psikoanalitis Jung………. 8

2.2 Landasan Teori..…... 8

2.3 Tinjauan Pustaka ………... 15

BAB III METODE PENELITIAN ………... 17

3.1 Metode Penelitian……….... . 17

3.2 Teknik Pengumpulan Data………... 17

(9)

3.4 Bahan Analisis... 19

BAB IV KEPRIBADIAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA……….. 20

4.1 Kepribadian Tokoh Utama……… 20

4.1.1 Kepribadian Tokoh Utama Berdasarkan Kesadaran………... 21

a. Menurut Fungsi Jiwa……… 21

b. Menurut Sikap Jiwa……….. 29

4.1.2 Kepribadian Tokoh Utama Berdasarkan Ketidaksadaran…... 33

a. Menurut Ketidaksadaran Pribadi……….. 33

b. Menurut Ketidaksadaran Kolektif……… 38

4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Tokoh Utama….. 40

4.2.1 Ketidaksadaran Pribadi……… 40

a. Faktor Kedewasaan……….. 40

b. Faktor Motif Cinta……… 41

c. Faktor Frustasi……….. 43

d. Faktor Konflik………. 44

e. Faktor Ancaman………... 45

4.2.2 Ketidaksadaran Kolektif……….. 45

a. Faktor Biologis………... 46

b. Faktor Agama……… 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……… 49

5.1 Simpulan……… 49

5.2 Saran……….. 50

(10)

LAMPIRAN……… 53

Lampiran 1……….. 53

(11)

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MENDAYUNG IMPIAN KARYA REYHAN M. ABDURROHMAN: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA

Oleh

Jefri Fernandus Ambarita

Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang. Dalam karya sastra, termasuk novel dapat tergambar kepribadian tokoh cerita, khususnya tokoh utama. Kepribadian tokoh utama dapat dideskripsikan dengan menggunakan analisis psikologi sastra dengan menerapkan psikologi kepribadian yakni psikoanalitis Carl Gustav Jung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari kepribadian tokoh utama dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama. Dalam penelitian ini digunakan metode Library Research atau penelitian kepustakaan, yaitu dengan cara memperoleh data melalui buku-buku. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan metode deskriptif, yaitu dengan tahap penyajian, pengintropeksian, dan penyimpulan data. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, kepribadian meliputi dua alam yaitu kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian berdasarkan kesadaran yaitu dipandang dari fungsi jiwa, kepribadian Tevano adalah perasa yang dibuktikan dengan sifat yakin dalam membuat keputusan, peduli terhadap orang lain, punya semangat yang kuat, dan punya tekad yang kuat. Sedangkan dipandang dari sikap jiwa, Tevano memiliki kepribadian yang ekstrovert (terbuka) dibuktikan dengan sifatnya yang senang membantu orang lain dan mudah adaptasi dengan orang lain. Berdasarkan ketidaksadaran yang terbagi dua yaitu ketidaksadaran pribadi Tevano memiliki kepribadian tipe pemikir yang dibuktikan dengan sifat-sifatnya yaitu rasa ingin tahu, tidak sabar, gugup, dan manja. Sedangkan ketidaksadaran kolektifnya Tevano memiliki kepribadian bertipe intuitif yang dibuktikan dengan sifatnya yang optimis dan bijaksana. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama yaitu berdasarkan ketidaksadaran pribadi adalah faktor kedewasaan, motif cinta, frustasi, konflik, dan ancaman. Sedangkan berdasarkan ketidaksadaran kolektifnya adalah faktor biologis dan agama.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreatifitas pengarang yangmempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Didalam karya sastra dapat ternuansakan suasana kejiwaan pengarang baik secara pikir maupun suasana rasa yang ditangkap dari gejala kejiwaan para tokoh dalam karya sastra tersebut. Seorang pengarang tidak hanya ingin mengekspresikan pengalaman jiwanya, melainkan secara emplisit ia juga mendorong, mempengaruhi pembaca agar ikut memahami, menghayati, dan menyadari masalah serta ide yang diungkapkan dalam karyanya melalui tokoh yang dihadirkan.

Karya sastra dapat berupa novel, puisi, cerpen, dan bermacam-macam kesusastraan daerah lainnya. Hakikat karya sastra adalah karya sastra mempunyai misi tertentu yang menyangkut persoalan hidup dan kehidupan manusia. Demikian juga novel menceritakan kehidupan yang terjadi dalam masyarakat seperti masalah sosial yang tercakup di dalamnya masalah agama, adat istiadat, pendidikan, ekonomi, politik, dan lain-lain.

Memahami fenomena-fenomena kejiwaan dalam karya sastra dapat dilihat dari sifat atau karakter tokoh. Sifat tersebut akan mengarahkan pada suatu kepribadian tokoh yang dibentuk oleh pengarang dalam menyampaikan ide cerita. Pembaca akan mengetahui gambaran kepribadian dan falsafah hidup tokohnya melalui karakter (sifat) yang ada. Karakter yang berbeda-beda dari setiap tokoh itulah yang akan mempengaruhi jalan ceritanya.

(13)

Ilmu psikologi dipakai untuk mempelajari kepribadian manusia, maka ilmu psikologi juga dapat diterapkan pada tokoh rekaan atau imajinasi dalam suatu karya sastra untuk mempelajari kepribadian tokoh dalam karya sastra, yang disebut psikologi sastra. Menurut Sangidu (2004:30), psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang mengandung masalah-masalah psikologis dalam suatu karya sastra yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di dalam karya sastra.

Menganalisis kepribadian tokoh dalam karya sastra harus berdasarkan teori dan hukum-hukum psikologi yang menjelaskan kepribadian manusia. Cabang psikologi yang dapat digunakan untuk mengkaji kepribadian manusia adalah psikologi kepribadian. Kepribadian dimaksudkan untuk menggambarkan watak atau pribadi seseorang.

Kajian psikologi kepribadian yang dapat digunakan dalam melakukan penelitian sebuah karya sastra salah satunya adalah psikoanalisis. Psikoanalitis yang diterapkan dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam karya sastra. Psikoanalisis dalam karya sastra dapat mengungkapkan berbagai macam kepribadian tokoh.

Pendekatan psikoanalitis dikemukakan oleh Carl Gustav Jung. Menurut Jung seseorang terdiri atas dua alam yaitu alam kesadaran dan alam ketidaksadaran. Dari kedua alam ini dapat dilihat kepribadian seseorang. Jung mengklasifikasikan pribadi manusia berdasarkan fungsi jiwanya terdiri dari: tipe pemikir (thinking), tipe perasa (feeling), tipe intuitif (intuiting), dan tipe pengindraan (sensing). Berdasarkan sikap jiwanya, pribadi manusia dibagi menjadi tipe ekstrovert (terbuka), tipe introvert (tertutup), dan bivert (Suryabrata, 1982:160).

(14)

perasa. Orang yang kesadarannya ekstrovert maka ketidaksadarannya introvert, dan begitu selanjutnya. Berdasarkan tipe-tipe yang diklasifikasikan oleh Jung akan dapat ditentukan kepribadian seseorang.

Novel Mendayung Impian (MI) karya Reyhan M. Abdurrohman merupakan novel yang terbit pada tahun 2014. Novel ini mengisahkan seorang tokoh utama yang bernama Tevano yang ingin mewujudkan impian atau cita-citanyanya sejak kecil menjadi seorang guru. Tevano mendapat rintangan dari ayahnya sendiri yang melarangnya menjadi seorang guru. Ayahnya lebih menginginkannya menjadi penerusnya pengelola perusahaan. Ayahnya menyuruhnya untuk kuliah akutansi di Prancis walaupun tidak pernah disukainya. Setelah menyelesaikan sarjananya dari Prancis, Tevano pulang ke tanah air. Ayahnya kembali memaksa dia kembali ke luar negeri meneruskan kuliahnya ke jenjang pascasarjana di Jerman. Akan tetapi dia menolak dan lebih memilih mewujudkan cita-citanya menjadi seorang guru dan mengabdi pada masyarakat. Tevano akhirnya mengambil keputusan untuk meninggalkan rumah tanpa permisi dan pergi ke pedalaman Kalimantan Barat yaitu di desa Meliau. Dia memilih menjadi guru di SD Mini Penggerak dan membantu anak-anak yang ada di sana meraih impian.

(15)

pedalaman dan optimis dapat mewujudkan mimpi (cita-citanya). Tevano juga bertipe kepribadian ekstrovert yakni terbuka dengan orang lain dan peduli terhadap orang lain. Dia peduli peduli orang lain, yakni dari perilakunya yang ingin membantu anak-anak di SD Mini Penggerak untuk meraih mimpi anak-anak yang berada di sana. Kepribadian Tevano dipengaruhi pengalaman masa lalunya, baik berupa faktor dari dalam pribadinya sendiri dan faktor yang berasal dari luar dirinya (faktor lingkungan).

Dalam mengetahui kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian, penulis akan membahasnya lebih mendalam dalam bab-bab selanjutnya. Penelitian ini juga meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh dari pengalaman masa lalunya, baik pribadi maupun pengalaman kehidupannya. Pengkajian yang dilakukan oleh penulis dalam mengkaji novel tersebut dengan teori tertentu agar sesuai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut yaitu:

1. Bagaimanakah kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman?

1.3 Batasan Masalah

(16)

kepribadian tokoh utama, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama dengan menerapkan teori psikologi sastra dengan menerapkan teori psikoanalitis Carl Gustav Jung.

1.4 Tujuan dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman?

2. Mendeskripsikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman?

1.4.2 Manfaat

Diharapkan penelitian ini memberi manfaat: 1.4.2.1Manfaat Teoretis

1. Penelitian ini dapat memperluas bidang kajian sastra yakni tentang kepribadian tokoh melalui pendekatan psikologi sastra.

(17)

1.4.2.2Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini dapat memperluas apresiasi pembaca terhadap studi psikologi sastra.

(18)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang akan dianalisis berupa novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul Kepribadian Tokoh Utama Dalam Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Abdurrohman:Analisis Psikologi Sastra . Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini menggunakan beberapa konsep yang digunakan dalam pembahasan bab-bab selanjutnya.

2.1.1 Kepribadian

Kepribadian berasal dari kata personality (Inggris) yang berasal dari kata persona (Latin) yang berarti kedok atau topeng, dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Kepribadian adalah suatu totalitas psikhophisis yang kompleks dari individu, sehingga tampak di dalam tingkah lakunya yang unik (Sujanto, 2008:12).

Menurut KBBI (2005:895) kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dari orang lain. Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering

(19)

2.1.3 Tokoh Utama

Tokoh adalah pelaku yang mengemban atau menjalankan peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1995:85). Tokoh utama merupakan pemeran dalam suatu cerita yang memegang peran penting atau utama. Tokoh utama senantiasa hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam setiap halaman buku cerita yang bersangkutan. Menurut Rahmanto dan Hariyanto (1997:13) untuk menentukan siapakah yang menjadi tokoh utama dalam cerita, kriteria yang biasa digunakan adalah (1) tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, (2) tokoh yang paling banyak dikisahkan oleh pengarangnya, dan (3) tokoh yang paling banyak terlibat dengan tema cerita.

Melihat kepribadian tokoh dalam karya sastra dapat dilihat dari penokohan yang dibuat oleh pengarang. Menurut Suharianto (1982:31) penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita baik keadaan lahirnya maupun keadaan batinnya, yang berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Jones dalam Nurgiyantoro (2005:165) mengatakan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang sesorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran sesorang yang jelas yang ditampilkan dalam sebuah cerita dan mempunyai sifat-sifat tertentu.

(20)

tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan para tokoh cerita menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata maupun nonverbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan melalui peristiwa yang terjadi.

2.1.4 Psikologi Sastra

Psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang mengandung masalah-masalah psikologis dalam suatu karya sastra yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di dalam karya sastra (Sangidu, 2004:30).

2.1.5 Psikoanalitis Carl G. Jung

Pendekatan psikoanalitis dikemukakan oleh Carl Gustav Jung. Garis besar dari teori Jung adalah bahwa kepribadian seseorang terdiri atas dua alam yaitu alam kesadaran dan alam ketidaksadaran. Kedua alam ini saling berhubungan dan menentukan kepribadian seseorang (Suryabrata, 1982:156).

2.2 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam pembahasan ini adalah teori psikologi sastra dengan menerapkan teori psikoanalisis Carl Gustav Jung. Psikoanalisis yang diterapkan dalam karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam karya sastra. Psikoanalisis dalam karya sastra dapat mengungkapkan berbagai macam watak, sikap, dan kepribadian tokoh.

(21)

pada suatu karya sastra yang menggunakan tinjauan psikologi sastra. Psikologi sastra dapat mengungkapkan tentang sesuatu kejiwaan baik pengarang, tokoh karya sastra, maupun pembaca karya sastra. Sastra sebagai gejala ”kejiwaan” didalamnya terkandung fenomena-fenomena yang terkait dengan psikis atau kejiwaan. Dengan demikian karya sastra dapat diteliti dengan pendekatan psikologi. Dengan didukung pendapat Jatman (dalam Aminuddin, 1990:101), sastra dan psikologi memiliki hubungan yang bersifat tidak langsung dan fungsional.

Perbedaan gejala-gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra dengan manusia nyata adalah psikoligi sastra yang merupakan gejala kejiwaan dari manusia imajiner, sedangkan dalam ilmu psikologi adalah gejala kejiwaan pada manusia riil (Endraswara, 2003:97). Antara psikologi dan sastra akan saling melengkapi dan saling berhubungan sebab hal tersebut dapat digunakan untuk menemukan proses penciptaan sebuah karya sastra. Psikologi digunakan untuk menghidupkan karakter para tokoh yang tidak secara sadar diciptakan oleh pengarang.

Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan antara psikologi dengan sastra, yaitu (1) memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, (2) memahami unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, (3) memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca (Ratna, 2004:343).

Pendekatan psikologi sastra memiliki tiga pendekatan yaitu: (1) pendekatan ekspresif yang menekankan pengekspresian ide-ide ke dalam karya sastra, (2) pendekatan tekstual yang menekankan pada psikologi tokoh, (3) pendekatan reseptif yang mengkaji psikologi pembaca (Endraswara, 2008:99).

(22)

karya sastra berguna untuk menganalisis secara psikologis tokoh-tokoh dalam karya sastra. Psikoanalitis dalam karya sastra dapat mengungkapkan berbagai macam kepribadian tokoh.

Menurut Suryabrata (1982:165), pendekatan psikoanalitis dikemukakan oleh Carl Gustav Jung. Garis besar dari teori Jung adalah bahwa kepribadian seseorang terdiri atas dua alam yaitu alam kesadaran dan alam ketidaksadaran. Kedua alam ini tidak hanya saling mengisi, tetapi berhubungan secara kompensatoris. Adapun fungsinya keduanya adalah penyesuian, yaitu alam sadar adalah penyesuain terhadap dunia luar sedangkan alam tidak sadar adalah penyesuaian terhadap dunia dalam.

1. Struktur Kepribadian Berdasarkan Kesadaran

Kesadaran memiliki dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa, yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam menentukan pribadi manusia.

a. Fungsi Jiwa

Fungsi jiwa adalah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Menurut fungsi jiwa, manusia dapat dibedakan menjadi empat tipe kepribadian:

1. Kepribadian yang rasional pemikir (thinking) yaitu orang yang banyak mempergunakan akalnya dalam melakukan sesuatu.

2. Kepribadian rasional perasa (feeling) terdapat pada orang-orang yang sangat dikuasai oleh perasaan, merasakan kenikmatan, peduli, takut, sedih, gembira, dan cinta. Menilai segala sesuatu berdasarkan suka atau tidak suka.

(23)

4. Kepribadian intuitif yaitu kepribadian yang sangat dipengaruhi oleh firasat atau perasaan kira-kira. Orang dengan kepribadian ini bersifat spontan.

Jika sesuatu fungsi superior (dominan), yaitu menguasai kehidupan alam sadar, maka fungsi pasangannya menjadi fungsi inferior, yaitu ada dalam ketidaksadaran, sedangkan kedua fungsi yang lain menjadi fungsi bantu sebagian terletak dalam alam sadar dan sebagian lagi dalam alam tak sadar (Suryabrata, 1982:158-160).

b. Sikap Jiwa

Sikap jiwa adalah arah energi psikis umum yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah energi psikis itu dapat ke luar ataupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadap dunianya, dapat ke luar ataupun ke dalam.

Menurut atas sikap jiwanya Jung mengelompokkan manusia menjadi tiga kepribadian, yaitu :

1. Manusia bertipe ekstrovert. Orang yang ekstrovert adalah orang terutama dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya terutama tertuju keluar: pikiran, perasaan, serta tindakannya terutama oleh lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan nonsosial. Dia bersikap positif terhadap masyarakatnya: hatinya terbuka, mudah bergaul, hubungan dengan orang lain lancar.

(24)

bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain. Penyesuaian dengan batinnya sendiri baik.

3. Tipe Ambivert, yaitu orang-orang yang tidak masuk introvert maupun ekstrovert. Ciri kepribadiannya merupakan campuran dari kedua jenis tersebut (Sarwono, 2009:181).

2. Struktur Kepribadian Berdasarkan Ketidaksadaran

Kepribadian sangat dipengaruhi oleh alam ketidaksadaran. Menurut Jung ketidaksadaran dibagi menjadi dua yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Isi ketidaksadaran pribadi diperoleh melalui hal-hal yang diperoleh individu selama hidupnya sedangkan isi dari ketidaksadaran kolektif diperoleh selama pertumbuhan jiwa keseluruhannya, seluruh jiwa manusia melalui sensasi. Ketidaksadaran kolektif ini merupakan warisan kejiwaan yang besar dari perkembangan kemanusiaan yang terlahir kembali dalam struktur tiap individu (Budiningsih 2002:14).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian

Menurut dari teori Jung di atas, maka faktor yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian yang tentunya yang akan mempengaruhi kepribadian manusia adalah faktor ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Berikut ini pembagian faktor-faktor yang mempengaruh kepribadian manusia:

1. Ketidaksadaran Pribadi

Ketidaksadaran pribadi meliputi hal-hal yang diperoleh individu selama hidupnya yang akan berpengaruh di dalam tingkah lakunya. Ketidaksadaran pribadi merupakan seluruh pengalaman, kejadian masa silam yang dirasakan secara individual. Hal-hal tersebut meliputi:

(25)

Kedewasaan merupakan tingkat kematangan seseorang dalam memenuhi tugas-tugas di masa perkembangan masa kanak-kanak, masa remaja, dan remaja akhir (Hurlock, 1992: 25). Kedewasaan merupakan faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia dalam kehidupan sehari-hari

b. Faktor Motif Cinta

Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal penting bagi manusia. Kehangatan, persahabatan, ketulusan kasih sayang, penerimaan orang lain yang hangat sangat dibutuhkan manusia sehingga berpengaruh terhadap kepribadian manusia.

c. Faktor Frustasi

Frustasi adalah suatu keadaan dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak tercapainya tujuan atau kepuasan akibat adanya halangan dalam mencapai tujuan atau kepuasan tersebut (Hidayat, 2009:84). Frustasi yang dialami seseorang akan berpengaruh pada kepribadiannya. d. Faktor Konflik

Konflik merupakan sikap seorang yang menentang, berselisih maupun cekcok terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Seseorang yang mengalami konflik akan berpengaruh pada kepribadian seseorang.

e. Faktor Ancaman

Yaitu sikap seseorang yang akan melakukan sesuatu terhadap suatu objek baik berupa pertanda atau peringatan mengenai sesuatu yang akan terjadi. Seseorang yang mendapat ancaman akan berpengaruh pada kepribadiannya.

(26)

Ketidaksadaran kolektif adalah sistem yang paling berpengaruh terhadap kepribadian dan bekerja sepenuhnya di luar kesadaran orang yang bersangkutan dan merupakan suatu warisan kejiwaan yang besar dari perkembangan kemanusiaan (Dirgagunarsa, 1978:72). Ketidaksadaran kolektif meliputi elemen-elemen yang tidak pernah dialami seseorang secara individual, tetapi merupakan yang diturunkan oleh leluhur kita. Hal-hal tersebut tersebut meliputi biologis dan agama. Hal-hal tersebut juga berpengaruh terhadap kepribadian manusia.

a. Faktor Biologis

Faktor biologis berpengaruh dalam seluruh kegiatan manusia. Warisan biologis manusia menentukan kepribadiannya. Kepribadian yang merupakan bawaan manusia, bukan pengaruh lingkungan (Rakhmat, 1986: 41-45). Faktor biologis ini misalnya kebutuhan biologis seseorang akan rasa lapar, rasa aman, rasa haus, dan hasrat seksual.

b. Faktor Agama

Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan atau perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai.

(27)

bermunajat dengan Tuhannya, dimana dia akan mencurahkan segala problema yang dihadapinya dalam hidup ini.

1.3 Tinjauan Pustaka

Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal itu dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam melakukan penelitian. Tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya.

Novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman belum pernah diteliti sebelumnya karena novel ini baru terbit pada tahun 2014. Sebelumnya telah ada dilakukan penelitian sastra dengan menggunakan teori psikologi sastra dengan menerapkan teori kepribadian psikoanalitis Carl Gustav Jung dengan objek yang berbeda.

Muhammad Heru Wibawa (2009) seorang mahasiswa Universitas Negeri Semarang dalam skripsinya menggunakan psikologi sastra dengan menerapkan teori kepribadian psikoanalisis Carl Gustav Jung untuk meneliti sebuah novel. Penelitiaanya yang berjudul ”Watak dan Perilaku Tokoh Utama Dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hinata: Kajian Psikologi Sastra”. Dia Membahas watak dan perilaku serta faktor-faktor yang memepengaruhi watak dan perilaku tokoh Ikal yang menjadi tokoh utama dalam novel tersebut. Dia berhasil mengungkap watak dan perilaku Ikal berdasarkan psikoanalisis Jung. Kesimpulan yang didapatkannya adalah berdasarkan fungsi jiwa Ikal memiliki watak dan perilaku yang bertipe perasa yaitu yakin dalam membuat keputusan peduli kepada orang lain, punya tekad yang kuat, dan cerdas. Dia juga mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi watak dan perilaku Ikal.

(28)

Semarang, dalam penelitiaanya yang berjudul ”Homoseksual Tokoh Rafky dan Valent dalam Novel Lelaki Terindah Karya Andrei Aksana: Suatu Tinjauan Psikologi”. Dia mengungkapkan kepribadian kedua tokoh utama dalam novel tersebut yakni, kepribadian yang dimiliki oleh Rafky adalah ekstrovert (terbuka), maka fungsi jiwa yang paling berkembang dalam diri Rafky adalah pikirannya. Valent memiliki kepribadian introvert (tertutup), maka fungsi jiwa yang merupakan fungsi superior (dominan) dalam dirinya adalah perasaan.

Penelitian lainnya yang membahas tokoh utama oleh Erna Dwi Kotimah (2006) dalam penelitian yang berjudul ”Kepribadian Tokoh Utama Novel Midah Simanis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer”. Mahasiswi Universitas Negeri Semarang ini membahas tipe-tipe kepribadian tokoh utama dalam novel tersebut dengan mempergunakan teori psikoanalitis Jung. Dia menyimpulkan bahwa tokoh Midah memiliki kepribadian berdasarkan fungsi jiwanya adalah tipe perasa yaitu yakin membuat keputusan, mengerti perasaan orang lain dan tidak mau menimbulkan pertentangan, dan mudah tersinggung. Dipandang dari sikap jiwa kepribadian Midah mempunyai kepribadian tipe introvert yaitu tertutup, suka memendam perasaan, suka merenung dan tenggelam ke dalam diri sendiri serta kesepian. Berdasarkan ketidaksadarannya, ketidaksadaran pribadi Midah bertipe pemikir yaitu keras hati, dan senang memutuskan sendiri. Berdasarkan ketidaksadaran kolektif Midah bertipe intuitif yaitu berani, optimis, dan bijaksana.

(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang diterapkan adalah langkah-langkah kerja yang diatur sebagaimana yang berlaku bagi penelitian-penelitian pada umumnya. Metode yang dipergunakan dalam menganalisis data penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif sering diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan ”perhitungan” atau dengan angka-angka (Moleong, 1982:2).

Metode ini sangat tepat dipergunakan dalam menganalisis data yang ditemukan dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat ditegaskan dengan salah satu ciri penting yang terdapat dalam metode kualitatif, sebagai berikut: memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural (Ratna, 2004:46).

Metode kualitatif digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

(30)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini untuk teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Membaca data primer penelitian yaitu novel Mendayung Impian secara keseluruhan guna menemukan kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel.

2. Menyimak dan memahami data yang telah dibaca yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3. Mencatat dan mengelompokkan data yang di dalamnya mengandung kepribadian tokoh utama yang terdapat dalam novel untuk memudahkan pengecekan ketika diperlukan.

3.3 Teknik Analisis Data

(31)

3.4 Bahan Analisis

Sumber data primer yang menjadi bahan analisis penelitian ini adalah:

Judul : Mendayung Impian

Pengarang : Reyhan Abdurrohman

Penerbit : PT Elex Media Komputindo

Tebal Buku : 308 halaman

Ukuran : 2.5 X 19.5 cm

Cetakan : Pertama

Tahun : 2014

Warna Sampul : Perpaduan warna jingga dan cokelat

Gambar Sampul : Seorang lelaki yang membawaransel berdiri di atas perahu yang berada di sungai dengan suasana pagi hari.

Desain Sampul : Hadi.

(32)

BAB IV

KEPRIBADIAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA

4.1 Kepribadian Tokoh Utama

Kepribadian yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah kepribadian tokoh utama dalam novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurohman dengan mempergunakan teori psikoanalitis Carl Gustav Jung. Tokoh utama yang terdapat dalam novel ini adalah Tevano. Tokoh Tevano yang mendominasi keseluruhan isi cerita dan diutamakan penceritaanya oleh pengarang dalam novel ini. Isi dalam novel ini menceritakan permasalahan kehidupan Tevano yang secara runtut oleh pengarang. Dimulai dari keputusannya pergi ke pedalaman Kalimantan untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang guru. Jadi, tokoh atau pelaku utama dalam novel ini adalah Tevano.

Kepribadian tokoh utama dalam novel ini akan dianalisis mempergunakan teori psikoanalitis Carl Gustav Jung. Jung mengatakan kepribadian seseorang terdiri dari dua alam yaitu alam kesadaran dan alam ketidaksadaran. Antara kesadaran dan ketidaksadaran menurut Jung sama pentingnya dalam menentukan kepribadian seseorang. Keduanya berhubungan kompensatoris dan saling berlawanan. Hal ini terlihat pada kepribadian Tevano, pada kesadarannya dia bertipe perasa dan ekstrovert (terbuka). Sehingga, ketidaksadaran Tevano bertipe pemikir dan introvert (tertutup).

(33)

lingkungan yang berbeda-beda namun hanya berada di diri Tevano. Menurut kesadaran, yakni fungsi jiwa Tevano adalah pribadi perasa dan berdasarkan sikap jiwa Tevano adalah pribadi yang ekstrovert.

Ketidaksadaran Tevano yakni ketidaksadaran pribadinya bertipe pemikir dan ketidaksadaran kolektifnya adalah intuitif. Tipe inilah yang secara tidak disadari Tevano keluar dari dirinya yang tampak pada sifatnya yang mempunyai rasa keingintahuan yang besar dan tidak sabar. Penjelasan mengenai kepribadian Tevano akan lebih mendetail akan dijelaskan dalam pembahasan berikut ini.

4.1.1 Kepribadian Tokoh Utama Berdasarkan Kesadaran

Kesadaran (ego) adalah merupakan jiwa sadar yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran dan perasaan-perasaan sadar. Ego seseorang adalah gugusan tingkah laku (sifat) yang umumnya dimiliki dan ditampilkan secara sadar oleh orang-orang dalam suatu masyarakat. Ego merupakan bagian manusia yang membuat ia sadar pada dirinya. Berdasarkan kesadaran, kepribadian seseorang akan dibagi menjadi dua bahagian yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa. Kepribadian berdasarkan fungsi jiwa dan sikap jiwa berada di alam kesadaran. Kedua komponen ini merupakan kepribadian yang dasar dari seseorang dan tidak akan berubah walaupun berada di lingkungan yang berbeda-beda.

(34)

a. Fungsi Jiwa

Menurut fungsi jiwa Tevano merupakan pribadi yang rasional perasa. Fungsi ini yang sangat mendominasi dari fungsi-fungsi dari yang lain dalam diri Tevano. Tevano orang yang banyak menggunakan perasaan dalam melakukan sesuatu. Tevano berani mengambil keputusan dan optimis akan berhasil. Tevano menyakini apa yang diputuskannya telah benar tampak dari perilakunya, ia merasa yakin bahwa keputusannya menolak permintaan ayahnya untuk melanjut kuliah S2 di luar negeri benar dan ia lebih memilih menjadi seorang guru di pedalaman Kalimantan. Tevano memiliki tekad yang kuat untuk dapat mewujudkan impiannya menjadi seorang pengajar. Dia nekat meninggalkan rumah dan keluarganya untuk berangkat ke desa Meliau pedalaman di Kalimantan Barat demi menjadi seorang pengajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan fungsi jiwa yang dominan dalam diri Tevano adalah perasa. Jadi kepribadian Tevano berdasarkan fungsi jiwa adalah perasa. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan sifat-sifat Tevano sebagai berikut.

1.Yakin dalam Membuat Keputusan

Sifat Tevano yang yakin dalam membuat keputusan adalah dia merasa yakin bahwa keputusannya untuk pergi ke Kalimantan untuk menjadi seorang guru. Keputusannya menjadi seorang guru dan mengabdikan diri demi kebahagiaan anak-anak di SD Mini Penggerak. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:

(35)

Keputusan Tevano untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang guru mendapat hambatan dari ayahnya, tetapi dia merasa yakin bahwa keputusan yang telah diambilnya telah tepat. Seperti dalam kutipan berikut ini:

”Memangnya, apa yang kamu sukai? Jadi guru? Tidak, tidak. Papa tidak akan setuju dengan cita-citamu itu. Tidak ada masa depan yang cerah dengan kamu menjadi guru, Van.” Papanya menaikkan sedikit suaranya.”Tapi itu cita-cita Vano sejak kecil, Pa. Sejak kecil! Dan Vano ingin mewujudkannya.” Vano meyakinkan Papa. Suaranya sengaja ia sejajarkan. (MI:11)

Kutipan di atas tergambarkan walaupun ayahnya melarang Tevano menjadi seorang pengajar, dia tetap yakin dalam keputusannya menjadi seorang guru dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tevano akhirnya berangkat ke Kalimantan Barat dan mewujukan cita-citanya menjadi seorang guru di SD Mini Penggerak.

Tevano juga yakin dalam keputusannya untuk anak-anak harus mengikuti perlombaan baca puisi antarsekolah. Ini merupakan kesempatan baik bagi anak-anak untuk ikut lomba yang selama ini tidak pernah ikut dalam lomba tersebut. Tevano merasa yakin anak-anak akan menyetujui ikut lomba dan dia optimis anak-anak akan dapat memenangkan lomba tersebut. Kesempatan ini merupakan kesempatan yang baik bagi anak-anak untuk biasa mengenal dunia luar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

“Ini kesempatan bagus. Anak-anak pasti menyetujuinya. Saatnya sekolah ini mengepakkan sayap. Anak-anak bias tahu dunia luar sana juga. Saya sangat setuju.” Vano terlihat bersemangat. (MI:138)

(36)

2. Peduli Terhadap Orang Lain

Sebagai mahkluk sosial kita pasti membutuhkan kehadiran orang lain. Manusia juga harus mempunyai rasa peduli terhadap orang lain dan keadaan orang lain. Tevano juga mempunyai perasaan peduli terhadap orang lain. Dia sangat peduli dengan keadaan orang yang ada di sekitarnya atau kondisi yang dialami orang lain. Tevano sangat peduli terhadap anak-anak yang tidak dapat sekolah. Pada masa sekolah Tevano pernah ikut bergabung dengan kelompok peduli gelandangan. Kelompok mereka mengajar bagi anak-anak gelandangan yang tidak mampu sekolah formal. Mereka sangat peduli terhadap keadaan anak pengamen dan pengemis. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut:

Dulu waktu SMK saja, aku ketahuan bergabung kelompok peduli gelandangan. Saat tengah membantu mengajar anak-anak pengamen, dimaki Papa habis-habisan. (MI:17)

Sifat Tevano sangat peduli terhadap orang lain dapat dilihat dari kepedulian dia terhadap anak-anak yang ada di SD Mini Penggerak pedalaman Kalimantan Barat. Sehingga Tevano sangat peduli, hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Vano tiba-tiba ingat dengan SD Mini Penggerak. SD pinggiran yang kekurangan buku bacaan pun buku ajar. Ia langsung berjalan menuju rak buku cerita anak. Juga mencari-cari buku ajar. Ia bermaksud membeli beberapa buku untuk murid SD di Kampung Meliau itu. (MI: 38)

Kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa Tevano sangat peduli dengan keadaan murid SD Mini Penggerak yang pasti kekurangan buku pelajaran. Hati Tevano tergerak untuk membeli beberapa buku untuk diberikan kepada murid-murid yang ada di sana.

(37)

Si laki-laki ingin masuk membeli buku, tapi si perempuan tak mengiyakannya, tidak punya uang katanya. Ada satpam yang menghampiri mereka. “Sana! Pergi dari sini! Pengamen libur!” bentak satpam itu. ”Ayo, pergi. Kakak tidak punya uang.” ”Oh, buku? Emang mau beli buku apa?” Vano mencoba bersikap ramah kepada kedua anak itu agar mereka tidak takut. ”Ayo, masuk. Kakak belikan buku yang kalian inginkan.” Mereka berlari menuju rak buku bagian cerita anak. Mereka sangat bersemangat sekali memilih buku-buku yang menarik, juga buku untuk dibagikan ke teman-teman mereka. (MI:38)

Kutipan di atas Tevano merupakan seorang yang sangat peduli terhadap orang lain. Dia sangat peduli dengan keadaan dua orang anak pengemis tersebut yang ingin membeli buku tetapi tidak memiliki uang. Akhirnya ia mengajak kedua anak tersebut untuk masuk ke toko buku tersebut dan memilih buku sesuka hati anak tersebut. Tevano juga menanyakan kenapa kedua anak pengemis tersebut tidak masuk sekolah. Seharusnya anak-anak tersebut masuk sekolah seperti anak-anak pada umumnya. Tevano prihatin dengan kedua anak-anak pengemis tersebut tidak sekolah, akibat tidak ada biaya sekolah dan tidak ada biaya membeli seragam sekolah. Karena orangtua mereka adalah pengemis.

Sesudah membeli buku untuknya dan untuk kedua anak tersebut, Tevano juga mengajak kedua anak tersebut untuk minum es cendol di depan toko buku. Vano sangat senang melihat kedua anak itu menikmati es cendolnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Sebelum dua anak tersebut pergi, Vano mengajak mereka untuk minum es cendol di depan toko buku. Mereka pun menyetujuinya dengan senang hati. Vano memandang mereka yang terlihat lahap sekali menikmati esnya. Ia merasa senang. (MI:39)

(38)

bapaknya akan dianggap lunas. Lestari tidak mengetahui bahwa bapaknya membuat kesepakatan dengan pria tersebut. Lestari juga akan dibawa ke negerinya jika mereka menikah. Melihat keadaan tersebut Tevano sangat tersentuh, dia berusaha membantu Lestari keluar dari masalah tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Dengan pria beristri tiga itu Apai berutang. Pria itu mengiginkan aku menjadi istri keempatnya. Denga begitu utang Apai akan dianggap lunas seluruhnya. Apai menyetujuinya tanpa bertanya dahulu denganku. Mungkin jika utang itu lunas, aku tidak harus menikah dengan pria itu.” Lestari menghela napas. ”Aku hanya tidak mau meninggalkan anak-anak karena sudah pasti aku akan dibawa pria itu ke negaranya”. Vano masih berada di rumah Lestari, menunggu bapaknya Lestari untuk menanyakan detail tentang utang itu. Vano tak tega melihat Lestari yang terpaksa menikah dengan pria yang tidak ia cintainya. Ia cemburu. Apalagi dengan itu, Lestari akan meninggalkan anak-anak di SD Mini Penggerak. (MI:236)

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Tevano sangat peduli terhadap Lestari. Tevano tidak tega melihat keadaan Lestari yang harus terpaksa menikah dengan pria yang tidak dicintainya. Tevano berusaha membantu Lestari dalam menghadapi permasalahan tersebut. Tevano menunjukkan rasa kepeduliannya yaitu dengan ia ingin berbicara dengan bapaknya Lestari dan mencari jalan keluar dari masalah tersebut. Bahkan dia bersedia melunasi semua hutang-hutang bapaknya Lestari agar Lestari tidak jadi menikah dengan pria tersebut. Tevano merasa cemburu jika Lestari menikah dengan pria tersebut karena dia sudah menaruh hati kepada wanita tersebut.

3.Punya Tekad yang Kuat

(39)

”Tapi itu cita-cita Vano sejak kecil. Pa. Sejak kecil! Dan Vano ingin mewujudkannya”. Vano meyakinkan Papa. ”Percayalah, Van. Kamu tak akan bahagia menjadi guru. Gajinya sedikit”. Papanya membrondong argumen lagi. (MI: 11)

Tevano mempunyai tekad yang kuat untuk mengajari anak-anak di SD Mini Penggerak. Dia sangat bertekad sehingga anak-anak di sana dapat meraih impiannya. Walaupun cita-citanya tersebut mendapat hambatan dari ayahnya sendiri, ia tetap bertekad untuk mewujudkan impiannya tersebut. Vano ingin membantu anak-anak yang tidak bisa sekolah, dia ingin membagi keberuntungannya yang bisa sekolah hingga jenjang yang tinggi.

Tevano juga yakin anak-anak akan menggapai impian mereka, hutan tidak menjadi penghalang mereka. Walaupun sekolah anak-anak berada di tengah hutan. Seperti yang tergambar dalam kutipan berikut ini:

Tekadnya semakin kuat. Vano akan mendidik anak-anak agar mampu bersaing dan menggapai impian. Ia menggenggam kedua tangannya, lalu meninju ke tiang kayu di samping kanannya.”Aku akan buktikan. Kuyakin mereka bisa.” Matanya tajam menatap ke depan. (MI:107)

Beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tevano memiliki sifat punya tekad yang kuat. Tekad yang kuat yang ada dalam dirinya ditunjukkannya saat ia ingin meraih impiannya menjadi seorang guru. Walaupun bapaknya tidak mengizinkannya menjadi seorang guru ia selalu bertekad mampu meraih impiannya tersebut. Sebuah impian yang sangat mulia yaitu menjadi seorang guru walaupun tidak ada bayaran sama sekali. Ia ingin anak-anak di desa Meliau mampu bersaing dan meraih sukses.

4. Semangat yang Kuat

(40)

memiliki sifat semangat yang kuat. Semangat yang kuat dimiliki sesorang dalam melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Sifat Tevano yang memiliki semangat yang kuat dapat dilihat seperti yang tergambar dalam kutipan berikut ini:

”Dan ini saatnya anak-anak untuk bangkit. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini”. Vano semakin bersemangat. Api sudah membakar semangatnya.(MI: 138)

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Tevano memiliki semangat yang kuat. Tevano sangat bersemangat untuk membawa anak-anak di SD Mini Penggerak ikut dalam perlombaan baca puisi antarsekolah. Walaupun Lestari teman pengajar di sekolah tersebut tidak setuju dengan maksud Tevano, ia sangat bersemangat untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang mereka peroleh.

Tevano juga sangat bersemangat untuk segera mengajar anak-anak di sekolah. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Hah! Sudah jam Sembilan. Mengapa Apai Sahat tidak membangunkan? Harusnya aku sudah berada di SD itu.” Vano terlihat kesal. (MI:73)

(41)

. Pada suatu saat Tevano jatuh sakit karena, dia kehujanan pulang mengajar. Tetapi Tevano sangat semangat untuk pergi mengajar esok harinya. Dia tidak memperdulikan kesehatannya, tetap pergi mengajar seperti biasanya. Tetapi Apai Sahat tidak mengizinkannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut:

”T-t-tapi, Apai. S-s-saya ingin m-m-mengajar.” Suara Vano sangat lemah. “Tidak untuk hari ini”. Apai Sahat menjawab tegas. “A-a-anak-anak membutuhkan s-s-saya, Apai.” ”Dan kamu lebih membutuhkan istirahat.” “T-t-tapi--” ”Pan! Ini demi kesehatanmu!” Suara Apai Sahat meninggi.”Apai, besok saya berangkat, ya. “Vano memasang wajah penuh harap. “Kamu mash harus istirahat, Pan.” ”Saya sudah sembuh kok. Ini saja sudah sehat.” Vano berdiri. Ia langsung menaikturunkan tangannya memperlihatkan pada Apai Sahat kalau ia sudah benar-benar sembuh. (MI:126)

Tevano sangat bersemangat untuk mendidik anak-anak yang berada di SD Mini Penggerak. Vano mengajar anak-anak dengan caranya sendiri. Ia tidak setuju dengan cara mengajar Lestari yang hanya terfokus ke materi. Menurutnya materi tidak harus disampaikan dengan mencatat dan menjelaskan dengan suasana tegang. Suasana harus menyenangkan dan rasa ingin belajar terpatri di jiwa masing-masing anak. Walaupun Lestari tidak setuju dengan cara mengajar Tevano, ia sangat bersemangat untuk mendidik anak-anak tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

(42)

Kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa Tevano juga memiliki sifat semangat yang kuat. Dia selalu bersemangat, walaupun menghadapi berbagai rintangan. Dia bahkan tidak memperdulikan kesehatannya untuk bisa mengajar.

Berdasarkan penjelasan di atas Tevano memang memiliki kepribadian berdasarkan fungsi jiwa adalah perasa. Jadi fungsi jiwa yang dominan dalam diri Tevano adalah perasa dibandingkan daripada fungsi jiwa yang lain. Hal tersebut dibuktikan dengan sifat Tevano yaitu yakin dalam membuat keputusan, peduli terhadap orang lain, punya semangat yang kuat, dan punya tekad yang kuat.

a. Sikap Jiwa

Sikap jiwa adalah arah energi psikis umum yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah energi psikis itu dapat ke luar ataupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadap dunianya, dapat ke luar ataupun ke dalam. Berdasarkan sikap jiwa kepribadian manusia dibagi menjadi dua yakni ekstrovert (terbuka) dan introvert (tertutup). Berdasarkan sikap jiwa tipe kepribadian Tevano adalah tipe ekstrovert (terbuka). Tevano mudah bergaul dengan orang lain, hatinya terbuka buat orang lain, dan interaksi dengan orang lain berjalan lancar.

(43)

1. Senang Membantu Orang Lain

Tevano sangat senang membantu orang lain. Dia tidak mau melihat orang-orang di sekitarnya berada dalam kesusahan. Sifat Tevano senang membantu orang lain dapat dilihat dari kutipan berikut:

”Ayo, masuk. Kakak belikan buku yang kalian inginkan.” Vano menggandeng tangan kedua anak itu dan mengajak mereka masuk ke toko buku. Seperti terhipnotis, si perempuan luluh dan menuruti ajakan Vano. Si laki-laki tersenyum senang. Mereka langsung menuju ke lantai atas. (MI:36)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat Tevano yang senang membantu orang lain. Ketika dia melihat dua anak pengemis yang hendak membeli buku. Tetapi salah satu dari anak tersebut tidak mengiyakan karena, mereka tidak memiliki uang. Vano melihat hal tersebut, hatinya tersentuh. Dia akhirnya mengajak anak-anak tersebut masuk ke toko buku dan membelikan buku yang diinginkan kedua anak itu. Dia sangat senang dapat membantu kedua anak itu. Tevano membantu kedua anak tersebut ikhlas tanpa adanya unsur paksaan dari orang lain.

Tevano juga tidak ingin melihat orang lain berada dalam kesusahan. Hal itu ia tunjukkan ketika keluarga Lestari memiliki utang kepada pria asal Malaysia. Tevano dengan senang hati dan berusaha membantu melunasi utang-utang bapak Lestari tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

“Boleh aku bertemu Apai?Aku ingin tahu berapa nominal utangnya. Mungkin jika tidak terlalu banyak, aku bisa membantu.” ”Saya teman Lestari. Apakah karena utang itu? Berapa total utang Apai dengan pria itu? Saya akan berusaha membantu. ”Tapi, aku akan tetap membantumu Lestari. Aku tidak mau kamu menikah dengan pria itu karena…” Vano menggantung kalimatnya. (MI:239)

(44)

Dia juga ingin membantu Lestari agar tidak menikah dengan pria yang tidak disukainya. Tevano tidak rela jika Lestari menikah dengan pria asal Malaysia karena, bapak Lestari tidak mampu melunasi utang-utang mereka.

2. Mudah Beradaptasi dengan Orang Lain

Pribadi Tevano yang terbuka dengan orang lain, dia tunjukkan dengan sifatnya yang mudah beradaptasi dengan orang lain. Beradaptasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap sesuatu. Tevano mudah beradaptasi dan bergaul dengan orang yang baru dia kenal. Dia mudah menyesuaikan diri dengan situasi yang baru dia kenal. Hal ini dapat dilihat seperti yang tergambar dalam kutipan berikut ini:

”Apai Sahat?” sapa Vano dengan rona bahagia. Pria itu berhenti. Wanita di sampingnya pun ikut menatap Vano. Keningnya berkerut. Merasa tak kenal dengan pria yang baru saja menyapa. “Saya Vano, Apai. Dulu pernah berkunjung ke rumah Apai dengan teman saya, Hakim. Masih ingat?” jelas Vano semanga. Apai Sahat mengangkat tangan, mengajak bersalaman. Vano langsung menyambarnya. Mereka bersalaman erat. ”Ayo, cari tempat duduk yang nyaman untuk ngobrol”. Apai Sahat merangkul bahu Vano, kemudian berjalan mencari tempat duduk. (MI:52)

(45)

Sifat Tevano yang mudah beradaptasi dengan orang lain tergambar dalam kutipan berikut:

”Eh? Kita kok jadi saling curhat gini, ya?” Celetuk Widya di suasana haru yang telah mereka ciptakan dengan ketidakesengajaan.”Aku kira kamu itu titisan patung. Dari tadi diam terus. Eh, ternyata bias bicara panjang juga.” Vano terkekeh. (MI: 59)

Kutipan di atas adalah perbincangan Tevano dengan Widya. Mereka saling bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Tevano langsung menyesuaikan diri terhadap keadaan yang pernah dialami oleh Widya. Tevano dengan pengertian mendengar semua curahan hati Widya. Widya mencerirtakan tempat mereka sedang berada adalah tempat yang banyak memiliki kenangan bersama mantan pacarnya.

Tevano juga mudah beradaptasi ketika pertama kali sampai di desa Meliau. Tevano langsung beradaptasi dengan penghuni rumah Betang Panjang yang dihuni oleh masyarakat yang mempunyai garis keturunan dengan Apai Sahat. Tevano langsung duduk ikut menyaksikan ngajat (tarian khas dari Meliau) bersama penghuni rumah tersebut. Tevano langsung mengobrol bersama masyarakat penghuni rumah dan ia langsung cepat akrab. Seperti yang tergambar dalam kutipan berikut:

(46)

Semua penjelasan di atas kepribadian Tevano berdasarkan sikap jiwa yang dominan adalah tipe ekstrovert (terbuka). Hal tersebut didukung oleh sifat-sifat Tevano yaitu senang membantu orang lain dan mudah beradaptasi dengan orang lain.

4.1.1 Kepribadian Tokoh Utama Berdasarkan Ketidaksadaran a. Ketidaksadaran Pribadi

Fungsi yang menjadi fungsi pasangan dari fungsi yang superior merupakan fungsi yang tidak berkembang (inferior). Fungsi yang menjadi fungsi inferior dari kepribadian Tevano yaitu fungsi pemikir. Fungsi ini berada dalam alam ketidaksadaran dan sangat mempengaruhi kepribadian Tevano.

Fungsi pemikir ada dalam diri Tevano dapat dilihat dari sifat-sifat Tevano. Sifat-sifat Tevano tersebut terlihat dalam penjelasan di bawah ini.

1. Rasa Ingin Tahu

Menurut tipe kepribadian ketidaksadaran pribadi, Tevano merupakan seorang yang mempunyai rasa ingin tahu yang sangat besar. Ia selalu menebak-nebak segala kemungkinan dan jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan yang menggangunya. Ketika dia menghadapi Lestari yang selalu menunjukkan sikap tidak suka atas kehadirannya di SD Mini Penggerak. Tevano selalu berpikir dan menebak mengapa sikap Lestari begitu terhadap dirinya. Vano berpikir bagaimana dia bisa tenang mengajar jika rekan kerjanya tidak suka dengannya. Sehingga ia ingin tahu alasan mengapa demikian sikap Lestari terhadapnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

(47)

Kutipan di atas menunjukkan betapa ingin tahunya Tevano mengapa Lestari bersikap tidak suka dan dingin terhadap dirinya. Rasa ingin tahu Tevano juga ditunjukkannya ketika Apai Sahat sangat mengkwatirkannya jika sesuatu terjadi sama dirinya. Dia juga penasaran mengapa Apai Sahat sangat baik kepadanya. Apai Sahat selalu hadir dan membantu ketika Tevano berada dalam masalah dan susah. Ia juga penasaran tentang tatapan Apai Sahat yang penuh kasih sayang yang ia lihat pada saat mereka saling bertatapan. Tevano merasa “aneh” atas sikap Apai Sahat yang memperlakukannya bagaikan anak sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikurt:

Ada yang mengganjal di hati Tevano tentang mengapa Apai Sahat sangat mengkhatirkannya. Padahal bukanlah siapa-siapa. Terus, tentang kebaikan Apai Sahat selama ini. Tentang tatapan penuh kasih sayang yang ia lihat kemarin. Ini sedikit ’aneh’. Vano menghela napas. ”Apai,” Vano berkata pelan. ”Kalo boleh Topan tahu, kenapa Apai baik sekali sama Topan? Bahkan Topan sudah Apai anggap seperti anak sendiri.” Vano terpaksa bertanya hal itu. Ia sangat ingin tahu alasan Apai Sahat. (MI:127)

Kutipan di atas dapat dilihat betapa besar rasa ingin tahu Tevano. Tevano sangat ingin tahu alasan Apai Sahat sangat baik pada dirinya. Akhirnya Tevano menanyakan hal yang mengganjal hatinya tersebut terhadap Apai Sahat.

Sifat rasa ingin tahu Tevano juga dapat dilihat ketika dia melihat keadaan Lestari tidak seperti biasanya. Lestari datang ke sekolah terlambat dan wajahnya kusut dan pucat. Lestari pada hari tersebut tampak murung dan tidak semangat. Tevano juga melihat Lestari menangis ketika jam istirahat sekolah. Tevano penasaran apa yang terjadi dengan Lestari. Dia ingin tahu mengapa Lestari demikian. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

(48)

”Kamu tidak apa-apa? Sepertinya kamu sedang menangis,” kata Vano saaat tiba di depan Lestari. ”Sudah kubilang kan tadi, aku tidak apa-apa.” Lestari berkata jutek…

”Jika kamu tidak apa-apa, wajahmu tak sepucat ini dan kamu akan ceria seperti biasa. Ceritalah denganku. Kamu bisa mempercayaiku.” Lestari menyunggingkan senyum. Senyuman yang sama seperti tadi pagi, dipaksa. ”Tuh, aku ceria.” ”Itu terpaksa. Jelas sangat terlihat kalau senyum itu terpaksa. Ayolah, cerita denganku. Apa pun masalahmu, akau akan mendengarkannya.” (MI:234)

Kutipan di atas dapat dilihat bahwa Tevano ingin tahu mengapa Lestari tampak murung dan tidak semangat. Tevano menanyakan Lestari mengapa demikian, dan dia meminta Lestari cerita kepadanya sehingga dia dapat mengetahui masalah yang dialami oleh Lestari.

2. Tidak sabar

Selain rasa ingin tahu, Tevano juga memiliki sifat yang tidak sabar. Tevano terkadang tidak sabar dalam menghadapi sesuatu, ia terkadang lepas kendali, tidak berpikir panjang dalam menghadapi keadaan yang dianggapnya sangat tiba-tiba. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Lihat, tikar di kamar Lestari berantakan. Pasti saat diculik, Lestari meronta-ronta.” ”Di mana tempat tinggal pria itu?” Tanya Vano tak sabaran. Bapak Lestari diam. ”Ayo Apai, katakan. Kita harus mengejarnya,” Vano memaksa. (MI:269)

Kutipan di atas menunjukkan Vano tidak sabar untuk mengetahui dimana tempat tinggal pria yang telah menculik Lestari. Dia tidak sabar untuk menjumpai pria tersebut dan membawa kembali Lestari. Vano memaksa bapak Lestari untuk memberitahukan keberadaan pria tersebut. Dia tidak sabar untuk mengejar pria yang telah menculik Lestari..

(49)

menatap, mengajar dengan ramah, dan melucu kepada anak-anak tersebut. Seperti yang tergambar dalam kutipan berikut ini:

Vano kemudian memasukkan buku tersebut dalam tas, menyusun buku-buku bacaan yang ia bawa jauh-jauh dari Kudus, yang sudah terlebih dahulu mendiami tasnya. ”Tak sabar rasanya menatap mereka, mengajar dengan ramah, perhatian, dan lucu. (MI:93)

Kutipan di atas menunjukkan Vano tidak sabar untuk segera dapat mengajari anak-anak di SD Mini Penggerak. Dia sudah mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam mengajar. Buku-buku pelajaran yang dibawanya dari kotanya Kudus dipersiapkannya untuk kebutuhan mengajar nantinya.

3. Gugup

Tevano juga memiliki sifat gugup dalam menghadapi sesuatu permasalahan. Sifat gugup tersebut tidak ia sadari keluar dari dirinya. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Detak jantungnya berdetak semakin cepat. Ia gelisah. Gugup. Peluh menetes dari keningnya lagi. Ia kegerahan. Padahal cuaca pagi ini tidak terlalu terik. ”S -s-sampai m-mana pelajarannya, a-anak-anak?” sapa Vano tergagap, memecah ketegangan. (MI: 98)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat gugup yang dimiliki Tevano. Tevano sangat gugup pada saat pertama kali dia mengajar di SD Meliau. Tevano gugup menghadapi anak-anak yang dihadapannya, dia tidak tahu apa yang akan diajarkannya pertama kali terhadap anak-anak tersebut. Dia sangat gelisah dan jantungnya berdetak cepat, sehingga keringat menetes dari keningnya.

(50)

”Bagaimana ini?” Vano terlihat gugup. Keringat dingin bercucuran dari kening. ”Tinggal pinggirkan saja, kan?” jawab Apai Sahat enteng. ”Sulit, Apai. Apalagi tempatnya sudah penuh begitu.” ”Dicoba saja. Tidak ada yang sulit jika belum mencoba.” Apai Sahat tersenyum. Vano semakin bingung. Tidak ada cara lain. Ia tetap menjadi pengendali sekarang. Mau tidak mau dia harus menepikan perahu. (MI:173)

Kutipan di ataas dapat dilihat bahwa Tevano sangat gugup ketika Apai Sahat menyuruhnya menepikan perahu tersebut. Tevano merasa kesulitan karena, beberapa perahu anak-anak sudah terparkir rapi di dermaga. Tevano takut jika dia akan menabrak perahu yang sudah diparkirkan dengan rapi. Tetapi Apai Sahat tetap menyuruhnya mengendalikan perahu tersebut dengan fokus, tenang, dan percaya diri sehingga berhasil menepikan perahu dengan tepat.

4. Manja

Tevano juga memiliki sifat manja. Sifat tersebut tidak ia sadari keluar dari dirinya. Tevano memiliki sifat manja karena, ia sudah terbiasa dengan hidup berkecukupan sejak kecil. Sifat manja Vano dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

Persediaan uang Vano tidak banyak. Jika malam ini harus menginap, ia butuh biaya yang tidak sedikit. Vano memutuskan untuk meminjam uang Hakim…. ”Iya-iya. Makasih ceramahnya. Tapi, akau lagi tidak butuh ceramah. Cuma butuh uang tambahan aja tuh. Gimana?””Sialan. Dasar anak Mami. Baru segini aja sudah meraung-raung minta uang. Bagiamana nanti?” ”Itu beda lagi. Ini kan belum sampe lokasi yang sebenarnya.””Ya udah, ya udah. SMS-in nomor rekeningmu.” (MI:51)

(51)

minjam uang. Hakim menasehati Vano untuk bisa menghadapi semua masalah dan tidak manja lagi walaupun akhirnya ia bersedia membantu Tevano.

Sifat manja Tevano juga keluar saat dia sedang naik perahu bersama Apai Sahat menuju sekolah. Apai Sahat menyuruh Tevano untuk mendayung perahu tersebut. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:

Perahu masih melaju memecah air sungai yang hening. Terlihat beberapa ikan tengah berenang di permukaan. Lama-kelamaan, Vano mulai terbiasa dengan dayungnya. Jantung Vano berdetak agak normal. ”Ternyata berat juga, ya.” Komentar Vano bersama cipratan air dari dayungnya. ”Lama-lama akan terbiasa. Begini kan bisa sekalian olahraga.” ”Tapi sulit, harus bisa seimbang perahunya. Tangan terasa pegal.” Sifat manja Tevano keluar. (MI:79)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat manja yang dimiliki Tevano. Dari percakapannya dengan Apai Sahat terlihat sifat manja yang dimilikinya. Tevano berkomentar bahwa mendayung perahu tersebut berat, sulit, dan harus bisa menyeimbangkan posisi perahu tersebut. Tevano mengatakan hal tersebut karena selama ini ia tidak pernah melakukan pekerjaan seperti itu. Dia sudah terbiasa hidup dengan berkecukupan dari orang tuanya. Dia tidak pernah melakukan pekerjaan berat seperti itu, sehingga sifat manja tersebut keluar tanpa ia sadari.

Seluruh penjelasan di atas dapat disimpulkan kepribadian Tevano berdasarkan ketidaksadaran pribadi adalah fungsi pemikir. Fungsi pemikir ada dalam diri Tevano tampak melalui sifat-sifatnya rasa ingin tahu, tidak sabar, gugup, dan manja. Sifat ini yang tidak disadarinya keluar dari dirinya.

b. Ketidaksadaran Kolektif

(52)

muncul dalam diri Tevano adalah yang selalu berbicara pada perasaannya sendiri ketika menghadapi situasi atau kondisi apapun. Dia selalu bertanya pada hatinya ketika berhadapan pada keadaan yang membuat berani mengambil keputusan yang baik. Kepribadian Tevano yang intuitif dapat dilihat dari sifat-sifat Tevano yaitu optimis dan bijaksana.

1. Optimis

Tevano merupakan orang yang optimis. Sifat optimis yang dimiliki Tevano, ia tunjukkan kepada Lestari dan Inai Atin bahwa murid-muridnyaakan mengikuti perlombaan baca puisi dan akan meraih piala. Dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Ini kesempatan bagus. Anak-anak pasti menyetujuinya. Saatnya sekolah ini mengepakkan sayap. Anak-anak bisa tahu dunia luar sana juga. Saya sangat setuju”. Vano sangat bersemangat. Ada kobaran api di matanya.

”Kok tahu anak-anak pasti setuju?” sambar Lestari. ”Tahun-tahun yang lalu kalau ada lomba pasti tidak ada yang mau ikut……

”Dan ini saatnya anak-anak untuk bangkit. Kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.” Vano semakin bersemangat. Api sudah membakar semangatnya. (MI: 138)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat optimis yang dimiliki Tevano. Tevano optimis anak-anak akan mengikuti perlombaan baca puisi antarsekolah. Walaupun selama ini anak-anak-anak-anak tidak pernah mengikuti perlombaan tersebut. Menurut Tevano anak-anak akan setuju untuk mengikuti perlombaan tersebut. Ini merupakan kesempatan yang luar biasa untuk anak-anak untuk dapat mengetahui dunia luar. Tevano tetap optimis walaupun Lestari mengatakan anak-anak tidak ada yang mau ikut, sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Hal terebut tidak menyurutkan sifat optimis yang dimiliki Tevano.

(53)

Tevano juga memiliki sifat bijaksana. Tevano menunjukkan kebijaksannaanya ketika melihat Wulan dan Zali kurang semangat dengan hasil yang mereka terima. Sifat bijaksana Tevano dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

”Maaf, kami tidak berhasil menjadi juara.” Zali bersuara dengan parau. ”Kalian bercanda? Kalian sudah menjadi juara. Kalian berhasil menghadiahkan piala untuk sekolah, untuk teman-teman kalian. Mereka pasti bangga melihatnya.” ”Tapi kami tidak juara satu.” Wulan menimpali. Vano jongkok, dia memegang pundak Wulan dan Zali. ”Kalian itu sudah menjadi pemenang. Yang terpenting adalah, kalian sudah berhasil melakukan itu dengan maksimal”. Vano menghela napas.

”Sudah Apai bilang, kalah menang tak jadi soal.” (MI: 216)

Kutipan di atas dapat dilihat sifat bijaksana Tevano. Tevano melihat Wulan dan Zali kurang

bersemangat setelah mendapatkan piala lomba puisi. Ternyata mereka kurang bersemangat karena tidak

berhasil menjadi juara satu. Tevano dengan bijaksana menyemangati mereka, Vano mengatakan

walaupun tidak berhasil menjadi juara satu tetapi mereka sudah mempersembahkan piala untuk sekolah

dan teman-teman mereka. Vano juga mengatakan yang terpenting mereka sudah melakukannya dengan

maksimal dan kalah atau menang tidak menjadi persoalan yang penting berani mengikuti lomba tersebut.

L

Referensi

Dokumen terkait

 Penggambaran kepribadian tokoh utama dalam novel Empress Orchid (2004) karangan yaitu Putri Anggrek atau Putri Yehonala atau 慈禧太后 (Cixitaihou) atau 兰

Akhirnya Vano menyetujui untuk pulang dan menuruti permintaan ayahnya, dengan syarat ayahnya harus membantu renovasi SD Mini Penggerak dan melengkapi fasilitas

BENTUK-BENTUK PERJUANGAN TOKOH UTAMA MENGEJAR IMPIAN DALAM NOVEL BIRU KARYA AGNES JESSICA: KAJIAN PSIKOLOGI.. SASTRA Oleh Bima

 Penggambaran kepribadian tokoh utama dalam novel Empress Orchid (2004) karangan yaitu Putri Anggrek atau Putri Yehonala atau 慈禧太后(Cixitaihou) atau

Untuk melihat pergolakan jiwa tokoh utama dalam novel Sujudku yang.. Teresembunyi karya Garina Adelia digunakan teori

BENTUK-BENTUK PERJUANGAN TOKOH UTAMA UNTUK MERAIH IMPIAN DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA: ANALISIS..

Mendeskripsikan unsur intrinsik pendorong kepribadian tokoh utama Alif Fikri dalam novel Ranah 3 Warna karya A. Mendeskripsikan kepribadian tokoh utama Alif Fikri dalam novel

Eziana Karlingga. Analisis Perbandingan Nilai Budaya Novel Mendayung Impian Karya Reyhan M. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu