• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKULTURASI MAKANAN ETNIS TIONGHOA PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN BINJAI KOTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "AKULTURASI MAKANAN ETNIS TIONGHOA PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN BINJAI KOTA."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

AKULTURASI MAKANAN ETNIS TIONGHOA PADA

MASYARAKAT DI KECAMATAN BINJAI KOTA,

KOTA BINJAI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

SALPINUS PURBA

NIM. 3113122041

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

SALPINUS PURBA. NIM 3113122041. Akulturasi makanan etnis Tionghoa pada Masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai. Skripsi Program Studi Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan faktor pendorong terjadinya akulturasi makanan etnis Tionghoa pada masyarakat Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai. Untuk mengetahui akulturasi makanan etnis Tionghoa terhadap masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik wawancara dan pengamatan (observasi) langsung mengikuti proses pembuatan/memasak makanan khas Tionghoa yang telah terakulturasi di Kota Binjai kemudian di dokumentasikan sebagai fakta dalam penelitian ini. Untuk menganalisis data dilakukan dengan tahapan yaitu data yang telah terkumpul dideskripsikan ke dalam bentuk tulisan kemudian dianalisa secara mendalam dan disesuaikan dengan karakteristiknya. Setelah data di analisis, maka langkah terakhir adalah menyajikan (rekontruksi) kembali fakta-fakta dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian pembaca, untuk kemudian memunculkan adanya suatu hasil mengenai akulturasi makanan khas Tionghoa di Binjai.

Dari hasil penelitian dapatlah diketahui bahwa proses terjadinya akulturasi makanan etnis Tionghoa pada masyarakat Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai di awali dari adanya interaksi yang berawal dari aktivitas perdagangan maupun komunikasi, yang menyebabkan perkawinan antara masyarakat setempat dengan para pendatang. Akulturasi makanan etnis Tionghoa terhadap masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai terlihat dari bumbu masakan. Dimana orang Tionghoa menggabungkan bumbu bawaan dari Tiongkok seperti bawah putih, jahe, merica, dan cabe, dengan empon-empon dan rempah Nusantara semisal kunyit, lengkuas, kemiri, kencur, daun salam, bawang merah, keluak serai, daun pandan, terasi hingga santan dan jinten hitam. Selain itu penamaan makanan setelah mengalami adopsi ke dalam bahasa Indonesia, seperti mie, bihun, sohun, kwetiau, misoa, taoge, tahu, dan kecap. Kemudian ada juga makanan olahan seperti bakso, bakwan, bakpia, capcai, pangsit, siomay, dimsum, dan soto. Walau kemudian beberapa nama makanan olahan ini berganti nama menjadi ‘bakso Mataram, soto Madura, soto Medan, Pangsit Jakarta’, namun tak dapat menghilangkan akar asal Tiongkoknya. Tampak sekali betapa menyeluruhnya penyebaran kuliner Tionghoa di Kota Binjai

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Pujidan Syukur penulis mampumenyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi yang berjudul “Akulturasi Makanan Etnis Tionghoa Pada Masyarakat di

KecamatanBinjai Kota, Kota Binjai” dengan baik dan tepat waktu.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memenuhi syarat

memperoleh gelar SarjanaPendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan

Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Selain itu penulisan

skripsi ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai Akulturasi

Makanan Etnis Tionghoa Pada Masyarakat Di Kecamatan Binjai Kota, Kota

Binjai.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepadaTuhan

Yang MahaEsa yang telah memberikan berkat yang tidak terhingga kepada

penulis dan kepada kedua orang tua penulis atas perjuangan, pengorbanan, kasih

saying, sertaperhatian, dan dukungan doa yang tidak henti-hentinya diberikan

kepada penulis. Terimakasih kepada Ayahanda Drs. SuhatmanPurbadanIbunda

Tercinta Rahelb rGinting atas perjuangan kepada anak-anaknya.

Tidak terlupa kepada Kakak Penulis, Siswanti Bru Purba, S.Pd dan

suaminya Rory Situmeang, S.Pd atas masukan yang diberikankepadapenulis

dalampenulisan skripsi. Juga kepada Adik Penulis Maria Stevhani Bru Purba,

penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan

(7)

iii

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan yang sebesar besarnya

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syahwal Gultom, M.Si. Selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Dra. Nurmala Berutu, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Supsiolani, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

memberikan banyak waktu dan bimbingan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk arahan, kritik beserta saran yang

ibu berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Dr. Nurjannah, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah

memberikan masukan, bimbingan dan motivasi dari awal perkuliahan hingga

selesainya skripsi ini.

6. Bapak Drs. Waston Malau MSP, Ibu Sulian Ekomila, S.Sos, MSP. Dan Ibu

Dr. Nurjanah, M.Pd Selaku Dosen penguji yang telah memberikan banyak

masukan kritik dan saran yang berguna bagi penulisan skripsi ini.

7. Ibudan Bapak Dosen Program Studi Pendidikan Antropologi Universitas

Negeri Medan, Penulis mengucapkan terima kasih atas ilmu dan arahan yang

bapak ibu berikan kepada penulis selama masa perkuliahan.

8. Kakak Ayu Febriani, S.Pd yang banyak membantu penulis dalam hal

(8)

iv

9. Kepada Camat Binjai Kota Hj. ErniSiswati, S.Sos dan Kelurahan Binjai Kota

T. Shebana Pandia, SE yang telah membantu penulis dalam melakukan

penelitian.

10. Teman-teman terbaik penulis selama mengikuti perkuliahan dari awal sampai

akhir perkuliahan, Roy Masda Ginting, Morina Ginting, Lisna Perodika,

Lidya Claranta, Nova Sembiring, dan Andini Nurfadila.

11. Teman-teman seperjuangan dalam penyelesaian skripsi ini, Dewanta Ginting

SE, Sandy, Quin, Grace EfrimsaGinting, Anisa, Sifi Sembiring.

12. Teman-Teman di Prodi Pendidikan Antropologi Unimed. Terkhusus buat

Antropologi Angkatan 2011, beserta kakak dan adik-adik stambuk di Prodi

Pendidikan Antropologi Unimed.

13. Teman-teman PPLT Yayasan Methodist Berastagi, yang telah menjadi

keluarga baru bagi penulis, Sanita Veronika, Rosienda, Christinta, Delvi, Ira,

Finda, Merry, Adelita, Tika, Grace, Debora, Ian, Chandra, Fredi, Roy,

Ridhodan Robinson terima kasih buat kebersamaan yang pernah kita jalani.

14. Kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan secara satu persatu, yang

telah banyak membantu penulis selama dalam perkuliahan dan dalam

penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Penulis juga

menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak ditemukan

(9)

v

membangun untuk skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Medan, 03 Maret 2016

(10)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1.Metode Penelitian ... 20

3.2.Lokasi Penelitian ... 21

3.3.Subjek dan Objek Penelitian ... 21

3.4.Teknik Pengumpulan Data... 22

(11)

vii

3.4.2.Wawancara... 23

3.5.Teknik Analisis Data ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

4.1.1.Sejarah Kota Binjai ... 26

4.1.2.Lingkungan Geografis Kota Binjai ... 27

4.1.3.Perekonomian Kota Binjai ... 29

4.1.4.Lingkungan Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat Kota Binjai ... 30

4.1.5.Transportasi Kota Binjai ... 31

4.2.Akulturasi Makanan Etnis Tionghoa Pada Masyarakat Di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai ... 41

4.2.1.Proses dan Faktor Pendorong Terjadinya Akulturasi Makanan Etnis Tionghoa Pada Masyarakat Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai ... 41

4.2.2.Akulturasi Makanan Etnis Tionghoa Terhadap Masyarakat Di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai .. 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1.Kesimpulan ... 63

5.2.Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66 PEDOMAN WAWANCARA

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki ribuan

pulau yang diperkaya juga oleh keanekaragaman kebudayaan.DiIndonesia

kebhinekaan masyarakat sangat menonjol, bukan saja kelompok dalam

kesatuan-kesatuan berdasarkan agama, tetapi juga dalam etnis: Jawa, Sunda,

Minangkabau, Bugis, Batak, Bali, Betawi, Banjar, Aceh, Dayak, Makassar,

Tionghoa, Arab, dan suku lainnya. Setiap etnis memiliki karakteristik yang

berbeda-beda baik dari segi bahasa, identitas kultural, maupun adat istiadat, tetapi

terikat oleh suatu kepentingan bersama bersifat formal dalam bentuk sebuah

Negara (Setiawan, 2008:213).

Berbagai golongan yang ada di Indonesia, golongan Tionghoa merupakan

golongan yang lama tinggal di Indonesia.Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

(SBY) telah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014 tentang

Pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor

SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967. Melalui keppres itu, Presiden SBY

mengganti istilah "China" dengan "Tionghoa".Golongan Tionghoa seperti yang

tercantum dalam penjelasan UUD 1945 di sebutkan sebagai peranakan

Tionghoa,jumlah golongan Tionghoa di Indonesia diperkirakan 5% dari penduduk

Indonesia, berarti sedikitnya ada 12 juta juta golongan Tionghoa yang tersebar

(13)

2

masih berpegang teguh pada tradisi leluhur, dan salah satu tradisi leluhur

masyarakat tionghoa yang menarik adalah kuliner atau makanan.

Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, yang

dimakan oleh makhluk hidup untuk mendapatkan tenaga dan nutrisi.Makanan

yang dibutuhkan manusia biasanya diperoleh dari hasil bertani atau berkebun

yang meliputi sumber hewan, dan tumbuhan.Beberapa orang menolak untuk

memakan makanan dari hewan seperti, daging, telur, dan lain-lain.Mereka yang

tidak suka memakan daging, dan sejenisnya disebut vegetarian yaitu orang yang

hanya memakan sayuran sebagai makanan pokok mereka.

Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Tanpa makanan, makhluk

hidup akan sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat

membantu manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhanbadan

dan otak. Memakan makanan yang bergiziakan membantu pertumbuhan manusia,

baik otak maupun badan. Setiap makanan mempunyai kandungan gizi yang

berbeda.Protein, karbohidrat, dan lemak adalah salah satu contoh gizi yang akan

didapatkan dari makanan.

Budaya Tionghoa merupakan budaya yang paling tua dan kompleks di

dunia. Warga negara keturunan Tionghoa, dapat ditemui hampir di semua kota di

Indonesia. Karena orang Tionghoa sudah banyak tersebar di Indonesia, maka

tidak heran kebudayaan Tionghoa banyak dikenal luas. Terlebih lagi, banyak

klenteng yang dibangun di berbagai kota yang membuat semua lapisan

(14)

3

warga Tionghoa yang telah dikenal baik di Indonesia mencakup kuliner, kesenian,

musik, alat musik, perayaan-perayaan, bahasa, dan pakaian.

Seperti penjelasan diatas,makanan adalah hal yang menarik untuk dibahas

terlebih makanan khas Tionghoa yang sudah banyak menjamur dilapisan

masyarakat Indonesia dan sudah tersebar luas di Nusantara, termasuk di kota

Binjai. Ada beberapa jenis makanan Tionghoa yang sangat familiar dan tersebar

diberbagai tempat jajanan kuliner di kota Binjai seperti Cap Cay, Siomay,

Bakpao, Lumpia dan masih banyak yang lainnya,dan tentunya masyarakat kita

tidak lagi mempermasalahkan atau memikirkan dari mana asal makanan yang

enak tersebut.

Hal ini disebabkan sudah akrabnya makanan-makanan tersebut di

kalangan masyarakat Indonesia khususnya di kota Binjai. Tentu saja di samping

makanan juga minuman,seperti misalnya daun teh, di mana tanaman ini dikenal

berasal dari Cina Selatan. Jadi budaya Cina yang berakulturasi dengan budaya

suku-suku di Indonesia juga merupakan budaya Indonesia.

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan banyaknya perubahan

yang terjadi didalam kebudayaan setiap suku dan etnis yang ada di Indonesia,

makanan juga mengalami perubahan akibat dari alkulturasi kebudayaan dan

perkembangan zaman tersebut. Dimulai dari bahan yang sudah banyak diganti

dari daging ke sayur,cara pengolahan dan bentuk makanan tersebut.

Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini karena penulis

melihat fenomena makanan Tionghoa yang telah terakulturasi dengan makanan

(15)

4

demikian penelitian ini membahas “Akulturasi makanan etnis Tionghoa pada masyarakat di Kecamatan Binjai Kota,Kota Binjai”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat di

identifikasikan adalah:

1. Faktor-faktor kedatangan masyarakat Tionghoa ke kecamatan Binjai

Kota,kota Binjai

2. Bagaimana Proses Akulturasi yang terjadi di makanan khas masyarakat

Tionghoa

3. Dampak positif makanan khas tionghoa terhadap perekonomian

masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai

1.3Pembatasan masalah

Karena luasnya permasalahan yang dikaji maka perlu kiranya membatasi

masalah penelitian ini,yaitu:“Akulturasi makanan etnis Tionghoa pada masyarakat di Kecamatan Binjai Kota,Kota Binjai”

1.4 Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses dan faktor pendorong terjadinya akulturasi makanan

(16)

5

2. Bagaimana akulturasi makanan etnis Tionghoa terhadap masyarakat di

Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai ?

1.5 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses dan faktor pendorong terjadinya akulturasi

makanan etnis Tionghoa pada masyarakat Kecamatan Binjai Kota, Kota

Binjai

2. Untuk mengetahui akulturasi makanan etnis Tionghoa terhadap

masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :

1. Bagi Pendidikan Antropologi Sebagai sumber informasi baru untuk

mengetahui Bagaimana Proses alkulturasi makanan etnis tionghoa pada

masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai.

2. Memberi informasi bagi pembaca tentang latar belakang kedatangan etnis

Tionghoa di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai.

3. Memberi informasi bagi pembaca tentang bagaimana proses munculnya

makanan etnis Tionghoa di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai.

4. Bagi Peneliti sebagai Informasi Tambahan dalam penelitian yang lebih

lanjut lagi.

5. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan umum dan UNIMED

(17)

63 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Bertitik dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,

diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Usaha yang dilakukan etnis tionghoa dalam memperkenalkan makanan

khas tionghoa di Kota Binjai di awali dari adanya interaksi yang relatif

banyak menghasilkan akulturasi, yang biasanya berawal dari aktivitas

perdagangan maupun komunikasi, yang menyebabkan perkawinan antara

masyarakat setempat dengan para pendatang. Proses akulturasi makanan

khas Tionghoa di Kota Binjai, dapat dipahami, jika pada awalnya kontak

atau interaksi ini menimbulkan semacam ‘penolakan’. Namun lambat laun,

atas adanya intensitas pertemuan yang terjadi pada kedua kelompok itu,

dimana lokalita (tempat) telah mempertemukan mereka sehingga

menimbulkan interaksi sosial dan budaya. Proses yang demikian itu telah

pula mempercepat tumbuhnya akulturasi makanan khas Tionghoa hingga

penelitian ini selesai dilaksanakan, maka yang tampak adalah adanya

suasana dengan khasanah makanan yang berlaku umum.

2. Akulturasi makanan etnis Tionghoa terhadap masyarakat di Kecamatan

Binjai Kota, Kota Binjaiterlihat dari bumbu masakan. Orang Tionghoa

menggabungkan bumbu bawaan dari Tiongkok seperti bawang putih, jahe,

(18)

64

kunyit, lengkuas, kemiri, kencur, daun salam, bawang merah, keluak,

serai, daun pandan, terasi, hingga santan dan jinten hitam. Selain itu

penamaan makanan setelah mengalami adopsi ke dalam bahasa Indonesia,

seperti mie, bihun, sohun, kwetiau, misoa, taoge, tahu, dan kecap.

Nama-nama seperti mi, bihun, sohun, misoa, taoge, tahu, taoco, dan kecap saat

ini begitu merakyat, sehingga peneliti berkesimpulan tak ada orang

Indonesia khususnya masyarakat kota Binjai yang tak kenal jenis makanan

ini. Kemudian ada juga makanan olahan seperti bakso, bakwan, bakpia,

capcai, pangsit, siomay, dimsum, dan soto. Walau kemudian beberapa

nama makanan olahan ini berganti nama menjadi 'bakso Mataram, soto

Madura, soto Medan, pangsit Jakarta', namun tak dapat menghilangkan

akar asal Tiongkoknya. Tampak sekali betapa menyeluruhnya penyebaran

kuliner Tionghoa di kota Binjai.

1.2 Saran

Adapun saran-saran yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan masyarakat Kota Binjai yang multicultural dapat mempererat

persatuan. Karena, unsur apapun yang membentuk bangsa ini, tak lagi

dapat dipisah dan cerai – beraikan dengan mudah

2. Diharapkan kepada penduduk asli dan Tionghoa Kota Binjai agar

(19)

65

tema-tema kehidupan bersama seperti interaksi sosial yang inklusif dan

manusiawi dalam menjalin harmoni dan integrasi bangsa.

3. Makanan Tionghoa yang telah berakulturasi dengan makanan nusantara

menunjukkan kepada kita untuk saling memahami segala perbedaan

kebudayaan yang terdapat di Indonesia. saling menyelaraskan pikiran dan

hidup dalam suasanan keterbukaan yang aman dan damai. Sehingga

tercapai kemakmuran yang diidam-idamkan dalam kehidupan berbangsa

(20)

66

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Yuyun. 2008. Bangkitnya Bisnis Kuliner Tradisional: Meraih Untung dari Bisnis Masakan Tradisional Kaki Lima sampai Restoran. Jakarta: Gramedia.

Bremen, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli Politik Kolonial pada Awal Abad ke-20.Jakarta: Grafiti.

Bromokusumo, Aji ‘Chen’. 2013. Peranakan Tionghoa dalam kuliner

Nusantara.Jakarta : Kompas

Daulay, Umar Syahputra. 2012. Sejarah Kuliner Bangsa Belanda, Cina, India di Kota Medan.Medan : Skripsi Fakultas Ilmu Sosial UNIMED

Ganie, Suryatini N. 2008. Dapur Naga Di Indonesia: Aneka Resep Hidangan Lezat: Panduan Kuliner Tionghoa dan Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Geertz, Clifford. 2000. Negara Teater. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya

Hariyono. P. 1993. Kultur Cina dan Jawa. Jakarta : Sinar Harapan

Haviland, William A. 1993. Antropologi Jilid 2 Edisi Keempat., alih Bahasa R.G.

Soekadijo. Jakarta : Erlangga.

Herimanto dan Winarno, 2012.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta : Bumi Aksara

Irianto. K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.Bandung : Yrama Widya

Iskandar.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitaif dan Kualitatif). Jakarta : GP Press

Judistira K. Gama. 1988. Cina Perantauan. Bandung: Univ. Padjajaran

Khumaidi, M. 1994.Gizi Masyarakat. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rieneka Cipta

(21)

67

Lombard, Dennys. 2008. Nusa Jawa: Silang Budaya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Lubis, Suwardi. 1999. Komunikasi Antara Budaya: Kajian Kasus Etnik Batak Toba dan Etnik Tionghoa di Sumatera Utara.Medan : USU Press

Marcus, A.S. 2009.Hari-Hari Raya Tionghoa. Jakarta: Suara Harapan Bangsa

Maryoto, Andreas. 2009. Jejak Pangan : Sejarah, Silang Budaya dan Masa Depan. Jakarta :Penerbit Kompas

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Munthe, Devita Masni. 2014. Akulturasi Budaya Dalam Bahasa Di Desa Merek

Kecamatan Merek Kabupaten Karo.Medan : Skripsi Fakultas Ilmu

Sosial UNIMED

Nanang Martono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif (Analisis Isi dan Analisis Data).Jakarta :PT. Rajawali Pers

Pelzer, Karl Z. 1985. Toean Keboen Dan Petani, Politik Kolonial Dan Perjuangan Agraria Di Sumatera Timur 1863–1947. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.

Setiawan. 2008. Agenda Pendidikan Nasional. Jogjakarta : Ar-ruzz Media

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : UI Press

Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Suryadinata, Leo. 2002. Negara dan Etnis Tionghoa Kasus Indonesia. Jakarta: LP3ES

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil bahwa Sejarah etnis Tamil di Kota Binjai tidak terlepas dari perkebunan tembakau yang dibuka pada abad

Dapat dilihat bahwa etnis Tionghoa di Kota Medan memang dari dulu kekerabatannya kuat sehingga memberikan kesan bahwa mereka adalah etnis yang tertutup ataupun ekslusif di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan sosial dan ekonomi etnis Tionghoa di Kota Tebing Tinggi yang ditinjau dari kemajuan ekonomi dan sosial yang sangat

Penulis memilih Perubahan Nilai Budaya Etnis Tionghoa, karena akibat dari kerusuhan Mei 1998, Etnis Tionghoa di kota Medan mengalami perubahan Nilai Budaya yang signifikan,

Hasil penelitian menjelaskan bahwa pada masyarakat dari ketiga etnis yang berbeda tersebut, 

“ Asimilasi Etnis Tionghoa Keturunan Dengan Masyarakat Madura di Kecamatan Kota Bondowoso Tahun 1998-2003 ” adalah benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yakni (1) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran bahasa masyarakat etnis Tionghoa di Bima dan

Peran etnis Tionghoa baik dalam melakukan perdagangan maupun berinteraksi sosial didalam kehidupan sehari-hari menyebabkan seringkali terjadinya kecemburuan sosial yang