AKULTURASI MAKANAN ETNIS TIONGHOA PADA
MASYARAKAT DI KECAMATAN BINJAI KOTA,
KOTA BINJAI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH :
SALPINUS PURBA
NIM. 3113122041
PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
i ABSTRAK
SALPINUS PURBA. NIM 3113122041. Akulturasi makanan etnis Tionghoa pada Masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai. Skripsi Program Studi Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan faktor pendorong terjadinya akulturasi makanan etnis Tionghoa pada masyarakat Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai. Untuk mengetahui akulturasi makanan etnis Tionghoa terhadap masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik wawancara dan pengamatan (observasi) langsung mengikuti proses pembuatan/memasak makanan khas Tionghoa yang telah terakulturasi di Kota Binjai kemudian di dokumentasikan sebagai fakta dalam penelitian ini. Untuk menganalisis data dilakukan dengan tahapan yaitu data yang telah terkumpul dideskripsikan ke dalam bentuk tulisan kemudian dianalisa secara mendalam dan disesuaikan dengan karakteristiknya. Setelah data di analisis, maka langkah terakhir adalah menyajikan (rekontruksi) kembali fakta-fakta dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian pembaca, untuk kemudian memunculkan adanya suatu hasil mengenai akulturasi makanan khas Tionghoa di Binjai.
Dari hasil penelitian dapatlah diketahui bahwa proses terjadinya akulturasi makanan etnis Tionghoa pada masyarakat Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai di awali dari adanya interaksi yang berawal dari aktivitas perdagangan maupun komunikasi, yang menyebabkan perkawinan antara masyarakat setempat dengan para pendatang. Akulturasi makanan etnis Tionghoa terhadap masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai terlihat dari bumbu masakan. Dimana orang Tionghoa menggabungkan bumbu bawaan dari Tiongkok seperti bawah putih, jahe, merica, dan cabe, dengan empon-empon dan rempah Nusantara semisal kunyit, lengkuas, kemiri, kencur, daun salam, bawang merah, keluak serai, daun pandan, terasi hingga santan dan jinten hitam. Selain itu penamaan makanan setelah mengalami adopsi ke dalam bahasa Indonesia, seperti mie, bihun, sohun, kwetiau, misoa, taoge, tahu, dan kecap. Kemudian ada juga makanan olahan seperti bakso, bakwan, bakpia, capcai, pangsit, siomay, dimsum, dan soto. Walau kemudian beberapa nama makanan olahan ini berganti nama menjadi ‘bakso Mataram, soto Madura, soto Medan, Pangsit Jakarta’, namun tak dapat menghilangkan akar asal Tiongkoknya. Tampak sekali betapa menyeluruhnya penyebaran kuliner Tionghoa di Kota Binjai
ii
KATA PENGANTAR
Pujidan Syukur penulis mampumenyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul “Akulturasi Makanan Etnis Tionghoa Pada Masyarakat di
KecamatanBinjai Kota, Kota Binjai” dengan baik dan tepat waktu.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat memenuhi syarat
memperoleh gelar SarjanaPendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan
Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Selain itu penulisan
skripsi ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai Akulturasi
Makanan Etnis Tionghoa Pada Masyarakat Di Kecamatan Binjai Kota, Kota
Binjai.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepadaTuhan
Yang MahaEsa yang telah memberikan berkat yang tidak terhingga kepada
penulis dan kepada kedua orang tua penulis atas perjuangan, pengorbanan, kasih
saying, sertaperhatian, dan dukungan doa yang tidak henti-hentinya diberikan
kepada penulis. Terimakasih kepada Ayahanda Drs. SuhatmanPurbadanIbunda
Tercinta Rahelb rGinting atas perjuangan kepada anak-anaknya.
Tidak terlupa kepada Kakak Penulis, Siswanti Bru Purba, S.Pd dan
suaminya Rory Situmeang, S.Pd atas masukan yang diberikankepadapenulis
dalampenulisan skripsi. Juga kepada Adik Penulis Maria Stevhani Bru Purba,
penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan semangat yang diberikan
iii
Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan yang sebesar besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syahwal Gultom, M.Si. Selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Bapak Dra. Nurmala Berutu, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
4. Ibu Supsiolani, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
memberikan banyak waktu dan bimbingan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi. Terima kasih untuk arahan, kritik beserta saran yang
ibu berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Dr. Nurjannah, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan motivasi dari awal perkuliahan hingga
selesainya skripsi ini.
6. Bapak Drs. Waston Malau MSP, Ibu Sulian Ekomila, S.Sos, MSP. Dan Ibu
Dr. Nurjanah, M.Pd Selaku Dosen penguji yang telah memberikan banyak
masukan kritik dan saran yang berguna bagi penulisan skripsi ini.
7. Ibudan Bapak Dosen Program Studi Pendidikan Antropologi Universitas
Negeri Medan, Penulis mengucapkan terima kasih atas ilmu dan arahan yang
bapak ibu berikan kepada penulis selama masa perkuliahan.
8. Kakak Ayu Febriani, S.Pd yang banyak membantu penulis dalam hal
iv
9. Kepada Camat Binjai Kota Hj. ErniSiswati, S.Sos dan Kelurahan Binjai Kota
T. Shebana Pandia, SE yang telah membantu penulis dalam melakukan
penelitian.
10. Teman-teman terbaik penulis selama mengikuti perkuliahan dari awal sampai
akhir perkuliahan, Roy Masda Ginting, Morina Ginting, Lisna Perodika,
Lidya Claranta, Nova Sembiring, dan Andini Nurfadila.
11. Teman-teman seperjuangan dalam penyelesaian skripsi ini, Dewanta Ginting
SE, Sandy, Quin, Grace EfrimsaGinting, Anisa, Sifi Sembiring.
12. Teman-Teman di Prodi Pendidikan Antropologi Unimed. Terkhusus buat
Antropologi Angkatan 2011, beserta kakak dan adik-adik stambuk di Prodi
Pendidikan Antropologi Unimed.
13. Teman-teman PPLT Yayasan Methodist Berastagi, yang telah menjadi
keluarga baru bagi penulis, Sanita Veronika, Rosienda, Christinta, Delvi, Ira,
Finda, Merry, Adelita, Tika, Grace, Debora, Ian, Chandra, Fredi, Roy,
Ridhodan Robinson terima kasih buat kebersamaan yang pernah kita jalani.
14. Kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan secara satu persatu, yang
telah banyak membantu penulis selama dalam perkuliahan dan dalam
penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan memberkati kita semua. Penulis juga
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak ditemukan
v
membangun untuk skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, 03 Maret 2016
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20
3.1.Metode Penelitian ... 20
3.2.Lokasi Penelitian ... 21
3.3.Subjek dan Objek Penelitian ... 21
3.4.Teknik Pengumpulan Data... 22
vii
3.4.2.Wawancara... 23
3.5.Teknik Analisis Data ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26
4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26
4.1.1.Sejarah Kota Binjai ... 26
4.1.2.Lingkungan Geografis Kota Binjai ... 27
4.1.3.Perekonomian Kota Binjai ... 29
4.1.4.Lingkungan Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat Kota Binjai ... 30
4.1.5.Transportasi Kota Binjai ... 31
4.2.Akulturasi Makanan Etnis Tionghoa Pada Masyarakat Di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai ... 41
4.2.1.Proses dan Faktor Pendorong Terjadinya Akulturasi Makanan Etnis Tionghoa Pada Masyarakat Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai ... 41
4.2.2.Akulturasi Makanan Etnis Tionghoa Terhadap Masyarakat Di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai .. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
5.1.Kesimpulan ... 63
5.2.Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66 PEDOMAN WAWANCARA
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki ribuan
pulau yang diperkaya juga oleh keanekaragaman kebudayaan.DiIndonesia
kebhinekaan masyarakat sangat menonjol, bukan saja kelompok dalam
kesatuan-kesatuan berdasarkan agama, tetapi juga dalam etnis: Jawa, Sunda,
Minangkabau, Bugis, Batak, Bali, Betawi, Banjar, Aceh, Dayak, Makassar,
Tionghoa, Arab, dan suku lainnya. Setiap etnis memiliki karakteristik yang
berbeda-beda baik dari segi bahasa, identitas kultural, maupun adat istiadat, tetapi
terikat oleh suatu kepentingan bersama bersifat formal dalam bentuk sebuah
Negara (Setiawan, 2008:213).
Berbagai golongan yang ada di Indonesia, golongan Tionghoa merupakan
golongan yang lama tinggal di Indonesia.Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) telah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2014 tentang
Pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor
SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967. Melalui keppres itu, Presiden SBY
mengganti istilah "China" dengan "Tionghoa".Golongan Tionghoa seperti yang
tercantum dalam penjelasan UUD 1945 di sebutkan sebagai peranakan
Tionghoa,jumlah golongan Tionghoa di Indonesia diperkirakan 5% dari penduduk
Indonesia, berarti sedikitnya ada 12 juta juta golongan Tionghoa yang tersebar
2
masih berpegang teguh pada tradisi leluhur, dan salah satu tradisi leluhur
masyarakat tionghoa yang menarik adalah kuliner atau makanan.
Makanan adalah bahan, biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan, yang
dimakan oleh makhluk hidup untuk mendapatkan tenaga dan nutrisi.Makanan
yang dibutuhkan manusia biasanya diperoleh dari hasil bertani atau berkebun
yang meliputi sumber hewan, dan tumbuhan.Beberapa orang menolak untuk
memakan makanan dari hewan seperti, daging, telur, dan lain-lain.Mereka yang
tidak suka memakan daging, dan sejenisnya disebut vegetarian yaitu orang yang
hanya memakan sayuran sebagai makanan pokok mereka.
Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Tanpa makanan, makhluk
hidup akan sulit dalam mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat
membantu manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhanbadan
dan otak. Memakan makanan yang bergiziakan membantu pertumbuhan manusia,
baik otak maupun badan. Setiap makanan mempunyai kandungan gizi yang
berbeda.Protein, karbohidrat, dan lemak adalah salah satu contoh gizi yang akan
didapatkan dari makanan.
Budaya Tionghoa merupakan budaya yang paling tua dan kompleks di
dunia. Warga negara keturunan Tionghoa, dapat ditemui hampir di semua kota di
Indonesia. Karena orang Tionghoa sudah banyak tersebar di Indonesia, maka
tidak heran kebudayaan Tionghoa banyak dikenal luas. Terlebih lagi, banyak
klenteng yang dibangun di berbagai kota yang membuat semua lapisan
3
warga Tionghoa yang telah dikenal baik di Indonesia mencakup kuliner, kesenian,
musik, alat musik, perayaan-perayaan, bahasa, dan pakaian.
Seperti penjelasan diatas,makanan adalah hal yang menarik untuk dibahas
terlebih makanan khas Tionghoa yang sudah banyak menjamur dilapisan
masyarakat Indonesia dan sudah tersebar luas di Nusantara, termasuk di kota
Binjai. Ada beberapa jenis makanan Tionghoa yang sangat familiar dan tersebar
diberbagai tempat jajanan kuliner di kota Binjai seperti Cap Cay, Siomay,
Bakpao, Lumpia dan masih banyak yang lainnya,dan tentunya masyarakat kita
tidak lagi mempermasalahkan atau memikirkan dari mana asal makanan yang
enak tersebut.
Hal ini disebabkan sudah akrabnya makanan-makanan tersebut di
kalangan masyarakat Indonesia khususnya di kota Binjai. Tentu saja di samping
makanan juga minuman,seperti misalnya daun teh, di mana tanaman ini dikenal
berasal dari Cina Selatan. Jadi budaya Cina yang berakulturasi dengan budaya
suku-suku di Indonesia juga merupakan budaya Indonesia.
Namun seiring dengan perkembangan zaman dan banyaknya perubahan
yang terjadi didalam kebudayaan setiap suku dan etnis yang ada di Indonesia,
makanan juga mengalami perubahan akibat dari alkulturasi kebudayaan dan
perkembangan zaman tersebut. Dimulai dari bahan yang sudah banyak diganti
dari daging ke sayur,cara pengolahan dan bentuk makanan tersebut.
Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini karena penulis
melihat fenomena makanan Tionghoa yang telah terakulturasi dengan makanan
4
demikian penelitian ini membahas “Akulturasi makanan etnis Tionghoa pada masyarakat di Kecamatan Binjai Kota,Kota Binjai”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat di
identifikasikan adalah:
1. Faktor-faktor kedatangan masyarakat Tionghoa ke kecamatan Binjai
Kota,kota Binjai
2. Bagaimana Proses Akulturasi yang terjadi di makanan khas masyarakat
Tionghoa
3. Dampak positif makanan khas tionghoa terhadap perekonomian
masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai
1.3Pembatasan masalah
Karena luasnya permasalahan yang dikaji maka perlu kiranya membatasi
masalah penelitian ini,yaitu:“Akulturasi makanan etnis Tionghoa pada masyarakat di Kecamatan Binjai Kota,Kota Binjai”
1.4 Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses dan faktor pendorong terjadinya akulturasi makanan
5
2. Bagaimana akulturasi makanan etnis Tionghoa terhadap masyarakat di
Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai ?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses dan faktor pendorong terjadinya akulturasi
makanan etnis Tionghoa pada masyarakat Kecamatan Binjai Kota, Kota
Binjai
2. Untuk mengetahui akulturasi makanan etnis Tionghoa terhadap
masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Bagi Pendidikan Antropologi Sebagai sumber informasi baru untuk
mengetahui Bagaimana Proses alkulturasi makanan etnis tionghoa pada
masyarakat di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai.
2. Memberi informasi bagi pembaca tentang latar belakang kedatangan etnis
Tionghoa di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai.
3. Memberi informasi bagi pembaca tentang bagaimana proses munculnya
makanan etnis Tionghoa di Kecamatan Binjai Kota, Kota Binjai.
4. Bagi Peneliti sebagai Informasi Tambahan dalam penelitian yang lebih
lanjut lagi.
5. Sebagai bahan masukan bagi lembaga pendidikan umum dan UNIMED
63 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Bertitik dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Usaha yang dilakukan etnis tionghoa dalam memperkenalkan makanan
khas tionghoa di Kota Binjai di awali dari adanya interaksi yang relatif
banyak menghasilkan akulturasi, yang biasanya berawal dari aktivitas
perdagangan maupun komunikasi, yang menyebabkan perkawinan antara
masyarakat setempat dengan para pendatang. Proses akulturasi makanan
khas Tionghoa di Kota Binjai, dapat dipahami, jika pada awalnya kontak
atau interaksi ini menimbulkan semacam ‘penolakan’. Namun lambat laun,
atas adanya intensitas pertemuan yang terjadi pada kedua kelompok itu,
dimana lokalita (tempat) telah mempertemukan mereka sehingga
menimbulkan interaksi sosial dan budaya. Proses yang demikian itu telah
pula mempercepat tumbuhnya akulturasi makanan khas Tionghoa hingga
penelitian ini selesai dilaksanakan, maka yang tampak adalah adanya
suasana dengan khasanah makanan yang berlaku umum.
2. Akulturasi makanan etnis Tionghoa terhadap masyarakat di Kecamatan
Binjai Kota, Kota Binjaiterlihat dari bumbu masakan. Orang Tionghoa
menggabungkan bumbu bawaan dari Tiongkok seperti bawang putih, jahe,
64
kunyit, lengkuas, kemiri, kencur, daun salam, bawang merah, keluak,
serai, daun pandan, terasi, hingga santan dan jinten hitam. Selain itu
penamaan makanan setelah mengalami adopsi ke dalam bahasa Indonesia,
seperti mie, bihun, sohun, kwetiau, misoa, taoge, tahu, dan kecap.
Nama-nama seperti mi, bihun, sohun, misoa, taoge, tahu, taoco, dan kecap saat
ini begitu merakyat, sehingga peneliti berkesimpulan tak ada orang
Indonesia khususnya masyarakat kota Binjai yang tak kenal jenis makanan
ini. Kemudian ada juga makanan olahan seperti bakso, bakwan, bakpia,
capcai, pangsit, siomay, dimsum, dan soto. Walau kemudian beberapa
nama makanan olahan ini berganti nama menjadi 'bakso Mataram, soto
Madura, soto Medan, pangsit Jakarta', namun tak dapat menghilangkan
akar asal Tiongkoknya. Tampak sekali betapa menyeluruhnya penyebaran
kuliner Tionghoa di kota Binjai.
1.2 Saran
Adapun saran-saran yang diajukan sesuai dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan masyarakat Kota Binjai yang multicultural dapat mempererat
persatuan. Karena, unsur apapun yang membentuk bangsa ini, tak lagi
dapat dipisah dan cerai – beraikan dengan mudah
2. Diharapkan kepada penduduk asli dan Tionghoa Kota Binjai agar
65
tema-tema kehidupan bersama seperti interaksi sosial yang inklusif dan
manusiawi dalam menjalin harmoni dan integrasi bangsa.
3. Makanan Tionghoa yang telah berakulturasi dengan makanan nusantara
menunjukkan kepada kita untuk saling memahami segala perbedaan
kebudayaan yang terdapat di Indonesia. saling menyelaraskan pikiran dan
hidup dalam suasanan keterbukaan yang aman dan damai. Sehingga
tercapai kemakmuran yang diidam-idamkan dalam kehidupan berbangsa
66
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Yuyun. 2008. Bangkitnya Bisnis Kuliner Tradisional: Meraih Untung dari Bisnis Masakan Tradisional Kaki Lima sampai Restoran. Jakarta: Gramedia.
Bremen, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli Politik Kolonial pada Awal Abad ke-20.Jakarta: Grafiti.
Bromokusumo, Aji ‘Chen’. 2013. Peranakan Tionghoa dalam kuliner
Nusantara.Jakarta : Kompas
Daulay, Umar Syahputra. 2012. Sejarah Kuliner Bangsa Belanda, Cina, India di Kota Medan.Medan : Skripsi Fakultas Ilmu Sosial UNIMED
Ganie, Suryatini N. 2008. Dapur Naga Di Indonesia: Aneka Resep Hidangan Lezat: Panduan Kuliner Tionghoa dan Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Geertz, Clifford. 2000. Negara Teater. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
Hariyono. P. 1993. Kultur Cina dan Jawa. Jakarta : Sinar Harapan
Haviland, William A. 1993. Antropologi Jilid 2 Edisi Keempat., alih Bahasa R.G.
Soekadijo. Jakarta : Erlangga.
Herimanto dan Winarno, 2012.Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.Jakarta : Bumi Aksara
Irianto. K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis.Bandung : Yrama Widya
Iskandar.2009. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitaif dan Kualitatif). Jakarta : GP Press
Judistira K. Gama. 1988. Cina Perantauan. Bandung: Univ. Padjajaran
Khumaidi, M. 1994.Gizi Masyarakat. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rieneka Cipta
67
Lombard, Dennys. 2008. Nusa Jawa: Silang Budaya. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Lubis, Suwardi. 1999. Komunikasi Antara Budaya: Kajian Kasus Etnik Batak Toba dan Etnik Tionghoa di Sumatera Utara.Medan : USU Press
Marcus, A.S. 2009.Hari-Hari Raya Tionghoa. Jakarta: Suara Harapan Bangsa
Maryoto, Andreas. 2009. Jejak Pangan : Sejarah, Silang Budaya dan Masa Depan. Jakarta :Penerbit Kompas
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Munthe, Devita Masni. 2014. Akulturasi Budaya Dalam Bahasa Di Desa Merek
Kecamatan Merek Kabupaten Karo.Medan : Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial UNIMED
Nanang Martono. 2011. Metode Penelitian Kuantitaif (Analisis Isi dan Analisis Data).Jakarta :PT. Rajawali Pers
Pelzer, Karl Z. 1985. Toean Keboen Dan Petani, Politik Kolonial Dan Perjuangan Agraria Di Sumatera Timur 1863–1947. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Setiawan. 2008. Agenda Pendidikan Nasional. Jogjakarta : Ar-ruzz Media
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : UI Press
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Suryadinata, Leo. 2002. Negara dan Etnis Tionghoa Kasus Indonesia. Jakarta: LP3ES