• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNITAS ETNIS TIONGHOA DI KOTA TEBING TINGGI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNITAS ETNIS TIONGHOA DI KOTA TEBING TINGGI."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS ETNIS TIONGHOA DI KOTA TEBING TINGGI

Oleh:

FERRY FERDIAN SAPUTRA

3103121024

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PROGRAM STUDI STRATA 1

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

FERRY FERDIAN SAPUTRA. 3103121024. KOMUNITAS ETNIS TIONGHOA DI KOTA TEBING TINGGI. SKRIPSI S-1. JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. FAKULTAS ILMU SOSIAL. 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan sosial dan ekonomi etnis Tionghoa di Kota Tebing Tinggi yang ditinjau dari kemajuan ekonomi dan sosial yang sangat berkembang pesat dan menjadi daya tarik tersendiri untuk semua kalangan. Untuk memperoleh data - data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode study pustaka (library reasearch) dan penelitian lapangan (field reasearch). Kemudian teknik untuk mengumpulkan data dilakukan dengan observasi ke lokasi penelitian, wawancara kepada tokoh masyarakat dan penduduk sekitar lokasi penelitian. Dari hasil penelitian yang dilakukan dan informasi yang diberikan oleh informan diketahui bahwa sejarah kedatangan etnis Tionghoa di kota Tebing Tinggi bermula dari pembukaan lahan perkebunan Deli yang merupakan daerah penghasil tembakau terbaik yang dikuasai oleh pengusaha dan tuan tanah Belanda. Awalnya etnis Tionghoa yang di datangkan dari semenanjung Malaysia hanya berupa kuli biasa, lambat laun peran mereka berkembang menjadi tuan kebun ( Tandil ) yang jabatanya cukup di hormati pada saat itu. Perekonomian perkebunan Belanda mulai meningkat dan orang-orang Tionghoa mulai disebar hingga ke Tebing Tinggi sebagai pegawai dan kuli. Seiring berjalanya waktu mereka menetap di Tebing Tinggi dan beralih profesi menjadi pedagang, pengumpul barang bekas, pemilik kebun hingga menjadi pemilik toko. Permukiman terpusat mereka memungkinkan mereka untuk saling berinteraksi sesama non pri hingga menjadi sebuah komunitas besar etnis Tionghoa.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan pertolonganNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Komunitas Etnis Tionghoa Di Kota Tebing Tinggi “.

Adapun tujuan Skripsi ini disusun yaitu sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin didalam menyelesaikan skripsi ini walaupun penulis menyadari bahwa masih memiliki

kekurangan didalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk melengkapi skripsi ini.

Didalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini, penulis menghadapi beberapa kendala namun berkat bantuan, bimbingan, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk

itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua saya, ayahanda terkeren M. Syafei dan ibunda tercinta Erlina Lubis. Penghormatan dan penghargaan setinggi-tinggi nya saya berikan kepada mereka. Karena dengan kasih sayang dan

(7)

2. Kepada adik-adik saya, Risky Ryanda dan Adelia Syafitri yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa hingga terselesaikanya tulisan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas Negri Medan

4. Bapak Dr. H. Restu, MS. Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial 5. Bapak dan Ibu pembantu Dekan di lingkungan Fakultas

6. Ibu Dra. Flores Tanjung, M.A. selaku ketua jurusan Pendidikan

sejarah dan bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku sekretaris jurusan.

7. Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih buat pemikiran-pemikiran bapak yang telah

membantu mengembangkan pemikiran penulis. Terima kasih juga buat bimbingan, arahan dan masukan-masukan yang selama ini bapak berikan kepada saya hingga pada akhirya saya dapat

menyelesaikan tulisan ini.

8. Ibu Dra. Lukitaningsih, M, Hum. Selaku dosen pembimbing

akademik dan penguji penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan. 9. Ibu Dra. Flores tanjung, M.A. selaku dosen penguji ahli yang banyak

(8)

10.Bapak Pristi Suhendro, S.Hum, M.Si. selaku dosen pembanding bebas yang banyak memberikan motivasi dan masukan untuk penulis.

11.Bapak dan Ibu dosen serta staff tata usaha di lingkungan Jurusan Pendidikan Sejarah Unimed.

12.Sahabat kampusku, Rima Putri Lestari, Chairy Iqbal Aulia, Putri Rizana dan Arinda Rizia yang sangat membantu saya dalam memotivasi dan mndukung saya dalam lingkungan perkuliahan

hingga masa-masa penulisan skripsi ini, semoga komunikasi kita tetap baik hingga kita semua sukses.

13.Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak termasuk juga kepada pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih

dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Februari 2015

Penulis

Ferry Ferdian Saputra

(9)

vi

2.1. Kerangka Konsepsional 10

2.1.1. Komunitas 11

(10)

vii

3.4. Teknik Penggumpulan data 22

3.5. Teknik Analisis Data 23

3.6. Informan Peneliti 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 25

4.1.1. Pendapatan Perkapita 25

4.1.2. Pembagian Wilayah 26

4.1.3. Luas dan Batas Wilayah 26

4.1.4 Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi 28

4.1.5 Gambaran Umum Demografis 31

4.1.6 Pertumbuhan Ekonomi 33

4.1.7 Kesejahteraan Masyarakat 34

4.2. Latar Belakang Kedatangan Etnis Tionghoa 37

4.2.1.1 Masuknya Cina ke Pantai Timur Sumatra 38 4.2.1.2 Masuknya Etnis Tionghoa ke Tebing Tinggi 41

4.2.1.3 Etnis Tionghoa dan Perjuanganya 45

4.2.1.4 Etnis Tionghoa yang Berada di Kota tebing Tinggi 46 4.3. Kegiatan Awal Etnis Tionghoa di kota Tebing Tinggi 48

4.4. Etnis Tionghoa pasca zaman Penjajahan 57

(11)

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 82

5.1. Kesimpulan 82

5.2. Saran 84

DAFTAR PUSTAKA

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Luas wilayah Tebing Tinggi menurut kecamatan 28

Tabel 2: Jumlah penduduk kota Tebing Tinggi 32

Tabel 3: Klassifikasi keluarga di kota Tebing Tinggi 35 Tabel 4: Garis kemiskinan di Kota Tebing Tinggi 35 Tabel 5 : Komposisi agama di kota Tebing Tinggi 40

Tabel 6 : Sekolah Swasta etnis Tionghoa di Tebing Tinggi 62

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor Se-06/Pres.Kab/6/1967, Tanggal 28 Juni 1967

Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran 3 : Nama – Naman Responden

Lampiran 4 : Daftar Pedoman Observasi

Lampiran 5 : Peta Tebing Tinggi Kota

Lampiran 6 : Lokasi penelitian

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kedatangan imigran-imigran Tionghoa ke pantai timur Sumatra telah menjadi

perhatian sebagai suatu keajaiban yang menarik. Bangsa yang ulet ini datang ke Sumatra Timur sebagai kuli. Etnis Tionghoa datang bermigrasi ke Indonesia, khususnya, dan di Asia Tenggara pada umumnya, datang merantau dengan tujuan

untuk mencari nasib peruntungan yang baik. Hal ini dilakukan orang Tionghoa, oleh karena didorong oleh keadaan aspek ekonomi, terutama oleh karena kehidupan yang serba seret akibat dari padatnya penduduk, sehingga sedikit memberikan

kemungkinan bagi usaha mata pencaharian. Bangsa China datang ke Indonesia sejak dulu hingga sekarang adalah secara perorangan. Mereka rata-rata berminat untuk

melakukan pengembangan usaha dagang, atau banyak pula yang bekerja sebagai buruh di perusahaan milik Belanda sebagai buruh bayaran. ( Mahendra, 1996: 52 )

Pada waktu kaum emigrasi Tionghoa datang ke Indonesia, kehidupan penduduk pribumi tergantung dari hasil pertanian dalam struktur masyarakat feodalisme. Penduduk pribumi tidak menyukai usaha perdagangan. Tetapi berbeda dengan orang

(15)

2

“sebelum matahari terbit, kuli ladang Cina sudah berada di luar untuk merawat

tanaman tembakaunya yang masih muda, mnyiram persemaian, mencari ulat

daun tembakau, atau menyimpan lahan untuk ditanami, dia terus bekerja

smapai matahari terbenam, dan hanya beristirahat satu-dua jam pada siang

hari. Tidak jarang pada malam terang bulan, lama sesudah kerja keras di hari

kerja biasa, mereka masih sibuk dengan tembakaunya. Orang Cina biasa saja

merupakan pekerja yang tidak simpatik, karena kesukaanya berteriak dan ribut,

tetapi setiap tuan kebun harus menghormati mereka karena ia memiliko tenaga

kerja dan prestasi kerja yang luar biasa (Breman, 1997:95).

Persoalan baru timbul setelah Nienhuys mendirikan N.V. De Deli Maatschappij pada 1868, dan menghapus sistem kerja borongan dan mengenalkan sistem kerja kontrak untuk kuli-kuli kebun tembakaunya, kebijakan inilah yang melahirkan “kuli kontrak”. Dalam sistem kontrak, setiap kuli diikat sebuah perjanjian kerja di

perkebunan selama lima tahun-lalu diturunkan tiga tahun-dengan ketentuan yang

berat sebelah.

Sistem ini ternyata merupakan celah bagi kuli Tionghoa untuk merubah nasib mereka yang hanya berupa kuli,setelah kontrak habis, mereka menjadi seorang

pedagang dengan modal tabungan hasil gaji mereka sebagai kuli, mereka membuka kedai-kedai kecil dan berdagang keliling, tentu saja mereka tidak memiliki saingan,

(16)

3

Hal itu merupakan titik balik bagi perekonomian etnis Tionghoa dan hal ini menyedot masuknya etnis Tionghoa ke Indonesia. Tetapi mereka bukanlah

kesatuan yang homogen. Daratan Cina yang luas adalah ruang hidup berbagai kelompok etnis, demikian pula yang terbentuk di perantauan. Sebagian besar dari

merekaberasal dari Kwang Tung, Kwangsi, Swatow, Hainan, Fukien, Hunnan,Fu Chow dan Amoy adalah kampung halaman etnis Hakka (Khek), Canton, Hokkien, Hailokhongs, Hainan, Hailam, Teochew, Luchius, Choachow, Hock dan Macao

(Lubis dalam Nasrul, 1995:15).

Sosok sukses perantau Hakka ialah datang dengan keberanian dan sepasang

pakaian yang diikat ke pinggang. Saat tiba tahun 1880 bekerja dan mendirikan kedai kecil dan kemudian menjadi sebuah toko dan terus berkembang, begitulah

mereka beratah hidup.

Daerah Swatow dan Kwongfu di sekitar delta sungai merupakan kampung halaman orang-orang Canton yang disebut orang Kwongfu dan Puntis. Keahlian

dasar orang Canton ialah keterampilan teknis seperti pandai besi, tukang kayu, penjahit dan pengusaha tekstil. Keahlian dan postur tubuh yang lebih besar dari

suku lainya membuat orang Canton dikenal dengan pendekar kung-fu.

Dari Fukien atau disekitar wilayah Shiang Shou dikenal orang Hokkien yang dialek Hokkien-nya menjadi “bahasa Pergaulan”. Pada umumnya orang Hokkien

(17)

4

orang Hailam terkenal sebagai juru masak yang berasal dari pulau Hainan bersama

orang-orang suku Hainan.

Penduduk asli pedalaman Swatow dan pulau-pulau di sekitar Hongkong saat ini adalah orang-orang Teochew dan Hailokhongs yang dikenal berwatak keras, gigih,

kasar, dan tempramental. Di daerah asalnya orang Teochew dikenal kelompok warga miskinyanh hidup seadanya. Namun, di perantauan orang-orang ini dikenal sebagai perantau sukses yang menonjol di bidang kegiatan ekonomi dan korporasi

(Onghokham dalam Nasrul: 1990:28). Di Sumatra Timur, orang Teochew dikenal sebagai pengusaha perkebunan,pabrik dan pedagang besar.

Di wilayah pesisir pantai Fukien ( Amoy dan Fuchow ) dikenak orang Luchius, Coachow dan Hock. Jumlah mereka yang tergolong sedikit. Di tanah asal maupun di perantauan, orang-orang dari pesisir Amoy dan Fuchowlebih dikenal sebagai

warga Cina miskin yang hidup mengelompok di penggir sungai, dekat pasar dan pelabuhan (Lubis dalam Nasrul:1995,34-35).

Suku-suku di etnis Tionghoa ini mulai menyebar ke seluruh pelosok Sumatra Timur termasuk ke Tebing Tinggi, mereka melakukan aktifitas ekonomi dan religi

(18)

5

Faktor kerja kontrak ternyata memiliki arti penting bagi pergerakan dan perkembangan etnis Tionghoa di Sumatra Timur, walaupun para tuan kebun

mengginginkan agar para kuli tetap memperpanjang kontrak kerjanya di perkebunan, tetapi tekat yang kuat untuk memiliki kehidupan yang lebih layak dengan tabungan

uang yang diperoleh selama menjadi kuli, mendorong orang Tionghoa untuk membuka usaha kecil di sekitar daerah perkebunan dan tempat-tempat strategis lain, walau tidak

sedikit para kuli yang kembali ke negaranya setelah kontrak habis.

Etnis tionghoa ini memulai usaha kecil seperti berdagang keliling, membuka kios-kios kecil dan bergerak di usaha barang mentah dan industri. Etnis tionghoa mulai

membeli tanah-tanah dari orang Melayu seperti di daerah Lubuk Pakam, Tebing Tinggi dan Siantar dan mulai tersebar ke seluruh wilayah Sumatra Timur, makin lama mereka mulai menetap dan membentuk perkampungan Tionghoa yang makin lama makin

menuju ke tengah kota dan menbentuk usaha vital di kota. Pasang surut perkembangan etnis Tionghoa terjadi seiring dengan banyak nya peraturan-peraturan yang

mempengaruhi sisi kehidupan etnis Tionghoa, sampai tahun 1968, agama dan adat istiadat Cina tidak diberikan kesempatan berkembang oleh pemerintah. dan pada masa itu etnis Tionghoa merasa sedikit tersisih di pemerintahan dan agama, ditambah lagi

pada masa itu etnis Tionghoa juga dilarang untuk menggunakan bahasa Cina dan harus bersekolah di sekolah pemerintahan. Banyak juga dari mereka yang memeluk agama

(19)

6

Di kota Tebing Tinggi sendiri pada masa-masa perkebunan juga sudah ada etnis Tionghoa, mereka mengaku sudah mendirikan pekong-pekong kecil sebagai tempat

persembahan dan ucapan terima kasih atas hidup mereka, dan hingga saat ini sudah sangat pesat perkembangan etnis Tionghoa di Tebing-Tinggi, sudah berdiri megah

5 Vihara mewah dan besar di pusat kota Tebing Tinngi, 1 tempat perkumpulan soasial sebagai tempat berkumpul dan mengadakan acara keagaman, serta sekolah-sekolah yang mayoritas etnis Tionghoa dan mereka sudah tergabung dalam

perkumpulan Batak Tionghoa Indonesia. Keberadaan dan komunitas etnis Tionghaoa ini menarik minat penulis untuk melakukan penelitian berjudul.

(20)

7

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan suatu identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Latar belakang kedatangan etnis Tionghoa di kota Tebing Tinggi.

2. Latar belakang munculnya permukiman etnis Tionghoa di kota Tebing

Tinggi.

3. Latar belakang kebangkitan sosial ekonomi etnis Tionghoa pasca zaman

penjajahan.

4. Peran komunitas etnis Tionghoa dalam perkembangan sosial ekonomi di kota Tebing Tinggi

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas bahwa kajian tentang masyarakat Tionghoa di kota Tebing Tinggi memiliki kajian yang cukup luas, oleh karena itu, peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah yang terfokus pada :

(21)

8

1.4Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses kedatangan Etnis Tionghoa di Kota Tebing Tinggi ? 2. Bagaimana Latar belakang munculnya permukiman etnis Tionghoa di

kota Tebing Tinggi ?

3. Bagaimana Latar belakang kebangkitan sosial ekonomi etnis Tionghoa pasca zaman penjajahan?

4. Bagaimana Peran komunitas etnis Tionghoa dalam perkembangan sosial ekonomi di kota Tebing Tinggi?

1.5Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses kedatangan Etnis Tionghoa di Kota Tebing

Tinggi.

2. Untuk menguraikan latar belakang munculnya permukiman etnis

Tionghoa di kota Tebing Tinggi.

3. Untuk menguraikan latar belakang kebangkitan sosial ekonomi etnis Tionghoa pasca zaman penjajahan

(22)

9

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharpkan bermanfaat lebih bagi mahasiswa dan kalangan

terpelajar lainya yang ingin meneliti lebih lanjut masalah etnis Tionghoa khususnya di Kota Tebing Tinggi.

2. Manfaat Praksis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peneliti-peneliti lain dan

(23)

82

1. Kedatangan etnis Tionghoa ke Indonesia dilakukan secara bergelombang sejak ribuan tahun lalu. Kedatangan mereka berasal dari semenanjung

Malaysia dan beberapa daerah seperti bangka. Mereka tinggal dan berbaur dengan masyarakat sekitar sebagai pekerja kuli perkebunan tembakau Deli

bersamaan dengan orang-orang Jawa, penyebaran mereka ke tebing Tinggi juga akibat dari dibukanya perkebunan deli yang terus menyebar ke

seluruh wilayah Sumatra Timur pada saat itu.

2. Setelah masa kerja kontrak berakhir mereka memilih menetap dan membangun perkampungan dan ada pula yang memilih balik ke negri

asalnya di Tiongkok. Yang memilih menetap umumnya beralih profesi menjadi pedagang keliling, pencari barang bekas, bercocok tanam palawija

atau membuka warung atau kedai kecil.

3. Tebing Tinggi sebagai kota multietnis yang didiami oleh banyak suku bangsa merupakan kota yang sangat menghargai keanekaragaman

(24)

83

Tionghoa dikota Tebing Tinggi telah diakui, dan hal ini merupakan berita baik bagi seluruh etnis Tionghoa yang ada di Indonesia. Hal ini dimanfaatkan oleh orang Tionghoa yang ada di kota Tebing Tinggi untuk

berbenah dan memperbaiki nasib mereka hingga sekarang mereka mampu bersaing dengan pengusaha pribumi dan bahkan menguasai perekonomian

sektor menengah ke atas di kota Tebing Tinggi.

4. Kemajuan mereka di bidang ekonomi berdampak pada pembangunan kota Tebing Tinggi, vihara-vihara megah dan besar, sekolah-sekolah umum

bernuansa Tionghoa, gedung-gedung pertokoan di pusat kota, hingga industri menengfah dan besar adalah sedikit contoh kontribusi mereka di

bidang sosial ekonomi di kota Tebing Tinggi dan diharapkan oleh pemda Tebing Tinggi kerjasama yang erat antara pemerintah, pengusaha Tionghoa serta pribumi dalam meningkatkan kesejahteraan di kota Tebing

(25)

84

5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analiasa terhadap hasil penelitian, peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat setempat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan sejarah yang dapat menjadi pembelajaran kedepannya agar masyarakat setempat dapat

saling menghargai akan identitas yang dimiliki oleh setiap etnis khususnya etnis Tionghoa dan tidak terjadi kecemburuan social

2. Bagi Etnis Tionghoa

Sebagai makluk social, memang sudah seharusnya untuk tetap menjaga

tradisi yang kita miliki sebagai jati diri atau identitas yang dimiliki supaya tidak punah oleh zaman. Diharapkan agar masyarakat Tionghoa khususnya kaum muda

semakin bergiat dalam melestarikan identitas mereka. Namun bukan sebagai bukti kesetian kepada negara leluhur namun hanya bukti keragaman budaya yang

dimiliki Indonesia.

3. Bagi Pemerintahan setempat

Pemerintah diharapkan dapat menyamaratakan dalam memberikan dukungan baik secara moral maupun secara materi terhadap etnis apapun tanpa

(26)

85

4. Bagi peneliti

Diharapkan dengan penelitian ini, peneliti semakin memahami pentingnya menghargai identitas yang dimiliki oleh setiap etnis. Sehingga ketika turun

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Afif, Afthonul .Identitas Tionghoa Muslim Indonesia. Depok. Kepik

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta Breman, Jan. 1997. Menjinakkan SangKuli. Jakarta. Grafiti

Hamdani, Nasrul. 2013. Komunitas Cina di Medan. Medan. LIPI Jenskins, Richard. 2004. Identitas Sosial. MedanBina Media Perintis

Mahendra,L.Pascal. 1995. Isu Suksesi Kepemimpinan.Jakarta. Golden Terayon Press

Sentosa, Iwan. 2012. Peranakan Tionghoa di Nusantara. Jakarta. Kompas.

Sinar, Lukhman. 2010. Kedatangan Imigran-Imigran Cina ke Pantai Timur Sumatra. Medan.FORKALA.

Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Bandung. Ombak

Suryadinata, Leo. 1999. Etnis Tionghoa dan Pembangunan Bangsa. Jakarta. LP3ES

Tan,Mely. 2008. Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta. Obor

Z.M Hidayat. 1993. Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia.Bandung.TARSITO.

Sentosa, Iwan. Peranakan Tionghoa di Nusantara. Jakarta. Kompas Agung, Leo. Sejarah asia Timur I. Yogyakarta. Ombak

Gambar

Tabel  1:  Luas wilayah Tebing Tinggi menurut kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Sejarah singkat kedatangan masyarakat Etnis Tionghoa ke Deli Tua, interaaksi sosial masyrakat Etnis Tioghoa dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang sejarah awal kedatangan etnis Tionghoa di Kabanjahe, serta penerimaan masyarakat pribumi pada awal kedatangan

Kemudian dapat diketahui secara garis besar faktor kepribadian yang biasanya dimiliki pada etnis Tionghoa sukses adalah C, G, H yang tinggi dan N, L yang rendah.

Trust yang dibangun oleh etnis tionghoa sangat kuat di Kepri dimana dengan budaya Konghucu yang kental serta banyaknya organisasi tionghoa di Kota Tanjungpinang dari

Peran etnis Tionghoa baik dalam melakukan perdagangan maupun berinteraksi sosial didalam kehidupan sehari-hari menyebabkan seringkali terjadinya kecemburuan sosial yang

HTT juga merupakan himpuanan dari beberapa suku yang membentuk suatu perkumpulan sosial yang berfungsi sebagai tempat menyatukan masyarakat etnis Tionghoa yang ada di

Skripsi ini adalah suatu kajian ilmiah yang membahas tentang Etika Agama Etnis Tionghoa dalam Peningkatan Ekonomi di Kelurahan Melayu Baru Kecamatan Wajo Kota Makassar. Tujuan

Sofyan Tan, seorang tokoh masyarakat Tionghoa di kota ini, Pemilukada kota Medan yang berlangsung 12 Mei 2010 telah menjadi momentum bagi etnis Tionghoa menunjukkan peran