KEBERADAAN ETNIS TIONGHOA MASA ORDE BARU DI DESA SUNGGAL MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
EKALIA SITUMEANG
3103121018
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
EKALIA SITUMEANG. 3103121018. KEBERADAAN ETNIS TIONGHOA MASA ORDE BARU DI DESA SUNGGAL MEDAN. SKRIPSI S-1. JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH. FAKULTAS ILMU SOSIAL 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah kedatangan etnis Tionghoa ke desa Sunggal Medan, interaksi sosial masyarakat pribumi dengan etnis Tionghoa masa Orde Baru, dan untuk memperoleh gambaran pemukiman, mata pencaharian dan pendidikan etnis Tionghoa di desa Sunggal Medan pada masa Orde Baru. Untuk memproleh data-data yang diperlukan, peneliti menggunakan metode study pustaka (library reasearch) dan penelitian lapangan (field reasearch). Kemudian teknik untuk mengumpulkan data dilakukan dengan cara observasi ke lokasi penelitian, wawancara kepada tokoh masyarakat dan penduduk sekitar lokasi penelitian.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dan informasi yang diberikan oleh informan diketahui bahwa sejarah etnis Tionghoa di Desa Sunggal Medan karena dibukanya perkebunan sepanjang Medan-Labuhan Batu pada tahun 1870 oleh kolonial Belanda yang membutuhkan banyak tenaga kerja hingga didatangkanla mereka dari berbagai daerah di wilayah Indonesia, seperti Singapura dan Malaysia. Interaksi sosial etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi diawal kedatangannya sudah terjalin kurang harmonis hingga Orde Baru disebabkan oleh sterotip etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi dan sebaliknya. Mata pencaharian mereka adalah petani, pedagang, pebisnis dan ahli tukang dalam berbagai pertukangan . Pola pemukiman rumah mereka yang bermata pencaharian sebagai petani cenderung memencar, sedangkan pedagang dan pebisnis pola pemukiman mereka cenderung mengelompok dan memanjang disepanjang jalan besar Sunggal dan dibidang pendidikan di Sunggal masa Orde Baru juga memprihatinkan sebab banyak sekolah yang berbau Cina ditutup dan penerimaan siswa etnis Tionghoa tidak boleh lebih dari 40% disetiap sekolah hingga banyak anak-anak etnis Tionghoa di Sunggal yang putus sekolah.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan pertolonganNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Keberadaan Etnis Tionghoa Masa Orde Baru Di Desa
Sunggal Medan. Adapun tujuan Skripsi ini disusun yaitu sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin didalam
menyelesaikan skripsi ini walaupun penulis menyadari bahwa masih memiliki
kekurangan didalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk melengkapi skripsi ini.
Didalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini, penulis menghadapi
beberapa kendala namun berkat bantuan, bimbingan, dukungan dan kerjasama
dari berbagai pihak, kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk
itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Kedua orang tuaku, K. Situmeang dan Ibuku S. Sinaga. Penghormatan dan
penghargaan yang setinggi-tingginya tiada terkira saya tujukan pada
mereka. Kerena mereka yang dengan begitu sabar dan penuh kasih sayang,
serta pengertian yang mendalam telah member banyak dukungan pada
2. Kepada abang, kakak dan adikku tersayang Agus Leo Situmeang, Tetty
Situmeang, Eva Situmeang, Marlina Situmeang dan Markus Situmeang
yang sudah banyak membantu penulis baik secara materi dan dukungan
moral yang mendorong penulis dapat menyelesaikan penulisan ini.
3. Kepada Abang Iparku Bang Simbolon, Gultom dan Tampubolon serta tiga
keponakanku yang lucu-lucu Nava Arika Eklesia Gultom, Arnold
Reymilthon Simbolon dan Fredy De Marco Tampubolon yang sudah
memberikan kehangatan keluarga yang begitu luar biasa terimakasih atas
semuanya.
4. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
5. Bapak Dr. H. Restu, MS. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
6. Bapak dan Ibu pembantu Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
7. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
dan Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku sekretaris Jurusan
Pendidikan Sejarah.
8. Bapak Dr. Hidayat, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang
telah banyak membantu penulis didalam menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih buat pemikiran – pemikiran bapak yang telah merubah
beberapa pemikiran penulis. Terimakasih juga buat bimbingan, arahan,
dan masukan - masukan yang selama ini diberikan kepada penulis dalam
9. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku dosen pembimbing akademik dan
penguji penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis selama masa perkuliahan.
10.Ibu Dra. Flores Tanjung, MA selaku dosen penguji ahli yang telah banyak
memberikan pemikiran dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
11.Bapak Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku dosen pembanding bebas yang
banyak memberikan pandangan serta masukan bagi penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
12.Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Sejarah serta tata usaha, terimakasih atas
semua ilmu yang diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan.
13. Sahabat kampusku, Flora Pakpahan, Hetty Napitupulu, Eros lawaty
Sibarani, Desi Ratnasari Manurung (FHEED). Terimakasi untuk semua
yang bole kita rasakan selama ini baik susah dan senang. Tidak lupa juga
buat sahabat satu kamar aku Irma Yani Sihombing terimakasih buat
pengertiannya selama ini sering mengalah padaku. Penulis berharap agar
selesainya dari UNIMED ini kita tetap berkomunikasih.
14.Sahabat dan sekaligus temen seperjuangan penulis Kelas A - Reguler 2010
ada Agustinus, Aina, Arinda, Ari, Ayu, Berkat, Boy, Candra, Iqbal, Dedi,
Desi, Dilla, Dora, Eka, Elya, Eros, Evan, Fatwa, Ferry, Fitri, Flora,
Frianko, Hesri, Hestya, Hetti, Hotresly, Indri, Jarahman, Josrai, Juliar,
Junita, Budi, Irma, Radius, Hadi, Mariya, Muna, Naomi, Nelly, Nirwan,
Muslim, Sugi, Susi, Tono, Windah, Yosep. Terimakasih penulis ucapkan
atas kebersamaan selama ini dan untuk setiap canda dan tawa yang ada
dikelas kita. JASMERAH !!!
15.Seluruh teman-teman stambuk 2010 yang telah banyak memberikan
dukungan dan masukan selama proses perkuliahan. Terimakasih juga buat
teman - teman satu PS atas dukungan satu sama lain.
16.Teman - teman satu PPLT SMP N 3 Air Putih Ervina, Desy, Popy, Rika,
Theresia, Farenty, Panahatan, Jujur, Fredy, Arman, Hamza, Mildan,
Angga, Naimah, Yusniar, Irvan.
Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak
termasuk juga kepada pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu
namanya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini
bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
Medan, Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH 4
1.3. PEMBATASAN MASALAH 5
1.4. RUMUSAN MASALAH 5
1.5.TUJUAN PENELITIAN 6
1.6. MANFAAT PENELITIAN 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 8
2.1. KERANGKA KONSEPSIONAL 8
2.1.1. Etnis Tionghoa 8
2.1.3. Etnis Tionghoa Masa Orde Baru 11
2.1.4. Keberadaan Etnis Tionghoa Di Desa Sunggal 14
2.2. KERANGKA BERPIKIR 17
BAB III METODELOGI PENELITIAN 20
3.1. METODE PENELITIAN 20
3.2. LOKASI PENELITIAN 21
3.3. INFORMAN PENELITI 21
3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA 22
3.5. TEKNIK ANALISIS DATA 23
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 24
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 24
4.1.1. Kondisi Geografis 24
4.1.2. Kondisi Demografis 25
4.1.3. Kondisi Sosial 28
4.1.3.1. Agama 28
4.1.3.3. Pasar 32
4.2. Sejarah Kedatangan Etnis Tionghoa 34
4.2.1. Sejarah Etnis Tionghoa Di Indonesia 34
4.2.2. Sejarah Etnis Tionghoa Di Desa Sunggal 36
4.3. Interaksi Sosial Masyarakat Pribumi Dengan Etnis Tionghoa Masa Orde
Baru Di Desa Sunggal 39
4.4. Keberadaan Etnis Tionghoa Masa Orde Baru Di Sunggal 47
4.4.1. Bidang Mata Pencaharian 47
4.4.2. Bidang Pemukiman 54
4.4.3. Bidang Pendidikan 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 62
5.1. Kesimpulan 62
5.2. Saran 64
DAFTAR PUSTAKA 66
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Monografi Kecamatan Medan Sunggal 23
Tabel 2 : Kepadatan Penduduk Kecamatan Medan Sunggal 24
Tabel 3 : Banyak Rumah Tangga Dan Rata-Rata Anggota 25
Tabel 4 : Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin 25
Tabel 5 : Kependudukan Berdasarkan Agama 26
Tabel 6 : Jumlah Sekolah TK Negeri Dan Swasta 27
Tabel 7 : Jumlah Sekolah Dasar Negeri Dan Swasta 28
Tabel 8 : Jumlah SLTP Negeri Dan Swasta 28
Tabel 9 : Jumlah SLTA Negeri Dan Swasta 29
Tabel 10 : Jumlah Pasar 30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instruksi Presidium Kabinet No. 37/U/IN/6/1967 Tentang
Kebijakan Pokok Penyelesaian Masalah Cina 63
Lampiran 2 : Daftar Pedoman Wawancara 67
Lampiran 3 : Nama-Nama Responden 68
Lampiran 4 : Daftar Pedoman Observasi 70
Lampiran 5 : Peta Kota Madya Medan 71
Lampiran 6 : Lokasi Penelitian 72
Lampiran 7 : Foto-Foto Penelitian 73
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pada masa pemerintahan Orde Baru, keberadaan etnis Tionghoa merupakan
masalah yang krusial dalam tatanan pemerintahan Soeharto. Masalah tersebut begitu
kompleks bukan saja mengenai identitas kebangsaannya, tetapi juga masalah politik,
pendidikan, ekonomi dan kebudayaannya yang berkembang di Indonesia. Citra Etnis
Tionghoa akhirnya dinilai memiliki pandangan yang negatif dikalangan pemerintahan
Soeharto yang terlihat dalam kebijakan-kebijakannya.
Percobaan kudeta pada tanggal 30 September 1965 adalah suatu peristiwa yang
memakan banyak korban jiwa secara cepat. Hal ini diduga didalangi oleh Partai
Komunis Indonesia yang menjadikan keamana Negara tidak stabil. Keluarnya
mandat presiden Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966 (supersemar) kepada Soeharto
dalam upaya memulihkan kestabilan dan keamanan Negara Indonesia dari pengaruh
Partai Komunis Indonesia adalah awal berakhirnya Orde Lama . Yang pada tahun
1967 Soeharto resmi diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia ke dua yang
menjadi awal pemerintahan Orde Baru.
Orde Baru (1966-1998) merupakan “zaman gelap” budaya Tionghoa karena
Mandarin, dan media Tionghoa dilarang oleh pemerintahan Orde Baru (Z.H Li dalam
You Hoon 2012 : 141) Tahun 1967. Instruksi Presiden (Inpres) no. 14 tahun 1967
melarang segala sesuatu yang berbau Cina di Indonesia baik itu dari agamanya,
pendidikan, kepercayaan, seni, kebudayaan maupun sastra. Keluarnya Inpres ini
menjadikan Sentiment anti cina di berbagai daerah banyak etnis Tionghoa dibunuh
tanpa diadili bahkan rumah-rumah dan toko- toko mereka di jarah dan di bakar (
Liem 2000 : Pengantar).
Sentiment anti Cina di Indonesia dikarenakan Cina adalah sebuah Negara
komunis yang sejak didirikan pada tahun 1946 telah dipimpin oleh Partai Komunis
Cina (PKC). Meletusnya kudeta pembantaian masal 1965 di Indonesia yang pada
masa ORBA didalangi oleh partai komunis yang hal ini menjadikan masyarakat
Indonesia berpandangan bahwa setiap etnis Tionghoa yang ada di Indonesia adalah
penganut paham komunis yang menjadikan keberadaan mereka tidak aman meskipun
sebenarnya tidak semua etnis Tionghoa di Indonesia menganut paham tersebut tetapi
mereka terkena dampaknya mereka sering diberlakukan dengan kasar dan rumah
mereka dijarah. Untuk menghindari dari tekanan, banyak dari mereka yang
mengadopsi nama yang bernuansa Indonesia. Namun pergantian nama tersebut tidak
secara keseluruhan agar tidak menghilangkan identitas. Contohnya nama “Han”
menjadi nama Jawa “Handoko” atau “Handoyo”.(ibid, : 3)
Desa Sunggal adalah desa yang terletak sekitar 8 km dari kota medan yang dihuni
Tionghoa di desa Sunggal ini juga sangat heterogen. Diantaranya ada suku Hikkien,
Teochiu, Khe (Hakka), Canton (Kong Hu) dan Liok Hong. Masing-masing suku ini
mempunyai perkumpulan sosial dengan pekerjaan yang berbeda-beda.
Suku Hokkien umumnya adalah pedagang yang banyak berdomisili di kawasan
perdagangan. Sedangkan suku Teochi bekerja dibidang pertanian mereka sering
disebut „cina kebun sayur “ yang pada akhirnya banyak dari mereka beralih menjadi
pedagang.Di Sunggal, suku Teochi dan Liok Hong adalah suku yang dominan. Suku
Canton umumnya berprofesi sebagai pedagang emas dan ahli pertukangan. Suku Khe
bergerak dibidang bisnis obat-obatan dan perdagangan. Sedangkan masyarakat
Tionghoa dari suku Hainam banyak berbisnis dalam bidang makana (Anto 2009 : 5)
Perbedaan profesi dan suku, sering menjadi pemicu terjadinnya pelapisan sosial
dan konflik antar mereka karena sering saling mengejek. Pada peristiwa kekerasan
tahun 1966, banyak etnis Tionghoa kebun sayur di Desa Sunggal menjadi korban
kekerasan. Rumah mereka yang terpencar-pencar menjadi sasaran empuk masa. Pada
tahun 1960-an banyak etnis Tionghoa di Desa sunggal yang tergiur dengan janji-janji
akan memperoleh tanah sehingga mereka ikut tergabung dalam organisasi Partai
Komunis Indonesia. Tapi dalam situasi rusuh, masa sering kali tidak bisa
membedakan mana warga Tionghoa yang pro komunis atau nasionalis.
Tahun 1974 pemerintah membuat kebijakan menghapus semua sekolah-sekolah
Sunggal terancam putus sekolah atau harus pindah ke sekolah pembauran. (ibid, : 6 :
25). Krisis Moneter 1997 yang melanda Indonesia juga berdampak bagi etnis
Tionghoa di Sunggal dimana Ruko dan rumah milik mereka banyak yang dirusak
karena dianggap merekalah (etnis Tionghoa) penyebab terjadinya krisis moneter.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian
dengan judul “Keberadaan Etnis Tionghoa Masa Orde Baru Di Desa Sunggal
Medan ”.
1.1. Identifikasi Masalah
Dalam setiap penelitian, permasalahan merupakan hal yang paling utama dan
diiringi bagaimana cara pemecahannya. Namun sebelum hal itu dilakukan kita harus
melakukan identifikasi masalah terlebih dahulu.
Agar penelitian ini menjadi terarah dan jelas maka perlu dirumuskan identifikasi
masalah yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah dapat
di identifikasikan sebagai berikut :
1. Keberadaan etnis Tionghoa di bidang pemukiman pada masa Orde Baru di
desa Sunggal
2. Kebijakan pemerintah Orde Baru tentang Kebijaksanaan Pokok Penyelesaian
Masalah Cina pada tahun 1967 pada etnis Tionghoa di desa Sunggal
3. Kebijakan Ekonomi dan pendidikan pemerintah Orde Baru pada tahun
4. Krisis Moneter 1997 pada etnis Tionghoa di desa Sunggal
5. Mata Pencaharian etnis Tionghoa pada masa Orde Baru di desa Sunggal
1.3. Pembatasan Masalah
Dalam hal ini penulis membatasi permasalahan karena mengingat luas dan
panjangnya kurun waktu masalah dalam penelitian ini. Analisis masalah juga
membatasi masalah ruang lingkup masalah. Disamping itu masih perlu dinyatakan
secara khusus batas-batas masalah agar peneliti lebih terarah, maka untuk
mempermudah penelitian ini penulis membatasi masalah hanya mengkaji dibidang
Pemukiman, Mata pencaharian dan Pendidikan etnis Tionghoa. Dan untuk membatasi
kurun waktu masalah peneliti membagi kurun waktu Orde Baru menjadi empat
bagian yaitu pada tahun 1960-an, 1970-an dan 1980-an dan 1990-an. Dari penjelasan
pembatasaan masalah maka peneliti menyimpulkan batasan masalah sebagai berikut
“Keberadaan Etnis Tionghoa Masa Orde Baru Di Desa Sunggal Medan”.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
2. Bagaimana interaksi sosial masyarakat pribumi dengan etnis Tionghoa masa
Orde Baru di Desa Sunggal?
3. Bagaimana keberadaan etnis Tionghoa dibidang pemukiman, mata
pencaharian dan pendidikan pada masa Orde Baru di Sunggal ?
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah kedatangan etnis Tionghoa ke desa Sunggal
Medan.
2. Untuk mengetahui interaksi sosial masyarakat Pribumi dengan etnis
Tionghoa pada masa Orde Baru
3. Untuk mengetahui gambaran pemukiman, pekerjaan dan pendidikan etnis
Tionghoa di Desa Sunggal pada masa Orde Baru
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian ini
1. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman penulis dalam
meningkatkan pemahaman tentang keberadaan etnis Tionghoa pada masa
Orde Baru
2. Sebagai perbandingan kepada peneliti lain yang ingin meneliti
masalah-masalah yang sama dengan tempat dan waktu yang berbeda.
3. Sebagai sarana informasi dan sumbangan yang bermanfaat bagi masyarakat di
desa Sunggal
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas maka kesimpulan yang diperleh adalah sebagai berikut
:
1. Etnis Tionghoa berimigrasi ke Indonesia secara bergelombang sejak
ribuan tahun yang lalu. Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa
kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan
dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina. Kedatangan etnis Tionghoa di
Medan dan di Sunggal disebabkan dibukanya perkebunan sepanjang
medan-labuhan Batu pada tahun 1870 yang membutuhkan tenaga kerja
lebih banyak sehingga didatangkanlah etnis Tionghoa dari Jawa maupun
dataran Cina.
2. Interaksi sosial etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi pada masa Orde Baru hingga saat ini pada dasarnya kurang harmonis, hal ini pada
umumnya disebabkan karena factor “sterotip” (prasangka) yang kurang
baik terhadap etnis Tionghoa dan sebaliknya prasangka etnis Tionghoa
terhadap masyarakat pribumi sendiri meski tak pernah dilontarkan secara
3. Keberadaan etnis Tionghoa pada masa Orde baru sangatlah
memprihatinkan dimana bila dilihat dari bidang mata pencaharian etnis
Tionghoa di Desa Sunggal pada masa Orde baru sangatlah beragam yakni
petani, ahli pertukangan, pedagang obat-obatan, dan berbisnis. Pada awal
kedatanggannya hingga Orde Baru etnis Tionghoa di desa Sunggal
mayoritas bermata pencaharian sebagai petani yang kemudian
dipertengahan tahun 1970-an hampir semua dari mereka beralih menjadi
pedaganga dan rata-rata mengalami kesuksesan yang pada masa Orde baru
keberadaan mereka sering menjadi korban pemerasan karena dianggap
kaya.
Pemukiman etnis Tionghoa di desa Sunggal memiliki pola berbeda etnis
Tionghoa yang bermata pencaharian sebagai petani polanya memencar
dan yang bermata pencaharian sebagai pedagang obat-obatan dan pebisnis
polanya mengelompok dan eksklusif sedangkan pedagang biasanya
polanya memanjang disepanjang jalan.
Pendidikan anak-anak etnis Tionghoa di desa Sunggal banyak yang
gantung bahkan putus sekolah , sebab pada masa Orde Baru
sekolah-sekolah yang berbau Cina ditutup dan diganti dengan sekolah-sekolah SNPC
(Sekolah Nasional Proyek Khusus), yang jumlah siswa asing tidak boleh
lebih dari 40 persen dan membayar uang sekolah lebih mahal dari
5.2SARAN
Berdasarkan pengalaman saat melakukan penelitian dan analisa terhadap hasil
penelitian, peneliti mencoba memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi Masyarakat Setempat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan sejarah
yang dapat menjadi pembelajaran kedepannya agar tidak terjadi disintegrasi antar
etnis terkhusus etnis Tionghoa agar terjalin interaksi sosial yang harmonis tanpa
seteoritip yang negative.
2. Bagi Etnis Tionghoa
Etnis Tionghoa selaku kelompok minoritas selayaknya dapat membuka diri
dengan masyarakat dimana mereka tinggal. Agar terwujud integritas yang harmonis
antar masyarakat sekitar.
3. Bagi Pemerintah Setempat
Diharapkan hasil penelitian ini menjadi masukan dan tambahan dalam
melayani masyarakat tanpa pandang buluh. Tidak membangun seteorotip terhadap
etnis minoritas, membangun Sunggal menjadi kelurahan poli etnis yang harmonis dan
kaya akan kebudayaan.
Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini menjadi tambahan
bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang lebih rinci terhadap Keberadaan
Etnis Tionghoa Di Desa Sunggal serta memberikan pandangan untuk pada
DAFTAR PUSTAKA
Agung S Leo,2012.Sejarah Asia Timur 1.Yogjakarta: Penerbit Ombak.
Anto, J,2009. Dokter Penakluk Badai. Medan: Penerbit Solidaritas Tionghoa
Center
Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan Medan Sunggal Dalam Angka 2012.
Badan Pusat Statistik Kecamatan Medan Sunggal.
Fakultas Ilmu Sosial. 2010. Pedoman Penulisan Skrips. Medan. FIS UNIMED
Hadiluwih Subandiyo, 1994. Studi Tentang Masalah Tionghoa Di Indonesia,
Medan : Dian Dodoh Press
Hamza Alfian. I998. Kapok jado Nonpri Warga Tionghoa Mencari
Keadilan.Bandung, Zaman wicana Mulia
Liem, Yusiu.2000. Prasangka Terhadap Etnis Tionghoa. Jakarta. Penerbit Djambatan
Liji, Liang,2012. Dari Relasi Upeti Ke Mitra Startegis: PT Kompas Media Nusantara
Ning, Hasyim, 1992. Masalah Rasialisme Yag Sebenarnya, Dalam Non Pri
Dimata Pribumi. Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa
Perret Daniel. 20I0. Kolonialisme dan Etnisitas. KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia)
Sjamsiddin Helius.20I2. Metodologi Sejarah. Penerbit Ombak
Suryadinata Leo. 1982. Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta. PT Grafiti Pers
. 1999. Etnis Tionghoa Dan Pembangunan Bangsa. Jakarta:
Taher, tarmizi. 1997. Masyarakat Cina : Ketahanan Nasional dan Integrasi Bangsa Di
Indonesia
Tan G Mely, 2008. Etnis Tionghoa Di Indinesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Wibowo,200I. Harga yang Harus Dibayar, Sketsa Pergulatan Etnis Cina di Indonesia.
PT. Gramedia Pustaka
Yau Hoon Chang,2012.Identitas Tionghoa Pasca Suharto- Budaya, Politik dan