• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun)"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

EKSISTENSI BISNIS ETNIS TIONGHOA

(Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual

Spare part

Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan

Maimun)

DIAJUKAN OLEH :

Vorta Rickho Maju Tambunan

030901046

Guna memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatra Utara

Medan

(2)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

DAFTAR ISI

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

1.3.1. Tujuan Penelitian... 7 2.5. Kepercayaan (Trust)... 21

3.7. Keterbatasan Peneliti ... 29

BAB IVDESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA... 30

(3)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

DAFTAR PUSTAKA

(4)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

Abstraksi

(5)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

BAB I

PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang Masalah

Skripsi yang penulis ajukan ini membahas tentang eksistensi bisnis etnis Tionghoa yang berada di kawasan Kampung Baru, Medan. Adapun alasan penulis mengkaji hal ini dikarenakan adanya pertanyaan yang essensial bagaimana orang Tionghoa atau yang biasa disebut orang China bisa begitu sukses dalam bidang perdagangan dan ekonomi.

Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa roda perekonomian khususnya dunia bisnis telah menjadi lahan yang tumbuh subur bagi etnis Tionghoa. Hampir setiap jenis-jenis bisnis tidak luput dari campur tangan etnis yang terkenal ulet dan gigih ini. Mulai dari bisnis properti, perhotelan, bank, ritel, hingga pada aktiffitas distribusi. Bahkan mendominasi, walau secara jumlah populasi terbilang minoritas di Indonesia.

(6)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

mencari makan, namun pada akhirnya mereka yang memberi makan dan membuka kesempatan kepada penduduk setempat (Wan Seng, 2007:69).

Berdasarkan sejarahnya orang-orang Tionghoa hidup jauh lebih menderita dari pada kita saat sekarang ini. Karena mereka harus menghadapi alam dengan teknologi yang terbatas. Khusus tentang etnis Tionghoa pada masa itu, hidup mereka juga tidak gampang. Di daratan China yang mengenal 4 musim, kehidupan serba berkekurangan terutama pada musim dingin. Selain daripada itu, sepanjang abad 19 sistem politik di daratan China tidak efektif, banyak bermunculan “raja-raja kecil“ (Wan Seng, 2007) yang bersifat bengis dan menindas daripada mensejahterakan rakyatnya sehingga lebih banyak rakyat miskin yang menderita. Hal ini diakibatkan karena ketidaksanggupan pemerintahan dalam menjangkau dan mengendalikan wilayah yang relatif sangat luas. Inilah faktor penyebab etnis Tionghoa di daratan China lebih memilih untuk meninggalkan negerinya daripada bertahan meskipun hanya bisa mengandalkan sepasang kaki atau sebuah perahu kecil untuk menyebar atau bermigrasi ke banyak wilayah yang khususnya ke bagian selatan negara China.

Ada beberapa faktor yang melatar belakangi etnis Tionghoa memilih untuk bermigrasi (Charlie, 2004 : 3) :

(7)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

2. Daratan China bagian utara lebih dingin daripada bagian selatan. Kenyataan ini mengajari mereka untuk hijrah menuju ke daerah yang lebih hangat yaitu ke arah selatan, baik melalui jalur darat maupun jalur laut. 3. Ajakan-ajakan dan kabar yang terdengar dari sesama etnis mereka yang

telah berhasil yang menemukan hidup baru di wilayah selatan menggugah mereka yang masih tinggal di daratan China untuk ikut merantau ke selatan sebagai arah tujuan.

Demikianlah alasan mengapa arus emigrasi etnis Tionghoa di daratan China lebih banyak mengalir ke arah selatan yakni ke wilayah tropis yang relatif beriklim lebih bersahabat dan kebetulan pada masa tersebut sedang membutuhkan banyak tenaga kerja serta tengah membuka diri (tidak menolak) terhadap arus kedatangan warga baru.

(8)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

masa lalu berada pada sebuah point of no return, sehingga terpaksa berjuang menghadapi kemungkinan terburuk atau gugur tetapi tidak bisa mundur. Jelas bagi imigran Tionghoa menjadi minoritas dan akhirnya hidup sebagai pedagang karena paksaan sejak awal. Bertepatan dengan pesatnya perkembangan perdagangan di nusantara pada abad-20, maka imigran Tionghoa yang memang menggeluti bidang perdagangan menemukan momentum maju. Semakin lama posisi mereka sebagai pedagang menjadi semakin kuat dan penting. Status dan peran sebagai pedagang yang menguntungkan, mendorong kaum imigran Tionghoa tumbuh menjadi pedagang kaya seperti efek bola salju yang bereskalasi dengan cepat dan pesat.

Memanfaatkan kekayaannya untuk memutar roda ekonomi rakyat (seperti mengoperasikan penggilangan padi, berjual hasil bumi di pasar, atau mendirikan pabrik kecap), lambat laun posisi imigran Tionghoa semakin diperhitungkan dalam tata kehidupan sosial masyarakat setempat. Walau demikian, secara kwantitas mereka tetap menjadi kaum minoritas.

(9)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

Bentuk unik yang menyertai dominasi etnis Tionghoa kota Medan dalam bidang ekonomi ini selanjutnya dapat dilihat pada pola-pola persebaran mereka yang terus bertahan hingga sekarang dalam hal penerapan kegiatan perdagangannya melalui bentuk-bentuk berupa ruko tersebut. Alhasil, sering ditemuka n kawasan-kawasan tertentu yang memiliki karakter tersendiri atas bahan-bahan atau barang-barang yang diperdagangkan. Sebagai contoh, kawasan di sekitar jalan Asia yang dipadati oleh sederetan ruko-ruko yang khusus menjual peralatan elektronik seperti televisi, radio, mesin cuci, sampai kepada komponen-komponen kecil peralatan elektronik tersebut. Untuk kawasan Jalan Thamrin dipadati oleh sederetan ruko-ruko yang khusus menjual ikan hias dan peralatan aquarium.

Keseragaman barang-barang dagangan di dalam suatu kawasan pada akhirnya menciptakan semacam karakter atau identitas untuk tempat-tempat tertentu di kota Medan. Sebagai contoh, ketika seorang warga kota Medan ingin membeli peralatan aksesoris mobil, maka dengan segera ia akan menuju jalan Guru Patimpus untuk mendapatkan barang yang sesuai dengan keinginannya tersebut. Hal ini juga berlaku untuk orang-orang di luar kota Medan yang berkunjung ke kota ini. Jika mereka menginginkan untuk membeli suatu produk tertentu, dengan segera warga setempat akan memberikan petunjuk berupa kawasan tertentu yang khusus menjual produk-produk yang diinginkan.

(10)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

pelaku-pelaku ekonomi lainnya, terutama dalam hal ikatan dan etika berbisnis dalam kelompok yang dibangun pada suatu kawasan tertentu.

Terlepas dari dimensi ekonomi yang mendasari hubungan yang terjalin diantara pelaku bisnis etnis Tionghoa, penelitian ini bermaksud untuk melihat bagaimana dimensi lain yaitu dimensi sosial yang memiliki pengaruh atau peran terhadap perputaran bisnis yang dijalankan oleh etnis Tionghoa. Dalam konteks ini peneliti ingin melihat permasalahan penelitian itu terhadap para pedagang spare part kendaraan bermotor beretnis Tionghoa di kawasan Kampung Baru,

Medan.

I.2. Rumusan Masalah

Perumusan masalah yang menjadi kajian utama pada penelitian ini sekaligus berfungsi sebagai pembatas ruang lingkup penelitian yang akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini antara lain adalah :

1. Bagaimana strategi bisnis yang digunakan oleh pedagang etnis Tionghoa penjual spare part sepeda motor di kawasan Kampung Baru untuk mendapatkan pembeli/pelangganan ?

(11)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

I.3.1 Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan diatas maka tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi bisnis yang digunakan oleh para pedagang spare part dalam mendapatkan konsumen di dalam satu kawasan yang sama dan membuat mereka bertahan dikawasan tersebut.

2. Untuk mengetahui seberapa dalam peranan jaringan sosial para pedagang dalam mempertahankan eksistensi bisnis pedagang spare part di Kampung Baru.

I.3.2 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, berikut ini peneliti akan menjabarkan kedua manfaatnya :

1.3.2.1 Manfaat praktis

Manfaat praktis adalah untuk memahami eksistensi bisnis pada etnis tionghoa yang kemudian dapat dijadikan dan mungkin dapat dikombinasikan dengan kebijakan pemerintah daerah dalam menata kawasan bisnis yang baik didalam kota, khususnya Medan. 1.3.2.2 Manfaat Teoritis

(12)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

1.4. Definisi Konsep

1. Eksistensi Bisnis adalah kebebasan dalam melakukan aktifitas ekonomi secara langsung ataupun tidak langsung, individu maupun kelompok yang memungkin mereka untuk tetap bertahan dalam menjalankan aktifitas ekonominya.

2. Bisnis adalah kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup.

3. Jaringan Sosial adalah suatu rangkaian hubungan antara satu individu dengan individu lainnya yang dalam hal ini mereka saling memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosialnya. Jaringan sosial yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah bagaimana rangkaian-rangkaian kerja sama yang saling terhubung antara satu pemilik toko dengan pemilik toko lainnya dan dari sini juga dapat menciptakan sebuah komunitas yang saling berhubungan dan bertukar informasi tanpa harus dibatasi oleh ruang dan waktu.

4. Spare part adalah berbagai jenis suku cadang atau onderdil mesin pada sepeda motor atau mesin-mesin lainnya.

5. Persaingan adalah suatu proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia berkompetisi mencari keuntungan melalui bidang ekonomi tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

6. Strategi adalah cara dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah kemenangan.

(13)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

Hal ini yang membedakan etnis Tionghoa dengan Etnis Nias yang dikenal juga memiliki ciri-ciri yang sama dengan etnis Tionghoa. Sebutan lain untuk etnis Tionghoa adalah Theng nang. Theng nang biasanya sebutan bagi sesama etnis nya.

8. Pedagang adalah orang yang sehari-harinya melakukan aktivitas berjualan barang-barang kebutuhan hidup, khususnya Kampung Baru, pedagang disini adalah pedagang yang menjual spare part sepeda motor.

(14)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Eksistensi Bisnis

Eksistensi bisnis merupakan kebebasan dalam melakukan aktifitas ekonomi baik secara individu maupun kelompok, seperti yang akan saya bahas di dalam penelitian ini yang mengkhususkan pada etnis tionghoa. Etnis Tionghoa merupakan etnis yang dikenal dengan sistem perekonomian yang sangat baik karena hampir sebagian besar mereka berprofesi sebagai pedagang atau pengusaha.

Dewasa ini peranan etnis Tionghoa sangat signifikan terutama pada bidang ritel dan distribusi. Begitu etnis Tionghoa diganggu, segera terasa guncangan di bidang perekonomian. Persediaan dan distribusi barang terutama sembako terganggu. Harga barang-barang pun termasuk sembako, naik berlipat-lipat (http : //indo983.tripod.com )

(15)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

Tionghoa yang mampu berasimilasi dalam kehidupan mereka di masyarakat, hidup menyatu dengan masyarakat Indonesia dan mengakui kedaulatan negara Indonesia dengan bersedia menjadi warga negara Indonesia melalui prasyarat yang telah dibuat pemerintah. Loyalitas mereka tersebut juga dapat dilihat pada kesediaan mereka menggunakan bahasa Indonesia dan segala atribut nasional Indonesia, menjalani proses pendidikan yang berbaur dengan pribumi. Namun, terdapat juga diantara mereka yang lebih memilih jalur pendidikan di sekolah swasta dibanding sekolah negeri dengan pertimbangan kwalitas dan mutu pendidikan.

Dengan demikian etnis Tionghoa sudah terbukti mahir dalam berdagang dan merupakan salah satu etnis yang sangat diakui kemampuannya dalam kegiatan ekonomi. Hal ini dapat dilihat pada tahun 1978, dimana negara China baru membuka diri terhadap dunia luar, terutama negara-negara Barat. Sejak itu, perekonomian etnis tionghoa tumbuh secara signifikan, dimana kini mereka tampil sebagai raksasa ekonomi baru dalam tataran global, hal ini juga dapat dilihat di kota-kota besar di Indonesia. Maju pesatnya perekonomian etnis Tionghoa ini dimungkinkan di antaranya karena kemampuan mereka mempraktikkan prinsip-prinsip bisnis yang khusus, yang telah dikenal sejak 2.500 tahun lalu dan terus dikembangkan oleh para pelakunya hingga dewasa ini, sesuai dengan perkembangan zaman dan lingkungan budaya ekonomi dan bisnis yang terus berubah-ubah. (http : //wap.fajar.co.id/news )

(16)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

berkenaan dengan apa yang harus dan seharusnya dilakukan. Tidak ada seorang pun yang dapat mengatakan “berhenti” pada mereka. Pedagang yang memiliki orientasi dagang yang jelas akan berusaha untuk memantapkan perdagangannya. Mereka tidak peduli jika terpaksa harus bekerja lebih keras dan lebih lama dibandingkan orang lain. Mereka tidak memperdulikan kata-kata orang. Mereka hanya manusia biasa yang melakukan hal-hal yang dianggap luar biasa oleh orang lain. Kemiskinan, kesusahan, dan ketiadaan modal, tidak sedikit pun mengganggu usahanya.

Dunia etnis Tionghoa adalah di bidang perdagangan. Mereka suka dan tertarik untuk berdagang. Etnis Tionghoa percaya bahwa dengan berdagang, mereka dapat menjadi kaya dan meningkatkan taraf hidupnya. Berdagang memungkinkan mereka berubah dan menjadi golongan yang dinamis. Dunia perdagangan tidak ada batasnya. Setiap orang bebas bergerak di dalamnya selagi memiliki keinginan dan takdir menentukan kita untuk berbuat demikian. Berdagang dapat membangun keyakinan dan kepercayaan. Perdagangan juga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, interaksi, dan hubungan interpersonal. Orang yang berdagang tidak akan dipandang rendah. Mereka juga tidak perlu takut kehilangan pekerjaan. Tidak ada hal yang perlu kita khawatirkan, kecuali menjaga hati pelanggan dan memahami kehendak pasar.

(17)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

berdagang dianggap sebagai golongan yang matang dan sering dijadikan tempat rujukan.

Pedagang adalah golongan istimewa dan berada dalam kelas tersendiri. Mereka membentuk komunitas yang penting dalam masyarakat Tionghoa, bahkan menjadi identitas, simbol, dan image bagi orang Tionghoa. Dibalik fenomena kegiatan berbisnis etnis tionghoa yang biasanya menghadirkan atau menciptakan kawasan-kawasan yang terspesialisasi ini, tentunya tersirat beragam makna, tujuan, ataupun strategi-strategi yang melandasinya. Hal ini juga dapat ditelaah melalui berbagai pandangan dan pendekatan keilmuan seperti logika pasar, hukum bisnis, studi ekonomi, pola persebaran pemukiman, hingga pandangan-pandangan seperti karakter feng shui yang dapat dipergunakan untuk menjelaskannya. Tak lupa juga adanya pemanfaatan lahan atau tanah yang dulunya dimiliki oleh masyarakat setempat dan akhirnya diambil alih oleh etnis Tionghoa yang memanfaatkan lahan tersebut untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Dilema yang dialami masyarakat Tionghoa kini tidak lagi seperti pada zaman dahulu.

(18)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

lebih mendalam mengenai golongan minoritas ini yang merupakan bagian dari kebhinekaan masyarakat Indonesia.

Perdagangan tidak menjadikan seseorang itu licik, tetapi membolehkan segalanya berjalan dengan licin terutama untuk mendapatkan uang. Persepsi orang Tionghoa pada perdagangan adalah positif. Dunia dagang adalah dunia yang menjanjikan kesenangan, kemewahan, dan kebahagiaan. Perdagangan memperkuat ikatan keluarga dan membentuk ikatan sosial yang kuat. Perdagangan juga menjadi dasar dari kekuatan dan kelangsungan hidup masyarakat Tionghoa ataupun masyarakat lainnya. Etnis Tionghoa tidak suka pada batasan-batasan dan hanya perdaganganlah yang dapat memberikan dunia tanpa batasan kepada mereka. Dalam dunia perdagangan, etnis Tionghoa dapat bergerak dengan bebas, mudah dan cepat. Kebebasan jiwa raga dan juga kebebasan keuangan. Itulah yang disediakan oleh dunia perdagangan yang dianggap sebagai surga oleh etnis Tionghoa yang hidup di dunia nyata.

2.2. Jaringan Sosial

Menurut Ibrahim, jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk formal maupun informal. Hubungan sosial adalah cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang disadari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (dalam Putra, 2007:20)

(19)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

dalam mempertahankan eksistensinya, Banyak pihak menganggap bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi etnis tionghoa saat ini dimungkinkan oleh beberapa faktor utama yaitu : faktor SDM yang melimpah dan murah, dan faktor trust. Dalam kaitan itu, oleh karenanya dipraktikkan sistem bisnis networking.

Pedagang atau pengusaha dari etnis Tionghoa berhasil menembus pasar karena memanfaatkan jejaring ini baik di dalam negeri maupun luar negeri. Kekuatan ekonomi pedagang Tionghoa sebenarnya terletak pada jaringan yang tercipta dikalangan pedagang itu sendiri. Mereka bukan saja menguasai urusan jual beli, melainkan juga pengeluaran, pemasaran, distribusi, promosi sampai menentukan laku atau tidaknya produk itu. Pedagang Tionghoa mempunyai hubungan bisnis yang cukup kuat diantara mereka. Mereka yang berada dalam jaringan akan saling membantu dan mendukung. Keadaan ini selain dapat menguatkan hubungan ikatan kerja sama dengan mereka, juga dapat dengan sengaja menghalangi masuknya pedagang lain—misalnya bukan Tionghoa—ke dalam jaringan perdagangan yang mereka kuasai.

Bangsa-bangsa lain harus belajar dari orang Tionghoa, yang mempratikkan konsep perdagangan secara kecil-kecilan sebelum memulai kepada hal yang besar. Tetapi yang penting bagi mereka adalah bukan masalah kecil atau besarnya suatu perdagangan. Namun, sejauh mana mereka memiliki jaringan dan mendapat dukungan dari pedagang yang lain.

(20)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

1. Jaringan dalam bentuk formal adalah jaringan yang dibentuk melalui pembentukan organisasi kelompok dan asosiasi perdagangan Tionghoa itu sendiri.

2. Bentuk nonformal adalah suatu jaringan yang sudah ada sejak turun-temurun karena lamanya waktu atas berkuasanya suatu kelompok bangsa dalam bidang perdagangan tersebut. Dalam perkembangannya, fenomena tersebut diistilahkan sebagai guanxi (hubungan), di mana dalam praktiknya tidak terbatas pada hubungan kekeluargaan saja, tetapi juga kesamaan asal daerah, kesamaan sekolah dan persahabatan.

Hal-hal yang disebutkan di atas sangat jarang sekali dalam jiwa bangsa atau etnis lain. Mereka tidak hanya sekedar bersaing di antara mereka sendiri, tetapi mereka juga berusaha menjatuhkan lawan atau saingan dagang mereka. Dikalangan pedagang Tionghoa tidak ada perasaan iri hati atau dengki, mereka hanya mencoba persaingan secara sehat dan mereka juga akan selalu membantu pedagang yang berada dalam kelompok dan jaringan dagang mereka.

2.3. Etika Dalam Dunia Bisnis

Etika timbul dari kebiasaan. Etika merupakan menjadi standar dan penilaian konsep seperti tidak tertulis di dalam suatu kelompok bisnis (http://www.wikipedia.id/etika.org).

(21)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.

Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu (sign) yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi.

(22)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah:

• Pengendalian diri

• Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility)

• Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh

pesatnya perkembangan informasi dan teknologi • Menciptakan persaingan yang sehat

• Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan"

• Menghindari sifat 5K (Katabele, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi) • Mampu menyatakan yang benar itu benar

• Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan

golongan pengusaha kebawah

• Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama • Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah

disepakati

• Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif

yang berupa peraturan perundang-undangan

(23)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

2.4. Teori Pertukaran Sosial George Homans

Inti dari teori pertukaran sosial yang di kemukakan oleh George Homans adalah terletak pada sekumpulan proposisi fundamental. Menurutnya proposisi itu bersifat psikologis karena dua alasan, yaitu : pertama, “Proposisi itu biasanya dinyatakan dan di uji secara empiris oleh orang yang menyebut dirinya sendiri psikolog”. Kedua, “proposisi itu lebih mengenai perilaku manusia individual daripada kelompok atau masyarakat; dan perilaku manusia sebagai manusia, umumnya dianggap menjadi bidang kajian psikologi” ( Homans, dalam Ritzer 2004:359). Berikut ini beberapa proposisi yang di kemukan oleh George Homans berdasarkan pemikiran pada temuan Skinner (Ritzer 2004) :

• Proposisi Sukses

Untuk semua tindakan yang dilakukan seseorang, semakin sering tindakan khusus seseorang diberi hadiah, semakin besar kemungkinan orang melakukan tindakan itu.

• Proposisi Pendorong

Bila dalam kejadian masa lalu dorongan tertentu atau sekumpulan dorongan telah menyebabkan tindakan orang diberi hadiah, maka makin serupa dorongan kini dengan dorongan di masa lalu, makin besar kemungkinan orang melakukan tindakan serupa.

• Proposisi Nilai

(24)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

• Proposisi Deprivasi-Kejemuan

Makin sering seseorang menerima hadiah khusus di masa lalu yang dekat, makin kurang bernilai baginya setiap unit hadiah berikutnya. • Proposisi Persetujuan-Agresi

Proposisi A : bila tindakan orang tak mendapatkan hadiah yang ia harapkan atau menerima hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan marah ; besar kemungkinan ia akan melakukan tindakan agresif dan akibatnya tindakan demikian makin bernilai baginya.

Proposisi A hanya mengacu pada emosi negatif sedangkan proposisi B menerangkan emosi yang lebih positif.

Proposisi B : bila tindakan seseorang menerima hadiah yang ia harapkan, terutama hadiah yang lebih besar daripada yang ia harapkan, atau tidak menerima hukuman yang ia bayangkan, maka ia akan puas, semakin besar kemungkinannya melaksanakan tindakan yang disetujui dan akibat tindakan itu akan makin bernilai baginya.

• Proposisi Rasionalitas

(25)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

2.5. Kepercayaan (Trust)

Kepercayaan memiliki dampak positif terhadap efesiensi biaya-biaya transaksi. Artinya, antara pedagang dengan pelanggan telah memiliki kepercayaan (saling mempercayai) satu sama lainnya. Adanya rasa kepercayaan akan membuat transaksi jual-beli terus berjalan, sekalipun telah terjadi perjanjian hutang-piutang dalam transaksi ekonomi tersebut.

Qianhong Fu, dalam (Hasbullah, 2006: 12) membagi tiga tingkatan trust yaitu pada tingkatan individual, relasi sosial dan pada tingkatan sistem sosial. Pada tingkatan individual, trust merupakan kekayaan individu, merupakan variabel personal dan sekaligus sebagai karakteristik individu. Pada tingkatan hubungan sosial, trust merupakan atribut kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Sedangkan pada tingkatan sistem sosial trust merupakan nilai berkembang menurut sistem sosial yang ada.

Banyak peneliti merujuk bahwa trust bersumber dari jaringan itu sendiri.

Jaringan merupakan sumber penting tumbuh dan hilangnya trust dimaksud (Hasbullah, 2006:12). Seperti hubungan yang terjalin antara seorang pedagang di

Tanah Abang, Jakarta Pusat yang memberi cicilan jual-beli barang kepada pedagang lain yang merupakan pelanggannya yang berasal dari Ujung Pandang (Damsar, 2002:33). Cicilan di bayar setiap kali pedagang yang berutang tersebut

(26)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

moralitas umum dalam perilaku ekonomi. Sedangkan pendekatan keterlekatan mengajukan pandangan yang lebih dinamis, yaitu bahwa kepercayaan tidak muncul dengan seketika tetapi terbit dari proses hubungan antar pribadi dari aktor-aktor yang sudah lama terlibat dalam perilaku ekonomi secara bersama. Kepercayaan bukanlah merupakan barang baku (tidak berubah), tetapi sebaliknya, kepercayaan terus menerus ditafsirkan dan dinilai oleh para aktor yang terlibat dalam hubungan perilaku ekonomi.

Kepercayaan sosial hanya efektif dikembangkan melalui jalinan pola hubungan sosial resiprosikal atau timbal balik antar pihak yang terlibat dan berkelanjutan (Ibrahim, 2006:111). Adanya trust menyebabkan mudah dibinanya kerjasama yang saling menguntungkan (mutual benefit), sehingga mendorong timbulnya hubungan resiprosikal. Hubungan resiproskal menyebabkan social capital dapat tertambat kuat dan bertahan lama. Karena diantara orang-orang yang

(27)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati (Nawawi, 1994:204).

(28)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di jalan Brigjend Katamso dimana daerah ini yang biasa juga disebut dengan nama Kampung Baru. Pemilihan lokasi penelitian ini dikarenakan daerah ini termasuk kawasan kota Medan yang terkenal sebagai tempat atau pusat penjualan spare part sepeda motor yang seluruh pedagang atau pengusahanya adalah Orang Cina atau etnis Tionghoa. Pada observasi pra penelitian, peneliti menemukan jumlah toko yang khusus menjual spare part yang ada di sepanjang jalan Brigjen Katamso yaitu berjumlah 39 buah yang semuanya dimiliki oleh etnis Tionghoa.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Dalam penelitian ini objek yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah para pengusaha atau pemilik toko yang menjual alat-alat sepeda motor atau yang lazim disebut sebagai spare part di sepanjang jalan Brigjen Katamso. Selanjutnya disebut sebagai informan kunci. Karakteristik informan disini adalah pengusaha atau pemilik toko penjual spare part yang sudah berjualan di kawasan tersebut lebih dari 5 tahun. Informan kunci dalam penelitian ini akan berjumlah 7 orang.

table 1

Daftar nama-nama informan kunci :

No Nama Nama Toko

1 Lim hau Meng Sumber Rezeki 2 Ationg (budiman) Bintang Motor

(29)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

4 Apin Tetap Jaya Oil

5 Ayang (Bakhiem) Maju Jaya Oil 6 Andi Wibowo Laris Jaya Oil

7 Kacuk Irian Motor

Selain dari pada itu peneliti juga akan mengumpulkan data dari informan biasa yang merupakan orang-orang yang sudah biasa berbelanja atau orang yang menjadi langganan tetap di toko penjual spare part dan orang-orang yang sering menunjukkan atau menginformasikan kawasan tersebut yang pada umumnya adalah orang-orang yang berprofesi sebagai mekanik sepeda motor yang membuka usaha perbengkelan disekitar kawasan tersebut. Informan biasa ini disebut sebagai pelanggan karena hampir setiap saatnya berada di kawasan tersebut. Pelanggan adalah pembeli yang selalu memakai barang dan jasa yang ada di kawasan kampung baru. Rutinitas harus dilakukan oleh informan ini seminggu sekali dan juga beliau sering menginformasikan kawasan kampung baru kepada calon-calon pembeli. Informan biasa pada pelanggan disini akan berjumlah 3 orang. Ini untuk menjelaskan identitas kawasan dan hal-hal apa yang membuat mereka tertarik terus berbelanja di kawasan ini.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

(30)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

3.4.1 Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu:

• Observasi non-partisipasi yaitu pengamatan terhadap berbagai gejala yang

tampak pada saat penelitian Metode observasi dilakukan guna mengetahui situasi dalam konteks ruang dan waktu pada daerah penelitian. Menurut penulis, data yang diperoleh dari hasil wawancara saja tidaklah cukup untuk menjelaskan fenomena yang terjadi, oleh karena itu diperlukan suatu aktivitas dengan langsung mendatangi tempat penelitian dan melakukan pengamatan. Peneliti melakukan observasi pertama (pra penelitian) pada tanggal 4 sampai 7 mei 2009. Observasi kedua akan peneliti lakukan pada tanggal 29 juli 2009 sampai sedang selesai.

• Wawancara mendalam, yang merupakan proses tanya jawab secara

(31)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

bisa sedekat mungkin dengan informan. Hal ini dilakukan demikian karena stereotipe etnis Tionghoa yang sudah dikenal sebagai etnis yang kurang kooperatif di bidang –bidang akademis seperti ini.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang bersifat tidak langsung, tetapi memiliki fungsi sebagai salah satu aspek pendukung bagi keabsahan penelitian. Data ini berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Penelitian kepustakaan dan Pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal

2. Penelusuran Data Online merupakan tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan penelitian dapat memanfaatkan data. Informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis (Bungin, 2005 : 148 ).

3.5. Interpretasi Data

(32)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

pengamatan dan wawancara mendalam, yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan. Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada di dalam fokus penelitian.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan yang lain dan diinterpretasikan secara kualitatif. Tahap ini adalah tahap yang penting dan menentukan. Pada tahap inilah data akan dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sampai berhasil menhumpulkan kebenaran yang berguna untuk menjawab persoalan yang diajukan oleh peneliti.

(33)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kampung baru merupakan kelurahan terluas di kota Medan. Hal ini terlihat dari jumlah lingkungan yang ada yaitu 21 lingkugan. Pada saat ini, kelurahan Kampung Baru dipimpin oleh seorang lurah yang berpendidikan dengan gelar master, hal ini merupakan satu-satunya yang ada dikota Medan. Lurah tersebut bernama Drs.Zainul Achmaddin Y. MAP. Demikian menurut penuturan H. Imam Royani yang merupakan salah seorang pengurus P2KP kelurahan Kampung Baru yang penulis temui di kantor kelurahan.

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Medan, luas wilayah Kelurahan Kampung Baru yang berada pada ketinggian 27 m di atas permukaan laut adalah 1,27 km2 yang terdiri dari 21 Lingkungan, 24 RW (Rukun Warga), 52 RT (Rukun Tetangga) dan blok sensus sebanyak 48 buah. Kelurahan Kampung Baru memiliki batas-batas wilayah yang terdiri dari :

• Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Sei Mati • Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Titi Kuning • Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Suka Maju

• Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Siti Rejo 1 dan Siti Rejo 2

Kelurahan Kampung baru merupakan salah satu kelurahan yang memiliki penduduk yang sangat banyak yaitu sekitar 24.381 jiwa dan kepadatan penduduk per 2

(34)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

Tabel 2

Komposisi penduduk berdasarkan etnis/suku

ETNIS JUMLAH (jiwa)

Cina (Tionghoa) 4152

Minang 4120

Jawa 3878

Mandailing 3874

Batak Toba 3780

Melayu 2795

Batak Karo 1776

Aceh 206

Sumber : Profil Kelurahan Kampung Baru 2008

(35)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

Tabel 3

Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan

No pekerjaan Jumlah

1 Pedagang 1250

2 Pegawai swasta 963

3 Tukang Becak 356

4 PNS 256

5 Tukang Batu 190

6 Penjahit 162

7 Supir 132

8 Pengusaha 48

9 Tukang Kayu 42

10 Dokter 36

11 TNI/POLRI 28

12 Montir 20

13 Pengrajin 12

14 Pengemudi bajay 3

15 Peternak 0

Sumber : Profil Kelurahan Kampung Baru 2008

(36)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

becak yang berjumlah 356 orang, anggota masyarakat yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil yang berjumlah 256 orang, anggota masyarakat yang bekerja sebagai tukang batu yang berjumlah 190 orang, anggota masyarakat yang bekerja sebagai penjahit yang berjumlah 162 orang, anggota masyarakat yang bekerja sebagai supir yang berjumlah 132 orang, anggota masyarakat yang bekerja sebagai pengusaha yang berjumlah 48 orang, anggota masyarakat yang bekerja sebagai tukang kayu yang berjumlah 42 orang, anggota masyarakat yang bekerja sebagai dokter yang berjumlah 36 orang, anggota masyarakat yang bekerja sebagai TNI/POLRI yang berjumlah 28 orang, anggota masyarakat yang bekerja sebagai montir yang berjumlah 20 orang, dan yang terakhir adalah anggota masyarakat yang bekerja sebagai pengemudi bajay yang merupakan minoritas dengan jumlah 3 orang. Data mengenai komposisi penduduk kelurahan Kampung Baru berdasarkan pekerjaan ini bersumber dari profil mengenai kelurahan Kampung baru yang diperoleh penulis dari kantor kelurahan setempat di Kampung Baru.

(37)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

ini sangat aman dan memiliki jalan yang luas sebagaimana pendapat IM (Lk, 73 thn) :

“kampong baru ini tempat yang aman dan ramai, dan orang china juga banyak yang tinggal disini”

4.2. Gambaran Umum Etnis Tionghoa di Kota Medan

(38)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

saja. Sebaliknya, kalangan masyarakat selain etnis Tionghoa mempunyai pandangan tertentu, yaitu : yang pertama adanya ajaran agama yang sangat berbeda dengan masyarakat setempat dan mereka juga melihat etnis Tionghoa itu suka merasa hebat dan menilai orang selain tionghoa itu rendah, malas dan tidak bisa di percaya. Mereka juga beranggapan bahwa etnis Tionghoa menguasai sektor perekonomian. Selain itu mereka juga dianggap sebagai antek-antek penjajah untuk mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia. Hal ini semakin terbukti pada saat demontrasi besar-besaran pada awal Mei 1998 dimana hampir semua etnis Tionghoa hijrah ke negeri tetangga untuk menyelamatkan diri dengan membawa seluruh kekayaannya yang diperoleh dari Indonesia. Setelah berangsur-angsur pulih etnis Tionghoa sudah mau kembali dan membuka usaha mereka dengan modal mereka yang tersisa. Uniknya, sangat sulit sekali untuk mencari etnis tionghoa yang bekerja di bidang pemerintahan hingga saat ini. Tapi akhir ini sudah mulai ada orang etnis tionghoa yang mau berkecimpung kedalam perpolitikan seperti pada PEMILU Legislatif beberapa waktu yang lalu. Pada saat itu sudah banyak pemuda-pemuda etnis tionghoa yang berani ambil bagian dalam pemilihan legislatif tersebut dan banyak calon-calon legislatif yang beretnis tionghoa berasal dari kota Medan. Cerita di atas merupakan sedikit tentang perubahan sikap dari etnis tionghoa yang banyak berubah sejak era reformasi 1998.

4.3. Perkampungan dan Rumah Tionghoa

(39)

rumah-Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

rumah yang berhadap-hadapan disepanjang jalan pusat pertokoan hal ini bisa dilihat di kawasan Kampung Baru dan beberapa kawasan bisnis di kota Medan. Deretan rumah-rumah itu, merupakan rumah-rumah petak di bawah satu atap, yang pada umumnya tidak mempunyai pekarangan. Sebagai ganti pekarangan, di atas rumah biasanya ada bagian tanpa atap, untuk menanam tanaman, untuk tempat mencuci piring dan menjemur pakaian. Ruangan paling depan dari rumah selalu merupakan ruangan tamu dan tempat meja abu. Biasanya ruang ini dipakai sebagai toko, sehingga meja abu harus ditempatkan di ruangan di belakangnya. Sesudah itu ada lorong yang disebelah kanan-kirinya ada kamar-kamar tidur. Dibagian belakang ada dapur dan kamar mandi.

Ciri khas rumah-rumah orang Tionghoa dengan tipe kuno adalah bentuk atapnya yang selalu melancip pada ujung-ujungnya, dan dengan ukir-ukiran yang berbentuk naga. Pada rumah orang-orang yang kaya atau memiliki status lebih tinggi, terdapat banyak ukir-ukiran pada tiang-tiang dari balok dan sebagainya, hal ini bisa dilihat pada rumah Po Jung fie yang terletak di pusat kota atau yang biasa disebut dengan nama Kesawan Squere.

(40)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

untuk menghormati dan memperingati orang-orang yang pada masa hidupnya telah berbuat banyak jasa bagi masyarakat (Koentjaraningrat,1999 : 363-364).

4.4. Profil Informan

4.4.1 Profil Informan Kunci

1. Nama : Lim Hau Meng Nama Toko : Sumber Rezeki

Alamat : Jalan Brigjen Katamso No. 29 Umur : 52 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Status : Kawin

Lim Hau Meng adalah seorang pria perantauan yang berasal dari Kampung Pon, Serdang Bedagai. Beliau datang ke Medan tahun 1980-an dan mengawali karirnya sebagai penjual air tebu di Kampung Baru, kemudian beliau beralih profesi menjadi penjual mie goreng di Kampung Baru juga. Setelah menikah beliau tidak menjual mie goreng lagi karena kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat. Dengan perlahan-lahan beliau mulai merintis usaha perdagangan sparepart sepeda motor yang modal awalnya di dapat dari kelurga istri nya yang juga menjual sparepart sepeda motor. Beliau mulai membuka usahanya sekitar tahun 2000 ditempat tersebut.

(41)

barang-Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

barang sendiri dan meraup keuntungan dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak kelurga istri hingga sekarang.

2. Nama : Ationg (budiman) Nama Toko : Bintang Motor

Alamat : Jalan Brigjen Katamso No. 27B Umur : 42 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Status : Kawin

(42)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

3. Nama : Han Tjuan Nama Toko : Honda Jaya

Alamat : Jalan Brigjen Katamso No. 32E Umur : 39 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Status : Kawin

Han Tjuan merupakan seorang pedagang yang khusus hanya menjual helm (alat pelindung kepala) dan aksesoris tambahan untuk sepeda motor. Lokasi usaha/toko beliau tepat bersebelahan dengan toko Ationg yang berada di sebelah kiri. Han Tjuan memulai usaha penjualan helm dan aksesoris tambahan untuk sepeda motor ini sejak tahun 2007. Beliau masih tergolong ke dalam pedagang yang baru merintis usahanya tersebut karena ia baru 2 tahun ini menjalankannya. Beliau telah menyewa tempat usahanya tersebut selama 5 tahun terhitung sejak 2007 hingga tahun 2012. Han Tjuan merupakan penduduk yang memang lahir dan tumbuh di kawasan Kampung Baru tersebut. Sebelumnya ia adalah seorang karyawan yang bekerja di tempat penjualan mesin dongfeng (generator) sebagai seorang salesman.

(43)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

4. Nama : Apin

Nama Toko : Tetap Jaya Oil

Alamat : Jalan Brigjen Katamso no.78 Umur : 38 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Status : Kawin

Apin merupakan pemilik toko tetap jaya oil yang memulai usahanya pada tahun 2000 hingga sekarang. Beliau memiliki 2 orang anak. Usahanya didirikan dengan modal sendiri melalui pengalaman yang sudah ia dapat sejak masih duduk di bangku SMA. Awal karirnya di bidang penjualan sparepart sepeda motor di mulainya di kota Tebing Tinggi sebagai seorang karyawan toko penjual spare part, kemudian setelah ia menamatkan SMA, beliau mencoba peruntungan di kota

Medan juga sebagai karyawan di toko yang juga menjual sparepart sepeda motor di Kampung Baru. Beliau bekerja sebagai karyawan selama 3 tahun. Dengan bekal yang ia dapatkan selama 6 tahun bekerja sebagai karayawan tersebut, ia kemudian mencoba memulai usahanya sendiri dengan modal yang kecil dan kepercayaan dari grosir-grosir dan sales-sales spare part sepeda motor.

(44)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

yaitu ayahnya dan 2 orang adiknya serta 3 orang pegawai upahan yang juga merupakan orang etnis Tionghoa.

5. Nama : Ayang/Bakhiem Nama Toko : Maju Jaya Oil

Alamat : Jalan Brigjen. Katamso No. 25 Umur : 49 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Kawin

Ayang adalah seorang bapak yang berumur 49 tahun yang telah berdagang di jalan Brigjen Katamso Kampung Baru selama 7 tahun. Pria tamatan SMA ini, tertarik membuka usaha dagang spare part di wilayah tersebut karena lingkungan tempat ia dibesarkan ini ramai dan aman serta mayoritas pemilik usaha dagang spare part di daerah tersebut adalah etnis Tionghoa sehingga ia tetap bertahan

(45)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

6. Nama : Andi Wibowo Nama Toko : Laris Jaya Oil

Alamat : Jalan Brigjen Katamso No. 135 Umur : 53 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki Status : Kawin

Pemilik toko sparepart Laris Jaya Oil yang berumur 53 tahun ini sudah berdagang selama 24 tahun sejak tahun 1985 dan mulai berdagang di kawasan Kampung Baru pada tahun 1999. Beliau mengawali usaha dagangnya di jalan Mesjid sebelum membuka toko atau cabang di kawasan ini. Andi Wibowo awalnya mendapatkan informasi tentang kawasan Kampung Baru melalui pemberitahuan yang diperoleh dari temannya. Menurut penilaiannya, situasi yang aman dan ramai di kawasan ini merupakan salah satu hal penting dalam memajukan usahanya sebelum membuka toko di kawasan tersebut. Hal ini dipelajarinya dari pengalamannya dalam membuka usaha perdagangan retail spare part sepeda motor miliknya yang sudah sangat berkembang di beberapa

(46)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

7. Nama : Kacuk Nama Toko : Irian Motor

Alamat : Jln. Brigjen Katamso gang Sado No. 15D Umur : 33 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Kawin

(47)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

4.4.2. Profil Informan Biasa

1. Nama : H. Imam Royani

Alamat : Jalan Brigjen Katamso Gang Perbatasan No. 5 Umur : 73 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki Status : Kawin

Imam royani adalah seorang pensiunan pegawai dari fakultas teknik USU yang pada tahun 2000 ditugaskan untuk menjabat sebagai sekretaris lurah Kampung Baru dan beliau menjabat tugas itu selama 2 tahun, beliau saat ini bekerja sebagai pengurus P2KP di kelurahan kampung baru dan berkantor di kantor kelurahan tersebut. Pak Imam adalah seorang pegawai yang sangat banyak membantu peneliti selama menjalani penelitian di kampung baru dari mulai profil kelurahan.

2. Nama : Ezra Barus

Alamat : Jalan bunga kantil XVII No. 06 P. Bulan Umur : 25 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Belum kawin

(48)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

beliau sudah cukup lama berlangganan di sebuah bengkel sepeda motor di kawasan Kampung Baru.

3. Nama : M. Fahri

Alamat : Jalan Ngumban Surbakti no. 21 P. Bulan Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Status : Kawin

Fahri yang sering disapa akrab sebagai Pak Ri oleh para pelanggannya merupakan seorang mekanik yang memiliki sebuah bengkel di daerah Padang Bulan. Ia mengelola bengkel kecilnya tersebut seorang diri. Barang-barang sepeda sepeda motor yang ia jual di bengkelnya ia peroleh dengan membelinya di toko spare part yang berada di daerah Kampung Baru dengan harga yang miring atau

(49)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

4.5. Interpretasi Data

4.5.1. Konsep Bisnis Pedagang Spare part Sepeda motor di Kampung Baru

Bisnis merupakan kegiatan ekonomi yang di lakukan oleh individu atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencari keuntungan yang sesuai dengan keinginannya.

Ketekunan merupakan salah satu faktor keberhasilan etnis Tionghoa dalam kegiatan perdagangan, etnis ini rela menempuh segala tantangan, rintangan dan kesulitan untuk menyukseskan kegiatan perdagangan mereka. Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak sukses berdagang jika mereka tekun dan rajin, karena itu tidak ada alasan bagi siapapun untuk iri hati dan merasa kesal bagi mereka dalam berbisnis.Tapi mereka itu harus menjadi contoh dalam berbisnis dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis. Sekilas terlihat bahwa etnis Tionghoa seperti dilahirkan untuk berdagang, mereka bukan saja berbakat tetapi juga terampil mengendalikan setiap urusan dagang mulai dari tahap perundingan sampai tahap proses penjualan serta mengurus keuangan, bakat ini sebenarnya tidak di anugrahkan pada mereka begitu saja tapi mereka memperolehnya dalam waktu yang lama dan harus menghadapi segala kesulitan dalam perdagangan sebelumnya. Penuturan dari At ( Lk,42 thn) yang mengharus seorang pedagang itu harus memiliki keseriusan dalam melakukan aktiftas perdagangan.

“…qui shenglie itu harus chin-chin, be sai che thij tho.” (red:..buka usaha itu harus betul-betul, gak bleh banyak maen-maen…)

(50)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

melengkapi. Kegiatan ini sering dirasakan oleh pembeli seperti yang peneliti rasa kan pada saat ingin membeli barang dan kebetulan barang yang dicari tidak ada di toko Honda Jaya, dengan cepat pedagang meminjam nya ke toko sebelah. Hal ini serupa dengan yang di tuturkan oleh HT (Lk,39 thn) pada saat peneliti berada di tokonya :

“…kalo unang lai be bo mig kia, wanang coe kau than lo. Nang kan e ciok kaq ket piat chu pi…”

(red : …kalau ada orang datang tidak menemukan barang yang di cari, kami cari sampai dapat. Kita kan bias pinjam dulu ke toko sebelah…)

Perilaku seperti ini akan sangat sering kita lihat di kawasan-kawasan perdagangan yang bukan hanya di kawasan Kampung Baru. Seperti, Pedagang yang menjual barang-barang kecil, pedagang lain akan menjual pakaian, atau pun membuka bengkel sepeda motor, Agar perdagangan barang kecil ataupun usaha bengkel itu bisa hidup maka etnis Tionghoa akan membuka toko-toko alat-alat kebutuhan pokok atau pun spare part dikawasan yang berdekatan letaknya dan semua barang-barang akan diperoleh dari toko-toko yang ada disekitarnya. Dengan demikian kawasan tersebut akan maju dan berkembang karena sudah terwujud sikap saling membatu dan mendukung dikalangan pedagang. IR (Lk,73 thn) juga menuturkan hal yang diamatinya selama tinggal di kawasan Kampung, beliau menuturkan :

“…china-china ini hidup nya kompak sekali, merekalah yang buat Kampung Baru ini menjadi ramai. Kalo dulu daerah ini sepi…jarang ada orang mau lewat. Tapi sekarang dah ramai kali lah…dah maju kali tempat ini sekarang…”

(51)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

spare part sepeda motor kampung baru dalam menjalankan bisnisnya. Selanjutnya

hal ini menjadi sebuah tata cara atau strategi kegiatan ekonomi yang mengatur segala kegiatan perdagangan di bisnis penjualan spare part ini.

Secara empiris, hal demikian berlaku di kawasan Kampung Baru. Meskipun nilai-nilai tersebut tidak tertulis dengan formal, namun pedagang dengan sadar telah memegangnya demi mencapai keberhasilan bersama. Dengan kata lain, nilai yang menjadi landasan etika bisnis itu telah tumbuh dan berkembang dalam bentuk non-formal. Sesuai dengan yang dituturkan oleh beberapa informan di Kampung Baru, salah satunya yang di kemukakan oleh A, (Lk, 49 thn) :

“…tengnang qui senlie untuk ciak kaq uak, tengnang kaq che uak gara-gara cho senlie…”

(Red :…orang Tionghoa itu membuka usaha supaya bisa menyambung hidup, karena orang Tionghoa itu hidup gara-gara buka usaha…)

(52)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

“…nang khui seng lie harus phepheko kaq koq che kai nang kaq i kong besai chow la sam mig kia kaq be sai phien wa…”

(Red : sesama pedagang kita harus saling menjaga dan memberitahukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam proses perdagangan seperti berbicara bohong…)

Berikut juga penuturan HT (Lk,39 thn) :

“…kalo u su wa nang kaq che cai iau, wa nang siong-siong kong heng kaq kaliau nang, jadi wa nang e siap-siap lo…”

(red :…kalau ada masalah kami kebanyakan sudah tahu, kami sering saling memberitahu ke teman-teman, jadi kami bias siap-siap lo…)

Tujuan dari kontrol sosial tersebut tidak lain adalah untuk membantu dan mempertahankan keberhasilan sesama pedagang di kawasan Kampung Baru dari kerusakan yang disebabkan oleh segelintir pedagang lain yang tidak bertanggung jawab, karena berdagang merupakan mata pencaharian yang utama bagi etnis Tionghoa. Pernyataan itu didukung oleh pendapat Ay (Lk, 49 thn ):

“ qui senlie si ho lo kaq nang, kalo bo qui bo pak kai kan ho cow”

(Red : buka usaha itu hal penting bagi kita karena gak ada pekerjaan lain yang bisa dikerjakan)

(53)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

orang lain. Hal ini seperti yang dituturkan oleh salah seorang informan yang bernama AW (lk, 53 thn) yaitu:

“…nang be sai iong lasam lo, tan kan kan kaliau nang mai cam kaq nang iau, nang qui seng lie besai ciak nang e mia cui kaq besai kong nang…”

(Red : …gak boleh menggunakan cara kotor, nanti semua orang gak mau bergaul dan menjauhi kita, sama-sama buka usaha gak boleh makan rezeki orang dan gak boleh mengatai orang lain..)

Dalam aktifitas bisnisnya, etnis Tionghoa di Kampung Baru mempunyai aturan tidak tertulis yang melarang penggunaan cara-cara kotor tersebut. Penggunaan cara-cara kotor tersebut dapat mengancam kelangsungan hidup dan keberadaan (eksistensi) dari pedagang spare part di Kampung Baru.

Dari lokasi penelitian, pernyataan tersebut ditemui dari para informan. Seperti yang dituturkan oleh Ay (lk, 49 thn) berikut:

“…Kalo gui senlie be sai iong lasam lo, lasam lo si besai ciak nang e miacui, koq besai kong pien wa kaq nang yang be mikia. Keci harus peepee guanliong seng kaq kaliu nang yang qui thiam me. Jadi kaliau yang qui thiam e kaq song cho senglie ie keci pun siang…”

(Red : ..kalau buka usaha gak boleh menggunakan cara kotor, cara kotor itu seperti memotong rezeki orang dan gak boleh berbohong dengan orang yang mau membeli barang, dan masalah harga harus ada kesepakatan dengan para pedagang lain, jadi semua harga barang bisa sama dan para pedagang bisa berusaha dengan baik…)

Selanjutnya Informan tersebut juga menambahkan,

“…sama-sama orang Tionghoa ya gak boleh saling tekong,orang Tionghoa itu harus punya tongcie (prinsip) kalau mau buka usaha. Karena tanpa itu usahanya pasti gak akan maju”.

(54)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

tolok ukur terhadap perilaku berdagang (bisnis). Apabila moral merupakan sesuatu yang mendorong orang untuk melakukan kebaikan, maka etika bertindak sebagai rambu-rambu yang merupakan kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok. Dunia bisnis yang bermoral akan mampu mengembangkan etika (patokan/rambu-rambu) yang menjamin kegiatan bisnis yang seimbang, selaras, dan serasi. Beriku penturan LHM ( Lk, 52 thn) :

“…kalau nang toei king ie lo, nang bo khang ko e…ie lo si che. Khek, besai dham sim lo kaq besai sok…”

(red:..kalau kita mengikuti jalannya, kita gak akan susah, kayak gak boleh serakah lo dan gak boleh sok…)

(55)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

”...qui sheng lie kalo u saingan sih ho lo, karena kalo qui kaqi kadang-kadang bo song juga. Kalo u pakkai nang qui shenglie kan nang ui pien lau juat...”

(red:...buka usaha kalau ada saingan itu ya bagus, karena kalau buka sendirian aja kadang-kadang gak enak juga. Kalau ada yang buka usaha yang sama dengan kita itu kan bisa buat ramai...)

Di dalam perdagangan yang digeluti oleh etnis Tionghoa memang menganjurkan persaingan. Hal ini penting karena persaingan dapat meningkatkan keterampilan, produktifitas dan pengalaman yang berguna. Konsep perdagangan etnis Tionghoa khususnya penjual spare part di Kampung Baru lebih berdasarkan pada prinsip simbiosis mutualisme, yaitu setiap pedagang saling melengkapi, dimana mereka selalu berusaha untuk memenuhi segala permintaan pembeli walaupun mereka harus meminjam terlebih dahulu ke toko sebelah ataupun harus mencarinya. Hal ini dilakukan agar pembeli itu tetap membeli di toko mereka dan menyakinkan pembeli tersebut bahwasanya toko spare part di kawasan Kampung Baru itu komplit dan berkualitas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh HT (Lk,39 thn) :

“…kalo unang lai be bo mig kia, wanang coe kau than lo. Nang kan e ciok kaq ket piat chu pi…”

(red : …kalau ada orang datang tidak menemukan barang yang di cari, kami cari sampai dapat. Kita kan bias pinjam dulu ke toko sebelah…)

(56)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

terusik oleh predikat yang demikian. Mereka justru tetap teguh dengan pendirian akan nilai yang diyakini, bahkan menepisnya dengan memberikan kualitas produk yang bermutu untuk pembeli,sebagaimana yang dituturkan oleh K (Lk, 33 thn) :

“…nang be sai ho nang bo sui mig kia, tan kan inang mai be mig kia qi nang e ui…”

(red : …kita gak boleh memberikan barang buruk kepada pembeli, karena ini akan membuat mereka tidak mau lagi membeli barang di tempat kita)

Realitanya, mau tidak mau masyarakat pada akhirnya harus mengakui kelebihan pedagang etnis Tionghoa dalam berbagai hal perdagangan khususnya pedagang spare part sepeda motor di kawasan Kampung Baru.

4.5.2. Cara Pedagang Dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompoknya

4.5.2.1. Faktor Internal

1). Perdagangan yang diwariskan secara turun temurun

Seperti yang di jelaskan di atas, berdagang merupakan pekerjaan yang sudah dilakukan oleh leluhur mereka. Dengan begitu mereka pasti memiliki cara-cara atau strategi yang membuat keberadaan bisnis etnis Tionghoa bertahan dan mampu bersaing dengan baik dengan sesama etnis ataupun dengan etnis yang berbeda dengan etnis mereka. Aw ( Lk, 53 thn) juga mengatakan :

“...wa cho seenglie ane kuu iau, wai pak ka wa. Toong kim wa si kha wai kia lo. cow seenglie si bo khang kho lo yang penting nang besai cau tuah...”

(Red : Aku buka usaha sudah lama, bapak saya yang mengajari, sekarang saya yang mengajari anak saya lo. Menjalankan usaha itu tidak susah yang penting kita gak boleh malas...)

(57)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

yang sendiri-sendiri yang di wariskan secara turun temurun seperti suku Kong-Hu terkenal sebagai tukang kayu mahir atau juru masak yang handal, suku Tio-Chiu biasanya berdagang kendaraan, mulai dari sepeda sambil mobil, suku Khek lazimnya menjadi bangkir atau membuka toko emas, suku Hok-Kian suka berdagang bahan makanan dan kelontong atau bahan pokok,dan suku San-Tung biasanya jualan kain. Spesialisasi ini yang sering digunakan oleh etnis Tionghoa untuk hidup berkelompok dan mempertahan eksistensinya dalam berbagai bidang. Sebagaimana yang dituturkan oleh LHM (Lk, 52 thn)

“…thenang kaliu u ane che sek nang qi labin, U Hokkian, Thiociu, hai lokhong, Khek, Khong Hu kaq Hok Chia, kaliu U e kang cho kaliu…”

(red:…Tennang itu terdiri dari berbagai suku di dalamnya, kayak Hokkian, Thiociu, Hai Lokhong, Khek, Khong Hu dan Hok Chia. Suku itu juga punya kebiasaan - kebiasaan sendiri…)

Hasil pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa banyak toko-toko spare part di Kampung Baru yang di olah atau di kerjakan oleh anak kandung mereka seperti di toko Tetap Jaya oil yang sebelumnya usaha itu adalah usaha yang di rintis oleh ayah nya sendiri.

2). Faktor kerajinan dan keuletan

(58)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

yang tinggi. Kepekaan ini penting karena untuk mencium dan melihat kesempatan untuk menghasilkan uang. Mereka harus memprogram ulang pikiran mereka menjadi rajin, bekerja keras, tekun, dan segala bentuk sikap positif lainnya. Hal ini sesuai dengan penuturan yang dikemukan oleh AW (lk, 53 thn) :

“…kalo Ai seeng si besai caothoa, ai capek koq besai bo kuq lak karena cho senglie bo eng e kaq chee mig kia yang harus gia lai ghoa…”

( Red : kalau mau berhasil itu kita gak boleh malas, mau capek dan tidak boleh menyerah karena dunia dagang tidak gampang dan banyak hal-hal yang harus di perhatikan)

Oleh karena itu hanya orang kuat dari segi mental, jiwa, dan fisiklah yang akan dapat bertahan lama di bidang perdagangan ini. Selain A W ada juga informan yang mengemukakan hal serupa yaitu K (lk,33 thn) :

“…berdagang itu harus sabar. Kan gak mungkin lah langsung untung banyak kalo masih baru…”

3). Sifat positif

(59)

Vorta Rickho Maju Tambunan : Eksistensi Bisnis Etnis Tionghoa (Studi Deskriptif Terhadap Pedagang Etnis China Penjual Spare part Sepeda Motor di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun), 2010.

‘…jangan berbohong dengan sesama pedagang, nanti orang-orang adi gak percaya dengan tempat ini…”

Selain itu AW (lk, 53 thn) juga menambahkan

“…besai pien wa kaq yang be koq kaq ket piak jhu pi. Tan kan nang pien bo pengiu qi ko lai…”

(red:..gak boleh berbohong dengan pembeli Dan juga sesame pedagang. Nanti kita jadi gak punya teman…) 4). Penanaman kepercayaan

Selain itu kepercayaan yang lebih harus juga ditanamkan tidak hanya kepada pedagang lain tetapi juga dengan pembeli karena etnis Tionghoa percaya jika orang sudah percaya dengan kita maka kita sudah tidak sulit untuk melakukan segala kegiatan seperti yang dituturkan oleh Ay (Lk,49 thn) :

“…kaq che nang siong sin tuk kaq ho, nang pien bo kang kho lo…”

(red:..semakin banyak orang percaya semakin baik, kita jadi gak susah lo..”

Dengan demikian uang tidak menjadi hal yang utama karena dengan kepercayaan uang menjadi hal nomor dua. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh At (Lk, 42 thn) :

“..lui sib o iau kin, yang te it pai si cow nang siong sin kaq nang. Kalo nang bo kang kho lo tuk qui sheng lie …” “…uang gak terlalu penting, yang pertama itu membuat orang percaya kepada kita. Kalau orang sudah percaya, kita gak susah lo menjalankan usaha…”

Dengan begitu penanaman kepercayaan merupakan hal yang menjadi salah satu strategi yang harus diterapkan oleh pedagang etnis Tionghoa.

5). Memperlakukan konsumen secara istimewa

Gambar

table 1 Daftar nama-nama informan kunci :
Tabel 2 Komposisi penduduk berdasarkan etnis/suku
Tabel 3 Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Margi Kurniasih (2014) dengan judul “Pengaruh Fee Audit, Audit Tenure, dan Rotasi Audit terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada

Hal tersebut mendasari pemikiran perlunya dikembangkan sebuah program aplikasi komputer untuk menghasilkan visualisasi desain jalan secara tiga dimensi, berdasarkan data

Dengan membawa data – data perusahaan sebagaimana yang tercantum dalam lampiran surat ini sehingga anggota pokja dapat melakukan pembuktian sebagaimana perihal tersebut di

metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang disesuaikan

Dalam hal ini media massa harus menjadi mitra pusat bahasa yang penting termasuk dalam pengawasan pelanggaran penggunaan bahasa Indonesia yang perlu untuk melibatkan

Selanjutnya kegiatan eksperimen dilakukan sebagai berikut: (a) melaksanakan pretes untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman dan penalaran matematis sebelum diberikan

Umi Hijriyah, Media Pembelajaran Bahasa Arab dan Media Pemainan Bahasa Arab , (IAIN Raden Intan Lampung: PT fakta Press Fakultas Tarbiyah, 2015).. 777 في ةيادب ماعلا

aイゥヲヲゥヲᄋョMセ Z L Zᄋ セdセゥセヲセ・[」[Z[ZイZエ セッ セイ 」]]エ gセ・セョセ・ セ イ。ャ@ f or Foreign Economic, Social and Cultural Relations, Department