ETNIK TIONGHOA DAN PASAR HONGKONG
DI TEBING TINGGI KOTA
( 1974 - 2012 )
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
ISMALIA LUBIS
NIM. 308121080
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i
ABSTRAK
Ismalia Lubis, NIM : 308121080, Etnik Tionghoa dan Pasar Hongkong di Tebing Tinggi Kota (1974-2012). Skripsi Jurusan Sejarah Program Studi S1, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Sejarah kedatangan etnik tionghoa, Kehidupuan sosial dan ekonomi masyarakat Tionghoa di Tebing Tinggi Kota, sejarah perkembangan pasar Hongkong di Tebing Tinggi Kota, fungsi pasar terhadap kehidupan masyarakat, keberadaan pasar Hongkong yang tetap eksis hingga sekarang. dan untuk memperoleh data yang di butuhkan maka peneliti menggunakan metode field Research dengan pendekatan diskriptif kualitatif dan teknik yang digunakan dengan wawancara dan observasi.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan metode Heuristik. Dengan cara mengumpulkan sumber skunder dan sumber primer dalam teknik observasi, wawancara, dan studi pustaka. Sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yaitu teknik analisa data yang menggambarkan atau memaparkan data dalam bentuk kata – kata dengan analisa secara non statistik.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti hanturkan atas kehadirat Allah SWT dimana atas
berkat, rahmat dan karunianNya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Etnik Tionghoa dan Pasar Hongkong Di Tebing Tinggi Kota (1974-2012)”.
Shalawat dan salam tak lupa peneliti sanjungkan kehadirat manusia yang paling
mulia di sisi MU Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh
dari sempurna baik isi, tekhnik penulisan, maupun nilai ilmiahnya, mengingat
keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman. Oleh sebab itu, dengan
segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan saran dan kritikan. Maka dalam
kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih serta pengharapan yang
sebesar-besarnya kepada :
Ayahanda tersayang Abdul Rahman Lubis dan Ibunda Tercinta Samiyem
yang telah memberikan semangat, dorongan, kasih sayang yang tak
terhingga dan penuh kesabaran dalam mendidik dan membesarkan peneliti
hingga saat sekarang ini.
Abangku Irfan Azhari Lubis dan Adikku Halimah Tussyakdiah Lubis,
yang selalu menemani hari-hariku penuh canda, tawa dan dukungan
iii
Bapak Drs. Ponirin M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih
sebesar-besarnya karena kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan
peneliti sehingga terselesaikannya skripsi ini serta pengetahuan dan
pengalaman dalam dunia kependidikan.
Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik
peneliti yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan selama
masa studi.
Bapak Drs. H. Restu, M.S, Dekan Fakultas Ilmu Sosial beserta stafnya.
Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
yang telah banyak membantu peneliti dalam studi.
Ibu Dra. Hafnita S.D. Lubis, M.Si, selaku Sekretaris jurusan Pendidikan
Sejarah yang telah banyak membantu peneliti dalam studi.
Bapak Dr. Hidayat, M.S dan Ibu Dra. Syarifah, M.Pd, selaku dosen
penguji.
Bapak dan Ibu dosen pendidikan sejarah yang telah membuka cakrawala
peneliti sekaligus mendedikasi melalui proses belajar mengajar selama
beberapa tahun.
Buat teman-teman tersayang, Ahmad Sofyan Siregar yang telah menemani
peneliti dalam penyelesaian skripsi ini dan menjadi teman terbaik selama
masa kuliah, Surahman, Rivan Rinaldi, Hera Risnanda, Yani Yana, dan
Afriyani Kristina S yang selalu bersama kemana pun pergi dan
teman-teman stambuk 08, khususnya teman-teman-teman-teman B-Reg 08.
Buat teman saya Mira Kesuma Dewi dan Maya Syapitri terima kasih atas
iv
Buat anak-anak kos Melati 03, Ibu dan Bapak Kos yang merupakan rumah
kedua peneliti selain keluarga. Kalian adalah keluarga baru bagi peneliti.
Yatri, Nizel, Kam susan, Kam Lia, Mita, Yani, Eka, Dini dan lain-lain.
Tak lupa pula harapan terimakasih peneliti ucapkan yang
sedalam-dalamnya atas saran da kritik yang membangun dari semua pihak. Akhirnya
semoga skripsi ini bermanfaat buat kita semua. Amin
Medan, Juli 2012 Penulis,
ISMALIA LUBIS
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
BAB I.PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 5
1.3. Pembatasan Masalah ... 5
1.4. Perumusan Masalah ... 5
1.5. Tujuan Penelitian ... 6
1.6. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Kerangka Teori ... 8
2.1.1. Pasar ... 9
2.1.2. Etnik Tionghoa... 16
2.1.2. Perkembangan Pasar ... 18
2.2. Kerangka Berpikir ... 18
BAB III.METODOLOGI PENELITIAN ... 23
3.1. Jenis Penelitian... 23
3.2. Lokasi Penelitian ... 23
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 24
3.5. Teknik Analisa Data ... 25
BAB IV.PEMBAHASAN... 26
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26
4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis ... 26
4.1.2. Keadaan Penduduk... 27
4.1.4. Perdagangan ... 30
4.1.5. Sejarah Kota Tebing Tinggi ... 30
4.2. Kedatangan Etnik Tionghoa ke Kota Tebing Tinggi ... 37
4.3. Kehidupan Sosial ... 40
4.4. Perkembangan Pasar Hongkong ... 43
4.3.1. Latar Belakang Berdirinya ... 43
4.3.2. Pergantian Nama Pasar ... 45
4.3.3. Kepengurusan Pasar Hongkong ... 47
4.3.4. Komoditi Pasar Hongkong ... 52
4.3.5. Partisipan Pasar Hongkong ... 58
4.5. Fungsi Pasar Bagi Kehidupan Masyarakat ... 61
a. Fungsi Pasar Hongkong Bagi Kehidupan Ekonomi ... 61
a.1. Tempat Mendapatkan Kebutuhan Sehari-hari ... 62
a.2. Menambah Lapangan Pekerjaan ... 63
a.3. Sumber Pendapatan Daerah ... 64
b. Fungsi Pasar Hongkong Bagi Kehidupan Sosial ... 64
4.6. Eksistensi Pasar Hongkong ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
5.1. Kesimpulan ... 69
5.2. Saran ... 71
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu Kotamadya dari 33 kabupaten
dan kota di Sumatera Utara. Tebing Tinggi memiliki luas daerah kurang dari 31
km² dan berjarak sekitar 80 km dari Kota Medan serta terletak pada jalur lintas
utama Sumatera Utara, yaitu menghubungkan lintas timur dan lintas tengah
Sumatera melalui diagonal pada ruas jalan Kotamadya Tebing Tinggi, Pematang
Siantar, Parapat, Balige dan Siborong-borong.
Sama halnya seperti Kota Medan yang didiami oleh beraneka ragam suku
bangsa. Tebing Tinggi juga didiami oleh beraneka ragam suku bangsa, baik suku
asli Sumatera Utara maupun suku pendatang dari luar Sumatera Utara hingga
bangsa asing dari luar Indonesia. Misalnya masyarakat Tionghoa yang berasal
dari Cina ataupun masyarakat Tamil yang berasal dari India yang telah lama
menetap di seluruh wilayah Indonesia termasuk pula Sumatera Utara.
Masyarakat Tionghoa maupun Tamil telah lama melakukan migrasi
keseluruh dunia melalui kegiatan perniagaan. Khususnya masyarakat Tionghoa,
yang merupakan masyarakat asing terbesar dan keberadaannya hampir ada
diseluruh wilayah Indonesia. Masyarakat Tionghoa melakukan migrasi keseluruh
dunia, termasuk Indonesia. Masuknya masyarakat Tionghoa ke Indonesia, jauh
2
pemukiman-pemukiman kecil masyarakat Tionghoa yang terdapat di Indonesia,
terutama di bandar-bandar perdagangan sepanjang pantai utara pulau jawa.
Pada masa kerajaan Sumatera Timur telah terjalin kerjasama antara
kerajaan dengan Cina atau yang sering disebut dengan orang Tionghoa. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda yang sering digunakan oleh
masyarakat Tionghoa di salah satu kerajaan Sumatera Timur. Kemudian pada
masa pemerintahan kolonial di Indonesia, penyebaran masyarakat Tionghoa lebih
cepat keseluruh daerah-daerah Sumatera Timur. Hal ini disebabkan dengan
banyaknya perkebunan-perkebunan di Sumatera Timur yang membutuhkan
banyak tenaga kerja atau pekerja, sehingga pemerintah kolonial mengirimkan
pekerja dari Cina dan Jawa. Masyarakat Tionghoa pada masa kolonial merupakan
salah satu tenaga pekerja yang didatangkan dari luar Sumatera. Masyarakat
Tionghoa pada saat itu hanya pekerja buruh biasa yang bekerja sebagai kuli dalam
perkebunan di Sumatera Timur. Termasuk kota Tebing Tinggi, yang pada masa
kedudukan Belanda dijadikan sebagai kota persinggahan. Kota Tebing Tinggi
yang merupakan sebuah kota yang berada diantara perkebunan-perkebunan
menjadikan kota ini sebagai kota yang tidak luput dari kedatangan masyarakat
Tionghoa. Hingga pada saat pemerintahan Belanda berakhir, masyarakat
Tionghoa masih berada di Kota Tebing Tinggi dan tidak kembali ke Negara
asalnya serta menetap menjadi warga Negara Indonesia.
Di Kota tersebut masyarakat Tionghoa merupakan salah satu warga yang
mempunyai pengaruh sangat besar dalam bidang perekonomian khususnya
3
sudut Kota Tebing Tinggi. Apabila dilihat dari pusat kota Tebing Tinggi, maka
akan tampak pemukiman-pemukiman orang Tionghoa lebih mendominasi dengan
satu bentuk bangunan yang sering disebut Ruko. Masyarakat Tionghoa Kota
Tebing Tinggi pada umumnya lebih memilih untuk memiliki tempat tinggal yang
sekaligus dapat dijadikan sebagai tempat untuk berdagang. Namun tidak semua
kebutuhan hidup yang mereka butuhkan dapat diperoleh dari barang-barang yang
mereka dagangkan.
Dengan demikian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka dibutuhkan
adanya pasar sebagai sarana pendukungnya. Pasar merupakan kegiatan ekonomi
yang termasuk salah satu perwujudan adaptasi manusia terhadap lingkungannya.
Manusia sebagai mahluk social dalam perkembangannya juga menghadapi
kebutuhan sosial untuk mencapai kepuasan atau kekuasaaan, kejayaan dan
martabat.
Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli,
pusat tukar menukar yang menyatukan seluruh kehidupan ekonomi. Didalam
pasar terdapat tiga unsur yaitu penjual, pembeli dan barang atau jasa yang
keberadaannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Di kota Tebing
Tinggi terdapat beberapa pasar tradisional, antara lain adalah pasar Gambir, pasar
Inpres, pasar Sakti dan pasar Hongkong. Kemudian pasar modern antara lain
Swalaya, Ramayana, Supermarket, Indomaret dan lain-lain. Dimana masyarakat
kota Tebing Tinggi mendapatkan segala kebutuhan hidup dengan adanya
4
Diantara ketiga pasar Tradisional tersebut yang sedikit menarik perhatian
ialah Pasar Hongkong. Pasar tersebut merupakan pasar yang menyediakan segala
bentuk kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat Tionghoa di Kota Tebing Tinggi.
Pasar Hongkong mulai berdiri sekitar tahun 1974. Pada awalnya pasar Hongkong
hanya merupakan pasar tradisional seperti pada umumnya. Hanya saja dibedakan
dengan adanya tempat pemotongan hewan dan sedikit kebutuhan yang diperjual
belikan didalamnya serta mayoritas penjual dan pembeli yang lebih mendominasi
merupakan masyarakat Tionghoa. Dengan adanya tempat pemotongan hewan
tersebut, maka masyarakat sekitar menyebutnya dengan pasar Babi.
Namun, ketika tempat pemotongan hewan tersebut dipindahkan,
masyarakat tidak lagi menyebutnya dengan pasar Babi. Kemudian pasar disebut
dengan pasar Hongkong. Hal ini dikarenakan pasar lebih didominasi oleh
masyarakat Tionghoa mulai dari penjual maupun pembelinya. Masyarakat
pribumi menganggap Hongkong sebagai daerah asal masyarakat Tionghoa di
Indonesia. Sehingga pasar Tionghoa tersebut dikenal dengan sebutan pasar
Hongkong. Keberadaan pasar Hongkong di kota Tebing Tinggi yang merupakan
pasar tradisional masyarakat Tionghoa menarik perhatian penulis untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Etnik Tionghoa dan Pasar Hongkong di
5 1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dipaparkan di atas maka
dapat dikemukakan suatu identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Keberadaan masyarakat Tionghoa di Kota Tebing Tinggi.
2. Kehidupan ekonomi masyarakat Tionghoa di Kota Tebing Tinggi.
3. Pengaruh masyarakat Tionghoa dalam kegiatan perekonomian dan
perdagangan di Kota Tebing Tinggi.
4. Eksistensi pasar Hongkong sebagai pasar tradisional masyarakat Tionghoa
di Kota Tebing Tinggi.
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas bahwa kajian tentang masyarakat
Tionghoa di Kota Tebing Tinggi memiliki kajian yang cukup luas. Oleh karena
itu, peneliti merasa perlu membuat pembatasan masalah yang terfokus pada
“Etnik Tionghoa dan Pasar Hongkong di Tebing Tinggi Kota”.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifisikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sejarah kedatangan etnik Tionghoa di Kota Tebing Tinggi?
2. Bagaimana kehidupan sosial dan ekonomi etnik Tionghoa di Tebing
6
3. Bagaimana perkembangan pasar Hongkong Tebing Tinggi Kota hingga
saat sekarang ?
4. Bagaimana fungsi pasar Hongkong terhadap kehidupan masyarakat di
Tebing Tinggi Kota?
5. Mengapa keberadaan pasar Hongkong tetap eksis hingga sekarang ?
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah kedatangan etnik Tionghoa di Kota Tebing
Tinggi.
2. Untuk mengetahui kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Tionghoa di
Tebing Tinggi Kota.
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan pasar Hongkong di Tebing
Tinggi Kota hingga saat sekarang.
4. Untuk mengetahui fungsi pasar terhadap kehidupan masyarakat Tionghoa
di Tebing Tinggi Kota.
5. Untuk mengetahui keberadaan pasar Hongkong yang tetap eksis hingga
7 1.6. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian
ini bermanfaat untuk:
1. Memberi wawasan kepada peneliti dan pembaca tentang keberadaan
pasar tradisional masyarakat Tionghoa di sekitar kota Tebing Tinggi.
2. Sebagai perbandingan kepada peneliti lain yang ingin meneliti
masalah-masalah yang sama dengan tempat dan waktu yang berbeda.
3. Agar pembaca dan masyarakat umum dapat mengetahui bagaimana
arti penting pasar Hongkong terhadap kehidupan masyarakat
Tionghoa.
4. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang
69 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1. Kesimpulan
Dari data dan penelitian yang sudah berlangsung maka penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan dari judul penelitian Etnik Tionghoa dan Pasar
Hongkong di Tebing Tinggi Kota (1974-2012) yaitu:
Kedatangan Etnik Tionghoa ke Kota Tebing Tinggi tidak terlepas dari
pembukaan perkebunan di Sumatera Timur oleh Belanda, yang pada saat
itu membutuhkan banyak pekerja sehingga melakukan pengiriman pekerja
dari Jawa dan Cina. Pada tahun 1887, disekitar Kota Tebing Tinggi
dibukalah perkebunan yang cukup luas oleh Belanda. Sehingga membuka
jalan bagi Etnik Tionghoa untuk masuk ke Kota Tebing Tinggi.
Kehidupan sosial dan ekonomi Etnik Tionghoa pada awal kedatangannya
ke Kota Tebing Tinggi adalah sebagai pekerja di perkebunan. Seiring
berjalannya waktu ada diantara mereka yang berhenti bekerja di
perkebunan dan memilih bekerja sebagai pedagang dan pekerja lepas
lainnya. Mereka yang menetap dan tidak pulang ke kampung halamannya
ada yang melakukan perkawinan dengan orang-orag pribumi, baik yang
berasal dari Jawa maupun dari Sumatera Timur sehingga saat ini banyak
70
Perkembangan pasar Hongkong di Kota Tebing Tinggi bermula dari
kedatangan CV. Karmin Wisama Berjaya yang berasal dari Kota Medan
yang mendirikan tempat pemotongan hewan di kawasan Jalan Senangin,
Kel. Badak Bejuang, Kec. Tebing Tinggi Kota pada tahun 1974. Dengan
adanya tempat pemotongan hewan, secara tidak langsung telah
mengundang banyak pembeli yang datang kesana. Hal ini kemudian,
memberikan peluang bagi para pedagang lain untuk membuka usahanya
disekitar tempat pemotongan hewan tersebut. Oleh CV. Karmin Wisama
Berjaya, hal tersebut memberikan sebuah ide untuk membangun sebuah
fasilitas bagi pedagang lain yang datang dan berjualan di tempat tersebut.
Selain sebagai tempat berdagang, pasar Hongkong memiliki fungsi yang
lain bagi masyarakat, baik masyarakat Tionghoa maupun Pribumi. Fungsi
tersebut antara lain, sebagai tempat mendapatkan kebutuhan hidup
sehari-hari, membuka lapangan pekerjaan, menjadi sumber pendapatan daerah
dan sebagai tempat terjadinya interaksi sosial budaya.
Pasar Hongkong memliki keunikan tersendiri yang menyebabkan pasar ini
dapat bertahan dan ada hingga saat sekarang ini. Eksistensi pasar
Hongkong di Tebing Tinggi Kota merupakan bentuk keberadaan
71 1.2. Saran
Adapun saran yang diajukan sesuai dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Sebaiknya penulisan sejarah mengenai sejarah berdirinya kota Tebing
Tinggi dilakukan kembali dan dimasukkan kedalam pembelajaran sejarah
lokal ataupun pengetahuan umum agar masyarakat Tebing Tinggi dapat
mengetahui sejarah kota tempat tinggalnya.
Mengenai kedatangan etnik Tionghoa di Sumatera Timur khususnya di
kota Tebing Tinggi masih perlu dilakukan pengkajian yang lebih dalam
lagi hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan dan sumber yang
menyangkut keberadaan mereka di Tebing Tinggi
Setelah berpindahnya pasar Hongkong ketangan Pemerintah Kota Tebing
Tinggi maka sudah selayaknya pemerintah juga memperhatikan
72
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Munawar. 2005. Psikologi Perkembangan. Edisi Revisi. Cetakan
Kedua. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Anonim. 1990. Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 3. Jakarta : Penerbit Cipta Adi Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Breeman, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli, Jakarta: Graviti
Carey, Peter. 2008. Orang Cina, Bandar Tol, Candu, dan Perang Jawa, Jakarta: Komunitas Bambu
Coppel, Charles A. 1994. Tionghoa Indonesia Dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Fakhri Hutauruk, Ahmad. 2010. Perdagangan Candu di Sumatera Timur
(1823-1942). Skripsi. FIS. UNIMED. Medan
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah. FIS Unimed
Geertz, Clifford. 1973. Penjaja dan Raja (Terj). Jakarta : LPEM Universitas Indonesia
Johnson, Doyle Paul, 1986. Teori Sosiologi: Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT.Rineka Cipta Malano, Herman. 2011. Selamatkan Pasar Tradisional. Jakarta : Penerbit
Gramedia Pustaka Utama
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Samuelson, Paul A. dan Noerdhous Wiliam D. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi Edisi
17. PT. Media Globa Edukasi
Sihombing, Emmy. 2009. Pertumbuhan dan Perkembangan Pasar Siborong
73
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Hukum dalam Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers
Stoler, Ann Laura. 2005. Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatra
1870-1979. Yogyakarta: Karsa
Sujanto. A. 1985. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.
Sumber Internet:
Maynandro, Brian. 2010.
http://a67532.wordpress.com/2010/05/13/perbedaan-antara-pasar-modern-dan-pasar-tradisional/ (akses pada 29 Maret 2012. Jam 21.00)
http://id.wikipedia.org/wiki/Pasar. (akses pada 27 Maret 2012. Jam 20.13) http://pemko-tebingtinggi.com/sejarahtt.htm. (akses pada 26 Juni 2012. Jam 10.00) http://pemko-tebingtinggi.com/profilkepda.htm. (akses pada 26 Juni 2012. Jam
10.20)