TUGAS AKHIR
ANALISA TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK PENGHASILAN
(SPT PPh) ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT
DISUSUN O L E H
Nama : Winda Frisella Siregar NIM : 102600076
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kata Pengantar
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Juru selamat pribadiku yang
dengan kasih karunia dan pertolonganNYA penulis dapat menyelesaikan Laporan
Praktik Kerja Lapangan ini.
Laporan Praktik Kerja yang berjudul “ Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat “ ini
disusun untk memenuhi sebagian dari syarat-syarat menyelesaikan studi di Program
Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara tahun 2012/2013.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekurangan-kekurangan baik dalam hal penyajian
materi maupun bahasa penyampaian. Oleh karena itu dengan segala hormat dan
setulus hati serta kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.si Ketua Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas
3. Ibu Arlina, SH selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Edward, M.si selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan menyumbangkan pikiran kepada penulis kearah
yang lebih sempurna sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir
ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu, mendidik
dan membimbing penulis selama perkuliahan.
6. Segenap pimpinan, staf dan karyawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian serta membantu
Penulis selama masa penelitian.
7. Bapak Muhamad Ali, SST, AK, M.Ba selaku supervisor penulis yang telah
memberikan ijin kepada penulis dalam melaksanakan riset di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat.
8. Kepada Tax Centre Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara yang
telah menyediakan kami tempat untuk beristirahat maupun berdiskusi baik
tentang perkuliahan maupun hal lain terkhususnya buat abangda Firman Logos
tarigan yang telah membantu penulis serta memberikan arahan yang baik untuk
9. Teristimewa Orangtua ku yang sangat penulis cintai dan banggakan terkhususnya
buat ayahanda Piner Siregar, S.pd dan ibunda Nurmala br.Pakpahan. S.Pd yang
menjadi motivator penulis selama ini yang telah banyak mendoakan, mendidik,
mendukung, membimbing serta memberikan dukungan penuh kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
10.Kepada kak Vovfon, bang Heri, uda Ari, bang irwan Golfried, adekku Lois,
Andre dan keluarga yang lainnya atas dukungan dan doanya yang tak ada
hentinya buatku. Kalian adalah anugerah yang Tuhan Yesus berikan untukku.
11.Brevet Terpadu A/B angkatan ke V terimakasih buat teman-teman brevet serta
dosen yang telah mengajari kami banyak hal khususnya dalam dunia pendidikan
yang diberikan yang menyangkut dengan tugas akhir penulis.
12. Buat Sahabat-sahabat terbaikku Restu (motivatorku), Eki (Ebosompel), Tasia
(nangekku), Alfan (Agen), Rezki (benuk), Alexander (opung gepeng), Windra
Edok (akong), Epen (transgender), Samuel (gondit atun), Putri (Puri),Yuyun
(yuyor), henny, Bagus (muntah uban), Della, Fitri, Wina, Donny dan Jessy
(Akuntansi’10). Terimakasih atas semua hal yang telah kita lewati bersama baik
suka maupun duka. Terimakasih atas kerjasamanya buat kalian semua
kawan-kawan yang ku sayangi dan yang tak akan terlupakan. Kalian luar biasa.
13.Buat teman-teman Administrasi Perpajakan 2010, khususnya buat kelas saya
14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu atas segala
bantuan dan dukungan baik secara langsung mauoun tidak langsung yang
membantu penulis dalam penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca. Akhirnya penulis sangat berharap agar laporan yang telah penulis susun
dapat memberikan sumbangan pikiran dan menambah bahan referensi yang
bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Medan, 2013
Penulis
Winda Frisella Siregar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 9
E. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 10
F. Metode Pengumpulan Data ... 11
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri .. 13
BA II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 15
B. Visi, Misi Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat ... 16
C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. 19 D. Uraian Tugas dan Fungsi ... 21
BAB III Gambaran Data Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Pajak
B. Fungsi Pajak ... 25
C. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 26
D. Tata Cara Menyampaikan SPT Orang Pribadi ... 27
E. Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 31
F. Dasar Hukum ... 32
G. Jenis Formulir SPT Tahunan Orang Pribadi ... 32
H. Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Medan Bara ... 35
BAB IV Analisa dan Evaluasi A. Analisa perkembangan wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 36
B. Laporan/statistik wajib pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... 37
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Orang Pribadi ... 38
BAB V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan ... 42
B. Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah merupakan suatu kegiatan penerapan
ilmu yang diperoleh mahasiswa dibangku perkuliahan. Lapangan kegiatan yang
dilakukan mahasiswa secara mandiri ini bertujuan memberikan pengalaman
dilapangan secara langsung yang berhubungan dengan teori keahlian yang diterima
diperkuliahan. Praktik kerja lapangan mandiri merupakan syarat yang harus
dilakukan setiap mahasiswa Program studi D-III Administrasi Perpajakan untuk
menyelesaikan Tugas Akhir.
Dalam rangka meningkatkan pendidikan mahasiswa serta mewujudkan
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera merupakan tujuan bagian dari negara,
untuk itu dalam rangka suatu pencapaian tujuan tersebut Negara Republik Indonesia
berdasarkan pancasila undang-undang dasar 1945 dicapai melalui pembangunan
nasional yang dilakukan secara berkesinambungan dan merata si seluruh tanah air
Indonesia. Dalam hal ini untuk dapat membiayai pelaksanaan pembangunan nasional
tersebut pemerintah melakukan berbagai upaya dalam meningkat anggaran
pendapatan belanja negara salah satunya dilakukan dengan peran serta masyarakat
dalam pembayaran pajak kepada negara. Sektor pajak yang dapat menunjang
kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan
keberhasilan anggaran pendapatan belanja negara. Baik secara individu, kelompok,
maupun kelembagaan agar efisien, ekonomi dan cepat sehingga diharapkan potensi
penerimaan pajak yang tersedia berasaskan keadilan sosial itu dapat dipungut secara
optimal dan dapat melayani kepada Wajib Pajak.
Peningkatan penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam segala
aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya sistem perpajakan dari waktu ke
waktu yang berupa penyempurnaan atau perbaikan. Penerimaan pajak setiap
tahunnya tercantum dalam anggaran pendapatan belanja negara. Dalam hal ini,
Direktur Jenderal pajak yang dibebani tugas pencapaian tersebut harus bekerja ekstra
dengan sebaik-baiknya agar system perpajakan dapat terlaksana sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Hal ini sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem
Perpajakan Indonesia. Artinya setiap Wajib Pajak bertanggungjawab sepenuhnya
terhadap kewajiban pembayaran pajak, pelaporan pajak dan pemberitahuan pajak
yang terutang kepada pemerintah, yang dalam hal ini diatur oleh Direktur Jenderal
Pajak (Dirjen Pajak). Terhutangnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan. kebijakan ditempuh melalui amandemen UU Perpajakan yang telah
diperbaharui yakni UU No. 28 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, UU No. 36 tahun 2008 yang diberlakukan sejak tanggal 1 januari 2009
Secara umum dapat disimpulkan bahwa sebelum melakukan pembayaran
pajak maka Wajib Pajak harus memberitahukan terlebih dahulu jumlah pajak yang
terutang kepada Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) melalui Surat
Pemberitahuan (SPT) pajak. SPT ini berisi informasi perpajakan yang benar dan
akurat mengenai besarnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak
kepada pemerintah.
Dalam hal ini pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum
mengerti tentang fungsi serta tata cara dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab
masyarakat, hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan wajib pajak tentang
pelaporan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi. Karena masih banyaknya wajib pajak
yang tidak patuh terhadap penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi, sehingga
penulis melakukan penelitian Tentang Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam
Menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
B.Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah :
1.1 Untuk menganalisa tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan
1.2 Upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi.
1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri tentunya sangat bermanfaat bagi semua
pihak, diantaranya adalah :
2.1Bagi Mahasiswa/i
a. Menambah wawasan di bidang perpajakan khususnya tentang
pengaruh pelaksanaan sistem self asessment terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan pajak.
b. Menambah pengawasan dan wawasan dalam bidang perpajakan.
Mahsiswa/i dapat memperoleh kesempatan dan pengalaman secara
langsung untuk belajar pada suatu instansi pemerintah, dalam hal ini
Kantor Pelayanan Pajak sehingga mahasiswa/i mengetahui situasi
kerja yang sebenarnya.
c. Agar dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bidang
perpajakan maupun ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
d. Diharapkan mahsiswa dapat mendapat pengetahuan dan pengalaman
yang berguna dalam perwujudan pola kerja yang dihadapi setelah
2.2Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat adalah :
a. Membina serta mempererat hubungan baik dengan program studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik.
b. Dapat mempromosikan citra Direktoral Jenderal pajak khususnya
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat kepada masyarakat.
c. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dalam
hal sosialisasi perpajakan kepada masyarakat yang telah
menyelesaikan studi akan mengaplikasikan ilmu perpajakan yang telah
dipelajarinya.
d. Mendapat ide serta masukan dan gagasan dari perguruan tinggi
menyangkut penanganan masalah perrpajakan.
2.3Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi Program D III Administrasi
Perpajakan FISIP USU adalah
a. Mempererat hubungan kerja sama program Studi DIII Aministrasi
Perpajakan dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat.
b. Mempromosikan sumber daya manusia Universitas Sumatera Utara,
khususnya Program Studi Diploma DIII Administrasi Perpajakan
c. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang diperoleh mahasiswa/i
selama masa perkuliahan.
d. Membangun persepsi yang baik tentang universitas.
C. Uraian Teororitis
Hukum pajak di Indonesia mempunyai urutan yang jelas yaitu
Undang-undang dasar 1945, Peraturan Pemerintah, Keputusan Pemerintah, Keputusan
Presiden, dan sebagainya. Peraturan yang tingkatannya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang tingkatannya lebih tinggi. Pajak merupakan
masalah keuangan negara. Masalah perpajakan tidaklah sederhana hanya sekedar
menyerahkan sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada negara, tetapi
coraknya terlihat bermacam-macam bergantung pada penedekatannya. Pajak
merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan
masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak merupakan sebagai motor penggerak
kehidupan ekonomi masyarakat.
Pelayanan yang diberikan pemerintah merupakan suatu kepentingan umum
untuk kepuasan bersama, sehingga pajak yang mengalir dari masyarakat akhirnya
kembali lagi untuk masyarakat. Ini semua dapat dicapai apabila pemerintah mampu
menyediakan berbagai prasarana untuk menunjang pembangunan ekonomi. Untuk itu
diperlukan usaha mengerahkan dana-dana investasi yang bersumber pada tabungan
dan jasa. Dengan demikian terlihat bahwa dari pajak sasaran yang disetujui adalah
memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata.
1. Pengertian Pajak
Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia akan diikuiti pula
dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu pajak merupakan
fenomena yang selalu berkembang di masyarakat. Salah satu untuk mewujudkan
kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembangunan yaitu menggali sumber
dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai
pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.
Pajak didefinisikan sebagai iuran masyarakat kepada negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan
perundang-undangan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang tidak dapat
ditunjuk untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani, Pajak adalah
iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi
kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pemgeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang
Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, S.H mendefinisikan pajak adalah iuran kas
kepada negara berdasrkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan
digunakan untuk mebayar pengeluaran umum (waluyo, 2010).
1. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
c. Asas kebangsaan
Pengenaan pajak di hubungkan dengan suatu negara. Misalnya pajak asing di
Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia. Asas ini berlaku untuk wajib
pajak luar negeri.
2. Sistem Pemungutan Pajak
a. Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besar pajak yang terutangnya.
Ciri-ciri Official Assesment System adalah sebagai berikut :
2. Wajib pajak bersifat pasif.
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.
b. Sistem Self Assesment
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c. With holding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepeda pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
3. Pengertian pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
Wajib Pajak orang pribadi mempunyai kewajiban untuk menghitung jumlah pajak
penghasilan yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
suatu tahun pajak. Menurut Undang-undang nomor 7 tahun 1983 atas undang-undang
no 36 tahun 2008 (undang-undang pajak penghasilan). Pajak penghasilan yang
terutang ada yang berdasarkan jumlah penghasilan bruto dan jumlah penghasilan
netto.
4. Surat Pemberitahuan (SPT)
1. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan
atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Jenis Surat Pemberitahuan
Ada dua jenis SPT, yaitu :
a. Surat Pemberitahuan Masa
Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa
Pajak.
b. Surat Pemberitahuan Tahunan
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu
Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun ruang lingkup praktek kerja lapangan adalah Analisa Tingkat
Kepatuhan wajib pajak dalam penyampaian SPT pajak penghasilan (PPh) orang
pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Mahasiswa berharap
kepada kantor Pelayanan Pajak untuk memperlihatkan analisa tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam penyampaian SPT pajak penghasilan (PPh) orang pribadi di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dan seberapa besar tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam pelaksanaan kegiatan yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai dengan
metode yang digunakan sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Di dalam tahap persiapan ini, penulis akan melakukan beberapa persiapan yang
dimulai dari penentuan judul, penentuan tempat pelaksanaan praktek, mencari
bahan untuk melengkapi pembuatan proposal serta melakukan konsultasi atau
diskusi dengan dosen yang bersangkutan.
2. Studi Literatur (kepustakaan)
Pada tahap ini penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber pustaka atau
daftar bacaan untuk mendukung penulisan laporan seperti peraturan
perundang-undangan perpajakan, buku-buku, teknologi informasi seperti internet,dan
bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan.
3. Observasi lapangan
Pada tahap ini penulis akan melakukan peninjauan langsung pada objek praktik
kerja lapangan mandiri untuk mengetahui tentang pelaksanaan kegiatan untuk
mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat.
4. Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penyusunan laporan
a. Data Primer, yaitu meliputi wawancara dan pengamatan dengan pegawai
instansi yang berkompeten di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
b. Data sekunder, yaitu meliputi Studi Kepustakaan dan Dokumentasi
5. Analisa Data dan Evaluasi
Setelah penulis mengumpulkan data secara lengkap dan relevan dari objek
praktik Kerja Lapangan Mandiri, kemudian melakukan analisa dan evaluasi
secara objektif, jelas dan sistematis mengenai pelaksanaan pelaksanaan kegiatan
pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak serta kepatuhan yang
menjadikan administrasi pajak sebagai bagian dari kebijakan pajak.
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber data yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Daftar Wawancara
Wawancara (interview) yaitu penulis melakukan kegiatan tanya jawab secara
langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang
dianggap mengetahui dan memahami permasalahan dalam penulisan laporan ini
penghasilan (PPh) orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat.
2. Daftar Obsevasi
Pengamatan (observasi) yaitu melakukan pengamatan langsung keatas yang
dilakukan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan Mandiri untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan dalam melengkapi penulisan laporan ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan berbagai dokumen yang berhubungan dengan
Analisa Tingkat Kepatuhan wajib pajak dalam penyampaian SPT pajak
penghasilan (PPh) orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat.
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM
Bab I : PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menjelaskan Latar Belakang
dalam penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri, Tujuan dan Manfaat, Uraian Teoritis, Ruang
Lingkup dan metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri,
Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan
Bab II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM
Pada bab ini menguraikan tentang gambaran umum
lokasi pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri.
Praktek Kerja Lapangan Mandiri dilaksanakan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, meliputi
sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat, struktur organisasi, Uraian Tugas dan fungsi
masing-masing seksi serta visi misi KPP Pratama
Medan Barat
Bab III: GAMBARAN DATA TENTANG PELAKSANAAN
TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM
PENYAMPAIAN SPT PPh ORANG PRIBADI
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang
landasan teori yang terdiri dari beberapa pengertian
perpajakan, asas fungsi pajak, sistem pemungutan
pajak, Pengertian SPT, Jenis SPT, dasar hukum
pemungutan pajak dan Analisa Tingkat Kepatuhan
wajib pajak dalam penyampaian SPT pajak penghasilan
(PPh) orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bab IV : ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis menguraikan tentang analisis dan
evaluasi data yang diperoleh selama Praktik Kerja
Lapangan Mandiri
Bab V: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menyajikan data yang telah dievaluasi dan
kesimpulan yang dapat diambil serta yang dapat
diberikan. Penulis dapat berharap tulisan ini dapat
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Lokasi Praktik kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak disebut Kantor Inspeksi Pajak.
Kantor Inspeksi Pajak Medan terbagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang berlokasi di JL. Suka mulia No. 17 A.
2. Kantor Inspeksi Pajak Selatan yang berlokasi di JL. Diponegoro No. 3 A.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK.01/1989 tanggal 25
Maret 1989 tentang organisasi dan tata usaha Direktorat Jenderal Pajak, maka Kantor
Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April
1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara di ganti namanya menjadi Kantor
Pelayanan Pajak Medan Utara. Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Keuangan No.443/PMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak
Medan Barat di pecah menjadi dua kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang mulai
berlaku sejak 25 Januari 2002. Pada saat itu wilayah kinerja Kantor Pelayanan Pajak
Medan Barat meliputi:
1. Kecamatan Medan Barat
3. Kecamatan Medan Petisah
4. Kecamatan Medan Sunggal
Namun seiring dengan perubahan kinerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
untuk menuju yang lebih baik, Kecamatan Medan Barat adalah wilayah kinerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Selain itu, Kantor Pelayanan Pajak Pratama
terbagi menjadi 9 Kantor Pelayanan Pajak Pratama yaitu :
1. KPP Madya Medan
2. KPP Pratama Medan Barat
3. KPP Pratama Medan Petisah
4. KPP Pratama Binjai
5. KPP Pratama Medan Belawan
6. KPP Pratama Medan Kota
7. KPP Pratama Medan Timur
8. KPP Pratama Medan Polonia
9. KPP Pratama Lubuk Pakam
B.VISI, MISI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT
Keberhasilan program modernisasi dilingkungan Direktorat Jenderal Pajak,
tidak hanya dapat membawa perubahan paradigma dan perilaku pegawai Direktorat
mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman untuk melakukan setiap kegiatan.
Adapun visi dan misi tersebut sebagai berikut.
1. VISI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat adalah menjadi pengelola
keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan
dibanggakan masyarakat, serta instrumental bagi proses transformasi bangsa
menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi.
2. MISI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat juga memiliki 5 misi yaitu:
1. Di bidang Fiskal
Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat dan berkelanjutan serta mengelola
kekayaan dan utang negara secara hati-hati (prudent), bertanggung jawab dan
trasparan.
2. Di bidang Ekonomi
Mengatasi masalah-masalah ekonomi serta proaktif senantiasa mengambil peran
strategis dalam upaya membangun ekonomi bangsa yang mampu mengantarkan
bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita-citakan konstitusi.
3. Di bidang Politik
4. Di bidang Sosial Budaya
Mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern.
5. Di bidang Kelembagaan
Memeperbaharui diri (self reinventing) sesuai dengan aspirasi masyarakat
dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan serta administrasi publik,
serta pembenahan pembangunan kelembagaan dibidang keuangan yang baik
dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksana yang
rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan
mempunyai integritas yang tinggi.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempunyai tugas
melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawas Wajib Pajak dibidang Pajak
Pengahasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak
Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan dalam wailayah wewenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Beberapa tugas dan fungsi organisasi pelaksanan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut:
1. Penetapan dan Penerbitan produk hukum perpajakan.
2. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan
Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya.
4. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
5. Pelaksanaan ekstensifikasi.
6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.
7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.
8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.
10. Pelaksanaan intensifikasi.
11. Pembetulan ketetapan pajak.
12. Pelaksanaan administrasi Kantor.
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat
Struktur oraganisasi adalah bagan yang menggambarkan secara sistematis
mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab
masing-masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur
tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar kerja dapat dilaksanakan
dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang maksimal. Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang secara
operasional bertanggung jawab kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat terdiri atas sebelas seksi yang
masing-masing seksi dipimpin oleh kepala seksi. Struktur organisasi yang ada di
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan
6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Bagan Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Sumber: Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
D. Uraian Tugas dan Fungsi
Adapun gambaran tugas dari masing-masing bagian kerja yang ada di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah sebagai berikut:
KEPALA KANTOR
Sub Bagian Umum
Seksi Pengolahan
Data dan Informasi
Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Seksi Pelayanan
Seksi Pemeriksaaan Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Penagiahan
1. Kepala Kantor
Kepala Kantor mempunyai tugas mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan,
pelayanan dan pengawasan Wajib pajak di bidang pajak penghasilan, Pajakn
Pertamabahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Bumi dan
Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah
wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang baearlaku.
2. Sub Bagian Umum
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan
perlengkapan rumah tangga.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data,
penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata
usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan, dan
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMOP dan
SIG, serta penyampaian laporan kinerja.
4. Seksi Pelayanan
Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
perpajakan, pelaksanaan regristrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan
kerjasama perpajakan.
5. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan
angsuran dan tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
6. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak serta pemeriksaan administrasi perpajakan lainnya.
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan, pendataan
objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai
objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Masing-masing mempunyai tugas pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis
perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib
Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak,
9. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku:
a. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang
terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.
b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang
ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak
yang bersangkutan.
c. Jumlah jabatan fungsional tersebut ditentukan berdasrkan kebutuhan dan
beban kerja.
d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan
BAB III
GAMBARAN DATA
ANALISA TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENYAMPAIKAN SPT TAHUNAN PPh OP
A. Ketentuan Umum Dalam Menyampaikan SPT Tahunan PPh OP Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
Secara umum pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UU KUP No. 28 Tahun 2007
Pasal 1 Angka 1). Setiap orang wajib membayar pajak, oleh karena itu sebagai
anggota masyarakat dari suatu Negara diharuskan mengetahui permasalahan yang
berhubungan dengan pajak dimulai dari azas-azas, jenis /macam-macam pajak, cara
perhitungannya, tata cara pembayarannya serta hak dan kewajibannnya sebagai wajib
pajak. Hal itu dapat dilakukan dengan menyampaikan SPT Tahunannya berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dengan prinsip kepastian hukum, tujuan perubahan perundang-undangan
tentang ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dapat meningkatkan efisiensi
dalam menganalisa tingkat kepatuhan penyampaian SPT tahunan Pajak Penghasilan
Oleh karena itu dalam meningkatkan pembangunan Negara, Wajib Pajak
diharapkan untuk menyampaikan SPT tahunan pajak penghasilannya.Salah satu
usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa/negara dalam pembiayaan
pembangunan yaitu menggali sumber dana untuk negara berupa pajak
B. Fungsi Pajak
Pajak yang dikenakan kepada masyarakat mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu:
a. Fungsi Finansial (Budgeter)
Fungsi Budgeter merupakan fungsi utama pajak yaitu suatu fungsi bagaimana
pajak digunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas
Negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku (Devano
Sony,2006).
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Fungsi Mengatur adalah tujuan agar memberikan kepastian hukum. Terutama
dalam menyusun Undang – Undang pajak senantiasa perlu diusahkan, agar
ketentuan yang dirumuskan jangan sampai dapat menimbulkan interpretasi yang
berbeda, antara Fiskus dan Wajib Pajak. Fungsi pajak bukan semata-mata untuk
mendapatkan uang bagi kas negara, namun negara dalam menjalankan fungsi
pajak juga untuk melaksanakan kebijakan di bidang ekonomi, moneter, sosial,
Salah satu jenis pajak yang berlaku di Indonesia adalah Pajak Penghasilan,
dengan dasar hukumnya adalah Undang–Undang No. 7 Tahun 1983 dan kemudian
diubah dengan Undang–Undang No. 7 Tahun 1991 dan diubah lagi dengan Undang–
Undang No. 10 Tahun 1994 dan diubah lagi Undang–Undang No. 17 Tahun 2000 dan
yang terakhir diubah menjadi Undang–Undang No. 36 Tahun 2008.
C. Tata Cara Pemungutan Pajak
1. Stelsel Pajak
Pelaksanaan Pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel.
1.1Stelsel nyata (riel stelsel)
a. Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek yang
sesungguhnya terjadi yntuk PPh maka objeknya adalah penghasilan. Oleh
karena itu, pelaksanaan pajak baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun
pajak.
b. Kelebihan stelsel nyata adalah penghitungan pajak didasarkan pada
penghasilan yang sesungghnya sehingga lebih akurat dan realistis.
Kekuarangan stelsel nyata adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir
c. Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi pada
akhir tahun, sementara pada waktu tersebut belum tentu tersedia jumlah
kas yang memadai.
d. Wajib pajak akan membayar pada akhir tahun sehingga jumlah uang
beredar secara makro akan terpengaruh.
1.2Stelsel Anggapan
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu
anggapan yang diatur oleh undang-undang. Sebagai contoh penghasilan
suatu tahun pajak dianggap sama dengan pajak yang terutang tahun
sebelumnya. Dengan stelsel ini berarti besarnya pajak yang terutang pada
tahun berjalan sudah dapat ditetapkan pada awal tahun yang bersangkutan
1.3Stelsel Campuran
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada
kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,
besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian pada
akhir tahun besarnya pajak dihitung berdasrkan keadaan yang
sesungguhnya.
D. Tata Cara Menyampaikan Surat Pemberitahuan Orang Pribadi di KPP Medan barat
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pmberitahuan dengan benar, lengkap
satuan mata uang Rupiah dan menandatangani serta menyampaikan ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) merupakan surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak,
objek pajak atau bukan objek pajak atau harta dan kewajiban sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan (UU KUP No 11 Tahun 2007 Pasal 3 ayat 1)
Wajb Pajak mengambil sendiri surat pemberitahuan di tempat yang ditetapkan
oleh Direktorat Jenderal Pajak yang tata pelaksanaannya diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007. Batas waktu penyampaian Surat
Pemebritahuan Orang Pribadi adalah 3 bulan setelah akhir tahun pajak. Apabila
Wajib Pajak Terlambat menyampaikan SPT dari waktu yang telah ditentukan, maka
akan dikenakan denda sebesar Rp. 100.000,-. Apabila terdapat kesalahan pada SPT,
Wajib Pajak dapat melakukan pembetulan SPT atas kemauan sendiri dengan
menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka dua tahun sesudah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya masa Pajak. Bagian tahun penyampaian SPT dengan syarat
Dirjen Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan atas
jumlah pajak yang kurang di bayar, dihitung sejak saat pembayaran karena
pembetulan SPT tersebut.
1. Fungsi SPT
Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan
tentang :
1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau
melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak;
2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan bukan objek pajak;
3. Harta dan kewajiban;
4. Pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu)
Masa Pajak.
1.2 Untuk Pengusaha Kena Pajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang :
a. Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;
b. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh
PKP dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
1.3Untuk Pemotong/ Pemungut Pajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang
2. Cara Penyampaian SPT
SPT disampaikan ke KPP wajib pajak terdaftar dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan
menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak
tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan.
b. Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan
mata uang selain Rupiah yang diizinkan.
3. Prosedur Penyampaian SPT
a. SPT Tahunan dicetak oleh kantor Direktorat Jendral Pajak (DJP), lalu
disalurkan keseluruh Kantor Pelayanan Pajak seluruh Indonesia untuk
kemudian disampaikan kepada para Wajib Pajak yang telah mempunyai
NPWP.
b. Setiap Wajib Pajak yang telah memiliki NPWP wajib mendapat SPT
Tahunan dengan mengambil sendiri blanko SPT Tahunan ke Kantor
c. Setelah di isi dengan lengkap, benar dan jelas maka blanko SPT Tahunan
tersebut dikembalikan lagi ke Kantor Pelayanan Pajak untuk diserahkan ke
bagian pelayanan untuk diteliti kelengkapannya agar tidak terjadi
kesalahpahaman mengenai pembayaran pajak.
d. Setelah diteliti oleh bagian pelayanan, maka SPT Tahunan diserahkan
kebagian Pemeriksaan Data dan Informasi (PDI) untuk direkam. Apabila pada
saat perekaman terjadi kesalahan, misalnya kurang bayar (KB), lebih bayar
(LB) diperlukan pemeriksaan, untuk memeriksa kesalahan tersebut maka SPT
Tahunan diserahkan ke bagian Pengawasan dan konsultasi (waskon) I sampai
waskon IV atau menurut wilayah tempat si Wajib Pajak tinggal.
e. Bagian pengawasan dan konsultasi (Waskon) akan memeriksa kesalahan
tersebut, Apabila setelah diperiksa terjadi kurang bayar (KB) maka Wajib
Pajak akan dipanggil untuk diberikan himbauan dan diberikan SKPKB (Surat
Ketetapan Kurang Bayar) dan Wajib Pajak harus membayar kepada Kantor
Pelayanan Pajak, Tapi apabila lebih bayar (LB) maka Wajib Pajak akan
diberikan restitusi atau uang milik Wajib Pajak akan dikembalikan
(kompensasi) juga dapat diberikan restitusi.
f. Setelah selesai diteliti, diperiksa dan direkam maka blanko SPT di arsipkan
E. SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI
1. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau
bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
2. Pengertian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian tahun pajak bagi wajib
pajak orang pribadi atas penghasilan yang diperoleh.
F. DASAR HUKUM
Menurut PER-34/PJ/2010 Tanggal 27 Juli 2010 mulai berlaku sejak tanggal
27 juli 2010 meliputi :
1. Pasal 1 Tentang Bentuk formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770,
lampiran-lampiran dan petunjuk pengisiannya.
2. Pasal 2 Tentang Bentuk formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 S,
lampiran-lampiran dan petunjuk pengisiannya.
3. Pasal 3 Tentang Bentuk formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 SS,
G. Jenis Formulir SPT Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
a. Berdasarkan formulir dan peruntukannya SPT Orang Pribadi dibagi kedalam
3 (tiga) jenis, yaitu :
1. Formulir SPT Tahunan dengan Kode 1770, formulir ini diperuntukan
bagi Orang Pribadi yang memiliki penghasilan dari kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas. Misalnya OP memiliki usaha : Toko, Meubel, Bengkel,
Salon, Dokter, Konsultan, Usaha Rumah Makan, dan lain-lain.
2. Formulir SPT Tahunan dengan Kode 1770 S, formulir ini diperuntukan
bagi Orang Pribadi yang penghasilannya berasal dari pekerjaan atau
sumber lain yang bukan dari kegiatan usaha/pekerjaan bebas yang
melebihi Rp. 60.000.000,-. Misalnya OP yang penghasilannya
semata-mata sebagai pegawai yang menerima penghasilan dari pemberi kerja
seperti pegawai perbankan, instansi pemerintah. Formulir ini juga
digunakan apabila penghasilan OP tidak melebih Rp. 60.000.000,-
namun (Istri/suami) juga merupakan karyawan.
3. Formulir SPT Tahunan dengan Kode 1770 SS, formulir ini diperuntukan
bagi Orang Pribadi yang penghasilannya berasal dari pekerjaan atau
sumber lain yang bukan dari kegiatan usaha/pekerjaan bebas yang tidak
melebihi Rp. 60.000.000,-. Misalnya OP yang penghasilannya
semata-mata sebagai pegawai yang menerima penghasilan dari pemberi kerja
Bagi orang pribadi yang adalah karyawan atau pegawai dari suatu perusahaan
atau instansi pemerintah tinggal meminta bukti potong PPh Pasal 21 kepada
bendaharawan perusahaan/instansi tempat orang pribadi tersebut bekerja karena
sebelumnya atas penghasilan orang pribadi telah dipotong oleh pemberi kerja. Bukti
pemotongan PPh Pasal 21 tersebut adalah formulir 1771 A1 (untuk karyawan
swasta) dan formulir 1771 A2 (untuk pegawai negeri).
Formulir 1771 A1 atau formulir 1771 A2 tersebut adalah dasar pengisian SPT
Tahunan Orang Pribadi dan wajib dilampirkan. Jika orang pribadi disamping bekerja
sebagai karyawan di perusahaan swasta dan juga mempunyai penghasilan lain dapat
mengisi formulir SPT Tahunan PPh OP 1770 atau 1770S.
b. Batas waktu penyampaian surat pemberitahuan tahunan
No Jenis SPT Batas waktu penyampaian
1. SPT tahunan PPh orang pribadiyang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas ( 1770 )
Paling lama 3 bulan setelah
akhir tahun pajak
2. SPT tahunan PPh orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas ( 1770S )
Paling lama 3 bulan terakhir
tahun pajak
3. SPT tahunan PPh orang pribadi yang
mempunyai penghasilan dari satu
pemberi kerja dengan penghasilan bruto
Paling lama 3 bulan setelah
tidak lebih dari Rp. 60.000.000 setahun
4. SPT tahunan PPh badan ( 1771 ) Paling lama 4 bulan selama
tahun pajak
H. Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan SPT Tahunan PPh OP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat
Tingkat Kepatuhan Wajib pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh OP
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat bertujuan untuk meningkatkan
penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, ternyata belum
sepenuhnya meningkatkan kepatuhan masyarakat untuk mendaftarkan diri dan
memenuhi kewajibannya dalam menyampaikan pajak melalui penyampaian pajak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Untuk menjaga kesinambungan penerimaan negara khusunya dari pajak dan
meningkat jumlah wajib pajak dalam menyampaikan SPT tahunan pajak penghasilan
Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, maka harus selalu
diupayakan kebijakan perpajakan yang mendasar, baik yang menyangkut sistem,
struktur organisasi dan penyediaan sumber daya manusia. Sebagaimana diketahui
bahwa dalam penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan ini dilakukan dengan
sistem self asessment yaitu menghitung, menyetor dan melaporkan pajak terutangnya.
Adapun tujuan dari tingkat kepatuhan ini di Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
1. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan segala
kewajibannya sesuai dengan peraturan peraturan yang berlaku.
2. Adanya disiplin yang tingggi dari pihak wajib pajak.
3. Adanya Kejujuran Wajib Pajak, yaitu kejujuran wajib pajak dalam mengisi
SPT dan membayar angsuran pajak.
4. Realisasi Penerimaan pajak terpenuhi sesuai dengan target yang telah
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Analisa Perkembangan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Terdaftar di KPP Medan Barat
Perkembangan Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Barat dalam hal ini penulis akan menganalisa suatu data
mengenai data wajib pajak terdaftar dan bagaimana tingkat kepatuhan wajib pajak di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Wajib pajak yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama medan Barat dan wajib efektif adalah wajib pajak yang
memenuhi kewajiban perpajakan berupa memenuhi kewajiban menyampaikan SPT
pph masa atau tahunannya sebagaimana mestinya sesuai peraturan
perundang-undangan perpajakannya.
Jumlah Wajib Pajak orang pribadi yang terdaftar, SPT yang masuk dan tingkat
kepatuhannya dapat dilihat pada table dibawah ini :
No.
Tahun
Pajak
Jumlah WP
Terdaftar
SPT
% Kepatuhan Masuk
1 2010 22.242 7.400 33.27%
2 2011 22.597 8.063 35.68%
Dari tabel diatas dapat kita lihat bagaimana kesadaran atau kepatuhan wajib
pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Barat dari tahun 2010 sampai 2012. Ternyata Wajib Pajak yang
terdaftar di tahun 2010 sebesar 22.242, jumlah wajib pajak tahun 2011 sebesar
22.597 sedangkan tahun 2012 jumlah wajib pajak sebesar 23.836 . Jumlah Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan yang masuk tahun 2010 sebesar 7400, tahun 2011
sebesar 8.063 Surat Pemberitahuan (SPT) sedangkan tahun 2012 sebesar 7824 Surat
Pemberritahuan (SPT), dari data ini dapat disimpulkan bahwa jumlah Wajib Pajak
setiap tahun meningkat tetapi tidak diiringi dengan nilai persentase kepatuhannya.
Pada Tahun 2010 nilai persentase kepatuhan sebesar 33,27% dengan jumlah Wajib
pajak yang terdaftar sebesar 22.242. Di Tahun 2011 jumlah Wajib pajak meningkat
menjadi 22.597 dengan nilai persentase kepatuhan sebesar 35,68% sedangkan pada
Tahun 2012 jumlah Wajib pajak meningkat menjadi 23.836 tetapi nilai persentase
kepatuhannya menurun menjadi 32,82%. Analisa tabel 4.1
B. Laporan / statistik wajib pajak yang menyampaikan SPT Tahunan
Sumber : Seksi Pusat Data dan Informasi KPP Pratama Medan Barat.
NO Jenis Tahun Pajak % Pertumbuhan
SPT 2010 2011 2012 2010-2011 2011-2012
1 Nihil 5,214 5,829 5,350 11,79% -8.21%
2 Kurang Bayar 2,171 2,222 2,478 2,34% 11,52%
3 Lebih Bayar 15 12 14 -20% 16,66%
Data diatas merupakan data SPT Tahunan Orang Pribadi pada tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 berdasarkan SPT nihil, Kurang bayar dan lebih bayar.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan wajib pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Orang Pribadi
Ketidakpatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi merupakan ketidakpatuhan yang
ditimbulkan dari individu yang termasuk dalam kategori wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakaannya. (1) kepatuhan dalam penyerahan SPT (2)
kepatuhan dalam hal pembayaran (payment compliance), dan (3) kepatuhan dalam
pelaporan (reporting compliance).Hal ini timbul diakibatan karena :
1. Kurangnya tingkat kesadaran masyarakat
Hal ini disebabkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang perpajakan masih
begitu rendah, sehingga wajib pajak tidak ingin untuk mendaftarkan
kewajibannya dalam mendaftarkan pajaknya.
2. Tidak ada data wajib pajak
Rendahnya kepatuhan wajib pajak dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi yang
paling utama adalah karena tidak adanya data tentang wajib pajak yang dapat
digunakan untuk mengetahui kepatuhannya. Salah satu kesulitan yang mendasar
dalam penetapan pajak yang terutang sesungguhnya adalah tidak adanya data dan
kecenderungan wajib pajak dengan sengaja menyembunyikan informasi tentang
perilaku ketidakpatuhannya.
3. Wajib Pajak menutupi kegiatan usahanya
Masih sedikitnya informasi yang semestinya disebarkan dan dapat diterima
masyarakat mengenai peranan pajak sebagai sumber penerimaan negara dan
segi-segi positif lainnya sehingga wajib pajak tidak transparan atas usaha yang
dijalaninya akibatnya fiskus tidak dapat menetapkan seberapa besarnya pajak
yang seharusnya dikenakan.
4. Adanya anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak tidak
bisa dinikmati secara langsung, bahkan wujud pembangunan sarana prasana
belum merata, meluas, apalagi menyentuh pelosok tanah air.
5. Adanya anggapan masyarakat bahwa tidak ada keterbukaan pemerintah
terhadap penggunaan uang pajak.
6. Kurangnya petugas pelaksanaan pendataan
Kurangnya petugas pelaksanaan pendataan juga merupakan factor timbulnya
ketidakpatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPTnya sehingga pembinaan
terhadap wajib pajak yang dilakukan oleh petugas pelaksanaan atau fiskus tidak
D. Upaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Orang Pribadi (SPT PPh OP)
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat berupaya membangun
kepatuhan wajib pajak kegiatan hal ini sangat berkorelasi secara signifikan dalam
pencapaian target penerimaan pajak. Akan tetapi dukungan seluruh masyarakat
sangat dibutuhkan. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak antara lain :
1. Sesuai dengan Peraturan Perpajakan yaitu Surat Edaran Dirjen Pajak
SE-07/PJ/2013 tentang pelayanan sehubungan dengan penyampaian surat
pemberitahuan pajak penghasilan (SPT Tahun PPh). Upaya dalam meningkatkan
kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi adalah memberikan pelayanan yang baik kepada
wajib pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan kepada wajib pajak sebagai pelanggan sehingga
meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan.
2. Menjelaskan kepada wajib pajak kapan menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pajak Penghasilannya tepat waktu sehingga wajib pajak tidak dikenakan sanksi
perpajakan.
3. Kepatuhan wajib pajak dapat diukur dari pemahaman terhadap semua ketentuan
dan jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, membayar dan
melaporkan pajak yang terutang tepat pada waktunya.
4. Adanya kerjasama yang baik antara petugas pajak atau fiskus dengan wajib
pajak, sehingga pelaksanaan dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Orang
Pribadi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
5. Penerapan sanksi perpajakan baik administrasi dan pidana (kurungan atau
penjara) mendorong kepatuhan wajib pajak. Namun penerapan sanksi harus
konsisten dan berlaku terhadap semua wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajiban perpajakan. Wajib pajak memenuhi kewajiban pembayaran pajak bila
uang pajak nantinya diperuntukkan untuk membiayai pemerintahan yang bersih
dan berwibawa dalam pembangunan. Penerapan perlakuan perpajakan yang adil
terhadap wajib pajak mendorong kepatuhan wajib pajak.
6. Database yang lengkap dan akurat mendorong kepatuhan wajib pajak karena
database menyediakan data dan informasi mengenai seluk beluk usaha wajib
pajak termasuk kepatuhan pembayaran dan pelaporan pajaknya baik dalam
menyampaikan SPT tahunannya secara akurat. Sehingga hal tersebut mendorong
kepatuhan sukarela karena wajib pajak tidak dapat menghindar dari kewajiban
perpajakannya. Selain itu, database sangat membantu fiskus untuk dapat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, penulis dapat mengambil kesimpulkan bahwa :
1. Analisa Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPh OP) yaitu
untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya dalam menyampaikaan Surat Pemberitahuan tahunannya dapat
dilakukan dengan kualitas pelayanan harus ditingkatkan oleh aparat pajak.
Penyampaian Surat Pemberitahuan pajak Penghasilan Orang Pribadi merupakan
sistem dari tatacara perpajakan dalam menyampaikan sendiri jumlah pajak yang
terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
2. Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang pribadi menggunakan data SPT orang
pribadi terdaftar dari tahun 2010 sampai 2012. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan pajaknya di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
3. Berdasarkan Pencapaian target peningkatan pajak dalam menyampaikan Surat
pajak yang terdaftar menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak belum optimal di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
B. SARAN
Dalam hal ini penulis mengemukakan uraian dan menarik kesimpulan dari
data yang ada, pada kesempatan ini penulis mencoba mengemukakan beberapa
saran, yaitu :
1. Perlunya melakukan hubungan komunikasi yang baik, memahami kebutuhan
wajib pajak, tersedianya fasilitas fisik termasuk sarana komunikasi yang
memadai, dan pegawai yang cakap dalam tugasnya, serta adanya pendataan
wajib pajak secara lengkap dengan penyampaian informasi yang jelas terhadap
wajib pajak. Sehingga Realisasi penerimaan pajak terpenuhi sesuai dengan
target yang telah ditetapkan dan tingginya tingkat kepatuhan penyampaian SPT
Tahunan teroptimalisasi
2. Perlunya pemahaman wajib pajak terhadap semua ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dalam mengisi formulir dengan lengkap dan
jelas, menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar, membayar dan
melaporkan pajak yang terutang tepat pada waktunya. Untuk itu adanya
database yang lengkap juga dapat membantu pendataan wajib pajak guna dalam
menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan (PPh) Orang
3. Direktorat Jenderal Pajak sebaiknya harus lebih tegas dalam menerapkan sanksi
administrasi dan sanki pidana bagi wajib pajak yang tidak menanggapi secara
positif tentang kewajiban perpajakannya.Selain itu lebih meningkatkan
penyuluhan kepada wajib pajak dan membuat kerja sama dengan pihak lain
untuk seputar perpajakan ataupun membuat penanyangan iklan yang lebih
imtensif lagi agar mampu menggugah hati wajib pajak untuk menyampaikan
Surat pemberitahuan pajaknya. Memberikan penyuluhan atau sosialisasi dari
pemerintah secara jelas mengenai setiap perubahan perundang-undangan
perpajakan. Hal ini harus lebih ditingkatkan lagi agar jumlah wajib pajak yang
terdaftar dengan jumlah wajib pajak yang melaporkan Surat Pemberitahuannya
dapat teroptimalisasi dengan baik, sehingga dengan demikian penerimaan pajak
akan semakin meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Devano Sony,Rahayu Kurnia Siti.2006. Perpajakan Konsep, teori dan isi. Keancana
Jakarta.
Direktorat Jenderal Pajak. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28
Tahun 2007
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-443/PMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001
tentang organisasi dan tata usaha Direktorat Jenderal Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-34/PJ/2010 Tanggal 27 juli 2010 tentang
bukti formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
Waluyo, 2010, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta
http://lite.ortax.org/mod=aturan&id_topik=pph&id_jenis=7100&tahun=2013&nomor
=&q=&cols=isi&hlm=1&page=show&id=15225