• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini membahas secara detail mengenai Mekanisme

Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi,

serta mencari kendala-kendala Wajib Pajak dalam Pengisian Surat

Pemberitahuan, dan upaya-upaya Kantor Pelayanan Pajak dalam

memberikan pemahaman dalam Pengisian Surat Pemberitahuan

Tahunan Orang Pribadi.

Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran yaitu menguraikan secara

garis besar pembahasan mengenai Mekanisme Admiistrasi Surat

Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, beserta upaya-upaya Kantor

Pelayanan Pajak dalam memberikan pemahaman dalam mengisi SPT

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

2.1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Pada Tahun 1987, Kantor Pelayananan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi

Pajak. Pada saat itu ada 2 (dua) Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak

Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Dengan adanya pertumbuhan

ekonomi penduduk yang semakin cepat, maka pemerintah merasa perlu adanya

penambahan Kantor Inspeksi Pajak guna menambah penerimaan negara dari sektor

Pajak. Dengan alasan diatas maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat

yang berkedudukan di Binjai.

Pada Tahun 1988, Kantor Inspeksi Pajak dipecah menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan yang wilayah kerjanya meliputi Kotamadya

Medan, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Labuhan

Batu. Dan Kantor Inpeksi Pajak Medan tersebut beralamat di Jalan Sukamulia

No. 17-A.

2. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar, dengan adanya Kantor Inspeksi

Pajak Pematang Siantar, Wajib Pajak yang terdaftar di wilayah tersebut

dimudahkan dalam mengurus keperluan Pajak. Sehingga apa yang menjadi

tujuan pemerintah yaitu menetapkan pelayanan yang memberikan kemudahan

Kantor Inspeksi Pajak Medan oleh Pemerintah dibagi menjadi 3 (tiga)

bagian yaitu:

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara yang beralamat di Jalan Sukamulia No.

17-A Medan, yang wilayah kerjanya meliputi Kotamadya Medan, Kabupaten

Langkat, Kotamadya Binjai.

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan yang beralamat di Jalan diponogoro No.

30-A Medan.

3. Kantor Inspeksi Pajak Medan Barat yang saat itu beralamat di Jalan Binjai No.

1 Medan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor Kep.785/KMK.01./1993 mengenai

Kantor Pelayanan Pajak, jajaran Kantor Wilayah 1 Sumatera Bagian Utara terhitung

Agustus 1993, terdiri dari:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang beralamat di Jalan kejaksaan No. 2

Medan.

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jalan Sukamulia No.

17-A.

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang beralamat di Jalan Binjai KM. 7

Medan

Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jalan Asrama No.

7A Medan sebelum diterapkan modrenisasi di bidang Perkantoran merupakan salah

satu Kantor Pelayan Pajak Tipe A yang dibawah naungan Kantor Wilayah 1

Medan. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat merupakan salah satu Kantor Pajak

terbesar di wilayah Sumatera bagian Utara 1, yang meliputi wilayah kerjanya:

1. Kecamatan Medan Barat

2. Kecamatan Medan Petisah

3. Kecamatan Medan Sunggal

4. Kecamatan Medan Helvetia

5. Kecamatan Medan Polonia

6. Kecamatan Medan Tuntungan

7. Kecamatan Medan Selayang

8. Kecamatan Medan Maimun

9. Kecamatan Medan Baru

Setelah itu Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi 2 (dua)

sesuai dengan reorganisasi mengenai pemekaran Kantor terhitung tanggal 1 Maret

2002 terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Petisah

Semenjak reorganisasi wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

meliputi antara lain:

1. Kecamatan Medan Barat

2. Kecamatan Medan Petisah

3. Kecamatan Medan Sunggal

Pada Tanggal 26 Mei 2008, Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat resmi

menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama, sehingga berubah menjadi Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai

tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah,

Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat meliputi wilayah kerja yaitu

Kecamatan Medan Barat yang terdiri dari 6 (enam) kelurahan yaitu;

1. Kelurahan Kesawan

2. Kelurahan Silalas

3. Kelurahan Sei. Agul

4. Kelurahan Karang Berombak

5. Kelurahan Glugur

6. kelurahan Pulo Brayan Kota

2.2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi

pelayanan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dipercaya

untuk penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak

Misi dari kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah

meningkatkan penerimaan negara melalui pajak dan peningkatkan kecepatan dan

mutu pelayanan Perpajakan senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan

perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.

2.3. Stuktur Organisasi

Stuktur Organisi adalah suatu bagan yang menggambarkan sistematis

mengenai penerapan tugas-tugas, fungsi wewenang, serta tanggungjawab

masing-masing dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Stuktur Organisasi berfungsi untuk menyelenggarakan tugas kedinasan

dengan tujuan yang diinginkan Dengan stuktur organisasi, masing-masing pegawai

akan tahu dan sadar akan kewajiban tugas, wewenang, dan tanggungjawab. Agar

kegiatan kedinasan dapat berjalan dengan lancar, hendaknya pegawai tetap

ditempatkan pada posisi yang tepat yang tujuannya agar mendorong kinerjanya,

sehingga dengan adanya stuktur organisasi yang baik maka dapat ditentukan kepada

siapa tugas diberikan dan setiap orang harus mempertanggungjawabkan atas tugas

dan wewenang yang telah diberikan.

2.4. Uraian Tugas dan Fungsi KPP Medan Barat Kantor Pelayanan Pajak Pratama terdiri dari:

1. Subbagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

3. Seksi Pelayanan

5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstenfikasi Perpajakan

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

11. Kelompok Jabatan Fungsional

Adapun tugas tiap-tiap seksi tersebut adalah

1. Sub Bagian Umum

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha,

dan rumah tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan

data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan,

urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan

Bangunan, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan

dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Felling,

pelaksanaan i-SISMOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta surat lainnya, penyuluhan

perpajakan, pelaksanaan registrasi perpajakan Wajib Pajak, serta melakukan

kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,

penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan

penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen

penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan,

pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran

Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan

perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstenfikasi Perpajakan

Mempunyai tugas melakukan tugas pengamatan potensi perpajakan,

pendataan objek pajak dan subjek pajak, pembentukan dan pemuktakhiran

basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II,

Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, Seksi dan Pengamatan IV,

masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban

perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan

Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka

melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan

pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan/atau Bangunan dan melakukan evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai

dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan

perundang-undang yang berlaku:

a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional

yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahlian.

b. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional

senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor

Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

c. Jumlah jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan

dan beban kerja.

d. Jenis dan jenjang jabatan diatur sesuai dengan peraturan

perundang-undang yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugasnya, kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Barat mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

3. Pengadmistrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

4. Penyuluhan perpajakan

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak

6. Pelaksanaan ekstensifikasi

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak

8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak

10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

11. Pelaksanaan intensifikasi

12. Pembetulan ketetapan pajak

13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan/ atau Bangunan

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

3.1. Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara

yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan balas langsung dan digunakan

untuk keperluan negara dan kemakmuran rakyat.

Pengertian pajak menurut para ahli diantaranya;

1. Menurut Prof. DR. Rahcmat Soemitro, S.H., pajak adalah iuran rakyat kepada

kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang tidak dapat dipaksakan) dengan

tidak mendapat jasa imbal (kontra prestasi) secara langsung dapat ditunjukan dan

digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Fidel, 2008:2).

2. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut

peraturan-peraturan, dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah

Dari definisi pajak diatas dapat dirangkum beberapa ciri-ciri atau sifat pajak

(Markus,2008:1) sebagai berikut :

1. Harta kekayaan rakyat (sektor Swasta)

2. Berdasarkan undang-undang

3. Sebagian

4. Wajib diberikan kepada negara (sektor publik)

5. Tanpa mendapat kontra prestasi secara individual dan langsung

6. Bukan merupakan penalti

7. Yang mempunyai fungsi:

a. Budgeter yaitu mengisi kas negara untuk membiayai penyelenggaraan negara

dan sisanya untuk membiayai pembangunan.

b. Reguleren yaitu sebagai alat untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi dan

budaya rakyat.

3.2. Pembagian Pajak 3.2.1. Menurut Golongan

1. Pajak langsung yaitu pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan

kepada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang

bersangkutan, contoh Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan

3.2.2. Menurut Sifat

1. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya

yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan

diri Wajib Pajak. Sebagai contoh Pajak Penghasilan (PPh).

2. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya,

tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Sebagai Contoh Pajak

Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

3.2.3.Menurut Pemungutnya

1. Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan di biayai

untuk rumah tangga negara. Sebagai contoh Pajak Penghasilan (PPh), Pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

2. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Sebagai contoh Pajak

Restoran, Pajak Hiburan.

3.3. Subjek dan Non Subjek Pajak Penghasilan 3.3.1. Subjek Pajak

Menurut Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun

2008 yang menjadi subjek pajak adalah:

2. Warisan yang belum terbagi sebagi satu kesatuan menggantikan yang berhak

3. Badan

4. Bentuk usaha tetap

3.3.2.Non Subjek Pajak

Menurut pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008

yang tidak termasuk subjek pajak adalah:

1. Kantor perwakilan negara asing.

2. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lainnya dari negara

asing dan orang-orang di perbantukan untuk mereka yang berkerja pada dan

bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga negara asing

dan di Indonesia tidak menerima penghasilan diluar jabatan tersebut serta

negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik

3. Organisasi internasional

4. Pejabat–pejabat perwakilan organisasi internasional yang bukan warga negara

Indonesia

Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 yang diatur

pada pasal 2 ayat 3, dan 4, Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam

Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri 1. Orang Pribadi

Orang Pribadi yang bertempat tinggal

di Indonesia yang lebih dari 183

dalam jangka waktu 12 bulan atau

dalam 1 tahun pajak/ masehi.

1. Orang Pribadi

Orang Pribadi yang bertempat tinggal

di Indonesia yang tidak lebih dari 183

hari dalam jangka waktu 12 bulan atau

dalam 1 tahun pajak/ masehi.

2. Badan yang didirikan atau bertempat

kedudukan di Indonesia, kecuali unit

badan dari badan pemerintah yang

memenuhi kriteria.

2. Badan yang tidak didirikan di

Indonesia atau tidak berkedudukan di

Indonesia tetapi dapat menerima atau

memperoleh penghasilan di Indonesia.

3. Warisan yang belum terbagi sebagai

satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

3. Bentuk usaha tetap yang di

pergunakan oleh orang pribadi atau

badan yang kurang dari 183 hari yang

3.4.Objek Pajak dan Bukan Objek Pajak Penghasilan 3.4.1.Objek Pajak

Yang menjadi objek Pajak Penghasilan menurut pasal 4 ayat 1

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 adalah;

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan perkerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, honorarium, tunjangan, upah, komisi,

bonus, uang pensiun;

2. Hadiah dari undian atau perkerjaan atau kegiatan dan penghargaan;

3. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah di bebankan sebagai biaya;

4. Royalti, laba usaha, premi asuransi, keuntungan selisih kurs mata uang asing,

selisih lebih karena penilaian aktiva kembali;

5. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang;

6. Deviden dalam bentuk nama apapun;

7. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

8. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

Yang bukan menjadi objek Pajak Penghasilan menurut pasal 4 ayat 3

Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 tahun 2008 adalah;

1. Bantuan atau sumbangan termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat

atau lembaga amil zakat yang telah disahkan oleh pemerintah.

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam segaris keturunan

lurus satu sederajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau

badan sosial atau pengusaha kecil yang ditetapkan oleh menteri keuangan.

3. Warisan

4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti

saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

5. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna dan asuransi beasiswa.

6. Iuran yang diterima atau di peroleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh menteri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja

maupun pegawai

7. Bunga obligasi yang diterima atau di peroleh perusahaan reksadana selama 5

tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberi izin usaha.

3.5.Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan

bukan objek pajak dan atau/atau harta kewajiban, menurut ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan (Muhammad Rusdji, 2006:388).

Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Penghasilan menurut Pasal 3 ayat 1 UU. No.

28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai

sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawaban penghitungan jumlah pajak

yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui

pemotongan atau pemungutan pihak dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian

Tahun Pajak;

b. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak;

c. Harta dan kewajiban;

d. Pembayaran dan pemotongan atau pemungut tentang pemotongan atau

pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak, yang

ditentukan peraturan Perundangan-undangan perpajakan yang berlaku.

SPT ada dua macam, Yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan (Muda Markus, 2005):

1. SPT Masa, yaitu surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan

mengenai penghitungan dan pembayaran pajak terutang dalam satu masa pajak

(bulan) atau suatu saat, contoh SPT Masa PPh Pasal 21/26, SPT Masa PPh 22,

SPT Masa PPN & PPnBM, SPT PPh Pasal 25, dll.

2. SPT Tahunan, yaitu surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan

kurang/lebih bayar dalam satu tahun pajak, contoh SPT PPh Orang Pribadi, SPT

PPh Badan.

Yang wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan

adalah:

1. Setiap orang pribadi yang menerima penghasilan yang jumlahnya melebihi

Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP).

2. Setiap badan yang didirikan di Indonesia (berkedudukan) yang terdiri dari

perseroan terbatas, Persekutuan Komanditer (CV), Koperasi, Yayasan, Badan

Usaha Milik Negara (BUMN), dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).

Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan berdasarkan

Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan yang diatur pada pasal 3 huruf a,b,c adalah;

a. Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir

Masa Pajak, contoh; SPT PPh Pasal 21, dan SPT PPN;

b. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, paling lama 3

(tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak;

c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak penghasilan Wajib Pajak Badan, paling

lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

3.6. Sanksi Yang Berhubungan Dengan SPT 3.6.1.Sanksi Berupa Denda

Menurut pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No. 28 tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, apabila Wajib Pajak tidak

menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa atau Tahunan maka akan di kenakan

berupa denda sebesar;

a. SPT Masa PPN Rp. 500.000,-

b. SPT Masa Lainnya Rp. 100.000,-

c. SPT PPh Badan Rp. 1.000.000,-

d. SPT PPh Orang Pribadi Rp. 100.000,-

Setelah dilakukan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan penyidikan

mengenai ketidakbenaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak, terhadap ketidak benaran

tersebut tidak akan dilakukan penyidikan, dengan syarat apabila Wajib Pajak dengan

kemauan sendiri mengungkapan ketidakbenaran tersebut disertai kekurangan

pembayaran pajak yang terutang yang sebenarnya serta denda sebesar 150% dari

pajak kurang, dan wajib Pajak tersebut tidak dilakukan penyidikan.

Yang tidak dikenakan sanksi administrasi berupa denda yang diatur pada

pasal 7 ayat 2 undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan

Tata Cara Perpajakan adalah:

a. Wajib Pajak orang pribadi yang meninggal dunia;

b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan usaha dan atau

c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus warga negara asing yang tidak

tinggal lagi Indonesia;

d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia

e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi

belum dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;

g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang diatur dengan peraturan

Menteri Keuangan

3.6.2.Sanksi Bunga

Menurut pasal 8 ayat 1 Undang-Undang. No. 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu Wajib Pajak yang dikenakan sanksi

berupa bunga sebesar 2% dikarenakan adanya kemauan sendiri untuk membetulkan

SPT yang telah disampaikan dengan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktorat

Jendral Pajak belum melakukan pemeriksaan. Pembetulan SPT harus disampaikan

paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.

3.6.3.Sanksi Kenaikan

SPT telah diperiksa oleh Direktur Jendral Pajak, dan belum diterbitkan surat

ketetapan, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapan dalam laporan

tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian SPT yang telah disampaikan yang

mengakibatkan:

a. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar/atau lebih kecil

c. Jumlah harta menjadi lebih besar/lebih kecil

d. Jumlah modal menjadi lebih besar/atau kecil

Sehingga menjadi pajak kurang dibayar akibat ketidakbenaran dalam

Pengisian SPT dan dikenakan sanksi berupa kenaikan sebesar 50% dari pajak yang

kurang bayar (Pasal 8 ayat 4 dan 5 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan).

3.6.4.Pidana

Menurut pasal 38 huruf a dan b Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan setiap orang karena

kealpaannya; a) tidak menyampaikan SPT, b) Menyampaikan SPT tetapi isi tidak

benar dan tidak lengkap atau melampirkan keterangan isi yang tidak benar sehingga

menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan

perbuatan yang pertama kali didenda paling sedikit 1 (satu) kali dari jumlah pajak

terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali dari jumlah

pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau di pidana kurungan paling sedikit

3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.

Wajib Pajak Penghasilan Orang pribadi yang melakukan pengisian SPT

harus memahami petunjuk umum pengisian SPT, berikut ini adalah petunjuk umum

pengisian SPT;

a. Wajib Pajak Mengisi SPT harus benar, lengkap, dan jelas.

b. SPT harus ditandatangani oleh Wajib Pajak Orang Pribadi atau orang yang

c. SPT dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau tidak

dilampiri keterangan atau dokumen.

Dokumen terkait