• Tidak ada hasil yang ditemukan

VISI DAN MISI KANDIDAT GURU BESAR PERANAN ILMU IKTIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN BUDIDAYA DAN KONSERVASI SUMBERDAYA PERIKANAN. Muchlisi Z.A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VISI DAN MISI KANDIDAT GURU BESAR PERANAN ILMU IKTIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN BUDIDAYA DAN KONSERVASI SUMBERDAYA PERIKANAN. Muchlisi Z.A."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

VISI DAN MISI KANDIDAT GURU BESAR

PERANAN ILMU IKTIOLOGI DALAM PENGEMBANGAN

BUDIDAYA DAN KONSERVASI SUMBERDAYA PERIKANAN

Muchlisi Z.A.

DISAMPAIKAN PADA ACARA PENYAMPAIAN VISI DAN MISI KANDIDAT GURU BESAR

UNIVERSITAS SYIAH KUALA Darussalam – 5 Mei 2014

(2)

i KATA PENGANTAR

Alhmadulillah, puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena atas berkat rahmat dan karuniaNyalah saya dapat menyelesaikan penulisan visi dan misi sebagai kandidat Guru Besar di Universitas Syiah Kuala. Shalawat beriring salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SWT yang telah menunjukkan kita jalan kebenaran melalui Islam dan ilmu pengetahuan. Merupakan suatu kebanggaan dan kehormatan kepada saya dan keluarga atas kesempatan yang diberikan oleh komisi Guru Besar Universitas Syiah Kuala untuk menyampaikan Visi dan Misi sebagai kandidat Guru Besar pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah saya menyampaikan rasa penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Rektor Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Samsul Rizal dan Ketua Komisi Guru Besar Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Bastian Arifin, M.Sc., Sekretaris Komisi Guru Besar, Prof. drh. Tongku Nizwan Siregar, M.P beserta anggota-anggota Guru Besar; Prof. Dr. Ir: Samsul Rizal, M.Eng., Prof. Dr. Said Muhammad, M.A., Prof. Dr. Ir. Syamsul Rizal, Prof. Dr. Raja Masbar, M.Sc., Prof. Dr. Husni, S.H., M.Hum., Prof. Dr. Ir. Munirwansyah, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Sufardi, M.S dan Prof. Dr. Ir. Lukman Hakim, M,P.

Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Adlim, M.Sc dan Ketua Lembaga Penelitian Unsyiah Prof. Dr. Ir. Hasanuddin, M.S. atas dukungannya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sekretaris senat Mislaili S.E., dan berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah ikut memberikan dukungan baik moril maupun materil sehingga terlaksananya penyampaian Visi dan Misi ini. Ibarat kata pepatah “tak ada gading yang tak retak” karena itu saya menyadari bahwa Visi dan Misi yang sampaikan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan Visi dan Misi ini sangat saya harapkan. Akhirnya permohonan maaf saya atas segala kesilapan dan kekurangan dalam penyampaian visi dan misi ini.

Darussalam, 3 Mei 2014 Muchlisin Z.A.

(3)

ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...……… . i DAFTAR ISI ………. ii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………. 1

1.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Iktiologi ………. 2

1.3 Keragaman Ikan ……….. 3

II. VISI DAN MISI ... 4

III. PERANAN IKTIOLOGI DALAM KONSERVASI (STUDI KASUS IKAN DEPIK, Rasbora tawarensis) ... 5

IV. PERANAN IKTIOLOGI DALAM DOMESTIKASI IKAN KEURELING ... 9

V. MENUJU UNIVERSITAS RISET ... 10

VI. PENUTUP ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 15

(4)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Aceh memiliki potensi sumberdaya perairan yang cukup besar. Provinsi ini memiliki garis pantai sepanjang 2.30 km, perairan teretorial seluas 29.370 km2 dimana 238.807 km2 diantaranya adalah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) (Bappeda, 2008). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan tidak kurang terdapat 450 spesies ikan karang (Rudi, 2011) dan 114 spesies ikan air tawar (Muchlisin dan Siti-Azizah, 2009) hidup di perairan Aceh. Selain itu juga terdapat lebih kurang 73 sungai-sungai besar tersebar dibeberapa kabupaten/kota dan dua danau yang indah, yaitu Danau Laut Tawar di Kabupaten Aceh Tengah dan Danau Aneak Laot di Kota Sabang (Muchlisi, 2011). Namun sayangnya potensi yang demikian besar ini belum dimanfaatkan secara optimal akibat rendahnya penguasaan IPTEK dibidang perikanan sehingga masyarakat petani ikan dan nelayan masih manjadi kelompok marginal berbanding dengan kelompok profesi lainnya.

Kegiatan budidaya perikanan khususnya budidaya ikan air tawar sudah mulai berkembang di Provinsi Aceh, namun sayangnya ikan target peliharaan didominansi oleh ikan-ikan introduksi, diantaranya ikan nila (Oreochromis niloticus), ikan mas (Cyprinus carpio), ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dan patin siam (Pangasius sutchi). Dengan tingkat pendidikan dan keterampilan petani ikan yang masih tergolong rendah, penggunaan spesies asing sebagai ikan target budidaya dapat memberikan berbagai dampak negatif bagi lingkungan. Dampak introduksi ikan asing ke suatu perairan khususnya di perairan Aceh telah dilaporkan oleh Muchlisin (2011a) dan Muchlisin (2012a). Dilain pihak, Provinsi Aceh memiliki potensi sumberadaya spesies ikan yang sangat beragam, hasil evaluasi terdahulu sekurangnya terdapat 14 species ikan air tawar ekonomis tinggi yang berpotensi untuk jadikan ikan target budidaya dan 21 species memiliki potensi sebagai ikan hias (Muchlisin, 2013a).

Oleh karena itu pengembangan perikanan budidaya di Provinsi Aceh dimasa depan harus bertumpukan kepada pemberdayaan spesies lokal ekonomis tinggi. Sebelum dapat dibudidayakan dalam lingkungan terkontrol, spesies ikan liar perlu melewati beberapa tahapan penelitian yang mendalam dan berkesinambungan, yaitu; (1) Penelitian dasar menyangkut: aspek ekologi, aspek reproduksi, aspek kebiasaan makanan dan cara makan, taksonomi dan pola pertumbuhan; dan (2) Penelitian terapan, menyangkut aspek-aspek antara lain: domestikasi, kebutuhan nutrisi (pakan), pemuliaan (breeding), genetika dan penyakit, pada semua tingkatan kehidupan ikan (larva, fingerling, muda, dewasa dan induk). Untuk mendukung semua tujuan tersebut peranan Ilmu Iktiologi adalah sangat penting.

(5)

2 Secara sederhana Iktiologi (Ichthyology) dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari semua aspek tentang ikan. Pengertian “ikan” dalam Ilmu Iktiologi adalah hanya hewan bertulang belakang yang hidup di air, memiliki insang sebagai organ pernafasan utama, memiliki sirip sebagai alat gerak dan bersifat poikilotermal, yaitu suhu tubuhnya dapat menyesuaikan dengan suhu lingkungan, diluar itu tidak termasuk dalam kajian Iktiologi. Oleh karena itu kajian Ilmu Iktiologi sangat luas dan sangat prospektif karena Indonesia umumnya dan Aceh khususnya memiliki potensi perikanan yang demikian besar. Namun sayangnya Universitas Syiah Kuala sampai saat ini belum memiliki Guru Besar dalam bidang tersebut.

1.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Iktiologi

Ikan sudah menjadi sumber protein utama bagi manusia sejak zaman purba, namun demikian kajian terhadap biologi dan taksonomi ikan belumlah terlalu lama dimulai. Diperkirakan kajian tentang Iktiologi baru dimulai pada wal Abad ke-18, pada mulanya kajian Iktiologi lebih difaokuskan pada bidang Taksonomi dan Distribusi pada beberapa spesies, kemudian berkembang lebih luas pada Abab ke-20.

Tulisan modern pertama tentang ikan ditulis oleh Block yang meneliti tentang “Auslaniche Fishes” yang dipublikasikan pada tahun 1785. Sejak Abad 20, penelitian tentang iktiologi mulai berkembang pesat dan telah terbagi menjadi beberapa bidang kajian, yaitu: (a) taxonomi dan distribusi, (b) anatomy, (c) fisiologi dan biokimia, (d) evolusi dan genetik, (e) penyakit, (f) struktur dan dinamika populasi dan (g) konservasi. Secara ringkas sejarah kajian iktiologi dapat disarikan sebagai berikut:

• Aristoteles (384-322 SM): mendeskripsikan lebih kurang 115 species ikan. Aristoteles dalam kajiannya pertamakali mengemukakan metode untuk membedakan perbedaan jenis kelamin pada ikan hiu dengan menggunakan perbedaan struktur sirip perutnya. • Pierre Belon (1517-1564): mendeskripsikan 110 species ikan berdasarkan ciri-ciri

anatomi.

• H. Salviani (1514-1572): 92 species ikan

• G. Rondelet (1507-1557): menulis buku pertama tentang ikan.

• Peter Artedi (1705-1735): membuat sistem klasifikasi ikan yang diberi judul Father of Ichthyology.

• Carolus Linnaeus: berhasil membuat Systema Naturae dengan mengadopsi system klasifikasi Artedi dan menjadi dasar dari keseluruhan sistem klasifikasi ikan. Banyak nama-nama ikan dideskripsi dan diberi nama oleh Linnaeus, sehingga namanya ikut ditabalkan pada akhir nama ikan bersangkutan.

(6)

3 • Berg (1940): membuat klasifikasi ikan (Classification of Fish) yang menjadi standar

dalam pengklasifikasian ikan hingga sekarang.

1.3 Keragaman Ikan

Ikan memiliki keragaman yang sangat tinggi baik dari segi bentuk tubuh, ukuran dan distribusinya, sehingga menjadi tantangan bagi ahli ikhtiologi dalam melakukan pengklasifikasiannya.

Menurut Vida and Kotai (2006) diperkirakan terdapat 50.000 spesies ikan diseluruh perairan di dunia, dari jumlah tersebut lebih kurang 25.000 atau (50%) saja yang telah diidentifikasi dan diberi nama (Allen, 2000; Gilbert and Williams, 2002). Di Asia saja, diperkirakan terdapat 3500 spesies ikan air tawar atau mencapai 40% dari jumlah spesies ikan air tawar yang ada di dunia (Kottelat and Whiten, 1996). Rainboth (1991) memperkirakan sebanyak 70 genus ikan dari famili Ciprinidae endemik di Asia Tenggara.

Lebih lanjut Djajadiredja (1977) memperkirakan lebih dari 4000 spesies ikan hidup di perairan Indonesia, dan lebih kurang 100 spesies diantaranya adalah ikan air tawar (Suwelo, 2004). Dalam kontek Aceh, Muchlisin dan Azizah (2009) melaporkan sebanyak 114 ikan air tawar tercatat hidup di perairan Aceh. Jumlah spesies ikan yang dilaporkan diatas mungkin masih dibawah jumlah yang sebenarnya ada, hal ini disebabkan penelitian yang dilakukan belum merangkupi keseluruhan perairan yang ada, keterbatasan alat tangkap, biaya dan kepakaran. Oleh karena itu penemuan spesies baru terus dilaporkan dari tahun ke tahun. Nelson (1994) berani memperkirakan sebanyak 200 spesies baru ikan ditemukan setiap tahun dimana 40% diantaranya adalah ikan air tawar.

Dari penjelasan diatas dapat mengambarkan betapa ilmu Iktiologi khususnya taksonomi sangat penting dan diperlukan dalam rangka menemukan, mengidentifikasi dan mengklasifikasikan ikan-ikan tersebut yang selanjutnya kajian-kajian yang lebih aplikatif dapat dilakukan untuk tujuan-tujuan konservasi dan pengembangiakannya (budidaya).

(7)

4 II. VISI DAN MISI

2.1 Visi

Menjadikan Universitas Syiah Kuala sebagai pusat pengembangan perikanan budidaya berbasis ikan lokal ekonomis tinggi sehingga menjadi rujukan bagi universitas lain baik nasional maupun global.

2.2 Misi

1. Melakukan penelitian-penelitian dasar yang bertujuan untuk mengindentikasi dan menginventarisasi ikan-ikan lokal (database ikan).

2. Mengevaluasi dan melakukan seleksi terhadap ikan-ikan yang bernilai ekonomis tinggi dan berpotensi untuk dibudidayakan.

3. Melakukan kajian-kajian dasar dan terapan terhadap berabagai aspek ikan yang berpotensi untuk dibudidayakan.

4. Mencari alternatif pakan buatan yang ekonomis dan ramah lingkungan untuk mendukung pengembangan budidaya.

5. Publikasi bertaraf internasional

2.3 Tujuan

1. Meningkatkan mutu akademik perkuliahan di bidang perikanan khususnya perikanan budidaya dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian terkini yang diintergrasikan dalam materi perkuliahan.

2. Menghasilkan penelitian-penelitian dasar dan terapan dalam cakupan Ilmu Iktiologi untuk mendukung perikanan budidaya yang ramah lingkungan dan berbasis ikan lokal ekonomis tinggi sehingga akan menguntungkan secara ekonomis dan ekologis. 3. Mempublikasikan hasil-hasilkan penelitian pada jurnal-jurnal bertaraf internasional 4. Menerapkan hasil-hasil penelitian tepat guna kepada masyarakat petani ikan melalui

paket-paket teknologi tepat guna yang diramu dari hasil-hasil penelitian terbaik, akurat dan teruji sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani ikan.

2.4 Sasaran

1. Lahirnya museum Ichtyology di Universitas Syiah Kuala yang dapat dijadikan sebagai wahana atau media pembelajaran bagi generasi sekarang dan yang akan

(8)

5 datang. Hal ini penting dilakukan mengingat semakin banyak ikan-ikan sudah sangat jarang ditemukan dan bahkan ada yang terancam punah.

2. Menjadikan spesies ikan lokal sebagai komoditas perikanan budidaya unggulan di Provinsi Aceh.

3. Terciptanya perikanan budidaya yang ramah lingkungan 4. Terlindungginya spesies lokal dari kepunahan

5. Kesejahteraan petani ikan meningkat

III. PERANAN ILMU IKTIOLOGI DALAM KONSERVASI (STUDI KASUS

IKAN DEPIK, Rasbora tawarensis)

Rasbora tawerensis atau dalam bahas lokal setempat disebut ikan depik adalah ikan air tawar yang bersifat endemic di Danau Laut Tawar, artinya ikan ini hanya ditemukan di Danau Laut Tawar saja, tidak ada tempat lain dibelahan dunia manapun juga. Ikan ini telah dinyatakan sebagai salah satu ikan yang terancam punah (threatened species) dan telah masuk daftar merah IUCN (IUCN, 1990) dan hasil evaluasi terakhir menunjukkan ikan ini telah berada pada kategori Critical Endangered (CBSG, 2003).

Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tengah sebenarnya telah mempunyai rencana untuk melakukan langkah-langkah konservasi terhadap ikan depik, namun sayangnya mereka masih ragu yang mana sebanarnya Rasbora tawarensis yang bersifat endemic di Danau Laut Tawar tersebut, hal ini disebabkan karena di Danau Laut Tawar masih ada dua jenis Rasbora lainnya yang dalam bahasa lokal dipanggil sebagai; eas dan relo disamping depik yang telah dijelaskan diatas. Selain itu juga beberapa masalah yang menyangkut dengan perilaku biologi ikan ini juga belum diketahui sehingga sulit untuk menetapkan kebijakan konservasinya, sementara dilain pihak populasinya di Danau Laut Tawar terus menurun dari tahun ke tahun. Hasil evaluasi kami menunjukkan bahwa populasi ikan depik memang telah menurun tajam selama dua decade terakhir, sebagai gambaran nilai CPUE pada tahun 1970an adalah sebesar 1166 g/m2 jaring turun menjadi hanya 15 g/m2 jaring pada tahun 2009, atau turun 98,7% (Muchlisin et al., 2011b). Oleh karena itu status ikan depik saat ini memang dalam kondisi sangat mengkhawatirkan.

Beberapa permasaalahan yang menyebabkan populasi ikan depik di Danau Laut Tawar menurun antara lain adalah turunnya permukaan air Danau Laut Tawar secara signifikan selama 20 tahun terakhir, introduksi ikan asing ke Danau Laut Tawar, teknik

(9)

6 penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dengan menggunakan doran (jarring insang yang berukuran kecil) dan dedeseun (alat tangkap tradisional), serta adanya pencemaran dari limbah budidaya perikanan dan pertanian (Gambar 1, Muchlisin, 2010a; Muchlisin et al., 2011b). Untuk mengetahui bahasan lebih lengkap tentang penyebab yang disebutkan diatas silahkan membaca dua referensi yang disebutkan terakhir diatas.

Berdasarkan permasaalahan diatas maka maka telah melakukan serangkaian penelitian untuk turut membantu menyediakan informasi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pertama kami telah berhasil memecahkan misteri yang selama ini tersimpan yang menyangkut dengan mana yang sebanrnya Rasbora tawarensis. Dengan menggunakan pendekatan morphometric (truss and traditional morphometric) and genetic dengan menggunakan penanda gen COI, ternyata dari tiga jenis ikan yang disebut sebagai depik, eas dan relo sebenarnya adalah hanya dua spesies yang valid, dimana eas dan depik adalah spesies yang sama, yaitu Rasbora tawarensis; sedangkan relo spesies yang berbeda yang belum diketahui spesiesnya. Kenyakinan kami bahwa relo bukan Rasbora tawarensis karena profil DNAnya sama persis dengan salah sampel Rasbora yangdiperoleh dari Aceh Besar sebagai kontrol. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa adalah R. tawarensis bersifat endemic di Danau Laut Tawar oleh karena itu mustahil ikan ini juga ditemukan di perairan Aceh Besar. Oleh karena itu yang endemic tersebut adalah eas dan relo, dimana keduanya adalah spesies yang sama, yaitu Rasbora tawarensis (Gambar 2 dan Gambar 3).

Setelah memastikan yang mana ikan endemic Danau Laut Tawar, selanjutnya dikaji pula tentang kebiasaan reproduksinya. Hasil kajian penting pada topic ini antara lain bahwa bahwa musim pemijahan (musim kawin) ikan depik adalah tiga kali dalam setahun, dimana puncaknya terjadi pada bulan September (Gambar 4), rasio kelamin menunjukkan ikan betina lebih dominan berbanding jantan, namun jantan matang kelamin lebih awal, yaitu pada ukuran 58-102 mm, sedangkan betina pada kisaran panjang 71-113 mm (Muchlisin, 2010b).

Distribusi ikan depik di Danau Laut Tawar menyebar, namun lebih dominan dijumpai di air dangkal dekat tepian dan ukurannya reletif lebih kecil berbanding ikan depik yang tertangkap di perairan dalam jauh dari pantai (Muchlisin, 2013b).

(10)

7 a b b b c Decade (Year)

Gambar 1. Catch per unit efforts (CPUE) ikan depik selama kurun waktu 1970a sampai 2000an (Muchlisin et al. 2011b).

Gambar 2. Scatter plot fungsi 1 dan fungsi karakter morphometrik ikan eas, depik dan relo (Rasbora taxa) (Muchlisin, 2013)

Canonical Discriminant Functions

Function 1 6 4 2 0 -2 -4 -6 F u n ct io n 2 4 2 0 -2 -4 Species: Group Centroids Relo Dep ik Eas Relo Depik Eas Presumed taxa:

(11)

8

IV.

Gambar 4. Nilai gonadosomatik indek ikan depik dan hubungannya dengan curah hujan (Muchlisin et al., 2010b).

Gambar 3. Pohon genetik ikan Rasbora dengan menggunakan gen COI 613bp (Muchlisin et al., 2012d)

Gambar 3. Pohon genetik ikan Rasbora dengan menggunakan gen COI 613bp. Group I

Group II

Group III (Out group)

Eas

Depik

Relo

(12)

9 IV. PERANAN ILMU IKTIOLOGI DALAM DOMESTIKA IKAN KEURELING SEBAGAI IKAN TARGET BUDIDAYA MASA DEPAN

Ikan keureling merupakan salah satu jenis ikan air tawar ekonomis penting dan memiliki harga jual yang sangat tinggi, dari ketiga jenis yang ada di perairan Aceh, T. tambroides memiliki harga jual lebih tinggi daripada yang lain, dapat mencapai Rp150.000 s/d Rp200.000 per kg. Oleh karena itu ikan keureling selalu menjadi buruan utama para nelayan dengan menggunakan berbagai cara termasuk dengan cara yang tidak ramah lingkungan dan merusak. Hal ini telah menyebabkan ikan ini menurun drastis di alam baik dari segi jumlah maupun ukurannya (over fishing). Ikan keureling termasuk sebagai salah satu ikan yang terancam punah (threatened species) dan telah masuk IUCN Red List pada kategori Endangered (IUCN, 1990). Hal ini dipertegas oleh Kottelat et al. (1993) dan Singh (2007) menyebutkan bahwa ikan mahseer (keureling) merupakan ikan yang terancam punah akibat penangkapan yang berlebihan, pencemaran dan kerusakan lingkungan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang intensif tentang berbagai aspek bio-ekologi dalam upaya penyusunan rencana konservasinya (Ogale, 2002).

Penangkapan ikan keureling dari alam perlu dikurangi dan kedepan bahkan harus dihindari, untuk itu nelayan perlu peralih dari usaha menangkap kepada usaha pembudidayaannya. Salah satu kendala dalam pengembangan ikan keureling saat ini adalah belum adanya teknologi budidaya termasuk teknologi pembenihan dan pakan. Oleh karena itu teknologi pembenihan dan pakan ikan keureling perlu dikembangkan sehingga pengembangan usaha budidayanya dapat dijalankan dengan baik. Salah satu langkah penting dalam upaya pembudidayaan ikan liar adalah penelitian tentang domestika calon induk dan penelitian tentang pembenihan secara buatan (ransangan hormon). Jika kedua teknologi ini dapat dikuasai maka pasokan bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan berkelanjutan dari balai benih kepada petani pembudidaya dapat terjamin.

Saat ini pembesaran ikan keureling sudah dapat dilakukan dikolam air deras, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa larva ikan keureling tubuh lebih baik pada pakan yang mengandung 30% protein (Muchlisin et al., 2012b). Selain itu pula kajian bio-ekologi ikan keureling khususnya di perairan pantai barat Aceh telah dilaporkan oleh Muchlisin et al. (2012c).

Domestikasi induk ikan keureling telah berhasil dilakukan dan saat ini sudah tersedia beberapa induk hasil domestikasi tersebut dan dalam proses pematangan gonad (Muchlisin,

(13)

10 2013c). Dalam beberapa tahun mendatang diharapkan teknologi pembenihannya sudah dapat dikuasai dengan baik sehingga tidak perlu lagi bergantung kepada benih dari alam.

Saat ini kami sedang meneliti tentang proses pematangan gonad dan aplikasi probitiok untuk mempercepat pertumbuhan ikan keureling. Selain itu juga sedang dikaji tentang parasit yag sering menyerang ikan khususnya di kolam budidaya sehingga dapat ditemukan cara pencegahan dan pengobatan yang tepat.

V. MENUJU UNIVERSITAS RISET

Untuk dapat maju dan bersaing di tingkat nasional dan global Universitas Syiah Kuala perlu mentransformasikan diri dari teaching university kepada research university. Sebuah research university akan menfokuskan diri dan mengerahkan sebagain besar sumberdayanya untuk tujuan-tujuan penelitian dan hasil-hasilnya dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional bereputasi dan berimpact tinggi.

Suatu keharusan bagi Unsyiah untuk menjadi universitas riset; saat inilah kita menuju kesana, tidak nanti tapi sekarang!. Unsyiah baru saja menyelesaikan draft Statunya, namun saya menilai arah pengembangan universitas ini masih perlu dipertajam, secara tegas harus tersurat tidak cukup tersirat bahwa universitas kebangaan rakyat Aceh ini akan menjadi universitas riset dalam sekian tahun kedepan, dan untuk itu sebagain besar sumberdaya harus segera diarahkan kesana.

Jika segenap kemampuan dikerahkan dan didukung oleh semua elemen yang dipandu dengan perencanaan yang matang dan terukur, maka saya menyakini dalam 20 tahun kedepan Universitas Syiah Kuala akan menjadi sekurangnya 5 terbaik di Indonesia.

Dari segi pencapaian publikasi internasional sebagai salah satu barometer penting bagi sebuah universitas, Universitas Syiah Kuala telah berhasil mengeser Universitas Andalas, secara nasional berada dibawah Universitas Udayana. Jika kita semua konsisten dan terus meningkatkan produktifitas maka saya menyakini Unsyiah dapat masuk 10 besar menggeser Udayana dalam waktu kurang 5 tahun.

Untuk dapat menghasil penelitian yang hasilnya dapat dipublikasikan di jurnal internasional tentu bukan perkara mudah, perlu ketekunan dan harus didukung oleh dana penelitian yang memadai dan kontinyu. Bagi kami sebagai seorang yang menekuni bidang Iktiologi kekurangan sarana dan prasarana penelitian yang memang sangat terasa namun tidak akan menjadi halangan karena pada hakikatnya laboratorium kami adalah perairan, jika ada air maka disitu perluang ada ikan, jika ada ikan maka disitulah laboratorium kami para

(14)

11 Ichthyologists. Menurut data yang ada dana penelitian yang berhasil dimenangkan oleh peneliti Unsyiah naik dari tahun ke tahun namun jumlah keterlibatan dosen dalam penelitian dinilai masih rendah. Untuk mengatasi permasaalahan tersebut mungkin perlu dipikirkan perlu adanya “tabungan dana penelitian abadi”, Unsyiah perlu membuat cadangan dana penelitian abadi secara terencana, yang dapat digunakan untuk membiayai penelitian dosen, terutama para Guru Besar, karena adalah sebuah keniscayaan jika seorang Guru Besar tidak melakukan penelitian dan bahkan publikasi.

Bagi sebuah universitas riset peranan Guru Besar dan mahasiswa pasca sarjana sangatlah penting untuk mendongkrak reputasi sebuah universitas. Guru Besar dan mahasiswa pasca sarjana harus memberikan kontrusi yang sangat signifikan bagi peningkatan publikasi sebuah universitas, namun sayangnya kondisi ini tidak terjadi di Unsyiah dan bahkan disebagian besar universitas di Indonesia, dimana letak salahnya? Apakah Komisi Guru Besar Universitas yang terhormat ini salah memberikan rekomendasi kepada orang yang tidak tepat, yang menganggap jabatan Guru Besar adalah tujuan akhir dan setelah itu tidak perlu lagi meneliti dan menulis untuk publikasi? Ataukah Prodi-Prodi salah dalam memilih calon mahasiswa pasca sarjananya??

Oleh karena itu saya menilai peranan Komisi Guru Besar Universitas sangat penting sekali untuk menilai kelayakan seorang calon Guru Besar, agar jabatan terhormat ini dapat diberikan kepada orang yang tepat, seorang dosen yang memiliki komitmen dan track record yang baik maka patut didorong proses percepatan pengusulan Guru Besarnya. Selain menilai kelayakan calon Guru Besar sebaiknya Komisi Guru Besar Universitas juga perlu memiliki fungsi untuk mengevaluasi kinerja para Guru Besar yang telah ada, yang tidak aktif meneliti dan publikasi mungkin perlu diberi rekomendasi kepada pimpinan universitas untuk dicabut fasilitasnya dst.

Untuk meningkatkan peranan mahasiswa pasca sarjana, menurut saya Unsyiah sudah sepatutnya tida lagi berorentasi kepada jumlah akan tetapi sudah harus berorentasi kepada kualitas, hanya yang terbaik saja dapat menjadi mahasiswa pasca. Kuliah yang dipadatkan pada hari Jumat – Minggu mungkin perlu ditinjau ulang. Dengan menjadi universitas riset, Unsyiah dapat menciptakan peluang-peluang kerjasama penelitian dengan lembaga lain dan industri-industri yang dapat mendatangkan pemasukan bagi universitas yang selanjutnya dapat mendanai dan melengkapi berebagai fasilitas penelitian, sehingga tidak perlu bergantung semata-mata dari iuran SPP mahasiswa

(15)

12

VI. KESIMPULAN

Provinsi Aceh memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup potensial, namun sayangnya masih belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini salah satunya disebabkan karena keterbatasan sumberdaya manusia oleh karena itu peningkatan sumberdaya manusia perikanan sangat penting dilakukan, untuk tujuan tersebut maka peran universitas Syiah Kuala sangat krusial dalam mencetak SDM perikanan yang handal.

Saat ini Unsyiah belum memiliki Guru Besar dalam bidang Iktiologi, oleh karena itu kehadiran Guru Besar dalam bidang ini di universitas kebangaan masyarakat Aceh sangat dinantikan untuk mendorong lebih banyak lagi hasil-hasil penelitian yang berkualitas tinggi dan aplikatif bagi masyarakat dan berdampak atau memberi kontribusi bagi pengembangan IPTEK secara global. Hal ini sesuai dengan visi dari Unsyiah untuk menjadikan Unsyiah sebagai salah satu universitas terkemuka di kawasan Asia Tenggara.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.R. 2000. Marine Fishes. A field guide for angler and diver. Periplus. Singapore. Bappeda Provinsi Aceh. 2008. Geografi pemerintah Aceh. Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah, Provinsi NAD, Banda Aceh.

CBSG. 2003. Conservation assessment and management plan for Sumatra threatened species. IUCN-SSC Conservation Breeding Specialist Group, Apple Valley, M.N. USA. Djajadiredja, R., S. Fatimah dan Z. Arifin. 1977. Jenis-jenis ikan ekonomis penting. Ditjen

Perikanan, Deptan. Jakarta.

Gilbert, C.R and J.D. Williams. 2002. Field guide to fishes (Revised edition). Alfred a Knopf Inc, New York.

IUCN. 1990. 1990 IUCN red list of threatened animal. IUCN, Gland and Cambrige.

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited.

Kottelat, M. and T. Whitten. 1996. Freshwater biodiversity in Asia with special reference to fish. World Bank Technical Paper, 343, 59.

Muchlisin, Z.A. and M.N. Siti Azizah. 2009. Diversity and distribution of freshwater fishes in Aceh waters, northern Sumatera, Indonesia. International Journal of Zoological Research, 5(2): 62-79.

(16)

13 Muchlisin, Z.A. 2010a. Danau laut tawar dan permasalahaannya. Workshop Selamatkan Danau Laut Tawar, Takengon 21-22 November 2009. Forum Penyelamatan Danau Laut Tawar, Takengon.

Muchlisin, Z.A., M. Musman and M.N. Siti-Azizag. 2010b. Spawning seasons of Rasbora tawarensis (Pisces: Cyprinidae) in Lake Laut Tawar, Aceh Province, Indonesia Reproductive Biology and Endocrinology 2010, 8:49.

Muchlisin Z.A. 2011a. Analisis kebijakan introduksi spesies ikan asing di perairan umum daratan provinsi aceh. Jurnal Kkebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, 1(1): 79-89.

Muchlisin Z. A., Fadli N., Rudi E., Mendo T., Siti-Azizah M. N., 2011b. Estimation of production trend of the depik, Rasbora tawarensis (Teleostei, Cyprinidae), in Lake Laut Tawar, Indonesia. AACL Bioflux, 4(5):590-597.

Muchlisin Z.A. 2012a. First report on introduced freshwater fishes in the waters of Aceh, Indonesia. Archives of Polish Fisheries, 20: 129-135.

Muchlisin, Z.A., M. Nazir, N. Fadli dan M. Adlim. 2012b. Growth performance, protein and lipid retentions on the carcass of Acehnese mahseer, Tor tambra (Pisces: Cyprinidae) fed commercial diet at different levels of protein. Artikel Seminar Hasil Penelitian, Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Muchlisin Z.A. dan N. Fadli. 2012c. Some Biological Aspects of Keureling Fish, Tor tambra Valenciennes, 1842 (Cyprinidae) from Western Region of Aceh Province, Indonesia. Artikel Seminar Hasil Penelitian Lembaga Penelitian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Muchlisin, Z.A., N. Fadli and M. N. Siti_Azizah. 2012d. Genetic Variation and Taxonomy of Rasbora Group (Cyprinidae) from Lake Laut Tawar, Indonesia. Journal of Ichthyology, 52(4): 284–290.

Muchlisin Z.A. 2013a. Potency of freshwater fishes in Aceh waters as a basis for aquaculture development program. Jurnal Iktiologi Indonesia, 13(1): 91-96.

Muchlisin, Z.A. 2013b. Distributions of the endemic and threatened freshwater fish depik, Rasbora tawarensis Weber & de Beaufort, 1916 in Lake Laut Tawar, Aceh Province, Indonesia. Songklanakarin J. Sci. Technol., 35 (4): 483-488.

Muchlisin, Z.A. 2013c. A Preliminary Study on The Domestication of Wild Keureling Broodfish (Tor tambra). Proceedings of Annual International Conference of Syiah Kuala University, 4-6 Oktober 2013. Syiah Kuala University Press. pp 194-197.

(17)

14 Muchlisin, Z.A. 2013d.. Morphometric Varations of Rasbora Group (Pisces: Cyprinidae) in Lake Lawar, Aceh Province, Indonesia. Hayati Journal of Biosciences, 20(3): 138-143 Nelson, J.S. 1994. Fishes of the World. 3th edition, John Wiley and Sons, Inc. New York. Ogale, S.N., Mahseer Breeding and Conservation and Possibilities of Commercial Culture,

The Indian Experience. In: T. Petr and S.B. Swar (Eds.), Coldwaterf isheriesinthe trans-Himalayan countries. FOA Fisheries Technical Paper No. 431. Rome, 2002, pp. 193-212.

Rainboth, W.J. 1991. Cyprinids of Southeast Asia. In: I.J. Winfiled and J.S. Nelson (eds.) Cyprinids fishes, systematics, biology and exploitation. Chapman and Hall, London. Singh, A.K., Biological and Reproductive Diversity in Reverie As Well As Lacustrine

Golden Mahser, Tor putitora (Hamilton 1822) in Central Malayas, India. In: Mahser, The Biology, Culture and Conservation. Siraj, S.S., Christianus, A., Kiat, N.C. and De Silva, S.S. (eds.). Proceeding of the International Symposium on the Mahseer. 29-30 March, 2006. Kuala Lumpur, Malaysia. Malaysian Fisheries Society. 2007, pp. 79-97.

Suwelo, I.S. 2004. Spesies Ikan langka dan terancam punah perlu dilindunggi undang- undang. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 12 (2): 153-160.

(18)

15 RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Dr. Muchlisin Z.A., S.Pi, MSc. Tanggal Lahir 11 September 1971

Tempat Lahir Banda Aceh, Indonesia Warga Negara Indonesia

Jenis Kelamin Laki-laki Status Perkawinan Kawin

Alamat Jln. Geulumpang Lr. Tgk Diteupin Desa Meunasah Papeun Kec. Krueng Barona Jaya, Aceh Besar.

Email : muchlisinza@unsyiah.ac.id Phone : 0821 6047 6633

Pendidikan

1979 - 1985 SDN No. 1 Sinabang, Simeulue. 1985 - 1988 SMP Negeri 4 Banda Aceh 1988 - 1991 SMA Negeri 3 Banda Aceh

1991 - 1997 Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru (Sarjana Perikanan/ S.Pi) 2001 - 2004 School of Biological Sciences, Universiti Sains Malaysia (M.Sc in

Fish Breeding)

2008 -2011 School of Biological Sciences, Universiti Sains Malaysia (Ph.D in Ichthyology)

Pekerjaan : Dosen pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Sejak 1999 sampai saat ini.

(19)

16

Publikasi

a. Jurnal Internasional

No. Title Name of Journal &

Volume

1. Muchlisin, Z.A., NadiahW.N., Nadiya N, Fadli, N. and Siti-Azizah, M.N. 2014 natural cryoprotectants for cryopreservation of African catfish, Clarias gariepinus, Burchell 1822 (Pisces: Clariidae) spermatozoa

Accepted in Czech Journal of Animal Science (Scopus + IF) 2. Muchlisin, Z.A. Rinaldi F., Fadli N., AdlimM. and HendriA.

2014. Feeding Biology of Two Endemic and Threatened Freshwater Fishes, Depik (Rasbora Tawarensis Weber & de Beaufort, 1916) and Kawan (Poropuntius Tawarensis Weber & de Beaufort, 1916) in Lake Laut Tawar, Indonesia.

Accepted in Fisheries and Aquatic Sciences (Scopus + IF)

3. A general overview of some aspect of fish reproduction Aceh International Journal of Science & Technology, 3(1): 43-52

4. Muchlisin, Z.A. S. Mastura, A. Asraf, N. Fadli, A. Hendri, M. N. Siti-Azizah. 2014. A preliminary study to evaluate the effects of powder milk solution on the eggs adhesiveness and fertilization rates of African catfish, Clarias gariepinus

AACL Bioflux 7(1):15-19. (Scopus)

5. Cheng, S.H., F. E. Anderson, A. Bergman, G. N. Mahardika, Z. A. Muchlisin, B. T. Dang, H. P. Calumpong, K. S. Mohamed, G. Sasikumar, V. Venkatesan, P. H. Barber. 2014. Molecular evidence for co-occurring cryptic lineages within the Sepioteuthis cf. lessoniana species complex in the Indian and Indo-West Pacific Oceans

Hydrobiologia, 725:165– 188 .

(Scopus + IF)

6. Muchlisin, Z.A. 2013. Distributions of the endemic and threatened freshwater fish depik, Rasbora tawarensis Weber & de Beaufort, 1916 in Lake Laut Tawar, Aceh Province, Indonesia

Songklanakarin J. Sci. & Technol, 35(4): 483-488. (Scopus)

7. Muchlisin, Z.A., Z. Thomy, N. Fadli, M.A. Sarong and M.N. Siti-Azizah. 2013. DNA barcoding of freshwater fishes from Lake Laut Tawar, Aceh Province, Indonesia.

Acta Ichthyologica et Piscatoria, 43(1):21-2. (Scopus + IF)

8. Ali Sarong, Muchlisin Z.A. Mawardi A.L., Adlim M. 2013. Cadmium concentartion in three species of freshwater fishes from Keureto River, Northern Sumantra, Indonesia

AACL Bioflux 6(5):486-491. (Scopus)

9. Fadli, N., Kunzmann A., von Jutarzenka K., Rudi E., Muchlisin Z. A., 2013. A preliminary study on the coral recruitment coral rubbles subtrate in Seribu Island waters, Indonesia

AAC Bioflux, 6(3): 246-252. (Scopus)

10. Muhammadar, A.A., A.G. Mazlan, A. Samat, K.D. Simon, M.S. Asmawati, Z. A. Muchlisin, M. Rimer. 2012. Feed digestion rates of tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus) juvenile.

AACL Bioflux, 5(5): 356-360. (Scopus)

11. Nayaya, A.J., M. Nor Siti-Azizah, Innocent A. Adikwu, Williams A. Istifanus, Abalis G. Ezra, Z. A. Muchlisin. 2012. Diversity and distribution of fishes of Gaji River, Bauchi State, Nigeria.

AES Bioflux, 4(2): 50-58. (DOAJ)

(20)

17

12. Natsir, S.M. and Muchlisin, Z.A. 2012. Benthic foraminiferal assemblages in Tambelan Archipelago, Indonesia.

AACL Bioflux, 5(4): 259-264. (Scopus)

13. Muchlisin, Z.A. 2012. The first report on the introduced freshwater fishes in Aceh waters, Indonesia.

Archives of Polish Fisheries, 20(2): 129-135. (Scopus)

14. Muchlisin, Z.A., N. Fadli and M.N. Siti-Azizah. 2012. Genetic variation and taxonomy of Rasbora group (Cyprinidae) from Lake Laut Tawar, Indonesia.

Journal of Ichthyology, 52(4): 284-290. (Scopus) 15. Putra, D.F., A.B. Abol-Munafi, Z.A. Muchlisin, J. Chen. 2012.

Preliminary studies on morphology and digestive tract development of tomato clownfish, Amphiprion frenatus under captive condition

AACL Bioflux, 5(1): 29-35. (Scopus)

16. Muchlisin, Z.A., N. Fadli, E. Rudi, T. Mendo, M.N. Siti Azizah. 2011. Estimation of production trend of the depik, Rasbora

tawarensis (Teleostei, Cyprinidae), in Lake Laut Tawar,

Indonesia.

AACL Bioflux, 4(5): 590-597. (Scopus)

17. Muhammadar, A.A., A. G. Mazlan, A. Samad, Z.A. Muchlisin and K.D. Simon. 2011. Crude protein and amino acids content in some common feed of tiger grouper (Epinephelus fuscoguttatus) juvenile.

AACL Bioflux, 4(4): 499-504. (Scopus)

18. Muchlisin Z.A., M. Musman, N. Fadli and M.N. Siti-Azizah. 2011. Fecundity and spawning frequency of Rasbora tawarensis (Pisces: Cyprinidae) an endemic species from Lake Laut Tawar, Aceh, Indonesia.

AACL Bioflux, 4(3): 273-279. (Scopus)

19. Muchlisin, Z.A., M. Musman and M.N. Siti Azizah. 2010. Length-weight relationships and condition factors of two threatened fishes, Rasbora tawarensis and Poropuntius

tawarensis, endemic to Lake Laut Tawar, AcehProvince,

Indonesia.

Journal of Applied Ichthyology, 26: 949-953. (Scopus + IF)

20. Muchlisi, Z.A., N. Nadiya, W.N. Nadiah, M. Musman and M.N. Siti Azizah. 2010. Preliminary study on the natural extenders for artificial breeding of the African catfish (Clarias gariepinus)

AACL Bioflux, 3(2): 119-124. (Scopus)

21. Jamsari, A.F.J., Z.A. Muchlisin, M. Musman and M.N. Siti Azizah. 2010. Remarkably low genetic variation but high population differentiation in the climbing perch, Anabas

testudineus (Anabantidae), based on the mtDNA control region.

Genetic and Molecular Research, 9(3): 1836-1843. (Scopus + IF)

22. Muchlisin, Z.A., M. Musman and M.N. Siti Azizah. 2010. Spawning seasons of Rasbora tawarensis in Lake Laut Tawar, Aceh Province, Indonesia

Reproductive Biology and Endocrinology, 8:49 (Scopus + IF) 23. Muchlisin, Z.A. and M.N. Siti-Azizah. 2009. Diversity and

distribution of freshwaters fish in Aceh waters Northern Sumatera Indonesia.

International Journal of Zoological Research, 5(2): 62-79. (Scopus)

24. Muchlisin, Z.A. and M.N. Siti-Azizah. 2009. Effect of cryoprotectant on abnormality and motility of bagrid catfish (Mystus nemurus) spermatozoa.

Cryobiology, 68: 166-169. (Scopus + IF)

(21)

18

25. Muchlisin, Z.A., R. Hashim and A.S.C. Chong. 2006. Short communication : “ Influences of dietary protein levels on several reproductive parameters in bagrid catfish Mystus nemurus female broodstock.

Aquaculture Research, 37 : 416-418. (Scopus + IF)

26. Muchlisin, Z.A., R. Hashim and A.S.C. Chong. 2004. Preliminary study on the cryopreservation of bagrid catfish spermatozoa: Effect of different extenders and cryoprotectants on the motility of spermatozoa after short-term storage.

Theriogenology, 62(1-2):25-37. (Scopus + IF)

b. Jurnal Nasional (Terakreditasi dan Non Akreditasi)

No. Title Name of Journal &

Volume

1.

Muchlisin, Z.A. 2013. Morphometric Varations of Rasbora Group (Pisces: Cyprinidae) in Lake Lawar, Aceh Province, Indonesia

Hayati Journal of Biosciences, 20(3): 138-143.

2.

Muchlisin, Z.A. 2013. Study on potency of freshwater fishes in Aceh waters as a basis for aquaculture and conservation development programs

Jurnal Iktiologi

Indonesia, 13(1): 91-96.

3.

Dewi, C.D., Muchlisin, Z.A., Sugito. 2013.Pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) pada konsentrasi tepung daun jaloh (Salix tetrasperma Roxb) yang berbeda dalam pakan

Depik, 2(2): 45-49

4.

Muchlisin, Z.A., N. Fadli, R. Astuti, Marzuki. 2013. Persepsi nelayan terhadap kebijakan subsidi perikanan dan konservasi di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh

Depik, 2(1): 33-39

5.

Zuraidha Yanti, Muchlisin Z.A., Sugito. 2013. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan nila (Oreochromis niloticus) pada beberapa konsentrasi tepung daun jaloh (Salix tetrasperma) dalam pakan

Depik, 2(1): 16-19

6. Jannah, R., Muchlisin, Z.A. 2012. Komunitas fitoplankton di daerah estuaria Krueng Aceh, Kota Banda Aceh.

Depik, 1(3): 189-195

7.

Muchlisin, Z.A., N. Fadli, A.M. Nasution, R. Astuti, Marzuki, D. Amuni. 2012. Analisis subsidi bahan bakar minyak (BBM) solar bagi nelayan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Depik, 1(2): 107-113.

8.

Muchlisin, Z.A., M. Musman and M. Nazir. 2012. Pemetaan potensi daerah untuk pengembangan kawasan minapolitan di beberapa lokasi dalam Provinsi Aceh: suatu kajian awal.

Depik, 1(1): 68-77.

9.

Mulfizar, Z.A. Muchlisin, I. Dewiyanti. 2012. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi tiga jenis ikan yang

tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Aceh Besar, Provinsi Aceh.

Depik, 1(1): 1-9.

10.

Muchlisin, Z.A. 2011. Analisis kebijakan introduksi spesies ikan asing di perairan umum daratan Provinsi Aceh.

Jurnal Kebijakan & Riset Sosek Kelautan dan Perikanan, 1(1):

(22)

79-19 89.

11.

Muchlisin, Z.A., M. Musman and M.N. Siti Azizah. 2011. Depik, Eas and Relo yang manakah Rasbora tawarensis?

Jurnal Iktiologi

Indonesia, 11(1):93-98.

12.

Muchlisin Z.A., M. Musman, N. Fadli and M.N. Siti-Azizah. 2011. Fecundity and spawning frequency of Rasbora tawarensis (Pisces: Cyprinidae) an endemic species from Lake Laut Tawar, Aceh, Indonesia.

AACL Bioflux, 4(3): 273-279 (2011).

13.

Firdus and Z.A. Muchlisin. 2010. Tingkat degradasi kotoran dan kualitas air septic tank dengan menggunakan starbioR dan ikan lele sebagai bio-degradator.

Jurnal Natural, 10(1): 1-6.

14.

Muchlisin, Z.A. 2009. Studi pendahuluan kualitas air untuk pengembangan budidaya perikanan di Kecamatan

Sampoinit Aceh Jaya pasca tsunami.

Biospesies, 2(1): 10-16

15.

Muchlisin, Z.A. 2007. Pengaruh perbedaan jenis pakan dan ransum harian terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup kepiting bakau, Scylla serrata.

Indonesian Journal of Marine Sciences, 11(4): 227-233.

16.

Muchlisin, Z.A. 2005. Factor affect gonadal development of female broodfish : A review.

Biologi, 4 (6) : 411-427

17.

Firdus and Z.A. Muchlisin, 2005. Penggunaan keong mas sebagai pakan alternative untuk budidaya ikan kerapu (Evaluation of Pomacea canaliculata as an alternative feed for cultured grouper, Epinephelus tauvina).

Enviro, 5(1) : 64-66 (2005).

18.

Muchlisin, Z.A. 2005. Review: Current status of extender and cryoprotectant on fish spermatozoa cyoprservation.

Biodiversitas, 6(1): 12-15. (2005).

19.

Muchlisin, Z.A. 2004. Studi kebiasaan makan ikan tuna yang tertangkap di perairan Aceh

Natural, 4(2): 20-22 (2004)

20.

Muchlisin Z.A. 2003. Perbedaan jenis umpan terhadap hasil tangkapan kepiting bakau, Scylla serrata

Natural

21.

Muchlisin, Z.A. and Muhammadar, 2003. Ultra structure of baung (Mystus nemurus) spermatozoa.

Journal Hayati, 9 (2):75-77 (2003).

22.

Muchlisin, Z.A. 2003. Pengaruh perbedaan jenis pakan alami terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hiudp larva ikan lele dumbo.

Biologi, 3(2):105-113

23.

Muchlisin Z.A. 2001. Keragaman plankton sebagai indikator biologis pencemaran Sungai Sarah, Leupung, Aceh Besar (Diversity of plankton as bio-indicator in Sarah River, Aceh Besar).

Jurnal Ilmiah MIPA, 3(2):7-14.

(23)

20 2. Penelitian

No. Judul Jumlah

Dana (Rp) dalam juta

Tahun Position

1. Pengembangan budidaya ikan air tawar berbasis ikan lokal ekonomis tinggi (tahun ketiga)

170 2014 Ketua

2. Genetic population of halfbeak fishes in Indonesia

90 2013 Ketua

3. Fish biodiversity of Rawa Tripa Peat Swamp

- 2013 Peneliti

4. Pengembangan budidaya ikan air tawar berbasis ikan lokal ekonomis tinggi (tahun kedua)

170 2013 Ketua

5. Pengembangan budidaya ikan air tawar berbasis ikan lokal ekonomis tinggi (tahun pertama)

170 2012 Ketua

6. Bio-ekologi ikan keureling (Genus Tor) sebagai upaya pengembangan dan konservasinya.

45 2012 Ketua

7. Pemetaan potensi pengembangan kawasan minapolitan di koridor ekonomi Sumatra

Mapping of the natural potency for minapolitan development program

100 2011 Ketua

8. Evaluation of conservation status of depik (Rasbora tawarensis) in Lake Laut Tawar, Aceh, Indonesia

60 2010 Ketua

9. Fish diversity in Aceh Province and Leuser Ecosystem

30 2008 Ketua

10. Feeding technique of mud crab (Scylla serrata)

50 2007 Ketua

11. Feasibility study of aquaculture development planning in Sampoinit subdistrict, Aceh Jaya.

30 2007 Ketua

12. Assessment of coral reef condition in Sabang after tsunami

120 2006 Ketua

13. Assessment of fishery and wetland potencies in Aceh Utara and Lhokseumawe

55 2005 Ketua

14. Assessment of coastal pond damage along east coast of Aceh, NAD after

(24)

21 tsunami

15. Assessment of Islamic boarding schools potencies along west coast.

45 2005 Ketua

16. Rapid assessment on fisherman needs along west coat of Aceh, NAD

50 2005 Anggota

17. Effect of different baits on the fishing catch of Mud Crab (Scylla serrata)

10 2002 Ketua

18. Studi pengaruh konsentrasi minyak bumi terhadap kelimpahan dan keragaman fitoplankton di perairan sekitar pelabuhan Krueng Geukuh, Kabupaten Aceh Utara.

5 2000 Ketua

3. Proceedings

No. Judul Nama Conference/Seminar

1. Muchlisin, Z.A., M.N. Siti-Azizah. 2014. Fish community structure of Tripa peat swamp forest (Invited Speaker)

Asian Fish Biodiversity Conference. Gurney Hotel, Malaysia, 12-13 February 2014.

2. Muchlisin, Z.A. 2013. Peluang dan tantangan pengembangan perikanan di Provinsi Aceh (invited speaker)

Seminar Perikananan Universitas Teuku Umar, 24 Desember 2013

3. Muchlisin, Z.A. 2013. A preliminary study on the demostication of keureling broodstock (Tor

tambra)

The 3nd Annual International

Conference of Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia. October 2-4, 2012.

4. Muchlisin, Z.A. and Munzir A. Aziz. 2013. Morphometric variations of three species of mugisl from coastal areas of Aceh Besar and Banda Aceh.

Seminar Nasional Biologi. Universitas Sumatera Utara, Medan Juni 2013.

5. Muchlisin, Z.A. 2013. A responsible aquaculture practices

Symposium of diversification of coastal aquaculture in Indonesia. Banda Aceh, 11 April 2013. 6. Muchlisin, Z.A. 2012. Spawning sites of the depik

(Rasbora tawarensis) in Lake Laut Tawar

The 2nd Annual International

Conference of Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia. November 24-26, 2012.

7. Muchlisin Z.A, Masazurah A.R., Abu Talib A., Siti Azizah M.N. 2008. Samsudin B. 3and Jamsari A.F.J.1. Genetic identification of four Malaysian mackerel species off Coast of Peninsular Malaysia

8th Malaysian Genetics Congress, Pahang, Malaysia 4-6 August 2008.

(25)

22

based on molecular marker

8. Muchlisin, Z.A. 2008. Assesment of coastal pond condition and aquaculture activities in Pidie District after the tsunami

International Symposium Land Use after the Tsunami – Supporting Education, Research and Development in the Aceh Region. November 4-6, 2008

9. Muchlisin, Z.A. 2006. Mapping of coastal pond damaged along east coast of NAD

Proceedings of Int. workshop on coastal ecosystem: hazard, management and rehabilitation. Purwokerto, 7-17 August, 2006 10. Muchlisin, Z.A. and R. Hashim. 2003.

Preliminary study on the broodstock nutrition of bagrid catfish (Mystus nemurus): evaluation of dietary protein on the gonadal development.

International Seminar on Marine Sciences and Resources. Syiah Kuala University, Banda Aceh, Indonesia. 11-15 March 2003.

11. Muchlisin, Z.A. and R. Hashim. 2002. Effect of dietary protein level on egg quality, and body composition of bagrid catfish, Mystus nemurus broodstock

Proceedings of The Fourth Regional IMT-GT Uninet Conference 2002, Penang, Malaysia. 15-17 Oct 2002.

6. Pengabdian Masyarakat

No. Judul Tahun Posisi

1. Teknik budidaya ikan ekonomis tinggi di Kec. Beutong Nagan Raya.

2014 Ketua

2. Pelatihan transplantasi terumbu karang bagi nelayan di Pantai Wisata Lampuuk

2013 Anggota

3. Introduksi teknologi pakan buatan bagi petani

pembudidaya ikan keureling di Beutong, Nagan Raya “Introduction of artificial feed technology for fish famer of keureling in Beutong sub district, Nagan Raya.

2012 Ketua

4. Pelatihan budidaya ikan air tawar bagi pemuda putus sekolah di Waduk Pekeliling, Aceh Besar.

2011 Ketua

5. Coastal forestry rehabilitation and livelihood in Blang Mangat sub district, Lhokseumawe

2008 Ketua

6. A Fish feed formulation training for Kuala Lagean fish farmer

(26)

23 7. The Silvo-fishery program in Punteat village, Aceh Utara 2007 Ketua 8. Coastal forestry rehabilitation in Samatiga subdistrict,

Aceh Barat

2006 Ketua

9. Using coastal pond unused for culturing mud crab in Pidie sub district, district of Pidie

2005 Ketua

10. Poly-culture of grouper and tilapia in cage on the coastal pond in Baet village Baitussalam sub district.

2004 Ketua

7. Organisasi Profesi

No

Nama Organisasi

Waktu

Jabatan

1. Masyarakat Iktiologi Indonesia 2010-sekarang Koordinator Sumatera

2. Masyarakat Biodiversitas Indonesia 2010-sekarang Pengurus Wilayah Aceh

3. Masyarakat Akuakultur Indonesia 2010 - sekarang Anggota

4. Asian Society of Ichtyhologists 2014 - sekarang Founding member

8. Keterlibatan di Universitas

No

Nama

Waktu

Jabatan

1. Koordinatorat Kelautan dan Perikanan Unsyiah

2011 - 2013 Wakil ketua pelaksana 2. Fakultas Kelautan dan Perikanan Unsyiah 2014-sekarang Pembantu Dekan

Bidang Akademik

3. Jurnal Depik 2012 - sekarang Ketua Editor

4. Aceh International Journal of Science and Technology

2012 - sekarang Editor Pelaksana

5. Tim Reviwer Penelitian Internal Unsyiah 2012 - sekarang Reviewer 6. Tim penyusunan Rencana Induk Penelitian

Universitas Syiah Kuala

2014 Ketua

7. Tim penyusunan etika peneliti Universitas Syiah Kuala

2014 Anggota

8. Annual International Conference Syiah Kuala University (AIC Unsyiah)

2011 Ketua Editor

9. Annual International Conference Syiah Kuala University (AIC Unsyiah)

(27)

24 9. Prestasi

No

Nama

Tahun

1. Dosen Berprestasi I Unsyiah 2013

2. Inspirator Mutu BJM 2013

3. Dosen berprestasi mengajar PPS Unsyiah 2013

4. Penerbitan terbaik ketegori jurnal PPSKH USM 2010 5 Penyaji terbaik pada seminar hasil penelitian Dikti 2007

Banda Aceh, 3 April 2014 Yang Bersangkutan,

Dr. Muchlisin Z.A., S.Pi, M.sc NIP. 197109111999031003

Gambar

Gambar 2. Scatter plot fungsi 1 dan fungsi karakter morphometrik ikan  eas, depik dan relo (Rasbora taxa) (Muchlisin, 2013)
Gambar 4. Nilai gonadosomatik indek ikan depik dan hubungannya  dengan curah hujan (Muchlisin et al., 2010b)

Referensi

Dokumen terkait

(3) Tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh penutur untuk mempengaruhi mitra tutur. 1) dalam tindak tutur lokusi penutur mempunyai maksud untuk

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi masalah yang ingin diketahui),

Sambil menunggu koordinasi penelitian prevalensi SBIL di Indonesia, maka hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam menyusun asumsi penelitian epidemiologi S B L di

1) Ada hubungan antarara tingkat pengetahuan pasien rawat jalan tentang pola penggunaan antibiotik di puskesmas kairatu kategorik lama mengkonsumsi antibiotik,

System Development Life Cycle (SDLC) – merupakan kumpulan dari berbagai modul ilmu pengetahuan yang terkait dengan pengembangan sebuah sistem atau entitas komputasi

Tahapan persiapan adalah aktivitas pertama dan utama yang harus dilakukan sebelum TQM dikembangkan dan dilaksanakan. Beberapa langkah yang harus dilakukan adalah

Berdasarkan rerata Indeks Keanekaragaman Shanon-Wiener pada stasiun 1, 3, dan 5 perairan Sungai Musi di pada stasiun tersebut diklasifikasikan kedalam perairan yang

Namun, jika dilihat dari jumlah keseluruhan responden (pelanggan jasa perpustakaan dan ISSN) diketahui bahwa sejumlah 43 responden (71,7%) menyatakan puas dan 11 responden