LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
UPTD. TEKNOLOGI TERAPAN PERKEBUNAN ( UPTD-T2P)
DINAS PERKEBUNAN PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
Oleh
AWAN FITRIATMAJA NIM. 080 500 182
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN
UPTD. TEKNOLOGI TERAPAN PERKEBUNAN ( UPTD-T2P)
DINAS PERKEBUNAN PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR
Oleh
AWAN FITRIATMAJA NIM. 080 500 182
Praktek Kerja Lapangan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Sebutan Ahli Madya
Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W. T, yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas, selama praktek kerja lapangan (PKL) di UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur, hingga tersusunlah laporan ini.
Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanan PKL ini juga tidak lepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan sebesar-besarya kepada :
1. Orang Tua serta saudara-saudari penulis yang senantiasa memberikan dukungan dan doa.
2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S.TP., M.Sc. Selaku Ketua Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan
4. Bapak M. Yamin, S.TP., M.Si Selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan (PKL).
5. Bapak Anis Syauqi, S.TP,. M.Sc Selaku dosen penguji Praktek Kerja Lapangan (PKL).
6. Bapak Ir. Supriyadi, M.Sc Selaku Kepala UPTD Teknologi Terapan Perkebunan
7. Bapak Achmad Nasaruddin, SP selaku kepala seksi Pengolahan Hasil Perkebunan UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur
8. Ibu Tri Susilowati, SP selaku staf Seksi Pengolahan Hasil Perkebunan UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur
9. Ibu Rahmilawati, SE. Selaku kepala bagian Tata Usaha UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur 10. Ibu Umani selaku Staf Tata Usaha UPTD Teknologi Terapan Perkebunan
(UPTD-T2P) Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur
11. Seluruh Karyawan-karyawati UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur.
12. Rekan-rekan mahasiswa dalam kelompok PKL, serta mahasiswa Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, yang telah bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini bukanlah suatu karya yang sempurna sekali, sehingga dengan sangat terbuka penulis akan menerima setiap kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini, dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ... 3
C. Hasil yang diharapkan ... 3
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan ... 4
B. Tujuan dan Fungsi Perusahaan ... 6
C. Manajemen Perusahaan ... 7
D. Lokasi dan Waktu PKL ... 7
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) A. Sortasi Jahe ... 8
B. Pengupasan Jahe ... 10
C. Penimbangan Jahe ... 12
D. Pencucian ... 14
F. Pemasakan ... 18 G. Pengayakan ... 21 H. Pengemasan ... 23
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpualan ... 26 B. Saran ... 27
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
NO Tubuh Utama Halaman
1. Struktur Organisasi UPTD-T2P Dinas Perkebunan Kaltim ... 30
2. Diagram Alur Pengolahan Instan Jahe ... 31
3. Jahe ... 32
4. Proses Pencucian Awal ... 32
5. Sortasi Jahe ... 33
6. Pengupasan Kulit Jahe ... 33
7. Proses Pencucian ... 34
8. Perajangan Jahe Yang Sudah Dicuci ... 34
9. Proses Penghalusan ... 35
10. Penyaringan Jahe ... 35
11. Bahan Tambahan Gula Pasir ... 36
12. Bahan Tambahan Kayu Manis ... 36
14. Bahan Tambahan Cengkeh ... 37
15. Proses Pemasakan ... 38
18. Proses Pengadukan ... 38
19. Pendidihan Sari Jahe ... 39
20. Instan Jahe Yang Sudah Mengental ... 39
21. Instan Jahe Yang Menggumpal ... 40
21. Proses Pengayakan ... 41
22. Proses Penumbukan Dari Sisa Pengayakan ... 41
23. Pengemasan Dan Penimbangan ... 42
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Para ahli botani (ilmu tumbuh-tumbuhan) belum dapat memastikan dari mana asal-usul tanaman jahe, sebagian disebut-sebut berasal dari Negara pengekspor rempah-rempah, seperti Malaysia, Indonesia, India, Cina. Namun dugaan kuat jahe berasal dari Asia Tropik (India atau Cina), yang jelas jahe sudah dikenal dan tersebar luas disegala penjuru Negara berabad-abad yang lalu. India pada abad 551-479 sebelum masehi sudah membudidayakan tanaman jahe yang dan mengekspor kebeberapa Negara seeperti Cina dan Timur Tengah. Jerman dn Prancis sudah mengenal jahe sejak abad 9, sedangkan Inggris sejak abad 10.
Sementara di Indonesia jahe sudah ada sejak jaman nenek moyang gratusan tahun yang lalu dan tersebar siberbagai wilayah sehingga tidak aneh kalau setiap daerah menyebut istilah jahe berbeda-beda sesuai dengan bahasa daerah masing-masing.
Prospek usaha tani jahe di Indonesia juga cukup menggembirakan, mengingat tingkat kebutuhan jahe di dalam dan luar negeri dari tahun ketahun menunjukkan peningkatan cukup pesat seiring dengan pesatnya perkembangan industri jamu, industry obat-obatan, industry makanan dan minuman yang menggunakan bahan baku jahe. Keaneka-ragaman mnfaat rempah-rempah yang
satu ini mendorong tingginya permintaan jahe, sehingga membuka peluang usaha tani jahe.
Sementara itu pertumbuhan pertanian jahe masih sangat lamban, para petani lebih suka menanam padi, kacang-kacangan dan sayur-sayuran yang sudah dikenal dan dipahami cara budi dayanya secara turun-temurun, jadi usaha diversifikasi jahe perlu digalakkan, sehingga mendorong petani untuk lebik membudidayakan jahe.
UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur merupakan Instansi pemerintah yang memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan dalam teknologi pengolahan hasil perkebunan.
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan merupakan suatu wadah pembelajaran yang sangat berkaitan langsung dengan pengolahan komoditi hasil perkebunan, maka dari itu Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mewajibkan setiap mahasiswanya untuk mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada awal semester VI.
B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan ( PKL)
Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami penggunaan alat, bahan, sarana dan urutan kerja yang tepat dalam pengolahan jahe hingga menjadi produk.
2. Sebagai sarana aplikasi dan perbandingan teori-teori yang didapatkan di UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) dengan di perkuliahan. 3. Mendidik mahasiswa-mahasiswi agar lebih kritis dan tanggap terhadap
perbedaan yang ditemui di lapangan dengan yang ada di bangku kuliah. C. Hasil Yang Diharapkan
Adapun manfaat dari Praktek Kerja Lapangan ( PKL) ini adalah sebagai berikut:
Dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini diharapkan mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan yang tidak didapatkan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda terutama Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan, serta mampu mengaitkan antara teori-teori dengan praktek langsung di lapangan. Agar mahasiswa dapat menerapkan hasil PKL pada saat terjun langsung di lapangan kerja dan dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan di Indonesia
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN
A. Tinjauan Umum Perusahaan
Berdasarkan keputusan Gubernur Kalimantan Timur maka dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada dinas-dinas Propinsi Kalimantan Timur, salah satunya adalah UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P). Pada tahun 2001 berdasarkan SK. Gubernur Kalimantan Timur No. 16 tahun 2001 yang terletak di Jln. Slamet Riadi Gg.6 Samarinda
UPTD Teknologi Terapan Perkebunan adalah unsur pelaksana oprasional yang berada di bawah Dinas Perkebunan Kalimantan Timur. UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) Kalimantan Timur dipimpin oleh seorang kepala unit yang bertanggung jawab kepada kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Timur. UPTD Teknologi Terapan Perkebunan bertugas membantu kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Timur dalam rangka melaksanakan sebagian tugas teknis Dinas Perkebunan kalimantan Timur khususnya dalam bidang pengkajian teknologi terapan perkebunan, selain itu UPTD Teknologi Terapan Perkebunan juga melaksanakan tugas-tugas pembantuan yang sifatnya menunjang kegiantan pengkajian teknologi terapan perkebunan (Anonim, 2002).
UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) mempunyai Visi, Misi dan Strategi yang telah ditetapkan dalam rangka pelayanan prima, yaitu:
1. Visi
Terwujud perkebunan yang efisien, produktif dan bedaya saing tinggi untuk kemakmuran masyarakat Kalimantan Timur secara berkeadilan dan berkelanjutan melalui pengelolaan sumberdaya secara optimal dan berkelanjutan.
2. Misi
Sesuai dengan visi maka misi dalam pembangunan UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) Kalimantan Timur adalah:
a. Mendorong berkembangnya usaha yang efisien, produktif dan mampu memberikan jaminan kehidupan masyarakat yang lebih baik.
b. Menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan perkebunan
c. Mengoptimalkan pengolahan sumberdaya lahan dan kebun secara profesional dan lestari
d. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
3. Strategi
Meningkatkan sumberdaya adaptasi dan inovasi seluruh pelaku usaha agribisnis perkebunan sehingga mampu memanfaatkan peluang usaha secara efisien dan berdaya saing dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
B. Tujuan dan Fungsi UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P)
Adapun tujuan UPTD Teknolog Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup pekebun
b. Meningkatkan kontribusi perkebunan kepada perkebunan daerah
c. Tumbuhnya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang berkeadilan. Adapun fungsi UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) adalah sebagai berikut :
a. menyelengarakan identifikasi dan inventarisasi tanaman dalam rangka mendapatkan klon harapan tanaman perkebunan
b. menyelengarakan uji lapangan/uji terapan terhadap berbagai paket teknologi budidaya dari hasil kajian balai penelitian.
c. Menyelengarakan uji galur kesesuaian berbagai komoditi induksi terhadap kondisi lokal.
d. Menyelengarakan uji coba teknologi pengolahan hasil dalam rangka meningkatkan mutu hasil
e. Membangun kebun koleksi klon-klon unggulan perkebunan.
f. Melaksanakan rekayasa dan rancangan bangun alat dan mesin perkebunan yang sederhana.
g. Memfasilitasi hasil pengkajian dan penyebarluasan penerapan teknologi tepat guna untuk direkomendasi.
h. Melaksanakan urusan ketatausahaan.
C. Manajemen Perusahaan
Susunan Organisasi UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P) Kalimantan Timur adalah :
a. Kepala UPTD
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Seksi Teknologi Terapan Budidaya Perkebunan
d. Seksi Teknologi Terapan Pengolahan Hasil Perkebunan (Anonim, 2008).
D. Lokasi Dan Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ( PKL)
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di UPTD Teknologi Terapan Perkebunan di Jln. Slamet Riadi Gg. 6 Samarinda. Waktu Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama 2 (dua) bulan terhitung dari tanggal 1 Maret – 31 April 2011.
III. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
Pengolahan Jahe Menjadi Jahe Instan A.Sortasi Jahe
1. Tujuan
a) Untuk mendapatkan jumlah jahe yang tinggi dengan kualitas buah yang baik untuk mendapatkan buah yang baik agar menghasilkan yang berkualitas
b) Menyeragamkan tingkat tua buah jahe
c) Memisahkan buah jahe yang rusak agar tidak mempengaruhi kualitas jahe yang lain.
2. Dasar Teori
Setelah tanaman jahe dipanen, segera rimpangnya dibersihkan dari tanah maupun kotoran lainnya yang melekat, lalu rimpang-rimpang yang sudah bersih itu ditebar dan dikering-keringkan pada lantai dan jemur selama 4-6 hari, minimal 4 jam perharinya dan setelah itu baru lakukan sortasi.
Dasar sortasi adalah penampilan atau bentuk, serta ukuran dan warna bibit ketika tahap ini dilakukan tidak satu pun rimpang yang tunasnya telah tumbuh yaitu: besar, sedang, agak kecil. Juga kondisi rimpang tidak lecet atau memar, bersih dan bebas dari hama dan penyakit. Tujuan sortasi, disamping mendapatkan jaminan kepastian mutu, juga keaslian maupun keseragaman. (Murhananto, 2006)
3. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah:
a) Pisau
b) Wadah/Baskom
Bahan yang digunakan adalah:
a) Jahe putih b) Jahe merah
4. Prosedur Kerja
Jahe yang bagus dan yang buruk dipisahkan dari tempat wadah yang berbeda.
5. Hasil yang Diperoleh
Jahe yang sudah dibeli adalah buah yang berkualitas baik. Dengan adanya sortasi maka, akan kelihatan jahe yang baik dan jahe yang buruk atau cacat.
6. Pembahasan
Memilih jahe dengan kualitas bagus dan membuang jahe yang tidak termasuk dalam kriteria, memisahkan jahe yang rusak agar tidak mempengaruhi kualitas jahe yang lainnya. Pada saat sortasi jahe ditempatkan dilengser itukan permukaannya lebar dan luas jadi kita bisa melakukan pemilihan jahe yang buruk
dan yang bagus. Caranya dengan memilih yang busuk, keriput, dan gepeng kering ditempatkan dibaskom lainnya.
B.Pengupasan Jahe 1. Tujuan
a) Untuk memisahkan daging buah dari kulit jahenya yang sudah dipilih
b) Tujuan pengupasan hanya sekedar membuang kulit tipis pada bagian luar umbi.
2. Dasar Teori
Jahe dibedakan berdasarkan cara pengupasannya, yaitu pengupasan dengan cara menguliti seluruhnya, pengupasan setengah dikuliti, dan pengupasan tanpa dikuliti. Cara yang paling sederhana adalah pengupasan tanpa dikuliti. Prosesnya setelah dipanen, jahe dicuci bersih, ditiriskan, dipotong-potong lalu diblender. Pengupasan Kulit Jahe yang telah dicuci dapat langsung diiris,atau dikupas terlebih dahulu. Pengupasan hanya sekedar membuang kulit tipis pada bagian luar umbi.
Untuk pengolahan dalam jumlah besar, pengupasan dilakukan dengan alat mekanis. Untuk pengolahan dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, rimpang dapat dikupas dengan pisau. (Rufaedah, 2007)
3. Alat dan Bahan Alat a) Pisau b) Baskom/wadah c) Plastik Bahan a) Jahe Putih b) Jahe Merah 4. Prosedur Kerja
a) Jahe dikupas kulitnya dan bila ada bagian daging buah yang jelek kualitasnya dipotong dan disingkirkan.
b) Masukkan kedalam wadah/baskom
c) Di bersihkan dengan memakai pisau, lalu dicuci ulang untuk menghilangkan dari kotoran yang melekat pada tangan.
5. Hasil yang Diperoleh
Pemisahan kulit jahe dan daging jahe yang diperoleh kulit terpisah dari daging jahe agar dapat di peroleh hasil yang baik, dalam pengupasan kulit memerlukan pisau yang tajam agar daging buah saat mengupas kulit tidak banyak yang teriris.
6. Pembahasan
Pada proses pengupasan dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan daging dan kulit jahe, bisa tidak dilakukan dengan mencuci kulit jahe sampai bersih, kita melakukan pengupasan agar kotoran yang melekat pada sela-sela jahe agar ikut bersih jika dikuliti dan prosesnya perajangan lalu diblender agar rasa pedasnya terasa. Karena dari pengupasan itu, jahe mengeluarkan sedikit basah jahe jika dikupas kulitnya, dan air tersebut tangan bisa terasa pedas maka dilakukannya pengupasan agar bisa banyak mendapatkan pati sari jahe tersebut.
C.Penimbangan Jahe 1. Tujuan
a) Penimbangan berfungsi untuk menimbang jahe yang akan dibuat instan, berfungsi pula untuk menimbang gula dan untuk menimbang hasilnya yang sudah menjadi jahe instan.
b) Untuk mengetahui hasil timbangan pertama dan yang kedua, dilihat dari pengupasan kulit dan pastinya akan tambah bekurang.
c) Maka dari itu perlu pengulangan penimbangan kedua kali agar dapat hasil yang pas pada takaran pemasukan bahan yang lainnya.
2. Dasar Teori
Penimbangan jahe sangat diperlukan karena kita lihat dari takaran bahan dan campurannya, ukuran dan beratnya, agar rasa dan cara pembuatannya mudah dan rasanya enak
3. Alat dan Bahan Alat a) Timbangan Digital b) Baskom/wadah c) Sendok sayur Bahan
Jahe yang sudah dikupas
4. Prosedur Kerja
a) Rajangan jahe yang akan diproses lanjut perlu penimbangan ulang.
b) Kemudian, bagian jahe yang sudah dipisah dari kulit buah,maka jumlah harus ditambah agar memenuhi jumlah yang diperlukan, yakni 2 kg.
c) Penimbangan harus selalu dilakukan agar semua perbandingan bahan setiap proses selalu tetap sehingga diperoleh instan jahe yang berkualitas baik.
5. Hasil yang Diperoleh
Hasil yang diperoleh dengan penimbangan didapatkan takaran yang tepat sesuai dengan yang diperlukan. Dengan tujuan penimbangan agar tahu bahan yang memenuhi jumlah diperlukan.
6. Pembahasan
Untuk mengetahui berat awal bahan,setelah proses berat hasil dan pada proses penimbangan ini berpengaruh pada cita rasa instan jahe dan pada komposisinya. Pada proses penimbangn jahe yang pertama dan yang kedua pada saat melakukan perajangan, berfungsi pula untuk menimbang gula atau takaran bahan dan juga untuk menimbang hasilnya yang sudah menjadi bubuk instan jahe.
D.Pencucian 1. Tujuan
1) Membersihkan kotoran yang melekat pada jahe dari melakukan pengupasan yang melekat pada tangan.
2) Meningkatkan jumlah jahe dengan tampilan yang menarik dan bersih.
2. Dasar Teori
Jahe yang sudah dipanen dari lahan atau kebun kemudian dibersihkan dengan cara memasukkan jahe tersebut kedalam bak air sambil digosok-gosok, bagian jahe yang kotor, dibersihkan dengan memakai pisau, sedangkan lainnya disikat terus sampai bersih. Sebelum jahe diproses lebih lanjut, dilakukan penimbangan terlebih dahulu. Apabila hanya berupa uji coba jahe yang diperlukan sebanyak 1 kg.klan produksi sudah ketingkat yang lebih besar, diperlukan kurang lebih 10 kg jahe. (Rufaedah, 2007)
3. Alat dan Bahan Alat a) Wadah/bak air b) Timbangan c) Ember d) Pisau Bahan
a) Jahe yang sudah dikupas b) Air bersih
4. Prosedur kerja
a) Siapkan ember yang berisi air bersih b) Masukkan jahe kedalam ember
c) Cuci bersih dari sisa-sisa kotoran dari tanah yang melekat pada jahe d) Angkat jahe yang telah dicuci, kemudian tempatkan kedalam baskom e) Ganti air bersih dan di cuci kembali
f) Dirajang atau dipotong-potong, kemudian ditimbang.
5. Hasil yang Diperoleh
Dengan dilakukannya proses pencucian pada jahe diperoleh jahe yang bersih. Dengan Pencucian yang benar dapat menghilangkan kotoran yang ada, selain itu jahe juga terlihat lebih segar.
6. Pembahasan
Dalam pencucian dapat dilakukan perendaman agar tanah kering yang melekat pada jahe bisa luntur, kemudian melakukan pencucian dengan menggosok-gosok atau disikat dalam ember yang berisi air dan dipindah ditempat baskom. Melakukan pencucian agar tanah atau kotoran yang melekat pada jahe bersih, dan di ulangi pencucian yang kedua kalinya agar jahe tersebut benar-benar bersih dari kotoran yang melekat.
E.Penghalusan jahe 1. Tujuan
a) Untuk melembutkan/menghaluskan jahe kita dapat menggunakan parut yang terbuat dari kayu maupun aluminium atau blender.
b) Agar dapat mudah mendapatkan sari jahe setelah disaring nantinya. c) Menghasilkan instan jahe yang berkualitas baik.
2. Dasar Teori
Penumbuk adalah alat untuk menghaluskan jahe agar mendapatkan sari jahe. Penumbuk sederhana atau blender dapat digunakan untuk menumbuk bahan tersebut. (Rufaedah, 2007)
3. Alat dan Bahan Alat a) Blender b) Baskom c) Sendok d) Penyaringan e) Wajan f) Alat pengaduk Bahan
a) Jahe yang sudah dirajang b) Air
4. Prosedur Kerja
a) Jahe yang sudah dicuci dan sudah dirajang masukkan ke dalam blender b) Tambahkan air
c) Kemudian tunggu hingga hancur seperti bubur
d) Angkat dan saring kedalam wajan, dan diperas ampasnya dibuang.
5. Hasil yang Diperoleh
Mendapatkan instan jahe yang halus dari penghancuran dan memperoleh instan jahe yang berkualitas baik.
6. Pembahasan
Penghalusan dilakukan dengan tujuan untuk memperkecil partikel jahe sehingga mempermudah mendapatkan sari jahe pada proses ini bisa menggunakan parut atau di blender. Jahe yang sudah bersih kemudian diblender tujuan supaya sel-sel (serat) yang ada dalam jahe hancur sehingga pati jahe yang terlarut semakin banyak. Jika jahe saat diblender agak sulit karena kekurangan air, harus ditambah air, tetapi jangan terlalu banyak. Usahakan sedikit mungkin karena dengan tambahan air akan mempengaruhi proses penguapan bubuk jahe nantinya.
F.Pemasakan 1. Tujuan
a) Membantu pemasakan yang akan dijadikan instan jahe.
b) Untuk menjadikan kristal instan jahe dan halus jika disedu atau diminum.
2. Dasar Teori
Pemasakan diperlukan untuk membantu terjadinya proses pembentukan sari jahe menjadi bubuk jahe, pemasakan harus memakai wadah yang permukaannya luas. Untuk itu, digunakan wajan atau kuali yang memiliki permukaan yang lebar. (Rufaedah, 2007)
3. Alat dan Bahan Alat a) Kompor gas b) Wajan c) Alat pengaduk Bahan
a) Sari jahe yang sudah disaring b) Air c) Gula d) Cengkeh e) Kayu manis f) Vanelli 4. Prosedur Kerja
a) Langkah selanjutnya adalah cairan perasan tadi dipanaskan, masukkan kedalam wajan dan dipanaskan dengan kompor gas.
b) Tujuan memakai wajan adalah untuk mempercepat penguapan karena wajan mempunyai permukaan lebar.
c) Kemudian diaduk-aduk cairan tersebut dengan menggunakan pengaduk kayu atau terbuat dari aluminium stainless steel.
d) Masukkan gula pasir, vanelli, kayu manis dan cengkeh kedalam cairan tersebut.
e) Pengadukan dilakukan terus menerus sampai cairan tersebut kental dan mengering.
f) Cairan mulai mengental tambahkan gula pasir sedikit demi sedikit sambil diaduk.
g) Aduk terus sampai benar-benar kering dan bentuknya tidak brgumpal-gumpal.
5. Hasil yang Diperoleh
Mendapatkan hasil sari jahe yang bagus, pada waktu pengadukan terus menerus yang selalu di lakukan dan mendapatkan kualitas yang baik pada instan jahe.
6. Pembahasan
Dari pemasakan dapat membantu terjadinya proses pendidihan, dengan mendidihnya sari jahe yang telah dimasak kita terus melakukan pengadukan terus menerus hingga bahan berwarna coklat muda sampai berubah menjadi mengental, itu awal proses akan terjadinya berbentuk bubuk dan berubah warna menjadi putih dan akan mengering berbentuk partikel bubuk besar dan sedikit menggumpal dan selalu dilakukan pengadukan agar berbentuk bubuk instan jahe.
G.Pengayakan 1. Tujuan
Untuk memperoleh ukuran partikel yang berbentuk bubuk jahe yang seragam.
2. Dasar Teori
Pengayakan diperlukan untuk memperoleh bubuk jahe dengan tingkat kehalusan tertentu dan seragam. Bubuk jahe yang belum lolos ayakan sebaiknya ditumbuk atau diblender kembali, sedangkan hasil pengayakan di olah lebih lanjut sesuai dengan hasil akhir yang dikehendaki. (Wahyudi, 2008)
3. Alat dan Bahan Alat a) Ayakan b) Wadah/baskom c) Blender d) Sendok Bahan Bubuk jahe
4. Prosedur Kerja
a) Siapkan ayakan, masukkan bubuk jahe yang telah dihaluskan
b) Goyang-goyangkan agar bubuk yang kecil dapat lolos dari bubuk yang besar dapat dihaluskan kembali
c) Masukkan kedalam wadah/baskom untuk bubuk jahe yang sudah halus untuk memasuki proses selanjutnya
d) Selanjutnya,bubuk yang tergumpal besar masukkan kedalam blender dan haluskan kembali agar bubuk-bubuk tidak terbuang percuma.
5. Hasil yang Diperoleh
Menghasilkan ukuran partikel bubuk jahe yang seragam dan halus.
6. Pembahasan
Untuk memperoleh bubuk instan jahe dengan ukuran yang seragam, pengayakan yang dimaksud untuk mengayak bubuk jahe yang terbilang masih menggumpal gumpal dilakukan proses pengayakan agar dapat mendapatkan bubuk jahe yang halus, dan bahan yang menggumpal atau butiran besar ditumbuk hingga sampai menjadi bubuk halus dan siap pada proses pengemasan.
H.Pengemasan 1. Tujuan
Agar dapat awet jika dikemas pada kantong plastik yang sudah disediakan, agar awet disimpan lebih lama jika menggunakan pengemasan.
2. Dasar Teori
Pengemasan produk jahe instan. Sebelum dipasarkan biasanya produk dikemas dalam kemasan yang menarik dengan perizinan yang lengkap untuk menarik minat beli dan kepercayaan konsumen, dan di stempel waktu kadaluarsa. Kemudian produk jahe instan siap di pasarkan.
Kemasan Gusset adalah kemasan yang terbuat dari bahan alumunim Foil atau bahan metalized dan ada juga yang terbuat dari kertas laminasi alumunium foil. Kemasan gusset ini sangat cocok untuk produk Jahe instant,ada pun ukuran kemasan yang kami sarankan. (Murhananto, 2006)
3. Alat dan Bahan Alat
a) Timbangan Analitik b) Sendok
c) Baskom/wadah d) Kantong plastik
Bahan
Jahe instan
4. Prosedur Kerja
a) Hasil tersebut masukkan kedalam kantong plastik b) Timbang berat 100 gram
c) Press plastik dengan menggunakan alat pengepresan
d) Jahe instan siap untuk diangkut atau dimanfaatkan langsung.
5. Hasil yang Diperoleh
Hasil yang diperoleh menggunakan pengemasan, merupakan wadah atau tempat untuk penyimpanan yang awet pada bahan dan terlihat baik jika dikemas. Dan mendapatkan hasil instan jahe yang berkualitas baik.
6. Pembahasan
Dari pengemasan yang telah dilakukan diketahui bahwakemasan yang baik yaitu menggunakan aluminium foil karena daya tahannya lebih lama dibanding dengan menggunakan kemasan plastik. Hal ini disebabkan oleh cahaya yang dapt merusak bahan. Namun yang kita gunakan hanya menggunakan plastik untuk pengemasan instan jahe, karena instan jahe menggunakan campuran gula,dan yang kita ketahui gula bisa membantu lebih awet dalam kemasan. Karena gula adalah bahan pengawet dan kadar airnya rendah, dan kita merasa aman saja jika menggunakan kemasan dari plastik. Kita menggunakan plastik karena dapat dibeli ditoko dan mudah dicari dan harganya relatif murah.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari kegiatan PKL yang dilaksanakan di UPTD – T2P Kalimantan Timur maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada proses pengolahan jahe instan sampai menjadi bubuk instan melalui beberapa tahapan dimulai dari sortasi jahe, pengupasan, penimbangan, pencucian, blender, penyaringan, pemasakan, tambahan bahan-bahan seperti gula pasir, kayu manis, cengkeh, vanelli, untuk memperoleh bubuk jahe, pengadukan sampai pengemasan bubuk instan jahe siap saji.
2. Pada proses pengolahan yang dilakukan di UPTD – T2P Kalimantan Timur alat yang di gunakan cukup sederhana dan tradisional menggunakan wajan dan pemanasannya menggunakan kompor, dan mudah didapatkan, hanya saja yang paling mahal alat pengepresannya saja, sama dengan praktek yang dilakukan diperkuliahan.
B.Saran
Dari hasil pelaksanaan praktek kerja lapang (PKL) di UPTD-T2P Kalimantan Timur. Penulis memberikan saran agar kegiatan tahun berikutnya dapat lebih baik.
Diadakan pelatihan yang bertahap, misalnya 1 bulan sekali untuk meningkatkan SDM yang dimiliki oleh masyarakat kalimantan Timur khususnya samarinda, dan alangkah baiknya setelah dilakukan pelatihan diberikan modal untuk memulai usaha yang dibimbing oleh UPTD langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Kalimantan Timur Kota Samarinda. Samarinda
Anonim, 2008b. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 08 Tahun 2008. Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Samrinda
Murhananto. 2006. Budidaya Pengolahan Perdagangan. Penebar Swadaya. Jakarta
Rufaedah. 2007. Membuat Jahe Instan Siap Saji. Panca Anugrah Sakti. Jakarta
STRUKTUR ORGANISASI UPTD-T2P
DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Jln. Slamet Riadi Gg.06 Samarinda
Gambar 1. Struktur organisasi
DINAS PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
KEPALA
UPTD Teknologi Terapan Perkebunan (UPTD-T2P)
Ir.SUPRIYADI. M.sc NIP.19611081987031008 KEPALA SEKSI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN AGUS RIDWAN. BSC NIP. 19581220198031005 KEPALA SEKSI TEK. TERAPAN PENGOLAHAN HASIL ACHMAD NASARUDDIN,SP NIP. 1958 12201988031005 KEPALA SUB BAGIAN TATA
USAHA RAHMILAWATI, SE NIP. 19580807198321003 STAF SEKSI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN 1. HESTI SRI D, SP NIP. 197601102009012002 2. YUSUF ANSHARI NIP. 196509211987031008 SEKSI TEK. TERAPAN PENGOLAHAN HASIL 1. KASMIR NIP. 196505041988081003 2. TRI SUSILOWATI, SP NIP. 197511302008012018 STAF
SUB BAGIAN TATA USAHA
1. GHANDI WIJAYA, SH NIP. 197462021994031004 2. UMANI NIP. 196504171986032023 3. NOOR ASIAH NIP. 195803111998032001 4. SUNARDI. M NIP. 196506302006041004 5. SUNARYO NIP. 197202112007011014
PROSES PEMBUATAN JAHE INSTAN
Sumber: UPTD-T2P Kalimantan Timur. 2011 Gambar 2. Diagram Alur Pengolahan Jahe Instan
Jahe
Diblender dan disaring Sortasi bahan
Tambahan gula pasir, kayu manis, vanelli dan cengkeh
Pengayakan Pemasakan dan pengadukan Pencucian Penimbangan Pengupasan Pengemasan
Gambar 3: Jahe
Gambar 5: Sortasi Jahe
Gambar 7: Proses Pencucian
Gambar 9: Proses Penghalusan
Gambar 11: Bahan Tambahan Gula Pasir
Gambar 13: Bahan Tambahan Vaneli
Gambar 15: Proses Pemasakan
Gambar 17: Pendidihan Sari Jahe
Gambar 20: Proses Pengayakan
Gambar 21: Proses Penumbukan Dari Hasil Pengayakan Yang Berbentuk Partikel Besar
Gambar 22: Proses Pengemasan Dan Penimbangan Menggunakan Timbangan Analitik