• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS EVALUASI DOSEN OLEH MAHASISWA (EDOM) TERHADAP KINERJA DOSEN STAIN WATAMPONE. Kasmah *

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIFITAS EVALUASI DOSEN OLEH MAHASISWA (EDOM) TERHADAP KINERJA DOSEN STAIN WATAMPONE. Kasmah *"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

48

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015 EFEKTIFITAS EVALUASI DOSEN OLEH MAHASISWA (EDOM)

TERHADAP KINERJA DOSEN STAIN WATAMPONE

Kasmah*

Abstract: This study entitled the Lecturer Evaluation Effectiveness by

Student (EDOM) toward lecturer performance at STAIN Watampone. The purpose of this study was to determine the performance of lecturers STAIN Watampone and EDOM implications on the performance of lecturers STAIN Watampone. This study is quantitative descriptive. The population of this study was the lecturer of STAIN Watampone. This research used simple random sampling technique by 41 lecturers. The data collected through the analysis of the documentation. Data were analyzed through descriptive percentages. The results showed that the performance STAIN Watampone faculty is considered very good, because of the four competencies of lecturers studied, three competencies are very well that is the professional competence with a frequency of 21 lecturers, personal competence with a frequency of 20 lecturers and social competence with the frequency of 18 lecturers. Only one competence gets a good rating with a frequency of 20 lecturers. Implications Lecturer Evaluation by Student (EDOM) on the performance at STAIN Watampone was excellent. All four competencies in this research increased. The Increasing of frequency in professional competence for excellent category increased from 21 lecturers to be 26 lecturers, the personal competence also increased from 20 lecturers to 26 lecturers who got very good and social competence also increased significantly, from 18 lecturers to 24 professors who got very good. Professional competence also increased maximally, from good category that consists of 20 lecturers to be excellent that consists of 25 lecturers.

Keywords: Evaluation, Lecturer Performance

A. PENDAHULUAN

Dosen merupakan salah satu kebutuhan utama di lingkungan perguruan tinggi. Dosen ibarat mesin penggerak bagi segala hal yang terkait dengan aktivitas ilmiah dan akademis. Tanpa dosen tidak mungkin sebuah lembaga pendidikan disebut perguruan tinggi atau universitas. Oleh karena itu, di negara-negara maju, sebelum mendirikan sebuah universitas, hal yang dicari terlebih dahulu adalah dosen. Setelah dosen sudah dapat mencukupi, baru universitas didirikan, bukan sebaliknya. Demikian pentingnya keberadaan dosen, hingga tidak sedikit perguruan tinggi menjadi terkenal karena kemasyhuran para dosen yang bekerja di dalamnya. Beberapa

*

(2)

49

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

universitas di Eropa dan Amerika juga menjadi terkenal karena memiliki dosen dan guru besar yang mumpuni, seperti Universitas Berlin yang memiliki dosen sekaliber Fichte dan Hegel, dan sebagainya (Hamid 'Ammar, 1996: 103).

Dalam posisi sebagai "jantung" perguruan tinggi, dosen sangat menentukan mutu pendidikan dan lulusan yang dilahirkan perguruan tinggi tersebut dan kualitas perguruan tinggi itu sendiri. Jika para dosen bermutu tinggi, maka kualitas perguruan tinggi tersebut juga akan tinggi, demikian pula sebaliknya. Sebaik apapun program pendidikan yang dicanangkan, jika tidak didukung oleh dosen yang bermutu tinggi, maka akan berakhir pada hasil yang tidak memuaskan. Hal tersebut disebabkan karena untuk menjalankan program pendidikan yang baik diperlukan para dosen yang juga bermutu baik. Dengan memiliki dosen-dosen yang baik dan bermutu tinggi, perguruan tinggi dapat merumuskan program serta kurikulum termodern untuk menjamin lahirnya lulusan-lulusan yang berprestasi dan berkualitas istimewa (Mohammad 'Adil Barakat, 1998: 121).

Atas dasar itulah, profesionalisme dosen menjadi unsur yang sangat penting dalam rangka peningkatan kualitas perguruan tinggi. Pengembangan profesionalisme dosen mulai mendapat perhatian sejak pertengahan tahun 60-an y60-ang dikenal deng60-an istilah faculty development. Program itu muncul setelah ditemukannya anomali, yaitu bahwa pengajaran di perguruan tinggi telah berlangsung secara tidak efektif, bahkan terkadang diberikan tanpa kewenangan. Sebagian besar mahasiswa merasa resah disebabkan oleh pengajaran yang kurang baik, dan kepentingan mahasiswa telah diabaikan (Yusufhadi Miarso, 2010: 4).

Berkaitan dengan profesionalisme dosen yang dihadapkan pada tantangan yang semakin berat terhadap penyelenggaraan pendidikan tinggi, dituntut dalam rangka mengemban amanat sebagai garda terdepan untuk menjadi lembaga dengan kemampuan yang unggul, baik dari segi kualitas, sumber daya manusia maupun sumber daya penunjang lainnya. Kondisi ini akan terwujud jika dosen mampu mengembangkan program-program pendidikan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman.

Melihat kondisi perguruan tinggi dan dosen, dalam berbagai kesempatan para pakar pendidikan memberikan nasehat, anjuran dan instruksi kepada dosen untuk menghayati makna yang terkandung pada tugas pokok dosen. Hal ini merupakan upaya dalam rangka meningkatkan kinerja dosen yang berdampak pada kualitas dan kuantitas pendidikan, termasuk di dalamnya pengakuan lulusan perguruan tinggi.

Sebuah perguruan tinggi memiliki keluaran (output) sesuai dengan fungsinya, keluaran perguruan tinggi apabila dicermati berupa layanan dan lulusan. Produk layanan sebuah perguruan tinggi tentu saja diperuntukkan bagi semua sasaran yang terkait (stake holder), yaitu mahasiswa, orang tua atau keluarga, masyarakat dan pemerintah. Salah satu anggota stakeholder utama sebuah perguruan tinggi adalah mahasiswa. Kepedulian,

(3)

50

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

ketertarikan, maupun kepercayaan stake holder diyakini terkait dengan “mutu atau kualitas” dari layanan serta produk tersebut. Meski aspek yang lain juga penting apabila dicermati, namun mutu layanan kepada mahasiswa adalah satu hal yang paling mendasar.

Salah satu bentuk layanan bagi mahasiswa adalah berupa perkuliahan. Oleh karena itu, salah satu indikator cukup atau kurang memadainya kualitas sistem dan pelaksanaan perkuliahan yang diselenggarakan adalah apabila data diambil dari persepsi peserta penilaian dari pihak mahasiswa. Seiring dengan berjalannya program sistem penjaminan mutu akademik di STAIN, data tentang kinerja dosen termasuk kondisi pelaksanaan perkuliahan yang diselenggarakan setiap dosen telah dilakukan oleh bagian Pusat Penjaminan Mutu (P2M). Semua pelaksanaan program P2M diduga akan sia-sia, jika pencermatan serta efektivitas dari tindak lanjut atas sekian banyak data yang telah berhasil dikumpulkan tidak dilakukan secara intensif. Dengan kata lain, pemanfaatan instrument secara tepat atas data tentang penilaian dosen oleh mahasiswa terhadap kinerja dosen dalam meningkatkan kualitas perkuliahan. Sesuai dengan konsepsi sistem penjaminan mutu merupakan suatu proses yang harus berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan, penelitian atas penilaian kinerja dosen serta pemanfaatannya bagi pengembangan maupun peningkatan kualitas perkuliahan adalah satu hal yang tidak dapat ditunda tunda. Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi tentang efektifitas evaluasi dosen oleh mahasiswa (EDOM) terhadap peningkatan kualitas kinerja dosen STAIN Watampone.

a. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kinerja dosen STAIN Watampone ?

2. Bagaimana implikasi EDOM terhadap kinerja dosen STAIN Watampone ?

b. Kerangka Teori

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka pada bagian ini, diuraikan kerangka teori yang dijadikan penulis sebagai pedoman dan landasan berpikir dalam melaksanakan penelitian. Hal ini perlu dikembangkan karena berfungsi mengarahkan penulis untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan masalah penelitian secara ilmiah.

Sebagaimana lazimnya, kerangka teori dapat dibuat secara narasi atau dengan cara skema. Namun dalam penelitian ini penulis akan menggunakan bentuk narasai. Adapun kerangka teori yang dimaksud adalah evaluasi dosen oleh mahasiswa (EDOM) memiliki implikasi terhadap kinerja dosen STAIN Watampone dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diberikan, khususnya dalam proses pembelajaran.

(4)

51

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015 c. Metode Penulisan

a) Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Institusi STAIN Watampone yang terletak di jalan Hos Cokroaminoto Watampone yang dilaksanakan pada bulan Juli s/d Oktober tahun 2015.

b) Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah para dosen di lingkungan Intitusi STAIN Watampone.

c) Jenis dan pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif Kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatu objek dilapangan untuk memperoleh informasi dan data sesuai permasalahan penelitian (Supardi, 2005: 34). Pendekatan kuantitatif lebih dikenal dengan istilah metode analisis Statistik, yang mengandung pengertian cara-cara ilmiah yang disampaikan untuk mengumpulkan, menyusun, menyajikan dan menganalisa data penelitian dalam wujud angka-angka (Sutrisno Hadi, 2005: 121). Penulis menggunakan tabel distribusi frekuensi persentase kinerja dosen untuk mempersentasekan kinerja dosen dalam pembelajaran yang mangacu pada semua kompetensi yang harus dimiliki dosen sebagai agen pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian maupun kompetensi sosial.

d) Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi berasal dari kata bahasa Inggris population, yang berarti jumlah penduduk (Burhan Bungin, 2005: 99). Populasi adalah keseluruhan wilayah objek dan subjek penelitian yang ditetapkan untuk dianalisis yang ditarik kesimpulan oleh peneliti (Anton Bawono, 2006: 28). Menurut Duwi Priyatno, populasi adalah suatu kelompok atau kumpulan subjek atau objek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian (Duwi Priyatno, 2008: 9). Sedangkan yang di maksud populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh dosen di lingkungan Intitusi STAIN Watampone dengan jumlah 90 orang.

(5)

52

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

Sampel adalah suatu prosedur yang menyebabkan sejumlah elemen khusus digambarkan dari kerangka sampling yang mewakili daftar aktual elemen-elemen yang mungkin dalam populasi (Emzir, 2009: 39). Sampel merupakan objek yang sebenarnya tempat memperoleh data yang diperlukan. Oleh karena itu, dalam menentukan sampel harus diperhatikan unsur-unsur kesamaan populasi, mengingat sampel adalah yang dapat mewakili dan mencerminkan populasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik probability sampling dengan menggunakan simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiono, 2008: 82). Dengan menggunakan interval kepercayaan 85%, peneliti menggunakan rumus Nomogram Herry King dalam penentuan jumlah sampel.

Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 41 dosen.

d) Tekhnik Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian ini teknik dokumentasi. Tehnik dokumentasi adalah suatu tehnik penyelidikan yang ditujukan kepada penguraian dan penjelasan terhadap apa yang telah lalu melalui sumber sumber dokumen (Winarno Surahmat, 1982: 133). Tehnik ini digunakan untuk mengetahui berbagai data mengenai kondisi kinerja dosen di lingkungan STAIN Watampone yang telah terdokumentasikan.

e) Teknik Analisis Data

1) Menentukan jawaban responden yang telah ditetapkan. 3) Menjumlah jawaban yang diperoleh dari tiap-tiap responden. 4) Memasukkan jumlah jawaban tersebut ke dalam rumus berikut

seperti dikemukan Sudjana adalah sebagai berikut: Keterangan : P : Persentase f : Frekuensi N : Jumlah responden 100% : Bilangan tetap B. PEMBAHASAN





 

X

100

%

N

f

P

0,85 x 90 x 0,785 = 40, 997 = 41

(6)

53

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015 a. Kinerja Dosen STAIN Watampone

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kinerja secara etimologi berarti sesuatu yang dicapai. Prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja (tentang peralatan). Kinerja (performance) adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (job

requirement). Suatu pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu untuk dapat

dilakukan dalam mencapai tujuan yaitu sebagai standar perkerjaan (job

standard). Standar kinerja adalah tingkat yang diharapakan suatu pekerjaan

tertentu untuk dapat diselesaikan, dan merupakan pembandund (benchmarks) atas tujuan atau target yang ingin dicapai. Hasil pekerjaan merupakan hasil yang diperoleh seorang pegawai dalam mengerjakan pekerjaan sesuai persyaratan pekerjaan atau standar kinerja. Seorang pegawai dikatakan berhasil melaksanakan pekerjaannya atau memiliki kinerja baik, apabila hasil kerja yang diperoleh lebih tinggi dari standar kinerja. Untuk mengetahui hal itu perlu dilakukan penilaian kinerja setiap pegawai dalam suatu perusahaan (Wilson Bangun, 2012: 231).

Kinerja juga merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibanding dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau criteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Kinerja dosen adalah kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas yang dimiliki dosen dalam menyelesaikan suatu pekerjaannya. Prestasi kerja atau penampilan kerja (performance). Kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai presentasi kerja,pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.

Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibanding dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau criteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.

Kinerja dosen adalah kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas yang dimiliki dosen dalam menyelesaikan suatu pekerjaannya. Prestasi kerja atau penampilan kerja (performance). Menurut Fattah kompetensi adalah sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu.Kinerja atau performansi dapat diartikan sebagai presentasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja.

Sejalan dengan itu Smith menyatakan, kinerja adalah “..output drive from processes, human or otherwise.” Jadi, kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Untuk lebih memahami tentang kinerja dosen.

(7)

54

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

Berkaitan dengan kinerja dosen, ditetapkan dalam UU Nomor 14 tahun 2005 bab II Pasal 5 bahwa Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Tolok ukur lainnya dapat dilihat dari unjuk kerja dosen dalam wujud pelayanan, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dalam satuan waktu tertentu. Untuk melihat sejauh mana mutu kinerja dosen diperlukan penjelasan tentang dimensi, indikator, unsur dan kriteria yang menyatakan kinerja dosen. Dimensi kinerja menyangkut masukan proses dan keluaran atau produk. Input merujuk kepada pelaku, yakni dosen, proses merujuk kepada cara pencapaian tujuan dan produk berkaitan dengan hasil yang dicapai.

Konsep penilian kerja menurut petunjuk Al-Qur’an didasarkan pada pandangan bahwa pekerjaan atau jabatan adalah amanat, yakni sesuatu kepercayaan yang membutuhkan pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban dilakukan terhadap seluruh proses kerja yang dilaksanakan oleh seseorang. Sebagaimana firman Allah swt. dalam surah Al-Isra/17:36.

                 ) ٣٦ ( Terjemahnya:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (Departemen Agama, 1993: 429).

Kinerja dosen tidak hanya ditunjukkan oleh hasil kerja, akan tetapi juga oleh perilaku dalam bekerja. Kinerja dosen juga dapat ditunjukkan dari seberapa besar kompetensi-kompetensi yang dipersyaratkan sebagai agen pendidikan dapat dipenuhi. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

a. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahaman dosen terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik.

b. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional adalah kompetensi dasar tentang disiplin ilmu yang dipelajarinya atau yang menjadi bidang spesialisasinya baik penguasaan teoritis maupun praktis, kemapuan didaktis, metodik psikologis,

(8)

55

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

keterampilan perencanaan dan pengelolaan, serta kemapuan mengevaluasi hasil belajar mengajar.

c. Kompetensi kepribadian

Kempetensi kepribadian adalah kemampuan dosen secara personal yang tercermin pada kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi mahasiswa, dan berakhlak mulia. d. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan dosen dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan mahasiswa, sesama dosen, sivitas akademik, dan masyarakat sekitar.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kinerja dosen adalah kemampuan dosen dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas yang dimiliki. Kinerja atau performansi dapat juga diartikan sebagai presentasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. Dalam hal ini Kinerja dosen tidak hanya ditunjukkan oleh hasil kerja, akan tetapi juga oleh perilaku dalam bekerja. Kinerja dosen sebagai pendidik yang dapat ditunjukkan dari seberapa besar kompetensi-kompetensi yang dipersyaratkan dipenuhi. Kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

Kinerja dosen pada aspek kompetensi pedagogik dapat terdiri dari beberapa kriteria, yaitu: kemampuan dosen dalam membuat kontrak perkuliahan dengan mahasiswa dan pemberian SAP, konsistensi penyelenggaraan perkuliahaan berdasarkan kontrak yang telah disepakati dan SAP yang ada, kemampuan dosen dalam menghidupkan suasana kelas, keragaman metode dan sumber belajar yang digunakan, kejelasan dalam menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan mahasiswa, pemberian tugas, kesesuaian materi ujian dengan/tugas dengan tujuan kompetensi mata kuliah, kemampuan menjelaskan pokok bahasan/topic secara tepat dan sistematis, Kemampuan mengangkat contoh kasus secara luas dan mendalam sesuai dengan materi yang diajarkan, kemampuan menjelaskan keterkaitan pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan pokok bahasan/topik lain, kemampuan menjelaskan keterkaitan pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan, penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan, penggunaan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas perkuliahan, kehadiran dosen dalam proses perkuliahan, lama waktu tatap muka sesuai jumlah SKS (1 SKS: 45 menit) dan kemampuan memotivasi mahasiswa dalam pembelajaran sehingga tercipta suasana kelas yang dinamis. Pencapaian kinerja dosen STAIN Watampone untuk aspek pedagogik dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

(9)

56

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

Persentase Kinerja Dosen pada Aspek Pedagogik

NO KETERANGAN

FREKUENSI PREDIKAT PENCAPAIAN AMAT BAIK BAIK KURANG BAIK TIDAK BAIK FRE % FRE % FRE % FRE %

1

Membuat kontrak perkuliahan dengan mahasiswa dan pemberian SAP diawal perkuliahan

14 34% 24 59% 3 7.00% 0 0% 2 Konsistensi penyelenggaraan perkuliahan berdasarkan kontrak perkuliahan/SAP 15 37% 21 51% 4 9.75% 0 0%

3 Kemampuan menghidupkan suasana kelas 20 49% 16 39% 4 9.75% 0 0%

4 Keragaman Metode

Pembelajaran 20 49% 18 45% 2 5% 0 0% 5 Keragaman Sumber belajar 15 37% 23 56% 2 5% 0 0%

6

Kejelasan dalam penyampaian materi dan jawaban terhadap pertanyaan mahasiswa

21 51% 16 39% 3 7.00% 0 0%

7 Pemberian tugas terstruktur 17 41% 20 49% 3 7.00% 0 0%

8

Kesesuaian materi ujian dan/tugas dengan tujuan kompetensi mata kuliah

18 45% 19 46% 3 7.00% 1 2%

9

Kemampuan menjelaskan pokok bahasan/topik secara tepat dan sistematis

19 46% 18 45% 3 7.00% 1 2%

10

Kemampuan mengangkat contoh kasus secara luas dan mendalam sesuai dengan materi yang diajarkan 15 36% 21 51% 3 7.00% 2 5% 11 Kemampuan menjelaskan keterkaitan pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan pokok bahasan/topik lain 19 46% 17 41% 3 7.00% 1 2% 12 Kemampuan menjelaskan keterkaitan pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan

13 32% 18 45% 4 9.75% 2 5%

13

Penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan 15 37% 23 56% 4 9.75% 1 2% 14 Penggunaan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas perkuliahan 15 37% 23 56% 5 12% 1 2%

15 Kehadiran dosen dalam

proses perkuliahan 19 46% 17 41% 2 5% 2 5%

16

Lama waktu tatap muka sesuai jumlah SKS (1 SKS: 45 menit)

(10)

57

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015 17

Kemampuan memotivasi mahasiswa dalam pembelajaran sehingga tercipta suasana kelas yang dinamis

16 39% 22 54% 2 5% 1 2%

Hasil analisis dokumen EDOM, instrument No 1 - 17

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa kinerja dosen STAIN Watampone jika ditilik dari aspek pedagogik menggambarkan bahwa, animo dosen dalam membuat kontrak perkuliahan dengan mahasiswa dan pemberian SAP diawal perkuliahan belum terlalu maksimal karena masih tergolong baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dari respon mahasiswa yang menunjukkan bahwa hanya 14 dosen atau 34% yang mendapat predikat amat baik, 59% atau 24 dosen dianggap berpredikat baik, 7% atau 3 dosen yang dianggap kurang baik tetapi tidak satupun dosen yang berpredikat tidak baik dalam hal ini.

Konsistensi dosen dalam penyelenggaraan perkuliahan berdasarkan kontrak perkuliahan/SAP juga mendapat predikat baik, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di atas yang menunjukkan bahwa hanya 37% atau 15 dari 41 dosen yang menjadi sampel sangat konsisten, 51% atau 21 dosen konsisten, hanya 9.75% atau 4 dosen yang kurang konsisten tetapi tidak seorangpun yang tidak konsisten dalam penyelenggaraan perkuliahan. Hal tersebut juga diperkuat dari hasil analisis peneliti terhadap dokumen monitoring dan evaluasi proses perkuliahan pada semua program studi yang ada di STAIN Watampone. Dari 8 prodi yang peneliti analisis dokumennya hanya ada 6 dosen untuk semua prodi yang kurang konsisten dalam penyelenggaaraan perkuliahan.

Kemampuan dosen dalam menghidupkan suasana kelas telah mendapat predikat amat baik, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di atas yang menunjukkan bahwa 49 % atau 20 dosen mendapat predikat amat baik, 39% atau 16 dosen mendapat predikat baik, hanya 9,75% atau 4 dosen yang kurang mampu menghidupkan suasana pembelajaran dan tidak ada dosen yang dianggap tidak mampu menhidupkan suasana pembelajaran.

Kemampuan dosen menggunakan keragaman metode dalam pembelajaran sebahagian besar sudah dianggap sangat mampu oleh mahasiswa namun belum signifikan, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di atas, hanya 20 dosen atau 49% mendapat predikat amat baik, 45% atau 10 dosen dianggap baik dan 5% atau 2 dosen yang dianggap masih kurang, tetapi sudah tidak ada yang dianggap tidak mampu menggunakan metode yang beragam dalam pembelajaran.

Keragaman sumber belajar yang digunakan oleh dosen STAIN Watampone belum termasuk kedalam kategori sangat beragam. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di atas yang menunjukkan bahwa hanya 37% atau 15 dosen dalam hal ini mendapat predikat amat baik, 23 dosen atau 56% yang mendapat predikat baik dan masih ada 2 dosen atau 5% yang dianggap

(11)

58

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

kurang beragam dalam penggunaan sumber belajar, tetapi sudah tidak ada yang mendapat predikat tidak baik.

Kejelasan dosen dalam menyampaikan materi pembelajaran dan menjawab pertanyaan mahasiswa sangat diharapkan. Kinerja dosen STAIN Watampone untuk aspek ini sudah masuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di atas yang menujukkan bahwa 51% atau 21 dosen telah mendapat predikat amat baik, 16 dosen atau 39% mendapat predikat baik, hanya 3 dosen atau 7.% yang dinilai kurang baik dan tidak seorangpun dosen yang dinyatakan tidak jelas dalam menyampaikan materi pembelajaran dan menjawab pertanyaan mahasiswa.

Kinerja dosen dalam hal pemberian tugas terstruktur kepada mahasiswa masih belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di atas yang menujukkan bahwa hanya 41% atau 17 dosen yang selalu memberikan tugas terstruktur, 20 dosen atau 49% yang masuk dalam predikat baik, masih ada 3 dosen atau 7% yang kurang dalam hal pemberian tugas terstruktur kepada mahasiswa.

Kesesuaian materi ujian/tugas dengan tujuan kompetensi mata kuliah yang diberikan oleh dosen juga belum mendapat predikat amat baik. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1 di atas yang menunjukkan bahwa hanya 45% atau 18 dosen telah memberikan materi ujian/tugas yang sangat sesuai dengan kompetensi mata kuliah. 46% atau 19 dosen yang mendapat predikat baik. Masih ada 3 dosen atau 7% yang mendapat predikat kurang baik, bahkan ada 1 dosen atau 2% yang dinilai memberikan materi ujian/tugas yang tidak sesuai dengan kompetensi mata kuliah.

Kemampuan dosen dalam menjelaskan pokok bahasan/topik secara tepat dan sistematis masih dianggap belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di atas yang menunjukkan bahwa 19 dosen atau 46% mendapat predikat sangat mampu, 18 dosen atau 45% mendapat predikat baik, 3 dosen atau 7% yang dinilai kurang mampu dan masih ada 1 dosen atau 2% yang dinilai tidak mampu menjelaskan pokok bahasan/topik secara tepat dan sistematis.

Kemampuan dosen dalam mengangkat contoh kasus secara luas dan mendalam sesuai dengan materi yang diajarkan telah dinilai sangat mampu. Hal ini dapat dilihat pada tabel di atas, bahwa 28 dosen atau 68% mendapat predikat amat baik, 22% atau 9 dosen berpredikat baik, 3 dosen atau 7% yang dinilai kurang mampu dan masih terdapat 5% atau 2 dosen yang dinilai tidak mampu mengangkat contoh kasus secara luas dan mendalam sesuai dengan materi yang diajarkan.

Kemampuan dosen dalam menjelaskan keterkaitan pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan topik lain telah mendapat predikat amat baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di atas yang menunjukkan bahwa 19 dosen atau 46% telah mendapat predikat amat baik, 17 dosen atau 41% yang dinilai baik, 3 dosen atau 7 % yang masih dianggap kurang dan masih

(12)

59

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

terdapat 2% atau 1 dosen yang dinilai tidak mampu menjelaskan keterkaitan pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan topik lain.

Kinerja dosen pada aspek kemampuan menjelaskan keterkaitan pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan masih dinilai baik. Hal tersebut tergambar pada tabel 1 di atas yang menunjukkan bahwa hanya 13 dosen atau 32% mendapat predikat amat baik, 18 dosen atau 45% baik, namun masih ada 4 dosen atau 9.75% yang dinilai kurang mampu, bahkan ada 2 dosen atau 5 % yang dinilai tidak mampu menjelaskan keterkaitan pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan.

Penguasaan dosen akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan juga dinilai baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 di atas yang menggambarkan bahwa hanya 15 dosen atau 37% mendapat predikat amat baik, 23 dosen atau 56% dinilai baik. Masih terdapat 4 atau 9,75% dosen yang dinilai kurang, bahkan ada 1 dosen yang dinilai tidak menguasai isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan.

Kemampuan dosen dalam hal penggunaan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas perkuliahan masih relatif tidak terlalu baik, karena pada tabel 1 di atas menggambarkan bahwa hanya 15 dosen atau 37% mendapat predikat amat baik, 23 dosen atau 56% mendapat predikat baik, namun masih ada 5 dosen yang dinilai kurang, bahkan masih terdapat 1 dosen yang dinilai tidak mampu menggunakan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas perkuliahan.

Kehadiran dosen dalam proses perkuliahan telah mendapat predikat amat baik, hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang tertuang pada tabel 1 di atas bahwa 19 dosen atau 46% dinilai kehadirannya sangat baik, 17 dosen atau 41% dinilai baik. Namun demikian masih terdapat 2 dosen atau 5% yang dianggap kurang bahkan 2 orang diantaranya dianggap tidak baik kehadirannya dalam proses perkuliahan. Hal ini juga diperkuat oleh hasil analisis dokumen monitoring pelaksanaan perkuliahan oleh prodi, Karen peneliti menemukan masih ada beberapa dosen yang kehadirannya tidak memadai dan selalu menggabung beberapa kelompok mahasiswa dalam proses perkuliahan, bahkan terdapat dosen yang merapel beberapa kali pertemuan dalam satu waktu yang bersamaan.

Lama waktu tatap muka sesuai dengan jumlah SKS, hal tersebut dapat tergambar pada tabel 1 di atas yang menunjukkan bahwa 14 dosen atau 34% mendapat predikat amat baik, 24 dosen atau 59% dinilai baik. Tetapi masih ada 4 dosen atau 9,75% yang dinilai kurang bahkan terdapat 2 dosen yang dinilai tidak sesuai lama waktu yang digunakan dengan jumlah SKS. Berdasarkan hasil analisis dokumen monitoring perkuliahan, hal tersebut disebabkan karena ada beberapa dosen yang menggunakan satu kali pertemuan untuk mambahas beberapa pokok bahasan atau merapel waktu kuliah.

Kemampuan dosen dalam memotivasi mahasiswa dalam pembelajaran sehingga tercipta suasana kelas yang dinamis masih mendapat

(13)

60

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

predikat baik, hal tersebut tergambar pada tabel 4.1 di atas yang menunjukkan bahwa hanya 16 dosen atau % 39 dinilai sangat baik, 22 dosen atau 54 % dinilai baik, 2 dosen atau 5% yang dinilai kurang dan 1 dosen atau 2% yang dinilai tidak mampu memotivasi mahasiswa dalam pembelajaran sehingga tercipta suasana kelas yang dinamis.

Secara keseluruhan kinerja dosen pada aspek pedagogik adalah perlu dimaksimalkan pada kinerja dosen terutama dalam hal pembutan kontrak perkuliahan dan pemberian SAP, konsistensi penyelenggaraan perkuliahan, keragaman sumber belajar, pemberian tugas terstruktur, kesesuaian materi yang diujikan/tugas dengan kompetensi mata kuliah, kemampuan dosen dalam mengangkat contoh kasus secara luas dan mendalam sesuai dengan materi yang diajarkan, kemampuan menjelaskan keterkaitan pokok bahasan /topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan, penguasaan akan isu-isu mutakhir, penggunaan hasil penelitian, lama waktu tatap muka sesuai dengan jumlah SKS dan kemampuan memotivasi mahasiswa dalam proses perkuliahan.

Kinerja dosen pada aspek kompetensi professional adalah kompetensi dasar tentang Upaya dosen dalam membangkitkan minat mahasiswa terhadap mata kuliah yang diajarkan, rasa percaya diri akan kemampuan mengajar, kewibawaan sebagai pribadi dosen, kearifan dalam mengambil keputusan, menjadi contoh dalam bersikap dan berprilaku, kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi serta adil dalam memperlakukan mahasiswa. Gambaran kinerja dosen STAIN Watampone pada aspek ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Persentase kinerja Dosen pada Aspek Profesional

NO KETERANGAN

FREKUENSI PREDIKAT PENCAPAIAN AMAT BAIK BAIK KURANG BAIK TIDAK BAIK FRE % FRE % FRE % FRE %

18

Upaya membangkitkan minat mahasiswa terhadap mata kuliah yang diajarkan

20 49% 16 39% 5 12% 0 0%

19 Rasa percaya diri akan

kemampuan mengajar 23 56% 21 51% 6 15% 0 0% 20 Kewibawaan sebagai

pribadi dosen 21 51% 14 34% 6 15% 0 0% 21 Kearifan dalam

mengambil keputusan 20 49% 16 39% 4 10% 0 0% 22 Menjadi contoh dalam

bersikap dan berprilaku 17 41% 18 45% 6 15% 0 0% 23

Kemampuan

mengendalikan diri dalam berbagai situasi

(14)

61

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

dan kondisi 24 Adil dalam memperlakukan mahasiswa 21 51% 15 37% 5 12% 0 0%

Hasil Analisis Dokumen EDOM, Instrumen No 18 - 24

Upaya dosen dalam membangkitkan minat mahasiswa terhadap mata kuliah yang diajarkan dinilai sangat baik oleh mahasiswa, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2 di atas yang menunjukkan bahwa 20 dosen atau 49% mendapat predikat amat baik, 16 dosen atau 39% dinilai baik, 5 dosen atau 12% dinilai kurang dan tidak seorang dosenpun yang dinilai tidak mampu membangkitkan minat mahasiswa terhadap mata kuliah yang diajarkan.

Rasa percaya diri dosen akan kemampuan mengajarnya juga menjadi salah satu indikator kinerja pada aspek professional. Kinerja dosen STAIN Watampone pada aspek ini dinilai sangat baik, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2 di atas, 23 dosen atau 56% mendapat predikat amat baik, 21 dosen atau 51% dinilai baik, 6 dosen atau 15% yang dinilai kurang dan tidak ada dosen yang dinilai tidak memiliki rasa percaya diri akan kemampuan mengajarnya.

Kewibawaan sebagai pribadi dosen sangat dibutuhkan untuk menunjang kesuksesannya dalam pembelajaran. Kewibawaan dosen di STAIN Watampone menempati predikat amat baik, hal tersebut tercermin pada tabel 2 di atas yang menunjukkan bahwa 21 dosen atau 51% dinilai sangat berwibawa, 15 dosen atau 34% dinilai berwibawa, 6 dosen atau 15% yang dinilai kurang dan tidak seorangpun dosen yang dinilai tidak memiliki kewibawaan sebagai pribadi dosen.

Kearifan dosen dalam mengambil keputusan di STAIN Watampone dinilai amat baik, karena pada tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa 20 dosen atau 49% dinilai amat arif, 16 dosen atau 36% dinilai arif, 4 dosen atau 10% yang dinilai kurang arif dan tidak ada dosen yang dinilai tidak arif dalam mengambil keputusan.

Menjadi panutan yang dapat menginspirasi mahasiswa merupakan tugas dosen yang melekat pada dirinya. Hal tersebut dapat tercermin ketika dosen mampu menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku. Tabel di atas menggambarkan bahwa Di STAIN Watampone keteladanan hanya menempati posisi baik, karena 17 dosen atau 41% mendapat predikat amat baik, 18 dosen atau 45% mendapat predikat baik, 6 dosen atau 15% yang dinilai kurang, tetapi tak satupun dosen yang dinilai tidak mampu menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku.

Kemampuan dosen mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi juga dinilai sangat mampu. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2 di atas yang menunjukkan bahwa 25 dosen atau 66% mendapat predikat amat baik, 11 dosen atau 27% yang mendapat predikat baik, 5 dosen atau 12%

(15)

62

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

yang dinilai kurang tetapi sudah tidak ada dosen yang dinilai tidak mampu mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi.

Adil dalam memperlakukan mahasiswa merupakan tuntutan profesi dosen pada aspek profesional. Di STAIN Watampone situasi tersebut tergambar pada tabel 2 di atas yang menunjukkan bahwa 21 dosen atau 51% dinilai amat adil, 15 dosen atau 37% dinilai baik, 5 dosen atau 12% dinilai kurang, tetapi tidak seorangpun dosen yang dinilai tidak adil dalam memperlakukan mahasiswa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja dosen STAIN Watampone pada aspek professional dapat dikategorikan amat baik, karena dari 7 kinerja yang terdapat pada aspek ini, hanya 1 kinerja yang mengalami kurang maksimal yaitu dosen masih belum maksimaluntuk dapat menjadi contoh dalam bersikap dan berprilaku.

Kompetensi kepribadianmerupakan kemampuan dosen secara personal yang tercermin pada kepribadian yang mantap, Ramah dan sopan dalam berkomunikasi, konsisten dalam penyelenggaraan perkuliahan, kemampuan menghidupkan suasana kelas, stabil, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik. Kinerja dosen STAIN watampone untuk aspek ini tergambar pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 3

Persentase Kinerja Dosen pada Aspek Kepribadian

NO KETERANGAN

FREKUENSI PREDIKAT PENCAPAIAN

AMAT BAIK BAIK

KURANG BAIK

TIDAK BAIK FRE % FRE % FRE % FRE % 25 Ramah dan sopan dalam berkomunikasi 20 49% 16 39% 4 10% 1 2%

26 Konsistensi penyelenggaraan perkuliahan berdasarkan kontrak perkuliahan/SAP 21 51% 15 37% 5 12% 0 0% 27 Kemampuan menghidupkan suasana kelas 19 46% 18 45% 3 7% 0 0% 28 Keragaman Metode Pembelajaran 21 51% 17 41% 2 5% 1 2% 29 Keragaman Sumber belajar 23 56% 15 37% 3 7% 0 0% 30 Kejelasan dalam penyampaian materi dan jawaban terhadap

pertanyaan mahasiswa 21 51% 17 41% 3 7% 0 0% 31 Pemberian tugas

terstruktur 18 45% 20 49% 3 7% 1 2%

Hasil analisis dokumen EDOM, instrument No 25 - 31

Salah satu aspek kepribadian yang harus dimiliki oleh dosen adalah ramah dan sopan dalam berkomunikasi. Kinerja dosen STAIN Watampone

(16)

63

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

pada aspek ini dapat terlihat pada tabel 3 di atas yang menunjukkan bahwa 20 dosen atau 49% telah mendapat predikat amat baik, 16 dosen atau 39% dinilai baik, 4 dosen yang dinilai kurang dan 1 dosen atau 2% yang dinilai tidak ramah dan sopan dalam berkomunikasi.

Konsistensi penyelenggaraan perkuliahan berdasarkan kontrak perkuliahan/SAP mendapat perdikat amat baik. Hal ini tergambar pada tabel 3 di atas yang menunjukkan bahwa 21 dosen atau 51% dinilai amat konsisten, 15 dosen atau 37% yang dinilai konsisten, 5 dosen atau 12% yang dinilai kurang konsisiten dan tidak satupun dosen yang dinilai tidak konsisten dalam penyelenggaraan perkuliahan berdasarkan kontrak perkuliahan/SAP. Hal tersebut juga diperkuat dari hasil analisis dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti terhadap hasil monitoring perkuliahan prodi. Namun demikian masih terdapat beberapa dosen yang merapel waktu perkuliahan sampai 3 kali pertemuan dalam satu kali pertemuan dan menggabungkan beberapa kelompok/kelas kedalam satu ruang dan jadwal perkuliahan.

Kemampuan dosen STAIN Watampone dalam menghidupkan suasana kelas mendapat predikat amat baik, sebagaimana yang tergambar pada tabel 3 di atas. 19 dosen atau 45% dinilai amat mampu, 18 dosen atau 45% dinilai mampu, 3 dosen atau 7% dinilai kurang dan tidak ada dosen yang dinilai tidak mampu menghidupkan suasana kelas.

Keragaman metode pembelajaran yang digunakan oleh dosen juga mendapatkan predikat amat baik, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3 di atas yang menunjukkan bahwa 21 dosen atau 51% dinilai sangat beragam metode yang digunakan, 17 dosen atau 41% dinilai menggunakan metode yang beragam, 2 dosen atau 5% dinilai kurang, terdapat 1 dosen atau 2% yang dinilai tidak menggunakan metode yang beragam dalam pembelajaran.

Keragaman sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran menjadi sebuah hal yang harus dilakukan oleh dosen untuk memperkaya dan memperluas wawasan. Kondisi tersebut pada STAIN Watampone dapat tergambar pada tabel 3 di atas yang menunjukkan bahwa 23 dosen atau 56% dinilai menggunakan sumber belajar yang sangat beragam, 15 dosen atau 37% dinilai menggunakan sumber belajar yang beragam, hanya 3 dosen atau 7% yang dinilai kurang, sudah tidak terdapat dosen yang dinilai menggunakan sumber belajar yang tidak beragam.

Kejelasan dosen dalam menyampaikan materi dan menjawab pertanyaan mahasiswa dinilai sangat baik, karena pada tabel 3 di atas tergambar bahwa 21 dosen atau 51% mendapat predikat amat baik, 17 dosen atau 41% mendapat predikat baik, namun masih ada 3 dosen yang dinilai kurang, tetapi sudah tidak ada dosen yang dinilai tidak mampu menjelaskan materi dan menjawab pertanyaan mahasiswa.

Kinerja dosen dalam hal pemberian tugas terstruktur hanya dinilai baik, hal tersebut dapat dilihat pada tabel di atas, bahwa hanya 18 dosen atau 45% mendapat predikat amat baik, 20 dosen atau 49% dinilai baik, 3 dosen

(17)

64

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

atau 7% dinilai kurang, dan 1 dosen atau 2% yang dinilai tidak memberikan tugas terstruktur.

Kinerja dosen pada aspek kepribadian sudah tergolong amat baik, karena semua hal frekuensi tertingginya mendapat predikat amat baik.

Kinerja dosen pada aspek sosial merupakan kemampuan dosen dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan mahasiswa, sesama dosen, sivitas akademik dan kemampuan menerima kritik, saran serta pendapat orang lain. Kinerja dosen STAIN Watampone dalam hal ini tergambar melalui tabel 4 berikut.

Tabel 4

Persentase Kinerja untuk Aspek Sosial

NO KETERANGAN

FREKUENSI PREDIKAT PENCAPAIAN AMAT BAIK BAIK

KURANG BAIK

TIDAK BAIK FRE % FRE % FRE % FRE % 32 Ramah dan sopan dalam

berkomunikasi 22 54% 12 29% 5 12% 2 5% 33

Kemampuan menerima kritik, saran dan pendapat

orang lain 16 39% 15 37% 8 20% 2 5% 34

Kesediaan meluangkan waktu untuk konsultasi di

luar kelas 20 49% 13 32% 7 17% 1 2% 35

Mengenal dengan baik mahasiswa yang mengikuti

kuliahnya 16 39% 17 41% 7 17% 1 2%

36

Mudah bergaul dengan segenap civitas akademik ( termasuk dengan

mahasiswa) 17 41% 17 41% 6 15% 1 2%

Hasil Analisis Dokumen EDOM, Instrumen No 32 - 36

Salah satu ukuran kinerja dosen pada aspek sosial adalah ramah dan sopan dalam berkomunikasi. Di STAIN Watampone aspek ini dinilai sudah amat baik, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4 di atas, 22 dosen atau 54% mendapat predikat amat baik, 12 dosen atau 29% baik, 5 dosen atau 12% dinilai kurang dan ada 2 dosen atau 5% yang dinilai tidak ramah dan sopan dalam berkomunikasi.

Kemampuan dosen menerima kritik, saran dan pendapat orang lain juga dinilai amat baik, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4 di atas yang menunjukkan bahwa ada 16 dosen atau 39% yang mendapat predikat amat baik, 15 dosen atau 37% baik dan ada 8 dosen atau 20% yang dinilai kurang, dan terdapat 2 orang dosen atau 5% yang dinilai tidak mampu menerima kritik, saran dan pendapat orang lain.

(18)

65

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

Kesediaan dosen untuk meluangkan waktu untuk konsultasi di luar kelas juga mendapat penilaian yang amat baik. Hal tersebut tergambar pada tabel 4 di atas, 20 dosen atau 49% dinilai amat bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi di luar kelas, 13 dosen atau 32% dinilai bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi di luar kelas, 7 dosen atau 17% yang dinilai kurang bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi di luar kelas dan ada 1 dosen yang dianggap tidak bersedia meluangkan waktunya untuk konsultasi di luar kelas.w

Salah satu tantangan dosen untuk kinerja dalam aspek social adalah mengenal dengan baik mahasiswa yang mengikuti kuliahnya. Namun hal tersebut di STAIN Watampone masih termasuk dalam kategori yang baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4 di atas yang menggambarkan ada 16 dosen atau 39% yang dinilai sangat mengenal mahasiswa yang mengikuti kuliahnya, 17 dosen atau 41% dinilai mengenal mahasiswa yang mengikuti kuliahnya, tetapi masih terdapat 7 dosen atau 17% yang dinilai masih kurang mengenal mahasiswa yang mengikuti kuliahnya dan 1 dosen atau 2% dinilai tidak mengenal mahasiswa yang mengikuti kuliahnya.

Kinerja dosen pada aspek sosial salah satunya adalah mudah bergaul dengan segenap sivitas akademik termasuk dengan mahasiswa. Kenyataan di STAIN Watampone menunjukkan bahwa hal tersebut sudah termasuk dalam predikat amat baik, meskipun belum terlalu maksimal. Hal tersebut tergambar pada tabel 4 di atas yang menunjukkan bahwa hanya 17 dosen atau 41% yang dinilai sangat mudah bergaul dengan segenap sivitas akademik termasuk dengan mahasiswa, 17 dosen atau 41% yang dinilai mudah bergaul dengan segenap sivitas akademik termasuk dengan mahasiswa, masih terdapat 6 dosen atau 15% yang dinilai kurang mudah bergaul dengan segenap sivitas akademik termasuk dengan mahasiswa dan ada 1 yang termasuk dalam kategori tidak mudah bergaul dengan segenap sivitas akademik termasuk dengan mahasiswa.

Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja dosen STAIN Watampone pada semua kompetensi, baik pedagogic, professional, kepribadian maupun kompetensi sosial sudah termasuk predikat mata baik, namun masih perlu dimaksimalkan sehingga tidak ada lagi dosen yang masuk dalam predikat kurang baik dan tidak baik.

b. Implikasi EDOM Terhadap Kinerja Dosen STAIN Watampone

Evaluasi merupakan penentuan nilai suatu hal, yang meliputi pengumpulan informasi yang digunakan untuk memutuskan nilai keberhasilan suatu program, produk, prosedur, tujuan atau manfaat yang pada desain pendekatan alternatif untuk mempertahankan tujuan yang khusus (Worthen, 1981: 19).

Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa adalah sebuah penilaian yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menilai kinerja dosen dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi. Secara umum tujuan evaluasi adalah untuk

(19)

66

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai perkembangan dan kemajuan yang dialami dalam kurun waktu tertentu. Dengan kata lain untuk memperoleh pembuktian yang akan menjadi petunjuk sejauh mana tingkat pencapaian setelah menempuh proses dalam kurun waktu tertetu.

Secara umum tujuan evaluasi adalah untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai perkembangan dan kemajuan yang dialami dalam kurun waktu tertentu. Dengan kata lain untuk memperoleh pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat pencapaian setelah menempuh proses dalam kurun waktu tertetu.

Dalam konteks yang luas Gilbert Sax mengemukakan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk selection, placement, diagnosisi, and remedition,

feedback: norm-referenced and criterion-referencid interpretation, motivation and guidance of learning, program and curriculum improvement: formative and summative evaluations, and theory development (Gilbert Sax,

1980: 25).

Adapun tujuan khusus kegiatan evaluasi adalah untuk merangsang kinerja pendidik dalam proses pembelajaran, karena tanpa adanya evaluasi maka tidak akan mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri dosen untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasinya.

Dalam institusi pendidikan tinggi, evaluasi dosen memiliki tujuan lebih khusus, tujuan evaluasi dosen adalah untuk: (1) Meningkatkan kualitas pengajaran, (2) Mengembangkan diri dosen, (3) Meningkatkan kepuasan mahasiswa terhadap pengajaran, (4) Meningkatkan kepuasan kerja dosen, (5) Mencapai tujuan program studi/fakultas/universitas, serta (6) Meningkatkan penilaian masyarakat terhadap fakultas/universitas.

Untuk mengetahui implikasi EDOM terhadap kinerja dosen STAIN Watampone, peneliti telah melakukan analisis terhadap dokumen kinerja dosen, baik yang diperoleh dari Pusat Penjamin Mutu (P2M), maupun yang diperolah dari Prodi dan Sub bagian akademik, kemahasiswaan dan alumni. Gambaran kinerja tersebut akan diuraikan berdasarkan kompetensi.

Implikasi EDOM terhadap kinerja dosen pada aspek pedagogik dapat dilihat pada tabel 5 berikut.

Tabel 5

Perbandingan Kinerja Dosen pada Aspek Pedagogik Pra dan Pasca EDOM

KINERJA DOSEN

PRA EDOM PASCA EDOM PREDIKAT FREKUEN SI PREDI KAT FRE KU ENS I Membuat kontrak perkuliahan dengan

mahasiswa dan pemberian SAP diawal BAIK 24

AMAT BAIK 27

(20)

67

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

perkuliahan

Konsistensi penyelenggaraan perkuliahan

berdasarkan kontrak perkuliahan/SAP BAIK 21

AMAT BAIK 28 Kemampuan menghidupkan suasana kelas AMAT BAIK 20 AMAT

BAIK 22 Keragaman Metode Pembelajaran AMAT BAIK 20 AMAT

BAIK 26 Keragaman Sumber belajar BAIK 23 AMAT

BAIK 27 Kejelasan dalam penyampaian materi dan

jawaban terhadap pertanyaan mahasiswa AMAT BAIK 21

AMAT BAIK 28 Pemberian tugas terstruktur BAIK 20 AMAT

BAIK 18 Kesesuaian materi ujian dan/tugas dengan

tujuan kompetensi mata kuliah BAIK 19

AMAT BAIK 20 Kemampuan menjelaskan pokok

bahasan/topik secara tepat dan sistematis AMAT BAIK 19

AMAT BAIK 32 Kemampuan mengangkat contoh kasus

secara luas dan mendalam sesuai dengan materi yang diajarkan

BAIK 21 AMAT BAIK 28 Kemampuan menjelaskan keterkaitan

pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan pokok bahasan/topik lain

AMAT BAIK 19 AMAT BAIK 25 Kemampuan menjelaskan keterkaitan

pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan

BAIK 18 AMAT BAIK 26 Penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam

bidang yang diajarkan BAIK 23

AMAT BAIK 23 Penggunaan hasil-hasil penelitian untuk

meningkatkan kualitas perkuliahan BAIK 23

AMAT BAIK 20 Kehadiran dosen dalam proses perkuliahan AMAT BAIK 19 AMAT

BAIK 23 Lama waktu tatap muka sesuai jumlah SKS

(1 SKS: 45 menit) BAIK 24

AMAT BAIK 26 Kemampuan memotivasi mahasiswa dalam

pembelajaran sehingga tercipta suasana kelas yang dinamis

BAIK 22 AMAT BAIK 24

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa implikasi EDOM terhadap kinerja dosen STAIN Watampone jika ditilik dari aspek pedagogik menggambarkan bahwa, terjadi peningkatan kinerja yang signifikan dalam membuat kontrak perkuliahan dengan mahasiswa dan pemberian SAP diawal perkuliahan, sebelum EDOM mendapat predikat baik dengan frekuensi 24 dosen, setelah EDOM predikat meningkat menjadi amat baik dengan frekuensi 27 dosen.

Konsistensi dosen dalam penyelenggaraan perkuliahan berdasarkan kontrak perkuliahan/SAP juga sangat berpengaruh setelah diadakannya EDOM hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5 diatas yang menunjukkan bahwa ada peningkatan predikat dari baik meningkat menjadi amat baik,. Hal

(21)

68

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

tersebut juga diperkuat dari hasil analisis peneliti terhadap dokumen monitoring dan evaluasi proses perkuliahan pada semua program studi yang ada di STAIN Watampone. Dari 8 prodi yang peneliti analisis dokumennya hanya ada 3 dosen untuk semua prodi yang kurang konsisten dalam penyelenggaaraan perkuliahan.

Kemampuan dosen dalam menghidupkan suasana kelas telah mendapat predikat amat baik dengan frekuensi 20 dosen, setelah pelaksanaan EDOM predikat amat baik bertahan tetapi frekuensinya meningkat menjadi 22 dosen.

Kinerja dosen untuk aspek pedagogik dalam hal kemampuan menggunakan keragaman metode dalam pembelajaran sebahagian besar sudah dianggap sangat mampu oleh mahasiswa, karena dari 41 dosen yang dijadikan sampel, 20 dosen yang mendapat predikat amat baik, setelah EDOM terjadi peningkatan jumlah dosen yang mendapat predikat amat baik yaitu 26 dosen.

Keragaman sumber belajar yang digunakan oleh dosen STAIN Watampone sebelum EDOM memiliki predikat baik dengan frekuensi 23 dosen, pasca pelaksanaan EDOM predikat yang diperoleh meningkat menjadi amat baik dengan frekuensi 27 dosen.

Kejelasan dosen dalam menyampaikan materi pembelajaran dan menjawab pertanyaan mahasiswa sangat diharapkan. Kinerja dosen STAIN Watampone untuk aspek ini sudah masuk dalam kategori sangat baik dengan frekuensi 21 dosen, setelah EDOM predikat amat baik bertahan tetapi jumlah dosen yang dinilai jelas dalam menyampaikan materi dan jawaban terhadap pertanyaan yang meningkat menjadi 28 dosen.

Kinerja dosen dalam pemberian tugas terstruktur kepada mahasiswa STAIN Watampone, sebelumnya telah mendapat predikat baik, setelah EDOM predikat tersebut meningkat menjadai amat baik dengan frekuensi18 dosen, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5 diatas.

Kesesuaian materi ujian/tugas dengan tujuan kompetensi mata kuliah yang diberikan oleh dosen sebelumnya telah mendapat predikat baik, predikat tersebut kemudian meningkat menjadi amat baik dengan frekuensi 20 dosen, hal tersebut berarti dosen dinilai sangat sesuai dalam memberikan materi ujian/tugas yang sesuai dengan kompetensi mata kuliah. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5 di atas.

Kemampuan dosen dalam menjelaskan pokok bahasan/topik secara tepat dan sistematis sebelumnya telah dianggap sangat mampu. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5 di atas yang menunjukkan bahwa 19 dosen mendapat predikat amat baik setelah EDOM frekuensi dosen yang mendapat predikat amat baik meningkat menjadi 32 dosen.

Kemampuan dosen dalam mengangkat contoh kasus secara luas dan mendalam sesuai dengan materi yang diajarkan sebelumnya dinilai mampu dengan, setelah EDOM kemampuan dosen meningkat menjadi amat mapu dengan frekuensi 28 dosen.. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 di atas.

(22)

69

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

Kemampuan dosen dalam menjelaskan keterkaitan pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan topik lain telah dinilai sangat mampu. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5 di atas yang menunjukkan bahwa 19 dosen telah mendapat predikat amat baik, pasca EDOM jumlah dosen yang mendapat predikat amat baik meningkat menjadi 25 dosen.

Kinerja dosen pada aspek kemampuan menjelaskan keterkaitan pokok bahasan/topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan sebelumnya dinilai baik, setelah EDOM predikat tersebut meningkat menjadi amat baik. Hal tersebut tergambar pada tabel 5 di atas.

Penguasaan dosen akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan, sebelum EDOM dinilai baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5 di atas. Setelah EDOM terjadi peningkatan predikat menjadi amat baik.

Kemampuan dosen dalam hal penggunaan hasil-hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas perkuliaha relatif tidak terlalu baik sebelum EDOM, setelah EDOM predikat meningkat menjadi amat baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 5 di atas.

Kehadiran dosen dalam proses perkuliahan telah mendapat predikat amat baik, hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang tertuang pada tabel 5 di atas bahwa 19 dosen diniai kehadirannya sangat baik. Namun setelah EDOM frekuensi dosennya meningkat menjadi 23 dosen yang dinilai amat baik kehadirannya.

Lama waktu tatap muka belum maksimal sesuai dengan jumlah SKS, hal tersebut dapat tergambar pada tabel 5 di atas yang menunjukkan bahwa predikat yang diperole sebelum EDOM adalah baik, setelah EDOM baru predikat tersebut berubah menjadi amat baik.

Hal yang sama juga terjadi pada aspek kemampuan dosen dalam memotivasi mahasiswa dalam pembelajaran sehingga tercipta suasana kelas yang dinamis, sebelumnya mendapat predikat baik, setelah EDOM predikatnya meningkat menjadi amat baik, sebagaimana yang tergambar pada tabel 5 diatas.

Secara keseluruhan implikasi EDOM pada aspek pedagogik adalah terjadi peningkatan kinerja dosen terutama dalam hal pembutan kontrak perkuliahan dan pemberian SAP, konsistensi penyelenggaraan perkuliahan, keragaman sumber belajar, pemberian tugas terstruktur, kesesuaian materi yang diujikan/tugas dengan kompetensi mata kuliah.

Implikasi EDOM juga terlihat pada kemampuan dosen dalam mengangkat contoh kasus secara luas dan mendalam sesuai dengan materi yang diajarkan, kemampuan menjelaskan keterkaitan pokok bahasan /topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan, penguasaan akan isu-isu mutakhir, penggunaan hasil penelitian, lama waktu tatap muka sesuai dengan jumlah SKS dan kemampuan memotivasi mahasiswa dalam proses perkuliahan. Imlpikasi EDOM pada aspek professional dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.

(23)

70

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

Tabel 6

Perbandingan Kinerja Dosen pada Aspek Profesional Pra dan Pasca EDOM

KINERJA DOSEN

PRA EDOM PASCA EDOM PREDIKAT FREKUENSI PREDIKAT FREKUENSI Upaya membangkitkan minat

mahasiswa terhadap mata

kuliah yang diajarkan AMAT BAIK 20

AMAT

BAIK 23 Rasa percaya diri akan

kemampuan mengajar AMAT BAIK 23 AMAT

BAIK 27 Kewibawaan sebagai pribadi

dosen AMAT BAIK 21

AMAT

BAIK 28 Kearifan dalam mengambil

keputusan AMAT BAIK 20

AMAT

BAIK 26 Menjadi contoh dalam

bersikap dan berprilaku BAIK 18 AMAT BAIK 24 Kemampuan mengendalikan

diri dalam berbagai situasi dan kondisi

AMAT BAIK 25 AMAT

BAIK 27 Adil dalam memperlakukan

mahasiswa BAIK 21

AMAT

BAIK 28

Implikasi EDOM pada aspek profesional dalam hal upaya dosen dalam membangkitan minat mahasiswa terhadap mata kuliah yang diajarkan dapat dikategorikan mengalami peningkatan yang tidak terlalu berarti. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 6 di atas yang menunjukkan bahwa predikat yang diperoleh tetap sama yaitu amat baik, tetapi frekuensinya yang sedikit bertambah dari 20 dosen menjadi 23 dosen.

Hal yang sama juga terjadi pada rasa tingkat kepercayaan diri dosen akan kemampuan mengajarnya. Meskipun dampaknya baik, tetapi tidak terlalu signifikan, sebagaimana yang tergambar pada tabel 6 di atas yang menunjukkan bahwa peningkatan terjadi hanya pada frekuensi dari 23 dosen yang mendapat predikat amat baik menjadi 27 dosen. Hal yang sama juga terjadi pada kewibawaan sebagai dosen, peningkatan yang terjadi hanya pada frekuensinya dari 21 dosen yang mendapat predikat amat baik menjadi 28 dosen. Demikian halnya dengan kearifan dosen dalam mengambil keputusan, dari 20 dosen yang dinilai amat arif menjadi 26 dosen.

Kemampuan dosen untuk menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku memilki implikasi yang sangat baik setelah EDOM, karena sebelumnya predikat yang diperoleh adal baik dengan frekuensi 18 dosen meningkat menjadi amat baik dengan frekuensi 24 dosen. Sebagaimana yang tergambar pada tabel 6 di atas.

Hal yang berbeda terjadi pada kemampuan dosen dalam mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi. Pada tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa peningkatan yang terjadi sangat sedikit, karena sebelumnya 25 dosen telah mendapat predikat amat baik, frekuensinya

(24)

71

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

berubah menjadi 27 dosen. Lain halnya dengan keadilan dosen dalam memperlakukan mahasiswa, perubahan yang terjadi sangat baik karena sebelumnya 21 dosen mendapat predikat baik meningkat menjadi 28 dosen mendapat predikat amat baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implikasi EDOM pada aspek professional kurang maksimal, karena dari 7 kinerja yang terdapat pada aspek ini, hanya terdapat 2 kinerja yang mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu dosen dapat menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku serta adil dalam memperlakukan mahasiswa.

Imlpikasi EDOM pada aspek kepribadian dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7

Perbandingan Kinerja Dosen pada Aspek Kepribadian Pra dan Pasca EDOM

KINERJA DOSEN

PRA EDOM PASCA EDOM PREDIKAT FREKUENSI PREDIKAT FREKUENSI Ramah dan sopan dalam

berkomunikasi AMAT BAIK 20 AMAT

BAIK 27 Konsistensi penyelenggaraan

perkuliahan berdasarkan kontrak perkuliahan/SAP

AMAT BAIK 21 AMAT

BAIK 25 Kemampuan menghidupkan

suasana kelas AMAT BAIK 19

AMAT

BAIK 28 Keragaman Metode

Pembelajaran AMAT BAIK 21

AMAT

BAIK 26 Keragaman Sumber belajar

AMAT BAIK 23 AMAT

BAIK 27 Kejelasan dalam penyampaian

materi dan jawaban terhadap pertanyaan mahasiswa

AMAT BAIK 21 AMAT

BAIK 27 Pemberian tugas terstruktur

BAIK 20 AMAT

BAIK 25

Kemampuan dosen pada aspek kepribadian diantaranyan adalah ramah dan sopan dalam berkomunikasi. Implikasi EDOM untuk hal ini adalah pada frekuensi dosen yang mendapat predikat amat baik dari 20 dosen menjadi 27 dosen. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat konsistensi dosen dalam penyelenggaraan perkuliahan, dari 21 dosen menjadi 25 dosen. Sebagaimana yang tergambar pada tabel 7 di atas.

Kemampuan dosen dalam menghidupkan suasana kelas berpengaruh setelah pelaksanaan EDOM, meskipun predikat amat baik telah diperoleh sebelumnya, namun frekuensinya meningkat dari 19 dosen menjadi 28 dosen. Hal yang sama juga terjadi pada keragaman metode pembelajaran, dari 21 dosen yang mendapat predikat amat baik menjadi 26 dosen. Demikian juga pada keragaman sumber belajar yang digunakan oleh dosendari 23 dosen yang berpredikat amat baik menjadi 27 dosen. Sebagaimana tergambar pada tabel 7 di atas.

(25)

72

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

Kejelasan dosen dalam menyampaikan materi dan jawaban terhadap pertanyaan mahasiswa juga mengalami peningkatan dari jumlah dosen yang mendapat predikat amat baik, yaitu dari 21 dosen menjadi 27 dosen. Hal berbeda terjadi dalam hal pemberian tugas terstruktur, tidak hanya freuensi yang meningkat tetapi predikat juga mengalami peningkatan dari baik menjadi predikat amat baik, sebagaimana yang tergambar pada tabel 7 di atas.

Implikasi EDOM terhadap aspek kepribadian sangat berpengaruh pada tingkat keramahan dan kesopanan dosen dalam berkomunikasi, kemampuan dosen dalam menghidupkan suasana kelas serta pada pemberian tugas terstruktur yang dilakukan oleh dosen.

Imlpikasi EDOM pada aspek sosial dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini. Tabel 8

Perbandingan Kinerja Dosen pada Aspek Kepribadian Pra dan Pasca EDOM

KINERJA DOSEN

PRA EDOM PASCA EDOM PREDIKAT FREKUENSI PREDIKAT FREKUENSI Ramah dan sopan dalam berkomunikasi

AMAT BAIK 22 AMAT BAIK 26 Kemampuan menerima kritik, saran dan

pendapat orang lain AMAT BAIK 16 AMAT BAIK 26 Kesediaan meluangkan waktu untuk

konsultasi di luar kelas AMAT BAIK 20 AMAT BAIK 25 Mengenal dengan baik mahasiswa yang

mengikuti kuliahnya BAIK 17 AMAT BAIK 22 Mudah bergaul dengan segenap civitas

akademik ( termasuk dengan mahasiswa)

AMAT BAIK 17 AMAT BAIK 21

Tabel 8 di atas menggambarkan bahwa keramahan dosen dalam berkomunikasi telah mendapat predikat amat baik, namun mengalami peningkatan pada frekuensinya yaitu dari 22 dosen menjadi 26 dosen. Hal yang sama terjadi pada kemampuan dosen menerima kritik, saran dan pendapat orang lain, yaitu dari 16 dosen yang mendapat predikat amat baik meningkat menjadi 26 dosen. Demikian pula kesediaan dosen meluangkan waktu untuk konsultasi di luar kelas mengalami peningkatan frekuensi dari 20 dosen menjadi 25 dosen.

Kemampuan dosen untuk mengenal dengan baik mahasiswa yang mengikuti kuliahnya mengalami peningkatan yang signifikan, hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 di atas yang menunjukkan bahwa sebelumnya 17 dosen mendapat predikat baik, meningkat menjadi 22 dosen mendapat predikat amat baik. Berbeda dengan tingkat kemudahan dosen dalam bergaul dengan segenap sivitas akademik ( termasuk dengan mahasiswa), peningkatan hanya terjadi pada frekuensi dosen yang mendapat predikat amat baik, dari 17 dosen menjadi 21 dosen.

(26)

73

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015

Implikasi EDOM pada aspek sosial sangat berpengaruh pada kemampuan dosen dalam menerima menerima kritik, saran dan pendapat orang lain, kesediaan dosen meluangkan waktu untuk konsultasi di luar kelas dan dkemampuan dosen mengenal dengan baik mahasiswa yang mengikuti kuliahnya.

C. PENUTUP a. Kesimpulan

1. Kinerja dosen STAIN Watampone sudah tergolong sangat baik, karena dari empat kompetensi dosen yang diteliti, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan kompetensi sosial. Tiga kompetensi mendapat predikat amat baik yaitu kompetensi profesional dengan frekuensi 21 dosen, kompetensi kepribadian dengan frekuensi 20 dosen dan kompetensi sosial dengan frekuensi 18 dosen. Hanya satu kompetensi yang mendapat predikat baik dengan frekuensi 20 dosen 2. Implikasi Evaluasi Dosen Oleh Mahasiswa (EDOM) terhadap kinerja

dosen STAIN Watampone sangat baik. Karena secara kesulurahan keempat kompetensi yang telah diteliti mengalami peningkatan. Frekuensi peningkatan pada kompetensi profesional meningkat dari 21 dosen yang mendapat predikat amat baik menjadi 26 dosen, pada kompetensi kepribadian juga mengalami peningkatan yaitu dari 20 dosen menjadi 26 dosen yang mendapat predikat amat baik dan kompetensi sosial juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari 18 dosen menjadi 24 dosen yang mendapat predikat amat baik. Kompetensi profesional juga mengalami peningkatan yang sangat maksimal, dari predikat baik dengan frekuensi 20 dosen menjadi predikat amat baik dengan frekuensi 25 dosen.

b. Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Para dosen agar senantiasa meningkatkan kompetensi yang dimilikinya agar memiliki kinerja yang jauh lebih baik lagi, sehingga proses pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal dan efektif, sehingga dapat melahirkan alumni yang berkualitas.

2. Kepada para pimpinan dan segenap sivitas akademik STAIN Watampone diharapkan dapat menciptakan iklim perguruan tinggi yang kondusif agar semua warga kampus selalu merasa nyaman berada di lingkungan kampus dan dapat, mengerjakan tugasnya dengan baik serta senantiasa untuk selalu meningkatkan kinerja yang dimilikinya.

(27)

74

Didaktika, Jurnal Kependidikan Jurusan Tarbiyah STAIN Watampone, Volume 10, Tahun 2015 DAFTAR PUSTAKA

Brinkerhoff, R.D., Brethower, D.M. Hluchyj, T, (1983) Program evaluation

a practitioner’s guide for traners and educators, western

Michigan: Klower-nijhoff Publishing

Hersey,P dan Blanchard, KH, (1982), Management of Organizational

Behavior: Utilizing Human Resource New Jersey: Prentice

Hall Englowed Cliffs

Isaac, S, (1984) HandBook in Research and Evaluation For

Educational and Behavior Science, San Diego: Edits

Publisher

Kaufman, R , (1980) Evaluation Without Fear, New York: New View

Points

Koentjoroningrat,(1985) Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta:

Gramedia.

Martinis Yamin, (2007), Profesionalisme Guru dan Dosen, Jakarta:

Gaung Persada Pers

Mohammad 'Adil Barakat (1998.), al-Tathwir al-Mahniy li A'dla'i

Hay'at Tadris, (Tunis: Munazhzhamah 'Arabiyah li

al-Tarbiyah

Sudarsono, (1994), Penelitian Evaluasi, Yogyakarta: Lembaga

Penelitian IKIP YK

Suharsimi Arikunto& Cepi Safrudin (2004),, Evaluasi Program

Pendidikan : Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi

Pendidikan, Cet I; Jakarta: PT Bumi Aksara (1987),

Pengelolaan Material, Jakarta: Prima Karya

Supramono dan Jony Oktavian Haryanto, (2005), Desain Proposal

Penelitian, Studi Pemasaran, Yogyakart: ANDI

Stufflebea, M, D.L (1985) Systematic Evaluation: A Self Instructional

guide to theory & Practice Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing

Undang Undang Guru dan Dosen

Gambar

Tabel  1  di  atas  menunjukkan  bahwa  kinerja  dosen  STAIN  Watampone jika ditilik dari aspek pedagogik menggambarkan bahwa,  animo  dosen  dalam  membuat  kontrak  perkuliahan      dengan  mahasiswa  dan  pemberian  SAP  diawal  perkuliahan  belum  ter
Tabel  5  di  atas  menunjukkan  bahwa  implikasi  EDOM  terhadap  kinerja  dosen  STAIN  Watampone  jika  ditilik  dari  aspek  pedagogik  menggambarkan bahwa,  terjadi peningkatan kinerja  yang signifikan dalam  membuat  kontrak  perkuliahan      dengan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian kontribusi pengetahuan pengelolaan kelas terhadap kinerja dosen di STAIN Padangsidimpuan adalah sebesar 13,9%.(6) Kontribusi motivasi kerja dan pengetahuan

Kecenderungan pengetahuan pengelolaan kelas dosen di STAIN Padangsidimpuan adalah sebanyak 10,84% berada pada kategori berada pada kategori baik, 77,11% berada pada

Dalam Standar Nasional Pendidikan, pasal 28 ayat (3) butir a dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta

Dari hasil pembahasan yang jelaskan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Evaluasi Umpan Baik Dosen yang telah dilakukan oleh mahasiswa menyatakan dari 4 aspek

Nilai kinerja tertinggi 10 dosen Berdasarkan Tabel di atas lima orang dosen dari sepuluh orang dosen tersebut ada yang masih berstatus dosen LB (Luar Biasa),

Berdasarkan uraian tersebut, kinerja dosen IAIN SAS Bangka Belitung dilihat dari indicator kompetensi dosen yang terdiri dari kompetensi professional, pedagogik,

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa nilai R 2 sebesar 0,153 atau 15,3% hal tersebut menggambarkan bahwa sumbangan kompetensi dosen dan kepuasan kerja dosen terhadap naik

Berdasarkan pengamatan awal yang penulis lakukan didapati bahwa kemunculan Sistem E-EDOM ini ternyata memunculkan beberapa masalah baru, Masalah yang terlihat adalah dari mahasiswa