Oleh
MUHAMMAD NUR
NIM. 080500127
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
Oleh
MUHAMMAD NUR NIM. 080500127
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya
Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI DUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
Judul Karya Ilmiah : PENGGUNAAN NAUNGAN PADA PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.)
Nama : Muhammad nur
NIM : 080500127
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan : Manajemen Pertanian
Lulus ujian pa
Lulus ujian pada tanggal 24 Agustus 2011 Pembimbing,
Ir. Budi Winarni, MSi NIP. 19610914 199001 2 001
Penguji,
Nurlaila. SP, MP
NIP. 19711030 200112 2 001
Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan,
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Syarifuddin, MP
NIP. 19650706 2001121 001
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir. Hasanudin, MP
MUHAMMAD NUR. Penggunaan Naungan Pada Pertumbuhan Bibit Kakao
(Theobroma cacao L.) (di bawah bimbingan BUDI WINARNI).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya produktivitas dan mutu tana man kakao yang salah satunya disebabkan oleh kurang optimalnya pertumbuhan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur pertumbuhan bibit kakao dengan menggunakan naungan yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu sejak tanggal 1 januari 20011 sampai dengan 31 maret 2011, tempat penelitian di areal Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jln. Samratulangi. RT 34, Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang.
Penelitian ini terdiri dari 3 parameter dan masing- masing parameter terdiri dari 10 ulangan P1 (di bawah tegakan pohon aren) dan P2 (di bawah naungan
paranet 80%).
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian naungan paranet 80% diduga lebih efektif meningkatkan pertumbuhan diameter batang, tinggi tanaman, dan jumlah daun bibit kakao, dibandingkan dengan pemberian naungan di bawah tegakan pohon aren.
MUHAMMAD NUR, lahir pada tanggal 21 September 1988 di Kecamatan
Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara. Merupakan anak ke 3 (tiga) dari 5 (lima) bersaudara pasangan Bapak H. Hambrani dan Ibu Hj. Marni.
Memulai pend idikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 010 Pulau Harapan, Kabupaten Kutai Kartanegara lulus pada tanggal 17 Juni 2002, kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTS) Negeri Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kartanegara lulus pada tanggal 30 Juni 2005. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menegah Umum (SMU) Negeri 1 Muara Muntai lulus pada tanggal 14 Juni 2008. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2008 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebuna n.
Pada tanggal 1 Maret sampai dengan 30 April 2011 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT.Telen, Bukit Permata Estate (BPE), Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan Timur.
Segala puji bagi Allah SWT, karena hanya Dialah yang pantas dipuji, Rabbi semesta alam. Dialah Maha Pencipta, Maha Memelihara dan Maha Memberi Rezeki. Shalawat dan taslim senantiasa tercurah kepada pimpinan para Nabi dan Rasul Muhammad SAW yang di utus Allah SWT, sebagai rahmat bagi umat manusia seluruh alam. Atas ijin Allah Azza Wajallah karya ilmiah ini berhasil penulis rampungkan dengan judul “Penggunaan Naungan Pada Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma cacao L.)”.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian guna memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada : 1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan selama peneliti
mengikuti Pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
2. Ir. Syarifuddin, MP, selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
3. Ir. Budi Winarni, MSi, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan berupa arahan dan bimbingannya.
4. Nurlaila, SP, MP, selaku Dosen Penguji.
5. Rekan-rekan mahasiswa/i yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan Karya Ilmiah ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, Penulis berharap semoga hasil dari penelitian ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis Kampus Sei Keledang, Agustus 2011
Halaman
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI……….... vii
DAFTAR TABEL……….... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
I. PENDAHULUAN………... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman kakao………. 3
B. Tinjauan Umum Kakao Forastero……… 8
C. Tinjauan Umum Naungan ………... 9
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ………... 11
B. Alat dan Bahan ……… 11
C. Prosedur Penelitian ……….. 11
D. Pengambilan dan Pengolaha n Data ………. 12
E. Pengolahan Data ……….……….... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil …………... 15
B. Pembahasan ………... 17
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………...……… 21
B. Saran ………...……….. 21
DAFTAR PUSTAKA ……….. 22
No
1. Rata-rata , Standar deviasi, D-Min dan D-Max pertambahan diameter batang bibit kakao selama 3 (tiga) bulan dari umur 3 (tiga) bulan sampai 6 (enam) bulan setelah tanam (BST) dengan perlakuan penggunaan naungan yang berbeda ... 15
2. Rata-rata, Standar deviasi, D-Min dan D-Max pertambahan tinggi tanaman bibit kakao selama 3 (tiga) bulan dari umur 3 (tiga) bulan sampai 6 (ena m) bulan setelah tanam (BST) dengan perlakuan penggunaan naungan yang berbeda ... 16 3. Rata-rata, Standar deviasi, D-Min dan D-Max pertambahan jumlah daun
bibit kakao selama 3 (tiga) bulan dari umur 3 (tiga) bulan sampai 6 (enam) bulan setelah tanam (BST) dengan perlakuan penggunaan naungan yang berbeda ... 17
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1. Data pengukuran diameter batang pada perlakuan P1………. 23
2. Data pengukuran diameter batang pada perlakuan P2………. 23
3. Data pengukuran tinggi tanaman pada perlakuan P1………... 24
4. Data pengukuran tinggi tanaman pada perlakuan P2………... 24
5. Data pengukuran jumlah daun pada perlakuan P1……….. 25
6. Data pengukuran jumlah daun pada perlakuan P2………... 25
7. Gambar kegiatan penelitian ………….………... 26
I. PENDAHULUAN
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan
penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja,
sumber pendapatan petani dan sumber devisa negara. Keadaan iklim dan kondisi
lahan Indonesia sesuai untuk pertumbuhan tanaman kakao. Dengan semakin
meningkatnya permintaan kakao, mendorong para pengusaha di bidang pertanian
untuk mengelola komonitas kakao lebih intensif sesuai dengan cara-cara kultur
teknis yang telah ada. Biji kakao sebagai bahan baku makanan yang enak rasanya
dan mempunyai manfaat yang cukup banyak, sedangkan lemak kakao (cacao
butter) digunakan sebagai bahan kosmetika (Susanto, 1994).
Rendahnya produk tifitas dan mutu tanaman salah satunya disebabkan oleh
kurang optimalnya penerapan teknis pembibitan. Pembibitan dilakukan untuk
memperoleh kualitas tanaman yang sehat, kuat, siap tanam di lapangan, dan
memiliki hasil produksi yang maksimal (Sugiharti, 2008).
Tempat pembibitan perlu dipilih, sehingga memenuhi syarat sebagai
berikut: dekat dengan sumber air dan mudah diawasi, tempatnya datar tetapi
memiliki drainase yang baik, terlindung dari angin kencang dan penyinaran
matahari langsung, terlindung dari hama dan hewan pengganggu.
Pemberian pupuk dan naungan pada saat pembibitan tanaman kakao sangat
menentukan pertumbuhan tanaman kakao agar menjadi lebih baik dan dapat
berkembang dengan baik setelah ditanam di areal kebun. Di samping itu juga,
langsung, yaitu dalam pertumbuhannya memerlukan pelindung (naungan) baik
yang bersifat sementara di pembibitan memakai naungan paranet 80% maupun
naungan tetap di bawah pohon-pohon yang ada di perkebunan.
Salah satu pupuk yang digunakan dalam pembibitan tanaman kakao adalah
pupuk Urea. Intensitas naungan untuk bibit kakao pada persemaian (umur 2 – 3)
bulan memerlukan naungan paranet 40 – 60% dan pada umur 3 – 6 bulan
memerlukan naungan paranet 80%. Pada bibit umur 2 - 3 bulan sekitar 2 - 4 g
Urea, sedangkan umur 3 - 6 bulan sekitar 6 - 8 g Urea (Sugiharti, 2008).
Pupuk ini disebut juga sebagai pupuk N, karena mengandung lebih banyak
nitrogen yang dapat memacu pertumbuhan tanaman. Pupuk Urea bermanfaat bagi
tanaman untuk memperbanyak zat hijau daun (chlorophyl), mempercepat
pertumbuhan, menambah kandungan protein tanaman, dan dapat digunakan untuk
semua jenis tanama n (Setyamidjaja, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pertumbuhan bibit kakao yang
menggunakan naungan yang berbeda.
Hasil penelitia n diharapkan dapat memberikan informasi kepada para
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman Kakao 1. Sistematika tanaman kakao
Menurut Anonim (2004) sistematika tanaman kakao adalah sebagai
berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L.
Menurut Sus anto (1994) secara garis besar kakao dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) jenis:
a. Criollo
Criollo termasuk kakao yang bermutu tinggi atau kakao memiliki
ciri-ciri sebagai berikut : ? Masa buah lambat
? Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit ? Kulit buah tipis dan mudah diiris
? Terdapat 10 alur yang letaknya kulit buah berselang-seling, di mana lima alur agak dalam dan lima alur dangkal
? Ujung buah biasanya berbentuk tumpul, sedikit bengkok, dan memiliki botle neck
? Tiap buah berisi 30-40 biji yang bent uknya agak bulat sampai bulat ? Endospermanya berwarna putih
? Proses fermentasi lebih cepat dan rasanya tidak pahit
? Warna buah muda umumnya merah dan bila masak menjadi jingga b. Forastero
Forastero umumnya termasuk kakao bermutu rendah atau disebut
kakao curah/bulk kakao. Tipe Forastero memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
? Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya tinggi ? Masa berbuah lebih awal
? Umumnya dapat diperbanyak dengan cara semaian hibrida ? Relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit ? Kulit buah agak keras tetapi permukaannya halus
? Alur-alur kulit buah agak dalam
? Ada yang memiliki bottle neck dan ada pula yang tidak memiliki ? Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng
? Proses fermentasinya lebih lama ? Rasa bijinya pahit
? Kulit buah berwarna hijau terutama yang berasal Amazon dan merah yang berasal dari daerah lain
c. Trinitario
Trinitario merupakan hasil persilangan Criollo dan Forastero.
Buah dan bijinya besar, sebagai contoh klon Jati Runggu. Walaupun
ciri-ciri bijinya seperti Criollo namun merupakan hasil persilangan.
2. Morfologi tanaman kakao
Menurut Riyadi dan Nuraeni (2008) morfologi tanaman kakao
adalah sebagai berikut:
a. Akar
Akar tanaman kakao adalah akar tunggang. Pada tanah yang
dalam dan berdrainase baik, akar kakao dewasa bisa sampai 1,0 meter
dan 1,5 meter ke arah bawah. Tanaman kakao yang diperbanyak secara
vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak menumbuhkan akar
tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah
dewasa tanaman tersebut menumbuhkan dua akar yang menyerupai
akar tunggang. Perkembangan akar sangat dipengaruhi oleh struktur
tanah, air tanah, dan aerasi di dalam tanah.
b. Batang dan cabang
Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua
bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas
yang arah pertumbuhannya kesamping disebut dengan plagiotrop
(cabang kipas).
c. Daun
Daun tanaman kakao terdiri atas tangkai daun dan helai daun.
Panjang daun dewasa berkisar 25 – 30 cm dan lebarnya 9 – 10 cm.
Daun yang tumbuh pada ujung-ujung tunas biasanya berwarna merah
dan disebut flush, permukaannya seperti sutera. Setelah dewasa, warna
daun akan berubah menjadi hijau dan permukaannya kasar. Pada
umumnya daun-daun yang terlindung lebih tua warnanya bila
dibandingkan dengan daun yang langsung terkena sinar matahari.
d. Bunga
Bunga kakao terdiri dari 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10
tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran terdiri dari 5 tangkai
sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil dan 5 daun buah yang
bersatu. Bunga kakao berwarna putuh, ungu, atau kemerahahan.
e. Buah
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada
dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau agak
putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah
yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga
3. Syarat tumbuh kakao
Menurut Situmorang (2011) secara umum negara-negara penghasil
kakao terletak diantara 20o LS - 200 LU. dan sebagian besar dari
produksi-produksi kakao dunia dihasilkan oleh perkebunan-perkekebunan kakao
yang terletak antara 100 LU - 100 LS. Tanaman kakao dapat tunbuh baik
pada tempat yang berketinggian 500 - 800 m di atas permukaan laut (dpl)
serta menghendaki tanah yang gembur. Curah hujan, temperatur, dan sinar
matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan. Demikan
juga faktor fisik dan kimia tanah yang erat kaitannya dengan daya tembus
(penetrasi) dan kemampuan akar menyerap unsur hara.
a. Curah hujan
Areal penanaman kakao yang ideal adalah bercurah hujan
1.250 – 3.000 mm pertahun atau rata-rata sebesar 1.500 mm tiap
tahunnya dan menyebar merata sepanjang tahun.
b. Temperatur
Temperatur ideal bagi pertumbuhan kakao adalah 300 – 320C
(maksimum) dan 180- 210C (minimum).
c. Sinar matahari
Cahaya matahari adalah suatu sumber unsur yang penting
untuk fotosintesis dan merupakan sumber energi primer kakao.
Lingkungan alami tanaman kakao adalah hutan hujan tropis yang
pencahayaan penuh. Pada tanah yang subur tanaman dapat tumbuh baik
sampai intensitas cahaya 70 - 80%.
d. Tanah
Sifat kimia tanah meliputi kadar unsur hara makro dan mikro
dalam tanah. Keasaman (pH) yang diperlukan tanaman kakao adalah
6 – 7,5 tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4. Tekstur
tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir
B. Tinjauan Umum kakao forastero
Tanaman kakao forastero dapat tumbuh subur dan berbuah banyak juga
pada ketinggian 100 – 600 m dpl. Tanaman ini tidak tahan terhadap cendawan
air pada musim hujan dan juga pada musim kemarau, sifat tanah yang baik
tanaman kakao yaitu memiliki unsur hara yang tinggi dan memiliki pH tanah
optimum 6,0 – 7,5 mengandung cuk up udara dan air. Faktor iklim yang
penting bagi pertumbuhan tanaman kakao meliputi curah hujan, suhu,
kelembaban udara, dan sinar matahari. Hal yang terpenting dari curah hujan
yang berhubungan dengan pertanaman dan produksi kakao adalah
distribusinya sepanjang tahun. Areal penanaman kakao yang ideal adalah
daerah-daerah bercurah hujan 1.100 – 3.000 mm pertahun. Suhu maksimum
untuk kakao sekitar 300C – 320C, sedangkan suhu minimum sekitar 180C –
210C (Anonim, 2004).
Keungulan jenis varietas forastero adalah:
? Beradaptasi cukup luas terhadap ketinggian tempat dan dapat dibudiyakan dari 0 – 650 m dari permukaan laut (dpl).
? Mutu hasil sesuai dengan keinginan konsumen, berat biji kering kurang lebih 1,0 gram, kandungan lemak lebih dari 50% dan persentase kulit ari
kurang lebih 12%.
? Produksi tahun kelima dapat mencapai 1,5 – 3,0 ton/ha/tahun biji kering, pada jarak 3 x 3 m atau 4 x 2 m atau populasinya 1.100 atau 1.250
tanaman/ha.
? Toleren terhadap penyakit busuk buah (Phytophthoro palmivora), penyakit antraknose (Colletotrichum), dan VSD (Oncobasidium theobramae).
C. Tinjauan umum naungan
Kakao termasuk jenis tanaman yang intoleran terhadap cahaya
matahari, yaitu yang dalam pertumbuhannya memerlukan pelindung
(naungan) sementara ataupun tetap.
Pelindung sementara diberikan dengan tujuan untuk memberikan
perlindungan secukupnya pada waktu pembibitan di persemaian ataupun pada
waktu bibit baru ditanam. Pelindung tetap akan memberikan perlindungan
kepada tanaman dengan intensitas cahaya sedang di perkebunan. Menurut
Daryanto (1973) bahwa naungan bukanlah faktor yang berdiri sendiri, tetapi
pengaruhnya tersusun oleh berbagai faktor seperti: intensitas cahaya, suhu
udara, kelembaban udara dan lain- lain tergantung pada keadaan setempat.
Dalam budidaya tanaman kakao menurut Najiyati dan Danarti
(2008) bibit kakao yang dipindah ke bedeng pembibitan perlu dirawat.
Perawatannya meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengaturan
(umur 2 – 3 minggu) memerlukan intensitas naungan 40 – 50%. Sedangkan
naungan untuk bibit kakao pada persemaian (umur bibit 2 – 3 bulan)
memerlukan naungan 80 – 90%.
Perbedaan tanggapan terhadap peningkatan intensitas cahaya antara
tumbuhan yang cocok untuk kondis i ternaung (shade plants dan indoor
plants) dengan tumbuhan yang biasa tumbuh pada kondisi tidak ternaung. Perbedaan tersebut adalah:
1. Tumbuhan cocok ternaung menunjukkan laju fotosintensis yang sangat
rendah pada intens itas cahaya tinggi dibanding tumbuha n cocok terbuka.
2. Laju fotosentesis tumbuhan cocok ternaung mencapai titik jenuh pada
intensitas cahaya yang lebih rendah dibanding tumbuhan cocok terbuka.
3. Laju fotosintesis tumbuhan cocok ternaung lebih tinggi dibanding
tumbuhan cocok terbuka pada intensitas cahaya yang sangat rendah.
Perbedaan-perbedaan di atas yang menyebabkan tumbuhan cocok
ternaung dapat bertahan pada kondisi ternaungi (intensitas cahaya yang
sangat rendah) di mana tumbuhan cocok terbuka tidak dapat bertahan hidup.
Respon tumbuhan cocok ternaung ke kondisi cahaya matahari langsung lebih
sulit terjadi karena tumbuhan ini sangat sensitif terhadap cahaya yang
berlebihan. Kebanyakan tumbuhan ini akan mengalami klorosis dan
kemudian mati jika menerima cahaya langsung. Gejala ini disebut solarisasi,
yaitu suatu proses penghambatan fotosintesis ya ng diikuti oleh penguraian
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di areal Kebun Percontohan Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini
adalah selama tiga bulan terhitung dari awal bulan Januari 2011 hingga akhir
bulan Maret 2011, meliputi persiapan, pengambilan data dan pengolahan data.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah : gembor, cangkul, timbangan digital,
kamera, kalkulator, label, alat tulis, meteran, polybag ukuran 40 x 50 cm,
naungan paranet 80%.
Bahan yang digunakan adalah : top soil, Urea, bibit tanaman kakao
varietas Forastero umur 3 bulan, Matador 35 EC, dan air.
C. Prosedur Pe nelitian 1. Persiapan areal
Areal yang digunakan dalam penelitian ini memiliki dekat dengan
sumber air, mudah diawasi, tempatnya datar, drainasenya baik, terlindung
dari angin yang kencang dan sinar matahari langsung, dan tidak terganggu
oleh hama . Areal yang digunakan dibersihkan dan permukaan diratakan
agar mempermudah proses penyusunan polybag.
2. Persiapan media tanam
Tanah yang digunakan untuk media tanam adalah tanah lapisan atas
akar-akar pohon, daun dan kerikil, lalu digemburkan dan diayak kemudian
dimasukkan ke dalam polybag.
3. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari
dengan alat gembor. Penyiangan dilakukan hanya apabila terdapat gulma
di sekitar tanaman dan Matador 35 EC. Pemupukan dengan Urea
dilakukan dengan cara ditabur di sekeliling bibit sesuai dosis yaitu 8 g per
poybag setiap 3 minggu.
4. Perlakuan
Perlakuan penelitian ini adalah pemberian naungan yang berbeda
pada bibit kakao. Penelian ini mengunakan 1(satu) perlakuan yaitu
penggunaan naungan dan 2 parameter yaitu :
P1 : Bibit kakao dengan naungan di bawah tegakan pohon aren umur
5 tahun
P2 : Bibit kakao dengan naungan paranet 80%
Selanjutnya masing- masing variabel perlakuan pada bibit tanaman kakao
diulang sebanyak 10 kali sehingga terdapat 20 polybag.
D. Pengambilan Data
Data diambil sebanyak 3 kali yaitu pengambilan data pertama dilakukan
pada umur bibit 3 bulan. Pengambilan data kedua dilakukan pada saat bibit
1. Diameter batang
Diameter diukur dari bagian batang paling bawah 2 cm dari
permukaan tanah diukur menggunakan mikrokaliper.
2. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang 1 cm di atas
permukaan tanah sampai pada titik tumbuh ujung tunas tertinggi dengan
menggunakan meteran.
3. Jumlah daun
Jumlah daun yang diamati adalah daun tanaman yang telah
membuka sempurna dan daun yang gugur.
E. Pengolahan Data
Data yang telah diambil diolah menggunakan rataan hitung sederhana
Nugroho dan Hardono (1995) dengan rumus :
x
=n
x
?
Keterangan: x = rata-rata hitung n = banyaknya datax = variasi yang diteliti ? = jumlah
Data rata-rata selanjutnya dihitung standar deviasi untuk mengetahui
Menurut Santoso (2003) nilai Devisiasi Standard rumus umumnya
adalah sebagai berikut :
N
)
(
1 2 2?
??
?
?
n iXi
?
?
?
Dimana : ? 2 = Varians Populasi? = Standar Devisiasi Populasi ? = Rata- rata populasi
Xi = Data ke i
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil 1. Diameter Batang
Hasil pengamatan penggunaan naungan terhadap rata-rata pertambahan
diameter batang bibit tanaman kakao selama 3 (tiga) bulan dari bibit berumur
3 (tiga) bulan sampai bibit berumur 6 (enam) bulan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata, Standar deviasi, D-Min dan D-Max pertambahan diameter batang bibit kakao selama 3 (tiga) bulan dari umur 3 (tiga) sampai 6 (enam) bulan setelah tanam (BST) dengan perlakuan penggunaan naungan yang berbeda
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
D-Min D-Max - +
P1 1,777 0,753 0,200 2,150 1,024 2,530
P2 2,111 0,789 0,220 2,500 1,322 2,900
Keterangan : P1 : di bawah tegakan pohon aren umur 5 tahun
P2 : di bawah naungan paranet 80%
Dari Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan diameter
batang pada perlakuan di bawah tegakan pohon aren umur 5 tahun (P1)
rata-rata pertambahan diameter sebesar 1,777 ± 0,753 adalah 1,024 mm dan 2,530
mm. Nilai D-Min diameter batang sebesar 0,200 mm dan D-Max sebesar
2,150 mm. Demikian pula pada perlakuan di bawah naungan paranet 80% (P2)
rata-rata pertambahan diameter sebesar 2,111 ± 0,753 adalah 1,322 mm dan
2,900 mm. Nilai D-Min diameter batang sebesar 0,220 mm dan D-Max
2. Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan penggunaan naungan terhadap rata-rata pertambahan
tinggi bibit tanaman kakao selama 3(tiga) bulan dari bibit berumur 3 (tiga)
bulan sampai bibit berumur 6 (enam) bulan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata, Standar deviasi, D-Min dan D-Max pertambahan tinggi
bibit kakao selama 3 (tiga) bulan dari umur 3 (tiga) bulan sampai 6 (enam) bulan setelah tanam (BST) dengan perlakuan penggunaan naungan yang berbeda
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
D-Min D-Max - +
P1 31,700 5,371 3,000 18,000 26,329 37,071
P2 39,400 6,807 7,000 19,000 32,593 46,207
Keterangan : P1 : di bawah tegakan pohon aren umur 5 tahun
P2 : di bawah naungan paranet 80%
Dari Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan tinggi
tanaman pada perlakuan di bawah tegakan pohon aren umur 5 tahun (P1)
rata-rata pertambahan tinggi tanaman sebesar 31,700 ± 5,371 adalah 26,329 cm
dan 37,071 cm. Nilai D-Min tinggi tanaman sebesar 3,000 cm dan D-Max
sebesar 18,000 cm. Demikian pula pada perlakuan di bawah naungan paranet
80% (P2) rata-rata pertambahan tinggi tanaman sebesar 39,400 ± 6,807
adalah 32,593 cm dan 46,207 cm. Nilai D-Min tinggi tanaman sebesar 7,000
3. Jumlah Daun
Hasil pengamatan penggunaan naungan terhadap rata-rata pertambahan
jumlah daun bibit tanaman kakao selama 3 (tiga ) bulan dari bibit berumur 3
(tiga) bulan sampai bibit berumur 6 (enam) bulan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata, Standar deviasi, D-Min dan D-Max pertambahan jumlah
daun bibit kakao selama 3 (tiga) bulan dari umur 3 (tiga) bulan sampai 6 (enam) bulan setelah tanam (BST) dengan perlakuan penggunaan nauangan yang berbeda
Perlakuan Rata-rata SD Data Interval
D-Min D-Max - +
P1 27,000 5,260 3,900 17,500 21,740 32,260
P2 38,900 5,300 4,800 21,200 33,600 44,200
Keterangan : P1 : di bawah tegakan pohon aren umur 5 tahun
P2 : di bawah naungan paranet 80%
Dari Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan jumlah
daun pada perlakuan di bawah tegakan pohon aren umur 5 tahun (P1) rata-rata
pertambahan jumlah daun sebesar 27,000 ± 5,260 adalah 21,740 helai dan
32,260 helai. Nilai D-Min jumlah daun sebesar 3,900 helai dan D-Max
sebesar 17,500 helai. Demikian pula pada perlakuan di bawah naungan
paranet 80% (P2) rata-rata pertambahan jumlah daun sebesar 38,900 ± 5,300
adalah 33,600 helai dan 44,200 helai. Nilai D-Min jumlah daun sebesar 4,800
helai dan D-Max sebesar 21,200 helai.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa terhadap rata-rata pertambahan diameter batang
3sampai 6 bulan (Tabel 2), serta pertambahan jumlah daun umur 3sampai 6 bulan
(Tabel 3), menunjukkan bahwa penggunaan naungan paranet 80% (P2), diduga
memberikan pertambahan tumbuh yang lebih baik pada bibit kakao.
Menurut Sugiharti (2008) pembibitan intensif umur bibit 4 – 5 minggu
memerlukan naunga n sekitar 40 – 60%, sedangkan pada umur 3 – 6 bulan
memerlukan intensitas naungan 80%. Jarak poybag di pembibitan pada umur
4 – 5 bulan adalah 20 cm, dan pada umur 3 – 6 bulan 40 – 50 cm. Pada penelitian
ini digunakan jarak antara polybag 40 x 40 cm.
Meningkatnya pertumbuhan tanaman kakao pada perlakuan P2 (dengan
naungan paranet 80%) disebabkan tanaman ini termasuk jenis yang intoleran
terhadap cahaya matahari langsung, maka di dalam proses pertumbuhannya
memerlukan naungan. Hal ini berhubungan dengan konsentrasi auksin akan lebih
tinggi pada tanaman dengan intensitas penyinaran rendah yang menyebabkan
pertumbuhannya akan lebih cepat dibandingkan tanaman yang mendapat
intensitas penyinaran kuat (Lingga, 2005).
Dalam budidaya tanaman kakao menurut Najiyati dan Danarti (2008)
bibit kakao yang dipindah ke bedeng pembibitan perlu dirawat. Perawatannya
meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pengaturan naungan. Pada
penelitian ini digunakan pupuk Urea 8 g/poybag setiap 3 minggu, berarti selama
3 bulan penelitian menggunakan 40 g pupuk Urea per poybag. Setelah
pemberian pupuk ditutup dengan tanah karena pupuk Urea menyerap dan terlarut
tepat dalam fase vegetatif dapat menunjang laju pembentukan sel-sel baru serta
sistem perakaran. Sel-sel baru terbentuk karena adanya aktivitas pembelahan sel.
Pemberian pupuk Urea yang digunakan dalam penelitian ini mengandung
46 % unsur nitrogen, di mana telah diketahui N merupakan unsur yang sangat
penting bagi tanaman untuk pertumbuhannya terutama pertumbuhan vegetatif.
Pupuk Urea dapat membuat daun tanaman mengandung lebih banyak zat
hijau daun (chlorophyl) sehingga daun tanaman menjadi lebih hijau segar,
pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain- lain) semakin cepat
dan menambah kandungan protein tanaman. Tersedianya unsur hara dalam
jumlah yang cukup dapat memacu pertumbuhan tanaman. Apabila unsur hara
yang ada dalam tanah memadai bagi pertumbuhan tanaman, maka tanaman akan
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian naungan
paranet 80% lebih efektif meningkatkan pertumbuhan diameter batang, tinggi
tanaman, dan jumlah daun bibit kakao, dibandingkan dengan pemberian naungan
di bawah tegakan pohon aren.
B. Saran
Untuk mendapatkan pertumbuhan yang lebih baik pada pembibitan
tanaman kakao umur 3 bulan disarankan diberi naungan paranet 80%. Apabila
menggunakan naungan di bawah tegakan pohon aren, maka diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka, Jakarta. Daryanto. 1973. Masalah Naungan di Perkebunan Teh. Menara Perkebunan,
Bogor.
Lakitan B. 2008. Dasar – dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Lingga 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Najiati S dan Danarti. 2008. Kakao Budidaya dan Penanganan Pasca Panen.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Nogroho dan Hardono. 1995. Rumus-rumus Stastistik serta Penerapannya.
CV Rajawali, Jakarta.
Riyadi S dan L Nuraeni. 2008. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran Cokelat.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Situmorang S. 2011. Budidaya dan Pengolahan Coklat. Balitri, Jember.
Sugiharti E. 2008. Petunjuk Praktis Menanam Kakao. Penerbit Binamuda
Ciptakreasi, Jakarta.
Santoso S. 2003. Statistik Diskriptif. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Setyamidjaja K. 2005. Pupuk dan Pemupukkan. CV Simplex, Jakarta.
Susanto FX. 1994. Tanaman Kakao. Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius,
Lampiran 1. Data pengukuran diameter batang pada perlakuan P1 Pengukuran ke Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 0,4 0,9 0,32 0,27 0,2 0,2 0,7 0,37 0,38 0,3 2 0,40 0,57 0,5 0,37 1 0,3 0,62 0,36 0,47 0,49 3 1,40 1,65 1,33 1,46 2,10 1,33 1,41 1,45 2,15 1,95
Lampiran 2. Data pengukuran diameter batang pada perlakuan P2
Pengukuran ke Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 0,45 0,65 0,84 0,51 0,47 0,23 0,22 0,53 0,33 0,93 2 0,65 0,69 0,59 0,73 0,55 0,37 0,49 0,38 0,48 0,57 3 2,5 1,91 1,61 2 1,72 1,67 1,30 1,72 1,82 1,65 Keterangan:
1. Pengukuran ke 1 (umur 4 bulan) 2. Pengukuran ke 2 (umur 5 bulan) 3. Pengukuran ke 3 (umur 6 bulan)
Lampiran 3. Data pengukuran tinggi tanaman pada perlakuan P1 Pengukuran ke Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 6 7 9 7 9 6 7 8 7 7 2 8 9 13 11 12 10 9 11 10 10 3 12 13 16 14 17 14 12 15 13 15
Lampiran 4. Data pengukuran tinggi tanaman pada perlakuan P2
Pengukuran ke Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 7 8 8 11 7 9 7 11 7 7 2 11 12 12 14 9 14 9 18 7 11 3 17 20 16 18 16 18 22 22 19 16 Keterangan :
1. Pengukuran ke 1 (umur 4 bulan) 2. Pengukuran ke 2 (umur 5 bulan) 3. Pengukuran ke 3 (umur 6 bulan)
Lampiran 5. Data pengukuran jumlah daun pada perlakuan P1 Pengukuran ke Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 4 4 4 3 3 8 9 4 4 4 2 10 6 8 7 15 15 10 15 6 10 3 13 8 12 11 18 18 18 18 11 14
Lampiran 6. Data pengukuran jumlah daun pada perlakuan P2
Pengukuran ke Ulangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 9 11 10 7 8 13 11 7 8 9 2 16 13 12 11 16 13 11 16 12 13 3 18 16 19 14 19 16 12 19 14 15 Keterangan :
1. Pengukuran ke 1 (umur 4 bulan) 2. Pengukuran ke 2 (umur 5 bulan) 3. Pengukuran ke 3 (umur 6 bulan)
Lampiran 7. Gambar penelitian
Gambar 1. Bibit kakao umur 6 bulan
Gambar 3. Bibit kakao di bawah tegakan pohon aren