• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS BTM Kajen, kabupaten Pekalongan

Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap lembaga keuangan sangatlah berperan penting dalam menentukan kelayakan setiap nasabah pangajuan pembiayaan, untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah yang tentunya sangat dihindari oleh setiap lembaga keuangan. Seperti pula yang dilakukan KJKS BTM Kajen, dalam upaya

meminimalisisr terjadinya pembiayaan bermasalah, harus lebih

memperhatikan keyakinan dan kesanggupan para calon nasabah dalam melunasi pembiayaan tersebut. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, langkah awal yang dilakukan oleh pihak BTM adalah menganalisis setiap pengajuan pembiayaan yang masuk, yaitu dengan menggunakan prinsip 6 C:

1. Character: watak dan sifat dari calon nasabah dari kehidupan pribadi maupun lingkungan

2. Capacity: aspek yang dinilai yaitu kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan, pengalaman usaha dan aspek manajemen usahanya

3. Capital: Aspek yang dinilai yaitu pendapatan nasabah dan sumber dana yang dimiliki

(2)

4. Collateral: aspek yang dinilai yaitu dari segi barang yang dijadikan sebagai jaminan dalam mengajukan pembiayaan.

5. Condition: aspek yang dinilai yaitu tentang kondisi usaha yang sedang dijalankan nasabah serta kondisi ekonomi.

6. Constrain: batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.

Risiko yang terjadi dari peminjaman adalah peminjaman yang tertunda atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah dibebankan untuk mengantisipasi hal tersebut maka BTM Kajen harus mampu menganalisis faktor penyebab permasalahannya.

Berdasarkan dari hasil penelitian, faktor penyebab terjadinya pembiayaan murabahah bermasalah di KJKS BTM Kajen disebabkan dua faktor yaitu:36

1. Faktor Internal

a. Kelemahan analisis

Analisis pembiayaan terhadap calon nasabah harus berdasarkan data yang benar-benar akurat dan dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, jika tidak akan menjadikan pembiayaan bermasalah. Kelemahan tersebut disebabkan karena rendahnya kemampuan melakukan analisis pembiayaan secara profesional, serta disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman petugas

36

Indah Heriana, Ka.Bag Operasional BTM Kajen Kabupaten Pekalongan, wawancara pribadi, Kajen 16 Juni 2014.

(3)

BTM menjalankan tugas tersebut, kurang bisa melakukan analisis tentang kemampuan usaha dan manajemen dari calon nasabah.

Hal ini terjadi bukan karena tidak adanya pelatihan mengenai analisis pemberian pembiayaan, melainkan dari pihak karyawan yang memang bukan merupakan para ahli dalam bidang analisis.

b. Kecerobohan Account Officer (AO)

Sistem penagihan yang biasa dilakukan oleh BTM Kajen adalah sistem jemput bola, dimana pihak AO mendatangi nasabahnya ke pasar atau kerumahnya.

Dalam kegiatan penyaluran dana, harus memperhatikan ketentuan mengenai batas maksimum pemberian pembiayaan, rasio pemberian pembiayaan dilihat dari nilai jaminan yang diberikan.

Namun kadang kala pihak AO dan petugas pengambil keputusan pemberian pembiayaan tidak memperhatikan hal tersebut, dimana untuk mengejar target, bank berlomba-lomba untuk menyalurkan dananya tanpa mempertimbangkan faktor risiko yang akan muncul.

Dengan kata lain, pihak AO sebagian besar lebih mengutamakan kuantitas pembiayaan dengan tidak memperhatikan kualitas dari calon nasabah.

(4)

2. Faktor Eksternal a. Kelemahan karakter

Karakter atau watak calon peminjam merupakan salah satu pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan pemberian pembiayaan. Dalam prakteknya untuk sampai pada pengetahuan bahwa nasabah tersebut mempunyai watak yang baik atau tidak, tidaklah semudah yang diduga. Ini merupakan faktor luar BTM yang sulit dihindari, karena tergantung pada pribadi masing-masing nasabah. Kepercayaan pada debitur tidak selamannya berlaku dengan baik, terkadang disalahgunakan debitur.

Karakter nasabah sangat mempengaruhi dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran kepada BTM. Adapun klasifikasi katagori karakter nasabah menjadi empat karakter yaitu:

a) Nasabah yang mau dan mampu yaitu nasabah yang lancar dalam melakukan pelunasan pembiayaan sesuai perjanjian

b) Nasabah mau tetapi tidak mampu yaitu nasabah yang mau melunasi cicilan pembiayaan pada BTM tetapi tidak mampu membayar tepat waktu

c) Nasabah mampu tetapi tidak mau yaitu nasabah yang memiliki kemampuan untuk melunasi pembiayaannya tetapi tidak membayar cicilan pembiayaan secara tepat waktu atau bahkan terkadang macet dan jika didatangi pihak BTM selalu menghindar.

(5)

d) Nasabah yang tidak mau dan tidak mampu yaitu nasabah tidak memiliki kemampuan untuk membayar tetapi juga tidak berusaha untuk melunasi pembiayaan yang dilakukan pada BTM.

b. Keadaan ekonomi yang lemah

Keadaan ekonomi merupakan kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi

Kondisi ekonomi di lingkungan tempat usaha nasabah beroperasi mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan usaha dan kondisi keuangan mereka. kondisi operasi bisnis dan keuangan mereka merosot sebagai akibat dari penurunan kondisi ekonomi atau bidang usaha mereka.

c. Usahanya tidak lancar

Faktor usaha yang mengalami fluktuasi juga menjadikan pendapatan nasabah tidak stabil disebabkan karena penjualan yang tidak lancar dan pembelian sepi dari pembeli. Ini juga mengakibatkan debitur sulit untuk memenuhi kewajibannya kepada BTM.

Hal ini terjadi karena adanya penurunan pendapatan keuangan usaha nasabah, yang disebabkan karena faktor dari kualitas usaha yang kurang, dan juga tidak mengikuti keinginan pasar yang ada.

(6)

d. Musibah

Bencana/musibah tidak bisa prediksi, karena itu diluar batas perhitungan manusia. Musibah seperti kebakaran, gempa bumi, tanah longsor dan lain sebagainya dapat berdampak juga terhadap kelancaran pelunasan pembiayaan, hal ini terjadi karena usaha para nasabah atau tempat usahanya rusak akibat musibah yang dialaminya.

Hal ini tidak begitu dominan dalam penyebab pembiayaan bermasalah di BTM Kajen, karena sebagian besar wilayah dari para nasabah pembiayaan di BTM Kajen, berada dalam wilayah yang masih tergolong aman, dan jauh dari kemungkinan bencana alam seperti tanah longsor, gunung meletus dan sebagainya.

Upaya penyelesaian dan sekaligus solusi terhadap nasabah yang pembiayaannya bermasalah, pihak BTM Kajen lebih menggunakan cara-cara yang bersifat kekeluargaan dan tidak bertentangan dengan syariah Islam terhadap nasabah yang sudah digolongkan bermasalah.

Dalam menyelesaikan pembiayaan bermasalah, BTM Kajen

mengambil langkah-langkah sebagai berikut:37

1. Silaturahmi atau kunjungan

Silaturahmi untuk nasabah yang pembiayaannya digolongkan bermasalah, dilakukan sesering mungkin, silaturahmi ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan nasabah tersebut dalam memenuhi

37

Mukti Ali, Kabag Pemasaran BTM Kajen Kabupaten Pekalongan, wawancara pribadi, Kajen 14 Juli 2014.

(7)

tanggung jawabnya. Selain itu dapat mengambil tindakan secepat mungkin, apakah nasabah sengaja tidak melunasi angsurannya atau karena faktor ekonominya. Dengan adanya silaturahmi ini pihak BTM dapat mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi nasabahnya dan sesegera mungkin memberikan solusinya.

Jika dalam silaturahmi ini terbukti bahwa nasabah tersebut masih mampu mengangsur cicilannya. Akan tetapi apabila nasabah masih belum mampu untuk membayar cicilannya karena alasan

tertentu, maka pihak BTM Kajen akan melakukan

rescheduling(penjadwalan ulang), kepada nasabah yang bersangkutan 2. Rescheduling

Reschedulingyaitu memperpanjang jangka waktu pembiayaan, memperpanjang jarak waktu angsuran, dan penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka

waktu pembiayaan.38

Proses rescheduling ini disesuaikan dengan pendapatan dari hasil usaha nasabah yang sedang mengalami kesulitan. Hal tersebut yaitu antara lain:

a. Memperpanjang jangka waktu pembiayaan

Dalam hal ini nasabah diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu pembiayaan misalnya perpanjangan jangka waktu

38

(8)

pembiayaan dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga nasabah mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. b. Memperpanjang jarak waktu angsuran

Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu

pembiayaan. Dalam hal ini jangka waktu angsuran

pembiayaannya diperpanjang pembayarannya misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah waktu angsuran.

3. Reconditioning

Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat

pembiayaan yang tidak terbatas pada perubahan jadwal penundaan pembayaran bagi hasil dan memperkecil bagi hasil.

4. Likuidasi jaminan

Jaminan merupakan sesuatu yang tidak terlepaskan dari suatu pembiayaan, hal ini dilakukan karena dikhawatirkan akan terjadi kemacetan ataupun kelalaian yang dilakukan oleh calon anggota kepada pihak BTM dalam mengangsur.

Dari beberapa alternatif penyelesaian pembiayaan murabahah bermasalah diatas, salah satu yang lebih dominan digunakan adalah penyelesaian dengan proses rescheduling.

(9)

B. Rescheduling Pembiayaan Murabahah di KJKS BTM Kajen

Selain hal tersebut diatas, upaya penanganan pembiayaan bermasalah, BTM Kajen juga mengambil jalur penyelesaian berdasarkan kolektabilitas pembiayaannya, kolektabilitas pembiayaan yang ada di BTM Kajen antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pembiayaan lancar (kolektabilitas I)

Adalah pembiayaan yang tidak mengalami penundanaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran margin atau bagi hasil. Jumlah tunggakan = 0

2. Pembiayaan diperhatikan (kolektabilitas II)

Adalah pembiayaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran margin atau bagi hasil yang telah mengalami penundaan selama 3 bulan dari waktu yang telah diperjanjikan, jumlah hari tunggakan 1-90 hari.

Dilakukan penanganan dengan cara: a. Pembinaan anggota

b. Melakukan kunjungan ke lapangan / silaturahmi oleh bagian penagihan BTM Kajen kepada nasabah yang mengalami keterlambatan

c. Upaya penyelamatan dengan jalan rescheduling dan reconditioning 3. Pembiayaan kurang lancar (kolektabilitas III)

(10)

Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembiayaan margin atau bagi hasil telah mengalami penundaan selama 6 bulan, jumlah hari tunggakan 91-180 hari

Dilakukan penanganan dengan cara:

a. Membuat surat teguran atau peringatan

b. Kunjungan atau silaturahmi ke rumah nasabah oleh petugas bagian penagihan

c. Upaya penyelamatan dengan jalan rescheduling dan reconditioning 4. Pembiayaan diragukan (kolektabilitas IV)

Adalah penanganan pembiayaan yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran margin atau bagi hasilnya telah mengalami penundaan 9 bulan sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah ditentukan, jumlah tunggakan 181-270 hari.

Dilakukan penanganan dengan cara:

a. Dilakukan kunjungan secara intensif dari pihak penagihan

b. Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam bentuk pembiayaan menjadi pembiayaan qordul hasan.

5. Pembiayaan macet (kolektabilitas V)

Adalah pembiayaan yang pengembalian pokok pinjamannya dan pembayaran margin atau bagi hasil telah mengalami penundaan lebih dari 9 bulan sejak jatuh tempo menurut jadwal yang diperjanjikan, jumlah hari tunggakan ≥ 270 hari.

(11)

a. Dilakukan penagihan secara intensif b. Dilakukan likuidasi jaminan

Rescheduling (penjadwalan kembali) merupakan upaya penyelamatan pembiayaan dengan cara melakukan perubahan syarat. Syarat perjanjian pembiayaan yang berkenaan apabila anggota belum mampu melunasi tunggakan pembiayaan ketika waktu pembiayaan keringanan yang diberikan.

Reschedulingyaitu memperpanjang jangka waktu pembiayaan, memperpanjang jarak waktu angsuran, dan penurunan jumlah untuk setiap

angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka waktu pembiayaan.39

Dari hasil penelitian lapangan yang diperoleh, bahwa jumlah nasabah dengan pembiayaan murabahah sebanyak 618 nasabah, dalam kurun waktu satu tahun, antara tahun 2012-2013, pembiayaan bermasalah yang terjadi pada KJKS BTM Kajen sejauh ini masih dalam tahap sehat, sehat di sini dalam artian pembiayaan bermasalah yang terjadi pada BTM Kajen hanya sedikit dan masih bisa ditangani. Hal ini terjadi karena manajemen operasional dan pengelolaan pembiayaan pada KJKS BTM Kajen sudah hampir berjalan dengan baik, serta pihak nasabah sudah mulai memiliki tingkat kesadaran dalam hal mengembalikan dana yang dipinjamnya, pada saat nasabah tidak mengangsur 1 kali, pihak BTM Kajen sudah mulai melakukan pendekatan kepada nasabah, mulai dari menelfon dan melakukan kunjungan atau silaturahmi langsung kerumah nasabah. Hal tersebut

39

(12)

dilakukan bermaksud agar secara moral antara nasabah dengan pihak BTM masih terjalin komunikasi.

Rescheduling adalah salah satu langkah yang ditempuh oleh KJKS BTM Kajen, apabila suatu pembiayaan yang bermasalah tersebut tidak bisa diselesaikan dengan jalan silaturahmi atau kunjungan langsung ke nasabah melalui jalur kekeluargaan, rescheduling menjadi salah satu jalan yang ditempuh dengan melihat beberapa kriteria dari pihak nasabah yaitu antara

lain40 usaha yang dimiliki anggota masih mempunyai potensi untuk

berkembang, kemampuan nasabah masih ada dan nasabah masih mempunyai itikad baik untuk melunasi kewajibannya, kesulitan keuangan yang dihadapi oleh nasabah hanya sementara.

Syarat-syarat pembiayaan yang akan direscheduling menurut KJKS

BTM Kajen adalah sebagai berikut:41

1. Nasabah masih mempunyai kemampuan untuk mengangsur 2. Akad ulang dengan membayar administrasi

3. Jangka waktu diperpanjang

4. Besarnya nominal akad ulang sesuai dengan saldo pembiayaan yang masih ada

5. Besarnya masa pembayaran disesuaikan dengan kemampuan nasabah 6. Tidak diperkirakan untuk menambah margin harga

7. Melakukan negosiasi dengan pihak nasabah

40

Mukti Ali, staff penagihan BTM Kajen kabupaten Pekalongan, wawancara pribadi, Kajen 12 Juli 2014.

41

Tarmono staff pemasaran BTM Kajen kabupaten Pekalongan, wawancara pribadi, Kajen9 Juli 2014.

(13)

8. Harus sesuai dengan kerelaan antar pihak

Rescheduling ini dimaksudkan untuk mempertahankan akad awal yaitu akad murabahah, selain itu juga memberikan waktu kepada nasabah untuk dapat melunasi apa yang menjadi kewajibannya. Islam juga mengatur tentang orang yang berhutang dan menemui kesukaran dalam melakukan pembayaran maka diberi kelapangan dia sampai mampu untuk membayar.

Tujuan KJKS BTM Kajen dalam melakukan rescheduling ini adalah sebagai berikut:

1. Supaya pembiayaan yang bermasalah atau kurang lancar menjadi lancar 2. Memperbaiki kwalitas angsuran

3. Memberi jalan keluar bagi nasabah bila angsuran dirasa berat dan tidak sesuai dengan kemampuan

(14)

Gambar 4.1

Flow Chart Alur Rescheduling KJKS BTM Kajen

Pengajuan permohonan rescheduling

Survey

1. Laporan ON The Spot 2. Pemantauan usaha

nasabah 3. Identifikasi

kemampuan nasabah

Negosiasi

Antara nasabah dengan bagian penagihan dan pemasaran pihak BTM Kajen

Akad pembiayaan baru dengan kesepakatan baru antara kedua pihak Administrasi Pembiayaan

Pemeriksaan kelengkapan Pengajuan rescheduling

(15)

Dari gambar diatas dapat dijelaskan mekanisme pelaksanaan rescheduling yang dilakukan oleh KJKS BTM Kajen terhadap salah satu

nasabah pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:42

1. Nasabah mengajukan permohonan rescheduling pembiayaan kepada pihak BTM Kajen, yang selanjutnya akan diserahkan ke bagian administrasi pembiayaan BTM Kajen.

Mulanya pihak BTM Kajen melakukan kunjungan atau silaturahmi ke rumah nasabah guna melakukan penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan jalan kekeluargaan, dan tetap dengan perjanjian awal. Namun apabila hal tersebut tidak bisa dilakukan, maka langkah selanjutnya yang ditempuh pihak BTM Kajen adalah melakukan proses rescheduling. 2. Survey dan analisa data

Langkah selanjutnya pihak BTM Kajen melakukan survey ke lapangan usaha dan agunan, guna melihat potensi usaha nasabah, apakah usaha tersebut masih bisa dikembangkan dan berjalan baik atau tidak.

Selanjutnya data nasabah pemohon rescheduling di analisa guna mendapatkan data yang akurat dan relevan. Dengan memperhatikan kemampuan nasabah, dan kemauan nasabah untuk menyelesaikan sisa angsurannya.

3. Pihak BTM Kajen dengan nasabah melakukan negosiasi mengenai jangka waktu dan besarnya sisa angsuran yang disesuaikan dengan kemampuan nasabah.

42

Arino Kelasio S.E, Manajer BTM Kajen kabupaten pekalongan, wawancara pribadi, Kajen 1 Juli 2014.

(16)

Negosiasi yang ditawarkan oleh BTM Kajen antara lain ada dua cara yaitu memperpanjang jarak waktu angsuran, dan memperpanjang jangka waktu angsuran, negosiasi ini bertujuan untuk memberikan keleluasaan untuk nasabah agar bisa memilih jalan keluar mana yang akan di ambil dan yang sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.

4. Selanjutnya berkas disampaikan kepada bagian manajemen guna di analisa oleh manajer, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut, nasabah masih memiliki kemampuan untuk mengangsur, dan ada niat baik dari nasabah untuk menyelesaikan pembiayaannya, dengan pertimbangan tersebut dapat dikatakan bahwa pembiayaan layak untuk di rescheduling.

5. Setelah dilakukan proses analisis oleh manajer, selanjutnya berkas-berkas pengajuan rescheduling kepada bagian administrasi pembiayaan guna diperiksa lebih lanjut mengenai kelengkapan berkas-berkas nasabah yang akan di rescheduling.

Berkas-berkas tersebut sama dengan pada saat proses pengajuan pembiayaan, seperti identitas diri, jaminan atau agunan, dan mengisi aplikasi formulir permohonan rescheduling.

6. Selanjutnya dilakukan akad pembiayaan dengan kisaran angsuran dan jangka waktu yang baru antara BTM Kajen dengan nasabah, sehingga terjadi kesepakatan baru yang harus dipatuhi dan dipenuhi kewajibannya oleh nasabah. Dan pihak nasabah membayar biaya administrasi sebesar 1% dari total angsuran yang tersisa.

(17)

C. Rescheduling Pembiayaan Murabahah di KJKS BTM Kajen di Sesuaikan dengan Fatwa DSN MUI No. 48 Tahun 2005

Fatwa DSN MUI merupakan acuan dari setiap lembaga keuangan syariah dalam melakukan kegiatan transaksi dengan nasabah.

Pelaksanaan rescheduling yang dilakukan oleh pihak BTM Kajen selanjutnya disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam fatwa DSN MUI.

Pelaksanaan rescheduling yang dilakukan oleh BTM Kajen sebagian besar sudah sesuai dengan ketentuan yang ada dalam fatwa DSN MUI, namun ada perbedaan dalam pembebanan biaya yang dibebankan oleh pihak BTM Kepada pihak nasabah, ketentuan-ketentuan tersebut diantaranya adalah:

1. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa

Dalam pelaksanaannya, BTM Kajen tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa, dengan kata lain BTM Kajen menjadwal ulang pembiayaan murabahah dengan besarnya nominal sesuai dengan total angsuran yang masih tersisa.Misal pembiayaan Rp.4.000.000,- di akad dengan angsuran selama 12 bulan, memasuki angsuran bulan ke 7 pembiayaan mengalami permasalahan, dengan sisa angsuran sebesar Rp.2.000.000,-, dalam pelaksanaanrescheduling di BTM Kajen nominal yang di akad ulang adalah sisa angsuran tersebut yaitu Rp.2.000.000,- tanpa menambahkan biaya atau margin keuntungan lagi.

(18)

2. Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

Menurut pemaparan salah satu nasabah yang melakukan rescheduling, dalam menentukan perpanjangan masa pembayaran dan besarnya nominal,ada proses negosiasi atau pembiacaraan secara kekeluargaan antara pihak BTM dengan pihak nasabah.Jarak waktu angsuran yang mulanya tersisa 12 bulan setelah adanya proses negosiasi antara nasabah dengan pihak BTM Kajen, jarak waktu angsuran ditambah 12 bulan lagi sehingga menjadi 24 bulan,hal ini disesuaikan dengan kemampuan nasabah.

3. Pelaksanaan rescheduling di BTM Kajen terdapat beberapa biaya yang harus dibayarkan oleh nasabah kepada pihak BTM Kajen, biayatersebut antara lain43:

a. Biaya administrasi

Setiap pembiayaan yang akan di rescheduling akan

dikenakanbiaya administrasi sebesar 2,5% dari jumlah

pembiayaannya, selanjutnya biaya tersebut digunakan untuk membayar asuransi jiwa bagi nasabah.

Besarnya asuransi jiwa dihitung berdasarkan, umur dan jumlah nominal pembiayaannya, semakin tinggi pembiayaannya, maka semakin tinggi pula asuransinya, semakin tua umur nasabah, maka semakin mahal juga asuransinya. Diambil contoh

43

Mukti Ali, Kabag Pemasaran BTM Kajen Kabupaten Pekalongan, wawancara pribadi, Kajen 14 Juli 2014.

(19)

pembiayaan paling tinggi, dan umur nasabah yang paling tua dapat menghasilkan besarnya biaya asuransi sebesar 70% dari biaya administrasi. Dalam hal ini pihak BTM Kajen tidak bisa memberikan secara rinci bagaimana perhitungannya, dikarenakan satu dan lain hal. 30% dari administrasi tersebut selanjutnya dialokasikan kedalampendapatan administrasi pihak KJKS BTM Kajen.

b. Biaya materai (diluar biaya administrasi)

c. Biaya Notaris, kuasa untuk menjual (diluar biaya administrasi)

Jadi dalam hal ini tidak sepenuhnya sesuai dengan ketentuan fatwa poin 2, yang menyatakan pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil, karena sebagian memang merupakan biaya riil, seperti biaya asuransi, biaya notaris, biaya materai. Dalam hal ini

pihak BTM Kajen memperoleh pendapatan dari biaya

administrasi.Pendapatantersebut semata-mata sebagai upah bagi pihak KJKS BTM Kajen atas kinerjanya, dan pada dasarnya setiap lembaga keuangan pastinya memerlukan pendapatan dari transaksi yang dijalaninya, guna mempertahankan eksistensi dari KJKS BTM Kajen, pendapatan tersebut juga digunakan untuk dana-dana kebajikan.

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat aktivitas ekonomi, sosial, dan sebagainya. Transportasi merupakan tulang punggung perekonomian

Parameter keefektifan inokulasi Rhizobium dan pertumbuhan tanaman mencakup (a) jumlah bintil akar total per tanaman yang dihitung pada saat pertumbuhan vegetatif maksimum yang

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa: faktor atau variabel yang berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah adalah

Jalur kereta api Kunming-Singapura dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi (Djankov, 2016). Negara- negara Asia Tenggara pasalnya memiliki pertumbuhan ekonomi yang

Berdasarkan pada pengamatan dan kenyataan di lapangan, Kehadiran kesenian Terebang Gede di masyarakat Kota Serang Banten merupakan bagian dari kearifan lokal yang

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: (1) Mengetahui tingkat task-approach skills siswa, (2) Mengetahui tingkat career decision making siswa, (3) Mengetahui dan menganalisis

Pengelolaan limbah di dalam kawasan Jakabaring Sport City harus dilandaskan pada Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor: 808/KPTS/DLHP/2017 tentang Izin