• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY. Oleh: SUPARJO ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

50 HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PERILAKU

PROSOSIAL PADA PETUGAS SECURITY

Oleh

:

SUPARJO

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada petugas security. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara self efficacy dengan perilaku prososial pada petugas security. Subjek dalam penelitian ini adalah 53 orang

security, yang terbagi atas 35 security Giant Penggaron dan 18 security ADA

Majapahit Semarang. Penelitian ini adalah penelitian populasi.

Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data Skala Perilaku Prososial pada Petugas Security dan Skala Self Efficacy. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada petugas security yang ditunjukkan nilai rxy = 0,489

(p < 0,01), sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Kata Kunci : perilaku prososial pada petugas security, self efficacy

Correlation self efficacy with prososial behavior at the security

Abstract

The aim of research is to discover the relationship between self efficacy with the behavior of prosocial on security officers. The hypothesis presented in this study is there is a positive relationship between self efficacy with the behavior of prosocial on security officers. Subjects in this study were 53 people security, which is divided into 35 security Giant Penggaron and 18 security ADA Majapahit Semarang. The research is the research population.

This study collecting data using the tool Behavior Scale Prosocial on Security Officers and Self Efficacy Scale. The results of analysis of the data shows that there is a very significant positive relationship between self efficacy with prosocial behavior in the security officer who demonstrated the value of rxy = 0,489 (p < 0.01), so the hypothesis in this study was received.

(2)

51 PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain dan selalu berinteraksi dengan satu sama lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi antara satu sama lain menimbulkan rasa ketergantungan dan saling membutuhkan satu sama lain dan semua ini akan sangat terasa saat kira berada di dalam kesulitan. Keterikatan ini mengarah pada ketergantungan individu satu terhadap individu lainnya, serta terjadi pada seluruh lapisan masyarakat. Keterikatan antar individu diharapkan dapat menumbuhkan kesediaan untuk memberikan bantuan kepada orang lain kapanpun dan tanpa mengharapkan imbal balik dari orang lain yang ditolongnya. Munculnya kesediaan untuk menolong karena individu sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan bantuan dan tidak dapat hidup secara terpisah tanpa peran orang lain, sehingga menumbuhkan kesediaan untuk memberikan bantuan. Rushton (dalam Sears, dkk, 1994: 47) menyatakan perilaku prososial adalah perilaku yang berkisar altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi kepentingan sendiri.

Perilaku menolong dapat menggambarkan bahwa manusia sebagai makhluk yang tidak egosi dan dermawan, mampu untuk

memberikan perhatian yang nyata untuk kesejahteraan orang lain dan merasa bahwa dirinya mempunyai kemampuan memberikan bantuan pada orang lain. Pandangan tentang perilaku prososial juga diungkapkan oleh Faturochman (2006: 74) yakni sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain, bentuk yang paling jelas ialah perilaku menolong. Perilaku prososial dimulai dari tindakan altruisme tanpa pamrih sampai tindakan yang dimotivasi oleh kepentingan pribadi atau pamrih. Kesediaan untuk menunjukkan perilaku prososial hendaknya juga dapat ditunjukkan oleh petugas

security, baik selama bekerja ataupun

ketika terlepas dari pekerjaan.

Petugas security mempunyai tugas pokok menyelenggarakan keamanan dan ketertiban di lingkungan atau satuan kerja khususnya yang berhubungan dengan pengamanan fisik. Pengamanan dalam bidang fisik meliputi orang yang mengingat keadaan perlu diamankan, gedung kantor, bangunan penting, instalasi dan peralatan yang melekat dengan gedung atau bangunan tersebut serta lingkungan dari setiap perbuatan atau tindakan yang dapat menimbulkan gangguan (Kemenag, 2012). Petugas security dalam menyelenggarakan tugas-tugas

(3)

52 pengamanan mempunyai fungsi melaksanakan

segala usaha dan kegiatan melindungi dan mengamankan dari setiap gangguan dan ancaman dan ketertiban serta pelanggaran hukum. Petugas security membantu Polri dalam pembinaan keamanan dan ketertiban terutama di bidang tertib hukum dan pelaksanaan penegakan hukum di lingkungan atau satuan kerja. Petugas security diharapkan tetap dapat menunjukkan perilaku prososial dalam kehidupan sehari-hari.

Petugas security tidak hanya melaksanakan tugas-tugas pokok satuan pengamanan saja tetapi juga melaksanakan tugas-tugas ekstra yang disebut sebagai tugas pelayanan, tugas-tugas pelayanan ini meliputi banyak hal yang terkait dengan pelaksanaan tugas seorang anggota security sehari-hari, tugas pelayanan itu sering kali di luar tanggung jawab seorang security, seperti mencarikan taksi bagi karyawan ataupun tamu yang berkunjung, memesankan makanan dari rumah makan yang terdekat untuk karyawan, dan lain sebagainya (Syukur, 2010). Tugas tambahan tersebut membutuhkan adanya nilai-nilai prososial, sehingga petugas security mampu menjalankannya dengan baik dan penuh kesungguhan.

Kartono dan Gulo (2003: 380) menyatakan bahwa perilaku prososial adalah suatu perilaku sosial yang menguntungkan, dimana di

dalamnya terdapat unsur-unsur kebersamaan, kerjasama, kooperatif, dan altruisme. Perilaku prososial mencakup kategori yang lebih luas meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Petugas security diharapkan menunjukkan kesediaan memberikan bantuan atau menunjukkan perilaku prososial meskipun orang yang membutuhkan bantuan tersebut di luar tanggung jawab tugasnya. Ketika melihat ada pengunjung mall yang kesulitan karena banyaknya barang bawaan, petugas

security diharapkan dapat menunjukkan

perilaku prososial.

Kurangnya perilaku prososial yang ditunjukkan petugas security dapat terlihat pada kejadian kebakaran Mall Ciputra di Pekan baru pada bulan Mei 2012. Para pengunjung berdesak-desakan keluar gedung mall karena alarm di lantai 3 dan 4 berdering keras. Kepanikan para pengunjung makin menjadi-jadi ketika berkembang desas-desus telah terjadi kebakaran di salah satu mal terbesar di Pekanbaru tersebut. Petugas security mall terkesan cuek dengan kepanikan pengunjung. Para pengunjung dibiarkan

(4)

53 begitu saja berebutan keluar dari pintu-pintu

mall (Tribunnews, 2012).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 28-29 Oktober 2011 terhadap security, diketahui bahwa

security di salah satu mall yang ada di

Semarang masih kesulitan dalam menunjukkan perilaku prososial. Petugas

security hanya semata-mata melakukan pekerjaan karena takut mendapatkan hukuman dari atasan. Saat tidak bekerja, petugas

security terkesan tidak peduli dengan lingkungan sekitar maupun rekan kerjanya. Kesediaan untuk bekerja sama dikarenakan adanya tekanan dan paksaan dari atasan. Petugas security hanya berusaha melakukan pekerjaan agar mendapatkan pujian dan dianggap berprestasi, sehingga dapat memperoleh kenaikan kesejahteraan berupa gaji. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa petugas security telah dapat menunjukkan self efficacy dalam menjalani tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Selain itu, petugas security juga setiap perilaku yang akan ditunjukkan telah melalui berbagai pertimbangan sehingga petugas

security yakin dalam melakukannya.

Wade dan Tavris (2009: 21) menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi pembentukan perilaku menurut perspektif belajar adalah faktor pengalaman. Kreitner

dan Kinicki (2003: 169) menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman mengenai kemampuan kognisi, sosial, bahasa dan fisik akan membentuk self efficacy dalam diri individu. Self efficacy dalam diri petugas security diharapkan dapat menumbuhkan perasaan yakin dengan keputusan yang akan diambil untuk memberikan bantuan kepada orang lain.

Menurut Pervin (dalam Smet, 1994: 189) individu dengan self efficacy yang tinggi memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menghadapi situasi dalam mencapai tujuan yang diharapkan, sedangkan individu dengan self efficacy yang rendah, tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki sehingga cenderung ragu-ragu dalam mengambil keputusan dan tindakan, mudah putus asa dan akan mengurangi usahanya bila terbentur pada kesulitan dan hambatan, sehingga pencapaian tujuan bisa tertunda.

Bandura (dalam Sutton, Baum dan Johnston, 2005: 156) menyatakan bahwa

self efficacy adalah keyakinan terhadap

kemampuan individu untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan pencapaian yang diinginkan. Hal ini menempatkan self

efficacy yang dimiliki individu ikut

(5)

54 tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai

suatu tujuan, termasuk di dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi. Self

efficacy akan menjadikan petugas security

secara mandiri memutuskan untuk memberikan bantuan ketika melihat orang lain yang sedang kesulitan meskipun hal tersebut terlepas dari tugas dan tanggung jawabnya. Kenyataannya, petugas security masih kesulitan dalam menunjukkan perilaku prososial dan bantuan yang diberikan hanya berdasarkan pada tugasnya semata agar terhindar dari teguran atasan. Kenyataannya, petugas security masih kesulitan menunjukkan perilaku prososial. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada petugas

security?

METODE PENELITIAN

Batasan populasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah petugas security ADA Majapahit dan GIANT, serta telah mengikuti sertifikasi petugas security.

Penelitian ini menggunakan semua subyek yang sesuai dengan karakteristik pada populasi. Penelitian yang meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian disebut penelitian populasi atau disebut juga sampling jenuh atau sensus (Sugiyono, 2010: 85).

Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data Skala Perilaku Prososial pada Petugas Security dan Skala Self

Efficacy.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah menggunakan metode statistik, karena data yang diperoleh berwujud angka-angka dan metode statistik dapat memberikan hasil yang obyektif. Selain itu dengan metode statistik dapat ditarik kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena berdasarkan perhitungan yang tepat dan teratur. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah teknik Korelasi

Product Moment dari Pearson. Korelasi ini

digunakan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dengan perilaku prososial pada petugas security.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara self

efficacy dengan perilaku prososial pada

petugas security. Semakin tinggi self

efficacy maka semakin tinggi perilaku

prososial pada petugas security, demikian pula sebaliknya. Hasil penelitian ini mendukung pendapat yang diutarakan oleh

(6)

55 Wade dan Tavris (2009: 21) menyatakan

bahwa salah satu faktor yang memengaruhi pembentukan perilaku adalah menurut perspektif belajar adalah faktor pengalaman. Kreitner dan Kinicki (2003: 169) menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman mengenai kemampuan kognisi, sosial, bahasa dan fisik akan membentuk self efficacy dalam diri individu. Self efficacy dalam diri petugas

security diharapkan dapat menumbuhkan

perasaan yakin dengan keputusan yang akan diambil untuk memberikan bantuan kepada orang lain. Petugas security dengan self

efficacy yang tinggi akan merasa yakin bahwa

ketika harus memberikan pertolongan, tindakannya tidak akan merugikan pekerjaan yang dijalaninya. Petugas security dengan self

efficacy yang tinggi akan tetap dapat

menunjukkan perilaku prososial ketika ada pengunjung mall yang mengalami kesulitan.

Alwisol (2011: 287) menyatakan self

efficacy merupakan keyakinan bahwa diri

memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Self efficacy pada petugas

security akan dapat menunjang perilaku

prososial yang ditunjukkan ketika sedang melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Petugas security tetap dapat melaksanakan pekerjaan dengan maksimal meskipun harus sejenak memberikan pertolongan kepada pengunjung.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sawitri (2009: 9) yang menunjukkan bahwa individu dengan self efficacy akan berusaha melakukan penilaian diri, pencarian informasi, melakukan pemilihan, membuat perencanaan, dan memecahkan masalah.

Self efficacy akan membantu individu

dalam membuat suatu keputusan. Self

efficacy pada petugas security akan

membantu dalam memberikan pertimbangan untuk melakukan perilaku prososial. Selain itu, petugas security juga dapat menentukan langkah yang akan diambil untuk melakukan perilaku prososial tanpa harus mengganggu pekerjaan utamanya menjaga keamanan.

Pada variabel perilaku prososial pada petugas security diperoleh Mean Empirik sebesar 35,04, Mean Hipotetiknya sebesar 31,5 dan Standar Deviasi Hipotetiknya sebesar 10,5. Mean Empirik variabel perilaku prososial pada petugas security pada area (+) 1SD dari Mean Hipotetiknya. Hal ini mengindikasikan bahwa perilaku prososial pada petugas security tergolong pada kategori sedang. Hal ini berarti petugas security cukup dapat menunjukkan kesediaan untuk memberikan bantuan ketika ada pengunjung mall maupun rekan kerjanya mengalami kesulitan.

(7)

56 Berdasarkan hasil data penelitian yang

diperoleh, variabel self efficacy diperoleh

Mean Empirik sebesar 63,17, Mean

Hipotetiknya sebesar 52,5 dan Standar Deviasi Hipotetiknya sebesar 10,5. Mean Empirik variabel self efficacy pada area (+) 1SD hingga (+) 2SD. Hal ini mengindikasikan bahwa self

efficacy pada kategori tinggi, bahwa petugas security memiliki keyakinan terhadap kemampuan atas kinerja tugas yang diberikan untuk mencapai tujuan atau mengatasi masalah.

Sumbangan efektif variabel self efficacy terhadap perilaku prososial pada petugas

security 24%. Sisanya sebesar 76% dari

variabel lain seperti faktor internal, meliputi kepribadian, suasana hari, rasa bersalah, distres diri dan rasa empatik, moral, orientasi seksual, empati, locus of control, serta egosentrisme rendah dan faktor yang eksternal, meliputi situasi, biaya menolong, norma, serta karakteristik orang yang terlibat.

Kelemahan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan penelitian yang bertepatan dengan jam kerja petugas security, sehingga skala penelitian harus dititipkan kepada kepala

security. Hal ini memiliki kelemahan karena

dikhawatirkan respon yang diberikan bukan respon yang sesungguhnya dari subjek penelitian.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan ada hubungan positif antara self efficacy dengan perilaku prososial pada petugas security. Semakin tinggi self efficacy maka semakin tinggi perilaku prososial pada petugas security, demikian pula sebaliknya, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Faturochman. 2006. Pengantar Psikologi

Sosial. Yogyakarta: Pinus.

Kartono, K., dan Gulo, D. 2003. Kamus

Psikologi. Bandung: CV Pionir Jaya.

Kemenag. 2012. Kankemenag Kota Serang

Adakan Pembinaan Petugas Keamanan.

http://banten.kemenag.go.id/index.php? a=berita&id=90042. Diakses pada tanggal 08 Mei 2012.

Kreitner, R., dan Kinicki, A. 2003.

Perilaku Organisasi. Alih Bahasa: Erly

Syandy. Jakarta : Salemba Emban Patria.

Sears, D.O, Fredman, J. L., dan Peplau, L.A. 1994. Psikologi Sosial. Jilid II. Alih Bahasa: Michael Ardiyanto. Jakarta: Erlangga.

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grafindo.

(8)

57 Sutton, S., Baum, A., dan Johnston, M. 2005.

The Sage of Health Psychology. Sage

Publication Ltd. http://books.google.co.id/books?id=Fk795 eYrli8C&pg=PA156&dq=aspect+self+effi cacy+are+Magnitude,+Generality,+Strengt h&hl=id&sa=X&ei=UuOwUO_IC8mJrAe j_4CIBw&ved=0CC0Q6AEwATgK#v=on epage&q=aspect%20self%20efficacy%20 are%20Magnitude%2C%20Generality%2 C%20Strength&f=false. Diakses pada tanggal 24 November 2012.

Syukur, M. 2010. Serba-Serbi Security. http://muhammadsyukur80.blogspot.com/ 2010/09/pkwt-security.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2012.

Tribunnews. 2012. Alarm Berdering Pengunjung Mal Ciputra Berhamburan.

http://www.tribunnews.com. Diakses pada tanggal 08 Mei 2012.

Wade, C., dan Tavris, C. 2009. Psikologi. Edisi Kesembilan. Jilid 1. Alih Bahasa: Padang Mursalin. Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Kompor minyak dapat menyala dengan menggunakan energi ….. Sumber energi bunyi dapat

Terbit dua kali setahun, pada bulan April dan Oktober berisi tulisan yang diangkat dari basil kjian analisis kritis dan penelitian di bidang kcsehatan olahraga..

Dalam Penilisan Ilmiah ini diharapkan penulis dapat membantu dan menyempurnakan sistem yang sedang berjalan, sehingga kemungkinan pengolahan data DVD pada penyewa maupun

Results of this study indicate that CSR disclosure area can serve as an intervening variable in the indirect effect on the performance of financial PROPER Assessment, proved

Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya yang di Tetapkan berdasarkan Keputusan Pengguna Anggaran Kabupaten Lebong Nomor

The advantageous features of our method are (1) a see-through visualization with a correct depth feel that is helpful to robustly determine the collision areas, (2) the ability

Dari Gambar 5 merupakan tampilan awal aplikasi saat pengguna menggunakannya, terdapat menu hitung kalori kebutuhan anak yang digunakan untuk menghitung kebutuhan

James dan Pandian [58] telah meneliti efek dari PG pada kekuatan kapur  tanah  stabil.  Tiga  kadar  kapur  yang  berbeda,  yaitu,  konsumsi  awal