• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIJASA BAROKAH DI BMT UGT (USAHA GABUNGAN TERPADU) SIDOGIRI CABANG SERIRIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MULTIJASA BAROKAH DI BMT UGT (USAHA GABUNGAN TERPADU) SIDOGIRI CABANG SERIRIT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN AKAD IJARAH PADA PRODUK

PEMBIAYAAN MULTIJASA BAROKAH DI BMT UGT (USAHA

GABUNGAN TERPADU) SIDOGIRI CABANG SERIRIT

Ita Rofiqa

Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: itarofiqa08@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penerapan akad ijarah dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional, kendala yang dihadapi dalam menerapkan akad ijarah, dan upaya dalam menyelesaikan kendala akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa di Baitul Maal wa-Tamwil Usaha Gabungan Terpadu (BMT UGT) Sidogiri Cabang Seririt. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Sedangkan objek penelitian ini adalah penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multi jasa barokah. Data dikumpulkan dengan metode wawancara dan dokumentasi yang dianalisis dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan akad ijarah sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berlaku di Indonesia, kendala dalam penerapan akad ijarah pada produk multijasa yaitu dalam pengajuan pembiayaan dan penagihan, dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penerapan akad ijarah yaitu melakukan pendekatan secara personal, penagihan secara intensif kepada nasabah, memberikan surat peringatan, dan menjadwalkan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran jika diperlukan.

Kata Kunci: ijarah, pembiayaan multijasa, syariah

Abstract

This study aims to know the compatibility of ijarah implementation with Fatwa Dewan Syariah Nasional, the obstacles in applying ijarah, the effort to solving the constraint of ijarah in multi service product at Baitul Maal wa-Tamwil Usaha Gabungan Terpadu (BMT UGT) Sidogiri Seririt Branch. This research is a qualitative descriptive research. The subject of this research is BMT UGT Sidogiri Seririt Branch. While the object of this research is the application of ijarah contract on multi service product of barokah. Data were collected by interview and documentation method that analyze by qualitative descriptive. The results of this study indicate that the Implementation of ijarah have been appropriating with applicable regulation in Indonesia and Fatwa Dewan Syariah Nasional, the obstacles of ijarah implementation in multi service product is financing submission and billing, and the effort to solving the obstacle of ijarah implementation is by personal approaching, spread the questioner, intensive billing to customer, provide a warning letters, rescheduling the installment period and minimize the number of installments if necessary.

Keywords: ijarah, multi service financing, syariah

PENDAHULUAN

Modern ini begitu cepat berputar. Setiap hari manusia bekerja demi mempertahankan hidupnya. Kehidupan yang serba cepat memacu manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara cepat pula. Kebutuhan tersebut

berupa kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Dalam menjalani kehidupan, kebutuhan primerlah yang sangat mendesak untuk dipenuhi, namun tidak jarang di samping kebutuhan primer ada kebutuhan darurat yang harus dapat segera terpenuhi seperti kebutuhan akan jasa

(2)

medis ketika mengalami sakit yang tidak dapat diduga dan kebutuhan akan pendidikan yang tidak kalah pentingnya. Kondisi ekonomi setiap orang tidak selalu memungkinkan untuk dapat memenuhi kebutuhannya, kadang ketika kebutuhan datang seseorang sedang berada dalam kondisi ekonomi yang tidak baik sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya.

Salah satu solusi yang sering ditempuh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya adalah dengan cara mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan seperti lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan nonbank. Banyak bermunculan lembaga keuangan di tengah-tengah masyarakat terkadang dalam transaksinya mempraktikkan riba atau bunga yang dipandangnya sebagai keuntungan, padahal di dalam Islam jelas dinyatakan bahwasanya riba itu merupakan sesuatu yang dilarang.

Tidak jarang lembaga keuangan yang menamakan lembaganya sebagai lembaga keuangan syariah, namun pada kenyataannya tidak semua lembaga keuangan menjalankan usahanya sesuai dengan teori yang diterapakan dalam hukum Islam. Dengan kenyataan seperti inilah, maka seorang muslim yang mengelola lembaga keuangan syariah harus berusaha menerapkan praktik berlandaskan serta sesuai dengan ketentuan syariah untuk melayani masyarakat.

Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain (Muhammad, 2005). Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefiinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Menurut Antonio (2001), pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah pemberian pinjaman atau penyedia dana yang diberikan kepada peminjam atau yang

dibiayainya dan pihak yang dibiayai tersebut wajib untuk membayar atau mengembalikan tagihan tersebut pada jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan dan dengan imbalan yang telah disepakati.

Menurut Ascarya (2007), aspek syariah paling utama yang harus dipenuhi dalam transaksi pembiayaan syariah adalah akad. Akad berarti putusan, penguatan, kesepakatan atau transaksi yang dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai syariah. Ketika akadnya sudah sesuai dengan syariah maka transaksi dipandang halal, akan tetapi jika tidak maka transaksi tersebut dipandang tidak halal. Salah satu lembaga keuangan yang berlandaskan nilai-nilai syariah adalah Baitul Maal wa-Tamwil (BMT) .

Baitul Maal wa-Tamwil (BMT) merupakan sebuah jawaban untuk suatu wilayah yang belum terjamah ataupun terjangkau oleh lembaga-lembaga keuangan perbankan. Selain itu BMT juga merupakan financial inclusion ketika masyarakat kecil tidak mampu mengakses keuangan karena keterbatasan dan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam sistem perbankan.

Menurut Sumar’in (2012) Baitul Mal Wa at-Tamwil (BMT) atau Balai Usaha Mandiri Terpadu, adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh-kembangkan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.

Soemitra, Andri (2009)

mendefinisikan BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wat Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dari definisi di atas mengandung pengertian

bahwa BMT merupakan lembaga

pendukung kegiatan. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama sebagai yaitu, baitul maal (rumah harta) artinya menerima titipan dana zakat, infaq dan shadaqah

(3)

serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya, baitul tamwil (rumah pengembangan harta) artinya melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil yang dalam tugasnya mengumpulkan dan menyalurkan dana non profit seperti zakat, infaq dan shadaqah dan dana komersial.

Dalam BMT terdapat perpaduan dua sifat yang berbeda yaitu laba dan nirlaba. Bisnis merupakan kegiatan utama BMT sedangkan sebagai penunjangan adalah kegiatan sosial. Dalam kegiatan sosial BMT menghimpun dana-dana sosial dari zakat, infaq dan shadaqoh, dan kemudian didistribusikan kepada yang berhak. Selain kegiatan sosial, BMT juga merupakan lembaga bisnis dengan menghimpun dana melalui simpanan berbentuk tabungan wadiah dan mudharabah. Sementara penyaluran dana berupa pembiayaan atau investasi berupa pembiyaan qard, dengan prinsip jual beli (murabahah, salam dan istisna’), prinsip bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), dan prinsip sewa menyewa (ijarah dan ijarah muntahia bitamlik atau IMBT) yang dijalankan bedasarkan prinsip syariah.

Secara umum timbulnya ijarah disebabkan oleh adanya kebutuhan akan barang atau manfaat barang oleh nasabah yang tidak memiliki kemampuan keuangan. Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah barang dan jasa.

Menurut Kasmir (2012) Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam

praktiknya kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan operating lease maupun financial lease. Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional, ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diiikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Jadi dapat disimpulkan Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa.

Di Indonesia, akad ijarah telah diterangkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berisi tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan langsung dengan lembaga keuangan syariah ataupun lainnya. Fatwa Dewan Syariah Nasional inilah yang menjadi salah satu pedoman bagi Lembaga Keuangan Syariah khususnya BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt.

Menurut Nafis (2011) Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang secara struktural berada di bawah MUI. Tugas DSN adalah menjalankan tugas MUI dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan dengan aktivitas lembaga keuangan syariah ataupun yang lainnya. Pada prinsipnya, pembentukan DSN dimaksudkan oleh MUI sebagai usaha untuk efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan. Disamping itu, DSN diharapkan dapat berperan sebagai pengawas, pengarah dan pendorong penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi. Oleh sebab itu, DSN berperan secara proaktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia di bidang ekonomi dan keuangan. Otoritas tertinggi syariah di Indonesia berada pada Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia

(4)

(DSN-MUI), yang merupakan lembaga bebas dalam mengeluarkan fatwa yang berhubungan dengan semua masalah syariah, baik masalah ibadah maupun mu’amalah, termasuk masalah ekonomi, keuangan dan perbankan.

Untuk meningkatkan ekonomi rakyat, terdapat hambatan yang harus dihadapi masyarakat. Selain modal hambatan psikologis sebagai Umat Islam yang harus bertransaksi secara halal serta menghindari sistem riba dan gharar, maka dari itu BMT dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan taraf hidup perekonomian yang lemah, dengan memberikan pembiyaan untuk menambah modal Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sehingga usaha kecil mampu mengelola dan meningkatkan produktivitas pengusaha mikro. Dengan demikian masyarakat kecil tidak meminjam kepada renternir yang tidak akan menyelesaikan masalah tapi malah mencekik masyarakat kecil.

BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri Cabang Seririt merupakan lembaga keuangan syariah yang memiliki berbagai macam produk. Salah satu produk jasa yang dikeluarkan adalah pembiayaan multijasa, yaitu pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas jasa yang disebut Pembiayaan Multijasa Barokah.

Pembiayaan multijasa yaitu pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat dan jasa (Sholihin, Ahmad Ifham 2010), sedangkan menurut Wangsawidjaja, (2012) bahwa transaksi ijarah dalam pembiayaan multijasa adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang atau jasa antara pemilik modal obyek sewa, termasuk kepemilikan hak pakai atas obyek sewa dengan

penyewa, untuk mendapatkan imbalan atas obyek sewa yang disewakan. Berdasarkan akad ijarah multijasa BMT mendapat ujrah (upah) dari pembiayaan yang disalurkan. Unsur yang disewakan yaitu pemanfaatan atas tenaga orangnya, yang kemudian mendapatkan ujrah (imbalan), atau dengan kata lain pembiayaan dengan prinsip sewa atas hak guna atau manfaat.

Pembiayaan multijasa merupakan fasilitas pembiayaan konsumtif yang tidak bertentangan dengan syariah seperti pendidikan, kesehatan, umrah, haji, pernikahan dan lainnya. Dengan demikian, pembiayaan multi jasa memberikan nilai manfaat kepada anggota atau nasabah yang akan membayar fee (upah) sebagai kompensasi atas manfaat yang telah diperolehnya dengan cara mengangsur atau melunasi sekaligus sesuai dengan kesepakatan di awal akad. Melalui pembiayaan multijasa ini, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mendapat kemudahan dalam mengelola likuiditasnya, karena dapat menyalurkan pembiayaan dengan memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap jasa-jasa yang dibenarkan secara syar’i.

BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt berdiri sejak tanggal 29 oktober 2012 sejak itu pula pembiayaan multijasa dibuka namun baru dikenal dan diminati masyarakat sekitar sejak tahun 2015. Pembiayaan multijasa yang diterapkan pada BMT ini baru berumur dua tahun, sudah pasti dalam penerapannya masih menemui kendala. Diantara kendala yang dihadapi adalah terdapat nasabah yang masih menunggak dalam pembayaran bahkan dalam kasusnya anggota sampai tidak membayar dua bulan berturut-turut, baik bayar ujrah (upah) saja maupun pokok, hal ini terbukti dalam penelitian awal pada BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Berikut data yang diperoleh tersedia pada tabel 1.

Tabel 1. Data Kolektibilitas Produk Multijasa Barokah di BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt (dalam ribuan rupiah)

Tahun Baki Debet Lancar Dalam Perhatian Khusus

Kurang Lancar Diragukan Macet Total Nominal Nominal % Nominal % Nominal % Nominal % Nominal % Nominal % 2015 133.875,7 87.307,7 65,22 46.568,00 34,78 0 - 0 0 - 133.875,7 100 2016 94.146,11 35.223,94 37,41 728.075,00 0,77 9.583 10,18 48.611,1 51,63 0 - 94.146,11 100 2017 331.173,24 81.265,6 24,54 201.296,54 60,78 0 - 0 - 48.611,1 14,68 331.173,24 100

(5)

METODE

Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif pada BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian akad ijarah dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Data kualitatif yang diperoleh berupa informasi dalam bentuk uraian bagaimana penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa, serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam praktiknya lalu bagaimana cara menyelesaikan kendala-kendala yang ada. Dari data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dan dituangkan dalam bentuk kata-kata, angka maupun gambar dengan cara mencocokkan data yang diperoleh dengan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang akad ijarah kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan yang realistis.

Subjek penelitian ini adalah BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt yang beralamat di Jalan Diponegoro No. 81 Desa Karangsari Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Bali. Objek penelitian ini adalah penerapan akad Ijarah pada produk pembiayaan multijasa barokah.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara digunakan untuk memperoleh data berupa kesesuaian penerapan akad ijarah dengan pedoman yang berlaku di Indonesia yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional, kendala dan solusi dalam menerapkan akad dengan

pedoman wawancara sebagai

instrumennya. Narasumber dalam wawancara adalah Kepala BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti mengkaji dokumen-dokumen seperti data kolektibilitas dan data angsuran BMT.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa data kesesuaian penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa barokah dengan pedoman yang berlaku di Indonesia yakni Fatwa Dewan Syariah

Nasional, kendala dalam penerapan akad dan upaya dalam menyelesaikannya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh melalui wawancara, sedangkan data sekunder berupa data angsuran BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt.

Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif yang membahas tentang kesesuaian penerapan akad ijarah dengan pedoman yang berlaku di Indonesia yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional, upaya-upaya pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt dalam menghadapi kendala penerapan akad ijarah.

Tahap-tahap analisis data dapat dilakukan setelah memperoleh data baik data baik dengan wawancara dan dokumentasi, kemudian data tersebut diolah dan dianalisis untuk mencapai tujuan akhir penelitian. Tahap-tahap analisis data dapat dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya: mengumpulkan data dengan analisis data, hasil pengumpulan data tersebut tentu saja perlu direduksi (data reduction), yaitu dengan mengihtisarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin dan memilah-milah ke dalam satuan konsep tertentu. Seperangkat hasil reduksi data juga perlu diorganisasikan kedalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat sosoknya secara lebih utuh, display data tersebut sangat diperlukan untuk memudahkan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan (conclusion).

Data yang diperoleh dalam BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt berupa rukun dan syarat ijarah, ketentuan objek ijarah, kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan ijarah, ketentuan akad multijasa, kendala dan penyelesaiannya. Dari data tersebut selanjutnya akan dianalisis dan dituangkan dalam bentuk kata-kata, angka maupun gambar dengan cara mencocokkan data yang diperoleh dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia yakni Fatwa Dewan Syariah Nasional.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa di BMT UGT (Usaha Gabungan Terpadu) Sidogiri Cabang Seririt yang sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional dimaksud peneliti disini adalah prosedur atau mekanisme pembiayaan dari awal pengajuan pembiayaan sampai berakhirnya masa akad.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada tanggal 20 Desember 2016 sampai 30 September 2017 dengan Bapak Suryadi selaku Kepala BMT UGT Usaha gabungan Terpadu Sidogiri Cabang Seririt, bahwa prosedur pemberian pembiayaan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa barokah meliputi: pertama, tahap permohonan pembiayaan. Pada tahap ini diawali dengan kedatangan calon nasabah ke bagian AOSP (Account Officer Simpan Pinjam) untuk menyampaikan tujuan menyewa barang atau jasa yang dibutuhkan. BMT sebagai pemberi jasa akan menjelaskan kepada anggota tentang spesifikasi manfaat yang akan diterima anggota termasuk jangka waktu dan ujrah yang harus dibayar oleh anggota kepada BMT. Ujrah yang disepakati harus dinyatakan dalam bentuk nominal sehingga tidak terjadi kesalah pahaman antar BMT dan anggota dikemudian hari. Calon nasabah mengajukan secara tertulis dalam blanko permohonan yang dikeluarkan oleh BMT dan nasabah harus melengkapi dokumen-dokumen berupa foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami dan istri, foto copy Kartu Keluarga, foto copy Akta Nikah, Foto copy slip gaji, Foto copy (Rekening listrik, telpon, PAM), foto copy Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir, Data jaminan berupa foto copy sertifikat tanah, foto copy Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), foto copy Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan lain-lain. Kedua, tahap penelitian dan analisa. Ketika anggota mengajukan pembiayaan, maka pihak BMT akan menilai dahulu kepada pihak calon anggota. Penilaian ini yang nantinya akan menjadi dasar bagi BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt untuk memutuskan apakah pembiayaan yang diajukan layak direalisasikan atau tidak dan jaminan yang diberikan kepada BMT BMT

UGT Sidogiri Cabang Seririt hanya dijadikan untuk berjaga-jaga apabila pembiayaan yang diberikan macet. Pada tahap ini bagian Account Officer Analisis (Bapak Abdullah) akan menganalisis permohonan pembiayaan dari segala aspek keuangan maupun non keuangan yang meliputi kelengkapan dokumen, sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur, kemampuan calon nasabah dalam membayar pembiayaan, sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai BMT, jaminan yang diberikan nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik dan kelayakan jaminan yang diajukan mitra usaha atau nasabah, dan kondisi ekonomi sekarang dan untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Ketiga, tahap keputusan. Pada tahap ini Komite akan memberikan keputusan berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh bagian Account Officer Analisis (Bapak Abdullah). Dalam komite pembiayaan bisa terjadi tiga kemungkinan (1) jika persyaratan dan informasi kurang lengkap, maka komite meminta kepada bagian Analisa untuk mensurvei ulang, (2) bila permintaan mitra usaha dianggap tidak layak, maka seluruh permintaan ini dapat dianggap tidak layak untuk mendapat fasilitas ijarah. Seluruh dokumen harus dikembalikan pada mitra usaha dan account officer menyampaikan penolakan tersebut kepada mitra usaha, (3) bila permintaan mitra usaha dianggap layak serta memenuhi kriteria, komite akan memberikan persetujuan khusunya menyangkut plafond sewa, biaya sewa per bulan beserta ujrah, jangka waktu sewa, jaminan, dan persyaratan lain yang harus dipenuhi mitra usaha. Di dalam melakukan akad, harus ada sighat yakni ijab dan qobul berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad (berkontrak) baik secara verbal maupun tertulis. Selanjutnya pihak BMT akan menjelaskan apa saja yang menjadi kewajiban BMT dalam pembiayaan ijarah dan kewajiban nasabah sebagai anggota. Semua harus dipaparkan dengan jelas supaya tidak terjadi sesuatu yang menyebabkan sengketa dikemudian hari. Keempat, tahap administrasi dan pencairan kredit. Setelah diputuskan dan disetujui permohonan kredit calon nasabah oleh

(7)

Komite BMT maka pembiayaan bisa direalisasi. Bagian account officer Penagihan (Bapak Syamsul arifin) akan mengirimkan Surat Persetujuan ijarah kepada mitra usaha atau menelpon pihak yang bersangkutan untuk datang ke BMT. Setelah menerima surat persetujuan ijarah, mitra usaha menyatakan persetujuannya atas seluruh persyaratan yang diajukan termasuk melengkapi seluruh dokumen yang diminta BMT. Selanjutnya mitra usaha menyerahkan jaminan untuk meyewa, sedangkan BMT mencatat ke dalam buku jaminan yang akan ditandatangani mitra usaha. Setelah itu pihak BMT akan memproses pembiayaan tersebut sesuai dengan apa yang telah menjadi keputusan dari Kepala BMT (Bapak Suryadi) baik mengenai nominal pinjaman sewa, jangka waktu, suku bunga, biaya-biaya yang timbul, jaminan dan jumlah angsuran. Maka perjanjian pembiayaan bisa dibuatkan yang nantinya akan di tandatangani oleh calon

nasabah. Sebelum dilakukan

penandatanganan perjanjian pembiayaan calon nasabah akan diminta menunjukkan dokumen asli dari permohonan pembiayaan seperti dokumen asli jaminan berupa surat tanah atau surat-surat kendaraan bermotor. Setelah dokumen lengkap dan sudah ditandatangani maka proses proses akan dilanjutkan pada tahap pencairan kredit. Penandatanganan pinjaman pembiayaan harus telah selesai sebelum pencairan dana, yang bertanggung jawab pada tahap ini pencairan pembiayaan adalah kasir (Bapak Muhammad Hidayatullah) di BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt, telah menerapkan akad ijarah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berlaku di Indonesia. Dimana kesesuaian tersebut meliputi. Pertama, rukun dan syarat Ijarah yang terdiri dari (1) sighat ijarah, (2) pihak-pihak yang berakad yakni pemberi sewa dan penyewa, (3) objek akad ijarah yakni manfaat barang dan sewa serta manfaat jasa dan upah. Kedua, ketentuan objek ijarah yang terdiri dari (1) objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa, (2) manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak, (3) manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak diharamkan), (4) kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah, (5) manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan sengketa, (6) spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, (7) sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) sebagai pembayaran manfaat, (8) pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama dengan obyek kontrak, (9) kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak. Ketiga, kewajiban LKS dan nasabah dalam pembiayaan ijarah yang terdiri dari (1) kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa berupa menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan, menanggung biaya pemeliharaan barang, menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan, (2) kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa yakni membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan barang serta menggunakan sesuai akad (kontrak), menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan (tidak materi), jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, jika bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Keempat, ketentuan umum dalam pembiayaan multijasa yang terdiri dari (1) pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah, (2) dalam hal Lembaga Keuangan Syariah menggunakan akad ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah, (3) dalam hal Lembaga Keuangan Syariah menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah, (4) dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, Lembaga Keuangan Syariah dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee, (5) besar ujrah atau fee harus

(8)

disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan bentuk persentase.

Adapun perhitungan angsuran dan ujrah (upah) atau keuntungan pada produk pembiayaan multijasa pada contoh kasus yang peneliti temukan di BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt. Contoh kasus: Anggota

BMT UGT Sidogiri mengajukan

pembiayaan sebesar Rp 3.000.000, 00 untuk pembayaran biaya pengobatan dengan agunan BPKB motor yang akan diangsur selama 1 tahun (12 bulan). Maka perhitungannya selama 1 tahun/ 12 bulan adalah. ( )

Tabel 2. Angsuran dan Ujrah

Angsuran pokok Rp 3.000.000

Ujrah (upah) Rp 810.000

Total Rp 3.810.000

Diangsur selama 12 bulan Rp 3.810.000 : 12 bulan= Rp 317.500.

Tabel 3. Daftar Pembayaran Angsuran Ijarah Multijasa

Tanggal Angsuran Pokok (Rp) (1) Angsuran Ujrah (upah) (Rp) (2) Jumlah (Rp) (3)=(1) + (2) Sisa Pokok (Rp) (4)=(4) – (1) Baki Debet (Rp) (5)=(5) - (3) 19-11-2016 3.000.000 3.810.000 21-12-2016 250.000 67.500 317.500 2.750.000 3.492.500 23-01-2017 250.000 67.500 317.500 2.500.000 3.175.000 21-02-2017 250.000 67.500 317.500 2.250.000 2.857.500 26-03-2017 250.000 67.500 317.500 2.000.000 2.540.000 20-04-2017 250.000 67.500 317.500 1.750.000 2.222.500 26-04-2017 1.750.000 1.750.000 472.500 Total 3.000.000 337.500

Pada kasus di atas, anggota BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt dapat menutup pembiayaan selama 6 bulan dengan melunaskan angsuran sebesar Rp. 1.750.000, anggota mendapat diskon sebesar Rp. 472.500.

Dasar dalam pemberian ujrah (upah) adalah suka sama suka, dimana dalam menentukan besaran ujrah harus ada kesepakatan antara BMT dan anggota yakni kisaran ujrah yang diberikan BMT dari 1,7% sampai 2,5%. Selanjutnya akan dilakukan proses negosiasi antar BMT dan anggota sehingga mendapatkan hasil besaran ujrah yang disepakati tentunya sesuai dengan kemampuan membayar dari anggota.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan Bapak Suryadi

selaku kepala BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt, kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan akad ijarah adalah kendala pengajuan dan kendala penagihan. Adapun kendala pengajuan berupa Ketidaktransparanan anggota dalam mengajukan pembiayaan. Seperti contoh: nasabah datang untuk mengajukan permohonan pembiayaan dengan maksud untuk berobat di rumah sakit, namun pada kenyataannya dana yang diberikan digunakan untuk modal usaha. Hal ini sudah sangat keluar dari akad yang sebenarnya. Selain itu kurang terbukanya nasabah terhadap kondisi keuangan usahanya sehingga BMT kesulitan dalam menganalisa usaha nasabahnya begitu pula informasi yang didapat di lapangan fiktif atau 50% benar. Sedangkan kendala

(9)

dalam penagihan yaitu nasabah tidak membayar angsuran kepada BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt tanpa memberikan penjelasan kepada pihak BMT baik melalui via SMS maupun datang secara langsung ke BMT. Setelah dilakukan penagihan langsung ke rumah anggota, anggota tidak dapat ditemui atau tidak ada di rumah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala BMT UGT Sidogiri (Bapak Suryadi) cara menyelesaikan kendala dalam pengajuan adalah dengan cara melakukan pendekatan secara personal kepada pihak mitra usaha dan menggali lagi informasi ke orang-orang atau tetangga terdekat, terjun langsung ke pasar dan door to door. Adapun cara penyelesaian penagihan dilakukan dengan cara penagihan secara intensif kepada nasabah, apabila nasabah telat bayar dalam hitungan hari maka pihak BMT akan menghubungi nasabah via SMS untuk mengingatkan. Apabila nasabah telat bayar sampai empat bulan maka akan diberikan surat peringatan, jika nasabah menunjukkan itikad baik maka pihak BMT akan menjadwalkan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran jika diperlukan.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt menunjukkan bahwa, penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa dari awal pemberian pembiayaan sampai berakhirnya masa akad telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berlaku di Indonesia. Namun dalam prosesnya masih mengalami kendala. Kendala tersebut yakni kendala dalam pengajuan pembiayaan dan penagihan. Adapun kendala dalam pengajuan

pembiayaan disebabkan karena

ketidaktransparanan anggota dalam mengajukan permohonan pembiayaan. Ditemukan beberapa anggota yang tidak jujur dalam mengungkapkan maksud dan tujuan pengajuan pembiayaan, artinya bahwa pengajuan pembiayaan tidak sesuai dengan penggunaan atau akad. Hal inilah yang mengakibatkan anggota tidak bisa membayar angsurannya. Selain itu, usaha

anggota yang mengalami penurunan juga menjadi salah satu penyebab timbulnya kemacetan dalam pembiayaan.

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt melakukan berbagai upaya. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengajuan pembiayaan yaitu, melakukan pendekatan secara personal kepada anggota, menggali informasi secara lebih dalam lagi ke berbagai pihak mengenai kondisi ekonomi anggota dan melakukan pendekatan persuasif untuk mengetahui masalah dalam usahanya. Selanjutnya penyelesaian kendala penagihan dilakukan dengan cara penagihan secara intensif kepada anggota dan menjadwalkan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran jika diperlukan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, penerapan akad ijarah pada produk pembiayaan multijasa barokah meliputi prosedur pembiayaan dari awal pemberian pembiayaan sampai berakhirnya masa akad dan praktek pembiayaan multijasa di BMT UGT (Usaha gabungan Terpadu) Sidogiri Cabang Seririt sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia dan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Kedua, kendala-kendala dalam penerapan akad ijarah yaitu kendala pengajuan dan kendala penagihan. Adapun

kendala pengajuan yakni

ketidaktransparanan anggota dalam mengajukan pembiayaan. Seperti kasus yang pernah dialami oleh BMT: nasabah datang untuk mengajukan permohonan pembiayaan dengan maksud untuk berobat di rumah sakit, namun pada kenyataannya dana yang diberikan digunakan untuk modal usaha. Hal ini sudah sangat keluar dari akad yang sebenarnya. Selain itu kurang terbukanya nasabah terhadap kondisi keuangan usahanya sehingga BMT kesulitan dalam menganalisa usaha nasabahnya begitu pula informasi yang didapat di lapangan fiktif atau 50% benar. Adapun kendala dalam penagihan yakni nasabah tidak membayar angsuran kepada BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt tanpa

(10)

memberikan penjelasan kepada pihak BMT baik melalui via SMS maupun datang secara langsung ke BMT. Setelah dilakukan penagihan langsung ke rumah anggota, anggota tidak dapat ditemui atau tidak ada di rumah. Ketiga, upaya menyelesaikan kendala dalam pembiayaan adalah dengan cara melakukan pendekatan secara personal kepada pihak mitra usaha dan menggali lagi informasi ke orang-orang atau tetangga terdekat, terjun langsung ke pasar, dan door to door. Sedangkan upaya penyelesaian penagihan dilakukan dengan cara penagihan secara intensif kepada nasabah, apabila nasabah telat bayar dalam hitungan hari maka pihak BMT akan menghubungi nasabah via SMS untuk mengingatkan. Apabila nasabah telat bayar sampai empat bulan maka akan diberikan surat peringatan, jika nasabah menunjukkan iitikad baik maka pihak BMT akan menjadwalkan kembali jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran jika diperlukan.

Saran

Setelah dilakukan penelitian maka dapat dikemukakan beberapa saran pada BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt sebagai berikut. Pertama, dalam penerapan akad ijarah produk pembiayaan multijasa, BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt harus selalu berpedoman pada Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berlaku di Indonesia. Kedua, BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt disarankan agar memperketat dalam menganalisis profil anggotanya agar dalam proses pemberian pembiayaan tidak terjadi kemacetan. Ketiga, BMT UGT Sidogiri Cabang Seririt disarankan agar selalu menjaga hubungan baik dengan para anggota-anggotanya supaya terjalin hubungan komunikasi yang transparan.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.

Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Fatwa DSN-MUI NO.09 /IV/2000 Tentang Akad Ijarah.

Kasmir. 2012. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN. Nafis, M. Cholil. 2011. Teori Hukum

Ekonomi Syariah. Jakarta: UI Pers. Sholihin, Ahmad Ifham 2010. Pedoman

Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sumar’in. 2012. Konsep Kelembagaan bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sumitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet.I. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wangsawidjaja, 2012. Pembiayaan bank

Syariah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Referensi

Dokumen terkait

Teodora Winda Mulia, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan petunjuk-petunjuk dan arahan-arahan yang berharga serta meluangkan banyak waktunya

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan membedakan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat bahasa Indonesia siswa kelas Xc SMA Negeri 7

Di Indonesia khususnya wanita memiliki peran yang penting dalam menjaga kesehatan keluarganya dan dapat diawali dari memperhatikan makanan yang akan dikonsumsi oleh

Murid diberi satu bagian dari suatu kalimat dan diminta untuk menyempurnakannya dengan menambahkan pada kalimat pokok atau bukan kalimat pokok.. Tema yang harus ditulis

Aspek psikomotorik digunakan untuk menilai hasil praktik siswa selama mengikuti pembelajaran menggunakan modul perawatan rambut meliputi: persiapan memperoleh kriteria

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yakni memberikan gambaran dan penjabaran data yang diperoleh dari lapangan yang berupa hasil

Diperlukan suatu terobosan atau pembaruan yang dapat mendukung EoDB yaitu salah satunya dapat dilakukan pada bidang penyelesaian sengketa investasi khususnya terkait penegakan