• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK PENGARUH PEMELIHARAAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADA PERUSAHAAN TEPUNG TAPIOKA MIRAH REZEKI CIAMIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK PENGARUH PEMELIHARAAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADA PERUSAHAAN TEPUNG TAPIOKA MIRAH REZEKI CIAMIS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

PENGARUH PEMELIHARAAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADA PERUSAHAAN TEPUNG TAPIOKA

MIRAH REZEKI CIAMIS

Oleh : GETTA NINORIE NPM. 113402115 Pembimbing : H. Asep Budiman Dian Kurniawan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pemeliharaan mesin, hasil produksi tepung tapioka dan pengaruh pemeliharaan terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rezeki Ciamis secara parsial dan simultan. Metode penelitian menggunakan metode penelitian korelasional. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dan kepustakaan. Jenis data diperoleh melalui data sekunder berupa biaya pemeliharaan dan hasil produksi secara periodik. Alat analisis dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi berganda dan koefisien determinasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan pemeliharaan berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rezeki Ciamis. Saran dalam penelitian ini yaitu sebaiknya perusahaan memiliki kartu jadwal pemeliharaan agar dapat mengidentifikasi kerusakan mesin secara tepat. Kata kunci: pemeliharaan, hasil produksi

A. PENDAHULUAN

Industri tepung tapioka merupakan industri yang memiliki peluang dan prospek pengembangan yang baik untuk memenuhi permintaan pasar. Industri tepung tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan dari bahan baku singkong yang berasal dari petani menjadi tepung tapioka. Tujuan dari industri pengolahan singkong ini adalah untuk menciptakan nilai tambah dan menambah umur simpan dari suatu produk. Industri tepung tapioka banyak terdapat di daerah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan baik skala rumah tangga maupun pabrikan. Produksi tepung tapioka skala rakyat banyak dikerjakan dengan alat sederhana. Berbagai karakteristik industri tersebut adalah modal relatif kecil, biaya perawatan relatif tinggi, teknologi yang digunakan umumnya sederhana, dan kualitas produk umumnya rendah. (www.tneutron.net/ pangan/ produk-tepung-tapioka/).

(2)

ii

Untuk menghasilkan tepung tapioka yang berkualitas diperlukan mesin dan peralatan yang memadai. Mesin pembuat atau pengolah tepung tapioka merupakan salah satu faktor utama dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Oleh karena itu mesin pengolah dan peralatan pembuatan tepung tapioka harus dipelihara sedemikian rupa sehingga kontinuitas produksi tetap berjalan sebagaimana mestinya. Penggunaan mesin pengolahan harus tetap optimal sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.

Kegiatan pemeliharaan mesin dan peralatan yang rutin akan mengurangi kegagalan produksi dan dapat menambah masa manfaat dari peralatan produksi yang digunakan. Semakin tinggi frekuensi pemakaian mesin maka biaya pemeliharaan cenderung akan semakin tinggi, tetapi dengan kondisi mesin yang stabil dan layak pakai maka proses produksi berjalan lancar sehingga dapat mencapai volume produksi yang diinginkan. Pemeliharaan dan perbaikan mesin, alat-alat produksi dan kendaraan merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh perusahaan. Akan tetapi di sisi lain, kegiatan pemeliharaan dan perbaikan tersebut bisa saja mengakibatkan terganggunya proses produksi, apalagi jika mesin tersebut harus overhoul.

Namun demikian, akibat sering terabaikannya kegiatan pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap tersebut, akan mengakibatkan terjadinya kerusakan- kerusakan dan dampak yang ditimbulkannya tidak akan dirasakan dalam jangka pendek melainkan dalam jangka panjang. Oleh karena itu manajemen perusahaan selayaknya merencanakan program pemeliharaan dan perbaikan agar mesin-mesin yang dipergunakan dapat berjalan dengan baik. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan timbulnya berbagai kesulitan pada waktu-waktu yang akan datang. Keterlambatan perbaikan- perbaikan kecil yang dibiarkan berlarut-larut akan berakibat terhadap kerusakan yang lebih berat. Adanya pemeliharaan dan perbaikan ini, yang dipergunakan oleh perusahaan secara rutin, diharapkan agar proses produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rezeki Ciamis merupakan salah satu perusahaan pabrikan yang bergerak dalam produksi tepung tapioka. Dalam kegiatan usahanya, perusahaan sudah menggunakan mesin dan peralatan pengolah tepung tapioka. Hal ini dilakukan agar proses produksi berjalan lancar dan mempercepat proses produksi. Mesin pengolah tepung tapioka terdiri dari beberapa unit mesin dengan menggunakan mesin diesel yang dioperasikan oleh operator terlatih dengan kapasitas produksi kurang lebih 1 ton per hari.

Berdasarkan data observasi yang dilakukan, data hasil produksi untuk periode Tahun 2015 dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:

Sumber : Perusahaan Mirah Rezeki Ciamis

2150 2320 2430 2510 2630 2870 2720 2560 2440 2580 2420 2390 0 1000 2000 3000 4000

JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

(3)

iii

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa grafik hasil produksi tepung tapioka pada Perusahaan Mirah Rezeki Ciamis periode Tahun 2015 cenderung mengalami fluktuatif. Ketidakstabilan hasil produksi ini diduga karena minimnya pemeliharaan mesin dan peralatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Kegiatan pemeliharaan tidak bersifat rutin dikarenakan tidak memiliki jadwal pemeliharaan yang reguler, tentu hal tersebut dikhawatirkan dapat menghambat proses produksi yang pada akhirnya hasil produksi menjadi kurang optimal. Faktor biaya kegiatan pemeliharaan menjadi kendala utama, karena tidak diperhatikan perusahaan sehingga hasil produksi cenderung kurang optimal. B. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kelancaran proses produksi dipengaruhi oleh sistem pemeliharaan yang diterapkan. Setiap peralatan mesin atau fasilitas yang terlibat dalam proses produksi pasti akan mengalami keausan sehingga suatu saat pasti akan mengalami kerusakan. Seberapa cepat keausan ini terjadi atau seberapa sering frekuensi kerusakan muncul akan menimbulkan permasalahan sehubungan dengan munculnya gangguan pada suatu fasilitas ataupun pada keseluruhan proses produksi.

Dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan disamping persoalaan teknis, ditemui pula persoalan ekonomis. Persoalan ini menyangkut bagaimana usaha yang harus dilakukan agar kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan secara teknis dapat dilakukan secara efisien. Jadi yang ditekankan pada persoalan ekonomis adalah bagaimana melakukan kegiatan pemeliharaan agar efisien, dengan memperhatikan besarnya biaya yang terjadi dan tentunya alternatif tindakan yang dipilih untuk dilaksanakan adalah yang menguntungkan perusahaan. Adapun biaya-biaya yang terdapat dalam kegiatan pemeliharaan adalah biaya-biaya pengecekan, biaya penyetelan, biaya service, biaya penyesuaian, dan biaya perbaikan atau resparasi.

Sistem pemeliharaan yang tidak dirancang dengan baik akan mengakibatkan dampak yang buruk terhadap kelancaran operasi, tetapi sebaliknya apabila sistem pemeliharaan dirancang secara tepat maka secara langsung akan meningkatkan efisiensi proses produksi dan meningkatkan produktivitas sehingga akan menghasilkan kapasitas pasokan yang cukup. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, sistem perawatan harus memiliki respons yang baik terhadap kerusakan-kerusakan yang akan muncul maupun kapasitas kerja yang memadai untuk menangani kerusakan yang terjadi.

Menurut Vincent Gasperz (2006: 231), maintenance merupakan suatu kegiatan yang diarahkan pada tujuan untuk menjamin kelangsungan fungsional suatu sistem produksi sehingga dari sistem produksi sehingga dari sistem itu dapat diharapkan menghasilkan out put sesuai dengan yang dikehendaki . Sistem perawatan dapat dipandang sebagai bayangan dari sistem produksi , dimana apabila sistem produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat tinggi maka akan lebih intensif.

Sebuah keefektikfan organisasi pemeliharaan harus di susun untuk menyediakan tingkat batas dari pemeliharaan yang berbeda dengan jenis pekerjaan. Minimal, organisasi pemeliharaan harus di wujudkan untuk

(4)

iv

menyediakan tindakan efektif, dukungan kualitas untuk 2 jenis atau klasifikasi pekerjaan utama, yaitu pemeliharaan preventif atau pencegahan dan pemeliharaan breadown atau pemeliharaan korektif.

Pemeliharaan atau maintenance merupakan fungsi pelayanan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Menurut Sofyan Assauri (2009: 96-97) terdapat indikator dalam kegiatan pemaliharaan diantaranya yaitu: 1) pemeliharaan preventif, meliputi pelumasan mesin, general chek engine dan tune up. 2) pemeliharaan breakdown, yaitu meliputi pergantian sparepart mesin dan ongkos reparasi atau bengkel.

Pemeliharaan yang baik menjamin bahwa fasilitas-fasilitas produktif akan dapat beroperasi secara efektif. Hal ini dihasilkan dari suatu kombinasi pemeliharaan preventif yang mengantisipasi daya pakai mesin-mesin dan perbaikan kerusakan-kerusakan. Apabila terjadi kerusakan maka secepat mungkin dilakukan perbaikan sehingga biaya sistem mesin tidak produktif dan tenaga kerja menganggur dapat diminimumkan. Demikian pula perusahaan dapat mencapai hasil produksi yang optimal sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Sofyan Assauri (2009: 124) bahwa “hasil produksi merupakan jumlah atau volume produksi yang diproduksi oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu.” Hasil produksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah lancarnya proses produksi, dan kelancaran hasil produksi dapat terjamin apabila dilakukan pemeliharaan dengan baik dan benar.

Menurut Barry Rander (2007: 321) : “salah satu maksud utama kegiatan pemeliharaan adalah sebagai usaha untuk menekan biaya pemeliharaan mesin serendah mungkin (ekonomis)”. Dengan adanya pemeliharaan maka diharapkan fasilitas kegiatan yang ditujukan untuk memelihara dan melakukan kegiatan perbaikan / peralatan dan perlengkapan perusahaan tetap terpelihara dengan baik sehingga dapat digunakan untuk aktivitas operasional sesuai dengan rencana yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. Hasil penelitian dari Deri Kusaeri Kemal Taufik, (2014), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemeliharaan mesin terhadap peningkatan hasil produksi pada PT. Kertas Bekasi Teguh baik secara simultan maupun parsial.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dilaksanakannya kegiatan pemeliharaan adalah untuk menjaga kontinuitas produksi sehingga hasil produksi dapat tercapai secara optimal. Kegiatan pemeliharaan terdiri dari pemeliharaan preventitf atau pencegahan dan pemeliharaan breakdown atau reparasi. Semakin baik kegiatan pemeliharaan dilaksanakan maka diharapkan hasil produksi juga akan semakin meningkat.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat ditarik suatu hipotesis bahwa “Pemeliharaan Preventif dan Breakdown berpengaruh Terhadap Hasil Produksi Pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rezeki Ciamis baik secara parsial maupun simultan”.

(5)

v C. OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah bagian produksi dengan ruang lingkup peneltian mengenai Pengaruh Pemeliharaan Preventif dan Breakdwon terhadap Hasil Produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rezeki Ciamis.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data atau informasi yang dilakukan dengan cara wawancara langsung dengan direktur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan materi yang diteliti.

b. Studi Pustaka

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku, literatur, jurnal dan lain sebagainya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti, khususnya mengenai pemeliharaan dan hasil produksi.

c. Studi Dokumentasi

Yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari arsip atau dokumentasi laporan keuangan Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rezeki Ciamis khususnya biaya pemeliharaan dan hasil produksi.

Operasional variabel terdiri dari pemeliharaan sebagai variabel bebas yang terdiri dari Pemeliharaan Preventif (X1) dan Pemeliharaan Breakdown (X2) dan

hasil produksi sebagai variabel terikat (Y). Dalam penelitian sampel yang digunakan yaitu berupa berkala, yaitu data yang diambil pada interval waktu tertentu yaitu data yang berhubungan dengan biaya pemeliharaan dan hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rezeki Ciamis setiap bulan periode Tahun 2015.

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisa dengan memperhatikan kriteria-kriteria yang telah ditentukan menurut teori dan fakta yang ada di lapangan. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis model persamaan regresi berganda, koefisien determinasi dan uji signifikansi sebagai berikut :

 Persamaan Regresi Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan fungsional antara variasi-variasi variabel X terhadap variabel Y, dengan rumus :

^

Y = b0+ b1 X1 + b2 X2 + e Sugiyono, (2012 : 261)

 Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui model regresi tersebut layak atau tidaknya dipergunakan sebagai alat analisis, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik seperti yang dikemukakan oleh Imam Gozali (2005: 133) sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas dan variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Adapun pengujian data dengan

(6)

vi

menggunakan uji kolmogorof-smirnov. Uji normalitas juga dapat dilihat dengan memperhatikan penyebaran data (titik) pada P-P Plot of

Regression Standardized Residual melalui SPSS.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas merupakan pengujian yang menggambarkan hubungan antara variabel terikat (Y) dengan variavel bebas (X), apakah bersifat linier atau tidak. Untuk menguji lineritas dengan menggunakan diagran scatterplot atau dengan analisis Mackinnon-White-Davidson (MDW) dengan model dikatakan linier jika nilai t-statistik Z1 < nilai , maka lolos dari adanya ketidaklinieran.

c. Uji Multikolinieritas

Model regresi yang baik adalah model regresi yang variabel-variabel bebasnya tidak memiliki korelasi yang tinggi atau bebas dari multikolinieritas. Deteksi adanya gejala multikolinieritas dengan menggunakan Variance Inflaction Factor (VIF) dan tolerance melalui SPSS. Model regresi yang bebas multikolinieritas memiliki nilai Variance

Inflaction Factor (VIF) di bawah 10 dan nilai tolerence di atas 0,1.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model sebuah regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual antara pengamatan yang satu dengan yang lainnya. Uji heteroskesdastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena varian gangguan yang berbeda antara satu observasi ke observasi lain. Untuk mengetahui gejala heteroskesdastisitas dilakukan dengan mengamati grafik scatter plot melalui SPSS.

e. Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (data time series) atau ruang (data cross section). Deteksi gejala autokorelasi digunakan nilai Durbin Watson yang dihitung melalui SPSS.

 Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi variabel independen (X) mempengaruhi variabel dependen (Y) maka digunakan analisis koefisien determinasi yaitu kuadrat nilai korelasi dikalikan 100 %.

Koefisien determinasi dicari dengan rumus sebagai berikut : Kd = (r)2 x 100 %

Keterangan :

Kd = koefisien determinasi r = koefisien korelasi

Untuk mencari pengaruh faktor lain yang mempengaruhi variabel Y maka digunakan rumus koefisien non determinasi sebagai berikut :

Knd = 1 - (r)2 x 100 %

tabel

(7)

vii

Selanjutnya dilakukan penetapan hipotesis operasional, penetapan tingkat signifikansi, kaidah keputusan dan penarikan kesimpulan, sebagai berikut :

a. Hipotesis

Ha1,yx1 0 : Pemeliharaan Preventif berpengaruh secara

parsial terhadap Hasil produksi

Ho1,yx1 = 0 : Pemeliharaan Preventif tidak berpengaruh secara

parsial terhadap Hasil produksi

Ha2,yx2 0 : Pemeliharaan Breakdown berpengaruh secara

parsial terhadap Hasil produksi

Ho2,yx2 = 0 : Pemeliharaan Breakdown tidak berpengaruh

secara parsial terhadap Hasil produksi

Ha3,yx1 yx2  0 : Pemeliharaan Preventif dan Pemeliharaan

Breakdown berpengaruh secara simultan terhadap Hasil produksi

Ho3,yx1 = yx2 = 0 : Pemeliharaan Preventif dan Pemeliharaan

Breakdown tidak berpengaruh secara simultan terhadap Hasil produksi

b. Uji Signifikansi

Untuk menguji signifikansi dilakukan dua pengujian yaitu:

1) Secara parsial menggunakan uji t atau nilai signifikansi (Pvalue) yang

diperoleh dari hasil perhitungan SPSS.

2) Secara simultan menggunakan uji F atau nilai signifikansi (Pvalue) yang

diperoleh dari hasil perhitungan SPSS.

Daerah kritis dapat dicari dengan melihat tabel t. Nilai tabel dapat dicari pada tabel t yakni nilai t dari α = 0,05 dengan derajat kebebasan df : n-2. c. Kaidah Keputusan

1) Secara Parsial

Ho diterima dan Ha ditolak jika Pvalue > α (5%)

Ho ditolak dan Ha diterima jika Pvalue < α (5%)

2) Secara Simultan

Tolak Ho jika > dan terima Ho jika ≤ atau Ho diterima dan Ha ditolak jika Pvalue > α (5%)

Ho ditolak dan Ha diterima jika Pvalue < α (5%)

D. PEMBAHASAN

Selanjutnya untuk menganalisis pengaruh pemeliharaan preventif dan pemeliharaan breakdown terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis, baik secara simultan maupun parsial selama periode Tahun 2016 maka digunakan persamaan regresi liner berganda, koefisien determinasi dan uji hipotesis. Berdasarkan hasil perhitungan uji asumsi klasik pada Lampiran, dapat dipatikan bahwa model regresi telah memenuhi uji asumsi klasik.

1) Persamaan Regresi Liner Berganda

Berdasarkan hasil analisis dengan program SPSS Versi 16.00 pada Lampiran, maka dapat diketahui persamaan regresi liner berganda yang terbentuk adalah sebagai berikut :

hitung

(8)

viii Y = b0+ b1 X1 + b2 X2 + e

Y = 1907,65 + 0,0025 X1 + 0,0001 X2 + e

Interpretasi :

 Nilai a = 1907,65 artinya jika pemeliharaan preventif (X1) = 0, pemeliharaan

breakdown (X2) = 0 maka hasil produksi sebesar 1907,65 kg.

 Nilai b1 = 0,0025 artinya jika diasumsikan pemeliharaan preventif pada

Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis sebesar Rp. 10.000,- maka hasil produksi akan meningkat sebesar 25 Kg. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien untuk variabel ini bernilai positif, sehingga dapat diartikan bahwa pengaruh pemeliharaan preventif terhadap hasil produksi adalah positif, artinya semakin tinggi pemeliharaan preventif maka hasil produksi Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis semakin meningkat.  Nilai b2 = 0,0001 jika diasumsikan pemeliharaan breakdown pada

Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis sebesar Rp. 10.000 maka hasil produksi akan meningkat sebesar 1 Kg. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien untuk variabel tersebut bernilai positif, sehingga dapat diartikan bahwa pengaruh pemeliharaan breakdown terhadap hasil produksi adalah positif, artinya semakin tinggi pemeliharaan breakdown maka Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis semakin meningkat pula hasil produksi.

2) Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil analisis dengan program SPSS Versi 16.00 maka diperoleh nilai koefisien determinasi nilai R Square = 0,852 artinya bahwa hasil produksi dipengaruhi sebesar 85,2 % oleh pemeliharaan preventif dan pemeliharaan breakdown. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya hasil produksi dipengaruhi oleh aktivitas kegiatan pemeliharaan preventif dan pemeliharaan breakdown pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis. Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi hasil produksi selain dari pemeliharaan pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis dalam penelitian ini adalah sebesar 14,8 %, misalnya pengendalian kualitas, pengendalian persediaan dan lain-lain.

3) Uji Signifikan

Untuk menguji pengaruh pemeliharaan preventif dan pemeliharaan breakdown terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis maka dilakukan uji s secara simultan maupun parsial sebagai berikut :

a. Uji Secara Simultan

Berdasarkan hasil perhitungan SPSS di atas, diperoleh Sig. = 0,000 pada tingkat kesalahan sebesar 5 % atau (=0,05), sehingga PValue <  atau

0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hipotesis teruji kebenarannya, artinya secara simultan pemeliharaan preventif dan pemeliharaan breakdown berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis.

b. Secara Parsial

 Hasil perhitungan menunjukan tingkat signifikansi (Pvalue) sebesar

(9)

ix

menunjukkan hasil uji ini menerima Ha dan menolak Ho, sehingga hipotesis teruji kebenarannya, artinya secara parsial pemeliharaan preventif berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis.

 Hasil perhitungan menunjukan tingkat signifikansi (Pvalue) sebesar

0,134, hal ini berarti nilai Pvalue lebih kecil dari 0,05 yang

menunjukkan hasil uji ini menerima Ho dan menolak Ha, sehingga hipotesis tidak teruji kebenarannya, artinya secara parsial pemeliharaan breakdown berpengaruh tidak signifikan terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan signifikan pemeliharaan preventif dan pemeliharaan breakdown berpengaruh terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis. Hal ini mengandung arti bahwa secara bersama-sama kegiatan pemeliharaan preventif dan pemeliharaan breakdown berpengaruh nyata terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis. Demikian bahwa tinggi rendahnya hasil produksi akan dipengaruhi oleh aktivitas pemeliharaan preventif dan pemeliharaan breakdown, dimana pemeliharaan preventif merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga kelayakan dan kelancaran produksi agar berjalan optimal, sedangkan pemeliharaan breakdown dilakukan oleh perusahaan untuk menangani mesin-mesin yang bermasalah atau mengalami kerusakan. Pemeliharaan menyangkut juga terhadap proses produksi sehari-hari dalam menjaga agar seluruh fasilitas dan peralatan perusahaan tetap berada pada kondisi yang baik dan siap selalu untuk digunakan.

Hal ini senada dengan pendapat dari Barry Rander (2007: 321) bahwa “salah satu maksud utama kegiatan pemeliharaan adalah sebagai usaha untuk menekan biaya pemeliharaan mesin serendah mungkin (ekonomis)”. Dengan adanya pemeliharaan maka diharapkan fasilitas kegiatan yang ditujukan untuk memelihara dan melakukan kegiatan perbaikan / peralatan dan perlengkapan perusahaan tetap terpelihara dengan baik sehingga dapat digunakan untuk aktivitas operasional sesuai dengan rencana yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. Hasil penelitian relevan dengan penelitian dari Deri Kusaeri Kemal Taufik, (2014), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemeliharaan mesin terhadap peningkatan hasil produksi pada PT. Kertas Bekasi Teguh baik secara simultan.

Secara parsial pemeliharaan preventif berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis, hal ini mengandung arti bahwa kegiatan pemeliharaan preventif memiliki kontribusi yang kuat terhadap peningkatan hasil produksi, dimana kegiatan pemeliharaan preventif atau pemeliharaan pencegahan ini dilakukan agar mesin produksi dalam keadaan siap pakai dan layak jalan. Apabila mesin-mesin produksi dalam keadaan siap pakai maka hasil produksi dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga perusahaan dapat mencapai hasil produksi yang optimal. Pemeliharaan perawatan pada masing-masing peralatan perlu diseimbangkan, tidak terlalu kurang dan tidak terlalu lebih. Perawatan terlalu kurang (under maintained) dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan yang lebih awal, sedangkan terlalu banyaknya perawatan

(10)

x

(over maintained) dapat menimbulkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak diperlukan sehingga terjadi pemborosan.

Secara parsial pemeliharaan breakdown berpengaruh tidak signifikan terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis, hal ini mengandung arti bahwa kegiatan pemeliharaan breakdown memiliki kontribusi yang rendah terhadap peningkatan hasil produksi. Namun demikian, pemeliharaan breakdown tidak dapat diabaikan karena merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan. Pemeliharaan breakdown yang terlalu lama kemungkinan akan mengganggu jalannya proses produksi, karena waktu akan terbuang secara percuma yang mengakibatkan proses produksi harus berhenti sesuai waktu yang diperlukan untuk memerlukan perbaikan. Pemeliharaan perbaikan/breakdwon, merupakan suatu fungsi dalam desain teknik yang menyelidiki tentang bagaimana jalan keluarnya untuk meningkatkan sistem yang dapat diandalkan dengan menyisihkan hubungannya yang lemah, dan mengupayakan bagaimana caranya memperpanjang umur pakai suatu alat. Aktivitas ini adalah cara yang sangat membantu dalam mengurangi beban kerja, terutama pada bagian-bagian yang sering membutuhkan perbaikan.

E. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh pemeliharaan preventif dan pemeliharaan breakdown terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemeliharaan preventif Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rezeki Ciamis Periode Tahun 2016 cenderung mengalami fluktuasi atau mengalami perubahan yang bervariasi setiap bulannya. Peningkatan hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pemeliharaan ekstra agar mesin tepung dalam keadaan layak pakai. Adapun pemeliharaan breakdown cenderung mengalami fluktuasi atau mengalami perubahan yang bervariasi setiap bulannya. Adanya peningkatan disebabkan karena perusahaan harus mengganti beberapa bagian komponen mesin dikarenakan sudah aus atau rusak, diantaranya penggantian saringan, corong, onderdil mesin dan lain-lain.

2. Hasil produksi tepung tapioka pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rezeki Ciamis Periode Tahun 2016 setiap bulannya cenderung mengalami perubahan yang bervariasi. Adanya peningkatan permintaan tapioka karena peningkatan permintaan pasar. Sedangkan penurunan biasanya pada awal bulan permintaan tapioka cenderung menurun karena jumlah pemintaan terhadap tapioka juga menurun.

3. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan pemeliharaan preventif dan pemeliharaan breakdown berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi. Secara parsial pemeliharaan preventif berpengaruh signifikan terhadap hasil produksi, sedangkan pemeliharaan breakdown berpengaruh tidak signifikan terhadap hasil produksi pada Perusahaan Tepung Tapioka Mirah Rejeki Ciamis.

(11)

xi

DAFTAR PUSTAKA

Agus Ayhari, 2012, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua, Jakarta; Grasindo, Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Arikunto Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Daryus, Asyari, 2007, Diktat Manajemen Pemeliharaan Mesin, Universitas. Jakarta: Darma Persada.

Fandy Tjiptono, 2012. Total Quality Management , Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi.

Gaspersz Vincent, 2009, Manajemen Bsinis Total dalam Era Globalisasi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hani Handoko, 2010. Manaiemen Produksi dan Operasi. Edisi Keempat. Yogyakarta: Penerbit BPFE.

Heizer, Jay & Barry Render, 2008. Manajemen Operasi. Buku 1 Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.

Imam Gozali, 2005, Statistik Parametrik dan Non Parametrik. Edisi Kesembilan, Bandung : Penerbit Alfa Beta.

Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. 2012. Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2, edisi ke-8, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Murti Sumarti dan Jhon Soeprihanto, 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Keempat, Yogyakarta, Penerbit Erlangga.

Reksohadiprodjo dan Gitosudarmo, 2006, Manajemen Operasi, Edisi Ketiga, Jakarta : Bumi Aksara.

Sofyan Assauri, 2009, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Jakarta: LPFE UI.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Kesembilan, Bandung : Penerbit Alfa Beta.

Suyandi Prawirosentono, 2010, Manajemen Operasi, Edisi Kedua, Jakarta : Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil akhir dari analisis ini berupa Perencanaan strategis sistem informasi, strategi manajemen SI/TI, penerapan dan pemilihan teknologi informasi yang selaras

Aset tetap yang tidak digunakan dinyatakan sebesar jumlah terendah antara jumlah tercatat atau nilai wajar setelah dikurangi biaya penjualan aset tersebut dan disajikan pada

Gangguan jiwa dan penyakit jiwa dalam RUU KUHPidana 1999/2000 ini dapat dibandingkan dengan jiwa yang terganggu karena penyakit dalam Pasal 44 ayat (1)

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian dasar hukum dan fakta hukum di atas, maka oleh karena Penggugat merupakan pihak ketiga yang tidak dituju langsung oleh objek

Langkah ke-tiga adalah proses defuzzifikasi yaitu dengan mulai mencari alfa predikat pada masing – masing 18 rule pada metode wall follower yang digunakan dengan

Hal itu berarti hipotesis 2 diterima , terdapat perbedaan Harga Saham sebelum dan sesudah bersertifikasi ISO sehingga penerapan sertifikasi QMS masih relevan

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Turofingah, Suhartono, &amp; Susiani (2015) yang dinyatakan bahwa penggunaan media audio visual yang tepat sesuai

Informan sebagai audiens ketika menerima pesan yang berupa kode dari media, serta menangkap penuh seluruh pesan karena sesuai dengan kode-kode yang dimiliki oleh khalayak