• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelatihan Manajemen Diri Bagi Guru Taman Kanak-Kanak Untuk Mengatasi Prokastinasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelatihan Manajemen Diri Bagi Guru Taman Kanak-Kanak Untuk Mengatasi Prokastinasi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

442

Pelatihan Manajemen Diri Bagi Guru Taman Kanak-Kanak Untuk Mengatasi

Prokastinasi

Retno Dwiyanti

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182

Email: retnodwiyanti13@yahoo.co.id ABSTRAK

Manajemen diri dimaksudkan untuk mengenali diri secara menyeluruh (konsep diri), mengidentifikasi secara jelas tujuan apa yang ingin dicapai, paham betul apa pentingnya mencapai tujuan tersebut, mengontrol dan mengelola diri (tingkah laku emosi), melakukan evaluasi diri atas apa yang telah dilakukan serta paham tentang insentif-insentif yang akan diperoleh akibat tindakan yang dilakukan. Kegiatan Pelatihan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan pada guru taman kanak-kanak tentang Prokastinasi, meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola diri (Self Manajemen), dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola diri terutama untuk mencegah prokastinasi. Metode yang digunakan adalah ceramah, brainstorming, simulasi, kuesioner, dan diskusi. Hasil dari pelatihan ini adalah tipe prokastinasi yang biasa terjadi pada guru taman kanak-kanak adalah (1) The tense-afraid type, (2) The relaxed type. Sedangkan Pengelolaan diri yang pertama adalah keterbukaan diri, yang hasilnya adalah sebanyak 65 % peserta berani terbuka apa adanya tentang dirinya, dan sebanyak 35 % peserta kurang terbuka tentang dirinya. Pengelolaan diri yang kedua adalah tentang Konsep diri atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri, yang hasilnya adalah sebanyak 81 % peserta konsep dirinya cenderung positif, dan 19 % peserta merasa konsep dirinya cenderung negatif, diantaranya adalah : malas, selalu ragu-ragu, tidak bisa apa-apa, tidak percaya diri, tergantung, egois, mudah goyah, membosankan, tidak ideal, mudah putus asa, semau gue, dan penuh dosa.

Kata kunci : Prokastinasi, Guru Taman Kanak – Kanak, Manajeme diri

PENDAHULUAN

Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia tentu menjadi syarat mutlak yang harus dilakukan agar bangsa Indonesia tidak tenggelam di lautan luas persaingan dunia. Konsep tentang sumber daya manusia yang berkualitas pada dasarnya ditentukan oleh indikator utama antara lain disiplin, kreatif, dan memiliki etos kerja yang tinggi. Seseorang dikatakan mempunyai kualitas sumber daya manusia yang tinggi jika ia dapat menunjukkan perilaku yang mencerminkan adanya kedisiplinan, kreatifitas, maupun etos kerja yang tinggi dalam mengerjakan setiap tugas yang dimilikinya.

Kenyataannya untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berpartisipasi tinggi bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut berkaitan dengan sikap mental negatif yang dimiliki karyawan. Mendukung asumsi tersebut McGregor (Saydam, 1996) mengemukakan pada dasarnya setiap manusia suka akan kebebasan dan tidak mau diperintah, kurang suka memikul tanggung jawab, tidak mau bekerja sama, suka mementingkan diri sendiri, mau bekerja yang ringan dengan penghasilan yang besar, seringnya karyawan melakukan pelanggaran misalnya, malas mengikuti rapat, terlambat datang di tempat kerja, atau menunda-nunda pekerjaan. Indikasiindikasi tersebut mengarah pada perilaku yang tidak dapat memanfaatkan waktu secara efektif.

Perilaku tidak menghargai waktu dalam literature ilmiah psikologi disebut sebagai prokrastinasi (procrastination). American College Dictionary (Burka dan Yuen, 1983) menjelaskan tentang prokrastinasi sebagai menangguhkan suatu tindakan untuk melaksanakan suatu tugas yang akan dilaksanakan pada waktu atau hari lainnya. Pendapat ini sejalan dengan ulasan Ellis dan Knaus (Rachmahana, 2002) yang mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu kegagalan untuk memulai maupun menyelesaikan suatu pekerjaan atau aktivitas pada waktu yang telah ditentukan. Prokrastinasi tidak terjadi dengan sendirinya, ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Seperti dikemukakan oleh Ferrari (1995) banyak faktor yang mendasari individu melakukan prokrastinasi. Faktor tersebut adalah faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah lingkungan yang berada di luar individu.

Lingkungan di luar individu tersebut meliputi kondisi lingkungan yang mendasarkan pada hasil akhir dan lingkungan yang laten. Sedangkan faktor internal meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis individu. Kondisi

(2)

443

fisik pekerja dapat digambarkan sebagai riwayat kesehatan yang dimiliki atau penyakit yang pernah dialami. Sedangkan yang dimaksud kondisi psikologis individu mencakup wilayah aspek kepribadian yang dimiliki seorang pekerja atau pegawai yang terdiri dari self regulation, motivasi, self esteem, tingkat kecemasan, self monitoring, self consciousness, self control, self critical, dan yang terakhir adalah self efficacy.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Aitken (Rachmahana, 2002) menyatakan bahwa prokrastinasi yang terjadi dalam masyarakat pada umumnya berkisar antara 25% sampai 70%. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Green (1992) menjelaskan bahwa dampak dari prokrastinasi adalah adanya penurunan kualitas kehidupan seseorang yang berakibat pada rendahnya kepuasan hidup procrastinator tersebut. Seorang prokrastinator akan mengalami ketidaknyamanan psikologis yang dapat menyusahkan individu tersebut misalnya rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam akibat tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan tepat waktu. Penelitian ini mengindikasikan bahwa prokrastinasi dapat meningkatkan stress maupun rasa sakit. Mendukung kedua pendapat dan hasil penelitian di atas Mc. Cown dan Johnson (1994) melengkapi adanya hubungan antara prokrastinasi dengan tingkat kekhawatiran, tekanan, dan sakit yang tinggi yang dialami oleh prokrastinator.

Prokrastinasi telah menjadi fenomena di dalam masyarakat. Anon (Damayanti 2006) menyatakan bahwa semua individu di dunia ini dari kalangan mana saja mereka berasal, sedikitnya 95% dari mereka melakukan prokrastinasi dengan frekuensi kadang kala dan sekitar 15 – 20% diantaranya telah melakukan prokrastinasi secara konsisten. Pendapat Anon (Damayanti 2006) di atas dapat diinterpretasikan bahwa prokrastinasi dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja tak terkecuali di lingkungan kerja guru taman kanak-kanak.

Prokrastinasi yang kerap mewarnai keseharian guru taman kanak-kanak dalam pelaksanaan tugasnya akan membawa konsekuensi negatif yang dapat merusak pola peraturan yang ada jika dilakukan dengan alasan yang kurang tepat. Pelaku prokrastinasi (prokrastinator) sebenarnya menyadari bahwa dirinya telah melakukan prokrastinasi tetapi seringkali tidak kuasa untuk menghentikannya. Seorang prokrastinator akan membuang waktunya dengan sia-sia dan percuma. Pekerjaan mereka menjadi terbengkalai sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas pada waktunya atau meski dapat menyelesaikan, hasil yang diperoleh tidak dapat maksimal. Hal ini sesuai dengan yang diungkap oleh Wulan (2000) bahwa prokrastinasi dapat menyebabkan seseorang kehilangan peluang dan kesempatan yang datang.

Ikatan Guru Taman Kanak-kanak (IGTK) merupakan organisasi profesi yang anggotanya terdiri dari guru taman kanak. Organisasi ini merupakan tempat untuk meningkatkan profesionalisme para guru taman kanak-kanak. Untuk itu, IGTK mengadakan pertemuan rutin sebulan sekali yang dikoordinir oleh pengurus. Permasalahnnya adalah upaya peningkatan profesionalisme belum dilakukan secara rutin, karena setiap kali pertemuan lebih sering mendiskusikan masalah organisasi.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam menjalankan tugasnya di sekolah para guru sudah berusaha sebaik-baiknya berdasarkan panduan yang ada. Namun karena guru taman kanak-kanak hampir sebagian besar wanita dan ibu rumah tangga menunda pekerjaan itu hampir pernah dilakukan oleh semua guru.

Perilaku prokrastinasi merupakan salah satu indikasi lemahnya manajemen diri yang dimiliki individu. Tidak optimalnya manajemen diri yang dimiliki oleh individu menyebabkan individu sulit mengendalikan perasaan, tingkah laku dan pikiran dalam menyelesaikan tujuan. Asumsi ini ditegaskan oleh Juana (2000) bahwa individu mengatur dan mengelola diri sendiri dalam hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, waktu dan pencapaian tujuan diri. Pendapat yang relevan diutarakan oleh Prijosaksono (2001) yang mengemukakan manajamen diri adalah kemampuan individu untuk mengendalikan sepenuhnya keberadaan diri secara keseluruhan (fisik, emosi, mental atau pikiran, jiwa maupun rohnya) dan realita kehidupannya dengan memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya. Self management adalah melakukan hal-hal seperti biasanya menyangkut diri sendiri dengan kebebasan dan spontan. Secara khusus seharusnya pemahaman manajemen diri harus diletakkan dalam konteks praktek. Artinya, untuk dapat menjadi “cocreator” atas realitas kehidupan, individu harus menguasai sejumlah keterampilan khusus untuk menerapkan manajemen diri dalam kehidupan. Keterampilan tersebut antara lain kemampuan untuk menurunkan frekuensi gelombang otak dan memasuki alam pikiran bawah sadar (tenik relaksasi dan meditasi), teknik afirmasi, teknik visualisasi, dan teknik membuat jangkar emosi.

Seperti yang dikemukakan Goleman (2000) bahwa dengan menerapkan manajemen diri, individu dapat menciptakan realitas kehidupan sesuai dengan misi dan tujuan hidup. Baik itu berupa kebebasan finansial, pengembangan karir dan pekerjaan, hubungan yang lebih baik dengan keluarga, sesama, dan terutama dengan Tuhan, serta kesehatan yang terpelihara. Manajemen diri dimaksudkan untuk mengenali diri secara menyeluruh

(3)

444

(konsep diri), mengidentifikasi secara jelas tujuan apa yang ingin dicapai, paham betul apa pentingnya mencapai tujuan tersebut, mengontrol dan mengelola diri (tingkah laku emosi), melakukan evaluasi diri atas apa yang telah dilakukan serta paham tentang insentif-insentif yang akan diperoleh akibat tindakan yang dilakukan.

Manajemen diri yang dimiliki oleh seseorang diharapkan dapat mencegah prokrastinasi yang telah menjadi suatu kebiasaan dan menimbulkan berbagai konsekuensi yang negatif, seperti waktu menjadi terbuang sia-sia dan tugas-tugas menjadi terbengkelai.

TUJUAN

Kegiatan Pelatihan ini bertujuan untuk memberi pengetahuan pada guru taman kanak-kanak tentang Prokastinasi, meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola diri (Self Manajemen), dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola diri terutama untuk mencegah prokastinasi.

METODE PELAKSANAAN A. Kerangka Penyelesaian Masalah

Penyelesaian masalah yang ditawarkan dalam kegiatan ini adalah Pelatihan Manajemen Diri bagi guru Taman kanak-kanak untuk menyelesaikan masalah Prokastinasi kerja, yang berisi tentang : Mengidentifikasi prokastinasi kerja pada guru Taman kanak-kanak dan bagaimana mengelola diri.

B. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran dari kegiatan ini adalah guru Taman Kanak-kanak di Kecamatan Purwokerto Utara. C. Metode yang Digunakan

Dalam kegiatan ini akan digunakan metode sebagai berikut:

1. Ceramah, untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang Prokastinasi , Dampak prokastinasi, dan pengetahuan tentang manajemen diri, serta bagaimana mengelola diri.

2. Brainstorming, untuk mengidentifikasikan prokastinasi yang terjadi pada guru di sekolah maupun di luar sekolah.

3. Simulasi, untuk mempraktekkan berbagai macam strategi manajemen diri.

4. Kuesioner, untuk mengetahui konsep diri dan kepercayaan diri yang digunakan dalam mengelola diri dalam mengatasi permasalahan prokastinasi kerja.

5. Diskusi, mendiskusikan manajemen diri yang efektif dalam menyelesaikan permasalahan prokastinasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelatihan manajemen diri bagi guru Taman kanak-kanak untuk menyelesaikan prokastinasi kerja diawali dengan memberikan pengetahuan dasar tentang prokastinasi kerja. Materi prokastinasi kerja menekankan pada tipe prokastinasi, faktor-faktor yang mendasari individu melakukan prokastinasi, dan dampak prokastinasi. Setelah menyampaikan materi, melakukan brainstorming dengan peserta yang hasilnya sebagai berikut :

a. Tipe prokastinasi yang biasa terjadi pada guru taman kanak-kanak adalah (1) The tense-afraid type, yaitu seseorang yang sering merasa berada di bawah tekanan untuk mencapai sukses dan selalu merasa takut gagal sehingga melakukan prokrastinasi, contohnya: tidak mempunyai tujuan, tidak realistik, tidak dapat memutuskan, tidak puas, tidak percaya diri, dll; (2) The relaxed type, yaitu tipe orang tidak mau mengambil pusing dengan tugas yang sedang atau harus dikerjakan, merasa bisa melakukannya dilain waktu dan lebih memilih melakukan sesuatu yang lebih menyenangkan.

b. Faktor-faktor yang mendasari guru taman kanak-kanak melakukan prokastinasi diantaranya adalah : lingkungan dan kondisi psikologis individu.

(4)

445

d. Langkah-langkah atau Bagaimana mengelola diri agar terhindar dari prokastinasi.

Berdasarkan identifikasi tentang prokastinasi tersebut maka guru taman kanak-kanak perlu mengelola diri dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai guru. Pemahaman peserta tentang prokastinasi diindikasikan oleh beberapa pertanyaan tentang menunda pekerjaan atau malas menyelesaikan pekerjaan. Sedangkan tentang manajemen diri diindikasikan melalui beberapa pertanyaan tentang emosi marah.

Setelah peserta memahami tentang prokastinasi dan manajamen diri , peserta diberi kuesioner untuk mengetahui bagaimana peserta dalam mengelola dirinya. Pengelolaan diri yang pertama adalah keterbukaan diri, peserta diminta mengisi workseet keterbukaan diri yang hasilnya dari 37 peserta adalah sebagai berikut :

1. Sebanyak 65 % peserta berani terbuka apa adanya tentang dirinya 2. Sebanyak 35 % peserta kurang terbuka tentang dirinya.

Pengelolaan diri yang kedua adalah tentang Konsep diri atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri. Hasil dari workseet tentang konsep diri menggambarkan sebagai berikut :

1. 81 % peserta konsep dirinya cenderung positif.

2. 19 % peserta merasa konsep dirinya cenderung negatif, diantaranya adalah : malas, selalu ragu-ragu, tidak bisa apa-apa, tidak percaya diri, tergantung, egois, mudah goyah, membosankan, tidak ideal, mudah putus asa, semau gue, dan penuh dosa.

Aspek keberhasilan yang dapat dijadikan indikator adalah pemahaman peserta tentang bagaimana mengelola diri yang digunakan untuk mengatasi permasalahan prokastinasi kerja. Perilaku prokrastinasi merupakan salah satu indikasi lemahnya manajemen diri yang dimiliki individu. Tidak optimalnya manajemen diri yang dimiliki oleh individu menyebabkan individu sulit mengendalikan perasaan, tingkah laku dan pikiran dalam menyelesaikan tujuan. Asumsi ini ditegaskan oleh Juana (2000) bahwa individu mengatur dan mengelola diri sendiri dalam hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan, waktu dan pencapaian tujuan diri. Pendapat yang relevan diutarakan oleh Prijosaksono (2001) yang mengemukakan manajamen diri adalah kemampuan individu untuk mengendalikan sepenuhnya keberadaan diri secara keseluruhan (fisik, emosi, mental atau pikiran, jiwa maupun rohnya) dan realita kehidupannya dengan memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya.

Pada akhir kegiatan pelatihan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan peserta dalam mengelola diri diantaranya :

a. Keterbukaan diri b. Percaya diri

c. Memiliki konsep diri yang positif d. Penetapan tujuan

e. Manajemen waktu dengan baik yang mengacu pada prinsip sebagai berikut :

Penting dan Mendesak Penting dan tidak mendesak

Tidak penting tapi Mendesak Tidak penting dan tidak mendesak f. Ciptakan suasana atau lingkungan sekolah yang menyenangkan

Pelatihan ini juga menghasilkan munculnya pemahaman tentang pentingnya mengelola diri dalam mengatasi permasalahan prokastinasi kerja. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan perlu dilanjutkan sesuai dengan permasalahan yang ingin dimanaj oleh guru Taman kanak-kanak di kecamatan Purwokerto Utara.

KESIMPULAN

Mengelola diri untuk menyelesaikan masalah prokastinasi kerja sangat diperlukan oleh guru Taman Kanak-kanak. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai tentang berbagai langkah dalam manajemen diri. Pengelolaan diri yang pertama adalah keterbukaan diri, yang hasilnya adalah sebanyak 65 % peserta berani terbuka apa adanya tentang dirinya, dan sebanyak 35 % peserta kurang terbuka tentang dirinya. Pengelolaan diri yang kedua adalah tentang Konsep diri atau gambaran seseorang tentang dirinya sendiri, yang hasilnya adalah sebanyak 81 % peserta konsep dirinya cenderung positif, dan 19 % peserta merasa konsep dirinya cenderung negatif, diantaranya adalah : malas, selalu ragu-ragu, tidak bisa apa-apa, tidak percaya diri, tergantung, egois, mudah goyah, membosankan, tidak ideal, mudah putus asa, semau gue, dan penuh dosa.

(5)

446

DAFTAR PUSTAKA

Burka, J.B., & Yuen, L.M. 1983. Procrastination: Why you do it. What to do about it. New York : Perseus Books Damayanti, Rita. 2006. Peran Biopsiokososial Terhadap Perilaku Berisiko Tertular HIV pada Remaja SLTA di DKI,

2006. Disertasi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Ferrari, J.R., Jhonson, J.L., & McCown, W.G. 1995. Procrastination And Task Avoidance : Theory, Research and Treatment. New York : Plenum Press.

Goleman, D. 2000. Kecerdasan Emosional (terjemah Hermaya). Jakarta: PT. Gramedia

Green, L.W., 1992. Health Education Planning: a diagnostic approach. (1st edition). California: Mayfield Publishing Company.

McCown, W. G & Johnson, J.L. 1995. Procrastination and Task Avoidance. New York : Plenum Press

Prijosaksono, Aribowo dan Marlan Mardianto. 2001. 12 Langkah Manajemen Diri. Jakarta : Elex Media Computindo.

Rachmahana, R.S. 2001. Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa. Psikodimensia; Kajian Ilmiah Psikologi. Vol.2 No. 3

Saydam, G. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 2, Jakarta, Gunung. Agung.

Wulan, R., 2000. Hubungan antara gaya Pengasuhan Orangtua dengan Prokrastinasi Akademik, Skripsi (tidakditerbitkan), Jogjakarta; FakultasPsikologi UniversitasGadjahMada

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana merancang suatu aplikasi berbasis sistem pakar untuk mendiagnosa jenis gangguan perkembangan pada anak dengan menggunakan metode Certainty Factor dan

Dengan itu, projek ini membekalkan satu alternatif baru dalam pembelajaran Sains dengan menggunakan web portal MOODLE untuk pelajar tingkatan empat dan para guru di sekolah

Dengan hasil tersebut jika semua sub variabel webqual ( usability , information quality , service interaction ) ditingatkan maka pengaruh dari webqual akan signifikan

Dalam hal ini sumber data penelitian yang digunakan adalah data mengenai struktur organisasi, gambaran umum organisasi, aktivitas operasional serta laporan keuangan

Berdasarkan gejala klinis berupa adanya sesak, batuk, riwayat merokok, riwayat PPOK, serta pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pasien ini merupakan pasien dengan penyakit paru

“ Boerhavia diffusa (Punarnava) Root Extract as green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in Hydrochloric Acid Solution: Theoritical and Electrochemical Studies.”

Sosialisasi merupakan tahapan penting dalam pelaksanaan kebijakan pembangunan yang ditujukan kepada masyarakat banyak, termasuk kebijakan kesehatan. Tanpa sosialisasi yang baik

Hasil wawancara dengan Bapak Saiful staff Angkutan di Dinas Perhubungan Kota Malang pada 16 maret 2015.. penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek mengenai alih