• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Metode Penelitian"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2005 sampai Pebruari 2006. Tempat penelitian di Kebun Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB Unit Kegiatan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, Bogor. Analisis karbohidrat total dan nitrogen di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Departemen Pertanian. Pengamatan anatomi jaringan dilakukan di Herbarium Bogoriensis dan pengambilan gambar preparat dilakukan di laboratorium Ekofisiologi Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Metode Penelitian

Bahan yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah batang bawah manggis umur 2 tahun yang telah ditanam di polybag sebanyak 560 batang, entris yang diambil dari pohon induk yang sudah berproduksi yaitu dari cabang plagiotrop.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok yang terdiri dari 2 faktor dan dibagi dalam 4 ulangan, dimana setiap ulangan terdiri dari 5 tanaman. Faktor pertama yaitu teknik grafting (T) terdiri dari tujuh jenis (Gambar 3), yaitu:

T0 : Teknik sambung celah (diameter entris lebih kecil dari batang bawah) T1 : Teknik sambung celah (diameter entris dan batang bawah sama ) T2 : Teknik sambung celah V

T3 : Teknik sambung diagonal tanpa selang T4 : Teknik sambung diagonal dengan selang T5 : Teknik sambung horizontal dengan selang T6 : Teknis sambung horizontal dengan pasak

Teknik penyambungan ke-2 sampai ke-7, diameter batang bawah dan diameter entrisnya sama.

(2)

Faktor kedua adalah posisi entris (P), terdiri dari empat jenis (Gambar 4), yaitu:

P0 : Posisi entris 1 ruas P1 : Posisi entris ¾ ruas

P2 : Posisi entris pada buku ke-2 P3 : Posisi entris 1¼ ruas

Model matematika untuk percobaan ini (Mattjik dan Sumertajaya, 2002) adalah sebagai berikut:

Yijk = µ + Kk + Ti + Pj + (TP)ij + eijk ; dimana :

Ket:

Yijk = Nilai pengamatan pada ulangan ke-k yang memperoleh taraf ke-i dari dari faktor teknik penyambungan dan taraf ke-j dari faktor posisi entris.

µ = Nilai rataan umum. Kk = Pengaruh ulangan ke-k.

Ti = Pengaruh perlakuan teknik penyambungan taraf ke-i. Pj = Pengarauh perlakuan posisi entris taraf ke-j.

(TP)ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor teknik penyambungan dan taraf ke-j faktor posisi entris.

eijk = Pengaruh galat pada ulangan ke-k yang memperoleh taraf ke-i faktor teknik penyambungan dan taraf ke-j faktor posisi entris.

(3)

Gambar 3 Ilustrasi teknik grafting T0 (sambung celah, ? -beda), T1 (sambung celah, ? -sama), T2 (sambung celah V), T3 (sambung diagonal tanpa selang), T4 (sambung diagonal dengan selang), T5 (sambung horizontal dengan selang), T6 (sambung horizontal dengan pasak); e= entris; bb= batang bawah.

Gambar 4 Posisi entris P0 (1 ruas), P1 ( ¾ ruas), P2 (buku ke-2) dan P3 (1¼ ruas).

T1 T2 T3 T5 T6 T0 T4 e e bb e b bb bb bb e bb P1 P0 P2 P3

POSISI

ENTRIS

(4)

Pelaksanaan Penelitian Lokasi Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan di kebun pembibitan manggis Tajur I UPT Kebun Percobaan IPB dengan menggunakan pelindung paranet 65%.

Persiapan Batang Bawah

Batang bawah yang digunakan adalah bibit semai manggis yang telah berumur sekitar 2 tahun dalam polybag ukuran 25 cm x 30 cm dan medianya dengan campuran tanah, pasir dan kompos (Gambar 5, kiri). Batang bawah yang dipindahkan ke tempat penelitian dipelihara selama dua bulan sebelum dilakukan penyambungan.

Pengambilan Entris

Entris (batang atas) yang digunakan untuk penyambungan dipilih yang kondisinya sehat dari pohon induk yang sudah berproduksi (Gambar 5, kanan). Entris diambil dari cabang plagiotrop dengan diameter sekitar 5–6 mm. Ciri cabang plagiotrop adalah pertumbuhan cabangnya yang menyamping /horizontal.

Gambar 5 Batang bawah siap sambung umur 2 tahun (kiri) dan pohon induk (kanan) sebagai sumber entris.

(5)

Pelaksanaan Penyambungan

Pemotongan batang bawah dilakukan pada batang yang memiliki diameter 5–6 mm (ruas ke tiga sampai ke lima dari pucuk). Diameter bidang sambungan batang bawah dan entris harus sama untuk semua perlakuan kecuali pada sambung celah (T0), yang ukuran entrisnya lebih kecil dari batang bawah. Penyayatan batang bawah disesuaikan dengan perlakuan yaitu 7 jenis teknik penyambungan. Kemudian entris dipotong disesuaikan dengan 4 jenis posisi entris yang masing-masing disayat sesuai dengan 7 jenis teknik penyambungan. Sebelum penyambungan dilakukan, daun entris disisakan sebanyak 2 helai dan dipotong satu per delapan dari luas daun. Setelah penyayatan, entris disisipkan pada batang bawah dan dibalut serta dibungkus dengan plastik transparan. Plastik pembungkus dapat dibuka pada saat sambungan telah mengalami pecah tunas. Sedangkan pelepasan plastik pembalut dilakukan pada umur 3 bulan setelah pecah tunas.

Pelaksanaan penyambungan untuk beberapa teknik penyambungan seperti di bawah ini:

a Sambung celah (T0).

1 Diameter bidang sambungan entris lebih kecil dari batang atas. 2 Batang bawah dipotong horizontal dan dibelah sepanjang 2 cm. 3 Entris dipotong sepanjang 1.5 cm membentuk baji (V)

4 Batang bawah dibelah sepanjang 2 cm, entris disisipkan pada belahan batang bawah tersebut dan salah satu sisi bidang sambungan harus sama. b Sambung celah (T1)

1 Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama. 2 Batang bawah dan entris dipotong seperti pada T0.

3 Entris disisipkan pada belahan batang bawah dan kedua sisi bidang sambungan tepat bersentuhan

c Sambung celah V (T2)

1 Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama.

(6)

3 Entris dipotong sepanjang 1.5 cm membentuk baji dan disisipkan pada batang bawah sampai seluruh bidang sayatan bersentuhan.

d Sambung diagonal tanpa selang (T3)

1 Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama. 2 Batang bawah dan entris dipotong diagonal sepanjang 1.5 cm.

3 Entris disisipkan pada batang bawah sampai seluruh bidang sayatan bersentuhan.

e Sambung diagonal dengan selang (T4)

1 Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama. 2 Batang bawah dipotong diagonal sepanjang 1 cm.

3 Selang dengan panjang 2 cm dan diameternya yang sudah disesuaikan dengan ukuran entris dan batang bawah, diselipkan pada bidang sambungan batang bawah sepanjang setengah bagian selang. Selanjut dibalut dengan plastik pembalut pada setengah panjang selang, kemudian pembalut tersebut dijepit.

4 Entris dipotong diagonal sepanjang 1 cm dan disisipkan melalui selang sampai seluruh bidang sayatan bersentuhan. Penjepit dilepas dan pembalutan dilanjutkan lagi.

f Sambung horizontal dengan selang (T5)

1 Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama. 2 Batang bawah dipotong horizontal

3 Selang panjang 1.5 cm dengan diameter yang juga sudah disesuaikan dengan ukuran entris dan batang bawah, diselipkan pada batang bawah setengah dari ukuran selang dan dibalut kemudian dijepit.

4 Entris dipotong horizontal dan disisipkan melalui selang sampai seluruh bidang sayatan bersentuhan. Penjepit dilepas kemudian dibalut lagi. g Sambung horizontal dengan pasak (T6)

1). Diameter bidang sambungan entris dan batang atas sama. 2). Batang bawah dan entris dipotong horizontal seperti teknik T5.

(7)

3). Entris dipasang pasak (panjang 2 cm) tepat pada tengah bidang sayatan sedalam 0.5 cm. Selanjutnya ujung pasak satunya ditancapkan pada tengah bidang sayatan batang bawah dan upayakan masing-masing bidang sayatan saling bersentuhan.

Pada semua teknik, setelah dilakukan pembalutan maka seluruh permukaan entris dibungkus dengan plastik transparan.

Perawatan tanaman

Perawatan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama/penyakit dan gulma serta pembuangan tunas yang tumbuh pada batang bawah. Penyiraman dilakukan dengan interval tiga hari sekali apabila tidak turun hujan. Pemupukan yang diberikan pada bibit berupa pupuk NPK (16:16:16) yang diberikan sebulan sekali setelah penyambungan dan diberikan dengan cara dilarutkan lalu disiram ke media dalam polybag. Pemberian NPK melalui penyiraman ini diupayakan agar pupuk cepat diserap oleh tanaman dan yang sangat penting agar

kemungkinan keracunan pupuk dapat dihindari. Pupuk NPK diberikan 1 gram/tanaman. Penggunaan pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit,

disesuaikan dengan keadaan serangan. Pembersihan gulma dilakukan sebulan sekali. Pembuangan tunas yang tumbuh pada batang bawah segera dilakukan supaya tidak mengganggu proses pertautan sambungan.

Pengamatan Persentase bibit jadi

Persentase bibit jadi (%) dihitung berdasarkan perbandingan jumlah bibit-sambung yang pecah tunas sampai 28 minggu setelah bibit-sambung (MSS) dengan jumlah tanaman yang disambung. Bibit-sambung kemungkinan akan terjadi dorman apabila tanaman tidak tumb uh tunas dalam waktu lama walaupun sambungannya tetap hijau. Bibit-sambung mati ditandai dengan warna hitam atau kecoklatan pada entris yang disambungkan.

(8)

Waktu pecah tunas

Waktu pecah tunas (hari) diamati setiap hari, dimulai dua minggu sampai tiga bulan setelah penyambungan, selanjutnya pengamatan dilakukan dengan interval dua hari sekali sampai 28 MSS. Kriteria bibit tanaman mengalami pecah tunas adalah jika tunas sudah menembus ke luar dan tunasnya tidak dorman (Gambar 6).

Gambar 6 Pecah tunas sempurna (kiri) dan tunas dorman (kanan).

Panjang tunas

Panjang tunas sambungan (mm) diukur dari pangkal tunas sampai ke buku teratas sambungan. Pengukuran dilakukan setiap empat minggu, yaitu mulai 12 MSS sampai 28 MSS.

Diameter tunas

Pengukuran diameter tunas sambungan (mm) menggunakan jangka sorong pada pertengahan ruas pertama dan pada bagian yang terlebar. Pengukuran dilakukan setiap delapan minggu, yaitu mulai 12 MSS sampai 28 MSS.

(9)

Jumlah daun

Jumlah daun (helai) yang diamati adalah daun yang tumbuh dari tunas sambungan. Tunas daun muda sudah dianggap sebagai daun apabila tunas sudah membuka dan bentuk daun sudah jelas terlihat (umur 3 – 4 hari setelah pecah tunas). Pengukuran dilakukan setiap empat minggu, yaitu mulai 12 MSS sampai 28 MSS.

Luas daun

Luas daun (cm2) diukur pada akhir penelitian dengan menggambar (menjiplak) semua daun sambungan pada kertas kemudian diukur dengan alat automatic area meter (Model AAM-9). Seluruh kertas jiplakan daun dari setiap tanaman yang akan diukur luasnya diletakkan satu per satu pada konveyor yang berjalan. Luasan daun yang telah diukur kemudian dapat dilihat pada layar yang terdapat pada alat tersebut.

Bobot basah dan bobot kering daun dan akar

Penimbangan bobot basah daun dan akar (g) dilakukan segera setelah sampel dipanen dan langsung di oven pada suhu 90 oC selama 1 jam, dilanjutkan suhu 60 oC selama 48 jam kemudian ditimbang untuk mendapatkan angka bobot kering (g).

Nisbah daun/akar

Perhitungan nisbah daun/akar dilakukan dengan cara membagi bobot basah daun dengan bobot basah akar.

Kandungan karbohidrat total dan nitrogen

Analisis karbohidrat total dan nitrogen (%) dilakukan terhadap daun dan akar pada minggu 28 setelah sambung. Pengukuran pada daun dilakukan terhadap daun pertama sambungan dan pada akar dilakukan terhadap akar muda. Analisis karbohidrat total dilakukan menggunakan metode Semogyi-Nelson (Lampiran 1) sedangkan analisis nitrogen dilakukan dengan metode Semi -Kjeldahl (Lampiran 2).

(10)

Nisbah C/N daun dan C/N akar

Nisbah C/N daun dan akar dihitung dengan cara membagi kandungan karbon (yang terdapat pada kandungan karbohidrat total) dengan kandungan nitrogen. Kandungan C (karbon) didapatkan dengan rumus:

6 X BA.C

x Persentase karbohidrat to tal BM C6H12O6

Ket: BA: berat atom; BM: berat molekul

Laju fotosintesis dan laju transpirasi

Pengukuran laju fotosintesis (µmol CO2/m2/detik) dan laju transpirasi (µmol H2O/cm2) dilakukan pada akhir penelitian antara jam 10.30–11.30 pada daun sambungan pertama dengan menggunakan alat leaf chamber analyser (LCA), Tipe LCA 4 (Gambar 7, kiri ).

Gambar 7 Leaf Chamber Analyser (kiri) dan mikroskop cahaya dan kamera digital (kanan) untuk pengambilan gambar anatomi jaringan.

(11)

Anatomi jaringan

Pengamatan anatomi jaringan bidang sambungan dilakukan pada akhir penelitian di bawah mikroskop cahaya binokuler dengan pembesaran 10 kali. Pengamatan anatomi jaringan menggunakan mikroskop dilakukan dengan membuat preparat irisan melintang dan membujur dalam keadaan segar. Pengambilan gambar terhadap penampang melintang dan membujur menggunakan kamera digital pada zoom optikal 4.0x (Gambar 7, kanan). Untuk menjadikan frame yang banyak menjadi satu gambar dilakukan pengolahan melalui komputer yaitu dengan menggunakan beberapa program antara lain Stitch, Photo Studio 5 dan Adobe Photoshop 7.0.

Gambar

Gambar 3  Ilustrasi teknik grafting T 0  (sambung celah,  ? -beda), T 1  (sambung  celah,  ? -sama), T 2  (sambung celah V), T 3  (sambung diagonal tanpa  selang), T 4  (sambung diagonal dengan selang), T 5  (sambung horizontal  dengan selang), T 6  (sambu
Gambar 5   Batang bawah siap sambung umur 2 tahun (kiri) dan pohon induk  (kanan) sebagai sumber entris
Gambar 6  Pecah tunas sempurna (kiri) dan tunas dorman (kanan).
Gambar 7  Leaf Chamber Analyser (kiri) dan mikroskop cahaya dan kamera digital  (kanan) untuk pengambilan gambar anatomi jaringan

Referensi

Dokumen terkait

Initial symptomatic treatment of patients with PD with selegiline in order to confer mild, symptomatic benefit prior to the institution of dopaminergic therapy may be

Pemodelan turbin angin secara keseluruhan disimulasikan menggunakan Matlab dengan masukan angin bervariasi mulai dari 2 m/s hingga 5 m/s untuk diketahui karakteristik

fungsi perawatan, konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa, 4) Fungsi Kuratif adalah fungsi

Di akord F minor pada birama 14 menggunakan pendekatan improvisasi dengan modus F Aeolian dan terdapat chromatic approach nada E di motif melodi terakhir yang dimana nada

Secara umum, sebagaimana contoh di atas jika pinjaman sebesar M, yang akan dilunasi secara anuitas tahunan sebesar A, selama n tahun, dengan suku bunga i pertahun, anuitas

Pemberian ekstrak etanol daun alpukat (Persea amaricana Mill) dapat mengurangi kerusakan pada ginjal tikus yang diinduksi etilen glikol yang dilihat melalui

Hubung singkat pada suatu penyulang dapat terjadi pada sisi atas trafo, kabel, rel dan pemutusan sirkit. Dalam hal ini perhitungan digunakan untuk menentukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh secara simultan dan parsial antara kepemilikan manajerial, profitabilitas dan leverage terhadap perataan laba