• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI GA 3 DAN PEMUPUKAN NPK TERHADAP KERAGAAN TANAMAN CABAI SEBAGAI TANAMAN HIAS POT YUSNITA SARI A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI GA 3 DAN PEMUPUKAN NPK TERHADAP KERAGAAN TANAMAN CABAI SEBAGAI TANAMAN HIAS POT YUSNITA SARI A"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI GA

3

DAN PEMUPUKAN NPK

TERHADAP KERAGAAN TANAMAN CABAI

SEBAGAI TANAMAN HIAS POT

YUSNITA SARI

A24051629

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

YUSNITA SARI. Pengaruh Konsentrasi GA3 dan Pemupukan NPK

terhadap Keragaan Tanaman Cabai sebagai Tanaman Hias Pot. (Dibimbing oleh KETTY SUKETI).

Tanaman cabai dapat dijadikan sebagai alternatif tanaman hias karena memiliki bentuk dan warna buah yang menarik. Pemberian GA3 pada tanaman cabai diharapkan dapat meningkatkan jumlah cabang dan mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai sehingga dapat meningkatkan keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot. Pemupukan NPK pada tanaman cabai diharapkan dapat mendukung pertumbuhan tanaman cabai dalam pot.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi GA3 dan dosis pemupukan NPK yang tepat untuk mendukung pertumbuhan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus. 2009, di green house Leuwikopo, IPB.

Penelitian menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok. Konsentrasi GA3 (0, 100, dan 200 ppm) sebagai petak utama dan dosis pemupukan NPK (0, 1.5, 3, dan 6ngnNPK/polybag) sebagai anak petak. Bahan tanaman yang digunakan adalah bibit cabai (Capsicum annuum) varietas Black Pataruman. Tanaman cabai ini memiliki bunga dan buah berwarna ungu, bentuk tanaman pendek, serta responsif terhadap pemupukan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi GA3 yang diberikan mengakibatkan pertumbuhan vegetatif tanaman semakin meningkat, namun pertumbuhan generatif tanaman semakin menurun sehingga terdapat korelasi negatif antara pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Berdasarkan hasil korelasi antar peubah pengamatan pada tanaman cabai diketahui bahwa peubah tinggi tanaman dipengaruhi oleh panjang ruas cabang sementara penyebab kerontokan buah dipengaruhi oleh jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman.

Dosis pupuk terbaik yang dapat mendukung pertumbuhan dan kualitas tanaman cabai ialah dosis 1.5 g NPK/polybag. Kombinasi perlakuan yang

(3)

ii memiliki pertumbuhan vegetatif dan generatif terbaik terdapat pada kombinasi tanpa. GA3 dan 1.5 g NPK/polybag.

Berdasarkan hasil uji keragaan tanaman cabai diketahui bahwa kombinasi perlakuan yang menghasilkan keragaan tanaman terbaik pada 10 MST terdapat pada tanaman dengan kombinasi perlakuan tanpa. GA3 dan 1.5.g.NPK/polybag, sedangkan keragaan tanaman terbaik pada 8.dan 13 MST terdapat pada tanaman dengan kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3.g.NPK/polybag.

(4)

PENGARUH KONSENTRASI GA

3

DAN PEMUPUKAN NPK

TERHADAP KERAGAAN TANAMAN CABAI

SEBAGAI TANAMAN HIAS POT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

YUSNITA SARI A24051629

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(5)

iv

Judul : PENGARUH KONSENTRASI GA3

DAN PEMUPUKAN

NPK TERHADAP KERAGAAN TANAMAN CABAI

SEBAGAI TANAMAN HIAS POT

Nama : Yusnita Sari

NIM : A24051629

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Ir. Ketty Suketi MSi. NIP 19610913 198601 2001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr. NIP 19611101 198703 1003

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, tanggal 11 Juni 1987. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Waluyo dan Ibu Sugiyani.

Latar belakang pendidikan penulis diawali dari TK Islam Nur Huda pada tahun 1993. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SDN Cipinang Melayu 05 pagi Jakarta, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 117 Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari SMUN 50 Jakarta pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selanjutnya tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis aktif di berbagai organisasi dan kepanitiaan. Pada tahun 2007 penulis menjadi anggota Departemen Perekonomian Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM-A), IPB. Tahun 2008 penulis menjadi sekretaris Departemen Fund Rising BEM-A, IPB. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan acara mahasiswa antara lain sebagai anggota Divisi Agrishop pada Festival Tanaman ke-28 (FESTA XXVIII), anggota Divisi Dana Usaha acara Olahraga Tahunan Fakultas Pertanian, serta menjadi Humas dan Dana Usaha acara Masa Perkenalan Fakultas Pertanian.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian mengenai pengaruh pemberian GA3 dan pemupukan NPK pada tanaman cabai hias ini terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak yaitu PT..Bina Usaha Flora yang telah menyediakan bibit tanaman dan Departemen Teknik Pertanian yang telah memberikan izin penggunaan green house sebagai tempat penelitian.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Ketty Suketi, MSi. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Sandra Arifin Azis, MS. dan Dr. Ir. Adiwirman, MS. sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran dalam perbaikan skripsi ini. Selanjutnya ucapan terima kasih disampaikan kepada PT. Bina Usaha Flora dan Departemen Teknik Pertanian IPB. Kepada kedua orang tua dan kakak penulis yang telah memberikan dorongan dan doa yang tulus, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Juni 2010 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... i.viii DAFTAR GAMBAR . ... i0 ix DAFTAR LAMPIRAN ... x PENDAHULUAN Latar Belakang ... 01 Tujuan ... 03 Hipotesis ... 03 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman ... 04 GA3 ... 05 Pupuk NPK ... 06 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 09 Bahan dan Alat ... 09 Metode Penelitian ... ... 09 Pelaksanaan Penelitian ... 10

Pengamatan ... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum ... 12

Korelasi Antar Peubah Pengamatan pada Tanaman Cabai ... .. 14

PengaruhKonsentrasiGA3terhadapPertumbuhan Vegetatif Tanaman Cabai ... 16

Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadapPertumbuhanGeneratif Tanaman Cabai ... 18

Pengaruh .Dosis .Pemupukan .NPK.terhadap Pertumbuhan. Vegetatif Tanaman Cabai ... 21

Pengaruh .Dosis .Pemupukan .NPK.terhadap Pertumbuhan .Generatif Tanaman Cabai ... 24

Interaksi Antara Konsentrasi GA3 dan Dosis Pemupukan NPK ... 26

Uji Keragaan Tanaman Cabai ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(9)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Sidik Ragam Tanaman Cabai ... 14

2. Korelasi Antar Peubah Pengamatan pada Tanaman Cabai ... 15

3. PengaruhnKonsentrasinGA3nterhadapnPanjangnRuasnCabangndan Diameter Batang Tanaman Cabai ... 18

4. PengaruhnDosisnPemupukannNPK terhadap Panjang Ruas Cabang dan Diameter Batang Tanaman Cabai ... 23

5. PengaruhnInteraksinKonsentrasinGA3 dannDosisnPemupukan NPK terhadap Diameter Batang Tanaman Cabai ... 26

6. PengaruhInteraksinKonsentrasinGA3ndannDosisnPemupukan NPK terhadap Jumlah Buah Cabai ... 27

7. PengaruhnInteraksinKonsentrasi GA3 dan DosisnPemupukannNPK terhadap Persentase Bunga Menjadi Buah Cabai ... 27

8. Hasil Uji Keragaan Tanaman Cabai pada 8 MST ... 29

9. Hasil Uji Keragaan Tanaman Cabai pada 10 MST ... 30

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Struktur Kimia GA3 ... 06 2. Keragaan Tanaman Cabai Hias yang Digunakan ... 09

3. Bibit Tanaman Cabai yang Digunakan Saat Penelitian ... 12

4. Pengaruh .Konsentrasi .GA3 .terhadap .Jumlah .Cabang .Primer dan Sekunder Tanaman Cabai ... 16

5. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Tinggi Tanaman Cabai ... 17

6. Perbandingan .Tinggi .Tanaman Cabai .pada Berbagai Konsentrasi GA3 pada 13 MST ... 17

7. PengaruhKonsentrasiGA3terhadapJumlahBungadanBuah Cabai 19

8. PengaruhnKonsentrasinGA3nterhadapnPersentase Kerontokan Buah 20

Cabai ... 9. Pengaruhn.KonsentrasinGA3nterhadapnPersentasenBunganMenjadi. Buah Cabai ... 21

10. Pengaruh DosisnPemupukanNPK.terhadapnJumlahCabang Primer dan Sekunder Tanaman Cabai ... 22

11. Pengaruh Dosis PemupukanNPK Pemupukan NPK terhadap Tinggi Tanaman Cabai ... 23

12. Pengaruh Dosis Pemupukan. NPKterhadapJumlah Bunga dan Buah Cabai ... 24

13. Pengaruh Dosis Pemupukan NPKnterhadap. Persentase Kerontokan Buah Cabai ... 25

14. Pengaruhn.Dosisn.PemupukannNPKn.terhadapn.PersentasenBungan Menjadi Buah Cabai ... 26

15. Keragaan Tanaman Cabai pada 8 MST ... 28

16. Keragaan Tanaman Cabai pada 10 MST ... 31

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peletakan Tanaman Cabai dalam Green House ... 40

2. Kriteria Uji Keragaan Tanaman Cabai ... 41

3. Hasil Analisis Media Tanam ... 42

4. Sidik Ragam Jumlah Cabang Primer Tanaman Cabai ... 42

5. Sidik Ragam Jumlah Cabang Sekunder Tanaman Cabai ... 43

6. Sidik Ragam Tinggi Tanaman Cabai ... 44

7. Sidik Ragam PengamatannPertumbuhannVegetatifndan Generatif Tanaman Cabai pada 13 MST ... 46

(12)

Latar Belakang

Produksi tanaman hias di Indonesia semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari volume ekspor tanaman hias yang terus meningkat. Pada tahun 2004 Indonesia mengekspor 14 065.154 ton tanaman hias. Pada tahun 2007 volume ekspor tanaman hias Indonesia meningkat menjadi 15.875.683 ton (Departemen Pertanian, 2010). Jenis tanaman yang diusahakan pun beragam mulai dari tanaman hias daun, bunga, dan buah. Banyaknya permintaan akan tanaman hias menyebabkan peluang pengembangan usaha agribisnis tanaman hias di Indonesia masih terbuka.

Salah satu alternatif tanaman yang dapat dijadikan sebagai tanaman hias adalah tanaman cabai karena tanaman ini memiliki bentuk dan warna buah yang menarik. Bosland dan Votava (1999) menyatakan bahwa tanaman cabai hias populer di Eropa dan Amerika Serikat. Menurut Hessayon (1993) tanaman cabai hias biasa disebut sebagai tanaman Christmas Pepper karena tanaman ini banyak tersedia dan diminati saat natal. Evans (1993) menyatakan tanaman cabai hias dijual ketika warna buah masak dan berwarna merah sebagai simbol keceriaan dan pesta yang meriah.

Tanaman cabai yang ditanam sebagai tanaman hias harus memenuhi persyaratan yang menambah keindahan tanaman diantaranya memiliki tinggi yang proporsional dalam pot serta memiliki banyak buah sebagai daya tariknya. Kerimbunan tanaman juga merupakan salah satu syarat keindahan tanaman cabai, dimana semakin rimbun tanaman maka diharapkan jumlah cabang generatif yang menghasilkan buah juga semakin banyak. Pemberian Giberelin diketahui dapat memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman.

Menurut Sembiring dan Simatupang (1992) pemberian Gibberellic Acid (GA3) dapat meningkatkan jumlah cabang primer pada tanaman cabai. Peningkatan jumlah cabang diharapkan dapat meningkatkan jumlah buah sehingga dapat menambah keindahan tanaman cabai. Menurut Misra (1995) pemberian GA3 diketahui dapat meningkatkan jumlah cabang pada tanaman nilam (Pogostemon cablin).

(13)

2 Menurut Ogawa et al. (1993) GA3 dapat menginduksi pembungaan pada tanaman spathiphyllum (Spathiphyllum patinii). Budiarto dan Wuryaningsih (2007) menyatakan bahwa GA3 dapat mempercepat pembungaan dan meningkatkan jumlah bunga pada tanaman anthurium. Menurut Nasihin dan Qodriyah (2008) pemberian GA3 diketahui dapat menstimulasi pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman krisan. Pada penelitian tersebut diketahui bahwa pemberian 150 ppm GA3 pada tanaman krisan dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif serta mempercepat pembungaan dan umur panen krisan.

Kerontokan buah merupakan masalah dalam bertanam cabai. Penyebab kerontokan buah pada tanaman cabai dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Ganefianti et al., 2006). Kerontokan buah dapat mengurangi jumlah buah yang dihasilkan tanaman sehingga dapat menurunkan kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias.

Menurut Haryantini dan Santoso (2000) pemberian GA3 dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai merah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui pemberian 100 ppm GA3 pada tanaman cabai merah yang diberikan saat 30 dan 50 HST dapat menurunkan tingkat kerontokan buah hingga.5%.

Banyaknya buah dapat menambah daya tarik cabai sebagai tanaman hias pot. Oleh karena itu, untuk meningkatkan jumlah cabang dan mengatasi masalah kerontokan buah pada tanaman cabai dapat dilakukan pemberian GA3 pada beberapa konsentrasi yang paling baik untuk tanaman.

Pemberian GA3 pada tanaman cabai dapat diimbangi dengan pemberian pupuk NPK untuk mendukung pertumbuhan tanaman cabai dalam pot. Menurut Adams et al. (1993) tanaman yang ditanam dalam pot memiliki perakaran yang terbatas sehingga menyebabkan kebutuhan kritis tanaman terhadap udara, air, dan nutrisi. Penambahan nutrisi pada tanaman dalam pot yang memiliki volume kecil dapat mengakibatkan penumpukan garam mineral karena itu diperlukan pemupukan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan tanaman dalam pot. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) pemupukan merupakan suatu usaha penyediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil yang maksimal.

(14)

Menurut Sumarni dan Rosliani (2001) pemberian 2 g/l NPK yang diaplikasikan tiga hari sekali pada tanaman cabai menghasilkan jumlah buah terbanyak. Menurut Sardjono (2004) pemberian 3 g NPK/polybag meningkatkan diameter tajuk tanaman, jumlah daun, dan tinggi tanaman kubis hias.

Pemupukan yang tepat dapat mendukung pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Oleh karena itu, untuk mendukung pertumbuhan tanaman cabai dalam pot dapat dilakukan dengan pemberian pupuk NPK pada beberapa dosis perlakuan.

Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian GA3 dan pemupukan NPK terhadap keragaan tanaman cabai, serta mengetahui konsentrasi GA3 dan dosis pupuk NPK yang tepat untuk mendukung pertumbuhan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot.

Hipotesis

1. Semakin tinggi konsentrasi GA3 maka jumlah cabang yang dihasilkan tanaman semakin banyak sehingga dapat meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan tanaman cabai.

2. Semakin tinggi konsentrasi GA3 maka tingkat kerontokan buah pada tanaman cabai semakin berkurang.

3. Semakin tinggi dosis pupuk NPK yang diberikan maka pertumbuhan tanaman cabai semakin meningkat.

4. Terdapat konsentrasi GA3 dan dosis pupuk NPK yang paling sesuai dalam meningkatkan keragaan dan pertumbuhan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) cabai merupakan tanaman herba, sebagian besar tanaman menjadi berkayu pada pangkal batangnya, dan beberapa jenis menjadi tanaman semak. Poulus (1994) menyatakan bahwa terdapat 5.spesies domestikasi dan 25.spesies liar pada tanaman cabai. Deskripsi dari kelima jenis tanaman cabai menurut Kusandriani (1996) dan Djarwaningsih (2005), yaitu:

1. Capsicum annuum memiliki tangkai daun panjang. Bentuk daun bulat telur atau lanset, agak kaku, berwarna hijau sampai hijau tua. Daun tumbuh pada tunas samping secara berurutan, sedangkan pada batang utama daun tersusun secara spiral. Setiap bunga tersusun dari lima atau enam mahkota bunga yang berwarna putih atau ungu tergantung kultivarnya. Tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis tergantung varietas. Buah tunggal pada setiap ruas bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, dan tingkat kepedasan. Warna buah masak bervariasi dari merah, jingga, kuning, dan keunguan.

2. Capsicum frutescens memiliki tangkai daun pendek dengan helaian daun berbentuk bulat telur. Mahkota bunga berwarna kehijauan tanpa bintik kuning pada dasar tabung mahkota bunga. Tangkai bunga saat anthesis tegak. Buah tunggal kadang berpasangan atau lebih di setiap ruas. Buah yang telah masak berwarna merah.

3. Capsicum chinense memiliki sifat tanaman yang hampir sama dengan Capsicum annuum, perbedaannya terdapat pada sifat bunga. Mahkota bunga berwarna putih kehijauan, kadang berwarna putih susu atau ungu, dan tidak terdapat bintik kuning pada dasar tabung mahkotanya. Tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis. Buah majemuk berjumlah dua atau lebih pada setiap ruas. Warna buah masak merah, jingga, kuning, atau coklat.

(16)

4. Capsicum baccatum memiliki tangkai daun panjang. Bunga tunggal dengan bentuk tangkai merunduk atau tegak setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna putih dengan bercak kuning pada tabung mahkotanya. Buah tunggal muncul di setiap ruas. Warna buah masak bervariasi mulai dari jingga, kuning sampai merah.

5. Capsicum pubescens memiliki bunga tunggal dengan bentuk tangkai tegak setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna ungu, kadang berwarna putih pada ujung tabung mahkota bunga. Buah tunggal atau berjumlah 2-3 berada di setiap ruas dengan posisi buah menggantung. Buah berbentuk bulat telur. Warna buah masak merah, jingga, atau coklat.

Cabai dapat hidup dari daerah dataran rendah sampai daerah dataran tinggi pada temperatur 24-27oC dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Cabai dapat ditanam di sawah dan tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat, dan cukup air. Tanaman cabai dapat tumbuh optimal pada pH 5.5-7. Cabai membutuhkan perairan yang cukup. Kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, tanaman kerdil, kurus, layu bahkan mati (Rubatzky dan Yamaguchi, 1997).

Tanaman cabai dapat digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki warna dan bentuk buah yang menarik. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) tanaman cabai memiliki warna buah yang bervariasi yaitu, hijau, kuning atau ungu ketika masih muda, kemudian berubah warna menjadi merah, jingga, atau kuning. Bentuk buah pada tanaman cabai juga beragam yaitu linier, kerucut, bulat, dan kombinasi.

Menurut Djarwaningsih (2005) jenis cabai yang berpotensi sebagai tanaman hias adalah Capsicum chinense dan Capsicum pubescens karena Capsicumnchinense memiliki bentuk buah yang beragam dan variasi warna buah yang menarik, sedangkan Capsicum pubescens memiliki bunga dan buah yang berwarna ungu.

GA3

GA3 merupakan hormon tumbuhan dalam kelompok giberelin. Hormon tumbuhan adalah senyawa yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan atau

(17)

6 disebut juga sebagai hormon endogen. Menurut Salisbury dan Ross (1995b) tanaman secara alami memiliki hormon endogen. Hormon endogen adalah senyawa yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian lain, serta pada konsentrasi yang sangat rendah dapat menimbulkan suatu respon fisiologis. Sebagian besar hormon endogen tanaman berada pada jaringan meristem.

Menurut Wattimena (1988) giberelin terdapat secara alami pada organ tanaman yaitu pada bagian akar, tunas, mata tunas, bintil akar, buah, serta jaringan halus. Giberelin pada tanaman berperan dalam pemanjangan sel, memperbesar luas permukaan daun, pembungaan, serta berpengaruh terhadap besar bunga dan buah yang dihasilkan. Menurut Salisbury dan Ross (1995b) GA3 merupakan senyawa giberelin yang paling umum digunakan. Struktur kimia GA3 ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Kimia GA3

Pupuk NPK

Tanaman memerlukan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhannya (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Oleh karena itu untuk menambah asupan unsur hara pada tanaman dapat dilakukan dengan pemberian pupuk.

Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) pupuk adalah bahan untuk diberikan kepada tanaman baik langsung maupun tidak langsung, guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi, atau untuk memperbaiki kualitasnya. Pemupukan merupakan suatu usaha penyediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil yang maksimal.

(18)

Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang memiliki kandungan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung beberapa unsur pupuk. Komposisi dan kadar dari pupuk majemuk dibuat berdasarkan kebutuhan.

Menurut Sarief (1985) keuntungan pemberian pupuk majemuk ialah lebih efisien karena pemupukan dapat dilakukan tanpa pencampuran pupuk. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa keuntungan agronomis dari penggunaan pupuk majemuk ialah dapat menyesuaikan campuran pupuk dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah.

Unsur N yang terdapat pada pupuk NPK berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Tanaman yang kekurangan N memiliki pertumbuhan yang terhambat, tanaman menjadi kerdil, sistem perakaran terbatas, daun menjadi kuning atau hijau kekuningan dan cepat rontok (Soepardi, 1983). Leiwakabessy et al. (2003) menyatakan bahwa kelebihan unsur N dapat memperpanjang umur tanaman dan memperlambat proses pematangan.

Unsur P memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan generatif pada tanaman. Soepardi (1983) menyatakan bahwa unsur P memiliki pengaruh yang menguntungkan yaitu berperan dalam pembentukan bunga, buah dan biji. Selain itu unsur P juga berperan dalam pembelahan dan perkembangan sel, serta kematangan tanaman. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) unsur P berperan dalam pemecahan karbohidrat, penyimpanan serta peredaran energi ke seluruh tanaman dalam bentuk ATP dan ADP. Unsur P juga berperan dalam pembelahan sel.

Hanafiah (2005) menyatakan bahwa gejala defisiensi P ditandai dari tajuk atau daun muda berwarna hijau dan pertumbuhan tanaman kerdil akibat tertundanya pembelahan sel. Pada stadia perkecambahan, tanaman yang kekurangan unsur P dapat mengakibatkan timbulnya warna hijau gelap keunguan, kemudian tanaman menjadi kuning. Kekurangan unsur P pada tanaman juga dapat menyebabkan terganggunya penyerbukan, serta tertundanya pembentukan dan pematangan buah. Gejala kelebihan P ditandai dengan terjadinya kematangan dini pada tanaman.

(19)

8 Unsur K memiliki peranan penting dalam proses fotosintesis (Gardner et al., 1991). Menurut Salisbury dan Ross (1995) K merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Leiwakabessy dan Sutandi (2004) menyatakan bahwa unsur K memiliki peranan dalam pembelahan sel, pembentukan karbohidrat, translokasi gula, dan sintesis protein.

Menurut Soepardi (1983) tanaman yang kekurangan K mengakibatkan daun kering dan terbakar sehingga fotosintesis tanaman terganggu. Gejala kelebihan K juga dapat mengakibatkan fotosintesis tanaman terganggu karena terjadi penurunan kadar magnesium pada daun.

(20)

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2009, di green house Leuwikopo, kampus IPB Darmaga, Bogor. Analisis media tanam dilakukan di Balai Penelitian Tanah, Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan antara lain bibit tanaman cabai hias varietas Black Pataruman (ORP-11) yang telah berumur 4 minggu. Tanaman cabai yang digunakan termasuk kedalam spesies Capsicum annuum (Gambar 2). Bahan lain yang digunakan yaitu pupuk NPK (15-15-15) dan GA3. Alat yang digunakan ialah polybag berdiameter 15 cm dengan volume 700 ml, bak semai, timbangan digital, sprayer, dan jangka sorong. Media tanam yang digunakan ialah tanah, pupuk kandang, dan arang sekam dengan perbandingan 1: 1: 1.

b c

a

Gambar 2. Keragaan Tanaman Cabai Hias yang Digunakan; (a) keragaan tanaman cabai, (b) bunga dan buah cabai yang masih muda, (c) buah cabai yang telah masak dan berubah warna menjadi warna merah.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan ialah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Aplikasi

(21)

10 GA3 sebagai petak utama dengan 3 taraf konsentrasi yaitu 0, 100, dan 200.ppm.GA3. Pemupukan NPK sebagai anak petak dengan empat dosis pemberian yaitu 0, 1.5, 3, dan 6 g NPK/polybag. Setiap perlakuan terdiri dari 4.ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari lima tanaman, sehingga terdapat 240 tanaman yang diamati. Model matematik yang digunakan dalam penelitian ini ialah :

Yijk = µ + δi + Gj +(δ*G)ij +Pk+ (G*P)jk + ε ijk Keterangan :

Yijk = Respon perlakuan µ = Rataan umum δi = Pengaruh ulangan

Gj = Pengaruh faktor utama (aplikasi GA3) (δ*G)ij = Galat I (interaksi ulangan x GA3)

Pk = Pengaruh faktor anak petak (pemupukan NPK) (G*P)jk = Pengaruh interaksi GA3 dan pemupukan NPK εijk = Galat percobaan

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Bibit yang digunakan ialah bibit cabai yang berumur 4 minggu dari PT.nBina Usaha Flora, Cianjur, Jawa Barat. Bibit tersebut kemudian dipindahkan ke dalam polybag berdiameter 15 cm. Peletakan tanaman dalam green house disajikan pada Lampiran 1.

Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada saat tanam, 2.MST, dan 4.MST. Pemupukan dilakukan dengan membenamkan butiran pupuk di sekitar tanaman. Pemberian GA3 dilakukan dengan cara menyemprotkan ke seluruh permukaan tanaman masing-masing sebanyak 20 ml. Pemberian GA3 dilakukan duankali, yaitu pada minggu ketiga dan keenam. Pemeliharaan tanaman dilakukan setiap minggu, begitu pula dengan pengendalian gulma. Pengendalian hama dengan insektisida dilakukan setiap dua minggu.

(22)

Pengamatan

Peubah yang diamati pada tanaman cabai hias mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Cayanti (2006) dan Nurlaelia (2007).

- Pengamatan pertumbuhan vegetatif dilakukan setiap minggu meliputi: jumlah cabang primer, sekunder, dan tinggi tanaman. Pada akhir pengamatan dilakukan pengukuran panjang ruas cabang dan diameter batang. Pengukuran panjang ruas cabang dilakukan dengan mengukur ruas cabang dari titik dikotomus hingga ruas cabang terakhir.

- Pengamatan pertumbuhan generatif dilakukan setiap dua hari setelah tanaman berbunga meliputi: jumlah bunga dan buah yang dihasilkan, jumlah buah rontok, serta persentase bunga yang menjadi buah

- Korelasi antar peubah pengamatan pada tanaman cabai dilakukan untuk mengetahui hubungan keeratan dari masing-masing peubah yang diamati. - Uji keragaan tanaman cabai. Uji keragaan tanaman cabai dilakukan pada 8,

10, dan 13.MST. Uji keragaan tanaman cabai dilakukan sebanyak tiga kali karena pada 8.dan 10 MST jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman cabai masih sedikit karena beberapa tanaman mulai berbunga saat 13 MST. Tanaman cabai yang digunakan dalam uji keragaan tanaman dipilih secara acak dan mewakili setiap perlakuan. Uji keragaan tanaman cabai ini dinilai oleh panelis yang berjumlah 5 orang pada uji keragaan pertama (8 MST), 7.orang pada uji keragaan kedua (10.MST), dan 14 orang pada uji keragaan ketiga (13 MST). Kriteria yang diamati meliputi: tinggi tanaman, kesegaran tanaman, komposisi warna daun, ketahanan terhadap hama dan penyakit, jumlah bunga dan buah yang dihasilkan, serta keragaan tanaman secara keseluruhan (Lampiran 2). Penilaian pada uji keragaan tanaman cabai ini dinilai dengan skala satu sampai lima yaitu (1) sangat tidak suka, (2) tidak suka, (4) suka, dan (5) sangat suka.

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Suhu rata-rata harian dalam green house berkisar antara 27-28oC dengan kelembaban sekitar 69%. Suhu tertinggi sebesar 33oC dan suhu terendah sebesar 23oC. Hasil analisis media tanam menunjukkan kandungan N 0.23% (sedang), P.201.mg/100.g (sangat tinggi) dan K 141 mg/100.g (tinggi). Tekstur tanah liat (71%) dan pH tanah 5.4 (Lampiran.3).

Persentase pertumbuhan bibit tanaman cabai mencapai 99% karena bibit yang digunakan merupakan bibit cabai yang vigor dan seragam. Bibit tanaman cabai yang digunakan merupakan tanaman yang telah digunakan sebagai tanaman cabai hias (Gambar 3). Tanaman ini memiliki bunga dan buah yang berwarna ungu, bentuk tanaman pendek, dan responsif terhadap pemupukan. Pada akhir pengamatan warna buah pada beberapa tanaman berubah warna menjadi warna merah. Varietas cabai yang digunakan termasuk kedalam spesies Capsicum annuum. Menurut Kusandriani (1996) Capsicum annuum memiliki ciri yaitu mahkota buah berwarna ungu, bunga tunggal di setiap ruas, dan biji berwarna kuning jerami.

Gambar 3. Bibit Tanaman Cabai yang Digunakan Saat Penelitian

Tanaman cabai rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Saat penelitian berlangsung terdapat serangan hama dan penyakit. Hama yang

(24)

menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun (Myzus persicae), kutu kebul (Bemisia tabaci), tungau kuning (Polypagotarsonemus sp.), ulat grayak (Spodoptera litura), dan semut. Serangan tungau menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, daun kecil, dan mengeriting sehingga mengurangi keragaan tanaman cabai. Hama kutu daun mulai menyerang pada minggu ke-4. Pada 4 MST sebanyak lima tanaman mati karena penyakit layu, untuk menanggulangi penyebaran hama dan penyakit dilakukan penyemprotan insektisida setiap dua minggu sampai akhir pengamatan (13 MST).

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan GA3 meningkatkan jumlah cabang, tinggi tanaman, serta panjang ruas cabang tanaman cabai. Perlakuan GA3 menyebabkan pertumbuhan vegetatif pada tanaman meningkat namun pertumbuhan generatif tanaman terhambat. Tanaman tanpa perlakuan GA3 mulai memasuki fase generatif pada 4 MST, sedangkan tanaman dengan aplikasi 100 dan 200 ppm GA3 menghasilkan bunga secara serentak pada 12.dan 13.MST.

Perlakuan GA3 belum dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai, diduga karena terjadi kesalahan dalam waktu pemberian GA3. Pemberian GA3 dilakukan ketika tanaman masih berada dalam fase vegetatif sehingga perlakuan GA3 meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan menekan pembungaan tanaman cabai, sedangkan menurut Haryantini dan Santoso (2000) waktu pemberian GA3 yang dapat menurunkan tingkat kerontokan buah cabai merah yaitu saat 30.dan 50 HST.

Pada perlakuan pemupukan NPK, tanaman dengan perlakuan 1.5.g.NPK/polybag memiliki pertumbuhan vegetatif dan generatif terbaik, sedangkan tanaman dengan perlakuan 6.g.NPK/polybag menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif terendah. Berdasarkan hasil uji keragaan tanaman cabai, kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3.g.NPK/polybag lebih disukai panelis pada 8 dan 13.MST, karena tanaman tersebut dinilai panelis memiliki tinggi yang proporsional dengan pot, warna daun terbaik, serta jumlah bunga dan buah terbanyak. Hasil rekapitulasi sidik ragam antar peubah pengamatan pada tanaman cabai ditunjukkan pada Tabel.1.

(25)

14 Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam Tanaman Cabai.

Peubah G P G*P KK (%)

Jumlah Cabang Primer

1 MST tn tn tn 19.23t

2 MST ** ** tn 9.41a

3 MST ** ** tn 11.88a

4 MST ** ** tn 11.05a

5 MST tn ** tn 8.81a

Jumlah Cabang Sekunder

5 MST ** ** tn 29.20t 6 MST ** ** tn 20.04a 7 MST ** ** tn 16.42a 8 MST tn * tn 20.85a 9 MST tn ** tn 16.62a 10 MST tn ** tn 17.62a Tinggi Tanaman 1 MST * tn tn 5.84a 2 MST ** ** tn 4.46a 3 MST ** ** tn 4.08a 4 MST ** ** ** 3.87a 5 MST ** ** * 3.83a 6 MST ** ** tn 4.49a 7 MST ** ** tn 4.53a 8 MST ** ** tn 4.42a 9 MST ** ** tn 4.32a 10 MST ** ** tn 4.47a Diameter Batang tn ** * 9.53t

Panjang Ruas Cabang ** * tn 11.15t

Jumlah Bunga Total ** ** tn 20.44t

Jumlah Buah ** ** ** 28.98t

Persentase Kerontokan Buah ** tn tn 40.07t Persentase Bunga yang Menjadi Buah ** ** ** 24.92t Rasio Panjang dan Diameter Buah ** tn tn 5.20t Keterangan: G : Perlakuan GA3 ** : Berpengaruh nyata pada taraf 1%

P : Pemupukan NPK * : Berpengaruh nyata pada taraf 5% MST : Minggu Setelah Tanam tn : Tidak berbeda nyata

t : Angka hasil transformasi (x+0.5)1/2

Korelasi Antar Peubah Pengamatan pada Tanaman Cabai

Korelasi antar peubah pengamatan pada tanaman cabai dilakukan untuk melihat keeratan antar peubah yang diamati. Hasil korelasi menunjukkan terdapat hubungan negatif antara pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman cabai, dimana semakin tinggi pertumbuhan vegetatif tanaman menyebabkan pertumbuhan generatif tanaman semakin rendah (Tabel 2).

(26)

Tabel 2. Korelasi Antar Peubah Pengamatan pada Tanaman Cabai.

Keterangan : ** : Berpengaruh nyata pada taraf 1% tn : Tidak berbeda nyata

JC TT RC DB BG BH BR JC 1.0000tn TT -0.0720tn -1.0000** RC 0.1261tn -0.8685** -1.0000** DB -0.1117tn -0.1967tn -0.3794** 1.0000tn BG -0.0504tn -0.8783** -0.6929** 0.0337tn 1.0000** BH -0.0677tn -0.8369** -0.6492** 0.0657tn 0.9619** 1.0000** BR -0.0291tn -0.7681** -0.5885** 0.0112tn 0.8785** 0.8300** 1.0000

JC : Jumlah Cabang TT : Tinggi Tanaman

RC : Ruas Cabang DB : Diameter Batang

BG : Jumlah Bunga BH : Jumlah Buah

BR : Buah Rontok

Berdasarkan hasil korelasi antar peubah pengamatan pada tanaman cabai dapat dilihat bahwa peubah tinggi tanaman berkorelasi positif dengan ruas cabang sehingga semakin panjang ruas cabang maka tinggi tanaman akan semakin tinggi. Menurut Nasihin dan Qodriyah (2008) panjang ruas cabang berkaitan erat dengan tinggi tanaman.

Tinggi tanaman berkorelasi negatif dengan jumlah bunga, buah, dan buah rontok. Hal ini terjadi karena tanaman dengan perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 meningkatkan tinggi tanaman, namun jumlah bunga dan buah yang dihasilkan, serta jumlah buah rontok semakin berkurang.

Jumlah bunga yang dihasilkan berkorelasi positif dengan jumlah buah sehingga semakin banyak bunga yang dihasilkan tanaman mengakibatkan jumlah buah yang dihasilkan juga semakin banyak. Jumlah bunga yang dihasilkan juga berkorelasi positif dengan jumlah buah rontok. Semakin banyak bunga yang dihasilkan tanaman maka jumlah buah rontok juga semakin banyak. Jumlah buah rontok berkorelasi positif dengan jumlah bunga dan buah yang dihasilkan sehingga kerontokan buah pada tanaman dipengaruhi oleh jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman.

(27)

16

Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan Vegetatif

Tanaman Cabai

Perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman cabai seperti peningkatan jumlah cabang primer dan sekunder, tinggi tanaman dan panjang ruas cabang tanaman cabai. Peningkatan konsentrasi GA3 menyebabkan peningkatan jumlah cabang primer dan tinggi tanaman cabai. Peningkatan jumlah cabang pada tanaman cabai diharapkan dapat meningkatkan jumlah cabang produktif yang menghasilkan buah sehingga meningkatkan kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias.

Pemberian 100 dan 200 ppm GA3 menghasilkan jumlah cabang primer dan sekunder lebih banyak dibanding tanpa perlakuan GA3 (Gambar 4). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sembiring dan Simatupang (1992) dimana pada penelitian tersebut diketahui bahwa pemberian 30 ppm GA3 meningkatkan jumlah cabang primer pada tanaman cabai.

0 2 4 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur Tanaman (MST) J u m lah C a ba ng 0 ppm GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3 Cabang Sekunder Cabang Primer a b b a a b b a b a b a

Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Jumlah Cabang Primer dan Sekunder Tanaman Cabai.

Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

Perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 secara nyata meningkatkan tinggi tanaman cabai (Gambar.5). Peningkatan konsentrasi GA3 menyebabkan tinggi tanaman cabai semakin meningkat, namun hal ini dapat mengurangi keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias karena konsumen lebih menyukai tanaman

(28)

cabai yang pendek dengan tinggi yang proporsional dalam pot. Perbandingan tinggi tanaman dengan aplikasi GA3 ditunjukkan pada Gambar 6. Pada penelitian ini tanaman dengan aplikasi 100 dan 200 ppm GA3 memiliki tinggi yang kurang proporsional. Menurut Starman (1993) tanaman cabai hias ditanam pada pot berdiameter 10 cm dengan tinggi proporsional antara 15 sampai 20.cm.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 5 10 15 20 25 30 35 Umur Tanaman (MST) T inggi T anam an (C m ) 0 ppm GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3 b a b b a c b a b b b b b b a a a a a a a

Gambar 5. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Tinggi Tanaman Cabai. Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama

tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

Tanpa GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3

Gambar 6. Perbandingan Tinggi Tanaman Cabai pada Berbagai Konsentrasi GA3 pada 13.MST

(29)

18 Peningkatan tinggi pada tanaman cabai juga berpengaruh terhadap ukuran polybag yang digunakan. Pada penelitian ini tanaman cabai dengan perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 menghasilkan tanaman yang tinggi sehingga polybag yang digunakan sudah tidak sesuai karena terlalu kecil. Ukuran polybag tersebut membatasi sistem perakaran pada tanaman cabai. Hal ini dapat mengakibatkan perakaran tanaman terganggu dan berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara sehingga menyebabkan terjadinya kerontokan daun pada tanaman cabai.

Perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 meningkatkan panjang ruas cabang pada tanaman cabai, sedangkan pada pengamatan diameter batang perlakuan GA3 tidak berpengaruh nyata (Tabel 3). Menurut Goldsworthy dan Fisher (1992) pemanjangan batang dikendalikan oleh hormon terutama giberelin. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa giberelin dapat meningkatkan pembelahan sel yang mengarah pada pemanjangan batang dan perkembangan daun muda. Menurut Nasihin dan Qadiyah (2008) pemberian GA3 meningkatkan panjang ruas pada tanaman krisan.

Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Panjang Ruas Cabang dan Diameter Batang Tanaman Cabai.

Perlakuan Panjang Ruas Cabang Diameter Batang

Tanpa GA3 2.96 b 0.54 a

100 ppm GA3 4.22 a 0.57 a

200 ppm GA3 4.13 a 0.54 a

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%

Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Pertumbuhan Generatif

Tanaman Cabai

Tanaman tanpa aplikasi GA3 mulai memasuki fase generatif pada 4.MST. Perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 menyebabkan pertumbuhan generatif tanaman terhambat. Perlakuan tanpa aplikasi GA3 menghasilkan jumlah bunga dan buah terbanyak, persentase kerontokan buah terbesar, dan persentase bunga menjadi buah tertinggi. Semakin tinggi konsentrasi GA3 yang diberikan menyebabkan penurunan jumlah bunga, buah, dan persentase bunga menjadi buah.

(30)

Jumlah bunga dan buah tertinggi dihasilkan oleh tanaman tanpa aplikasi GA3 (Gambar7).Jumlah buah yang dihasilkan tanaman tanpa aplikasi GA3 lebih banyak karena tanaman tersebut mulai memasuki fase generatif pada 4 MST, sedangkan tanaman dengan perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 berbunga secara serentak pada 12 dan 13 MST. Menurut Haryadi (1996) tanaman tersebut memiliki fase vegetatif yang dominan dibanding fase generatif. Hal ini ditandai dengan penggunaan karbohidrat yang lebih dominan dibanding penumpukannya, sehingga pembungaan dan pembuahan tidak terjadi atau tertekan karena sedikit karbohidrat yang tersisa untuk pembentukan kuncup bunga, buah, dan biji.

0 10 20 30 40 50 0

0 ppm GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3

Ju ml a h 6 Bunga Mekar Buah a a b b b b

Gambar 7. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Jumlah Bunga dan Buah Cabai.

Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

Persentase kerontokan buah pada tanaman cabai cukup tinggi. Hal ini dapat mengurangi keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias. Menurut Hessayon (1993) tanaman cabai hias merupakan jenis tanaman hias buah. Banyaknya buah yang dihasilkan dapat meningkatkan keragaan cabai sebagai tanaman hias.

Perlakuan tanpa aplikasi GA3 memiliki persentase kerontokan buah terbesar dibanding dengan perlakuan pemberian GA3 (Gambar 8). Tanaman tanpa aplikasi GA3 memiliki persentase kerontokan buah mencapai 66.74%, sedangkan

(31)

20 tanaman dengan aplikasi 100 ppm GA3 memiliki persentase kerontokan buah lebih sedikit yaitu sebesar 37.22%. Menurut Haryantini dan Santoso (2000) pemberian 100 ppm GA3 dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai.

Pada penelitian ini pemberian 100 dan 200 ppm GA3 belum dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai, karena pemberian GA3 mengakibatkan pertumbuhan generatif tanaman cabai terhambat. Menurut Kalie (1999) tingginya kerontokan buah pada tanaman dapat disebabkan beberapa faktor antara lain karena faktor genetis tanaman itu sendiri seperti ketidaksesuaian antara putik dan benang sari saat pembuahan ataupun karena faktor luar seperti lingkungan, hama, dan penyakit.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

0 ppm GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3

(%

)

Persentase Buah Rontok a

b

b

Gambar 8. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Persentase Kerontokan Buah Cabai.

Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%. Tingginya kerontokan buah pada tanaman cabai menyebabkan persentase bunga menjadi buah (fruit set) tanaman menjadi rendah. Fruit set menunjukkan banyaknya buah yang dihasilkan tanaman. Semakin besar fruit set yang dihasilkan maka semakin banyak jumlah buah yang terbentuk.

Tanaman cabai dapat digunakan sebagai tanaman hias karena memiliki bentuk dan buah yang menarik. Banyaknya buah dapat menambah keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias. Pada penelitian ini tanaman yang memiliki

(32)

fruit.set tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa aplikasi GA3 (Gambar 9). Peningkatan konsentrasi GA3 menyebabkan penurunan kemampuan fruit set pada tanaman. Menurut Sembiring dan Simatupang (1992) pemberian GA3 menurunkan kemampuan tanaman untuk berbunga.

0 5 10 15 20 25 30

0 ppm GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3 Perlakuan

(%)

Persentase Bunga Menjadi Buah a

b

b

Gambar 9. Pengaruh Konsentrasi GA3 terhadap Persentase Bunga Menjadi Buah Cabai.

Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Cabai

Tanaman dengan perlakuan pemupukan 1.5.g.NPK/polybag memiliki pertumbuhan vegetatif terbaik, sedangkan tanaman yang memiliki pertumbuhan vegetatif terendah terdapat pada perlakuan 6.g.NPK/polybag. Perlakuan 1.5.g.NPK/polybag meningkatkan jumlah cabang dan tinggi tanaman.

Tanaman dengan perlakuan 1.5 g NPK/polybag memiliki jumlah cabang primer terbanyak (Gambar 10). Pemberian 1.5ngnNPK/polybag dinilai efektif dalam meningkatkan jumlah cabang. Berdasarkan hasil analisis media tanam yang dilakukan sebelum penanaman diketahui kandungan N tanah rendah (Lampiran.3). Menurut Soepardi (1983) unsur N yang terdapat pada pupuk NPK berperan dalam merangsang pertumbuhan tanaman.

Tanaman dengan perlakuan 6 g NPK/polybag memiliki jumlah cabang primer terendah diduga pada dosis tersebut penyerapan unsur hara tanaman sudah

(33)

22 tidak efektif lagi. Menurut Salisbury dan Ross (1995a) konsentrasi hara pada tanah berada dalam daerah beracun, dimana penambahan unsur hara pada tanaman menyebabkan pertumbuhan tanaman menurun.

0 2

Pada pengamatan cabang sekunder, tanaman cabai yang diberi pupuk menghasilkan cabang sekunder lebih banyak dibandingkan tanpa pemupukan NPK.mMenurut Gardner.et.al. (1991) air dan mineral berpengaruh terhadap pertumbuhan cabang. 4 J u 6 8 10 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur Tanaman (MST) m lah C ab ang 0 g NPK/poly bag 1,5 g NPK/poly bag 3 g NPK/poly bag 6 g NPK/poly bag Cabang Primer Cabang Sekunder a ab b a b a b b a a a b b b a a b a b

Gambar 10. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Jumlah Cabang Primer dan Sekunder Tanaman Cabai.

Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

Perlakuan 1.5ngnNPK/polybag menghasilkan tinggi tanaman tertinggi, namun hal itu dapat mengurangi kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias yang menghendaki tanaman yang pendek dan proporsional dalam pot. Perlakuan pemupukan NPK menghasilkan tinggi tanaman antara 24 sampai 27.cm. Tinggi tanaman tersebut menjadi kurang proporsional untuk tanaman cabai yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Penambahan tinggi tanaman tersebut menyebabkan ukuran polybag yang digunakan sudah tidak proporsional dengan tinggi tanaman sehingga secara tidak langsung ukuran polybag berpengaruh terhadap penyerapan unsur hara pada tanaman. Perlakuan 6 g NPK/polybag menghasilkan tinggi tanaman terendah (Gambar 11).

(34)

0 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Umur Tanaman (MST) T ing gi T ana m a n (C m ) 0 g NPK/poly bag 1.5 g NPK/poly bag 3 g NPK/poly bag 6 g NPK/poly bag a b a b c a ab b c a b c a b c a b c a b c ab a b c b

Gambar 11. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Tinggi Tanaman Cabai.

Keterangan.: Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%. Pada pengamatan panjang ruas cabang dan diameter batang, tanaman dengan perlakuan 6.g.NPK/polybag memiliki panjang ruas cabang dan diameter batang terkecil (Tabel 4). Hasil tersebut menunjukkan bahwa peningkatan dosis pupuk tidak selalu dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Menurut Gardner et al. (1991) nutrisi mineral dan ketersediaan air ikut mempengaruhi pertumbuhan ruas.

Tanaman tanpa perlakuan pemupukan NPK memiliki pertumbuhan ruas cabang dan diameter batang yang baik diduga karena kandungan NPK pada media tanam berkisar antara sedang sampai sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis media tanam yang pada Lampiran 3 diketahui kandungan N (sedang), P (sangat tinggi), dan K (tinggi).

Tabel 4. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Panjang Ruas Cabang dan Diameter Batang Tanaman Cabai.

Perlakuan Panjang Ruas Cabang Diameter Batang

Tanpa pemupukan NPK 3.81 a 0.54 a

1.5 g NPK/polybag 3.99 a 0.58 a

3 g NPK/polybag 3.83 a 0.59a

6 g NPK/polybag 3.44 b 0.48 b

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

(35)

24

Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Pertumbuhan Generatif Tanaman Cabai

Tanaman yang memiliki pertumbuhan generatif terbaik terdapat pada perlakuan pemupukan 1.5 g NPK/polybag, karena tanaman tersebut memiliki jumlah bunga dan buah terbanyak, persentase kerontokan buah terendah, dan fruitset tanaman tertinggi, sedangkan tanaman yang memiliki pertumbuhan generatif terendah terdapat pada perlakuan 6 g NPK/polybag. Hal itu diduga karena pada perlakuan 6 g NPK/polybag penyerapan unsur hara tanaman sudah tidak efektif .

Perlakuan pemupukan 1.5 g NPK/polybag menghasilkan jumlah bunga dan buah terbanyak (Gambar 12). Perlakuan tanpa pemupukan NPK menghasilkan bunga yang cukup banyak. Hal ini dapat terjadi karena pembungaan berkaitan erat dengan unsur P. Berdasarkan hasil analisis media tanam yang dilakukan sebelum penanaman (Lampiran 3), diketahui bahwa unsur P yang terkandung dalam media tanam sangat tinggi sehingga tanaman dengan perlakuan tanpa pemupukan NPK memiliki jumlah bunga yang cukup tinggi. Menurut Soepardi (1983) unsur P berperan dalam pembentukan bunga, buah, dan biji.

0 5 10 15 ml a h 20 25 30

0 g NPK/poly bag 1.5 g NPK/poly bag 3 g NPK/poly bag 6 g NPK/poly bag

Ju Bunga Mekar Buah a a a ab b b c c

Gambar 12. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Jumlah Bunga dan Buah Cabai.

Keterangan : Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

(36)

Tanaman yang memiliki persentase kerontokan buah terkecil terdapat pada perlakuan pemupukan 1.5 g NPK/polybag. Tanaman cabai dengan perlakuan tanpa pemupukan NPK memiliki persentase kerontokan buah yang cukup tinggi sehingga menyebabkan buah yang dihasilkan sedikit. Perlakuan tanpa pemupukan NPK menghasilkan persentase buah rontok lebih banyak dibanding perlakuan 1.5.dan 3ngnNPK/polybag (Gambar.13). Menurut Gardner et al. (1991) gugur buah berhubungan dengan defisiensi hara yang diakibatkan karena adanya persaingan dalam tanaman. Pertumbuhan buah memerlukan hara mineral yang banyak sehingga menyebabkan terjadinya mobilisasi dan transpor dari bagian vegetatif ke tempat perkembangan buah dan biji.

0 10 20 30 40 50 60 70

0 g NPK/polybag 1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag

(%

)

Persentase Buah Rontok

a ab

ab

b

Gambar 13. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Persentase Kerontokan Buah Cabai.

Keterangan : Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

Tingkat kerontokan buah yang cukup besar berpengaruh terhadap besarnya fruit set yang dihasilkan tanaman cabai. Berdasarkan Gambar 14 diketahui bahwa besarnya persentase bunga yang menjadi buah pada tanaman cabai cukup rendah yaitu berkisar antara 7.56-23.51% . Fruit set tertinggi terdapat pada dosis pemupukan 1.5 g NPK/polybag (Gambar 14).

(37)

26 0 5 10 15 20 25

0 g NPK/poly bag 1.5 g NPK/poly bag 3 g NPK/poly bag 6 g NPK/poly bag Perlakuan

(%)

Persentase Bunga Menjadi Buah a

b ab

c

Gambar 14. Pengaruh Dosis Pemupukan NPK terhadap Persentase Bunga Menjadi Buah Cabai.

Keterangan : Nilai tengah yang memiliki huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

Interaksi Antara Konsentrasi GA3 dan Dosis Pemupukan NPK

Interaksi antar perlakuan terjadi pada diameter batang, jumlah buah, dan persentase kerontokan buah. Pada pengamatan diameter batang kombinasi perlakuan yang memiliki diameter batang terbesar terdapat pada 100 ppm GA3 dan 1.5 g NPK/polybag, sedangkan kombinasi perlakuan yang memiliki diameter batang terkecil terdapat pada perlakuan 200 ppm GA3 dan 6 g NPK/polybag (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh Interaksi Konsentrasi GA3 dan Dosis Pemupukan NPK terhadap Diameter Batang Tanaman Cabai.

Perlakuan Pemupukan NPK (g/polybag) Rata-Rata GA3 0 1.5 3 6 Tanpa GA3 0.51 cdaa 0.56 abcd 0.57 abcd 0.54 bcd 0.54 a 100 ppm GA3 0.55 abcd 0.63 abcd 0.59 abca 0.50 daa 0.57 a 200 ppm GA3 0.57 abcd 0.58 abcd 0.61 abaa 0.40 eaa 0.54 a Rata-Rata

Pupuk NPK 0.54 abcd 0.58 abcd 0.59 abcd 0.48 baa

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

(38)

Kombinasi perlakuan yang memiliki jumlah buah terbanyak terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa aplikasi GA3 dan 1.5 g NPK/polybag, sedangkan jumlah buah terendah terdapat pada kombinasi perlakuan 200 ppm GA3 dan 6.g.NPK/polybag (Tabel 6). Semakin tinggi konsentrasi GA3 menyebabkan semakin rendah jumlah buah yang dihasilkan tanaman.

Tabel 6. Pengaruh Interaksi Konsentrasi GA3 dan Dosis pemupukan NPK terhadap Jumlah Buah Cabai.

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

Perlakuan Pemupukan NPK (g/polybag) Rata-Rata GA 3 0 1.5 3 6 Tanpa GA3 14.53 b 20.40 a 18.80 ab 11.85 b 15.82 a 100 ppm GA3 3.00 c 2.90 c 1.50 cb 0.67 c 2.02 b 200 ppm GA3 1.54 c 2.75 c 0.30 cb 0.00 c 1.15 b Rata-Rata Pupuk NPK 6.35 b 8.23 a 6.87 ab 3.87 c

Kombinasi perlakuan yang memiliki persentase bunga menjadi buah tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa aplikasi GA3 dan 1.5.g.NPK/polybag (Tabel 7). Peningkatan konsentrasi GA3 menyebabkan penurunan persentase bunga menjadi buah pada tanaman cabai. Menurut Sembiring dan Simatupang (1992) pemberian GA3 pada tanaman cabai menyebabkan penurunan kemampuan tanaman untuk berbunga.

Tabel 7. Pengaruh Interaksi Konsentrasi GA3 dan Dosis Pemupukan NPK terhadap Persentase Bunga Menjadi Buah Cabai.

Perlakuan Pemupukan NPK (g/polybag) Rata-Rata GA 3 0 1.5 3 6

Tanpa GA3 24.25 abc 32.12 aaa 30.86 ab 22.69 abcd 27.48 ab 100 ppm GA3 19.12 cda 17.71 cda 12.80 de 0.00 f.aaa 12.41 bb 200 ppm GA3 12.67 dea 20.70 bcd 4.64 .ef. 0.00 f.aaa 9.50 bb

Rata-Rata Pupuk NPK

18.69 abc 23.51 abb 16.10 ba 7.56 cabd

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf nyata 5%.

(39)

28

Uji Keragaan Tanaman Cabai

Uji keragaan tanaman cabai dilakukan untuk menilai kesukaan dan kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias. Uji keragaan tanaman cabai dilakukan pada 8, 10, dan 13.MST. Keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias mulai berkurang pada akhir pengamatan. Kesegaran tanaman terbaik terjadi pada 8 MST, namun pada 8.MST jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman masih sedikit. Keragaan tanaman cabai pada 8 MST ditunjukkan pada Gambar 15.

Tanpa GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3 3 g NPK/polybag

Tanpa pemupukan 1.5 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag

1.5 g NPK/polybag

Tanpa pemupukan 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag

3 g NPK/polybag

1.5 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag Tanpa pemupukan

(40)

Berdasarkan hasil uji keragaan tanaman cabai pada 8 MST keragaan tanaman dengan perlakuan tanpa GA3 lebih disukai panelis dibandingkan dengan perlakuan 100 dan 200 ppm GA3 (Tabel 8). Tanaman cabai dengan perlakuan 100.dan 200.ppm GA3 menghasilkan tanaman yang tinggi sehingga kurang sesuai dengan keinginan panelis. Selain itu tanaman dengan perlakuan GA3 memiliki jumlah bunga dan buah yang sangat sedikit sehingga kurang diminati panelis. Hasil yang didapat untuk tinggi tanaman yang paling sesuai adalah perlakuan tanpa GA3 dan tanpa pemupukan NPK serta kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3 g NPK/polybag karena tanaman tersebut dinilai panelis telah memiliki tinggi yang proporsional dengan pot tanaman.

Tabel 8. Hasil Uji Keragaan Tanaman Cabai pada 8 MST.

Perlakuan Tinggi

Kerim-bunan Warna Daun Kese-garan HPT ∑ Bunga dan Buah Keragaan Keseluruhan Tanpa GA3 0 g NPK/polybag 4.6 2.8 3.2 4.2 4.2 3.2 3.2 1.5 g NPK/polybag 4.4 3.8 4.2 4.8 4.2 3.4 3.8 3 g NPK/polybag 4.6 4.2 4.3 5.0 4.4 3.6 4.0 6 g NPK/polybag 4.4 4.4 2.4 4.6 4.4 3.8 2.8 100 ppm GA3 0 g NPK/polybag 2.2 1.0 1.4 3.6 3.6 1.0 1.8 1.5 g NPK/polybag 2.8 2.6 4.0 4.6 3.6 1.0 1.4 3 g NPK/polybag 2.8 3.2 4.2 4.6 4.0 1.0 2.2 6 g NPK/polybag 2.4 2.4 1.0 4.0 4.0 1.2 2.2 200 ppm GA3 0 g NPK/polybag 2.0 2.0 1.8 4.0 4.2 1.0 2.2 1.5 g NPK/polybag 1.2 2.8 3.4 4.6 4.2 1.2 2.2 3 g NPK/polybag 2.4 3.6 4.2 4.8 4.0 1.0 2.2 6 g NPK/polybag 2.6 2.6 1.0 3.6 3.6 1.0 2.2

Kerimbunan tanaman terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 6.g.NPK/polybag. Ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit turut menentukan keindahan tanaman. Tanaman yang sehat dan tahan terhadap hama penyakit lebih disukai panelis. Kombinasi perlakuan yang memiliki nilai tertinggi untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3.g.NPK/polybag serta kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 6.g.NPK/polybag.

Warna daun yang hijau dan terlihat segar dapat meningkatkan kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias. Kombinasi perlakuan yang memiliki nilai

(41)

30 tertinggi untuk komposisi warna daun dan kesegaran tanaman terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3 g NPK/polybag.

Jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman ikut menentukan kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias. Semakin banyak jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman dapat meningkatkan kesukaan panelis. Pada 8 MST jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman masih sedikit, bahkan beberapa tanaman belum berbunga. Kombinasi perlakuan yang memiliki nilai tertinggi untuk jumlah bunga dan buah terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 6.g NPK/polybag. Secara keseluruhan panelis lebih menyukai keragaan tanaman dengan kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3 g NPK/polybag karena tanaman tersebut dinilai memiliki tinggi yang proporsional, komposisi warna daun dan kesegaran terbaik, serta memiliki ketahanan terhadap hama penyakit tertinggi.

Pada 10 MST tanaman dengan perlakuan tanpa GA3 memiliki jumlah bunga dan buah lebih banyak dibanding saat 8 MST. Seperti halnya pada 8.MST, tanaman dengan perlakuan tanpa perlakuan GA3 memiliki nilai keragaan tertinggi dan lebih disukai panelis dibandingkan tanaman dengan perlakuan 100.dan 200.ppm GA3 (Tabel 9).

Tabel 9. Hasil Uji Keragaan Tanaman Cabai pada 10 MST.

Perlakuan Tinggi Kerim-bunan Warna Daun Kese-garan HPT ∑dan Buah .Bunga Keragaan Keseluruhan Tanpa GA3 0 g NPK/polybag 4.00 2.30 2.67 4.33 5.00 4.50 4.00 1.5 g NPK/polybag 4.83 4.30 4.67 5.00 4.83 3.50 4.17 3 g NPK/polybag 4.67 4.00 3.83 4.50 5.00 3.30 3.83 6 g NPK/polybag 4.67 3.50 3.80 4.50 4.83 1.67 3.33 100 ppm GA3 0 g NPK/polybag 1.67 1.17 1.17 2.67 3.33 1.67 1.83 1.5 g NPK/polybag 1.17 1.83 2.33 3.50 4.33 1.00 1.83 3 g NPK/polybag 1.00 2.67 3.00 3.17 4.17 1.00 1.83 6 g NPK/polybag 1.83 3.00 1.67 3.80 3.50 1.00 2.33 200 ppm GA3 0 g NPK/polybag 1.00 1.33 1.67 4.20 4.67 1.00 1.67 1.5 g NPK/polybag 1.00 1.17 2.00 4.17 4.83 1.33 2.00 3 g NPK/polybag 1.00 2.33 3.80 4.67 4.83 1.00 2.33 6 g NPK/polybag 2.83 2.00 1.00 3.00 4.17 1.00 1.83

Pada 10 MST kesegaran tanaman cabai sebagai tanaman hias mulai menurun, hal ini mengakibatkan penilaian panelis terhadap kesegaran tanaman

(42)

lebih rendah dibandingkan saat 8.MST. Penurunan kesegaran tanaman terjadi karena pada 10 MST tanaman sudah mulai tua, beberapa daun mulai menguning dan rontok. Keragaan tanaman cabai pada 10 MST ditunjukkan pada Gambar 16.

Tanpa GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3

1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag Tanpa pemupukan

6 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag

1.5 g NPK/polybag Tanpa pemupukan

1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag Tanpa pemupukan

Gambar 16. Keragaan Tanaman Cabai pada 10 MST

Ketahanan terhadap hama dan penyakit terbaik pada 10 MST terdapat pada tanaman dengan kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3 g NPK/polybag. Jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman pada 10 MST semakin banyak sehingga penilaian panelis terhadap jumlah bunga dan buah lebih tinggi

(43)

32 dibandingkan saat 8 MST. Kombinasi perlakuan yang dinilai panelis memiliki jumlah bunga dan buah terbanyak terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan tanpa pemupukan NPK.

Tanaman yang dinilai panelis memiliki keragaan terbaik pada 10 MST terdapat kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 1.5 g NPK/polybag karena kombinasi perlakuan tersebut memiliki tinggi tanaman yang paling sesuai dengan pot tanaman, serta memiliki kerimbunan, komposisi warna daun, dan kesegaran terbaik.

Keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias sudah mulai berkurang pada 13.MST, namun jumlah bunga dan buah yang dihasilkan lebih banyak karena tanaman dengan aplikasi 100 dan 200 ppm GA3 mulai berbunga secara serentak pada 12.dan 13.MST. Pada 13 MST beberapa buah pada tanaman tanpa perlakuan GA3 telah masak dan berubah warna menjadi warna merah. Secara keseluruhan, pada saat 13 MST panelis lebih menyukai keragaan tanaman dengan kombinasi perlakuan GA3 dan 3.g NPK/polybag (Tabel 10).

Tabel 10. Hasil Uji Keragaan Tanaman Cabai pada 13 MST

Perlakuan Tinggi Kerim-bunan Warna Daun Kese-garan HPT dan Buah ∑.Bunga Keseluruhan Keragaan Tanpa GA3 0 g NPK/polybag 3.21 2.31 2.50 4.29 4.35 4.57 3.71 1.5 g NPK/polybag 4.14 4.00 4.43 4.93 4.46 3.57 4.07 3 g NPK/polybag 4.14 3.71 4.43 4.64 4.58 4.57 4.50 6 g NPK/polybag 4.14 4.21 4.36 4.93 4.93 2.83 3.57 100 ppm GA3 0 g NPK/polybag 2.21 1.36 1.67 3.38 4.46 2.14 2.14 1.5 g NPK/polybag 2.00 2.46 1.38 2.85 3.79 1.36 1.86 3 g NPK/polybag 2.07 3.62 3.07 4.00 4.14 1.21 2.29 6 g NPK/polybag 2.57 3.38 1.62 1.84 3.21 1.21 1.46 200 ppm GA3 0 g NPK/polybag 1.93 1.36 2.00 3.14 4.50 1.29 1.79 1.5 g NPK/polybag 1.79 2.21 3.15 3.46 4.62 1.07 2.14 3 g NPK/polybag 1.93 3.07 2.62 4.29 4.00 1.07 2.21 6 g NPK/polybag 2.29 2.92 2.15 2.71 3.36 1.14 1.79

Pada 13 MST kesegaran tanaman cabai mulai menurun karena banyak daun yang telah menguning, tua, dan rontok, sehingga mengakibatkan penurunan

(44)

kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias. Keragaan tanaman cabai pada 13.MST ditunjukan pada Gambar 17.

Tanpa GA3 100 ppm GA3 200 ppm GA3 6 g NPK/polybag 1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag Tanpa pemupukan 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag 1.5 g NPK/polybag Tanpa pemupukan

Tanpa pemupukan 1.5 g NPK/polybag 3 g NPK/polybag 6 g NPK/polybag Gambar 17. Keragaan Tanaman Cabai pada 13 MST

Penurunan kesegaran tanaman mengakibatkan penurunan penilaian panelis terhadap kesegaran tanaman. Tanaman yang dianggap memiliki kesegaran tanaman terendah terdapat pada kombinasi perlakuan 100 ppm GA3 dan 6.g.NPK/polybag.

Peningkatan jumlah buah pada tanaman cabai mengakibatkan peningkatan penilaian panelis terhadap jumlah bunga dan buah yang dihasilkan tanaman. Kombinasi perlakuan yang memiliki jumlah bunga dan buah terbanyak terdapat pada kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan tanpa pemupukan NPK, serta

(45)

34 kombinasi perlakuan tanpa GA3 dan 3.g.NPK/polybag. Secara keseluruhan dapat dikatakan pada 13.MST tanaman cabai sudah tidak sesuai untuk dijadikan sebagai tanaman hias karena umur tanaman sudah mulai tua sehingga mengakibatkan kesegaran dan kualitas pertumbuhan tanaman menurun.

(46)

Kesimpulan

Semakin tinggi konsentrasi GA3 menyebabkan pertumbuhan vegetatif tanaman semakin meningkat, namun pertumbuhan generatif tanaman semakin menurun. Pemberian GA3 pada tanaman cabai mengakibatkan penambahan tinggi dan pengurangan jumlah bunga dan buah pada tanaman sehingga kualitas tanaman cabai sebagai tanaman hias pot semakin menurun. Pemberian GA3 masih belum dapat mengurangi kerontokan buah pada tanaman cabai. Pemberian GA3 menurunkan kualitas pertumbuhan tanaman cabai sebagai tanaman hias. Oleh karena itu, sebaiknya tidak perlu dilakukan pemberian GA3 pada tanaman cabai yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias.

Dosis pupuk terbaik yang dapat mendukung pertumbuhan dan kualitas tanaman cabai ialah dosis 1.5 g NPK/polybag. Kombinasi perlakuan yang memiliki pertumbuhan vegetatif dan generatif terbaik terdapat pada kombinasi tanpa. GA3 dan 1.5 g NPK/polybag.

Berdasarkan hasil uji keragaan tanaman cabai kombinasi perlakuan yang menghasilkan keragaan tanaman terbaik pada 10 MST terdapat pada tanaman dengan kombinasi perlakuan tanpa. GA3 dan 1.5 g NPK/polybag, sedangkan keragaan tanaman terbaik pada 8.dan 13 MST terdapat pada tanaman dengan kombinasi perlakuan 0 ppm GA3 dan 3 g NPK/polybag.

Saran

Penggunaan GA3 pada tanaman cabai sebaiknya tidak dilakukan karena penggunaan GA3 menurunkan kualitas pertumbuhan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot. Penelitian lanjutan mengenai pemupukan yang tepat untuk mendukung pertumbuhan dan kualitas tanaman cabai dalam pot perlu dilakukan.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, C.R. 1993. Principles of Horticulture. Butterworth Heinemann Ltd. Oxford. 240 p.

Bosland, P.W., E.J. Votava. 1999. Peppers: Vegetable and Spice Capsicums. CABI Pub. New York. 204 p.

Budiarto, K., S. Wuryaningsih. 2007. Respon pembungaan beberapa anthurium bunga potong terhadap aplikasi GA3. J. Agritop 26(2):51-56.

Cayanti, R.E.O. 2006. Pengaruh Media terhadap Kualitas Cabai Hias (Capsicum.sp.) dalam Pot. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hal.

Departemen Pertanian. 2010. Volume ekspor dan impor tanaman hias di Indonesia periode 2004-2007. http:www.hortikultura.deptan.go.id. [1 Maret 2010]. Djarwaningsih. T. 2005. Capsicum Spp. (cabai): asal, penyebaran dan nilai

ekonomi. Biodiversitas 6(4):292-296.

Evans, J. 1993. The New Indoor Plant Book. Kyle Cathy Limited. London. 254p. Ganefianti D.W., Yulian, A.N. Suprapti. 2006. Korelasi dan sidik lintas antara

pertumbuhan, komponen hasil dan hasil dengan gugur buah pada tanaman cabai. J. Akta Agrosia 9(1):1-6.

Gardner, F.P., R.B. Pearce, R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. (Diterjemahkan dari: Physiology of Crop Plants, penerjemah: H. Susilo). Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.

Goldsworthy, P.R., N.M. Fisher. 1992. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman: fase generatif, hal: 214-280. Dalam P.R. Goldsworthy, N.M. Fisher (Eds.). (Diterjemahkan dari : The Physiology of Tropical Crops, penerjemah: H..Tohari). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 hal.

Haryadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. 184.hal. Haryantini, B.A., M. Santoso. 2000. Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah

(Capsicum annum) pada Andisol yang Diberi Mikoriza, Pupuk Fosfor dan Zat Pengatur Tumbuh. Tesis. Program Studi Ilmu Tanaman. Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.

Hessayon, D.G. 1993. The House Plant Expert. Transworld Publisher Ltd. London. 256 p.

(48)

Kalie, M.B. 1999. Mengatasi Buah Rontok, Busuk, dan Berulat. Penebar Swadaya Jakarta. 191.hal.

Kusandriani, Y. 1996. Botani tanaman cabai merah. hal 20-35. Dalam A.S Duriat, A.W.W. Hadisoeganda, T.A Soetiasso, L. Prabaningrum (Eds). Teknologi Produksi Cabai Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 218 hal.

Leiwakabessy, F.M., U.M. Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 239 hal.

_________________, A. Sutandi. 2004. Diktat Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 207 hal.

Misra, N. 1995. Application of gibberellin to Pogostemon cablin plants: growth, photosynthetic pigment content and oil yield. Biologia Plantarium 37(4):635-639.

Nasihin, Y., L. Qodriyah. 2008. Teknik perlakuan hari panjang dan pemberian GA3 terhadap produksi bunga potong krisan. Bul. Teknik Pertanian 13(2):55-58.

Nurlaelia, L.S. 2007. Aplikasi Paclobutrazol untuk Meningkatkan Penampilan Tanaman Cabai (Capsicum sp.) sebagai Tanaman Hias dalam Pot. Skripsi. Program Studi Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 59 hal.

Ogawa, Y., S. Iwai, T. Azuma. 1993. Flower induction of Spathiphyllum patinii by Gibberellin A3 and miniaturization of flower plants. Bull. Fac. Bioresouces 11:191-197.

Poulus, J.M. 1994. Capsicum L. p. 136-140. In J. S. Siemonsma, K. Piluek (Eds). Vegetables. Prosea Foundation. Bogor. Indonesia.

Rizana, M. 2002. Pengelolaan Tanaman Hias Pot (Pot Plant) di PT. Bina Usaha Flora (BUF) Cipanas. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 66 hal.

Salisbury, F.B., C.W. Ross. 1995a. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. (Diterjemahkan dari :.Plant Physiology, penerjemah : D.R. Lukman, Sumaryono). Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. 241 hal.

______________________ ..1995b. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. (Diterjemahkan dari :.Plant Physiology, penerjemah : D.R. Lukman, Sumaryono). Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. 343 hal.

(49)

38 Sardjono, N. 2004. Pengaruh Pupuk NPK (15-15-15) dan Hyponex terhadap

Pertumbuhan Kubis Hias (Brassica oleracea subspecies Achepala L.) dari Bibit In Vitro. Skripsi. Departemen Budi Daya Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 49 hal.

Sarief, E.S. 1984. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 180 hal.

Sembiring, T., S. Simatupang. 1992. Pengaruh gibberelin terhadap pertumbuhan tiga varietas cabai (Capsicum annuum L.). J. Hort 2(3):64-66.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal. Starman. T.W. 1993. Ornamental pepper growth and fruiting response to

uniconazole depends on application time. Hort. Sci. 28(9):917-919.

Sumarni, N., R. Rosliani. 2001. Media tumbuh dan waktu aplikasi larutan hara penanaman cabai secara hidroponik. J. Hort 11(4):237-243.

Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 145 hal.

(50)

Gambar

Gambar 3. Bibit Tanaman Cabai yang Digunakan Saat Penelitian
Gambar 4. Pengaruh Konsentrasi GA 3  terhadap Jumlah Cabang Primer  dan Sekunder Tanaman Cabai
Gambar 6.  Perbandingan Tinggi Tanaman Cabai pada Berbagai  Konsentrasi GA 3  pada 13.MST
Gambar 7.  Pengaruh  Konsentrasi  GA 3  terhadap Jumlah Bunga dan  Buah Cabai.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berpedoman pada realita bahwa 1 kurangnya minat guru PAI untuk mengembangkan bahan ajar adaptif dan inovatif yang relevan dengan kebutuhan anak didiknya, 2 kesulitan para

penyerapan bunyi yang kurang baik telah menyebabkan gangguan bunyi dalam bilik kuliah. Susunatur kerusi yang terdapat dalam bilik kuliah juga tidak baik kerana ia boleh

Penelitian Brown, Weinstein, & Creswell (2012) menunjukkan bahwa individu dengan skor mindfulness yang tinggi menunjukkan respon kortisol yang lebih kecil pada

Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi r xy = 0,448 dengan p = 0,000 (p<0,01) yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan

Trichoderma spp isolat lokal dari eksplorasi tanah tanaman Mente daerah Tuban mempunyai viabilitas spora 100% dan daya antagonis mencapai 83,2% terhadap Fusarium

yang dipengaruhi oleh kemudahan dari teknologi memberikan dampak yang positif pada adopsi suatu teknologi, dimana adopsi teknologi merupakan wujud nyata seseorang

Batang kelapa sawit yang merupakan bahan baku pembuatan papan partikel ini mengandung selulosa yang sangat tinggi yaitu sebesar 54,38% (Balfas, 2003). Selulosa adalah

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing berbantuan media benda konkret berpengaruh terhadap hasil