Agus Surono
UNIVERSITAS AL-AZHAR INDONESIA FAKULTAS HUKUM
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Agus Surono
NSPK SEKTOR KEHUTANAN Agus Surono
Cet. 1 - Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Indonesia, 2013 viii + 88 hlm. B5
KATA PENGANTAR
Maha besar Allah SWT atas segala rahmat dan ijinNya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan buku ini. Buku ini merupakan hasil penelitian dan kajian yang mendalam tentang NSPK Sektor Kehutanan. Semoga lahirnya buku ini dapat menjadi salah satu bahan bacaan bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya Hukum Kehutanan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelesaian buku ini.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ayahanda H. Slamet Surani yang selalu memanjatkan doa buat penulis dalam shalatnya dan secara khusus kepada Almarhumah Hj. Nafiah yang dengan tulus dan ikhlas semasa hidupnya selalu memperjuangkan pendidikan buat putera-puterinya, dan tidak henti-hentinya memanjatkan doa, penulis menghaturkan sembah sujud dan terimakasih yang sedalam-dalamnya. Semoga Allah senantiasa meridloi apa yang yang sudah Bapak dan Ibu upayakan dan ihtiarkan.
Kepada Mertua yang sudah penulis anggap sebagai orang tua sendiri, H. Soemarsono (Almarhum) yang telah banyak mendorong dan berdoa semasa hidupnya, serta Ibu Hj. Sri Suparsih yang senantiasa memberikan doa kepada penulis dan keluarga, penulis hanya bisa mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Akhirnya ucapan terima kasih atas pengertian, dukungan dan doa penulis sampaikan kepada Istri tercinta Sonyendah Retnaningsih, SH., MH., yang saat ini juga sedang menempuh pendidikan S3 di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, serta anak-anak tercinta M. Rizqi Alfarizi
sebagai dosen dan praktisi hukum ini.
Harapan penulis semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi kepentingan pengembangan Ilmu Hukum secara umum maupun kepentingan pengembangan Ilmu Hukum Kehutanan di Indonesia.
Penulis menyadari, bahwa masih banyak kekurangan disana-sini serta masih jauh untuk kategori sempurna, mengingat segala keterbatasan pada kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karenanya, segala kritik dan saran yang positif senantiasa penulis harapkan.
Jakarta, April 2013 Agus Surono
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Jumlah urusan yang harus dibuat NSPK menurut
PP 38 tahun 2007 ... 5
2. Jumlah urusan yang sudah ada NSPK ... 11
3. Jumlah urusan yang belum ada NSPK ... 26
BAB II ANALISIS KESESUAIAN NSPK BIDANG KEHUTANAN DENGAN PP NO. 38 TAHUN 2007 1. Pengukuhan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru ... 34
2. Kawasan hutan dengan tujuan khusus ... 35
3. Penatagunaan kawasan hutan ... 38
4. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan ... 41
5. Rencana pengelolaan jangka panjang (Dua Puluh Tahunan) unit kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP) ... 44
6. Rencana kerja usaha dua puluh tahunan unit usaha pemanfaatan hutan produksi ... 46
7. Rencana pengelolaan jangka panjang (Dua Puluh Tahunan) cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional taman wisata alam dan taman buru ... 51
8. Sistem informasi kehutanan (Numerik dan Spasial) ... 52
pada hutan produksi ... 58
12. Penatausahaan hasil hutan ... 59
13. Perencanaan rehabilitasi hutan dan lahan termasuk hutan mangrove ... 61
14. Reklamasi hutan pada areal yang dibebani izin penggunaan kawasan hutan ... 63
15. Reklamasi hutan areal bencana alam ... 65
16. Hutan kota ... 67
17. Pembenihan tanaman hutan ... 68
18. Pengusahaan pariwisata alam pada kawasan pelestarian alam, dan pengusahaan taman buru, areal buru dan kebun buru ... 69
19. Kehutanan penelitian dan pengembangan ... 71
BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 73
B. Rekomendasi ... 83
PENDAHULUAN
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (4) PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Selanjutnya yang dimaksud dengan urusan pilihan menurut Pasal 7 ayat (3) adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan yang bersangkutan.
Selanjutnya menurut Pasal 9 ayat (1) PP No. 38 tahun 2007, dinyatakan bahwa: “menteri/Kepala lembaga Pemerintahan Non Departemen menetapkan norma, standar,prosedur dan kriteria untuk pelaksanaan urusan wajib dan pilihan.” Dalam bidang kehutanan menurut lampiran PP No. 38 tahun 2007 terdapat 59 sub bidang urusan pemerintahan yaitu :
(1) Inventarisasi hutan
(3) Penunjukan kawasan hutan, hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru
(4) Penataan Batas dan pemetaan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alamdan taman buru
(5) Penetapan Kawasan Hutan Produksi, Hutan Lindung, Kawasan Pelestarian Alam, Kawasan Suaka Alam dan Taman Buru
(6) Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (7) Penatagunaan Kawasan Hutan
(8) Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan
(9) Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
(10) Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (Lima Tahunan) Unit KPHP (11) Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHP
(12) Rencana Kerja Usaha Dua Puluh Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
(13) Rencana Pengelolaan Lima Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
(14) Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
(15) Penataan Batas Luar Areal Kerja Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
(16) Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
(17) Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHL (18) Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit KPHL
(19) Rencana Kerja Usaha (Dua Puluh Tahunan) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
(20) Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
(21) Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK)
(24) Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHK (25) Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHK
(26) Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
(27) Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru (28) Rencana Pengelolaan Jangka Pendek Cagar Alam, Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
(29) Penataan Blok (Zonasi) Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
(30) Pengelolaan Taman Hutan Raya (31) Rencana Kehutanan
(32) Sistem Informasi Kehutanan (Numerik dan Spasial) (33) Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Produksi (34) Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi
(35) Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Jasa Lingkungan pada Hutan Produksi
(36) Industri Pengolahan Hasil Hutan (37) Penatausahaan Hasil Hutan
(38) Pemanfaatan Kawasan Hutan pada Hutan Lindung (39) Penerimaan Negara Bukan Pajak Bidang Kehutanan
(40) Perencanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove (41) Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(42) Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove (43) Reklamasi Hutan pada Areal yang Dibebani Izin Penggunaan Kawasan
(44) Reklamasi Hutan Areal Bencana Alam
(45) Pemberdayaan Masyarakat Se-tempat di Dalam dan di Sekitar Hutan (46) Pengembangan Hutan Hak dan Aneka Usaha Kehutanan
(47) Hutan Kota
(48) Perbenihan Tanaman Hutan
(49) Pengusahaan Pariwisata Alam pada Kawasan Pelestarian Alam, dan Pengusahaan Taman Buru, Areal Buru dan Kebun Buru
(50) Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru
(51) Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar (52) Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar (53) Lembaga Konservasi
(54) Perlindungan Hutan
(55) Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (56) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kehutanan (57) Penyuluhan Kehutanan
(58) Pembinaan dan Pengendalian Bidang Kehutanan (59) Pengawasan Bidang Kehutanan
Kelimapuluh sembilan sub bidang urusan sebagaimana tersebut diatas sebagian telah dijabarkan dalam NSPK, namun sebagian juga masih belum dibuat NSPK-nya. Dari lima puluh Sembilan tersebut yang harus dibuat NSPK berjumlah lima puluh empat sub bidang urusan dan sisanya lima tidak memerlukan NSPK. Adapun kelima sub bidang urusan yang tidak memerlukan NSPK yaitu
a. Penunjukan kawasan hutan, hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru;
b. Penataan batas dan pemetaan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru; c. Penetapan kawasan hutan produksi,hutan lindung, kawasan pelestarian
Secara rinci mengenai jumlah urusan bidang kehutanan yang harus dibuat NSPK, jumlah urusan yang sudah ada NSPK, jumlah urusan yang belum ada NSPK, dan kesesuaian NSPK yang sudah ada dengan PP No. 38 Tahun 2007 akan diuraikan secara lengkap dalam uraian sub-sub judul dibawah ini.
1. JUMLAH URUSAN YANG HARUS DIBUAT NSPK MENURUT PP 38 TAHUN 2007
Dalam bidang kehutanan yang merupakan urusan pilihan, sesuai lampiran PP No. 38 Tahun 2007 dari lima puluh sembilan sub bidang urusan yang harus dibuat NSPK berjumlah 54 sub bidang urusan yaitu 1. Inventarisasi hutan
2. Pengukuhan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru
3. Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus 4. Penatagunaan Kawasan Hutan
5. Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan
6. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
7. Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (Lima Tahunan) Unit KPHP
8. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHP 9. Rencana Kerja Usaha Dua Puluh Tahunan Unit Usaha
Pemanfaatan Hutan Produksi
10. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
12. Penataan Batas Luar Areal Kerja Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
13. Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
14. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHL
15. Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit KPHL 16. Rencana Kerja Usaha (Dua Puluh Tahunan) Unit Usaha
Pemanfaatan Hutan Lindung
17. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
18. Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
19. Penataan Areal Kerja Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung 20. Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang)
Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK)
21. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHK
22. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHK 23. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan)
Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
24. Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
25. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
26. Penataan Blok (Zonasi) Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
27. Sistem Informasi Kehutanan (Numerik dan Spasial) 28. Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Produksi 29. Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi
31. Industri Pengolahan Hasil Hutan 32. Penatausahaan Hasil Hutan
33. Pemanfaatan Kawasan Hutan pada Hutan Lindung 34. Penerimaan Negara Bukan Pajak Bidang Kehutanan
35. Perencanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove
36. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
37. Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove
38. Reklamasi Hutan pada Areal yang Dibebani Izin Penggunaan Kawasan Hutan
39. Reklamasi Hutan Areal Bencana Alam
40. Pemberdayaan Masyarakat Se-tempat di Dalam dan di Sekitar Hutan
41. Pengembangan Hutan Hak dan Aneka Usaha Kehutanan 42. Hutan Kota
43. Perbenihan Tanaman Hutan
44. Pengusahaan Pariwisata Alam pada Kawasan Pelestarian Alam, dan Pengusahaan Taman Buru, Areal Buru dan Kebun Buru 45. Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam,
dan Taman Buru
46. Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar 47. Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar 48. Lembaga Konservasi
49. Perlindungan Hutan
50. Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 51. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kehutanan 52. Penyuluhan Kehutanan
Tabel 1. Urusan Yang Harus Dibuat NSPK Menurut PPNo.38 Tahun 2007
No. Seluruh Urusan Menurut PPNo. 38 Tahun 2007 Urusan yang Harus Dibuat NSPK Menurut PP No. 38 Tahun 2007
(1) Inventarisasi hutan
(2) Pengukuhan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru
(3) Penunjukan kawasan hutan, hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru
(4) Penataan Batas dan pemetaan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alamdan taman buru
(5) Penetapan Kawasan Hutan Produksi, Hutan Lindung, Kawasan Pelestarian Alam, Kawasan Suaka Alam dan Taman Buru
(6) Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus
(7) Penatagunaan Kawasan Hutan
(8) Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan
(9) Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
(10) Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (Lima Tahunan) Unit KPHP
(11) Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHP (12) Rencana Kerja Usaha Dua
Puluh Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi (13) Rencana Pengelolaan
Lima Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
(1) Inventarisasi hutan
(2) Pengukuhan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru
(3) Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus
(4) Penatagunaan Kawasan Hutan
(5) Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan
(6) Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
(7) Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (Lima Tahunan) Unit KPHP
(8) Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHP (9) Rencana Kerja Usaha Dua
Puluh Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi (10) Rencana Pengelolaan
Lima Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi (11) Rencana Pengelolaan
Tahunan (Jangka Pendek) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
(12) Penataan Batas Luar Areal Kerja Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
(13) Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
(14) Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHL
(15) Penataan Batas Luar Areal Kerja Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
(16) Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
(17) Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHL
(18) Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit KPHL
(19) Rencana Kerja Usaha (Dua Puluh Tahunan) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung (20) Rencana Pengelolaan Lima
Tahunan (Jangka Menengah) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
(21) Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
(22) Penataan Areal Kerja Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
(23) Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK)
(24) Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHK
(25) Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHK (26) Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
(16) Rencana Kerja Usaha (Dua Puluh Tahunan) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung (17) Rencana Pengelolaan Lima
Tahunan (Jangka Menengah) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
(18) Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
(19) Penataan Areal Kerja Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
(20) Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK)
(21) Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHK
(22) Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHK (23) Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
(24) Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
(25) Rencana Pengelolaan Jangka Pendek Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
(26) Penataan Blok (Zonasi) Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru (27) Sistem Informasi Kehutanan
(Numerik dan Spasial)
(28) Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Produksi
(27) Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
(28) Rencana Pengelolaan Jangka Pendek Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
(29) Penataan Blok (Zonasi) Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru (30) Pengelolaan Taman Hutan
Raya
(31) Rencana Kehutanan
(32) Sistem Informasi Kehutanan (Numerik dan Spasial)
(33) Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Produksi
(34) Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi
(35) Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Jasa Lingkungan pada Hutan Produksi
(36) Industri Pengolahan Hasil Hutan
(37) Penatausahaan Hasil Hutan (38) Pemanfaatan Kawasan Hutan
pada Hutan Lindung
(39) Penerimaan Negara Bukan Pajak Bidang Kehutanan (40) Perencanaan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove
(41) Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(42) Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove
(43) Reklamasi Hutan pada Areal yang Dibebani Izin Penggunaan Kawasan Hutan (44) Reklamasi Hutan Areal
Bencana Alam
(45) Pemberdayaan Masyarakat Se-tempat di Dalam dan di Sekitar Hutan
(46) Pengembangan Hutan Hak dan Aneka Usaha Kehutanan (47) Hutan Kota
(48) Perbenihan Tanaman Hutan
(29) Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi
(30) Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Jasa Lingkungan pada Hutan Produksi
(31) Industri Pengolahan Hasil Hutan
(32) Penatausahaan Hasil Hutan (33) Pemanfaatan Kawasan Hutan
pada Hutan Lindung
(34) Penerimaan Negara Bukan Pajak Bidang Kehutanan (35) Perencanaan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove
(36) Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(37) Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove
(38) Reklamasi Hutan pada Areal yang Dibebani Izin Penggunaan Kawasan Hutan (39) Reklamasi Hutan Areal
Bencana Alam
(40) Pemberdayaan Masyarakat Se-tempat di Dalam dan di Sekitar Hutan
(41) Pengembangan Hutan Hak dan Aneka Usaha Kehutanan (42) Hutan Kota
(43) Perbenihan Tanaman Hutan (44) Pengusahaan Pariwisata Alam
pada Kawasan Pelestarian Alam, dan Pengusahaan Taman Buru, Areal Buru dan Kebun Buru
(45) Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru
(46) Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar
(47) Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar
(48) Lembaga Konservasi (49) Perlindungan Hutan
(50) Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
(51) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kehutanan
Kebun Buru
(50) Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru
(51) Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar
(52) Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar
(53) Lembaga Konservasi (54) Perlindungan Hutan
(55) Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
(56) Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kehutanan
(57) Penyuluhan Kehutanan
(58) Pembinaan dan Pengendalian Bidang Kehutanan
(59) Pengawasan Bidang Kehutanan
kehutanan
Jumlah 59 54
2. JUMLAH URUSAN YANG SUDAH ADA NSPK
Berdasarkan 54 jumlah sub bidang urusan yang harus dibuat NSPKnya, terdapat sembilanbelas sub bidang urusan yang telah dibuat NSPK, yaitu:
1. Pengukuhan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru
2. Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus 3. Penatagunaan Kawasan Hutan
4. Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan
5. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
7. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
8. Sistem Informasi Kehutanan (Numerik dan Spasial) 9. Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Produksi 10. Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi
11. Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Jasa Lingkungan pada Hutan Produksi
12. Penatausahaan Hasil Hutan
13. Perencanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove
14. Reklamasi Hutan pada Areal yang Dibebani Izin Penggunaan Kawasan Hutan
15. Reklamasi Hutan Areal Bencana Alam 16. Hutan Kota
17. Perbenihan Tanaman Hutan
18. Pengusahaan Pariwisata Alam pada Kawasan Pelestarian Alam, dan Pengusahaan Taman Buru, Areal Buru dan Kebun Buru 19. Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
No. Urusan Yang Sudah Ada NSPK NSPK
1. Pengukuhan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru
1. Peraturan Menteri
Kehutanan No: P.50/ Menhut II/2011 tentang
pengukuhan Kawasan
Hutan
2. Peraturan Menteri
Kehutanan No: P.32/ Menhut II/2010 tentang Tukar Menukar Kawasan Hutan
3. Peraturan Menteri
Kehutanan No: P.33/ Menhut II/2010 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi
4. Peraturan Menteri
Kehutanan No: P.34/ Menhut II/2010 tentang Tata Cara Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
5. Peraturan Menteri
Kehutanan No: P.13/ Menhut II/2009 tentang Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi
6. Peraturan Menteri
Kehutanan No: P.50/ Menhut II/2009 tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan
2. Kawasan Hutan dengan
Tujuan Khusus 1. Peraturan Kehutanan No: Menteri P.13/ Menhut II/2010 tentang
Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Kehutanan No: P.37/
2. Peraturan Menteri Kehutanan No: P.14/ Menhut II/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan No:
P.49/Menhut II/2008
tentang Hutan Desa
3. Peraturan Menteri
Kehutanan No: P.49/ Menhut II/2008 tentang Hutan Desa
4. Peraturan Menteri
Kehutanan No: P.15/ Menhut II/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan No:
P.13/Menhut II/2009
tentang Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi
3. Penatagunaan Kawasan
Hutan 1. Peraturan Kehutanan No: Menteri P.18/ Menhut II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
2. Peraturan Menteri
Kehutanan No: P.19/ Menhut II/2011 tentang Penataan Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan
3. Peraturan Menteri
Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : P.46/ Menhut-II/2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Kehutanan
Nomor
P.24/Menhut-ii/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat
Menhut-II/2010 tentang Pengusahaan Pariwisata alam di suaka margasatwa, taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam
5. Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor : P. 15/ Menhut-II/2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Kehutanan
Nomor
P.32/Menhut-II/2007 tentang Tata Cara Pengenaan,Pemungutan, dan Pembayaran Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Pada Hutan Produksi
4. Pembentukan Wilayah
Pengelolaan Hutan 1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/ Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PEMETAAN KAWASAN HUTAN TINGKAT KABUPATEN/ KOTA 2. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.54/ Menhut-II/ 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.41/MENHUT-II/2011 TENTANG STANDAR
FASILITASI SARANA DAN PRASARANA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN
LINDUNG MODEL
DAN KESATUAN
3. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 6/ Menhut-II/2009 TENTANG P E M B E N T U K A N WILAYAH KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN 4. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 38/Menhut-II/2009 TENTANG STANDARD DAN PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMEGANG IZIN ATAU PADA HUTAN HAK
5. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/ Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN
PENGELOLAAN HUTAN
LINDUNG (KPHL) DAN
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) 6. Rencana Kerja Usaha Dua
Puluh Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
1. PERATURAN MENTERI K E H U T A N A N NOMOR: P.19/Menhut-II/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.62/MENHUT-II/2008 TENTANG
RENCANA KERJA USAHA
PEMANFAATAN HASIL
HUTAN KAYU HUTAN
TANAMAN INDUSTRI
DAN HUTAN TANAMAN RAKYAT.
: P.55/Menhut-II/2011 TENTANG TATA CARA
PERMOHONAN IZIN
USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN
3. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 29/ Menhut-II/2010 TENTANG RENCANA KERJA USAHA
PEMANFAATAN HASIL
HUTAN BUKAN KAYU DALAM HUTAN TANAMAN INDUSTRI SAGU 4. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 4 3 / M e n h u t - I I / 2 0 1 0 TENTANG PENCABUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.03/MENHUT-II/2005 JO. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.05/MENHUT-II/2006 TENTANG PEDOMAN
VERIFIKASI IZIN USAHA
PEMANFAATAN HASIL
HUTAN KAYU PADA
HUTAN ALAM (IUPHHK-HA) DAN ATAU PADA
HUTAN TANAMAN
(IUPHHK-HTI) YANG
DITERBITKAN OLEH
GUBERNUR ATAU
5. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR
: P.50/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA
PEMBERIAN DAN
PERLUASAN AREAL
KERJA IZIN USAHA
PEMANFAATAN HASIL
HUTAN KAYU (IUPHHK) DALAM HUTAN ALAM,
IUPHHK RESTORASI
EKOSISTEM, ATAU
IUPHHK HUTAN
TANAMAN INDUSTRI
PADA HUTAN PRODUKSI 6. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 8/ Menhut-II/2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.55/MENHUT-II/2006 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA
7. Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru 1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 17/ Menhut-II/2010 TENTANG P E R M O H O N A N , PEMBERIAN, DAN PENCABUTAN IZIN PENGUSAHAAN TAMAN BURU 2. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 18/Menhut-II/2010 TENTANG SURAT IZIN BERBURU DAN TATA
CARA PERMOHONAN
: P.
19/Menhut-II/2010 TENTANG
PENGGOLONGAN DAN TATA CARA PENETAPAN JUMLAH SATWA BURU 8. Sistem Informasi Kehutanan
(Numerik dan Spasial) PERATURAN KEHUTANAN REPUBLIK MENTERI INDONESIA Nomor : P.02/
Menhut-II/2010 TENTANG
SISTEM INFORMASI
KEHUTANAN 9. Pemanfaatan Hasil Hutan
pada Hutan Produksi 1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR
: P.19/Menhut-II/2009
TENTANG STRATEGI
PENGEMBANGAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU NASIONAL 2. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P. 9/Menhut-II/2009 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.35/MENHUT-II/2008 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN
10. Pemungutan Hasil Hutan pada
Hutan Produksi PERATURAN KEHUTANAN REPUBLIK MENTERI INDONESIA NOMOR : P. 46/
Menhut-II/2009 TENTANG
TATA CARA PEMBERIAN IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU ATAU HASIL HUTAN BUKAN KAYU PADA HUTAN PRODUKSI
11. Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Jasa Lingkungan pada Hutan Produksi
PERATURAN MENTERI
KEHUTANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR : P. 36/
Menhut-II/2009 TENTANG
TATA CARA PERIZINAN
USAHA PEMANFAATAN
PENYERAPAN DAN/ATAU
PENYIMPANAN KARBON
PADA HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG
12. Penatausahaan Hasil Hutan 1. PERATURAN MENTERI
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 21/Menhut-II/2009 TENTANG KRITERIA DAN INDIKATOR PENETAPAN JENIS
HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN 2. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 23/Menhut-II/2009 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN
KEMBALI IZIN USAHA
PEMANFAATAN HASIL
HUTAN KAYU SEBELUM JANGKA WAKTU IZIN BERAKHIR 3. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2009 TENTANG PENDAFTARAN ULANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU
: P. 29/Menhut-II/2009 TENTANG fPERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.52/MENHUT-II/2008 TENTANG TATA CARA
DAN PERSYARATAN
PERPANJANGAN IZIN
USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI 5. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.45/ Menhut-II/2009 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.55/MENHUT-II/2006 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN YANG BERASAL DARI HUTAN NEGARA 13. Perencanaan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove 1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.12/ Menhut-II/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.32/MENHUT-II/2009 TENTANG TATA
CARA PENYUSUNAN
RENCANA TEKNIK
REHABILITASI HUTAN
DAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (RTk RHL-DAS)
2. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 23/Menhut-II/2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.14/MENHUT-V/2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN REHABILITASI HUTAN
DAN LAHAN DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA
ALAM KEHUTANAN DANA REBOISASI 3. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 25/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN REHABILITASI HUTAN
DAN LAHAN TAHUN 2010 4. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.26/Menhut-II/2010 TENTANG PERUBAHAN TERHADAP PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.70/MENHUT-II/2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN
: P. 35/Menhut-II/2010 TENTANG PERUBAHAN
ATAS PERATURAN
MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.32/MENHUT-II/2009 TENTANG TATA
CARA PENYUSUNAN
RENCANA TEKNIK
REHABILITASI HUTAN
DAN LAHAN DAERAH
ALIRAN SUNGAI (RTkRHL-DAS) 6. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.37/Menhut-V/2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA P E N G E L O L A A N REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN 7. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-V/2010 TENTANGTATA CARA PENYUSUNAN RENCANA TAHUNAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN 8. PERATURAN MENTERI
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 32/MENHUT-II/2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA TEKNIK REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (RTkRHL-DAS)
14. Reklamasi Hutan pada Areal yang Dibebani Izin Penggunaan Kawasan Hutan
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 4/ Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN
15. Reklamasi Hutan Areal
Bencana Alam PERATURAN KEHUTANAN REPUBLIK MENTERI INDONESIA NOMOR : P. 4/
Menhut-II/2011 TENTANG
PEDOMAN REKLAMASI
HUTAN
16. Hutan Kota PERATURAN MENTERI
KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.71/Menhut-II/2009 TENTANG PEDOMAN P E N Y E L E N G G A R A A N HUTAN KOTA
17. Perbenihan Tanaman Hutan 1. PERATURAN MENTERI
KEHUTANAN NOMOR : P. 1/Menhut-II/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN 2. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.72/Menhut-II/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.01/MENHUT-II/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
Taman Buru, Areal Buru dan
Kebun Buru MENHUT-II/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN MENTERI
KEHUTANAN NOMOR
P. 4 8 / M E N H U T - I I / 2 0 1 0 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA
MARGASATWA, TAMAN
NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA DAN TAMAN WISATA ALAM
19. Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan 1. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR : P. 61/Menhut-II/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 75/Menhut-II/2006 TENTANG P E L A K S A N A A N PROGRAM SEKOLAH RISET (RESEARCH SCHOOL) BAGI PENELITI LINGKUP BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN 2. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN P E R H U T A N A N M A S Y A R A K A T
3. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 1 5 / M e n h u t - I I / 2 0 1 2 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN P E R H U T A N A N M A S Y A R A K A T PEDESAAN BERBASIS KONSERVASI 4. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/ Menhut-II/2010 TENTANG TIM TERPADU DALAM
RANGKA PENELITIAN P E R U B A H A N PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN Jumlah 19
3. JUMLAH URUSAN YANG BELUM ADA NSPK
Sedangkan dari lima puluh empat sub bidang urusan yang harus dibuat NSPK, masih terdapat tiga puluh lima sub bidang urusan pemerintahan yang belum dibuat NSPKnya oleh kementerian terkait. Adapun ketiga puluh lima sub bidang urusan yang belum ada NSPKnya tersebut yaitu:
1. Inventarisasi hutan
2. Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (Lima Tahunan) Unit KPHP
3. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHP 4. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan
Hutan Produksi
5. Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
7. Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
8. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHL
9. Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit KPHL 10. Rencana Kerja Usaha (Dua Puluh Tahunan) Unit Usaha
Pemanfaatan Hutan Lindung
11. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
12. Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
13. Penataan Areal Kerja Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung 14. Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang)
Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK)
15. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHK
16. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHK 17. Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Cagar Alam, Suaka
Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
18. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
19. Penataan Blok (Zonasi) Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
20. Industri Pengolahan Hasil Hutan
21. Pemanfaatan Kawasan Hutan pada Hutan Lindung 22. Penerimaan Negara Bukan Pajak Bidang Kehutanan
24. Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove
25. Pemberdayaan Masyarakat Se-tempat di Dalam dan di Sekitar Hutan
26. Pengembangan Hutan Hak dan Aneka Usaha Kehutanan
27. Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru
28. Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar 29. Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar 30. Lembaga Konservasi
31. Perlindungan Hutan
32. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kehutanan 33. Penyuluhan Kehutanan
34. Pembinaan dan Pengendalian Bidang Kehutanan 35. Pengawasan bidang kehutanan
Tabel 3. Jumlah Urusan Yang Belum Ada/Belum Dibuat NSPK Urusan Yang Belum Ada NSPK KeteranganNSPK/
1. Inventarisasi hutan
2. Rencana Pengelolaan Jangka Menengah (Lima Tahunan) Unit KPHP
3. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHP
4. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
5. Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
6. Penataan Batas Luar Areal Kerja Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
7. Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL)
Unit KPHL
10. Rencana Kerja Usaha (Dua Puluh Tahunan) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
11. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
12. Rencana Pengelolaan Tahunan (Jangka Pendek) Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
13. Penataan Areal Kerja Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Lindung
14. Rencana Pengelolaan Dua Puluh Tahunan (Jangka Panjang) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK)
15. Rencana Pengelolaan Lima Tahunan (Jangka Menengah) Unit KPHK
16. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (Tahunan) Unit KPHK
17. Rencana Pengelolaan Jangka Menengah Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
18. Rencana Pengelolaan Jangka Pendek Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
19. Penataan Blok (Zonasi) Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
20. Industri Pengolahan Hasil Hutan
21. Pemanfaatan Kawasan Hutan pada Hutan Lindung
22. Penerimaan Negara Bukan Pajak Bidang Kehutanan
23. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
24. Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Termasuk Hutan Mangrove
25. Pemberdayaan Masyarakat Se-tempat di Dalam dan di Sekitar Hutan
27. Pengelolaan Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, dan Taman Buru
28. Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar 29. Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar 30. Lembaga Konservasi
31. Perlindungan Hutan
32. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kehutanan 33. Penyuluhan Kehutanan
34. Pembinaan dan Pengendalian Bidang Kehutanan 35. Pengawasan bidang kehutanan
ANALISIS KESESUAIAN NSPK BIDANG
KEHUTANAN
DENGAN PP NO.38 TAHUN 2007
Dalam menentukan kesesuaian antara NSPK yang telah dibuat oleh Kementerian Kehutanan dilakukan dengan mendasarkan pada kriteria sebagai berikut:
Pertama, kesesuaian yang terkait dengan konsideran menimbang apakah telah mempertimbangkan subtansi antara konsideran dalam NSPK dengan semangat yang terdapat dalam PP No. 38 Tahun 2007 beserta penjelasannya.
Kedua, kesesuaian yang terkait dengan apakah NSPK yang dibuat oleh Kementerian/Lembaga terkait telah mencantumkan PPNo. 38 tahun 2007 dalamkonsideran mengingat.
Ketiga, Kesesuaian tentang subtansi yang terdapat dalam Pasal-pasal NSPK Kementerian/Lembaga dengan isi Pasal-Pasal yang terdapat dalam PP No. 38 tahun 2007 beserta penjelasannya, serta lampiran PP No. 38
Untuk menentukan apakah isi/subtansi dari NSPK yang dibuat oleh Kementerian Kehutanan telah sesuai ataukah tidak dengan isi/subtansi PP No. 38 Tahun 2007, harus dilihat secara keseluruhan sesuai tiga kriteria tersebut. Apabila ketiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa subtansi NSPK tersebut tidak sesuai dengan isi/subtansi PP No. 38 tahun 2007. Uraian lengkap analisis kesesuaian antara NSPK Kementerian/Lembaga akan diuraikan secara lengkap dalam bab empat laporan akhir.
Dalam bidang kehutanan dari 54 jumlah sub bidang urusan yang harus dibuat NSPKnya, terdapat sembilanbelas sub bidang urusan yang telah dibuat NSPK, yaitu:
1. Pengukuhan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru
2. Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus 3. Penatagunaan Kawasan Hutan
4. Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan
5. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
6. Rencana Kerja Usaha Dua Puluh Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
7. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam dan Taman Buru
8. Sistem Informasi Kehutanan (Numerik dan Spasial) 9. Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan Produksi 10. Pemungutan Hasil Hutan pada Hutan Produksi
11. Pemanfaatan Kawasan Hutan dan Jasa Lingkungan pada Hutan Produksi
Hutan
15. Reklamasi Hutan Areal Bencana Alam 16. Hutan Kota
17. Perbenihan Tanaman Hutan
18. Pengusahaan Pariwisata Alam pada Kawasan Pelestarian Alam, dan Pengusahaan Taman Buru, Areal Buru dan Kebun Buru
19. Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Sebelum diuraiakan tentang kesesuaian NSPK yang telah dibuat dalam bidang kehutanan, maka Kementerian Kehutanan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan (Dekonsentrasi) Bidang Kehutanan sejak tahun 2010, 2011 dan 2012, kepada 33 Gubernur Pemerintah Provinsi selaku wakil pemerintahan. Dalam tiga Peraturan Menteri tersebut telah mencantumkan ketiga Peraturan Menteri dalam konsideran menimbangnya ketentuan Pasal 16 ayat (5) sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008. Namun demikian setelah dilakukan pengecekan kembali terhadap subtansi ketentuan Pasal 16 PP No.38 Tahun 2007, ternyata tidak terdapat ketentuan Pasal 16 ayat (5),karena ketrentuan Pasal 16 hanya sampai ayat (4). Dalam Pasal 16 yang mengatur tentang masalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan (dekonsentrasi) diatur dalam Pasal 16 ayat (1) butir b, yang berbunyi:
“Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), Pemerintah dapat: b. melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada kepala instansi vertikal atau kepada gubernur selaku wakil pemerintah di daerah
menimbang Pasal 16 ayat (5) sebagai tindak lanjut PP No. 38 Tahun 2007 sangatlah tidak tepat.
Melanjutkan analisis tentang kesesuaian antara NSPK yang sudah dibuat menurut PP No. 38 Tahun 2007,dilakukan dengan tiga kriteria sebagaimana diuraikan diatas. Berikut uraian analsis kesesuaian antara NSPK yang sudah dibuat dalam bidang kehutanan yang secara lengkapakan diuraikan sebagai berikut:
1. Pengukuhan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru
Berdasarkan analsis data kualitatif yang dapat diidentifikasi terhadap Peraturan Menteri Kehutanan sejak lahirnya PP No.38 tahun 2007, dalam kaitannya dengan pengukuhan kawasan hutan produksi,hutan lindung,kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru, dapat ditemukan Peraturan Menteri Kehutanan No: P.50/Menhut-II/2011 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, bahwa Peraturan Menteri tersebut telah mencantumkan PP No. 38 Tahun 2007 dalam konsideran menimbang. Dalam konsideran menimbang huruf b Peraturan Menteri tersebut dinyatakan bahwa ”berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan pemerintah daerah Kabupaten/Kota, Pemerintah menerapkan norma,standar,prosedur, dan kriteria pelaksanaan pengukuhan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru.”
Kedua, bahwa Peraturan Menteri tersebut telah mencantumkan PP No.38 Tahun 2007 dalam konsideran mengingat, yang terdapat
dengan PP No. 38 Tahun 2007 dalam Pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa penetapan NSPK dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) tahun. Namun dalam PP tersebut tidak mencantumkan tentang jangka waktu dua tahun dimulai sejak ditetapkan atau kapan tidak ada batasan yang jelas. Peraturan Menteri No: P.50/Menhut-II/2011, tersebut baru terbit tahun 2011 dengan judul “Pengukuhan Kawasan Hutan.” Selanjutnya sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (4) PP No. 38 Tahun 2007 bidang kehutanan merupakan urusan pilihan, sedangkan Pasal 7 ayat (3) urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu dengan memperhatikan ketentuan tersebut, terkait dengan masalah pengukuhan kawasan hutan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri tersebut belum secara jelas peran dari masing-masing pemerintahan.
2. Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus
Berdasarkan analsis data kualitatif yang dapat diidentifikasi terhadap Peraturan Menteri Kehutanan sejak lahirnya PP No.38 tahun 2007, dalam kaitannya dengan kawasan hutan dengan tujuan khusus, dapat ditemukan Peraturan Menteri Kehutanan No: P.13/Menhut-II/2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No.37/ Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.14/Menhut-II/2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.15/Menhut-II/2010 tentang
II/2009 tentang Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, bahwa dalam ketiga Peraturan Menteri tersebut tidak mencantumkan PP No. 38 Tahun 2007 dalam konsideran menimbang. Kedua, bahwa Peraturan Menteri tersebut telah mencantumkan PP No.38 Tahun 2007 dalam konsideran mengingat, yang terdapat dalam konsideran mengingat. Peraturan Menteri Kehutanan No: P.13/ Menhut-II/2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan dicantumkan dalam konsideran mengingat butir 9, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.14/Menhut-II/2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa dicantumkan dalam konsideran mengingat butir 9, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.15/Menhut-II/2010 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No.13/Menhut-II/2009 tentang Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi dicantumkan dalamkonsideran mengingat butir ke-8.
Ketiga, bahwa materi dari Peraturan Menteri ini terkait dengan beberapa Peraturan teknis bidang kehutanan,namun khusus terkait dengan PP No. 38 Tahun 2007 dalam Pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwa penetapan NSPK dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 2 (dua) tahun. Namun dalam PP tersebut tidak mencantumkan tentang jangka waktu dua tahun dimulai sejak ditetapkan atau kapan tidak ada batasan yang jelas. Ketiga Peraturan Menteri tersebut pada tahun 2010 yang secara khusus mengatur tentang hutan kemasyarakatan, hutan desa, dan hutan tanaman hasil rehabilitasi. Selanjutnya sesuai ketentuan Pasal 7 ayat (4) PP No. 38 Tahun 2007 bidang kehutanan merupakan urusan pilihan, sedangkan Pasal 7 ayat (3) urusan pilihan adalah urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
dengan masalah hutan kemasyarakatan dalam Pasal 8 Permen No. 13 Tahun 2010 telah memberikan peranan yang jelas kepada Gubernur/ Bupati/Walikota. Sedangkan untuk hutan desa sesuai Permen No. 14 Tahun 2010, peranan Gubernur sebagai wakil dari Pemerintah tidak mempunyai peran yang signifikan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (3) yang menyebutkan Usulan Bupati/Walikota sebagaiman dimaksud pada ayat (2), ditembuskan kepada Gubernur setempat. Pencantuman tembusan tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Provinsi tidak mempunyai peran yang nyata dalamkaitannya dengan masalah hutan kemasyarakatan ini, padahal sesuai ketentuan Pasal 16 ayat (1) butir b PP No. 38 Tahun 2007, dimana Pemerintah Provinsi selaku wakil Pemerintah di daerah dalam rangka dekonsentrasi.”
Selanjutnya mengenai hutan tanaman hasil rehabilitasi Pemerintah Provinsi tidak mempunyai peran, karena hal tersebut langsung diusulkan oleh Bupati/walikota sesuai dengan lokasi dimana hutan tanaman hasil rehabilitasi tersebut berada.
Adapun apabila diperhatikan dalam Lampiran PP No. 38 tahun 2007, Pemerintah Provinsi menyampaikan pengusulan dan pertimbangan teknis pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus untuk masyarakat hukum adat, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan kehutanan, lembaga sosial dan keagamaan untuk skala provinsi. Sedangkan pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus untuk masyarakat hukum adat, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan kehutanan, lembaga sosial dan keagamaan untuk skala kabupaten/kota dengan pertimbangan gubernur.
mencantumkan PP No. 38 Tahun 2007, namun secara lebih spesifik/ khusus NSPK tentang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus memang belum mengatur tentang hal itu, dan juga mengenai bagaimana pengusulan dan pertimbangan teknis untuk skala provinsi, serta pengusulan pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus juga tidak diatur secara detail.
3. Penatagunaan Kawasan Hutan
Berdasarkan analsis data kualitatif yang dapat diidentifikasi terhadap Peraturan Menteri Kehutanan sejak lahirnya PP No.38 tahun 2007, dalam kaitannya dengan penatagunaan kawasan hutan, dapat ditemukan Peraturan Menteri Kehutanan No: P.15/Menhut-II/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No.32/Menhut-II/2007 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, dan Pembayaran Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Pada Hutan Produksi, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.48/Menhut-II/2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, Peraturan Menteri Kehutanan No.46/Menhut-II/2010 tentang Perubahan Atas Permenhut Nomor P.24/Menhut-II/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan, Peraturan Menteri Kehutanan No.19/Menhut-II/2011 tentang Penataan Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, bahwa dari lima Peraturan Menteri tersebut hanya satu Peraturan Menteri yang mencantumkan PP No. 38 Tahun 2007 dalam konsideran menimbang. Peraturan Menteri tersebut adalah Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.19/Menhut-II/2011 tentang Penataan
Kedua, bahwa kelima Peraturan Menteri tersebut telah mencantumkan PP No.38 Tahun 2007 dalam konsideran mengingat, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.15/Menhut-II/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan No.32/Menhut-II/2007 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, dan Pembayaran Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Pada Hutan Produksi dicantumkan dalam konsideran mengingat butir 5, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.48/Menhut-II/2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam yang dicantumkan dalam konsideran mengingat butir 8, Peraturan Menteri Kehutanan No.46/Menhut-II/2010 tentang Perubahan Atas Permenhut Nomor P.24/Menhut-II/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kebun Bibit Rakyat yang dicantumkan dalamkonsideran mengingat butir 4, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang dicantumkan dalamkonsideran mengingat butir 14, Peraturan Menteri Kehutanan No.19/Menhut-II/2011 tentang Penataan Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan butir ke-6.
Ketiga, bahwa materi dari kelima Peraturan Menteri ini terkait dengan beberapa Peraturan teknis bidang kehutanan,yaitu pedoman pinjam pakai kawasan hutan, penataan batas areal kerja izin pemanfaatan hutan, pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. Selain itu juga terkait dengan tata cara pengenaan, pemungutan, dan pembayaran iuran izin usaha pemanfaatan hutan pada hutan produksi, pedoman penyelenggaraan kebun bibit rakyat. Dari kelima jenis Peraturan Menteri tersebut yang secara spesifik mengatur NSPK penatagunaan
fungsi hutan serta perubahan hak dari lahan milik menjadi kawasan hutan, pemberian perizinan penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan memang belum ada yang secara khusus mengatur tentang hal itu.
Namun ada dua jenis Peraturan Menteri yang cukup relefan terkait dengan NSPK penatagunaan kawasan hutan yaitu Peraturan Menteri Kehutanan No: P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan dan Peraturan Menteri Kehutanan No.19/Menhut-II/2011 tentang Penataan Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan. Berdasarkan lampiran PP No. 38 Tahun 2007, Pemda Privinsi memberikan pertimbangan teknis perubahan status dan fungsi hutan,perubahan status dari lahan milik menjadi kawasan hutan dan pelaksanaan penetapan fungsi, perubahan status dan fungsi hutan serta perubahan hak dari lahan milikmenjadi kawasan hutan, pemberian perizinan penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan. Selanjutnya Pemda kabupaten/Kota mengusulkan perubahan status dan fungsi hutan dan perubahan status dari lahan milik menjadi kawasan hutan,dan penggunaan serta tukar menukar kawasan hutan.
Apabila diperhatikan dalam ketentuan Pasal 38 ayat (5) Permenhut No. 18 Tahun 2011, dinyatakan bahwa “Gubernur dapat menugaskan Kepala Dinas Provinsi yang membidangi kehutanan untuk membentuk dan mengkoordinasikan kegiatan monitoring dan evaluasi.” Kata dapat dalampasal tersebut menunjukkan dua kemungkinan dapat dilakukan atau bahkan dapat juga tidak dilakukan. Sedangkan ketentuan tentang peranan Pemerintah daerah Provinsi dalam memberikan pertimbangan teknis perubahan status kawasan dan pelaksanaannya tidak ditemukakan dalam Peraturan Menteri tersebut dan juga peranan Pemerintah Kabupaten/Kota juga tidak terlihat secara tegas mengenai pengusulan perubahan status dan fungsi hutan. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri No. 19 Tahun
tata batas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan pemberitahuan kepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota tentang pelaksanaan tata batas areal kerja izin pemanfaatan hutan. DalamPeraturan Menteri itupun juga tidak secara tegas peran Pemda Privinsi maupun Kabupaten/Kota sebagimana ditegaskan dalam lampiran PP No. 38 tahun 2007 sebagimana disebutkan diatas.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa meski dalam konsideran mengingat kelima jenis Peraturan Menteri telah mencantumkan PP No. 38 Tahun 2007, namun secara lebih spesifik/ khusus NSPK tentang Penatagunaan Kawasan Hutan memang belum mengatur tentang bagaimana pertimbangan teknis dan pengusulan perubahan status dan fungsi hutan, dan perbahan status dari lahan milik menjadi kawasan hutan dengan penggunaan ser hal itu, dan juga mengenai tukar menukar kawasan hutan sebagaiman diatur dalam lampiran PPNo. 38 Tahun 2007.
4. Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan
Berdasarkan analsis data kualitatif yang dapat diidentifikasi terhadap Peraturan Menteri Kehutanan sejak lahirnya PP No.38 tahun 2007, dalam kaitannya dengan pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dapat ditemukan Peraturan Menteri Kehutanan No: P.6/ Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin atau Pada Hutan Hak, Peraturan Menteri Kehutanan No.20/Menhut-II/2011
Kota, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.54/Menhut-II/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan No.41/Menhut-II/2011 tentang Standar Fasilitasi Sarana dan Prasarana Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, bahwa dari empat Peraturan Menteri tersebut tidak satupun Peraturan Menteri yang mencantumkan PP No. 38 Tahun 2007 dalam konsideran menimbang. Kedua, bahwa keempat Peraturan Menteri tersebut telah mencantumkan PP No.38 Tahun 2007 dalam konsideran mengingat, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan dicantumkan konsideran mengingat dalam butir 8, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.38/Menhut-II/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin atau Pada Hutan Hak dicantumkan konsideran mengingat dalam butir 11, Peraturan Menteri Kehutanan No.20/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pemetaan Kawasan Hutan Tingkat Kabupaten/Kota dicantumkan dalam konsideran mengingat butir 5, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.54/Menhut-II/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan No.41/Menhut-II/2011 tentang Standar Fasilitasi Sarana dan Prasarana Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Model dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model dicantumkan konsideran mengingat dalam butir 7.
Ketiga, bahwa materi dari keempat Peraturan Menteri ini terkait dengan beberapa Peraturan teknis bidang kehutanan,yaitu Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan, Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu Pada Pemegang Izin atau Pada Hutan Hak, Pedoman Pemetaan Kawasan Hutan Tingkat Kabupaten/Kota, Standar Fasilitasi Sarana dan Prasarana Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
pembentukan wilayah pengelolaan hutan adalah Peraturan Menteri Nomor: P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan.
Peranan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah dalam Peraturan Menteri Nomor: P.6/Menhut-II/2009 telah sesuai dengan ketentuan PP No. 38 Tahun 2007 sebagaimana tertuang dalam lampiran Peraturan Pemerintah tersebut. Hal ini ditegaskan dalam ketentuan Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) yang bunyi lengkapnya sebagai berikut: (1) Rancang bangun KPH sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 untuk KPHL dan KPHP disusun oleh Kepala Dinas yang membidangi urusan kehutanan di provinsi dengan memperhatikan pertimbangan Bupati/Walokota, dukungan data dan informasi dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan dan pemangku kepentingan. (2) Rancang bangun KPHL dan KPHP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) oleh Kepala Dinas yang membidangi urusan kehutanan di provinsi disampaikan kepada Gubernur untuk mendapat persetujuan.”
Ketentuan Pasal 10 Permenhut tersebut telah sesuai dengan Lampiran PP No. 38 tahun 2007 dimana dalam sub bidang urusan pembentukan wilayah pengelolaan hutan Pemerintah Provinsi mempunyai kewenangan untuk melaksanakan penyusunan rancang bangun, pembentukan dan pengusulan penetapan wilayah pengelolaan hutan lindung dan hutan produksi serta pertimbangan teknis institusi wilayah pengelolaan dan institusi wilayah pengelolaan serta arahan pencadangan. Sedangkan Kabupaten/Kota memberikan pertimbangan penyusunan rancang bangun dan pengusulan pembentukan wilayah
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa NSPK tentang Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan telah sesuai dengan ketentuan PP No. 38 Tahun 2007, meski dalam konsideran menimbang tidak mencantumkan PP No. 38 sebagai landasan filosofisnya.
5. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP)
Berdasarkan analsis data kualitatif yang dapat diidentifikasi terhadap Peraturan Menteri Kehutanan sejak lahirnya PP No.38 tahun 2007, dalam kaitannya dengan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (Dua Puluh Tahunan) Unit Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), dapat ditemukan Peraturan Menteri Kehutanan
No: P.6/Menhut-II/2010 tentang NormaStandar,Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama, bahwa Peraturan Menteri tersebut tidak mencantumkan PP No. 38 Tahun 2007 dalam konsideran menimbang.
Kedua, bahwa keempat Peraturan Menteri tersebut telah mencantumkan PP No.38 Tahun 2007 dalam konsideran mengingat yang dicantumkan konsideran mengingat dalam butir 8.
Ketiga, bahwa materi Peraturan Menteri ini secara spesifik mengatur NSPK Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) adalah Peraturan Menteri Nomor: P.6/Menhut-II/2010. Menurut lampiran PP No. 38 Tahun 2007 Pemerintah Provinsi memberikan pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka panjang unit kesatuan pengelolaan hutan produksi KPHP. Sedangkan Pemerintah Kabupaten/Kota memberikan pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka panjang unit KPHP.
(1) Rencana pengelolaan jangka panjang untuk KPHL dan KPHP disusun oleh Kepala KPHL dan KPHP dinilai oleh Gubernur dan disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Rencana pengelolaan hutan jangka panjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a. Mengacu pada rencana kehutanan nasional, provinsi,maupun kabupaten/kota; dan
b. Memperhatikan aspirasi, nilai budaya masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan.
Selanjutnya Pasal 20 Peraturan Menteri tersebut menyebutkan bahwa:
“Terhadap permohonan dan/atau perpanjangan izin penggunaan kawasan hutan dalam wilayah KPH,maka pemberian rekomendasi oleh dinas yang menangani urusan kehutanan provinsi atau kabupaten/ kota harus mempertimbangkan rencana pengelolaan hutan yang telah disusun oleh KPHL dan KPHP.”
Ketentuan Pasal 11 dan Pasal 20 Permenhut tersebut telah sesuai dengan Lampiran PP No. 38 tahun 2007 dimana dalam sub bidang urusan rencana pengelolaan jangka panjang unit kesatuan pengelolaan hutan produksi (KPHP), Pemerintah Provinsi mempunyai kewenangan untuk memberikan pertimbangan teknis rencana pengelolaan jangka panjang unit kesatuan pengelolaan hutan produksi KPHP dan Kabupaten/Kota memberikan pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka panjang unit KPHP.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa NSPK tentang Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Unit Kesatuan
PP No. 38 Tahun 2007, meski dalam konsideran menimbang tidak mencantumkan PP No. 38 sebagai landasan filosofisnya.
6. Rencana Kerja Usaha Dua Puluh Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi
Berdasarkan analsis data kualitatif yang dapat diidentifikasi terhadap Peraturan Menteri Kehutanan sejak lahirnya PP No.38 tahun 2007, dalam kaitannya dengan Rencana Kerja Usaha Dua Puluh Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi, dapat ditemukan
beberapa Peraturan Menteri Kehutanan No: P.8/Menhut-II/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.55/ Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.50/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Perluasan Areal Kerja izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Dalam Hutan Alam,IUPHHK Registrasi Ekosistem, atau IUPHHK Hutan Tanaman Industri Pada Hutan Produksi, Peraturan Menteri Kehutanan No.43/Menhut-II/2010 tentang Pencabutan Peraturan Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2005 jo Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.05/Menhut-II/2006 tentang Pedoman Verifikasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam HA) dan atau pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI) yang Diterbitkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.29/Menhut-II/2010 tentang Rencana Kerja Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Dalam Hutan Tanaman Industri Sagu, Peraturan Menteri Kehutanan No.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman, Peraturan Menteri Kehutanan No.19/Menhut-II/2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2008 tentang
Pertama, bahwa dari enam Peraturan Menteri tersebut tidak satupun Peraturan Menteri yang mencantumkan PP No. 38 Tahun 2007 dalam konsideran menimbang. Kedua, bahwa keenam Peraturan Menteri tersebut telah mencantumkan PP No.38 Tahun 2007 dalam konsideran mengingat, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.8/Menhut-II/2009 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.55/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.50/ Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Perluasan Areal Kerja izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Dalam Hutan Alam,IUPHHK Registrasi Ekosistem, atau IUPHHK Hutan Tanaman Industri Pada Hutan Produksi, Peraturan Menteri Kehutanan No.43/ Menhut-II/2010 tentang Pencabutan Peraturan Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2005 jo Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.05/ Menhut-II/2006 tentang Pedoman Verifikasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan atau pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI) yang Diterbitkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.29/Menhut-II/2010 tentang Rencana Kerja Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Dalam Hutan Tanaman Industri Sagu, Peraturan Menteri Kehutanan No.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman, Peraturan Menteri Kehutanan No.19/Menhut-II/2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2008 tentang Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat.
Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari Hutan Negara, Tata Cara Pemberian dan Perluasan Areal Kerja izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Dalam Hutan Alam,IUPHHK Registrasi Ekosistem, atau IUPHHK Hutan Tanaman Industri Pada Hutan Produksi, Pedoman Verifikasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Alam (IUPHHK-HA) dan atau pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HTI) yang Diterbitkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota, Rencana Kerja Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Dalam Hutan Tanaman Industri Sagu, Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman, Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat.
Dari keenam Peraturan Menteri tersebut yang erat kaitannya dengan Rencana Kerja Usaha Dua Puluh Tahunan Unit Usaha Pemanfaatan Hutan Produksi adalah, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.50/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Perluasan Areal Kerja izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Dalam Hutan Alam,IUPHHK Registrasi Ekosistem, atau IUPHHK Hutan Tanaman Industri Pada Hutan Produksi, Peraturan Menteri Kehutanan No: P.29/Menhut-II/2010 tentang Rencana Kerja Usaha pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Dalam Hutan Tanaman Industri Sagu, Peraturan Menteri Kehutanan No.55/Menhut-II/2011 tentang Tata Cara Permohonan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Pada Hutan Tanaman Rakyat Dalam Hutan Tanaman, Peraturan Menteri Kehutanan No.19/Menhut-II/2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kehutanan Nomor P.62/Menhut-II/2008 tentang Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan tanaman Industri dan Hutan Tanaman Rakyat.
Peranan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah dalam lampiran PP No. 38 Tahun 2007 sebagaimana tertuang dalam lampiran Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah Provinsi memberikan