• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGUKUR SIKAP SPIRITUAL SISWA SMA MELALUI INDIKATOR KETAATAN DALAM BERAGAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGUKUR SIKAP SPIRITUAL SISWA SMA MELALUI INDIKATOR KETAATAN DALAM BERAGAMA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KETAATAN DALAM BERAGAMA

MEASURING SPIRITUAL ATTITUDES OF HIGH SCHOOL STUDENTS

THROUGH THE INDICATORS OF RELIGIOUS OBSERVANCE

Safa’at Ariful Hudha

Alumni Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta safaat.a.huda@gmail.com

ABSTRACT

Spiritual Attitude is a dimension as a description of the journey and the life experiences that grows in human interactions in their events and their life, including the transcendental dimension which includes human beliefs, faiths, related to the interaction of God and one’s religious practices. The purpose of this is to determine the spiritual attitudes of high school students through indicators of religious observance. Religious observance in this study is limited to sevens indicators that are adjusted to the daily experiences of high school students.

This study is a descriptive survey with quantitative approach. Data collection techniques by distributing questionnaires to the High School students. The Results of this study indicate that 74.41% of High School students have a good spiritual attitude.

Keywords: Spiritual Attitudes, Religious Observance.

ABSTRAK

Sikap spiritual merupakan dimensi yang tumbuh dalam diri manusia sebagai gambaran atas perjalanan dan pengalaman hidup dalam interaksinya dengan peristiwa dan kehidupan di sekitarnya, termasuk dimensi transendental yang meliputi keyakinan, kepercayaan, berkaitan dengan interaksi ketuhanan dan praktek religius seseorang. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sikap spiritual siswa SMA melalui indikator ketaatan dalam beragama. Ketaatan beragama dalam penelitian ini dibatasi pada tujuh indikator yang disesuaikan dengan pengalaman sehari-hari siswa SMA.

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner kepada siswa kelas XI SMA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 74.41% siswa SMA memiliki sikap spiritual yang baik.

(2)

A. Pendahuluan

Pemaknaan sikap spiritual dalam pembelajaran secara umum sangat beragam.

Pitaf & Farooq menyampaikan hal yang sama bahwa sikap adalah keadaan mental yang berubah-ubah yang mempunyai kecenderungan bertindak positif maupun negatif terhadap rangsangan yang ada.1 Sementara Ferreira

menyimpulkan “attitude reflect the affective evaluation of events and are frequently the consequence of learning. They are hypothetical constructs that are sometimes manifested in verbal reports”, masih sama dengan pendapat sebelumnya bahwa sikap merupakan respon evaluasi afektif terhadap sesuatu dan terkadang dimanifestasikan dalam bentuk verbal.2

Karakteristik sikap idealnya mencakup dimensi arah (direction), intensitas (intensity), keluasan (pervasiveness), konsistensi (consistent) dan spontanitas (salience). Sikap memiliki arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan antara setuju atau tidak, mendukung atau tidak, memihak ataupun tidak terhadap sesuatu/objek. Sikap memiliki intensitas dalam artian kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin sama. Sikap memiliki keluasan dimana kesetujuan atau tidak terhadap sesuatu dapat mengenai hanya pada aspek tertentu, dan dapat pula mencakup berbagai aspek yang ada. Konsistensi dalam sikap adalah kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan respon terhadap objek yang dimaksud.3

Spiritualitas merupakan komponen

1 A.I. Pitaf, & M. Farooq, Measurement of Scientific Attitude of secondary School Student in Pakistan. Journal Academic Research International, Vol 2, No 2, 2012, pp. 379-392.

2 R. Ferreira, Development of an Instrument to Measure High School Student Global Awareness and Attitudes Looking through the Lens of Social Sciences Jurnal of Proquest LLC, 2011

3 G. Sax, Principles of educational and Psychological Measurement and Evaluation. (California: Wadsworth Publishing Company, 1980),

intrinsik untuk menjadi manusia seutuhnya, subyektif, tidak dapat diterka, dan sangat multidimensional. Sheridan & Hemert mendefinisikan spiritualitas sebagai pencarian manusia akan tujuan dan makna dari pengalaman hidup.4 Spiritualitas sangat berefek pada

meningkatnya perilaku baik manusia terhadap lingkungannya. Spiritualitas dan religius sering digunakan secara bersamaan, namun konsep keduanya sangat berbeda.5 Istilah spiritualitas

sudah menjadi suatu hal yang populer untuk didiskusikan dalam dunia akademik untuk mengetahui pentingnya aspek spiritual dalam kepemimpinan dan peningkatan pendidikan.6

Puchalski et al menuturkan bahwa

spiritual berhubungan pada aspek kemanusian yang merujuk pada metode yang dipakai individu dalam mencari dan mengungkapkan makna tentang kehidupan, pengalaman dan peristiwa yang berkaitan dengan momentum, diri, orang lain, alam semesta dan pada suatu yang bermakna dan sakral.7 Hill et al

juga memaparkan bahwa istilah spiritual dapat digunakan untuk menggambarkan pengalaman religius seseorang, sedangkan istilah religius digunakan untuk menyatakan status kepercayaan/agama. Dalam pandangan umum, spiritualitas terlihat lebih positif, tulus, dan mendasar, sedangkan religiusitas mengandung makna ritual dan ketaatan dalam beribadah.8

4 M. J. Sheridan, & K. A. Hemert, The Role of Religion and Spiri-tuality in Social Work Education and Practice: A Survei of Student Views and Experiences. The Journal of Happiness & Well-Being, 2015, Vol. 3, Nomor 1.

5 A. Z. Ubale, & A. H. Abdullah, The Effects of Spirituality in Shap-ing the Human Behaviour (An Islamic Perspective). Internasional Journal of Academic Research in Business and Social Sciences, 2015 6 G. Piercy, Transformative Learning Theory and Spirituality: A Whole-Person Approach. Journal of Instructional Research, 2013, Vol 2.

7 C. Puchalski, Improving the Quality of Spiritual Care as a Dimen-sion of Palliative Care: The Report of the Consensus Conference. Journal of Palliative Medicine, 2009, Vol. 12 No. 10. Pp. 885 – 904. 8 P. C. Hill, Conceptualizing religion and spirituality: Points of community, points of departure. Journal for the Theory of Social

(3)

Berdasarkan perspektif agama Islam, Ghorbani et al menyatakan bahwa “spirituality based on a muslim perspective centers on loving submission and closeness to God”.9

Pendapat lain yang diungkapkan oleh Bonab et al bahwa spiritualitas dapat dipahami sebagai tema inti dari agama Islam yang mencakup atas keimanan, ritual, perilaku sehari-hari, dan pengetahuan. Oleh karena itu, inti keimanan dalam agama islam seperti iman kepada Allah, Rasul-Nya, Hari Akhir dan lain sebagainya telah ada dalam spiritual, berinteraksi dengan Allah, sesama manusia, lingkungan dan dirinya sendiri.10

Pemaknaan sikap spiritual yang bervariasi tersebut menunjukkan belum adanya definisi yang tetap, serta masih adanya kemungkinan untuk terus berkembang seperti dimensi dan aspek lain dalam psikologi. Namun demikian, definisi operasional yang mungkin dapat ditampilkan dalam dunia pendidikan terutama dalam pembelajaran mengenai sikap spiritual tersebut adalah adanya perwujudan interaksi antara manusia (sebagai makhluk yang diciptakan) dengan Allah SWT sebagai penciptanya.

Aspek sikap spiritual yang dimaksudkan adalah bagaimana siswa mampu menguasai sikap spiritual dan memahaminya sesuai dengan konsep penghayatan ketakwaan dalam ajaran agama. Ketakwaan merupakan perilaku batin yang termasuk ke dalam atribut psikologis yang merupakan variabel laten yang tidak dapat dikaji, diketahui, dan diukur secara langsung, tetapi dapat diketahui dan diukur secara tidak langsung melalui gejala dan manifestasinya. 9 N. Ghorbani, Measuring Muslim Spirituality: Relationships of Muslim Experiential Religiousness with Religious and Psychological Adjustment in Iran Journal of Muslim Mental Health,2014, Vol. 8, Issue 1, pp. 77-94.

10 B. G. Bonab, Attachment to God in Islamic Spirituality. Journal of Muslim Mental Health, 2013, Vol. 7, Issue 2, pp. 77-104.

Ketaatan beragama atau dalam teologi Islam disebutkan dalam kalimat Taqwa didefinisikan sebagai kewaspadaan terhadap sesuatu yang membahayakan dengan mengerjakan sesuatu yang bermanfaat, yaitu mengerjakan sesuatu karena taat kepada Allah dan mengharap rahmat-Nya, serta meninggalkan maksiat karena Allah dan takut akan siksa-Nya. Taqwa kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.11 Taqwa pada hakikatnya adalah

sikap menaati Allah SWT dengan keimanan dan kesadaran, yang diperintahkan maupun yang dilarang, melakukan semua yang diperintah dengan iman pada perintah tersebut dan percaya pada janji-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya dengan iman pada seluruh larangan tersebut dan takut akan ancaman-Nya.

Kajian mengenai sikap spiritual dapat dipahami secara lugas sebagai dimensi dan aspek yang tumbuh dalam diri manusia sebagai gambaran atas perjalanan dan pengalaman hidup dalam interaksinya dengan peristiwa dan kehidupan di sekitarnya. Sikap spiritual juga dipahami sebagai dimensi transendental yang meliputi keyakinan, kepercayaan, berkaitan dengan interaksi ketuhanan dan praktek religius seseorang. Dengan demikian maka sikap spiritual merupakan dimensi yang sangat dekat dan banyak dipengaruhi oleh adanya campur tangan nilai keagamaan di dalamnya.

Dalam pandangan umum, sikap spiritual tersebut sebagai interaksi antara manusia dengan Allah SWT sebagai penciptanya. Interaksi ini mempunyai dua ruang lingkup berupa dimensi batin dan dimensi sikap. Dimensi batin spiritual merupakan hubungan setiap manusia dengan Allah SWT, tidak dapat diketahui oleh

11 S, I, I. Taimiyyah, al-Tuhfah al-Iraqiyah fi al-A’mal al-Qalbiyah. (Riyadh: Maktabah al-Rusyd, 2000) p.195

(4)

orang lain. Dimensi sikap spiritual sebagai perwujudan interaksi manusia dengan Allah SWT, yang berupa sikap, perilaku atau tindakan.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Yaitu penelitian yang berupaya mencari suatu yang menyeluruh dan teliti mengenai suatu keadaan.

Subyek penelitian ini menggunakan non-probability sampling dan ditentukan dengan teknik purposive sampling, yaitu penelitian hanya khusus ditujukan kepada siswa muslim dan dengan mempertimbangkan masa studi siswa minimal satu tahun pembelajaran di SMA Negeri. Penentuan dan pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa sekolah yang dipilih memiliki kurikulum pendidikan agama islam dan diasumsikan telah mewakili populasi siswa SMA di Kota Yogyakarta.

Indikator ketaatan dalam beragama atau dalam teologi Islam disebut juga dengan ketaqwaan, pada penelitian ini dideskripsikan ke dalam tujuh indikator yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah dan sekitarnya. Tujuh indikator tersebut dijabarkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Indikator Ketaatan dalam Beragama

Aspek Indikator

Ketaatan dalam Beragama

1. Menjadikan salat sebagai prioritas utama.

2. Membayarkan zakat sesuai dengan nisab yang telah ditentukan.

3. Memiliki sikap toleransi yang tinggi.

Aspek Indikator

4. Bersikap jujur dalam perkataan/perbuatan. 5. Tegas untuk menolak

segala bentuk perbuatan yang mendekati zina. 6. Tidak mengambil barang/

sesuatu yang merupakan hak milik orang lain. 7. Tidak mengingkari atas

janji yang telah disepakati. Pada setiap indikator yang telah ditentukan terdapat masing-masing satu butir pernyataan kasus/peristiwa sebagai stimulus yang kemudian siswa akan memilih respon jawaban yang sesuai dengan pengalaman diri mereka. Jawaban respon yang disediakan merupakan pernyataan tertutup yang terdiri dari tiga pilihan jawaban dan memiliki nilai skor yang berbeda, dengan skor tertinggi tiga (3) dan skor terendah adalah nol (0).

Tabel 2. Pedoman Skoring

Kriteria sikap spiritual Skor

Baik 3

Cukup 2

Kurang 1

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Penelitian ini dilakukan pada empat SMA Negeri di Kota Yogyakarta yang melibatkan 307 siswa kelas XI. Seluruh siswa/siswi yang menjadi responden berasal dari kelas XI baik MIA maupun IS. Hasil yang diperoleh dari kegiatan tersebut adalah data skor yang didapat dari respons siswa atas instrumen yang diberikan. kemudian data tersebut diolah untuk mengetahui hasil pengamatan sikap

(5)

spiritual siswa berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Hasil pengolahan data tersebut kemudian dideskripsikan baik per indikator maupun secara umum.

Hasil pengukuran dari masing-masing tujuh indikator ketaatan dalam beragama yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan melalui tabel dan pembahasan. Hasil pengolahan data pada indikator pertama sikap spiritual siswa SMA yaitu menjadikan salat sebagai prioritas utama dapat ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Survey Indikator Menjadikan salat sebagai prioritas utama Menjadikan salat sebagai

prioritas utama.

Variasi Jawaban

(%) Saat musyawarah baru saja

dibuka, seketika itu juga azan salat zuhur dikumandangkan. Sebagai Ketua panitia, ketika berada dalam posisi tersebut, saya akan …

3

salat zuhur berjamaah terlebih dahulu kemudian meneruskan musyawarah. 75.24 1 menyelesaikan

musyawarah dulu, baru kemudian menunaikan salat.

4.56 2 meminta pertimbangan dari seluruh panitia. 19.87

Tabel 3 menunjukkan bahwa indikator ketaqwaan yang dihimpun dari bagaimana siswa SMA memprioritaskan ibadah wajib dalam hidupnya, dalam hal ini adalah salat. Terdapat lebih dari 75 % dari keseluruhan responden mengutamakan salat daripada kegiatan yang lain. Pada kasus yang digunakan sebagai stimulus di atas merupakan kegiatan yang

dilakukan secara bersama-sama, yaitu dalam kegiatan musyawarah. Hal ini mengindikasikan bahwa sudah tumbuh kesadaran pada siswa SMA untuk menaati perintah dalam agama.

Namun demikian, masih ada sekitar 20% siswa yang memberikan pertimbangan kepada yang lain, kemungkinan tersebut bisa terjadi pada responden yang memiliki jiwa demokratis, sehingga ia akan cenderung memberikan jawaban sesuai dengan kesepakatan bersama, ataupun bisa terjadi pada responden yang belum dapat mengambil keputusan sendiri dalam kegiatan yang dilakukan secara bersama-bersama. Beberapa kemungkinan tersebut masih dapat digali lebih dalam dengan menanyakan langsung ataupun dengan wawancara mendalam lebih lanjut.

Tabel 4. Hasil Survey Indikator Membayarkan zakat sesuai dengan nisab

yang ditentukan Membayarkan zakat sesuai dengan nisab yang telah ditentukan.

Variasi Jawaban

(%) Apabila Gaji perbulan saya

nanti mencapai 5 juta rupiah. Maka dengan uang tersebut saya dapat membelanjakan untuk berbagai kebutuhan dan keperluan. Namun sebelumnya, saya akan menyikapi uang tersebut dengan …

2

Membelanjakannya, jika ada sisa belanja digunakan untuk bayar zakat

16.94

1

Membelanjakannya, masih ada yang lebih kaya yang harus berzakat

(6)

3 Menghitung nisab zakat dahulu, baru

membelanjakannya. 80.13

Membayarkan zakat sesuai dengan nisabnya merupakan salah satu dari lima rukun islam. Oleh karenanya, membayar zakat juga merupakan salah satu indikasi dari ketaqwaan. Tabel 4 menggambarkan tentang bagaimana siswa SMA menyikapi harta yang mereka miliki dengan memberikan simulasi berupa gaji yang diperoleh dan bagaimana cara mereka membelanjakannya. Lebih dari 80% responden memberikan jawaban bahwa mereka akan menyisihkan gaji tersebut sebesar penghitungan nisab zakat terlebih dahulu sebelum membelanjakannya. Kondisi tersebut memberikan satu gambaran bahwa secara teoritis, siswa SMA sudah mengerti dan memahami tentang pengertian zakat dan penerapannya. Namun demikian, hasil tersebut belum dapat digunakan sebagai referensi yang pasti atas praktek sikap yang akan dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya.

Variasi jawaban responden yang lain sebesar hampir 17% memberikan respon berupa sikap mereka yang akan membelanjakan dahulu harta yang mereka baru menyisihkan untuk membayar apabila terdapat sisa. Situasi seperti ini juga tidak dapat disalahkan sepenuhnya, karena simulasi yang digunakan adalah harta yang diterima dalam sebulan sehingga masih ada kemungkinan responden yang memberikan jawaban tersebut akan membayarkan zakar sesuai nisabnya setelah satu satu tahun ataupun setelah dipotong kebutuhan harian yang mereka belanjakan. Sedangkan sisa persentase yang masih ada cenderung tidak mengindahkan atas kewajiban membayarkan zakat.

Tabel 5. Hasil Survey Indikator Memiliki sikap toleransi yang tinggi

Memiliki sikap toleransi yang tinggi.

Variasi Jawaban

(%) Seorang teman meminjam

salah satu tropi kejuaraan, ketika dikembalikan, ternyata salah satu aksesoris tropi tersebut hilang. teman saya memohon maaf dan meminta waktu agar dapat menggantikan, sikap saya ketika itu…

2 Memaafkan untuk kali ini saja, dan tidak akan

meminjamkan lagi. 18.57

3 Memaafkan dan menerima ganti rugi

darinya. 76.87

1 Tidak akan dimaafkan karena merupakan sikap

tidak bertanggungjawab 3.91

Sikap toleransi merupakan isu yang masih dan akan terus digalakkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan terutama bagi bangsa ini. sikap toleransi juga merupakan salah satu aspek yang menjadi tolak ukur ketaatan seorang dalam memahami ajaran agamanya. Teologi agama islam juga banyak mengajarkan tentang sikap toleransi terhadap sesama manusia. Oleh karena itu, sikap toleransi juga menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur sikap spiritual siswa SMA.

Aspek sikap toleransi yang digunakan sebagai contoh kasus pada penelitian ini lebih diberatkan pada sikap saling mengerti dan

(7)

memahami atas kondisi serta situasi yang terjadi dalam pergaulan dan kehidupan bersosial. Lebih dari 76% responden pada penelitian ini menunjukkan kepemilikan sikap toleransi atas kondisi yang menimpa orang lain terhadap dirinya. Pernyataan yang banyak dipilih pada tiga variasi jawaban tersebut menunjukkan bahwa hubungan baik antar sesama teman/ sejawat merupakan hal yang lebih penting dari sekedar barang/sesuatu yang masih dapat dicari ataupun digantikan kembali. Namun demikian, tidak berarti bahwa dalam situasi tersebut boleh meninggalkan tanggungjawab yang harus tetap dijaga.

Persentase dari responden yang tersisa, lebih dari 18%, cenderung memilih untuk memaafkan dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama pada orang tersebut. Siswa yang memiliki sikap demikian, masih perlu diberikan perhatian dan pengasuhan lebih lanjut, secara mental mereka telah memiliki sikap untuk bisa memahami keadaan, namun belum dapat menerima secara utuh dan cenderung untuk menyimpan rasa dendam dalam dirinya. Hal tersebut secara teori dibuktikan dengan adanya sikap penolakan apabila akan dimintai tolong kembali oleh yang sama tanpa memberikan kesempatan baginya untuk memperbaiki. Sedangkan 4% yang tersisa dari responden cenderung untuk bersikap keras dan belum bisa menerima kesalahan orang lain. Siswa yang memiliki sikap seperti ini harus lebih banyak dibimbing baik secara mental maupun spiritual.

Tabel 6. Hasil Survey Indikator Bersikap jujur dalam perkataan/perbuatan Bersikap jujur dalam

perkataan/perbuatan.

Variasi Jawaban

(%) Ketika Ujian Akhir Semester

kemarin banyak beredar kunci jawaban misterius, seketika memang terlihat menjanjikan untuk dipakai apalagi posisi saya juga belum maksimal dalam belajar. Dalam keadaan yang demikian saya akan …

1 Melihat kunci jawaban sebagai alternatif solusi

terbaik 3.91

2 Berusaha sendiri lebih dahulu, jika terpojok bisa

melihat kunci jawaban 16.61

3

Berusaha sendiri semaksimal mungkin tanpa bergantung kunci jawaban

78.50 Kejujuran merupakan salah satu adab dan akhlak yang seharusnya dimiliki oleh semua manusia tanpa terkecuali. Jujur juga merupakan salah satu sarana dari tegaknya kebenaran. Indikator yang digunakan untuk mengukur sikap spiritual siswa SMA dalam penelitian ini juga melibatkan aspek sikap kejujuran siswa dalam pengalaman hidup sehari-harinya.

Tabel 6 menunjukkan hasil respon jawaban dari pernyataan yang digunakan untuk mengetahui tingkat kejujuran siswa di sekolah, terutama ketika masa ujian berlangsung. Mayoritas responden secara tertutup memberikan jawaban sesuai dengan yang seharusnya, yaitu lebih mengedepankan kejujuran daripada harus membohongi diri sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dengan angka

(8)

persentase yang memilih jawaban jujur sebesar 78.5%.

Dengan kondisi tersebut, dapat diambil penilaian bahwa sikap spiritual siswa yang berkaitan dengan nilai kejujuran bisa dikatakan baik. Akan tetapi masih banyak juga responden yang memilih untuk menggunakan cara tidak jujur meskipun dalam keadaan terpaksa. Ini tidak dapat dibenarkan karena kegiatan tersebut justru akan membuat tingkat kepercayaan diri responden menurun disamping nilai sikap spiritualnya yang kurang sesuai harapan.

Tabel 7. Hasil Survey Indikator Tegas untuk menolak segala bentuk perbuatan

yang mendekati zina Tegas untuk menolak segala bentuk perbuatan yang mendekati zina.

Variasi Jawaban

(%) Akhir-akhir ini marak

sekali fenomena serta kasus pergaulan bebas, terlebih pada mereka yang mendekati usia remaja. Walaupun terkadang pacaran sudah menjadi hal yang umum, namun bagi saya kegiatan tersebut …

3 Tidak sesuai syariat agama dan saya menolak

berpacaran 55.05

2

Menolak untuk berpacaran, namun kadang ingin juga seperti mereka

25.73

1 Sudah hal wajar dan merupakan sarana untuk

mengenal satu sama lain 19.22

Fenomena kasus pergaulan bebas sudah menjadi isu yang marak terjadi dan termasuk ke dalam kasus sosial yang susah dikendalikan. Usia remaja merupakan usia yang rawan terjerumus dalam fenomena tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini sikap ketegasan dalam menolak segala bentuk perbuatan yang mendekati zina digunakan sebagai salah satu indikator sikap spiritual siswa dalam menjalankan perintah dan larangan dalam beragama.

Tabel 7 menunjukkan bahwa hanya setengah dari responden yang memiliki pendapat dan bersikap untuk menolak perbuatan yang mendekati pada praktek zina. Ini dibuktikan dengan banyaknya responden yang memilih jawaban untuk menjauhi perbuatan tersebut sebesar 55%, sedangkan 25.73% dari responden secara teori tidak menyetujui pada praktek perbuatan tersebut, tetapi masih memiliki rasa penasaran untuk ikut merasakan fenomena berpacaran seperti yang diperlihatkan pada khalayak umum.

Jumlah responden yang tersisa yaitu sebesar 19.22% secara terang menyatakan bahwa fenomena tersebut adalah sesuatu yang lumrah dan wajar sebagai salah satu cara untuk mengenal satu sama lain. Hasil respon dari indikator ketaatan dalam beragama pada aspek ketegasan dalam menolak segala bentuk yang mendekati perbuatan zina merupakan indikator ketaatan yang paling rendah di antara indikator yang lain.

(9)

Tabel 8. Hasil Survey Indikator Tidak mengambil barang/sesuatu yang merupakan hak milik orang lain Tidak mengambil barang/

sesuatu yang merupakan hak milik orang lain.

Variasi Jawaban

(%) saya membeli beberapa buah

di toko seberang jalan. Tanpa saya sadari ternyata uang kembalian yang diterima terdapat kelebihan sebesar Rp2.000,00 dan baru diketahui setelah sampai di rumah. Mendapati hal tersebut, saya akan …

3 Mengembalikan kelebihan yang diterima

kepada penjual buah 76.87

2 Memasukkan uang kelebihan untuk dana

kepedulian sosial 19.22

1

Membiarkan saja, keuntungan si penjual buah tidak akan berkurang

3.58 Indikator ketaatan dalam beragama berikutnya adalah tidak mengambil sesuatu yang bukan merupakan hak miliknya. Tabel 8 menggambarkan sikap yang ditunjukkan oleh responden berdasarkan pengalaman dan pendapat mereka dalam memberikan jawaban pada kasus yang diberikan. Berdasarkan pada hasil yang diperoleh dari kuesioner yang diberikan terdapat 76.87% responden yang akan mengembalikan sesuatu yang bukan merupakan hak miliknya, 19.22% cenderung untuk tidak menggunakan dan diberikan untuk kepedulian sosial dan 3.5% sisanya tidak mempedulikan hak milik sesuatu/benda tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, sikap spiritual siswa SMA apabila diukur

dengan indikator tentang hak milik masih berada pada nilai rata-rata seperti indikator-indikator ketaatan dalam beragama yang lainnya.

Tabel 9. Hasil Survey Indikator Tidak mengingkari atas janji yang telah

disepakati Tidak mengingkari atas janji yang telah disepakati.

Variasi Jawaban

(%) Karena kondisi tubuh kurang

sehat, salah satu tugas kelompok yang menjadi tanggung jawab saya dan seharusnya sudah selesai menjadi terkendala. Untuk menyikapi hal tersebut saya …

1 Menangguhkan dahulu tugas, semua teman akan

memahami 8.79

2

Menyelesaikan tugas seadanya saja, yang penting tidak melebihi deadline

12.38

3 Menyelesaikan tugas sebaik-baiknya dan tidak

melebihi deadline 78.18

Tabel 9 menunjukkan hasil pada sikap spiritual pada indikator ketaatan dalam beragama yang terakhir, yaitu tidak mengingkari atas janji yang telah disepakati. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 9, mayoritas responden memiliki sikap tanggungjawab dan menepati sesuai komitmen yang telah dibuat. Hal tersebut dibuktikan dengan angka pada pilihan jawaban yang dipilih yaitu sebesar 78%. Terdapat juga responden yang tetap menepati sesuai kesepakatan namun masih kurang memiliki

(10)

rasa tanggungjawab, yaitu sebesar 12.38% dari keseluruhan responden dalam penelitian ini.

Sikap spiritual siswa SMA yang diukur menggunakan tujuh indikator ketaatan dalam beragama sebagaimana telah ditunjukkan pada hasil pengumpulan data di atas, menunjukkan bahwa secara umum, mayoritas siswa SMA telah memiliki kesadaran untuk menaati aturan dan norma agama. Rata-rata respon jawaban tertutup yang dipilih menunjukkan pada nilai skor yang tertinggi, hampir seluruh pilihan jawaban dengan bobot nilai tersebut

memiliki rata-rata persentase yang sama pada seluruh indikator, yaitu berkisar antara 75% - 80% kecuali pada satu indikator yang hanya memperoleh angka sebesar 55% yaitu pada indikator ketegasan untuk menolak segala bentuk perbuatan yang mendekati zina.

Sikap spiritual yang diukur menggunakan tujuh indikator ketaatan dalam beragama dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 10 yang akan memuat hasil dari nilai rata-rata untuk keseluruhan indikator.

Tabel 10. Indikator Ketaatan dalam Beragama

Aspek Indikator 3 2 1

Ketaatan dalam Beragama

1. Menjadikan salat sebagai prioritas utama. 75.24 19.87 4.56

2. Membayarkan zakat sesuai dengan nisab yang

telah ditentukan. 80.13 16.94 2.28

3. Memiliki sikap toleransi yang tinggi. 76.87 18.57 3.91

4. Bersikap jujur dalam perkataan/perbuatan. 78.50 16.61 3.91

5. Tegas untuk menolak segala bentuk perbuatan

yang mendekati zina. 55.05 25.73 19.22

6. Tidak mengambil barang/sesuatu yang

merupakan hak milik orang lain. 76.87 19.22 3.58

7. Tidak mengingkari atas janji yang telah

disepakati. 78.18 12.38 8.79

Rata-rata 74.41 18.47 6.61

Tabel 10 menunjukkan nilai persentase rata-rata dari sikap spiritual siswa SMA apabila dilihat dari tujuh indikator ketaatan dalam beragama secara menyeluruh. Kesadaran siswa SMA terhadap sikap spiritual sudah dapat dikatakan baik, dengan perolehan persentase sebesar 74.41. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa tiga perempat dari seluruh

sampel pada penelitian ini memiliki sikap spiritual yang baik. Sedangkan 18.47 dari seluruh sampel memiliki sikap spiritual yang cukup, dalam hal ini kesadaran terhadap sikap spiritual sudah dimiliki akan tetapi masih membutuhkan perhatian. Adapun sisanya, 6.61 dari jumlah sampel kurang memiliki kesadaran dalam hal ketaatan dalam beragama, siswa yang

(11)

masih berada pada posisi inilah yang seharusnya mendapatkan bimbingan dan pengarahan yang lebih dalam baik dari guru maupun lingkungan tempat mereka berada.

D. Simpulan

Sikap spiritual yang memiliki makna bervariasi sebagaimana disebutkan menunjukkan belum adanya definisi yang tetap, serta masih adanya kemungkinan untuk terus berkembang seperti dimensi dan aspek lain dalam psikologi.

Sikap spiritual sebagaimana dijabarkan dalam kurikulum pembelajaran adalah untuk mendorong peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Dengan demikian maka sikap

spiritual merupakan dimensi yang sangat dekat dan banyak dipengaruhi oleh adanya campur tangan nilai keagamaan di dalamnya.

Ketaatan beragama atau disebut juga

ketaqwaan adalah mengerjakan sesuatu karena

taat kepada Allah dan mengharap rahmat-Nya, serta meninggalkan maksiat karena Allah dan takut akan siksa-Nya. Taqwa kepada Allah adalah melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Sikap dan perbuatan yang didasarkan pada rasa taat dalam beragama berimplikasi pada menguatkan religiusitas serta sikap spiritual manusia untuk menjadi insan kamil.

Sikap spiritual siswa SMA yang diukur menggunakan indikator ketaatan dalam beragama pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA telah memiliki kesadaran dalam menerapkan sikap spiritual dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengolahan data survey yang diperoleh dari kegiatan pengumpulan data kuesioner tertutup menunjukkan bahwa nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh adalah 74.31% dari seluruh responden. Perolehan hasil persentase tersebut memberikan gambaran bahwa sebagian besar siswa SMA telah menunjukkan sikap yang sesuai dengan prinsip ketaatan dalam beragama.

Secara umum, dari tujuh indikator yang digunakan untuk mengukur sikap spiritual siswa SMA, enam di antaranya memiliki persentase sikap spiritual siswa yang baik rata-rata sebesar 75% - 80%. Sedangkan satu indikator yang tersisa, yaitu sikap tegas untuk menolak pada perbuatan yang mendekati zina hanya memperoleh 55%. Fenomena tersebut bisa terjadi karena faktor usia yang masih remaja dan memiliki rasa penasaran yang tinggi serta adanya kemungkinan untuk mengenal teman lawan jenisnya. Situasi seperti demikian tidak dapat disalahkan sepenuhnya, siswa hanya perlu diarahkan pada cara ataupun pengertian yang lebih baik, sehingga pemahaman yang kurang tepat mengenai hal serupa dapat diminimalkan.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Bonab, B. G., Miner, M. &Proctor, M. T. 2013. Attachment to God in Islamic Spirituality [versi elektronik]. Journal of Muslim Mental Health, Vol. 7, Issue 2, pp. 77-104.

Ferreira, R. 2011. Development of an Instrument to Measure High School Student Global Awareness and Attitudes Looking through the Lens of Social Sciences Jurnal of Proquest LLC.

G h o r b a n i , N . , Wa t s o n , P J . , Geranmayerpour, S.&Chen, Z. 2014. Measuring Muslim Spirituality: Relationships of Muslim Experiential Religiousness with Religious and Psychological Adjustment in Iran [versi elektronik]. Journal of Muslim Mental Health, Vol. 8, Issue 1, pp. 77-94.

Hill, P. C., Pargament, K. I., Hood, Jr., R. W., McCulloigh, M. E., Swyers, J. P., et al. 2000. Conceptualizing religion and spirituality: Points of community, points of departure. Journal for the Theory of Social Behaviour.

Piercy, G. 2013. Transformative Learning Theory and Spirituality: A Whole-Person Approach. Journal of Instructional Research. Vol 2.

Pitaf, A. I.&Farooq, M. 2012. Measurement of Scientific Attitude of secondary School Student in Pakistan. Journal Academic Research International, Vol 2, No 2, pp. 379-392.

Puchalski, C., Ferrel, B., Virani, R. Otis-Green, S., Baird, P., Bull, J., Chochinov, H., Handzo, G., Becker, H. B., Paul, M. P. Pugliese, K., and Sulmasy, D. 2009. Improving the Quality of Spiritual Care as a Dimension of Palliative Care: The Report of the Consensus Conference. Journal of Palliative Medicine, Vol. 12 No. 10. Pp. 885 – 904.

Sax, G. 1980. Principles of educational and Psychological Measurement and Evaluation. California: Wadsworth Publishing Company.

Sheridan, M. J., & Hemert, K. A. 2015. The Role of Religion and Spirituality in Social Work Education and Practice: A Survei of Student Views and Experiences. The Journal of Happiness & Well-Being, Vol. 3, Nomor 1.

Taimiyyah, S, I, I. 2000. Tuhfah al-Iraqiyah fi al-A’mal al-Qalbiyah. Riyadh: Maktabah al-Rusyd.

Ubale, A. Z., & Abdullah, A. H. 2015. The Effects of Spirituality in Shaping the Human Behaviour (An Islamic Perspective). Internasional Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. http://dx.doi. org/10.6007/IJARBSS/v5-i9/1793

Gambar

Tabel 1. Indikator Ketaatan dalam  Beragama
Tabel 10. Indikator Ketaatan dalam Beragama

Referensi

Dokumen terkait

Kendala pengusaha dalam mengakses kredit perbankan yaitu masalah kurangnya informasi kredit perbankan, kredit perbankan menyusahakan para pengusaha dan bunga kredit

The present study is the first double-blind placebo controlled trial of a tricyclic antidepressant in the treatment of an acute depression in schizophrenic patients maintained

Data yang terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian dianalisa (karena itu metode ini sering disebut metode analitik). Dengan menggunakan metode tersebut,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya guru wali kelas VI dalam menangani school

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa menurut bagian akuntansi jumlah karyawan PT Perkebunan Mitra Ogan Cabang Musi Banyuasin Tahun 2014 sebanyak 116 orang karyawan,

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan efektivitas pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah

Manajer Operasional Sistem Informasi akan berperan sebagai Information System Team Leader. Berikut merupakan tugas dan tanggung jawab Network Recovery Team Leader. a)

Mengenai visi misi mengenai arah kebijakan luar negerinya, capres Joko Widodo memaparkannya ke dalam 4 prioritas utama yaitu : mendorong konsep negara