Perbandingan Metode-Metode Evaluasi Postur
Kerja
Desto Jumeno
Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas Padang, Sumatera Barat
[email protected] ABSTRAK
Pada setiap aktivitas atau pekerjaan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis maka akan megakibatkan ketidaknyamanan, atau kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta menurunnya performansi kerja. Untuk mengetahui apakah ergonomi telah diterapkan dengan baik pada suatu pekerjaan, perlu dilakukan evaluasi ergonomis. Evaluasi ergonomi perlu dilakukan untuk menentukan apakah terdapat faktor-faktor pekerjaan yang tidak aman, atau tidak sehat atau beresiko, dan menentukan tindakan perbaikan untuk faktor-faktor beresiko tinggi tersebut. Pada makalah ini, akan dibahas beberapa metode evaluasi postur, memperbandingkannya, serta mencari peluang untuk melakukan perbaikan guna mencari cara yang lebih baik. Beberap metode evaluasi postur yang dibahas dalam makalah ini antara lain Nordic Body Map, OWAS, NIOSH lifting guide, RULA, REBA, dan MANTRA.
Kata kunci— Keluhan muskuloskeletal, resiko ergonomi, evaluasi postur, Nordic Body Map, NIOSH lifting guide, REBA, RULA, MANTRA
I. PENDAHULUAN
Pada setiap aktivitas atau pekerjaan, apabila tidak dilakukan secara ergonomis maka akan megakibatkan ketidaknyamanan, atau kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta menurunnya performansi kerja. Untuk mengetahui apakah ergonomi telah diterapkan dengan baik pada suatu pekerjaan, perlu dilakukan evaluasi ergonomis, apakah itu berupa evaluasi lingkungan kerja, evaluasi postur kerja, identifikasi faktor resiko bahaya, derajat tingkat resiko, dan lainnya.
Evaluasi ergonomi perlu dilakukan untuk menentukan apakah terdapat faktor-faktor pekerjaan yang tidak aman, atau tidak sehat atau beresiko, level resiko yang dihadapi, menentukan prioritas faktor yang memiliki resiko tinggi, dan menentukan tindakan perbaikan untuk faktor-faktor beresiko tinggi tersebut. Pada makalah ini, akan dibahas beberapa metode evaluasi postur, memperbandingkannya, serta mencari peluang untuk melakukan perbaikan guna mencari cara yang lebih baik. Beberapa metode evaluasi postur yang dibahas dalam makalah ini antara lain Nordic Body Map, OWAS, NIOSH lifting guide, RULA, REBA, dan MANTRA. Di antara metode-metode evaluasi postur tersebut, ada yang merupakan metode observasi langsung seperti OWAS, RULA, REBA dan ManTRA, metode subjektif seperti Nordic Body Map, dan ada pula metode biomekanik seperti NIOSH lifting guide.
Nordic Body Map Questionnaire dikembangkan oleh Kuorinka pada tahun1987. Kuesioner ini dikembangkan untuk meneliti ketidaknyamanan dan rasa sakit pada tubuh saat melakukan pekerjaan. Kuesioner Nordic ini kemudian disempurnakan oleh Dickinson pada 1992. Menurut Kroemer (1992), Nordic questionnaire ini merupakan alat yang sering digunakan oleh peneliti karena kesimpelannya.
OWAS atau Ovako Working Posture Analysis System adalah sebuah sistem analisis postur yang dikembangkan oleh Ovako Oy, sebuah perusahaan perusahaan baja swasta di Finlandia, bersama dengan the Finnish Institute of Occupational Health pada 1992 (Corlett, 1995). Pada metode OWAS dianalisis empat bagian tubuh yang terdiri dari tubuh bagian atas atau trunk, tubuh bagian bawah, leher, dan lengan. Metode OWAS juga dilengkapi dengan saran tindakan perbaikan.
NIOSH pertama kali mengembangkan panduan penangangan material secara manual pada tahun 1981, yang kemudian disempurnakan pada tahun 1991. Pada 1991 NIOSH mengeluarkan
persamaan RWL atau recommended weight limit yang mempertimbangkan enam buah faktor, yaitu lokasi horizontal tangan, lokasi vertical tangan, jarak perpindahan material, frekuensi pengangkatan, sudut puntiran tubuh atau asymmetry dan kualitas pegangan atau coupling.
RULA atau Rapid Upper Limb Assessment adalah metode evaluasi postur kerja yang dikembangkan oleh Mc Atamney dan Corlett pada tahun 1993. RULA menganalisis dua bagian utama. Bagian pertama adalah kerja lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Bagian kedua menganalisis kerja leher, tubuh bagian atas dan kaki. Dengan RULA, dapat divaluasi faktor-faktor postur yang berisiko, kontraksi otot statis, gerakan yang repetitif, gaya yang digunakan, dan tindakan yang disarankan untuk diambil berdasarkan penilaian pada faktor-faktor yang beresiko tersebut.
REBA, kependekan dari rapid entire body assessment, dikembangkan oleh Hignett dan McAtamney antara tahun 1995-2000 (Hignett & McAtamney, 2000). Pada REBA, terdapat 6 bagian tubuh yang dievaluasi, yaitu lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, leher, tubuh bagian atas dan kaki. Di dalam menganalisis postur, REBA juga memperhitungkan aspek berat beban dan kualitas pegangan.
ManTRA adalah kependekan dari Manual Tasks Risk Assessment yang dikembangkan oleh Burgess-Limerick dkk (2004) di The University of Queensland, Australia. ManTRA mempertimbangkan tujuh faktor dalam menilai resiko sebuah tugas yaitu: total waktu bertugas (yakni dalam sehari), durasi kerja (yakni lamanya bertugas tanpa diselingi istirahat), dan faktor- faktor tugas seperti waktu siklus, gaya, kecepatan, kecanggungan dan getaran. Pada ManTRA, ada 4 bagian tubuh yang dinilai yaitu anggota tubuh bagian bawah atau lower limbs, punggung, leher dan bahu, serta lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Pada Moussavi-Najarkola dan Mirzaei (2012), ManTRA misalnya diterapkan pada industri elektrik.
Di antara metode-metode evaluasi postur kerja di atas, terdapat perbedaan parameter yang dipertimbangkan antara metode yang satu dengan yang lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena sejalan dengan berubahnya waktu terdapat penyempurnaan dari satu metode ke metode berikutnya. Makalah ini bertujuan untuk memperbandingkan sejumlah metode-metode evaluasi postur yang ada saat ini dan mengindentifikasi adanya peluang perbaikan atau penyempurnaan.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi parameter-parameter yang berkaitan dengan resiko terjadinya penyakit-penyakit atau cedera otot rangka. Setelah diperoleh sejumlah parameter yang diperlukan, selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap sejumlah metode-metode evaluasi postur seperti yang disebutkan pada bagian pendahuluan.
Terdapat 14 parameter yang digunakan untuk membandingkan metode-metode evaluasi postur adalah:
1. Posisi asimetri,
Yaitu berkaitan dengan sudut yang diakibatkan oleh puntiran tubuh terhadap arah depan ke samping kiri atau kanan. Pada bahasa Inggris postur ini disebut dengan twisting. 2. Frekuensi
Yaitu banyaknya gerakan/perubahan postur yang sama dalam satu menit atau satuan waktu lainnya.
3. Beban
Yaitu beban luar yang diangkat oleh tangan seperti material atau peralatan kerja. 4. Gaya
Yaitu besarnya tenaga yang dikeluarkan oleh tubuh untuk melakukan sebuah gerakan, biasanya karena ada percepatan yang diperlukan.
5. Pegangan
Kualitas pegangan pada material atau wadah dimana material itu ditempatkan untuk dibawa.
6. Durasi
Yakni waktu dari sebuah postur kerja diawali sampai istirahat atau sampai berubah ke postur lainnya.
Yakni lamanya seorang operator bekerja dalam sehari. 8. Kecepatan gerak
Kecepatan gerakan berkaitan dengan resiko terjadinya cedera otot-rangka. Semakin tinggi kecepatan, semakin tinggi pula resikonya.
9. Kecanggungan
Yaitu postur yang tidak biasa dan tidak natural. Biasanya dilakukan karena kondisi tempat kerja atau kondisi material atau kondisi mesin. Misalnya bertumpu pada satu kaki sambil badan condong ke belakang.
10. Getaran
Faktor ini dipandang perlu diperhatikan, mengingat di tempat kerja seringkali tidak dapat dihindari, dan meningkatkan resiko terjadinya cedera otot-rangka.
11. Resiko
Resiko adalah tingkat keparahan yang mungkin diakibatkan oleh suatu postur dan frekuensinya atau seberapa sering suatu postur dipakai oleh seorang operator.
12. Prioritas
Prioritas adalah tingkat resiko antara satu faktor resiko dengan faktor resiko lain yang muncul pada suatu postur pekerjaan yang membutuhkan penanganan terlebih dahulu sebelum yang lainnya ditangani atau diperbaiki.
13. Saran tindakan
Faktor saran tindakan terdapat pada sejumlah metode evaluasi seperti RULA, REBA dan ManTRA. Adanya saran tindakan mengindikasikan bahwa postur yang dievaluasi kurang baik dan perlu segera dilakukan tindakan perbaikan.
14. Penggunaan
Berkaitan dengan seberapa luas sebuah metode evaluasi postur dapat digunakan.
Keempatbelas parameter tersebut di atas digunakan untuk memperbandingkan satu metode evaluasi postur dengan metode lainnya.
III. HASIL
Bagian tubuh yang dianalisis pada tiap metode evaluasi postur beragam, dari 4 bagian hingga 9 bagian, sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Khusus untuk NIOSH Lifting Guide, di sini tidak ada bagian tubuh yang dievaluasi secara spesifik. Namun, karena NIOSH Lifting Guide fokus pada tugas pengangkatan secara manual, maka ia fokus pada bagian tubuh sebelah atas dan lengan.
Tabel 1 Bagian tubuh yang dievaluasi pada metode evaluasi postur kerja
Nordic Body Map Questionnaire OWAS NIOSH lifting guide
RULA REBA MANTRA
Bagian tubuh yang dianalisis 9 bagian: leher, bahu, punggung atas, punggung bawah, siku, pergelangan tangan, paha/pinggul, lutut, dan kaki
4 buah: tubuh bagian atas, tubuh bg. Bawah, leher, dan lengan Tidak spesifik, tapi berfokus pada tubuh bagian atas dan lengan. 6 buah: Lengan atas, lengan bawah, pergelangan, leher, tubuh bagian atas, dan kaki 6 buah: Lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, tubuh bagian atas, leher, dan kaki 7 buah: tubuh bagian bawah, punggung, leher dan bahu, serta lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan
Pada Nordic Body Map Questionnaire (NBMQ), metode ini memang mengevaluasi paling banyak anggota tubuh. Hanya saja, metode ini sangat subyektif dalam mengidentifikasi bagian tubuh mana yang merasakan ketidaknyamanan atau rasa sakit. Namun demikian, karena ia hanya mencari bagian tubuh yang merasa tidak nyaman atau sakit, yang mana sebabnya mungkin saja banyak, metode ini tidak dapat digunakan secara langsung untuk mencari tahu postur mana yang
bermasalah dan memerlukan perbaikan. Untuk itu dalam penggunaannya NBMQ digabungkan dengan metode evaluasi lain sebagai alat awal untuk mencari tahu siapa di dalam perusahaan yang memiliki keluhan kesehatan dan pada tubuh bagian mana. Dari sini dapat dicari tahu orang tersebut mengerjakan tugas apa saja dan bagaimana saja postur yang ia lakukan dalam mengerjakan tugasnya.
Hasil analisis metode-metode evaluasi postur kerja disajikan pada Tabel 2. Metode-metode ini ditampilkan secara urut sesuai dengan tahun kemunculannya, sehingga tampak pula bahwa dari kiri ke kanan semakin lengkap parameter yang dipertimbangkan oleh sebuah metode.
Tabel 2 Analisis metode-metode evaluasi postur kerja
Parameter Nordic Body Map
Questionnaire
OWAS NIOSH lifting guide
RULA REBA MANTRA
Posisi asimetri
✓
✓
✓
✓
Frekuensi✓
✓
✓
✓
Beban✓
✓
✓
✓
Gaya✓
✓
✓
Pegangan✓
✓
Durasi✓
Waktu kerja✓
Kecepatan gerak✓
Kecanggungan✓
Getaran✓
Resiko✓
✓
✓
✓
✓
Prioritas Saran tindakan✓
✓
✓
Penggunaan Mengidentifikasi bagian tubuh yang merasa tidak nyaman atau sakit Evaluasi postur dengan beban Evaluasi beban dikaitkan dengan kondisi kerja Evaluasi postur dengan beban Evaluasi postur dengan beban Evaluasi postur dengan beban IV. PEMBAHASANMetode-metode evaluasi postur kerja semakin mengalami perbaikan dan penyempurnaan dari waktu ke waktu. Dari Tabel 2 pun, dapat dilihat bahwa dari kiri ke kanan, dimana metode evaluasi di sebelah kanan lebih baru dari kolom yang sebelah kirinya, maka dapat dijumpai bahwa tabel semakin penuh dari kolom sebelah kiri ke kolom berikutnya. Kecuali ManTRA, keempat metode evaluasi postur yang lain tidak mempertimbangkan faktor durasi, waktu kerja, kecepatan gerak, kecanggungan dan getaran sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya resiko cedera otot-rangka. Padahal durasi kerja misalnya, penting untuk dipertimbangkan. Sebab, semakin lama durasi seseorang bekerja dalam postur yang salah, resiko terjadinya penyakit otot rangka semakin besar. Begitu pula dengan kecepatan gerak, kecanggungan dan waktu kerja, semakin cepat, canggung dan lama waktu kerja, semakin besar pula resiko yang dihadapi oleh operator.
Namun demikian, ManTRA sebagai metode evaluasi terbaru, justru tidak mencantumkan posisi asimetri, beban dan kualitas pegangan sebagai faktor yang penting untuk dievaluasi yang mempengaruhi resiko terjadinya cedera otot-rangka. Padahal, dengan memasukkan ketiga faktor tersebut ke dalam daftar periksa, dan menyampaikannya kepada operator, dapat diharapkan terhindarnya operator tersebut dari resiko cedera otot rangka.
A. Prioritas
Dari sejumlah metode evaluasi postur yang dibahas pada makalah ini, tidak ada satupun yang memberikan fasilitas atau langkah prioritisasi perbaikan terhadap elemen-elemen postur. Misalnya jika pada suatu postur kerja terdapat lebih dari satu elemen postur yang beresiko tinggi terhadapa terjadinya cedera otot rangka (misalnya postur leher, bahu, punggung dan beban), maka seharusnya terdapat prioritas elemen postur yang harus terlebih dahulu diperbaiki sebelum yang lainnya, jika keseluruhannya tidak memungkinkan untuk diperbaiki secara bersama-sama karena sifat pekerjaan.
B. Postur yang Tidak Umum
Selain itu, dari sejumlah metode evaluasi yang ada, tak satupun yang cukup umum atau generik, untuk dapat mengevaluasi postur pekerjaan yang dilakukan oleh montir, seperti bekerja sambil berbaring di kolong kendaraan, atau tukang tambal ban yang bekerja sambil berjongkok, pelajar yang belajar sambil telungkup di lantai atau di tempat tidur. Ke depan, sejumlah postur yang disebut pada paragraf ini dapat dipertimbangkan untuk diperhatikan dan dicarikan faktor yang relevan untuk pengembangan metode evaluasi postur yang lebih baik. Indonesia, sebagai negara berkembang, banyak terdapat profesi non formal, dimana peluang terdapatnya postur-postur yang kurang lazim dapat terjadi.
C. Penggunaan
NBMQ dapat digunakan untuk mengidentifikasi tugas atau postur yang membutuhkan perhatian, apabila sudah ada pekerja yang mengeluhkan ketidaknyamanan atau merasakan sakit karena melakukan tugas tersebut. Kelemahannya, metode ini tidak bisa mengenali postur atau tugas yang “buruk”, yang berpotensi menyebabkan sakit atau cedera pada otot rangka. Hal ni yang membedakan NMBQ dengan keempat metode lainnya dalam makalah ini. Kedua, karena ini adalah metode subjektif, sangat bergantung pada karakteristik fisik orang pekerja, cara atau sikap orang tersebut, latar belakangnya, perilaku atau kebiasaan orang tersebut di rumah dan sebagainya. Akibatnya, bisa muncul bias pengukuran oleh sebab-sebab di luar pekerjaan.
Pada metode evaluasi RULA, REBA dan ManTRA terdapat pengelompokan resiko postur anggota badan berdasarkan sudut yang dibentuk oleh anggota badan dengan suatu posisi acuan. Hanya saja, penentuan besarnya sudut dilakukan oleh pengamat hanya berdasarkan intuisi atau perkiraan saja. Hal ini bisa mengurangi akurasi perhitungan resiko. Sebagai solusi, dapat digunakan goniometer untuk mengukur sudut. Solusi lainnya adalah penggunaan kamera perekam untuk mengambil gambar postur dan selanjutnya besarnya sudut diambil dengan menggunakan busur derajat pada foto postur. Di samping itu, untuk meningkatkan akurasi dapat pula dipakai metode perekaman dengan menggunakan penanda optik ataupun infra merah yang dipasang pada ujung-ujung segmen tubuh, yang dihubungkan dengan perangkat lunak.
V. PENUTUP
Dengan perkembangan metode evaluasi postur kerja, resiko terjadinya cedera otot rangka dapat dikurangi dengan melakukan studi terhadap postur sejak dini. Dari metode-metode evaluasi postur pada makalah ini, tidak ada satupun yang cukup lengkap mempertimbangkan faktor-faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya cedera. Untuk perbaikan metode evaluasi masih menyisakan ruang penyempurnaan, seperti untuk melakukan prioritisasi perbaikan elemen. Selain itu, masih banyak terdapat postur kerja yang belum dipertimbangkan dalam penyusunan metode evaluasi postur kerja, sehingga juga menyisakan ruang untuk pengembangan lebih lanjut. Studi lanjutan juga masih diperlukan untuk memperbandingkan metode-metode evaluasi secara langsung ini dengan metode-metode evaluasi lain yang dilakukan dengan cara tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Burgess-Limerick, L., Straker, L., Pollock, C., Egeskov, R. 2004. Manual Risk Assessment Tool (ManTRA) V2.0. School of Human Movement Studies, The University of Queensland, Australia. http://ergonomics.uq.edu.au/download/mantra 2.pdf (diakses pada 3 Juli 2017)
Corlett, E.N. 1995. The evaluation of posture and its effects. Pada Evaluation of Human Work, editor: J.R. Wilson dan E.N. Corlett. London: Taylor & Francis.
Hignett, S, & McAtamney, L. 2000. “Technical Note: Rapid Entire Body Assessment (REBA)”. Applied Ergonomics, Vol 31, hlm 201-205.
International Labour Organization (ILO). 2007. /react-text Ergonomic Guidelines for Manual Material Handling react-text: 349 . DHHS (NIOSH) Publication No. 2007-131.
Kuorinka I, Jonsson B, Kilbom A, Vinterberg H, Biering-So- rensen F, Andersson G, et al. Standardised Nordic questionnaires for the analysis of musculoskeletal symptoms. Appl Ergon. 1987;18(3):233-7. McAtamney, L. dan Corlett, E.N. “RULA: a survey method for the investigation of work-related upper
limb disorder”. Applied Ergonomics, Vol 24 No.2, hlm 91-99.
Moussavi-Najarkola, S.A., & Mirzaei, R., 2012, “ManTRA for the Assessment of Musculoskeletal Risk Factors Associated With Manual Task in an Electric Factory”, Health Scope, Vol 1(3), hlm 132-139.