TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA
MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)
(Studi kasus: Home Industry Pembuatan Tahu di Kartasura)
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun oleh :
MARDIYANTO D 600 020 048 02.6.106.03064.5.048
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN
TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA
MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)
Tugas Akhir Ini Telah Diterima dan Disetujui Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Studi S-1 Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hari/Tanggal :
Disusun Oleh :
Nama : MARDIYANTO
NIM : D. 600 020 048
NIRM : 026.106.03064.5.048
Jurusan/Fakultas : Teknik Industri/Teknik
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I
Indah Pratiwi, ST.MT
Dosen Pembimbing II
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
ANALISA POSTUR KERJA
MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)
Telah Dipertahankan Pada Sidang Pendadaran Tingkat Sarjana Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Hari/Tanggal :
Jam :
Dosen Penguji :
Indah Pratiwi, ST.MT Ketua
Etika Muslimah, ST.MM.MT Anggota
Much. Djunaidi, ST.MT Anggota
Eko Setiawan, ST.MT Anggota
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Industri
MOTTO
Kata yang paling cantik di bibir manusia adalah ibu, ibu adalah segalanya. Ia menjadi sumber segala cinta, berkah, rasa simpati dan maaf.
(Kahlil Gibran)
Sambut semua dengan senyum danpenuh ikhlas, meski kadang semua tak pernah kita harap, meski kadang itu luka. Tapi itu sulit bagi orang dengan
jiwa yang gelap akan surga.
Tak usah kita sengaja mencipta dosa, tanpa kita sengajapun, suatu saat dosapun kan menghampiri dengan sendirinya, karena kita sebagai manusia tak
PERSEMBAHAN
Laporan Tugas Akhir Ini Penulis Persembahkan Untuk :
1. Bapak, Ibu dan kakakku tercinta.
2. Teman-teman X-treem
Cost
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat,
taufik,dan hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini
yang berjudul “ ANALISA POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODERAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)”.
Penyusunan laporan tugas akhir ini diajukan sebagai suatu kelengkapan dan
persyaratan guna menempuh dan mencapai gelar sarjana Teknik Industri Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ir. H. Sri Widodo, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
2. Bapak Munajat Tri Nugroho, ST. MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Ibu Indah Pratiwi, ST. MT selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan dari awal penulisan sampai
4. Ibu Etika Muslimah, ST. MM.MT selaku pembimbing II yang telah sabar dan
ikhlas memberikan bimbingan sampai tersusunnya laporan tugas akhir ini.
5. Bapak Kasno selaku pemilik pabrik tahu, yang telah memberikan kesempatan
untuk melakukan penelitian pabriknya.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi doa dan bantuan baik berupa
moril maupum spirituil, terima kasih buat kasih sayangnya yang tak
henti-hentinya mengalir.
7. Kakakku tercinta Panji Atmoko, mbakku Maya Puspita Sari terima kasih buat
supportnya.
8. Adekku ”Verry Desta Widyatama” ampun nakal nggih!!!.
9. Sahabat-sahabatku : YuDha Plo, FauZaN PiPpo, TAuFik Cepi,
Arief J_mbat, Agung M_blenk, Andy C_kung, AGus K_cing, MaKin Q_yiep, Rahmawan P_Thok, Ahmad C_mEd, CerRy, Kurnia T_gal, Syefiq Timbul, Ahmad Yani ChArlez,farid UcUp,Ardian ChaMpret,SiGit Pa’dHe,KokO pElo, IwAn G_mbel, Sigit BF, Fredo, SonNy, Do2’,MbaK Wiexz. mBak ElGa, ARief RaCun, AndHika
SOto, KhoMsin BlaCk, bEteT, BOy, Si NYoNg, XriYiep
Bombay, MasYAnto BoMbay terima kasih atas dukungannya.Thank’z to
all.
10. Semua teman-teman Tehnik Industri ’02 yang telah mendukung dalam
11. Temen-temanX-treem Cost yang datang dan pergi,thank’z To All.
Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua
bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amiin.
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb
Surakarta, Februari 2008
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
ABSTRAKSI ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Tujuan Penelitian ... 3
1.5. Manfaat Penelitian ... 4
1.6. Sistematika Penulisan ... ... 4
2.2. Postur dan Pergerakan Kerja... 10
2.3. Sistem Kerangka Otot ...13
2.4. Cumulative Trauma Disordes (CTD) ... 13
2.5. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) ...15
2.5.1 Definisi RULA...15
2.5.2 Perkembangan RULA...16
2.6. Tinjauan Pustaka... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian ... 34
3.2. Metode Pengumpulan Data ... 34
3.3. Identifikasi Data ...35
3.4. Metode Pemecahan Masalah dan Analisa Data ... 35
3.5. Kerangka Pemecahan Masalah ... 37
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan Data... 38
4.1.1 Pengumpulan Data pada Stasiun Perendaman...40
4.1.2 Pengumpulan Data pada Stasiun Pemasakan dan penyaringan...41
4.2. Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode RULA...43
4.2.1. Pengolahan data pada stasiun perendaman...43
4.2.1.1 Kegiatan 1 Pengambilan air untuk perendaman ... 43
4.2.1.3 Kegiatan 3 Membawa hasil rendaman ke stasiun
penggilingan...55
4.2.2. Data rekapitulasi Grand score pada stasiun perendaman tangan kanan... 62
4.2.3. Data rekapitulasi Grand score pada stasiun perendaman tangan kiri... 63
4.2.4. Pengolahan data pada stasiun pemasakan dan penyaringan...64
4.2.4.1 Kegiatan 1 Mengambil kedelai setelah digiling...64
4.2.4.2 Kegiatan 2 Pemberian air pada pemasakan ...71
4.2.4.3 Kegiatan 3 Pengambilan alat penyaringan ...77
4.2.4.4 Kegiatan 4 Penuangan hasil dari pemsakan ...82
4.2.4.5 Kegiatan 5 Penyaringan hasil pemasakan ...89
4.2.4.6 Kegiatan 6 Pembuangan ampas...95
4.2.4.7 Kegiatan 7 Pemberian cuka pada penyaringan ...103
4.2.4.8 Kegiatan 8 Pembuangan sisa air penyaringan ....110
4.2.4.9 Kegiatan 9 Penuangan hasil penyaringan ke pencetakan... 117
4.2.5. Rekapitulasi grand score pada stasiun pemasakan dan penyaringan tangan kanan ...124
4.2.6. Rekapitulasi grand score pada stasiun pemasakan dan penyaringan tangan kiri ...126
4.3.1 Analisa Postur Kerja pada Stasiun Perendaman ... 128
4.3.1.1 Kegiatan 1 Pengambilan air untuk perendaman ...128
4.3.1.2 Kegiatan 2 Penuangan hasil pembilasan ke ember ...129
4.3.1.3 Kegiatan 3 Membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan...129
4.3.2 Analisa Postur Kerja pada pemasakan dan penyaringan ...130
4.3.2.1 Kegiatan 1 Mengambil kedelai setelah digiling ...130
4.3.2.2 Kegiatan 2 Pemberian air pada pemasakan...131
4.3.2.3 Kegiatan 3 Pengambilan alat penyaringan ...132
4.3.2.4 Kegiatan 4 Penuangan hasil dari pemsakan ...132
4.3.2.5 Kegiatan 5 Penyaringan hasil pemasakan...133
4.3.2.6 Kegiatan 6 Pembuangan ampas... 134
4.3.2.7 Kegiatan 7 Pemberian cuka pada penyaringan ...135
4.3.2.8 Kegiatan 8 Pembuangan sisa air penyaringan ...136
4.3.2.9 Kegiatan 9 Penuangan hasil penyaringan ke pencetakan...137
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...140
5.2. Saran ... 141
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skor Postur Kelompok A...27
Tabel 2.2 Skor Postur Kelompok B...28
Tabel 2.3 Grand Score... 30
Tabel 4.1 Data postur kerja stasiun perndaman ...40
Tabel 4.2 Data berat beban pada stasiun perendaman ...40
Tabel 4.3 Data sudut-sudut postur kerja pada stasiun pemasakan dan penyaringan...41
Tabel 4.4 Data berat beban pada stasiun pemasakan dan penyaringan...42
Tabel 4.5 Postur pengambilan air untuk perendaman... 44
Tabel 4.18 Postur penuangan hasil pembilasan ke ember...50
Tabel 4.30 Postur membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan ...56
Tabel 4.42 Rekapitulasi Grand score pada stasiun perendaman tangan kanan...62
Tabel 4.43 Rekapitulasi grand score pada stasiun perendaman tangan kiri...63
Tabel 4.44 Postur Mengambil kedelai setelah digiling...65
Tabel 4.56 Postur pemberian air pada pemasakan...72
Tabel 4.68 Postur pengambilan alat penyaringan...78
Tabel 4.80 Postur penuangan hasil dari pemasakan...83
Tabel 4.93 Postur penyaringan hasil pemasakan...90
Tabel 4.105 Postur Pembuangan ampas...97
Tabel 4.129 Postur Pembuangan sisa air penyaringan...111
Tabel 4.141 Postur penuangan hasil penyaringan ke pencetakan...118
Tabel 4.153 Rekapitulasi grand score pada stasiun pemasakan dan penyaringan
tangan kanan...124
Tabel 4.154 Rekapitulasi grand score pada stasiun pemasakan dan penyaringan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Flexion dan extension...11
Gambar 2.2 Abduction dan adduction...12
Gambar 2.3 Posisi rotation...12
Gambar 2.4 Posisi pada lengan supination dan Spronation ...13
Gambar 2.5 Range pergerakan lengan atas ... 20
Gambar 2.6 Range pergerakan lengan bawah ... 21
Gambar 2.7 Range pergerakan pergelangan tangan... 22
Gambar 2.8 Range pergerakan putaran pergelagan tangan...22
Gambar 2.9 Range pergerakan leher ...23
Gambar 2.10 Range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan ...24
Gambar 2.11 Range pergerakan...25
Gambar 2.12 Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan ...26
Gambar 2.13 Range pergerakan kaki ...27
ABSTRAKSI
Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri di Indonesia, khususnya industri kecil, masih sangat dominan. Fleksibilitas gerakan merupakan alasan kuat penggunaan tenaga manusia, terutama untuk kegiatan penaganan material secara manual (Manual Material Handling). Akan tetappi aktivitas MMH diidentifikasi beresiko besar sebagai penyebab penyakit tulang balakang (Law Back Pain). Akibat dari penanganan material yang cukup berat, posisi dan postur kerja yang tidak baik serta pengulangan pekerjaan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja yang tidak aman bagi tubuh manusia dan mengetahui bagaimana pengaruh antara sikap atau postur kerja pekerja dengan tempat kerja bagi pekerja pembuatan tahu di Kartasura, Sukoharjo.
Pengumpulan data dengan melakukan studi lapangan dan wawancara terhadap pekerja untuk mendapatkan data yang diinginkan. Data tersebut adalah data postur pekerja yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, leher, punggung dan kaki untuk dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Output yang didapat berupa kategori action level yang menunjukkan apakah postur kerja yang dilakukan sudah aman.
Pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat diketahui nilai action level yang dapat memberikan rekomendasi perbaikan pada masing-masing postur kerja. Tiga stasiun kerja yang diamati yaitu stasiun perendaman terdapat 62,5% postur berbahaya, dan stasiun pemasakan dan penyaringan terdapat 86,96% postur bebahaya. Hal ini menunjukkan perlu adanya perubahan sesegera mungkin atau saat itu juga.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri masih dominan, terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila dibandingkan dengan penggunaan material menggunkan alat bantu adalah fleksibilitas gerakan yang dapat dilakukan untuk beban-beban ringan. Akan tetapi aktivitas MMH diidentifikasi berisiko besar sebagai penyebab utama penyakit tulang belakang (Low Back Pain). Beban kerja yang berat, postur kerja yang salah dan perulangan gerakan yang tinggi, serta adanya getaran terhadap keseluruhan tubuh merupakan keadaan yang memperburuk penyakit tersebut (Luopajarvi, 1990).
Kinerja dan hasil kerja yang baik sangat dipengaruhi oleh tingkat kenyamanan operator. Kenyamanan tersebut akan memacu performans kerja operator sehingga aktivitas kerja operator akan tercapai. Hal tersebut dapat dipengaruhi kondisi lingkungan dan alat kerja. jika landasan kerja terlalu tinggi maka pekerja akan mengangkat bahu untuk menyesuaikan dengan ketinggian landasan kerja, sehingga menyebabkan sakit pada bahu dan leher. Sebaliknya bila landasan terlalu rendah maka tulang belakang akan membungkuk sehingga menyebabkan kenyerian pada bagian belakang (backache) (Tarwaka, Sudiajeng dan Bakri, 2004).
operator (tenaga kerja) dengan dimensi mesin. Dilihat dari sudut pandang ergonomi suatu produk (fasilitas produksi) dikatakan ergonomis apabila secara anthropometris, faal, biomekanika dan fisiologis kompatibel dengan manusia sebagai pemakainya (Sutalaksana, 1999).
Salah satunya adalah di Kartasura milik bapak Kasno, adalah salah satu home industry yang bergerak di bidang pembuatan tahu. Dimana pekerja melakukan aktivitas dari perendaman bahan baku, penggilingan, pemasakan, penyaringan, pencetakan dan pemotongan hasil. Aktivitas tersebut dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu yang lama, bahkan pekerja didominasi oleh sikap kerja berdiri.
Posisi kerja berdiri yang cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf, pembuluh darah dana otot pada kaki sehingga dapat menimbulkan gangguan pada tubuh. Apabila posisi statis ini dipertahankan maka akan menimbulkan keluhan pada sistem muskuloskeletal, seperti sakit pinggang, sakit leher, bahu, punggung, lengan dan pergelangan tangan.
Berdasarkan hasil penelitian, keluhan pada sistem muskuloskeletal diakibatkan penggunaan postur kerja yang tidak baik. Oleh karena itu studi untuk menganalisa dan mengevaluasi postur kerja untuk meminimalkan cidera otot pada tulang belakang pekerja perlu dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah postur kerja yang aman pada pekerjaan pembuatan tahu berdasarkan metode RULA
2. Bagaimanakah rekomendasi postur kerja yang aman berdasarkan metode RULA.
1.3 Batasan Masalah
Dalam pembahasan masalah agar lebih terarah pada sasaran, penulis memberikan batasan-batasan antara lain:
a. Variabel pengamatan adalah postur kerja yang meliputi sikap leher, punggung, lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan, berat beban kerja berdasarkan klasifikasi postur kerja RULA.
b. Pengamatan dilakukan di industri pembuatan tahu pada home industry di Kartasura.
c. Kondisi lingkungan kerja, yaitu pencahayaan, kebisingan, suhu, dan kelembaban udara diasumsikan normal, dalam arti tidak menimbulkan gangguan yang berarti.
d. Postur kerja yang diamati adalah sikap kerja berdiri, karena aktivitas kerja yang dilakukan dalam kondisi tersebut.
e. Dalam pembahasan tidak melakukan perancangan, hanya berupa rekomendasi atau usulan perbaikan
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
b. Mengetahui bagaimana pengaruh antara sikap atau postur kerja pekerja dengan tempat kerja.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagi input atau masukan pekerja untuk menentukan postur kerja pada aktivitas manual material handling.
b. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan untuk menentukan kriteria tempat kerja berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi. c. Bagi pekerja, penelitian ini diharapkan dapat meminimalkan cidera otot pada
tulang belakang akibat aktivitas dinamis penggunaan material secara manual.
1.6 Sistematika Penulisan Laporan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan
sistematika penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi konsep dan teori yang relevan tentang konsep dan
prinsip dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang objek penelitian, gambaran objek, teknik
pengumpulan dan pengolahan data dan kerangka pemecahan masalah
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi tentang hasil penelitian dan pengolahan data dengan metode
yang ditentukan, analisis hasil pengolahan data dan rekomendasi dari
metode tersebut.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan akhir dari laporan yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran yang ditujukan untuk perbaikan dari
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi atau biasa pula dikenal dengan human factors mulai
dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya
telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.
Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos
(hukum alam) dan dapat didefisinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja. (Nurmianto, 2003).
Menurut Sutalaksana (1979), untuk menciptakan hasil yang optimal
dalam penerapan ergonomi diperlukan informasi yang lengkap mengenai
kemampuan manusia dengan segala keterbatasanya. Salah satu usaha untuk
mendapatkan informasi-informasi ini, telah dilakukan penyelidikan.
Penyelidikan tersebut dilakukan menurut empat kelompok besar, yaitu :
a. Penyelidikan tentang display.
contoh, jika ingin mengetahui berapa kecepatan sepeda motor yang sedang
dikemudikan, maka dengan melihat jarum speedometer tersebut kita akan
mengetahui kecepatan sepeda motor.
b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalianya.
Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika
bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas
tersebut. Dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan
Biomekanika.
c. Penyelidikan mengenai tempat kerja.
Agar didapat tempat kerja yang baik, yaitu sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan manusia, maka ukuran tempat kerja tersebut harus sesuai
dengan dimensi tubuh manusia. Hal ini berkaitan dengan ergonomi
anthropometri
d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik
Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah meliputi ruangan dan
fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi
lingkungan kerja, yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku
manusia.
Berdasarkan dengan bidang-bidang penyelidikan tersebut, maka
melibatkan sejumlah disiplin dalam ilmu ergonomi yaitu :
a. Anatomi dan fisiologi : struktur dan fungsi pada manusia.
c. Fisiologi psikologi : sistem saraf otak.
d. Psikologi eksperimen : perilaku manusia.
Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu output studi ergonomi
di bidang industri. Inputnya dapat berupa manusia yang tidak aman dalam
bekerja, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman dan ada hubungan
manusia mesin yang tidak ergonomi. Kondisi manusia dikatakan tidak aman
bila kesehatan dan keselamatan pekerja mulai terganggu. Kelelahan dan keluhan
pekerja pada muskuloskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan
kesehatan dan keselamatan pekerja. Keluham muskuloskeletal merupakan
keluhan-keluhan pada otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari
keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis
secara berulang dan waktu yang cukup lama, maka akan dapat menyebabkan
keluhan berupa kerusaka pada sendi ligamen dan tendon. Keluhan hingga
kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan muskuloskeletal
disordiers (MSDs) atau cidera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993). Studi MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan
hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot
rangka (skeletal) yangg meliputi otot leher, bahu, lengan, jari, punggung,
pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantar keluhan otot skeletal tesebut,
yang banyak dialami pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain =
LBP). Laporan dari The Bureauof Labour Statistic (LBS) Departemen Tenaga
bahwa hampir 20% dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya
kmperensi yang dikeluarkan sehubungan adanya keluhan/sakit pninggang.
Sementara itu National Safety Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja
yang frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit punggung yaitu 22% dari
1.700.000 kasus (Waters,et al, 1996).
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot
skeletal yaitu (Peter, 2000):
a. Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang
diperlukan melampui kekuatan otot optimum. Apabila hal serupa sering
dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan
dapat mnyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.
b. Aktivitas berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus
sperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut-angkut dan
sebagainya. Keluhan ini terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban
kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relasasi.
c. Sikap kerja yang tidak alamiah
Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi possisi alaamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala
gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot
skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik
tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan
dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis and McCanville, 1996;
Waters and Andeson, 1996 dan Manuaba, 2000).
2.2. Postur dan Pergerakan Kerja
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap
kerja yang berbeda akan menghsilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat
bekerja sebaiknya postur dilakuakan secara alamiah sehingga dapat
meminimalisasi timbulnya cidera muskuloskeletal. Kenyamanan tercipta bila
pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman.
Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh
saat bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi flexion, exension,
abduction, adducton, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah
gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua
tulang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1. Abduction adalah
pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh.
Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah (the median palne) tubuh.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2. Rotation adalah
dilihat pada gmabar 2.3. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju
kedalam) dari anggota tubuh. Supination adalah perputaran kerarah samping
(menuju keluar) dari anggota tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 2.4 (Tayyari, 1997).
Gambar 2.1 Flexion dan extension pada (a) bahu, (b) telapak tangan
Gambar 2.2 Abduction dan adduction pada (a) telapak tangan,(b) bahu
Gambar 2.3 Posisi rotation
Gambar 2.4 Posisi pada lengan (a) supination dan (b) pronation
2.3. Sistem Kerangka Otot
Sistem kerangka otot tubuh manusia melibatkan bagian-bagian tubuh
yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ
tubuh yaitu tulang, jaringan penghubung (sambungan cartilagnus, ligament dan
tendon) dan otot. Dalam system gerakan rangka otot, otot beraksi terhadap tulang untuk mengendalikan gerak rotasi disekitar sambungan tulang
(Nurmianto, 1996). Yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa
biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran beban dan
ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah
berdasarkan pada beban tekan (compression load) antara lumbar nomor lima
2.4. Cumulative Trauma Disorders (CTD)
Cumulative Trauma Disorders (dapat juga disebut sebagai Repetitive Motion Injuries atau Musculoskeletal Disorders) adalah cidera pada sistem kerangka otot yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat dari
trauma kecil yang terus menerus yang disebabkan oleh desain yang buruk yaitu
desain alat sistem kerja yang membutuhkan gerakan tubuh dalam posisi yang
tidak normal serta penggunaan perkakas handtools atau alat lainnya yang terlalu
sering. Empat faktor penyebab timbulnya CTD adalah :
a. Penggunaan gaya yang berlebihan.
b. Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak berada dalam posisi normal. Misalnya,
bahu yang terlalu terangkat ke atas, lutu yang terlalu naik, punggung terlalu
membungkuk dan lain-lain.
c. Perulangan gerakan yang sama terus menerus.
d. Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan trauma sendi.
Gejala yang berhubungan dengan CTD antara lain adalah terasa sakit
atau nyeri pada otot, gerakan sendi yang terbatas, dan terjadi pembengkakan.
Jika gejala ini dibiarkan maka akan menimbulkan kerusakan permanen (Niebel
dan Frevaldi, 1999).
CTD merusak sistem saraf Musculoskeletal yaitu urat saraf (nervers), otot,
tendon, ligamen, tulang dan tulang sendi (joint) pada pergerakan extrem dari
tubuh bagian atas (bahu, tangan, siku, pergelangan tangan), tubuh bagian bawah
Punggung, leher dan bahu merupakan bagian yang rentan terkena CTD,
penyakit yang diakibatkan adalah nyeri pada tengkuk/bahu (cervical
synddrome), nyeri pada tulang belakang yang disebut Chronic Low back Pain. Pada tanga dan pergelangan tangan terjadi penyakit trigger finger (tanga
bergetar), Raynaud’s syndrome (vibrasion white finger dan carpal tunnel syndrome (Tayyari, 1997).
2.5. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)
2.5.1 Definisi RULA (Rapid Upper Limb Assesment)
RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr.
Lynn Mc Attamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom dari
universitas di Nottingham (University’s NottinghamInstitute of Occupational ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993 (Lueder, 1996).
Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan alam bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang
dialakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti
khusus dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh
bagian atas sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh
tubuh. Penilaian dengan menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu
sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas
yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan
dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas
(McAtamney, 1993).
Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan
dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang
(repetitive starain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil
pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor
tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar
(berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor
terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard.
Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja
yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996) .
RULA disediakan untuk menangani kasus yang menimbulkan resiko
pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Alat tersebut
memberikan penilaian resiko yang objektif pada sikap, kekuatan dan aktivitas
yang dilakukan pekerja. RULA telah digunakan di dunia internasional
beberapa tahun ini untuk menilai resiko yang dihubungkan dengan Work
Related Upper Linb Disorders (WRULD). 2.5.2 Perkembangan RULA
Metode ini sudah dikembangkan dalam industri garmen, dimana
pengukuran dilakukan pada operator yang melakukan tugas-tugasnya,
mesin dengan menggunakan salah satu mesin jahit, kliping, operasi
pengawasan dan pengepakan.
Metode ini menggunakan gambar postur tubuh dan tiga tabel untuk
memberikan evaluasi paparan terhadap faktor-faktor resiko. Faktor tersebut
menurut McPhee dosebut sebagai faktor beban eksternal (external load
factor).
Hal ini mencakup (McPhee, 1987):
a. Jumlah gerakan
b. Kerja otot statis
c. Kekuatan atau tenaga
d. Postur-postur kerja yang digunakan
e. Waktu yang digunakan tanpa adanya istirahat
Selain faktor-faktor ini, McPhee juga mengajukan beberapa faktor
penting lainnya yang mempengaruhi beban, namun akan sangat bervariasi
antara individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini meliputi postur
kerja yang dilakukan, penggunaan otot yang statis yang perlu atau yang tidak
perlu tenaga, kecepatan dan keakuratan gerakan, frekuensi dan durasi istirahat
yang duilakukan oleh operator. Disamping itu ada faktor yang akan merubah
respon individu terhadap beban tertentu yaitu faktor individual (seperti usia
dan pengalaman), faktor lingkungan tempat kerja dan variabel-variabel
psikososial.
a. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja secara cepat,
terutama pemeriksaan paparan (exposure) terhadap resiko gangguan tubuh
bagian atas yang disebabkan karena bekerja.
b. Menentukan penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan dengan postur
kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan kerja statis dan repetitve yang
mengakibatkan kelelahan otot.
c. Memberikan hasil yang dapat digunakan pada pemeriksaan atau
pengukuran ergononmi yang mencakup faktor-faktor fisik, epidomiologis,
mental, lingkungan dan faktor organisional dan khususnya mencegah
terjadinya gangguan pada tubuh atas akibat kerja.
RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini
memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemrikasaan dan
pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemriksaan RULA dapat
dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja. Pengembangan
RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pengembangan untuk
perekaman atau pencatatn postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan
sistem penskoran (scoring) dan ketiga adalah pengembangan sakla level
tindakan yang memberikan suatu panduan terhadap level resiko dam
kebutuhan akan tindakan untuk melakukan pengukuran yang lebih terperinci.
Penilaian menggunakan RULA merupakan metode yang telah
dilakukan oleh Mcatamney dan Corlett (1993). Tahap-tahap menggunakan
Tahap 1 : Pengembangan metode untuk pencatatan postur kerja
Untuk menGhasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh
dibagi menjadi dua bagian, yaitu grup Adan grup B. Grup A meliputi lengan
atas da lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi
leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat
sehingga postur kaki, badan dan leher yang terbatas yang mungkin
mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pmeriksaan.
Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi
bagian-bagian menurut kriteria yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan.
Bagian-bagian ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan
atau postur kerja dimana resiko faktor merupakan terkecil atau minimal.
Sementara angka-angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian
kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya
faktor resiko yang meningkat yang menghasilkan beban pada struktur bagian
tubuh. Sistem penskoran (scoring) pada setiap postur bagian tubuh ini
menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah untuk diingat. Agar
memudahakan identifikasi kisaran postur dari gambar setiap bagian tubuh
disajikan dalam bidang sagital.
Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan mengamati operator
selama beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur pengukuran.
beban terbesar terjadi. Karena RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka
pengukuran dapat dilakukan pada setiap postur pada siklus kerja.
Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan
bawah pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan
dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert et al,
Hagbeg, Schuld dan Harms-Ringdahl dan Shuldt. Skor-skor tersebut adalah:
1 Untuk 20° extension hingga 20° flexion
2 Untuk extension lebih dari 20° atau 20° - 45° flexion 3 Untuk 45° - 90° flexion
4 Untuk 90° flexion atau lebih
Keterangan:
+ 1 jika pundak/bahu ditinggikan
+ 1 jika lengan atas abdusted
Gambar 2. 5 Range pergerakan lengan atas (a) postur alamiah,(b) postur
extension dan flexion,(c) postur lengan atas flexion
Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan
Tichauer. Skor tersebut adalah:
1 untuk 60° - 100° flexion
2 untuk kurang dari 60° atau lebih dari 100° flexion
Keterangan:
Gambar 2.6 Range pergerakan lengan bawah (a) postur flexion 60° - 100°,
(b) postur alamiah dan (c) postur 100° +
Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and
Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:
1 untuk berada pada posisi netral
2 untuk 0 - 15° flexion maupun extension
3 untuk 15° atau lebih flexionmaupun extension
Keterangan:
Gambar 2.7 Range pergerakan pergelangan tangan (a), (b) postur flexion 15°
+, (c) postur 0 - 15° flexion maupun extension, (d) postur extension 15° +
Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh
Health and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah:
+1 jika pergelangan tangan berada pda rentang menengah putaran
+2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang
putaran
Gambar 2.8 Range pergerakan putaran pergelagan tangan, (a) postur alamiah
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang
dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah:
1 untuk 0 - 10° flexion
2 untuk 10 - 20° flexion
3 untuk 20° atau lebih flexion
4 jika dalam extention
Gambar 2.9 Range pergerakan leher (a) postur alamiah, (b) postur 10 - 20°
flexion, (c) postur 20° atau lebih flexion (d) postur extention Apabila leher diputar atau dibengkokkan
Keterangan :
Gambar 2.10 Range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan (a)
postur alamiah, (b) postur leher diputar, (c) postur leher
dibengkokkan.
Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan
Grandjean et al:
1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut paha tubuh 90°
atau lebih
2 untuk 0 - 20° flexion
3 untuk 20° - 60° flexion
Gambar 2.11 Range pergerakan punggung (a) postur 20° - 60° flexion, (b)
postur alamiah, (c) postur 0° - 20° flexion, (d) postur 60° atau
lebih flexion
Punggung diputar atau dibengkokkan
Keterangan:
+1 jika tubuh diputar
Gambar 2.12 Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan (a)
postur alamiah, (b) postur punggung diputar, (c) postur punggung
dibengkokkan.
Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut:
+1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.
+1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana
terdapat ruang untuk berubah posisi.
Gambar 2.13 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata,
(b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata.
Tahap 2 : Perkembnagan sistem untuk pengelompokan skor postur bagian tubuh
Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok A yang
meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran
pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor unutk masing-masing postur.
Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor
A.
Tabel 2.1 Skor Postur Kelompok A
Pergelangan tangan
1 2 3 4
PP PP PP PP
Lengan Atas
Lengan
Bawah 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 3
1
3 2 3 3 3 3 3 4 4
2 3 3 3 3 3 4 4 4
leher, punggung (badan) dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk
masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel B untuk
memperoleh skor B.
Tabel 2.2 Skor Postur Kelompok B
Punggung
1 2 3 4 5 6
kaki kaki kaki kaki kaki kaki
Leher
Kemudian sistem pemberian skor dilanjutkan dengan melibatkan otot
dan tenaga yang digunakan. Penggunaan yang melibatkan otot dikembangkan
Skor untuk penggunaan otot :
+ 1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau
penggunaan postur tersebut berulang lebih dati 4 kali dalam 1 menit.
Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan penelitian
Putz-Anderson dan Stevenson dan Baaida, yaitu sebagai berikut :
o 0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 2 kg dan ditahan.
o 1 jika beban sesekali 2-10 kg
o 2 jika beban 2-10 kg bersifat statis atau berulang.
o 2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 kg.
o 3 jika beban atau tenaga lebih dari 10 kg dialami secara statis atau
berulang.
o 4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan
cepat.
Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A
dan B diukur da dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian
ditambahkan dengan skor yang berasal dari tabel A dan B, yaitu sebagai
berikut:
Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A
= skor C
Skor B + skor pengguanaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B
Gambar.2.14 Perhitungan RULA
Tahap 3 : Pengembangan Grand Score dan Daftar Tindakan
Setiap kombinasi skor C dan skor D diberikan rating yang disebut
grand score, yang nilainya 1 sampai 7. Nilai grand score diperoleh dari tabel berikut ini:
Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level
tindakan (action level) sebagai berikut:
Action level 1
Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini biasa diterima jika tidak
dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama.
Action level 2
Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga
diperlukan perubahan-perubahan.
Action level 3
Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaaan dan perubahan perlu segera
dilakukan.
Action level 4
Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan
perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).
2.6. Tinjauan Pusataka
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis mengacu pada laporan
tugas akhir dari :
1. Ratih Setyaningrum NIM 00.522.263 Universitas Islam Indonesia
(UII ) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Jogjakarta
dengan judul : Analisa Postur Kerja dan Perancangan Dimensi
Menggunakan Metode RULA, membahas tentang kondisi dan sikap
tenaga kerja dalam melakukan aktivitas kerja terutama dalam
penggunaan material secara manual (Manual Material Handling)
pada industri pembuatan patung. Postur kerja dianalisa dengan
menggunakan metode RULA yang meliputi lengan atas, lengan
bawah, pergelangan tangan, leher, punggung dan kaki dengan cara
merekam postur kerja tenaga kerja.dalam melakukan aktivitas.
Pengamatan dilakukan di 6 stasiun, dari 6 stasiun kerja yaitu stasiun
kerja pembuatan pola terdapat 10% postur kerja yang berbahaya,
stasiun pembentukan pola terdapat 20% postur yang berbahay, stasiun
perakitan komponen pola tedapat 60% postur berbahaya, stasiun kerja
perendaman terdapat 80% postur berbahaya sedangkan pada stasiun
kerja finishing tidak terdapat postur yang berbahaya, hanya
diperlukan pemeriksaaan dan dilkakukan perubahan segera.
2. Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri UMS dengan judul Evaluasi
Fasilitas Kerja Bagian Finishing Perusahaan Mebel Dengan Metode
Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Membahas mengenai postur kerja dengan melakukan pengamatan pada 2 elemen pekerjaan yaitu
pengamplasan dan penyemprotan. Hasil penelitian dengan grand
3. Indah Pratiwi, R. Kusbimantoro Setyojati dengan judul Analisis
Postur Kerja Pada Drafter Interior Menggunakan Metode Rapid
Upper Limb Assessment (RULA). Mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja yang tidak baik bagi drafter interior. Pengamatan
dilakukan pada 1 elemen pekerjaan yaitu menggambar. Hasil
penelitian dengan grand score bagian menggambar dengan meja
manual dan mesin gambar terdapat 4 kondisi yang diamati, nilai grand
skor terkecil yaitu pada kondisi 1, yaitu kondisi meja gambar dengan
sudut kemiringan 45° dan tinggi tempat duduk 50 cm. Nilai action
level adalah 2 artinya postur tersebut masih memerlukan investigasi lebih lanjut tetapi tidak membutuhkan perubahan secepatnya. Hasil
analisis ini sebaiknya dilengkapi dengan rekomendasi postur rkerja
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian dilakukan pada Home Industri pembuatan tahu di daerah , yang
beralamat di Kp. Purwogondo RT. 03 RW. I, Kartasura.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
melakukan penelitian, yaitu:
a. Studi Lapangan (observasi)
Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek
yang diteliti. Observasi dilakukan guna mendapatkan data postur tubuh tenaga
kerja dengan merekam ataupun pengambilan foto dari pekerja.
b. Wawancara (interview)
Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan nara sumber yang
terkait dengan penelitian yang dilakukan, wawancara dilakukan pada sejumlah
karyawan di bagian produksi.
c. Studi Kepustakaan
Metode pengumpulan data yang bersumber pada buku atau literatur-literatur yang
3.3 Identifikasi Data a. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat
pertama kali atau diperoleh langsung dari pimpinan ataupun karyawan perusahaan
yang bersangkutan. Data yang diambil diantaranya:
1. Postur pekerja yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan
tangan, leher, punggung dan kaki.
2. Data dari keluhan pekerja (Nordic Body Map). b. Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh dari luar perusahaan yang ada hubungannya dengan
materi penelitian yang meliputi studi pustaka dan disiplin keilmuan yang
mendukung serta mempunyai hubungan dengan kasus yang diteliti.
3.4 Metode Pemecahan Masalah Dan Analisa Data 3.4.1 Pengolahan Data Dengan Metode RULA
Pengolahan data yang pertama adalah pengolahan data postur kerja
dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) dengan melalui 3 tahap
yaitu
Tahap 1 : Pengembangan metode untuk pencatatan postur kerja
Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh
lengan atas da lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara
grup B meliputi leher, badan dan kaki.
Tahap 2 : Perkembangan sistem untuk pengelompokan skor postur bagian
tubuh
Dengan cara menentukan skor untuk masing-masing postur A dan B.
Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk
memperoleh skor A dan tabel B untuk memperoleh skor B.
Tahap 3 : Pengembangan Grand Score dan Daftar Tindakan
Penentuan Grand Score untuk memperoleh nilai action level dan
3.5. Kerangka Pemecahan Masalah
Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Rekomendasi/usulan perbaikan Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Menentukan range pergerakan leher, lengan, pergelangan,
punggung dan kaki Pengumpulan Data dan Pengolahan
data Data postur kerja Perumusan Masalah
Mulai
Action level 3 dan 4 Ya
Tidak
Mendata berat beban dan penggunaan otot dalam aktivitas
bekerja
Pengolahan data dengan metode RULA
Penentuan kategori
action level
Aplikasi Metode RULA
Selesai Kesimpulan dan Saran
BAB IV
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
4.1. Pengumpulan Data
Subjek penelitian ini adalah pekerja yang melakukan aktivitas
secara manual di lantai produksi pembuatan tahu pada home industry
pembuatan tahu di Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo. Jumlah sampel yang
digunakan postur/sikap kerja adalah stasiun perendaman, stasiun pemasakan
dan penyaringan. Penelitian diawali dengan memberi penjelasan kepada pekerja
mengenai maksud , tujuan dan cara melakukan pengambilan data, dimana
pekerja yang diamati dalam penelitian ini ditugaskan untuk melakukan
pekerjaan secara normal (berdasarkan pekerjaan yang biasa dilakukan).
Ketika pekerja melakukan aktivitas penanganan material secara
manual pada pekerjaannya, peneliti merekam aktivitas kerja dari 3 stasiun kerja
menggunakan kamera digital
.
Bila terjadi perulangan gerakan maka prosesmerekam bisa dihentikan dan dapat dilanjutkan ke aktivitas kerja selanjutnya.
Aktivitas dinamis pekerja diamati untuk mengetahui berbagai macam postur
kerja menurut perubahannya dari awal akhir pekerjaannya.
Pengukuran sudut yang dibentuk oleh leher, punggung, lengan
atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan dilakukan dengan bantuan software
sudutnya. Kemudian dipindahkan ke microsoft word., untuk dilakukan
pengeditan selanjutnya disimpan untuk setiap jenis file.
Adapun data postur kerja yang diperoleh dari 3 stasiun yaitu
stasiun perendaman, stasiun pemasakan dan penyaringan. Pertama adalah data
berupa gambar atau foto hasil rekaman dari 3 satsiun tersebut. Kemudian dari
4.1.1 Pengumpulan data pada stasiun perendaman
a. Data postur kerja pada stasiun perendaman
Tabel 4.1 Data postur kerja stasiun perndaman
No Kegiatan PosturKerja
Lengan
b. Data berat beban pada stasiun perendaman
Tabel 4.2 Berat beban pada stasiun perendaman
No Jumlah Berat Keterangan
1 1 ember 6 kg Kedelai kering
2 1 ember 7 kg Kedelai basah(setelah direndam) 3 1 ember 7 kg Kedelai setelah digiling
4.1.2 Pengumpulan data pada stasiun pemasakan dan penyaringan
a. Data postur kerja pada stasiun pemasakan dan penyaringan
Tabel 4.3 Data sudut-sudut postur kerja pada stasiun pemasakan dan penyaringan
No Kegiatan Postur
Kerja
1 Mengambil kedelai setelah digiling
3 31 21 54 24 kekiri 20 0 0
1 22 22 20 75 0 0 12 0
2 Pemberian air pada pemasakan
2 64 0 81 0 7 10 34 0
3 Pengambilan alat penyaringan 1 98 0 0 8 22 9 57 0
1 79 72 72 59 37 47 0 75
2 16 39 94 61 23 0 26 0
4 Penuangan hasil dari pemasakan
3 56 63 60 72 kekiri 13 26 0
1 40 65 50 61 0 21 42 50
2 49 53 21 65 0 14 15 26
5 Penyaringan hasil pemasakan
3 62 58 38 66 19 48 56 52
1 7 13 87 84 kekiri 21 0 0
2 0 0 90 90 9 14 13 13
6 Pembuangan ampas stelah
penyaringan 3 62 58 38 66 19 48 56 52
1 76 53 45 57 0 38 24 42
2 51 0 75 29 19 0 9 0
7 Pemberian cuka setelah penyaringan
3 18 16 12 0 17 20 23 0
1 10 23 25 23 46 0 17 0
8 Pembuangan sisa air pada
penyaringan 2 31 14 125 90 31 15 47 0
1 63 33 48 34 44 26 31 57
2 86 0 87 59 kekiri 0 0 0
9 pengambilan hasil saringan untuk pencetakan
b. Data berat beban pada stasiun pemasakan dan penyaringan
Tabel 4.4 Berat beban pada stasiun pemasakan dan penyaringan
No Jumlah Berat Keterangan
1 1 erok 2 kg Air
2 1 erok 2 kg Kedelai hasil masakan
3 1 erok 7 kg Ampas penyaringan
4.2 Pengolahan data dengan menggunakan metode RULA 4.2.1 Pengolahan data pada stasiun perendaman
4.2.1.1 Kegiatan 1 Pengambilan air untuk perendaman
Postur 1
Postur 2
A. Kegiatan 1 Pengambilan air untuk perendaman tangan kanan 1. Penentuan skor A
Tabel 4.5 Posturpengambilan air untuk perendaman Kegiatan Postur Lengan
atas 1 20-45 0-60 15+ normal Pengambilan
air untuk
perendaman 2 45-90 abducted
0-60 0 normal
Tabel 4.6 Skor Postur Kelompok A
2. Penentuan Skor B
Tabel 4.7 Posturpengambilan air untuk perendaman Kegiatan Postur Leher
(o)
Punggung (o)
Kaki (o) 1 10-20 20-60 Tidak tertopang Pengambilan
air untuk
perendaman 2 10-20
Miring kekri
0-20 Tertopang
Tabel 4.8 Skor Postur Kelompok B
Punggung
1 2 3 4 5 6
kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher
3. Penentuan Grand Score dan action level
Tabel 4.9 Perhitungan Grand Score
Kegiatan Postur Skor A Skor B Otot yang digunakan
Tabel 4.10 Grand Score
7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga
• Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi
ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera
(saat itu juga)
• Postur 2 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi
ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera
(saat itu juga)
B. Kegiatan 1 Pengambilan air untuk perendaman tangan kiri 1. Penentuan skor A
Tabel 4.11 Posturpengambilan air untuk perendaman Kegiatan Postur Lengan
atas
1 20-20 0-60 0 normal Pengambilan
air untuk
perendaman 2 20-20 60-100 15+ normal
Tabel 4.12 Skor Postur Kelompok A
1 4 4 4 4 4 5 5 5
2. Penentuan Skor B
Tabel 4.13 Posturpengambilan air untuk perendaman Kegiatan Postur Leher
(o)
Punggung (o)
Kaki (o)
1 10-20 20-60 Tidak tertopang Pengambilan
air untuk
perendaman 2 10-20 Miring kekri
0-20 Tertopang
Tabel 4.14Skor Postur Kelompok B
Punggung
1 2 3 4 5 6
kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher
3. Penentuan Grand Score dan action level
Tabel 4.15 Perhitungan Grand Score
Tabel 4.17 Grand Score Grand Score
Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor
C* 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga
• Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi
ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera
(saat itu juga)
• Postur 2 nilai grand score 6, action level 3 menunjukkan perlu adanya
4.2.1.2 Kegiatan 2 Penuangan hasil pembilasan ke ember
Postur 1 Postur 2
Postur 3
A. Kegiatan 2Penuangan hasil pembilasan ke ember tangan kanan 1. Penentuan skor A
Tabel 4.18 Postur penuangan hasil pembilasan ke ember
Kegiatan Postur Lengan atas 1 20-45 0-60 0 normal
2 20-45 0-60 0 normal penuangan
hasil pembilasan
ke ember
3 45-90 0-60 15-15 normal
Tabel 4.19 Skor Postur Kelompok A
2. Penentuan Skor B
Tabel 4.20 Postur penuangan hasil pembilasan ke ember
Kegiatan Postur Leher (o)
Punggung (o)
Kaki (o)
1 In extension 60+ tertopang
2 10-20 0-20 tertopang Penuangan hasil
pembilasan ke ember
3 10-20 20-60 tertopang
Tabel 4.21 Skor Postur Kelompok B
Punggung
1 2 3 4 5 6
kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher
3. Penentuan Grand Score dan action level
Tabel 4.22 Perhitungan Grand Score
Kegiatan Postur Skor A Skor B Otot yang digunakan
Tabel 4.23 Grand Score
5 4 4 4 5 6 7 7
pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
• Postur 2 nilai grand score 5, action level 3 menunjukkan perlu adanya
pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
• Postur 3 nilai grand score 6, action level 3 menunjukkan perlu adanya
pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
B. Kegiatan 2Penuangan hasil pembilasan ke ember tangan kiri 1. Penentuan skor A
Tabel 4.24 Postur penuangan hasil pembilasan ke ember
Kegiatan Postur Lengan atas
2 20-45 0-60 0 normal penuangan
100+ 15-15 normal
Tabel 4.25 Skor Postur Kelompok A
1 3 3 4 4 4 4 5 5
2. Penentuan Skor B
Tabel 4. 26 Postur penuangan hasil pembilasan ke ember
Kegiatan Postur Leher (o)
Punggung (o)
Kaki (o) 1 20+ 60+ tertopang
2 10-20 0-20 tertopang Penuangan
hasil pembilasan
ke ember
3 10-20 20-60 tertopang
Tabel 4.27 Skor Postur Kelompok B
Punggung
1 2 3 4 5 6
3. Penentuan Grand Score dan action level
Tabel 4.28 Perhitungan Grand Score
Kegiatan Postur Skor A Skor B Otot yang digunakan
Tenaga yang digunakan
1 4 7 Repeated (+1) <2 kg (0)
2 2 3 Repeated (+1) 2-10 kg (1)
penuangan hasil pembilasan
ke ember 3 4 2 Repeated (+1) 2-10 kg (1)
Tabel 4.29 Grand Score
Grand Score
Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor
C* 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga
• Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi
ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera
(saat itu juga).
• Postur 2 nilai grand score 5, action level 3 menunjukkan perlu adanya
pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
• Postur 3 nilai grand score 6, action level 3 menunjukkan perlu adanya
4.2.1.3 Kegiatan 3 Membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan
Postur 1 Postur 2
Postur 3
A. Kegiatan 3 Membawa hasil rendaman ke stasiun giling tangan kanan
1. Penentuan skor A
Tabel 4.30 Postur membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan
Kegiatan Postur Lengan atas
2 20-45 0-60 15+ normal membawa
hasil rendaman ke
stasiun
penggilingan 3 20-20 abducted
60-100 15-15 normal
Tabel 4.31 Skor Postur Kelompok A
2. Penentuan Skor B
Tabel 4.32 Postur membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan
Kegiatan Postur Leher (o)
Punggung (o)
Kaki (o)
1 in extension 60+ tertopang
2 20+ 0-20 tertopang Penuangan
hasil pembilasan
ke ember
3 0-10 0-20 tertopang
Tabel 433 Skor Postur Kelompok B
Punggung
1 2 3 4 5 6
kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher
3. Penentuan Grand Score dan action level
Tabel 4.34 Perhitungan Grand Score
Tabel 4.35 Grand Score
Grand Score
Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor
C* 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga
• Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi
ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera
(saat itu juga).
• Postur 2 nilai grand score 5, action level 3 menunjukkan perlu adanya
pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
• Postur 3 nilai grand score7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi
ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera
B. Kegiatan 3Membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingantangan kiri 1. Penentuan skor A
Tabel 4.36 Postur membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan
Kegiatan Postur Lengan atas
2 20-20 0-60 15+ normal membawa
hasil rendaman ke
stasiun
penggilingan 3 20-20 abducted
0-60 15+ normal
Tabel 4.37 Skor Postur Kelompok A
2. Penentuan Skor B
Tabel 4.38 Postur membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan
Kegiatan Postur Leher (o)
Punggung (o)
Kaki (o)
1 In extension 60+ tertopang
2 20+ 0-20 tertopang membawa hasil
rendaman ke stasiun penggilingan
3 0-10 0-20 tertopang
Tabel 4.39 Skor Postur Kelompok B
Punggung
1 2 3 4 5 6
kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher
3. Penentuan Grand Score dan action level
Tabel 4.40 Perhitungan Grand Score
Kegiatan Postur Skor A Skor B Otot yang digunakan
rendaman ke stasiun penggilingan
Tabel 4.41 Grand Score
Grand Score
Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor
C* 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga
• Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi
ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera
(saat itu juga).
• Postur 2 nilai grand score 6, action level 3 menunjukkan perlu adanya
pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
• Postur 3 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi
ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera
4.2.1.4 Data rekapitulasi Grand score pada stasiun perendaman tangan kanan
Tabel 4.42 Rekapitulasi Grand score pada stasiun perendaman tangan kanan
No Kegiatan Postur
Kerja Grandscore
Action
level Keterangan
1 7 4
Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).
1
Pengambilan air untuk
perendaman
2 7 4
Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).
1 7 4
Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).
2 5 3
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan 2
Penuangan hasil pembilasan ke ember
3 6 3
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
1 7 4
Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).
2 6 3
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan 3
Membawa hasil rendaman ke stasiun penggilinagan
3 7 4
4.2.1.5 Rekapitulasi grand score pada stasiun perendaman tangan kiri
Tabel 4.43 Rekapitulasi grand score pada stasiun perendaman tangan kiri
No Kegiatan Postur
Kerja Grandscore
Action
level Keterangan
1 7 4
Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).
1
Pengambilan air untuk
perendaman
2 6 3
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
1 6 3
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
2 5 3
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan 2
Penuangan hasil pembilasan ke ember
3 6 3
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
1 7 4
Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).
2 5 3
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan 3
Membawa hasil rendaman ke stasiun penggilinagan
3 7 4
4.2.2 Pengolahan data pada stasiun pemasakan dan penyaringan 4.2.2.1 Mengambil kedelai setelah digiling
Postur 1 Postur 2
Postur 3
A. Kegiatan 1 Mengambil kedelai setelah digiling tangan kanan 1. Penentuan skor A
Tabel 4.44 Postur Mengambil kedelai setelah digiling
Kegiatan Postur Lengan atas
1 45-90 0-60 15+ normal
2 45-90 60-100 0 normal Mengambil
0-60 0 normal
Tabel 4.45 Skor Postur Kelompok A
2. Penentuan Skor B
Tabel 4.46 Postur Mengambil kedelai setelah digiling
Kegiatan Postur Leher (o)
Punggung (o)
Kaki (o)
1 0-10 60 + tertopang
2 0-10 0-20 tertopang Mengambil
kedelai setelah digiling
3 0-10 0-20 tertopang
Tabel 4.47 Skor Postur Kelompok B
Punggung
1 2 3 4 5 6
kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher
3. Penentuan Grand Score dan action level
Tabel 4.48 Perhitungan grand score
Tabel 4.49 Grand Score
Grand Score
Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor
C* 1 2 3 4 5 6 7+
1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 5 6 7 7
6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga
• Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi
ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera
(saat itu juga)
• Postur 2 nilai grand score 5, action level 3 menunjukkan perlu adanya
pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan
• Postur 3 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi
ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera
B. Kegiatan 1 Mengambil kedelai setelah digiling tangan kiri 1. Penentuan skor A:
Tabel 4.50 Postur Mengambil kedelai setelah digiling
Kegiatan Postur Lengan atas
1 45-90 0-60 15+ normal
2 20-20 60-100 0 normal Mengambil
kedelai setelah digiling
3 20-45 0-60 0 normal
Tabel 4.51 Skor Postur Kelompok A