• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIRANALISA POSTUR KERJA ANALISA POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) (Studi kasus: Home Industry Pembuatan Tahu di Kartasura).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TUGAS AKHIRANALISA POSTUR KERJA ANALISA POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) (Studi kasus: Home Industry Pembuatan Tahu di Kartasura)."

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA

MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

(Studi kasus: Home Industry Pembuatan Tahu di Kartasura)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh :

MARDIYANTO D 600 020 048 02.6.106.03064.5.048

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA

MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

Tugas Akhir Ini Telah Diterima dan Disetujui Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Studi S-1 Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hari/Tanggal :

Disusun Oleh :

Nama : MARDIYANTO

NIM : D. 600 020 048

NIRM : 026.106.03064.5.048

Jurusan/Fakultas : Teknik Industri/Teknik

Mengetahui,

Dosen Pembimbing I

Indah Pratiwi, ST.MT

Dosen Pembimbing II

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR

ANALISA POSTUR KERJA

MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

Telah Dipertahankan Pada Sidang Pendadaran Tingkat Sarjana Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada Hari/Tanggal :

Jam :

Dosen Penguji :

Indah Pratiwi, ST.MT Ketua

Etika Muslimah, ST.MM.MT Anggota

Much. Djunaidi, ST.MT Anggota

Eko Setiawan, ST.MT Anggota

Mengetahui,

Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Industri

(4)

MOTTO

Kata yang paling cantik di bibir manusia adalah ibu, ibu adalah segalanya. Ia menjadi sumber segala cinta, berkah, rasa simpati dan maaf.

(Kahlil Gibran)

Sambut semua dengan senyum danpenuh ikhlas, meski kadang semua tak pernah kita harap, meski kadang itu luka. Tapi itu sulit bagi orang dengan

jiwa yang gelap akan surga.

Tak usah kita sengaja mencipta dosa, tanpa kita sengajapun, suatu saat dosapun kan menghampiri dengan sendirinya, karena kita sebagai manusia tak

(5)

PERSEMBAHAN

Laporan Tugas Akhir Ini Penulis Persembahkan Untuk :

1. Bapak, Ibu dan kakakku tercinta.

2. Teman-teman X-treem

Cost

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat,

taufik,dan hidayah-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini

yang berjudul “ ANALISA POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODERAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)”.

Penyusunan laporan tugas akhir ini diajukan sebagai suatu kelengkapan dan

persyaratan guna menempuh dan mencapai gelar sarjana Teknik Industri Fakultas

Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini tidak akan terwujud tanpa

adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Ir. H. Sri Widodo, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

2. Bapak Munajat Tri Nugroho, ST. MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Ibu Indah Pratiwi, ST. MT selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dari awal penulisan sampai

(7)

4. Ibu Etika Muslimah, ST. MM.MT selaku pembimbing II yang telah sabar dan

ikhlas memberikan bimbingan sampai tersusunnya laporan tugas akhir ini.

5. Bapak Kasno selaku pemilik pabrik tahu, yang telah memberikan kesempatan

untuk melakukan penelitian pabriknya.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi doa dan bantuan baik berupa

moril maupum spirituil, terima kasih buat kasih sayangnya yang tak

henti-hentinya mengalir.

7. Kakakku tercinta Panji Atmoko, mbakku Maya Puspita Sari terima kasih buat

supportnya.

8. Adekku ”Verry Desta Widyatama” ampun nakal nggih!!!.

9. Sahabat-sahabatku : YuDha Plo, FauZaN PiPpo, TAuFik Cepi,

Arief J_mbat, Agung M_blenk, Andy C_kung, AGus K_cing, MaKin Q_yiep, Rahmawan P_Thok, Ahmad C_mEd, CerRy, Kurnia T_gal, Syefiq Timbul, Ahmad Yani ChArlez,farid UcUp,Ardian ChaMpret,SiGit Pa’dHe,KokO pElo, IwAn G_mbel, Sigit BF, Fredo, SonNy, Do2’,MbaK Wiexz. mBak ElGa, ARief RaCun, AndHika

SOto, KhoMsin BlaCk, bEteT, BOy, Si NYoNg, XriYiep

Bombay, MasYAnto BoMbay terima kasih atas dukungannya.Thank’z to

all.

10. Semua teman-teman Tehnik Industri ’02 yang telah mendukung dalam

(8)

11. Temen-temanX-treem Cost yang datang dan pergi,thank’z To All.

Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua

bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Amiin.

Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb

Surakarta, Februari 2008

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

ABSTRAKSI ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 3

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

1.6. Sistematika Penulisan ... ... 4

(10)

2.2. Postur dan Pergerakan Kerja... 10

2.3. Sistem Kerangka Otot ...13

2.4. Cumulative Trauma Disordes (CTD) ... 13

2.5. Rapid Upper Limb Assessment (RULA) ...15

2.5.1 Definisi RULA...15

2.5.2 Perkembangan RULA...16

2.6. Tinjauan Pustaka... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian ... 34

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 34

3.3. Identifikasi Data ...35

3.4. Metode Pemecahan Masalah dan Analisa Data ... 35

3.5. Kerangka Pemecahan Masalah ... 37

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan Data... 38

4.1.1 Pengumpulan Data pada Stasiun Perendaman...40

4.1.2 Pengumpulan Data pada Stasiun Pemasakan dan penyaringan...41

4.2. Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode RULA...43

4.2.1. Pengolahan data pada stasiun perendaman...43

4.2.1.1 Kegiatan 1 Pengambilan air untuk perendaman ... 43

(11)

4.2.1.3 Kegiatan 3 Membawa hasil rendaman ke stasiun

penggilingan...55

4.2.2. Data rekapitulasi Grand score pada stasiun perendaman tangan kanan... 62

4.2.3. Data rekapitulasi Grand score pada stasiun perendaman tangan kiri... 63

4.2.4. Pengolahan data pada stasiun pemasakan dan penyaringan...64

4.2.4.1 Kegiatan 1 Mengambil kedelai setelah digiling...64

4.2.4.2 Kegiatan 2 Pemberian air pada pemasakan ...71

4.2.4.3 Kegiatan 3 Pengambilan alat penyaringan ...77

4.2.4.4 Kegiatan 4 Penuangan hasil dari pemsakan ...82

4.2.4.5 Kegiatan 5 Penyaringan hasil pemasakan ...89

4.2.4.6 Kegiatan 6 Pembuangan ampas...95

4.2.4.7 Kegiatan 7 Pemberian cuka pada penyaringan ...103

4.2.4.8 Kegiatan 8 Pembuangan sisa air penyaringan ....110

4.2.4.9 Kegiatan 9 Penuangan hasil penyaringan ke pencetakan... 117

4.2.5. Rekapitulasi grand score pada stasiun pemasakan dan penyaringan tangan kanan ...124

4.2.6. Rekapitulasi grand score pada stasiun pemasakan dan penyaringan tangan kiri ...126

(12)

4.3.1 Analisa Postur Kerja pada Stasiun Perendaman ... 128

4.3.1.1 Kegiatan 1 Pengambilan air untuk perendaman ...128

4.3.1.2 Kegiatan 2 Penuangan hasil pembilasan ke ember ...129

4.3.1.3 Kegiatan 3 Membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan...129

4.3.2 Analisa Postur Kerja pada pemasakan dan penyaringan ...130

4.3.2.1 Kegiatan 1 Mengambil kedelai setelah digiling ...130

4.3.2.2 Kegiatan 2 Pemberian air pada pemasakan...131

4.3.2.3 Kegiatan 3 Pengambilan alat penyaringan ...132

4.3.2.4 Kegiatan 4 Penuangan hasil dari pemsakan ...132

4.3.2.5 Kegiatan 5 Penyaringan hasil pemasakan...133

4.3.2.6 Kegiatan 6 Pembuangan ampas... 134

4.3.2.7 Kegiatan 7 Pemberian cuka pada penyaringan ...135

4.3.2.8 Kegiatan 8 Pembuangan sisa air penyaringan ...136

4.3.2.9 Kegiatan 9 Penuangan hasil penyaringan ke pencetakan...137

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...140

5.2. Saran ... 141

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skor Postur Kelompok A...27

Tabel 2.2 Skor Postur Kelompok B...28

Tabel 2.3 Grand Score... 30

Tabel 4.1 Data postur kerja stasiun perndaman ...40

Tabel 4.2 Data berat beban pada stasiun perendaman ...40

Tabel 4.3 Data sudut-sudut postur kerja pada stasiun pemasakan dan penyaringan...41

Tabel 4.4 Data berat beban pada stasiun pemasakan dan penyaringan...42

Tabel 4.5 Postur pengambilan air untuk perendaman... 44

Tabel 4.18 Postur penuangan hasil pembilasan ke ember...50

Tabel 4.30 Postur membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan ...56

Tabel 4.42 Rekapitulasi Grand score pada stasiun perendaman tangan kanan...62

Tabel 4.43 Rekapitulasi grand score pada stasiun perendaman tangan kiri...63

Tabel 4.44 Postur Mengambil kedelai setelah digiling...65

Tabel 4.56 Postur pemberian air pada pemasakan...72

Tabel 4.68 Postur pengambilan alat penyaringan...78

Tabel 4.80 Postur penuangan hasil dari pemasakan...83

Tabel 4.93 Postur penyaringan hasil pemasakan...90

Tabel 4.105 Postur Pembuangan ampas...97

(14)

Tabel 4.129 Postur Pembuangan sisa air penyaringan...111

Tabel 4.141 Postur penuangan hasil penyaringan ke pencetakan...118

Tabel 4.153 Rekapitulasi grand score pada stasiun pemasakan dan penyaringan

tangan kanan...124

Tabel 4.154 Rekapitulasi grand score pada stasiun pemasakan dan penyaringan

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Flexion dan extension...11

Gambar 2.2 Abduction dan adduction...12

Gambar 2.3 Posisi rotation...12

Gambar 2.4 Posisi pada lengan supination dan Spronation ...13

Gambar 2.5 Range pergerakan lengan atas ... 20

Gambar 2.6 Range pergerakan lengan bawah ... 21

Gambar 2.7 Range pergerakan pergelangan tangan... 22

Gambar 2.8 Range pergerakan putaran pergelagan tangan...22

Gambar 2.9 Range pergerakan leher ...23

Gambar 2.10 Range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan ...24

Gambar 2.11 Range pergerakan...25

Gambar 2.12 Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan ...26

Gambar 2.13 Range pergerakan kaki ...27

(16)

ABSTRAKSI

Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri di Indonesia, khususnya industri kecil, masih sangat dominan. Fleksibilitas gerakan merupakan alasan kuat penggunaan tenaga manusia, terutama untuk kegiatan penaganan material secara manual (Manual Material Handling). Akan tetappi aktivitas MMH diidentifikasi beresiko besar sebagai penyebab penyakit tulang balakang (Law Back Pain). Akibat dari penanganan material yang cukup berat, posisi dan postur kerja yang tidak baik serta pengulangan pekerjaan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja yang tidak aman bagi tubuh manusia dan mengetahui bagaimana pengaruh antara sikap atau postur kerja pekerja dengan tempat kerja bagi pekerja pembuatan tahu di Kartasura, Sukoharjo.

Pengumpulan data dengan melakukan studi lapangan dan wawancara terhadap pekerja untuk mendapatkan data yang diinginkan. Data tersebut adalah data postur pekerja yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, leher, punggung dan kaki untuk dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Output yang didapat berupa kategori action level yang menunjukkan apakah postur kerja yang dilakukan sudah aman.

Pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat diketahui nilai action level yang dapat memberikan rekomendasi perbaikan pada masing-masing postur kerja. Tiga stasiun kerja yang diamati yaitu stasiun perendaman terdapat 62,5% postur berbahaya, dan stasiun pemasakan dan penyaringan terdapat 86,96% postur bebahaya. Hal ini menunjukkan perlu adanya perubahan sesegera mungkin atau saat itu juga.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan tenaga manusia dalam dunia industri masih dominan, terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material Handling/MMH). Kelebihan MMH bila dibandingkan dengan penggunaan material menggunkan alat bantu adalah fleksibilitas gerakan yang dapat dilakukan untuk beban-beban ringan. Akan tetapi aktivitas MMH diidentifikasi berisiko besar sebagai penyebab utama penyakit tulang belakang (Low Back Pain). Beban kerja yang berat, postur kerja yang salah dan perulangan gerakan yang tinggi, serta adanya getaran terhadap keseluruhan tubuh merupakan keadaan yang memperburuk penyakit tersebut (Luopajarvi, 1990).

Kinerja dan hasil kerja yang baik sangat dipengaruhi oleh tingkat kenyamanan operator. Kenyamanan tersebut akan memacu performans kerja operator sehingga aktivitas kerja operator akan tercapai. Hal tersebut dapat dipengaruhi kondisi lingkungan dan alat kerja. jika landasan kerja terlalu tinggi maka pekerja akan mengangkat bahu untuk menyesuaikan dengan ketinggian landasan kerja, sehingga menyebabkan sakit pada bahu dan leher. Sebaliknya bila landasan terlalu rendah maka tulang belakang akan membungkuk sehingga menyebabkan kenyerian pada bagian belakang (backache) (Tarwaka, Sudiajeng dan Bakri, 2004).

(18)

operator (tenaga kerja) dengan dimensi mesin. Dilihat dari sudut pandang ergonomi suatu produk (fasilitas produksi) dikatakan ergonomis apabila secara anthropometris, faal, biomekanika dan fisiologis kompatibel dengan manusia sebagai pemakainya (Sutalaksana, 1999).

Salah satunya adalah di Kartasura milik bapak Kasno, adalah salah satu home industry yang bergerak di bidang pembuatan tahu. Dimana pekerja melakukan aktivitas dari perendaman bahan baku, penggilingan, pemasakan, penyaringan, pencetakan dan pemotongan hasil. Aktivitas tersebut dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu yang lama, bahkan pekerja didominasi oleh sikap kerja berdiri.

Posisi kerja berdiri yang cukup lama akan memberikan tekanan pada saraf, pembuluh darah dana otot pada kaki sehingga dapat menimbulkan gangguan pada tubuh. Apabila posisi statis ini dipertahankan maka akan menimbulkan keluhan pada sistem muskuloskeletal, seperti sakit pinggang, sakit leher, bahu, punggung, lengan dan pergelangan tangan.

Berdasarkan hasil penelitian, keluhan pada sistem muskuloskeletal diakibatkan penggunaan postur kerja yang tidak baik. Oleh karena itu studi untuk menganalisa dan mengevaluasi postur kerja untuk meminimalkan cidera otot pada tulang belakang pekerja perlu dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

(19)

1. Bagaimanakah postur kerja yang aman pada pekerjaan pembuatan tahu berdasarkan metode RULA

2. Bagaimanakah rekomendasi postur kerja yang aman berdasarkan metode RULA.

1.3 Batasan Masalah

Dalam pembahasan masalah agar lebih terarah pada sasaran, penulis memberikan batasan-batasan antara lain:

a. Variabel pengamatan adalah postur kerja yang meliputi sikap leher, punggung, lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan, berat beban kerja berdasarkan klasifikasi postur kerja RULA.

b. Pengamatan dilakukan di industri pembuatan tahu pada home industry di Kartasura.

c. Kondisi lingkungan kerja, yaitu pencahayaan, kebisingan, suhu, dan kelembaban udara diasumsikan normal, dalam arti tidak menimbulkan gangguan yang berarti.

d. Postur kerja yang diamati adalah sikap kerja berdiri, karena aktivitas kerja yang dilakukan dalam kondisi tersebut.

e. Dalam pembahasan tidak melakukan perancangan, hanya berupa rekomendasi atau usulan perbaikan

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(20)

b. Mengetahui bagaimana pengaruh antara sikap atau postur kerja pekerja dengan tempat kerja.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagi input atau masukan pekerja untuk menentukan postur kerja pada aktivitas manual material handling.

b. Bagi perusahaan, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan untuk menentukan kriteria tempat kerja berdasarkan prinsip-prinsip ergonomi. c. Bagi pekerja, penelitian ini diharapkan dapat meminimalkan cidera otot pada

tulang belakang akibat aktivitas dinamis penggunaan material secara manual.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan

sistematika penulisan laporan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi konsep dan teori yang relevan tentang konsep dan

prinsip dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah penelitian

(21)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang objek penelitian, gambaran objek, teknik

pengumpulan dan pengolahan data dan kerangka pemecahan masalah

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Berisi tentang hasil penelitian dan pengolahan data dengan metode

yang ditentukan, analisis hasil pengolahan data dan rekomendasi dari

metode tersebut.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan akhir dari laporan yang berisi kesimpulan dari hasil

penelitian dan saran yang ditujukan untuk perbaikan dari

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Ergonomi

Istilah ergonomi atau biasa pula dikenal dengan human factors mulai

dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya

telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya.

Ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu Ergos (kerja) dan Nomos

(hukum alam) dan dapat didefisinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,

psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan

kenyamanan manusia di tempat kerja. (Nurmianto, 2003).

Menurut Sutalaksana (1979), untuk menciptakan hasil yang optimal

dalam penerapan ergonomi diperlukan informasi yang lengkap mengenai

kemampuan manusia dengan segala keterbatasanya. Salah satu usaha untuk

mendapatkan informasi-informasi ini, telah dilakukan penyelidikan.

Penyelidikan tersebut dilakukan menurut empat kelompok besar, yaitu :

a. Penyelidikan tentang display.

(23)

contoh, jika ingin mengetahui berapa kecepatan sepeda motor yang sedang

dikemudikan, maka dengan melihat jarum speedometer tersebut kita akan

mengetahui kecepatan sepeda motor.

b. Penyelidikan mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendalianya.

Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia ketika

bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas

tersebut. Dimana penyelidikan ini banyak berhubungan dengan

Biomekanika.

c. Penyelidikan mengenai tempat kerja.

Agar didapat tempat kerja yang baik, yaitu sesuai dengan kemampuan

dan keterbatasan manusia, maka ukuran tempat kerja tersebut harus sesuai

dengan dimensi tubuh manusia. Hal ini berkaitan dengan ergonomi

anthropometri

d. Penyelidikan mengenai lingkungan fisik

Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah meliputi ruangan dan

fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi

lingkungan kerja, yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku

manusia.

Berdasarkan dengan bidang-bidang penyelidikan tersebut, maka

melibatkan sejumlah disiplin dalam ilmu ergonomi yaitu :

a. Anatomi dan fisiologi : struktur dan fungsi pada manusia.

(24)

c. Fisiologi psikologi : sistem saraf otak.

d. Psikologi eksperimen : perilaku manusia.

Perancangan stasiun kerja merupakan salah satu output studi ergonomi

di bidang industri. Inputnya dapat berupa manusia yang tidak aman dalam

bekerja, kondisi fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman dan ada hubungan

manusia mesin yang tidak ergonomi. Kondisi manusia dikatakan tidak aman

bila kesehatan dan keselamatan pekerja mulai terganggu. Kelelahan dan keluhan

pekerja pada muskuloskeletal merupakan salah satu indikasi adanya gangguan

kesehatan dan keselamatan pekerja. Keluham muskuloskeletal merupakan

keluhan-keluhan pada otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari

keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis

secara berulang dan waktu yang cukup lama, maka akan dapat menyebabkan

keluhan berupa kerusaka pada sendi ligamen dan tendon. Keluhan hingga

kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan muskuloskeletal

disordiers (MSDs) atau cidera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993). Studi MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan

hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot

rangka (skeletal) yangg meliputi otot leher, bahu, lengan, jari, punggung,

pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantar keluhan otot skeletal tesebut,

yang banyak dialami pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain =

LBP). Laporan dari The Bureauof Labour Statistic (LBS) Departemen Tenaga

(25)

bahwa hampir 20% dari semua kasus sakit akibat kerja dan 25% biaya

kmperensi yang dikeluarkan sehubungan adanya keluhan/sakit pninggang.

Sementara itu National Safety Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja

yang frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit punggung yaitu 22% dari

1.700.000 kasus (Waters,et al, 1996).

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keluhan otot

skeletal yaitu (Peter, 2000):

a. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang

diperlukan melampui kekuatan otot optimum. Apabila hal serupa sering

dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan

dapat mnyebabkan terjadinya cidera otot skeletal.

b. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus

sperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut-angkut dan

sebagainya. Keluhan ini terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban

kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relasasi.

c. Sikap kerja yang tidak alamiah

Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi

bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi possisi alaamiah, misalnya

pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala

(26)

gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot

skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik

tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan

dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis and McCanville, 1996;

Waters and Andeson, 1996 dan Manuaba, 2000).

2.2. Postur dan Pergerakan Kerja

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap

kerja yang berbeda akan menghsilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat

bekerja sebaiknya postur dilakuakan secara alamiah sehingga dapat

meminimalisasi timbulnya cidera muskuloskeletal. Kenyamanan tercipta bila

pekerja telah melakukan postur kerja yang baik dan aman.

Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan organ tubuh

saat bekerja. Pergerakan yang dilakukan saat bekerja meliputi flexion, exension,

abduction, adducton, rotation, pronation dan supination. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan. Extension adalah

gerakan merentangkan (stretching) dimana terjadi peningkatan sudut antara dua

tulang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1. Abduction adalah

pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah (the median plane) tubuh.

Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah (the median palne) tubuh.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2. Rotation adalah

(27)

dilihat pada gmabar 2.3. Pronation adalah perputaran bagian tengah (menuju

kedalam) dari anggota tubuh. Supination adalah perputaran kerarah samping

(menuju keluar) dari anggota tubuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar 2.4 (Tayyari, 1997).

Gambar 2.1 Flexion dan extension pada (a) bahu, (b) telapak tangan

(28)

Gambar 2.2 Abduction dan adduction pada (a) telapak tangan,(b) bahu

(29)

Gambar 2.3 Posisi rotation

Gambar 2.4 Posisi pada lengan (a) supination dan (b) pronation

2.3. Sistem Kerangka Otot

Sistem kerangka otot tubuh manusia melibatkan bagian-bagian tubuh

yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ

tubuh yaitu tulang, jaringan penghubung (sambungan cartilagnus, ligament dan

tendon) dan otot. Dalam system gerakan rangka otot, otot beraksi terhadap tulang untuk mengendalikan gerak rotasi disekitar sambungan tulang

(Nurmianto, 1996). Yang perlu diperhatikan saat melakukan analisa

biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran beban dan

ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah

berdasarkan pada beban tekan (compression load) antara lumbar nomor lima

(30)

2.4. Cumulative Trauma Disorders (CTD)

Cumulative Trauma Disorders (dapat juga disebut sebagai Repetitive Motion Injuries atau Musculoskeletal Disorders) adalah cidera pada sistem kerangka otot yang semakin bertambah secara bertahap sebagai akibat dari

trauma kecil yang terus menerus yang disebabkan oleh desain yang buruk yaitu

desain alat sistem kerja yang membutuhkan gerakan tubuh dalam posisi yang

tidak normal serta penggunaan perkakas handtools atau alat lainnya yang terlalu

sering. Empat faktor penyebab timbulnya CTD adalah :

a. Penggunaan gaya yang berlebihan.

b. Gerakan sendi yang kaku yaitu tidak berada dalam posisi normal. Misalnya,

bahu yang terlalu terangkat ke atas, lutu yang terlalu naik, punggung terlalu

membungkuk dan lain-lain.

c. Perulangan gerakan yang sama terus menerus.

d. Kurangnya istirahat yang cukup untuk memulihkan trauma sendi.

Gejala yang berhubungan dengan CTD antara lain adalah terasa sakit

atau nyeri pada otot, gerakan sendi yang terbatas, dan terjadi pembengkakan.

Jika gejala ini dibiarkan maka akan menimbulkan kerusakan permanen (Niebel

dan Frevaldi, 1999).

CTD merusak sistem saraf Musculoskeletal yaitu urat saraf (nervers), otot,

tendon, ligamen, tulang dan tulang sendi (joint) pada pergerakan extrem dari

tubuh bagian atas (bahu, tangan, siku, pergelangan tangan), tubuh bagian bawah

(31)

Punggung, leher dan bahu merupakan bagian yang rentan terkena CTD,

penyakit yang diakibatkan adalah nyeri pada tengkuk/bahu (cervical

synddrome), nyeri pada tulang belakang yang disebut Chronic Low back Pain. Pada tanga dan pergelangan tangan terjadi penyakit trigger finger (tanga

bergetar), Raynaud’s syndrome (vibrasion white finger dan carpal tunnel syndrome (Tayyari, 1997).

2.5. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)

2.5.1 Definisi RULA (Rapid Upper Limb Assesment)

RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr.

Lynn Mc Attamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergononom dari

universitas di Nottingham (University’s NottinghamInstitute of Occupational ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 1993 (Lueder, 1996).

Rapid Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan alam bidang ergonomi yang menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang

dialakukan oleh tubuh bagian atas. Peralatan ini tidak melakukan piranti

khusus dalam memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh

bagian atas sejalan dengan fungsi otot dan beban eksternal yang ditopang oleh

tubuh. Penilaian dengan menggunakan metode RULA membutuhkkan waktu

sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas

yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan

(32)

dipakai pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas

(McAtamney, 1993).

Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan

dan aktivitas otot yang menimbulkan cidera akibat aktivitas berulang

(repetitive starain injuries). Ergonomi diterapkan untuk mengevaluasi hasil

pendekatan yang berupa skor resiko antara satu sampai tujuh, yang mana skor

tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar

(berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor

terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard.

Oleh sebab itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja

yang berisiko dan dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996) .

RULA disediakan untuk menangani kasus yang menimbulkan resiko

pada muskuloskeletal saat pekerja melakukan aktivitas. Alat tersebut

memberikan penilaian resiko yang objektif pada sikap, kekuatan dan aktivitas

yang dilakukan pekerja. RULA telah digunakan di dunia internasional

beberapa tahun ini untuk menilai resiko yang dihubungkan dengan Work

Related Upper Linb Disorders (WRULD). 2.5.2 Perkembangan RULA

Metode ini sudah dikembangkan dalam industri garmen, dimana

pengukuran dilakukan pada operator yang melakukan tugas-tugasnya,

(33)

mesin dengan menggunakan salah satu mesin jahit, kliping, operasi

pengawasan dan pengepakan.

Metode ini menggunakan gambar postur tubuh dan tiga tabel untuk

memberikan evaluasi paparan terhadap faktor-faktor resiko. Faktor tersebut

menurut McPhee dosebut sebagai faktor beban eksternal (external load

factor).

Hal ini mencakup (McPhee, 1987):

a. Jumlah gerakan

b. Kerja otot statis

c. Kekuatan atau tenaga

d. Postur-postur kerja yang digunakan

e. Waktu yang digunakan tanpa adanya istirahat

Selain faktor-faktor ini, McPhee juga mengajukan beberapa faktor

penting lainnya yang mempengaruhi beban, namun akan sangat bervariasi

antara individu yang satu dengan yang lainnya. Faktor ini meliputi postur

kerja yang dilakukan, penggunaan otot yang statis yang perlu atau yang tidak

perlu tenaga, kecepatan dan keakuratan gerakan, frekuensi dan durasi istirahat

yang duilakukan oleh operator. Disamping itu ada faktor yang akan merubah

respon individu terhadap beban tertentu yaitu faktor individual (seperti usia

dan pengalaman), faktor lingkungan tempat kerja dan variabel-variabel

psikososial.

(34)

a. Memberikan suatu metode pemeriksaan populasi pekerja secara cepat,

terutama pemeriksaan paparan (exposure) terhadap resiko gangguan tubuh

bagian atas yang disebabkan karena bekerja.

b. Menentukan penilaian gerakan-gerakan otot yang dikaitkan dengan postur

kerja, mengeluarkan tenaga, dan melakukan kerja statis dan repetitve yang

mengakibatkan kelelahan otot.

c. Memberikan hasil yang dapat digunakan pada pemeriksaan atau

pengukuran ergononmi yang mencakup faktor-faktor fisik, epidomiologis,

mental, lingkungan dan faktor organisional dan khususnya mencegah

terjadinya gangguan pada tubuh atas akibat kerja.

RULA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini

memudahkan peneliti untuk dapat dilatih dalam melakukan pemrikasaan dan

pengukuran tanpa biaya peralatan tambahan. Pemriksaan RULA dapat

dilakukan di tempat yang terbatas tanpa mengganggu pekerja. Pengembangan

RULA terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah pengembangan untuk

perekaman atau pencatatn postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan

sistem penskoran (scoring) dan ketiga adalah pengembangan sakla level

tindakan yang memberikan suatu panduan terhadap level resiko dam

kebutuhan akan tindakan untuk melakukan pengukuran yang lebih terperinci.

Penilaian menggunakan RULA merupakan metode yang telah

dilakukan oleh Mcatamney dan Corlett (1993). Tahap-tahap menggunakan

(35)

Tahap 1 : Pengembangan metode untuk pencatatan postur kerja

Untuk menGhasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh

dibagi menjadi dua bagian, yaitu grup Adan grup B. Grup A meliputi lengan

atas da lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi

leher, badan dan kaki. Hal ini memastikan bahwa seluruh postur tubuh dicatat

sehingga postur kaki, badan dan leher yang terbatas yang mungkin

mempengaruhi postur tubuh bagian atas dapat masuk dalam pmeriksaan.

Kisaran gerakan untuk setiap bagian tubuh dibagi menjadi

bagian-bagian menurut kriteria yang berasal dari interpretasi literatur yang relevan.

Bagian-bagian ini diberi angka sehingga angka 1 berada pada kisaran gerakan

atau postur kerja dimana resiko faktor merupakan terkecil atau minimal.

Sementara angka-angka yang lebih tinggi diberikan pada bagian-bagian

kisaran gerakan dengan postur yang lebih ekstrim yang menunjukkan adanya

faktor resiko yang meningkat yang menghasilkan beban pada struktur bagian

tubuh. Sistem penskoran (scoring) pada setiap postur bagian tubuh ini

menghasilkan urutan angka yang logis dan mudah untuk diingat. Agar

memudahakan identifikasi kisaran postur dari gambar setiap bagian tubuh

disajikan dalam bidang sagital.

Pemeriksaan atau pengukuran dimulai dengan mengamati operator

selama beberapa siklus kerja untuk menentukan tugas dan postur pengukuran.

(36)

beban terbesar terjadi. Karena RULA dapat dilakukan dengan cepat, maka

pengukuran dapat dilakukan pada setiap postur pada siklus kerja.

Kelompok A memperlihatkan postur tubuh bagian lengan atas, lengan

bawah pergelangan tangan. Kisaran lengan atas diukur dan diskor dengan

dasar penemuan dari studi yang dilakukan oleh Tichauer, Caffin, Herbert et al,

Hagbeg, Schuld dan Harms-Ringdahl dan Shuldt. Skor-skor tersebut adalah:

1 Untuk 20° extension hingga 20° flexion

2 Untuk extension lebih dari 20° atau 20° - 45° flexion 3 Untuk 45° - 90° flexion

4 Untuk 90° flexion atau lebih

Keterangan:

 + 1 jika pundak/bahu ditinggikan

+ 1 jika lengan atas abdusted

(37)

Gambar 2. 5 Range pergerakan lengan atas (a) postur alamiah,(b) postur

extension dan flexion,(c) postur lengan atas flexion

Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari penelitin Granjean dan

Tichauer. Skor tersebut adalah:

1 untuk 60° - 100° flexion

2 untuk kurang dari 60° atau lebih dari 100° flexion

Keterangan:

(38)

Gambar 2.6 Range pergerakan lengan bawah (a) postur flexion 60° - 100°,

(b) postur alamiah dan (c) postur 100° +

Panduan untuk pergelangan tangan dikembangkan dari penelitian Health and

Safety Executive, digunakan untuk menghasilkan skor postur sebagai berikut:

 1 untuk berada pada posisi netral

2 untuk 0 - 15° flexion maupun extension

 3 untuk 15° atau lebih flexionmaupun extension

Keterangan:

(39)

Gambar 2.7 Range pergerakan pergelangan tangan (a), (b) postur flexion 15°

+, (c) postur 0 - 15° flexion maupun extension, (d) postur extension 15° +

Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang dikeluarkan oleh

Health and Safety Executive pada postur netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah:

 +1 jika pergelangan tangan berada pda rentang menengah putaran

 +2 jika pergelangan tangan pada atau hampir berada pada akhir rentang

putaran

Gambar 2.8 Range pergerakan putaran pergelagan tangan, (a) postur alamiah

(40)

Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan pada studi yang

dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan kisaran tersebut adalah:

1 untuk 0 - 10° flexion

2 untuk 10 - 20° flexion

3 untuk 20° atau lebih flexion

4 jika dalam extention

Gambar 2.9 Range pergerakan leher (a) postur alamiah, (b) postur 10 - 20°

flexion, (c) postur 20° atau lebih flexion (d) postur extention Apabila leher diputar atau dibengkokkan

Keterangan :

(41)

Gambar 2.10 Range pergerakan leher yang diputar atau dibengkokkan (a)

postur alamiah, (b) postur leher diputar, (c) postur leher

dibengkokkan.

Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy, Grandjean dan

Grandjean et al:

 1 ketika duduk dan ditopang dengan baik dengan sudut paha tubuh 90°

atau lebih

2 untuk 0 - 20° flexion

3 untuk 20° - 60° flexion

(42)

Gambar 2.11 Range pergerakan punggung (a) postur 20° - 60° flexion, (b)

postur alamiah, (c) postur 0° - 20° flexion, (d) postur 60° atau

lebih flexion

Punggung diputar atau dibengkokkan

Keterangan:

 +1 jika tubuh diputar

(43)

Gambar 2.12 Range pergerakan punggung yang diputar atau dibengkokkan (a)

postur alamiah, (b) postur punggung diputar, (c) postur punggung

dibengkokkan.

Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan sebagai berikut:

 +1 jika kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata.

 +1 jika berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki dimana

terdapat ruang untuk berubah posisi.

(44)

Gambar 2.13 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata,

(b) kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata.

Tahap 2 : Perkembnagan sistem untuk pengelompokan skor postur bagian tubuh

Gambar sikap kerja yang dihasilkan dari postur kelompok A yang

meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran

pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor unutk masing-masing postur.

Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor

A.

Tabel 2.1 Skor Postur Kelompok A

Pergelangan tangan

1 2 3 4

PP PP PP PP

Lengan Atas

Lengan

Bawah 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

1

3 2 3 3 3 3 3 4 4

(45)

2 3 3 3 3 3 4 4 4

leher, punggung (badan) dan kaki diamati dan ditentukan skor untuk

masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel B untuk

memperoleh skor B.

Tabel 2.2 Skor Postur Kelompok B

Punggung

1 2 3 4 5 6

kaki kaki kaki kaki kaki kaki

Leher

Kemudian sistem pemberian skor dilanjutkan dengan melibatkan otot

dan tenaga yang digunakan. Penggunaan yang melibatkan otot dikembangkan

(46)

Skor untuk penggunaan otot :

 + 1 jika postur statis (dipertahankan dalam waktu 1 menit) atau

penggunaan postur tersebut berulang lebih dati 4 kali dalam 1 menit.

 Penggunaan tenaga (beban) dikembangkan berdasarkan penelitian

Putz-Anderson dan Stevenson dan Baaida, yaitu sebagai berikut :

o 0 jika pembebanan sesekali atau tenaga kurang dari 2 kg dan ditahan.

o 1 jika beban sesekali 2-10 kg

o 2 jika beban 2-10 kg bersifat statis atau berulang.

o 2 jika beban sesekali namun lebih dari 10 kg.

o 3 jika beban atau tenaga lebih dari 10 kg dialami secara statis atau

berulang.

o 4 jika pembebanan seberapapun besarnya dialami dengan sentakan

cepat.

Skor penggunaan otot dan skor tenaga pada kelompok tubuh bagian A

dan B diukur da dicatat dalam kotak-kotak yang tersedia kemudian

ditambahkan dengan skor yang berasal dari tabel A dan B, yaitu sebagai

berikut:

 Skor A + skor penggunaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok A

= skor C

 Skor B + skor pengguanaan otot + skor tenaga (beban) untuk kelompok B

(47)

Gambar.2.14 Perhitungan RULA

Tahap 3 : Pengembangan Grand Score dan Daftar Tindakan

Setiap kombinasi skor C dan skor D diberikan rating yang disebut

grand score, yang nilainya 1 sampai 7. Nilai grand score diperoleh dari tabel berikut ini:

(48)

Setelah diperoleh grand score, yang bernilai 1 sampai 7 menunjukkan level

tindakan (action level) sebagai berikut:

Action level 1

Suatu skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur ini biasa diterima jika tidak

dipertahankan atau tidak berulang dalam periode yang lama.

Action level 2

Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga

diperlukan perubahan-perubahan.

Action level 3

Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa pemeriksaaan dan perubahan perlu segera

dilakukan.

Action level 4

Skor 7 menunjukkan bahwa kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan dan

perubahan diperlukan dengan segera (saat itu juga).

2.6. Tinjauan Pusataka

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis mengacu pada laporan

tugas akhir dari :

1. Ratih Setyaningrum NIM 00.522.263 Universitas Islam Indonesia

(UII ) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Jogjakarta

dengan judul : Analisa Postur Kerja dan Perancangan Dimensi

(49)

Menggunakan Metode RULA, membahas tentang kondisi dan sikap

tenaga kerja dalam melakukan aktivitas kerja terutama dalam

penggunaan material secara manual (Manual Material Handling)

pada industri pembuatan patung. Postur kerja dianalisa dengan

menggunakan metode RULA yang meliputi lengan atas, lengan

bawah, pergelangan tangan, leher, punggung dan kaki dengan cara

merekam postur kerja tenaga kerja.dalam melakukan aktivitas.

Pengamatan dilakukan di 6 stasiun, dari 6 stasiun kerja yaitu stasiun

kerja pembuatan pola terdapat 10% postur kerja yang berbahaya,

stasiun pembentukan pola terdapat 20% postur yang berbahay, stasiun

perakitan komponen pola tedapat 60% postur berbahaya, stasiun kerja

perendaman terdapat 80% postur berbahaya sedangkan pada stasiun

kerja finishing tidak terdapat postur yang berbahaya, hanya

diperlukan pemeriksaaan dan dilkakukan perubahan segera.

2. Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri UMS dengan judul Evaluasi

Fasilitas Kerja Bagian Finishing Perusahaan Mebel Dengan Metode

Rapid Upper Limb Assessment (RULA). Membahas mengenai postur kerja dengan melakukan pengamatan pada 2 elemen pekerjaan yaitu

pengamplasan dan penyemprotan. Hasil penelitian dengan grand

(50)

3. Indah Pratiwi, R. Kusbimantoro Setyojati dengan judul Analisis

Postur Kerja Pada Drafter Interior Menggunakan Metode Rapid

Upper Limb Assessment (RULA). Mengidentifikasi dan mengevaluasi postur kerja yang tidak baik bagi drafter interior. Pengamatan

dilakukan pada 1 elemen pekerjaan yaitu menggambar. Hasil

penelitian dengan grand score bagian menggambar dengan meja

manual dan mesin gambar terdapat 4 kondisi yang diamati, nilai grand

skor terkecil yaitu pada kondisi 1, yaitu kondisi meja gambar dengan

sudut kemiringan 45° dan tinggi tempat duduk 50 cm. Nilai action

level adalah 2 artinya postur tersebut masih memerlukan investigasi lebih lanjut tetapi tidak membutuhkan perubahan secepatnya. Hasil

analisis ini sebaiknya dilengkapi dengan rekomendasi postur rkerja

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian dilakukan pada Home Industri pembuatan tahu di daerah , yang

beralamat di Kp. Purwogondo RT. 03 RW. I, Kartasura.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

melakukan penelitian, yaitu:

a. Studi Lapangan (observasi)

Metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek

yang diteliti. Observasi dilakukan guna mendapatkan data postur tubuh tenaga

kerja dengan merekam ataupun pengambilan foto dari pekerja.

b. Wawancara (interview)

Pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan nara sumber yang

terkait dengan penelitian yang dilakukan, wawancara dilakukan pada sejumlah

karyawan di bagian produksi.

c. Studi Kepustakaan

Metode pengumpulan data yang bersumber pada buku atau literatur-literatur yang

(52)

3.3 Identifikasi Data a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari sumber-sumber yang diamati dan dicatat

pertama kali atau diperoleh langsung dari pimpinan ataupun karyawan perusahaan

yang bersangkutan. Data yang diambil diantaranya:

1. Postur pekerja yang meliputi lengan atas, lengan bawah, pergelangan

tangan, leher, punggung dan kaki.

2. Data dari keluhan pekerja (Nordic Body Map). b. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari luar perusahaan yang ada hubungannya dengan

materi penelitian yang meliputi studi pustaka dan disiplin keilmuan yang

mendukung serta mempunyai hubungan dengan kasus yang diteliti.

3.4 Metode Pemecahan Masalah Dan Analisa Data 3.4.1 Pengolahan Data Dengan Metode RULA

Pengolahan data yang pertama adalah pengolahan data postur kerja

dengan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) dengan melalui 3 tahap

yaitu

Tahap 1 : Pengembangan metode untuk pencatatan postur kerja

Untuk menghasilkan suatu metode yang cepat digunakan, tubuh

(53)

lengan atas da lengan bawah serta pergelangan tangan. Sementara

grup B meliputi leher, badan dan kaki.

Tahap 2 : Perkembangan sistem untuk pengelompokan skor postur bagian

tubuh

Dengan cara menentukan skor untuk masing-masing postur A dan B.

Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel A untuk

memperoleh skor A dan tabel B untuk memperoleh skor B.

Tahap 3 : Pengembangan Grand Score dan Daftar Tindakan

Penentuan Grand Score untuk memperoleh nilai action level dan

(54)

3.5. Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Rekomendasi/usulan perbaikan Identifikasi Masalah

Tujuan Penelitian

Menentukan range pergerakan leher, lengan, pergelangan,

punggung dan kaki Pengumpulan Data dan Pengolahan

data Data postur kerja Perumusan Masalah

Mulai

Action level 3 dan 4 Ya

Tidak

Mendata berat beban dan penggunaan otot dalam aktivitas

bekerja

Pengolahan data dengan metode RULA

Penentuan kategori

action level

Aplikasi Metode RULA

Selesai Kesimpulan dan Saran

(55)

BAB IV

PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

4.1. Pengumpulan Data

Subjek penelitian ini adalah pekerja yang melakukan aktivitas

secara manual di lantai produksi pembuatan tahu pada home industry

pembuatan tahu di Purwogondo, Kartasura, Sukoharjo. Jumlah sampel yang

digunakan postur/sikap kerja adalah stasiun perendaman, stasiun pemasakan

dan penyaringan. Penelitian diawali dengan memberi penjelasan kepada pekerja

mengenai maksud , tujuan dan cara melakukan pengambilan data, dimana

pekerja yang diamati dalam penelitian ini ditugaskan untuk melakukan

pekerjaan secara normal (berdasarkan pekerjaan yang biasa dilakukan).

Ketika pekerja melakukan aktivitas penanganan material secara

manual pada pekerjaannya, peneliti merekam aktivitas kerja dari 3 stasiun kerja

menggunakan kamera digital

.

Bila terjadi perulangan gerakan maka proses

merekam bisa dihentikan dan dapat dilanjutkan ke aktivitas kerja selanjutnya.

Aktivitas dinamis pekerja diamati untuk mengetahui berbagai macam postur

kerja menurut perubahannya dari awal akhir pekerjaannya.

Pengukuran sudut yang dibentuk oleh leher, punggung, lengan

atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan dilakukan dengan bantuan software

(56)

sudutnya. Kemudian dipindahkan ke microsoft word., untuk dilakukan

pengeditan selanjutnya disimpan untuk setiap jenis file.

Adapun data postur kerja yang diperoleh dari 3 stasiun yaitu

stasiun perendaman, stasiun pemasakan dan penyaringan. Pertama adalah data

berupa gambar atau foto hasil rekaman dari 3 satsiun tersebut. Kemudian dari

(57)

4.1.1 Pengumpulan data pada stasiun perendaman

a. Data postur kerja pada stasiun perendaman

Tabel 4.1 Data postur kerja stasiun perndaman

No Kegiatan PosturKerja

Lengan

b. Data berat beban pada stasiun perendaman

Tabel 4.2 Berat beban pada stasiun perendaman

No Jumlah Berat Keterangan

1 1 ember 6 kg Kedelai kering

2 1 ember 7 kg Kedelai basah(setelah direndam) 3 1 ember 7 kg Kedelai setelah digiling

(58)

4.1.2 Pengumpulan data pada stasiun pemasakan dan penyaringan

a. Data postur kerja pada stasiun pemasakan dan penyaringan

Tabel 4.3 Data sudut-sudut postur kerja pada stasiun pemasakan dan penyaringan

No Kegiatan Postur

Kerja

1 Mengambil kedelai setelah digiling

3 31 21 54 24 kekiri 20 0 0

1 22 22 20 75 0 0 12 0

2 Pemberian air pada pemasakan

2 64 0 81 0 7 10 34 0

3 Pengambilan alat penyaringan 1 98 0 0 8 22 9 57 0

1 79 72 72 59 37 47 0 75

2 16 39 94 61 23 0 26 0

4 Penuangan hasil dari pemasakan

3 56 63 60 72 kekiri 13 26 0

1 40 65 50 61 0 21 42 50

2 49 53 21 65 0 14 15 26

5 Penyaringan hasil pemasakan

3 62 58 38 66 19 48 56 52

1 7 13 87 84 kekiri 21 0 0

2 0 0 90 90 9 14 13 13

6 Pembuangan ampas stelah

penyaringan 3 62 58 38 66 19 48 56 52

1 76 53 45 57 0 38 24 42

2 51 0 75 29 19 0 9 0

7 Pemberian cuka setelah penyaringan

3 18 16 12 0 17 20 23 0

1 10 23 25 23 46 0 17 0

8 Pembuangan sisa air pada

penyaringan 2 31 14 125 90 31 15 47 0

1 63 33 48 34 44 26 31 57

2 86 0 87 59 kekiri 0 0 0

9 pengambilan hasil saringan untuk pencetakan

(59)

b. Data berat beban pada stasiun pemasakan dan penyaringan

Tabel 4.4 Berat beban pada stasiun pemasakan dan penyaringan

No Jumlah Berat Keterangan

1 1 erok 2 kg Air

2 1 erok 2 kg Kedelai hasil masakan

3 1 erok 7 kg Ampas penyaringan

(60)

4.2 Pengolahan data dengan menggunakan metode RULA 4.2.1 Pengolahan data pada stasiun perendaman

4.2.1.1 Kegiatan 1 Pengambilan air untuk perendaman

Postur 1

Postur 2

(61)

A. Kegiatan 1 Pengambilan air untuk perendaman tangan kanan 1. Penentuan skor A

Tabel 4.5 Posturpengambilan air untuk perendaman Kegiatan Postur Lengan

atas 1 20-45 0-60 15+ normal Pengambilan

air untuk

perendaman 2 45-90 abducted

0-60 0 normal

Tabel 4.6 Skor Postur Kelompok A

(62)

2. Penentuan Skor B

Tabel 4.7 Posturpengambilan air untuk perendaman Kegiatan Postur Leher

(o)

Punggung (o)

Kaki (o) 1 10-20 20-60 Tidak tertopang Pengambilan

air untuk

perendaman 2 10-20

Miring kekri

0-20 Tertopang

Tabel 4.8 Skor Postur Kelompok B

Punggung

1 2 3 4 5 6

kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher

3. Penentuan Grand Score dan action level

Tabel 4.9 Perhitungan Grand Score

Kegiatan Postur Skor A Skor B Otot yang digunakan

Tabel 4.10 Grand Score

(63)

7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga

Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi

ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera

(saat itu juga)

Postur 2 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi

ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera

(saat itu juga)

B. Kegiatan 1 Pengambilan air untuk perendaman tangan kiri 1. Penentuan skor A

Tabel 4.11 Posturpengambilan air untuk perendaman Kegiatan Postur Lengan

atas

1 20-20 0-60 0 normal Pengambilan

air untuk

perendaman 2 20-20 60-100 15+ normal

Tabel 4.12 Skor Postur Kelompok A

(64)

1 4 4 4 4 4 5 5 5

2. Penentuan Skor B

Tabel 4.13 Posturpengambilan air untuk perendaman Kegiatan Postur Leher

(o)

Punggung (o)

Kaki (o)

1 10-20 20-60 Tidak tertopang Pengambilan

air untuk

perendaman 2 10-20 Miring kekri

0-20 Tertopang

Tabel 4.14Skor Postur Kelompok B

Punggung

1 2 3 4 5 6

kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher

3. Penentuan Grand Score dan action level

Tabel 4.15 Perhitungan Grand Score

(65)

Tabel 4.17 Grand Score Grand Score

Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor

C* 1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7 6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga

Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi

ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera

(saat itu juga)

Postur 2 nilai grand score 6, action level 3 menunjukkan perlu adanya

(66)

4.2.1.2 Kegiatan 2 Penuangan hasil pembilasan ke ember

Postur 1 Postur 2

Postur 3

(67)

A. Kegiatan 2Penuangan hasil pembilasan ke ember tangan kanan 1. Penentuan skor A

Tabel 4.18 Postur penuangan hasil pembilasan ke ember

Kegiatan Postur Lengan atas 1 20-45 0-60 0 normal

2 20-45 0-60 0 normal penuangan

hasil pembilasan

ke ember

3 45-90 0-60 15-15 normal

Tabel 4.19 Skor Postur Kelompok A

(68)

2. Penentuan Skor B

Tabel 4.20 Postur penuangan hasil pembilasan ke ember

Kegiatan Postur Leher (o)

Punggung (o)

Kaki (o)

1 In extension 60+ tertopang

2 10-20 0-20 tertopang Penuangan hasil

pembilasan ke ember

3 10-20 20-60 tertopang

Tabel 4.21 Skor Postur Kelompok B

Punggung

1 2 3 4 5 6

kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher

3. Penentuan Grand Score dan action level

Tabel 4.22 Perhitungan Grand Score

Kegiatan Postur Skor A Skor B Otot yang digunakan

Tabel 4.23 Grand Score

(69)

5 4 4 4 5 6 7 7

pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

Postur 2 nilai grand score 5, action level 3 menunjukkan perlu adanya

pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

Postur 3 nilai grand score 6, action level 3 menunjukkan perlu adanya

pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

B. Kegiatan 2Penuangan hasil pembilasan ke ember tangan kiri 1. Penentuan skor A

Tabel 4.24 Postur penuangan hasil pembilasan ke ember

Kegiatan Postur Lengan atas

2 20-45 0-60 0 normal penuangan

100+ 15-15 normal

Tabel 4.25 Skor Postur Kelompok A

(70)

1 3 3 4 4 4 4 5 5

2. Penentuan Skor B

Tabel 4. 26 Postur penuangan hasil pembilasan ke ember

Kegiatan Postur Leher (o)

Punggung (o)

Kaki (o) 1 20+ 60+ tertopang

2 10-20 0-20 tertopang Penuangan

hasil pembilasan

ke ember

3 10-20 20-60 tertopang

Tabel 4.27 Skor Postur Kelompok B

Punggung

1 2 3 4 5 6

(71)

3. Penentuan Grand Score dan action level

Tabel 4.28 Perhitungan Grand Score

Kegiatan Postur Skor A Skor B Otot yang digunakan

Tenaga yang digunakan

1 4 7 Repeated (+1) <2 kg (0)

2 2 3 Repeated (+1) 2-10 kg (1)

penuangan hasil pembilasan

ke ember 3 4 2 Repeated (+1) 2-10 kg (1)

Tabel 4.29 Grand Score

Grand Score

Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor

C* 1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga

Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi

ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera

(saat itu juga).

Postur 2 nilai grand score 5, action level 3 menunjukkan perlu adanya

pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

Postur 3 nilai grand score 6, action level 3 menunjukkan perlu adanya

(72)

4.2.1.3 Kegiatan 3 Membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan

Postur 1 Postur 2

Postur 3

(73)

A. Kegiatan 3 Membawa hasil rendaman ke stasiun giling tangan kanan

1. Penentuan skor A

Tabel 4.30 Postur membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan

Kegiatan Postur Lengan atas

2 20-45 0-60 15+ normal membawa

hasil rendaman ke

stasiun

penggilingan 3 20-20 abducted

60-100 15-15 normal

Tabel 4.31 Skor Postur Kelompok A

(74)

2. Penentuan Skor B

Tabel 4.32 Postur membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan

Kegiatan Postur Leher (o)

Punggung (o)

Kaki (o)

1 in extension 60+ tertopang

2 20+ 0-20 tertopang Penuangan

hasil pembilasan

ke ember

3 0-10 0-20 tertopang

Tabel 433 Skor Postur Kelompok B

Punggung

1 2 3 4 5 6

kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher

3. Penentuan Grand Score dan action level

Tabel 4.34 Perhitungan Grand Score

(75)

Tabel 4.35 Grand Score

Grand Score

Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor

C* 1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga

Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi

ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera

(saat itu juga).

Postur 2 nilai grand score 5, action level 3 menunjukkan perlu adanya

pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

Postur 3 nilai grand score7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi

ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera

(76)

B. Kegiatan 3Membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingantangan kiri 1. Penentuan skor A

Tabel 4.36 Postur membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan

Kegiatan Postur Lengan atas

2 20-20 0-60 15+ normal membawa

hasil rendaman ke

stasiun

penggilingan 3 20-20 abducted

0-60 15+ normal

Tabel 4.37 Skor Postur Kelompok A

(77)

2. Penentuan Skor B

Tabel 4.38 Postur membawa hasil rendaman ke stasiun penggilingan

Kegiatan Postur Leher (o)

Punggung (o)

Kaki (o)

1 In extension 60+ tertopang

2 20+ 0-20 tertopang membawa hasil

rendaman ke stasiun penggilingan

3 0-10 0-20 tertopang

Tabel 4.39 Skor Postur Kelompok B

Punggung

1 2 3 4 5 6

kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher

3. Penentuan Grand Score dan action level

Tabel 4.40 Perhitungan Grand Score

Kegiatan Postur Skor A Skor B Otot yang digunakan

rendaman ke stasiun penggilingan

(78)

Tabel 4.41 Grand Score

Grand Score

Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor

C* 1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga

Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi

ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera

(saat itu juga).

Postur 2 nilai grand score 6, action level 3 menunjukkan perlu adanya

pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

Postur 3 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi

ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera

(79)

4.2.1.4 Data rekapitulasi Grand score pada stasiun perendaman tangan kanan

Tabel 4.42 Rekapitulasi Grand score pada stasiun perendaman tangan kanan

No Kegiatan Postur

Kerja Grandscore

Action

level Keterangan

1 7 4

Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).

1

Pengambilan air untuk

perendaman

2 7 4

Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).

1 7 4

Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).

2 5 3

Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan 2

Penuangan hasil pembilasan ke ember

3 6 3

Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

1 7 4

Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).

2 6 3

Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan 3

Membawa hasil rendaman ke stasiun penggilinagan

3 7 4

(80)

4.2.1.5 Rekapitulasi grand score pada stasiun perendaman tangan kiri

Tabel 4.43 Rekapitulasi grand score pada stasiun perendaman tangan kiri

No Kegiatan Postur

Kerja Grandscore

Action

level Keterangan

1 7 4

Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).

1

Pengambilan air untuk

perendaman

2 6 3

Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

1 6 3

Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

2 5 3

Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan 2

Penuangan hasil pembilasan ke ember

3 6 3

Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

1 7 4

Postur berbahaya, pemeriksaan dan perubahan segera (saat itu juga).

2 5 3

Pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan 3

Membawa hasil rendaman ke stasiun penggilinagan

3 7 4

(81)

4.2.2 Pengolahan data pada stasiun pemasakan dan penyaringan 4.2.2.1 Mengambil kedelai setelah digiling

Postur 1 Postur 2

Postur 3

(82)

A. Kegiatan 1 Mengambil kedelai setelah digiling tangan kanan 1. Penentuan skor A

Tabel 4.44 Postur Mengambil kedelai setelah digiling

Kegiatan Postur Lengan atas

1 45-90 0-60 15+ normal

2 45-90 60-100 0 normal Mengambil

0-60 0 normal

Tabel 4.45 Skor Postur Kelompok A

(83)

2. Penentuan Skor B

Tabel 4.46 Postur Mengambil kedelai setelah digiling

Kegiatan Postur Leher (o)

Punggung (o)

Kaki (o)

1 0-10 60 + tertopang

2 0-10 0-20 tertopang Mengambil

kedelai setelah digiling

3 0-10 0-20 tertopang

Tabel 4.47 Skor Postur Kelompok B

Punggung

1 2 3 4 5 6

kaki kaki kaki kaki kaki kaki Leher

3. Penentuan Grand Score dan action level

Tabel 4.48 Perhitungan grand score

(84)

Tabel 4.49 Grand Score

Grand Score

Skor D = Skor B + Otot + Tenaga Skor

C* 1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5 2 2 2 3 4 4 5 5 3 3 3 3 4 4 5 6 4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7 7 5 5 6 6 7 7 7 8+ 5 5 6 7 7 7 7 C* = Skor A + Otot + Tenaga

Postur 1 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi

ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera

(saat itu juga)

Postur 2 nilai grand score 5, action level 3 menunjukkan perlu adanya

pemeriksaan dan perubahan perlu segera dilakukan

Postur 3 nilai grand score 7, action level 4 menunjukkan bahwa kondisi

ini berbahaya maka perlu adanya pemeriksaan dan perubahan segera

(85)

B. Kegiatan 1 Mengambil kedelai setelah digiling tangan kiri 1. Penentuan skor A:

Tabel 4.50 Postur Mengambil kedelai setelah digiling

Kegiatan Postur Lengan atas

1 45-90 0-60 15+ normal

2 20-20 60-100 0 normal Mengambil

kedelai setelah digiling

3 20-45 0-60 0 normal

Tabel 4.51 Skor Postur Kelompok A

Gambar

Gambar 2. 5 Range pergerakan lengan atas (a) postur alamiah,(b) postur
Gambar 4.2 Penuangan hasil pembilasan ke ember
Tabel 4.18 Postur penuangan hasil pembilasan ke emberKegiatanPosturLenganLenganPergelangan
Tabel 4.22 Perhitungan Grand ScorePosturSkor ASkor BOtot yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Penelitian ini menghasilkan Sistem Informasi Seleksi Beasiswa Unggulan P3SWOT Kemdiknas Online. Sistem informasi ini menyediakan fasilitas bagi pendaftar untuk

Implementasi kebijakan tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari sumber daya manusia yang cukup kualitas dan kuantitasnya. Kualitas sumber daya manusia

Selain itu juga diteliti pengaruh konsentrasi pewarna, suhu, dan pH dalam proses degradasi dengan komposit Gt/UiO-66, kondisi proses dekolorisasi optimum yang

&lt;pi&gt; Variable characters (50) Variable characters (50) Float Data Pembelian Kode Pembelian Jumlah beli Harga beli Harga Total Beli Status &lt;pi&gt; Integer Float Float

Perbedaan hal penting dari informasi tersebut dikarenakan mayoritas konsumen Toga Sari menjadikan beras siger sebagai makanan utama, sehingga rasa beras siger

Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (terikat) atas perubahan dari setiap peningkatan atau

Upaya FKG UB dalam program pengembangan tenaga dosen tetap dalam lima tahun kedepan dijabarkan dalam Rencana Strategis (RENSTRA FKG UB) Tahun 2017-2021. Dalam rangka

program aplikasi yang berfungsi tidak hanya untuk mengolah angka, tetapi dapat juga digunakan untuk membuat laporan, diagram, grafik, dan media pembelajaran