• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN DAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU MORONENE DI DESA RAU-RAU SULAWESI TENGGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGETAHUAN DAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU MORONENE DI DESA RAU-RAU SULAWESI TENGGARA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU MORONENE DI DESA RAU-RAU SULAWESI TENGGARA

(Study and Utilization Of Traditional Medicine Plants By Morenene Ethnic In Rau-Rau Village, Southeast Sulawesi)

Indrawati1,2*, Yusuf Sabilu1,2 dan Alda Ompo2

1

Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari Sulawesi Tenggara

2

Laboratorium Biologi, Universitas Halu Oleo, Kendari Sulawesi Tenggara e-mail : indrawatiansar@yahoo.com

ABSTRACT

Research on the Study and utilization of Traditional medicine plants by Moronene ethnic in the Rau-Rau village Southeast Sulawesi were aims to: 1) inventory these kinds of medicinal plants are utilized including the identification of scientific and local names, 2) study the knowledge society in the utilization of plants as medicine, metods processing and the efficacy, 3) study the knowledge kinds of disease and how to use of medicinal plants. With methods survey exploration conducted interviews to expert treatment (sandro) and the community. There are 51 spesies plant in 27 family growing in the backyard, in the gardens and in the forests around the settlement. The organ medicinal plant species (leaves, stems, bark, rhizome, tuber, fruit and SAP) are uses for tradisional medicines to cure about 36 kids of diseases. Method of use will discussed in this paper.

Keywords: Medicine Plants, Rau-rau Village Sociaty Moronene

PENDAHULUAN

Keberadaan 370 suku asli di Indonesia dengan keanekaragaman adat dan budayanya turut memberikan keuntungan bagi khasanah etnomedisin dan budaya bangsa. Perbedaan adat dan kebiasaan antar suku di Indonesia merupakan kekayaan budaya bangsa yang tak ternilai harganya. Kondisi yang demikian juga dapat dicirikan dari keragaman jenis tumbuhan yang digunakan, ramuan obat tradisional dan cara pengobatannya (Rosita, dkk., 2007). Kekayaan pengetahuan masyarakat terhadap tumbuhan obat berbeda antara suku satu dengan suku lainnya. Untuk

suku di Sulawesi Tenggara misalnya Tumbuhan yang sama bisa berbeda pemanfaatannya di suku lain. Contohnya hasil penelitian Windadri, dkk. (2006) pada suku Muna misalnya pepaya, kapaya (Carica papaya L.), padakawa (Ceiba petandra, Gaert) sebagai obat pasca persalinan,dan komba-komba (Ageratum conyzoides L.) dimanfaatkan sebagai obat luka. Hasil penelitian Rahayu, dkk. (2006) pada Suku Wawonii, kepaya (carica capaya L) dimanfaatkan sebgai obat penurun panas dan ewo bonto (Ageratum conyzoides L) sebagai obat penutup luka oleh masyarakat setempat sebagai obat tradisional seperti kawu-kawu (Ceiba

(2)

pentandra Gaertn.) dimanfaatkan sebagai obat penurun panas. Sehingga penelitian etnobotani suatu suku masyarakat di Indonesia perlu digali.

Bombana merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi untuk dilakukan penelitian mengenai tumbuhan obat karena terdapat berbagai macam tumbuhan dan masyarakat yang masih mempercayai tradisi yang berasal dari nenek moyang. Masyarakat pribumi yang mendiami daerah ini adalah suku Moronene sedangkan masyarakat pendatang meliputi, suku Bugis, Muna, Jawa, dan Bali. Berdasarkan arti kata “moronene” yaitu pohon resam yang biasa tumbuh di daerah subur, maka Etnis Moronene juga menetap atau menyebar di daerah subur yang kaya akan sumberdaya alam diantaranya tumbuh-tumbuhan.

Desa Rau-Rau yang berada di Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana merupakan salah satu pusat penyebaran dan kebudayaan dari Suku Moronene. Secara sosial ekonomi maupun sosial budaya masyarakat suku Moronene masih mempraktekkan pengetahuan lokal secara turun temurun demikianpula dalam bidang pengobatan (Arafah, 2002).

Pemilihan Desa Rau-Rau sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa sebagian besar suku Moronene yang tinggal di desa ini hidup

dari pertanian, masih memperaktekkan pengobatan tradisional, kondisi demografi dan geografis serta sosial ekonomi dan budaya mewakili Suku Moronene di Sulawesi Tenggara.

Penelitian mengenai pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan obat pada suatu suku terkhusus masyarakat pedesaan perlu dilakukan karena dapat memberikan sumbangan dalam pengungkapan potensi sumberdaya tumbuhan sebagai bahan obat, serta dapat menjadi dasar upaya pelestarian jenis-jenis tumbuhan obat potensial.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 dengan menggunakan metode survey eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada ahli pengobatan tradisional (sandro) dan masyarakat yang masih memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan. Eksplorasi dilakukan bersama ahli pengobatan tradisional (sandro) dengan menjelajahi tempat tumbuh jenis-jenis tumbuhan obat, untuk selanjutnya koleksi, dokumentasi dan membuat herbarium. Penggalian informasi identitas nama lokal, bagian organ yang dimanfaatkan, pengetahuan cara pengobatan/pengolahan dan khasiat setiap jenis tumbuhan berdasarkan daftar

(3)

questioner. Data selanjutnya ditabulasi dan dinarasikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Dalam Memanfaatkan Tumbuhan Obat Tradisional oleh Suku Moronene di Desa Rau-Rau Sulawesi Tenggara

Aspek etnobotani telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat suku Moronene di desa Rau-rau. Masyarakat Suku Moronene masih memiliki kekayaan informasi tentang tumbuhan obat tradisional. Dalam pengobatan suatu penyakit dipercayakan pada ahli pengobatan tumbuhan. Ada dua ahli pengobatan di masyarakat ini yang disebut : sanro dan tompuro. Sanro adalah ahli pengobatan tumbuhan tradisional khusus untuk manusia, sedangkan tompuro khusus untuk mengobati tanaman yang terkena penyakit atau hama. Pengetahuan sanro dan tompuro dalam mengobati suatu penyakit diperoleh dari nenek moyang mereka secara turun temurun dengan pola pemakaian ramuan yang sederhana dan terbatas di kalangan keluarga dekat atau tetangga kampung terdekat.

Terdapat 3 macam Sanro sesuai dengan keahliannya mengobati, yaitu: 1) dukun umum yang mengobati berbagai macam penyakit, 2) dukun patah tulang yang mengobati patah tulang dan 3) dukun bersalin yang

membantu proses kelahiran dan perawatan ibu dan bayinya. Mata pencaharian utama dukun umum dan patah tulang adalah bertani, sedangkan dukun bersalin adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Suku Moronene, proses kelahiran dilakukan dengan pengobatan tradisional oleh dukun bersalin bekerja sama dengan bidan desa, begitu pula dalam perawatan pasca persalinan. Sebelum berobat pada sanro, masyarakat suku Moronene terlebih dahulu bertanya kepada Kilala. Kilala menentukan sanro yang baik untuk melakukan pengobatan, berdasarkan ilmu gaib (onitu) yang dimilikinya. Setelah Kilala menentukan tempat pengobatan yang baik, pasien akan berobat pada sanro yang telah ditunjukkan.

Dari hasil wawancara dengan sanro ahli pengobatan penyakit untuk menyembuhkan suatu penyakit mempunyai syarat tertentu. Pengobatan akan dilakukan apabila ada kepercayaan dari kedua belah pihak yaitu antara sanro dan pasien. Pasien yang akan diobati harus mempercayai kemampuan dari sanro yang akan mengobati. Jika pasien tidak mempercayai kemampuan sanro maka pengobatan yang dilakukan tidak akan berhasil.

(4)

Kepercayaan tentang kegunaan atau khasiat suatu jenis tumbuhan obat tidak hanya didasarkan dari pengalaman, tetapi seringkali dikaitkan dengan nilai-nilai religius. Persepsi masyarakat suku Moronene tentang sakit tergantung dari sudut pandang masing-masing orang. Sakit adalah keadaan yang tidak seimbang, sehingga dapat mempengaruhi kegiatan sehari-harinya. Penyebab penyakit bermacam-macam, ada yang datang dari Sang Pencipta dan ada yang berasal dari makhluk halus/jahat serta dari lingkungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, para ahli pengobatan (sanro) selalu mengandalkan pengobatannya dengan memohon pertolongan kepada Sang Pencipta.

Beberapa jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat suku Moronene mempunyai kesamaan dalam pemanfaatannya dengan suku lain, seperti pemanfaatan air rebusan kulit

batang kaki kuda (Lannea

coromandelica (Houtt.) Merr.) sebagai obat perawatan pasca persalinan dimanfaatkan juga oleh masyarakat di Wawonii di pulau Wawonii (Rahayu, 2006), air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava L.) sebagai obat diare dimanfaatkan oleh masyarakat suku Muna di Kabupaten Muna (Windadri, 2006) dan air rebusan daun belimbing

wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai penurun tekanan darah tinggi dimanfaatkan oleh Masyarakat di sekitar Kawasan Gunung Pangrango (Rosita, 2007). Tumbuhan obat yang khas digunakan oleh masyarakat suku Moronene di Desa Rau-Rau yang tidak digunakan oleh suku lain adalah ramuan 5 macam untuk mengobati muntah darah yang terdiri dari tumbuhan kaki kuda (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.), Wilalo (Archidendron fagifolium), Merica (Piper nigrum), Asam (Tamarindus indica), dan garam.

Masyarakat Suku Moronene masih memiliki kearifan lokal dalam memanfaatkan tumbuhan seperti adanya persyaratan dalam pengambilan tumbuhan yang berkhasiat obat dan banyaknya jumlah tumbuhan yang digunakan. Persyaratan dalam pengambilan tumbuhan obat adalah dengan cara membaca sholawat hidup yaitu bismillah dan jumlah bilangan yang biasa digunakan adalah tujuh, namun dapat pula digunakan bilangan lain yang berjumlah ganjil.

B. Jenis Penyakit yang Umum Diderita dan Tumbuhan yang Digunakan oleh Suku Moronene di Desa Rau-Rau Sulawesi Tenggara

Dari hasil penelitian, sanro dan masyarakat di desa Rau-rau mengenal 36 jenis penyakit yang umum diderita

(5)

dan 51 jenis tumbuhan obat dari 27 famili. Data selengkapnya mengenai jenis penyakit yang umum diderita dan tumbuhan yang digunakan masyarakat

suku Moronene di Desa Rau-Rau Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis Penyakit yang Umum diderita dan Tumbuhan Obat yang digunakan oleh Suku Moronene di Desa Rau-Rau Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana

No. Jenis Penyakit Tumbuh-Tumbuhan

Nama Jenis Famili

1. Amandel Curcuma domestica Val. Zingiberaceae

Andrographis paniculata Ness. Acanthaceae

2. Batuk Citrus aurantifolia Swingle Rutaceae

Tamarindus indica L. Fabaceae

Euphorbia hirta L. Euphorbiaceae

3. Bisul Capsicum annum L. Solanaceae

4. Darah tinggi Allium sativum L. Liliaceae

Apium graveolens L. Apiaceae

Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae

Coffea robusta L. Rubiaceae

Cucumis sativus L. Cucurbitaceae

Ocimun sanctum Lamiaceae

Phyllanthus niruri L. Euphorbiaceae

5. Demam Momordica charantia Cucurbitaceae

Carica papaya L. Caricaceae

Jatropha curcas L. Euphorbiaceae

6. Diare Psidium guajava L. Myrtaceae

Strobilanthes crispus Bl. Acanthaceae

7. Diabetes Oryza glutinosa Auct Poaceae

Syzygium cumini (L.) Skeels. Myrtaceae

Terminalia catappa Combretaceae

8. Gatal-gatal Graptophyllum pictum L. Griff Acanthaceae

9. Keputihan Piper betle L. Piperaceae

10. Kencing batu Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae

11. Keseleo Cymbopogon nardus (L) Redle. Poaceae

Spesies A Cucurbitaceae

12. Luka baru Eupatorium odoratum L. Asteraceae

Musa sp. Musaceae

Curcuma domestica Val. Zingiberaceae

Eclipta alba Hassk. Asteraceae

Cassia fistula L. Fabaceae

13. Maag Curcuma domestica Val. Zingiberaceae

Morinda citrifolia Rubiaceae

Musa sp. Musaceae

14. Mabuk perjalanan Moringa oleifera Lamk. Moringaceae

15. Memperlancar ASI Carica papaya L. Caricaceae

Ipomoea aquatica Convolvulaceae

16. Memperlancar haid Curcuma cease Zingiberaceae

17 Muntah darah Allium cepa L. Liliaceae

Archidendron fagifolium Fabaceae Lannea coromandelica (Houtt.) Merr. Anacardiaceae

Piper nigrum L. Piperaceae

Tabel 1. Lanjutan

(6)

Tamarindus indica L. Fabaceae

18. Patah tulang Allium cepa L. Liliaceae

Areca catechu L. Arecaceae

Cocos nucifera L. Arecaceae

Cymbopogon nardus (L) Redle. Poaceae 19. Penawar keracunan

Makanan

Cocos nucifera L. Arecaceae

20. Penghilang rasa capek Cocos nucifera L. Curcuma cease

Arecaceae Zingiberaceae 21. Penurun lemak Euphorbia prunifolia Jacq. Euphorbiaceae 22. Penyakit dalam Leucaena leucocephala Fabaceae

Loranthus atropurpureus Blume. Loranthaceae

Morinda citrifolia L. Rubiaceae

Orthosiphon stamineus Benth. Lamiaceae

Persea americana Mill Lauraceae

Zingeber purpureum Roxb. Zingiberaceae 23. Perawatan bayi Curcuma domestica Val. Zingiberaceae 24. Perawatan paska

Melahirkan

Lannea coromandelica (Houtt.) Merr. Anacardiaceae

25. Rematik Orthosiphon stamineus Benth. Lamiaceae

26. Sakit gigi Jatropha curcas L. Euphorbiaceae

27. Sakit kepala Annona muricata L. Anonaceae

28. Sakit kulit Cassia alata L. Caesalpiniaceae

29. Sakit kuning Eupatorium odoratum L.F Asteraceae 30. Sakit mata Zingiber officinale Rosc. Zingiberaceae

Piper betle L. Piperaceae

Euphorbia hirta L. Euphorbiaceae

Eclipta alba Hassk. Asteraceae

31. Sakit telinga Gmelina elliptica Sm. Verbenaceae

32. Sakit ulu hati Curcuma cease Zingiberaceae

33. Sarampa Cocos nucifera L. Arecaceae

34. Sembelit Cassia fistula L. Fabaceae

35. Stroke Pluchea indica Less. Asteraceae

36. Typus Legenaria leucantha Cucurbitaceae

C. Jenis Tumbuhan Obat dan Cara Penggunaan

Dari 51 jenis tumbuhan obat

yang digunakan dalam ramuan

pengobatan, beberapa diantaranya diramu dengan tumbuhan lain dan mempunyai manfaat ganda. Bagian tumbuhan yang digunakan untuk obat berupa: daun, batang, kulit batang, umbi, rimpang,

buah, biji dan getahnya. Data selengkapnya mengenai jenis tumbuhan obat dan cara penggunaannya oleh masyarakat suku Moronene di Desa Rau Rau Sulawesi Tenggara tersaji pada Tabel 2.

(7)

Tabel 2. Jenis Tumbuhan Obat dan Cara Penggunaanya oleh masyarakat suku Moronene di Desa Rau-Rau Sulawesi Tenggara No.

Nama Tumbuhan Kegunaan

Indonesia Lokal Latin Bagian Dosis Cara Pengolahan Frekuensi Penyakit

1. Alpukat Apokat Persea americana Mill. Daun 7 lembar Direbus 2 x sehari Penyakit dalam

2. Asam Sumbulawa Tamarindus indica L. Buah

Buah 1 genggam 1 genggam Dilumerkan Direbus 2 x sehari 2 x sehari Batuk Muntah darah

3. Bawang merah Bawang motaha Allium cepa L. Umbi 3 siung Digoreng 2 x sehari Patah tulang

4. Bawang putih Bawang mopila Allium sativum L. Umbi 3 siung Dibakar 2 x sehari Darah tinggi

5. Belimbing wuluh

Tangkule Averrhoa bilimbi L. Buah

Daun 27 buah 1 genggam Diperas Direbus 1 x sehari 2 x sehari Kencing batu Darah tinggi

6. Beluntas - Pluchea indica Less. Daun 3 genggam Direbus 2 x sehari Stroke

7. Benalu - Loranthus atropurpureus

Blume. Daun 1 genggam Direbus 1 x sehari Penyakit dalam

8. Bengle Panini Zingeber purpureum Roxb. Rimpang 3 rimpang Direbus 1 x sehari Penyakit dalam

9. Cabe Saha Capsicum annum L. Daun 7 lembar Diremas 2 x sehari Bisul

10. Daun ungu Olondoro Graptophyllum pictum L. Griff Daun 7 lembar Diremas 2 x sehari Gatal-gatal 11. Glempangan Komba-komba Eupatorium odoratum L. Daun

Daun 1 genggam 7 lembar Direbus Diremas 1 x sehari 1 x sehari Penyakit kuning Luka baru

12. Jahe Loiya Zingiber officinale Roxb. Rimpang 3 jari/cm Diparut 1 x sehari Sakit mata

13. Jamblang Coppeng Syzygium cumini (L.) Skeels. Kulit batang 1 jengkal/7cm Direbus 2 x sehari Diabetes

14. Jambu biji Dambu watu Psidium guajava L. Daun 1 genggam Direbus 3 x sehari Diare

15. Jarak pagar - Jatropha curcas L. Daun

Getah 7 lembar 3 tetes Ditempel Diteteskan 1 x sehari 2 x sehari Demam Sakit gigi

16. Jeruk nipis Lemo Citrus aurantifolia Swingle. Buah 3 buah Diperas 2 x sehari Batuk

17. Kangkung Tarenda Ipomoea aquatica Daun dan

batang Secukupnya Dimasak 3 x sehari

Memperlancar ASI

18. Kayu kuda Olodawa Lannea coromandelica

(Houtt.) Merr. Kulit batang

1 jengkal/7 cm 1 jengkal/7 cm Direbus Direbus 2 x sehari 2 x sehari Muntah darah Perawatan pasca melahirkan 19. Kelapa kuning Ni’i mokuni Cocos nucifera L.

Air Air 1 buah 1 buah Tanpa pengolahan Dibakar 1 x sehari 2 x sehari Keracunan makanan Sarampa

20. Kelor Koloro Moringa oleifera Lamk. Daun Secukupnya Dimasak 3 x sehari

Mabuk perjalanan

(8)

Tabel 2. Lanjutan.

21. Kemangi Camangi Ocimun sanctum Daun 1 genggam Direbus 2 x sehari Darah tinggi

22. Ketan hitam Kinadai mo’ito Oryza glutinosa Auct. Biji 3 sendok Direndam 2 x sehari Diabetes

23. Ketapang - Terminalia catappa Kulit batang 1 jengkal/7 cm Direbus 2 x sehari Diabetes

24. Ketepeng Gampu Cassia alata L. Daun 7 lembar Diremas 2 x sehari Sakit kulit

25. Kopi - Coffea robusta L. Daun 7 lembar Direbus 2 x sehari Darah tinggi

26. Kumis kucing - Orthosiphon stamineus Benth. Daun Daun 1 genggam 1 genggam Direbus Direbus 2 x sehari 2 x sehari Rematik, Penyakit dalam

27. Kunyit Kuni Curcuma domestica Val.

Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang 3 rimpang 3 rimpang 1 rimpang 1 rimpang Direbus Direbus Diperas Diperas 2 x sehari 2 x sehari 1 x sehari 1 x sehari Maag Amandel Luka baru, perawatan bayi

28. Kunyit hitam Kuni morori Curcuma cease

Rimpang Rimpang Rimpang 3 rimpang 3 rimpang 3 rimpang Direbus Direbus Diparut 2 x sehari 2 x sehari 1 x sehari

Sakit ulu hati Pelancar haid Penghilang rasa capek

29. Labu putih Konduru Legenaria leucantha Buah 1 buah Diparut 2 x sehari Typus

30. Lada Marica Piper nigrum L. Buah 7 buah Direbus 2 x sehari Muntah darah

31. Mengkudu Kudu Morinda citrifolia L. Batang

Buah 7 cm batang 1 buah Direbus Tanpa pengolahan 2 x sehari 2 x sehari Maag Penyakit dalam

32. Meniran - Phyllanthus niruri L. Daun dan

batang

1 genggam Direbus 1 x sehari Darah tinggi

33. Mentimun Bonte Cucumis sativus L. Buah 1 buah Tanpa pengolahan 3 x sehari Darah tinggi

34. Pare Paria Momordica charantia L. Daun 7 lembar Direbus 3 x sehari Demam

35. Patikan emas - Euphorbia prunifolia Jacq. Daun 1 genggam Direbus 1 x sehari Penurun lemak

36. Patikan kebo Pati-pati Euphorbia hirta L. Daun

Getah 1 genggam 1 tetes Direbus Diteteskan 1 x sehari 1 x sehari Batuk Sakit mata

37. Pecah beling - Strobilanthes crispus Bl. Daun 7 lembar Direbus 2 x sehari Diare

38. Pepaya Kapaya Carica papaya L. Daun

Buah 7 lembar 1 buah Direbus Dimasak 2 x sehari 3 x sehari Demam Pelancar ASI

(9)

40. Pinang Fua Areca catechu L. Pelepah 1 pelepah Dibalut 1 x sehari Patah tulang

41. Pisang bugis Punti bugisi Musa sp. Buah 1 buah Tanpa pengolahan 1 x sehari Maag

Getah 3 tetes Tanpa pengolahan 1 x sehari Luka baru

42 Sambiloto - Andrographis paniculata Ness. Daun 1 genggam Direbus 2 x sehari Amandel

43. Seledri Daun sop Apium graveolens L. Daun dan

batang 1 genggam Direbus 2 x sehari Darah tinggi

44. Serei Padamalala Cymbopogon nardus (L)

Redle. Batang Batang 1 batang 1 batang Digoreng Dimemarkan 2 x sehari 2 x sehari Patah tulang Keseleo

45. Sirih Riri Piper betle L. Daun

Daun 7 lembar 7 lembar Ditumbuk Direbus 2 x sehari 2 x sehari Sakit mata, Keputihan

46. Sirsak Sirikaya Annona muricata L. Daun

Daun 7 lembar 7 lembar Tanpa pengolahan Tanpa pengolahan - - Sakit kepala Sakit ulu hati

47. Spesies A Eungkowulu - Daun 7 lembar Diremas 2 x sehari Keseleo

48. Tangkalasi Tangkalasi Gmelina elliptica Sm. Buah 3 tetes Tanpa pengolahan 1 x sehari Sakit telinga

49. Trengguli Onangki Cassia fistula L. Daun

Kulit batang 7 lembar 1jengkal/7cm Direbus Ditumbuk 1 x sehari 1 x sehari Sembelit Luka baru

50. Urang-aring Ewolembo Eclipta alba Hassk. Daun

Getah 7 lembar 3 tetes Diremas Tanpa pengolahan - 1 x sehari Luka baru Sakit mata

51. - Wilalo Archidendron fagifolium Kulit batang 1jengkal/7cm Direbus 2 x sehari Muntah darah

(10)

SIMPULAN

1. Terdapat 51 jenis dalam 27 familia tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat suku Moronene di Desa Rau-Rau

2. Bagian (organ) tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional meliputi daun, batang, kulit batang, buah, rimpang, umbi, dan getah.

3. Pemanfaatan tumbuhan obat dilakukan dengan beragam cara diantaranya dengan cara direbus, ditumbuk, diperas, direndam, dibakar, digoreng, digosok, dilumerkan, diremas dan tanpa pengolahan yang kemudian digunakan baik secara tunggal maupun campuran. 4. Khasiat tumbuhan obat tradisional

untuk mengobati penyakit panas (demam), sakit mata, sakit telinga, sakit gigi, sakit uluhati, sakit kuning, luka baru, sakit kulit, keseleo, patah tulang, sakit kepala, diare, darah tinggi, batuk, diabetes, muntah darah, perawatan pasca melahirkan, kencing batu, sembelit (susah buang air besar), maag, penyakit dalam, penghilang rasa capek,

pelancar haid, penurun lemak, typus, mabuk perjalanan, gatal-gatal, bisul, stroke, perawatan bayi, penawar keracunan makanan, memperlancar ASI, sarampa, amandel, keputihan, dan rematik.

DAFTAR PUSTAKA

Arafah, N., 2002, Pengetahuan Lokal Suku Moronene dalam Sistem Pertanian

di Sulawesi Tenggara.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream /handle/123456789/7515/bab%204 _%202002nar.pdf. Di akses tanggal 7 Maret 2013.

Rahayu, M., Sunarti, S., dan Prawiroatmodjo, S., 2004, Tumbuhan Obat Tradisional Pulau Wawonii Sulawesi Tenggara, Pusat Penelitian Biologi - LIPI, Bogor. Rosita, S.M.D., Rostiana, O., Pribadi, E.

R., dan Hernani. 2007. Penggalian Iptek Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango. Buletin Littro, XVIII (1): 13-28.

Steenis, V. G. J. J. C., 1997, Flora Untuk Sekolah, Pradya Paramita, Jakarta. Windadri, F. I. , Rahayu, M., Uji, T. dan

Rustiami, H., 2006, Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Obat oleh Masyarakat Lokal Suku Muna

di Kecamatan Wakorumba

Kabupaten Muna Sulawesi

Tengggara. Biodiversitas, VII (4): 333-339.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan 47 responden pada masyarakat suku Kaili Ija di desa Bora yang dianggap paling mengetahui tentang pemanfaatan tumbuhan dalam

Masyarakat lokal di Pulau Seram yaitu di Desa Besi, kecamatan Seram Utara, kabupaten Maluku Tengah dan Desa Hualoy, kecamatan Kairatu, kabupaten Seram Bagian Barat memanfaatkan

Seluruh bagian tumbuhan obat pada dasarnya memiliki khasiat obat, akan tetapi bagian tumbuhan obat yang banyak digunakan oleh Suku Dayak Iban Desa Tanjung Sari adalah

Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan obat meliputi daun, batang/ kulit batang, bunga, buah, biji, umbi, getah, rimpang, dan akar, untuk diolah dengan cara

Seluruh bagian tumbuhan obat pada dasarnya memiliki khasiat obat, akan tetapi bagian tumbuhan obat yang banyak digunakan oleh Suku Dayak Iban Desa Tanjung Sari adalah

Pada umumnya sebagian masyarakat desa Toga dalam menggunakan tumbuhan untuk bahan obat masih sangat tradisional dengan pengetahuan yang turun- temurun diperoleh dari

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli-September 2009 adalah etnobotani dengan judul “Etnobotani Masyarakat suku Bunaq (Studi Kasus di

Spesies Tumbuhan Obat Yang Dimanfaatkan Oleh Masyarakat Desa Sipituhuta Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan No Famili Nama Bagian Tumbuhan Yang Digunakan Khasiat