PENGETAHUAN DAN PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU MORONENE DI DESA RAU-RAU SULAWESI TENGGARA
(Study and Utilization Of Traditional Medicine Plants By Morenene Ethnic In Rau-Rau Village, Southeast Sulawesi)
Indrawati1,2*, Yusuf Sabilu1,2 dan Alda Ompo2
1
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari Sulawesi Tenggara
2
Laboratorium Biologi, Universitas Halu Oleo, Kendari Sulawesi Tenggara e-mail : indrawatiansar@yahoo.com
ABSTRACT
Research on the Study and utilization of Traditional medicine plants by Moronene ethnic in the Rau-Rau village Southeast Sulawesi were aims to: 1) inventory these kinds of medicinal plants are utilized including the identification of scientific and local names, 2) study the knowledge society in the utilization of plants as medicine, metods processing and the efficacy, 3) study the knowledge kinds of disease and how to use of medicinal plants. With methods survey exploration conducted interviews to expert treatment (sandro) and the community. There are 51 spesies plant in 27 family growing in the backyard, in the gardens and in the forests around the settlement. The organ medicinal plant species (leaves, stems, bark, rhizome, tuber, fruit and SAP) are uses for tradisional medicines to cure about 36 kids of diseases. Method of use will discussed in this paper.
Keywords: Medicine Plants, Rau-rau Village Sociaty Moronene
PENDAHULUAN
Keberadaan 370 suku asli di Indonesia dengan keanekaragaman adat dan budayanya turut memberikan keuntungan bagi khasanah etnomedisin dan budaya bangsa. Perbedaan adat dan kebiasaan antar suku di Indonesia merupakan kekayaan budaya bangsa yang tak ternilai harganya. Kondisi yang demikian juga dapat dicirikan dari keragaman jenis tumbuhan yang digunakan, ramuan obat tradisional dan cara pengobatannya (Rosita, dkk., 2007). Kekayaan pengetahuan masyarakat terhadap tumbuhan obat berbeda antara suku satu dengan suku lainnya. Untuk
suku di Sulawesi Tenggara misalnya Tumbuhan yang sama bisa berbeda pemanfaatannya di suku lain. Contohnya hasil penelitian Windadri, dkk. (2006) pada suku Muna misalnya pepaya, kapaya (Carica papaya L.), padakawa (Ceiba petandra, Gaert) sebagai obat pasca persalinan,dan komba-komba (Ageratum conyzoides L.) dimanfaatkan sebagai obat luka. Hasil penelitian Rahayu, dkk. (2006) pada Suku Wawonii, kepaya (carica capaya L) dimanfaatkan sebgai obat penurun panas dan ewo bonto (Ageratum conyzoides L) sebagai obat penutup luka oleh masyarakat setempat sebagai obat tradisional seperti kawu-kawu (Ceiba
pentandra Gaertn.) dimanfaatkan sebagai obat penurun panas. Sehingga penelitian etnobotani suatu suku masyarakat di Indonesia perlu digali.
Bombana merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yang memiliki potensi untuk dilakukan penelitian mengenai tumbuhan obat karena terdapat berbagai macam tumbuhan dan masyarakat yang masih mempercayai tradisi yang berasal dari nenek moyang. Masyarakat pribumi yang mendiami daerah ini adalah suku Moronene sedangkan masyarakat pendatang meliputi, suku Bugis, Muna, Jawa, dan Bali. Berdasarkan arti kata “moronene” yaitu pohon resam yang biasa tumbuh di daerah subur, maka Etnis Moronene juga menetap atau menyebar di daerah subur yang kaya akan sumberdaya alam diantaranya tumbuh-tumbuhan.
Desa Rau-Rau yang berada di Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana merupakan salah satu pusat penyebaran dan kebudayaan dari Suku Moronene. Secara sosial ekonomi maupun sosial budaya masyarakat suku Moronene masih mempraktekkan pengetahuan lokal secara turun temurun demikianpula dalam bidang pengobatan (Arafah, 2002).
Pemilihan Desa Rau-Rau sebagai lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa sebagian besar suku Moronene yang tinggal di desa ini hidup
dari pertanian, masih memperaktekkan pengobatan tradisional, kondisi demografi dan geografis serta sosial ekonomi dan budaya mewakili Suku Moronene di Sulawesi Tenggara.
Penelitian mengenai pengetahuan dan pemanfaatan tumbuhan obat pada suatu suku terkhusus masyarakat pedesaan perlu dilakukan karena dapat memberikan sumbangan dalam pengungkapan potensi sumberdaya tumbuhan sebagai bahan obat, serta dapat menjadi dasar upaya pelestarian jenis-jenis tumbuhan obat potensial.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 dengan menggunakan metode survey eksploratif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada ahli pengobatan tradisional (sandro) dan masyarakat yang masih memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan. Eksplorasi dilakukan bersama ahli pengobatan tradisional (sandro) dengan menjelajahi tempat tumbuh jenis-jenis tumbuhan obat, untuk selanjutnya koleksi, dokumentasi dan membuat herbarium. Penggalian informasi identitas nama lokal, bagian organ yang dimanfaatkan, pengetahuan cara pengobatan/pengolahan dan khasiat setiap jenis tumbuhan berdasarkan daftar
questioner. Data selanjutnya ditabulasi dan dinarasikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengetahuan Dalam Memanfaatkan Tumbuhan Obat Tradisional oleh Suku Moronene di Desa Rau-Rau Sulawesi Tenggara
Aspek etnobotani telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat suku Moronene di desa Rau-rau. Masyarakat Suku Moronene masih memiliki kekayaan informasi tentang tumbuhan obat tradisional. Dalam pengobatan suatu penyakit dipercayakan pada ahli pengobatan tumbuhan. Ada dua ahli pengobatan di masyarakat ini yang disebut : sanro dan tompuro. Sanro adalah ahli pengobatan tumbuhan tradisional khusus untuk manusia, sedangkan tompuro khusus untuk mengobati tanaman yang terkena penyakit atau hama. Pengetahuan sanro dan tompuro dalam mengobati suatu penyakit diperoleh dari nenek moyang mereka secara turun temurun dengan pola pemakaian ramuan yang sederhana dan terbatas di kalangan keluarga dekat atau tetangga kampung terdekat.
Terdapat 3 macam Sanro sesuai dengan keahliannya mengobati, yaitu: 1) dukun umum yang mengobati berbagai macam penyakit, 2) dukun patah tulang yang mengobati patah tulang dan 3) dukun bersalin yang
membantu proses kelahiran dan perawatan ibu dan bayinya. Mata pencaharian utama dukun umum dan patah tulang adalah bertani, sedangkan dukun bersalin adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat Suku Moronene, proses kelahiran dilakukan dengan pengobatan tradisional oleh dukun bersalin bekerja sama dengan bidan desa, begitu pula dalam perawatan pasca persalinan. Sebelum berobat pada sanro, masyarakat suku Moronene terlebih dahulu bertanya kepada Kilala. Kilala menentukan sanro yang baik untuk melakukan pengobatan, berdasarkan ilmu gaib (onitu) yang dimilikinya. Setelah Kilala menentukan tempat pengobatan yang baik, pasien akan berobat pada sanro yang telah ditunjukkan.
Dari hasil wawancara dengan sanro ahli pengobatan penyakit untuk menyembuhkan suatu penyakit mempunyai syarat tertentu. Pengobatan akan dilakukan apabila ada kepercayaan dari kedua belah pihak yaitu antara sanro dan pasien. Pasien yang akan diobati harus mempercayai kemampuan dari sanro yang akan mengobati. Jika pasien tidak mempercayai kemampuan sanro maka pengobatan yang dilakukan tidak akan berhasil.
Kepercayaan tentang kegunaan atau khasiat suatu jenis tumbuhan obat tidak hanya didasarkan dari pengalaman, tetapi seringkali dikaitkan dengan nilai-nilai religius. Persepsi masyarakat suku Moronene tentang sakit tergantung dari sudut pandang masing-masing orang. Sakit adalah keadaan yang tidak seimbang, sehingga dapat mempengaruhi kegiatan sehari-harinya. Penyebab penyakit bermacam-macam, ada yang datang dari Sang Pencipta dan ada yang berasal dari makhluk halus/jahat serta dari lingkungan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, para ahli pengobatan (sanro) selalu mengandalkan pengobatannya dengan memohon pertolongan kepada Sang Pencipta.
Beberapa jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat suku Moronene mempunyai kesamaan dalam pemanfaatannya dengan suku lain, seperti pemanfaatan air rebusan kulit
batang kaki kuda (Lannea
coromandelica (Houtt.) Merr.) sebagai obat perawatan pasca persalinan dimanfaatkan juga oleh masyarakat di Wawonii di pulau Wawonii (Rahayu, 2006), air rebusan daun jambu biji (Psidium guajava L.) sebagai obat diare dimanfaatkan oleh masyarakat suku Muna di Kabupaten Muna (Windadri, 2006) dan air rebusan daun belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) sebagai penurun tekanan darah tinggi dimanfaatkan oleh Masyarakat di sekitar Kawasan Gunung Pangrango (Rosita, 2007). Tumbuhan obat yang khas digunakan oleh masyarakat suku Moronene di Desa Rau-Rau yang tidak digunakan oleh suku lain adalah ramuan 5 macam untuk mengobati muntah darah yang terdiri dari tumbuhan kaki kuda (Lannea coromandelica (Houtt.) Merr.), Wilalo (Archidendron fagifolium), Merica (Piper nigrum), Asam (Tamarindus indica), dan garam.
Masyarakat Suku Moronene masih memiliki kearifan lokal dalam memanfaatkan tumbuhan seperti adanya persyaratan dalam pengambilan tumbuhan yang berkhasiat obat dan banyaknya jumlah tumbuhan yang digunakan. Persyaratan dalam pengambilan tumbuhan obat adalah dengan cara membaca sholawat hidup yaitu bismillah dan jumlah bilangan yang biasa digunakan adalah tujuh, namun dapat pula digunakan bilangan lain yang berjumlah ganjil.
B. Jenis Penyakit yang Umum Diderita dan Tumbuhan yang Digunakan oleh Suku Moronene di Desa Rau-Rau Sulawesi Tenggara
Dari hasil penelitian, sanro dan masyarakat di desa Rau-rau mengenal 36 jenis penyakit yang umum diderita
dan 51 jenis tumbuhan obat dari 27 famili. Data selengkapnya mengenai jenis penyakit yang umum diderita dan tumbuhan yang digunakan masyarakat
suku Moronene di Desa Rau-Rau Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1. Jenis Penyakit yang Umum diderita dan Tumbuhan Obat yang digunakan oleh Suku Moronene di Desa Rau-Rau Kecamatan Rarowatu Kabupaten Bombana
No. Jenis Penyakit Tumbuh-Tumbuhan
Nama Jenis Famili
1. Amandel Curcuma domestica Val. Zingiberaceae
Andrographis paniculata Ness. Acanthaceae
2. Batuk Citrus aurantifolia Swingle Rutaceae
Tamarindus indica L. Fabaceae
Euphorbia hirta L. Euphorbiaceae
3. Bisul Capsicum annum L. Solanaceae
4. Darah tinggi Allium sativum L. Liliaceae
Apium graveolens L. Apiaceae
Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae
Coffea robusta L. Rubiaceae
Cucumis sativus L. Cucurbitaceae
Ocimun sanctum Lamiaceae
Phyllanthus niruri L. Euphorbiaceae
5. Demam Momordica charantia Cucurbitaceae
Carica papaya L. Caricaceae
Jatropha curcas L. Euphorbiaceae
6. Diare Psidium guajava L. Myrtaceae
Strobilanthes crispus Bl. Acanthaceae
7. Diabetes Oryza glutinosa Auct Poaceae
Syzygium cumini (L.) Skeels. Myrtaceae
Terminalia catappa Combretaceae
8. Gatal-gatal Graptophyllum pictum L. Griff Acanthaceae
9. Keputihan Piper betle L. Piperaceae
10. Kencing batu Averrhoa bilimbi L. Oxalidaceae
11. Keseleo Cymbopogon nardus (L) Redle. Poaceae
Spesies A Cucurbitaceae
12. Luka baru Eupatorium odoratum L. Asteraceae
Musa sp. Musaceae
Curcuma domestica Val. Zingiberaceae
Eclipta alba Hassk. Asteraceae
Cassia fistula L. Fabaceae
13. Maag Curcuma domestica Val. Zingiberaceae
Morinda citrifolia Rubiaceae
Musa sp. Musaceae
14. Mabuk perjalanan Moringa oleifera Lamk. Moringaceae
15. Memperlancar ASI Carica papaya L. Caricaceae
Ipomoea aquatica Convolvulaceae
16. Memperlancar haid Curcuma cease Zingiberaceae
17 Muntah darah Allium cepa L. Liliaceae
Archidendron fagifolium Fabaceae Lannea coromandelica (Houtt.) Merr. Anacardiaceae
Piper nigrum L. Piperaceae
Tabel 1. Lanjutan
Tamarindus indica L. Fabaceae
18. Patah tulang Allium cepa L. Liliaceae
Areca catechu L. Arecaceae
Cocos nucifera L. Arecaceae
Cymbopogon nardus (L) Redle. Poaceae 19. Penawar keracunan
Makanan
Cocos nucifera L. Arecaceae
20. Penghilang rasa capek Cocos nucifera L. Curcuma cease
Arecaceae Zingiberaceae 21. Penurun lemak Euphorbia prunifolia Jacq. Euphorbiaceae 22. Penyakit dalam Leucaena leucocephala Fabaceae
Loranthus atropurpureus Blume. Loranthaceae
Morinda citrifolia L. Rubiaceae
Orthosiphon stamineus Benth. Lamiaceae
Persea americana Mill Lauraceae
Zingeber purpureum Roxb. Zingiberaceae 23. Perawatan bayi Curcuma domestica Val. Zingiberaceae 24. Perawatan paska
Melahirkan
Lannea coromandelica (Houtt.) Merr. Anacardiaceae
25. Rematik Orthosiphon stamineus Benth. Lamiaceae
26. Sakit gigi Jatropha curcas L. Euphorbiaceae
27. Sakit kepala Annona muricata L. Anonaceae
28. Sakit kulit Cassia alata L. Caesalpiniaceae
29. Sakit kuning Eupatorium odoratum L.F Asteraceae 30. Sakit mata Zingiber officinale Rosc. Zingiberaceae
Piper betle L. Piperaceae
Euphorbia hirta L. Euphorbiaceae
Eclipta alba Hassk. Asteraceae
31. Sakit telinga Gmelina elliptica Sm. Verbenaceae
32. Sakit ulu hati Curcuma cease Zingiberaceae
33. Sarampa Cocos nucifera L. Arecaceae
34. Sembelit Cassia fistula L. Fabaceae
35. Stroke Pluchea indica Less. Asteraceae
36. Typus Legenaria leucantha Cucurbitaceae
C. Jenis Tumbuhan Obat dan Cara Penggunaan
Dari 51 jenis tumbuhan obat
yang digunakan dalam ramuan
pengobatan, beberapa diantaranya diramu dengan tumbuhan lain dan mempunyai manfaat ganda. Bagian tumbuhan yang digunakan untuk obat berupa: daun, batang, kulit batang, umbi, rimpang,
buah, biji dan getahnya. Data selengkapnya mengenai jenis tumbuhan obat dan cara penggunaannya oleh masyarakat suku Moronene di Desa Rau Rau Sulawesi Tenggara tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Tumbuhan Obat dan Cara Penggunaanya oleh masyarakat suku Moronene di Desa Rau-Rau Sulawesi Tenggara No.
Nama Tumbuhan Kegunaan
Indonesia Lokal Latin Bagian Dosis Cara Pengolahan Frekuensi Penyakit
1. Alpukat Apokat Persea americana Mill. Daun 7 lembar Direbus 2 x sehari Penyakit dalam
2. Asam Sumbulawa Tamarindus indica L. Buah
Buah 1 genggam 1 genggam Dilumerkan Direbus 2 x sehari 2 x sehari Batuk Muntah darah
3. Bawang merah Bawang motaha Allium cepa L. Umbi 3 siung Digoreng 2 x sehari Patah tulang
4. Bawang putih Bawang mopila Allium sativum L. Umbi 3 siung Dibakar 2 x sehari Darah tinggi
5. Belimbing wuluh
Tangkule Averrhoa bilimbi L. Buah
Daun 27 buah 1 genggam Diperas Direbus 1 x sehari 2 x sehari Kencing batu Darah tinggi
6. Beluntas - Pluchea indica Less. Daun 3 genggam Direbus 2 x sehari Stroke
7. Benalu - Loranthus atropurpureus
Blume. Daun 1 genggam Direbus 1 x sehari Penyakit dalam
8. Bengle Panini Zingeber purpureum Roxb. Rimpang 3 rimpang Direbus 1 x sehari Penyakit dalam
9. Cabe Saha Capsicum annum L. Daun 7 lembar Diremas 2 x sehari Bisul
10. Daun ungu Olondoro Graptophyllum pictum L. Griff Daun 7 lembar Diremas 2 x sehari Gatal-gatal 11. Glempangan Komba-komba Eupatorium odoratum L. Daun
Daun 1 genggam 7 lembar Direbus Diremas 1 x sehari 1 x sehari Penyakit kuning Luka baru
12. Jahe Loiya Zingiber officinale Roxb. Rimpang 3 jari/cm Diparut 1 x sehari Sakit mata
13. Jamblang Coppeng Syzygium cumini (L.) Skeels. Kulit batang 1 jengkal/7cm Direbus 2 x sehari Diabetes
14. Jambu biji Dambu watu Psidium guajava L. Daun 1 genggam Direbus 3 x sehari Diare
15. Jarak pagar - Jatropha curcas L. Daun
Getah 7 lembar 3 tetes Ditempel Diteteskan 1 x sehari 2 x sehari Demam Sakit gigi
16. Jeruk nipis Lemo Citrus aurantifolia Swingle. Buah 3 buah Diperas 2 x sehari Batuk
17. Kangkung Tarenda Ipomoea aquatica Daun dan
batang Secukupnya Dimasak 3 x sehari
Memperlancar ASI
18. Kayu kuda Olodawa Lannea coromandelica
(Houtt.) Merr. Kulit batang
1 jengkal/7 cm 1 jengkal/7 cm Direbus Direbus 2 x sehari 2 x sehari Muntah darah Perawatan pasca melahirkan 19. Kelapa kuning Ni’i mokuni Cocos nucifera L.
Air Air 1 buah 1 buah Tanpa pengolahan Dibakar 1 x sehari 2 x sehari Keracunan makanan Sarampa
20. Kelor Koloro Moringa oleifera Lamk. Daun Secukupnya Dimasak 3 x sehari
Mabuk perjalanan
Tabel 2. Lanjutan.
21. Kemangi Camangi Ocimun sanctum Daun 1 genggam Direbus 2 x sehari Darah tinggi
22. Ketan hitam Kinadai mo’ito Oryza glutinosa Auct. Biji 3 sendok Direndam 2 x sehari Diabetes
23. Ketapang - Terminalia catappa Kulit batang 1 jengkal/7 cm Direbus 2 x sehari Diabetes
24. Ketepeng Gampu Cassia alata L. Daun 7 lembar Diremas 2 x sehari Sakit kulit
25. Kopi - Coffea robusta L. Daun 7 lembar Direbus 2 x sehari Darah tinggi
26. Kumis kucing - Orthosiphon stamineus Benth. Daun Daun 1 genggam 1 genggam Direbus Direbus 2 x sehari 2 x sehari Rematik, Penyakit dalam
27. Kunyit Kuni Curcuma domestica Val.
Rimpang Rimpang Rimpang Rimpang 3 rimpang 3 rimpang 1 rimpang 1 rimpang Direbus Direbus Diperas Diperas 2 x sehari 2 x sehari 1 x sehari 1 x sehari Maag Amandel Luka baru, perawatan bayi
28. Kunyit hitam Kuni morori Curcuma cease
Rimpang Rimpang Rimpang 3 rimpang 3 rimpang 3 rimpang Direbus Direbus Diparut 2 x sehari 2 x sehari 1 x sehari
Sakit ulu hati Pelancar haid Penghilang rasa capek
29. Labu putih Konduru Legenaria leucantha Buah 1 buah Diparut 2 x sehari Typus
30. Lada Marica Piper nigrum L. Buah 7 buah Direbus 2 x sehari Muntah darah
31. Mengkudu Kudu Morinda citrifolia L. Batang
Buah 7 cm batang 1 buah Direbus Tanpa pengolahan 2 x sehari 2 x sehari Maag Penyakit dalam
32. Meniran - Phyllanthus niruri L. Daun dan
batang
1 genggam Direbus 1 x sehari Darah tinggi
33. Mentimun Bonte Cucumis sativus L. Buah 1 buah Tanpa pengolahan 3 x sehari Darah tinggi
34. Pare Paria Momordica charantia L. Daun 7 lembar Direbus 3 x sehari Demam
35. Patikan emas - Euphorbia prunifolia Jacq. Daun 1 genggam Direbus 1 x sehari Penurun lemak
36. Patikan kebo Pati-pati Euphorbia hirta L. Daun
Getah 1 genggam 1 tetes Direbus Diteteskan 1 x sehari 1 x sehari Batuk Sakit mata
37. Pecah beling - Strobilanthes crispus Bl. Daun 7 lembar Direbus 2 x sehari Diare
38. Pepaya Kapaya Carica papaya L. Daun
Buah 7 lembar 1 buah Direbus Dimasak 2 x sehari 3 x sehari Demam Pelancar ASI
40. Pinang Fua Areca catechu L. Pelepah 1 pelepah Dibalut 1 x sehari Patah tulang
41. Pisang bugis Punti bugisi Musa sp. Buah 1 buah Tanpa pengolahan 1 x sehari Maag
Getah 3 tetes Tanpa pengolahan 1 x sehari Luka baru
42 Sambiloto - Andrographis paniculata Ness. Daun 1 genggam Direbus 2 x sehari Amandel
43. Seledri Daun sop Apium graveolens L. Daun dan
batang 1 genggam Direbus 2 x sehari Darah tinggi
44. Serei Padamalala Cymbopogon nardus (L)
Redle. Batang Batang 1 batang 1 batang Digoreng Dimemarkan 2 x sehari 2 x sehari Patah tulang Keseleo
45. Sirih Riri Piper betle L. Daun
Daun 7 lembar 7 lembar Ditumbuk Direbus 2 x sehari 2 x sehari Sakit mata, Keputihan
46. Sirsak Sirikaya Annona muricata L. Daun
Daun 7 lembar 7 lembar Tanpa pengolahan Tanpa pengolahan - - Sakit kepala Sakit ulu hati
47. Spesies A Eungkowulu - Daun 7 lembar Diremas 2 x sehari Keseleo
48. Tangkalasi Tangkalasi Gmelina elliptica Sm. Buah 3 tetes Tanpa pengolahan 1 x sehari Sakit telinga
49. Trengguli Onangki Cassia fistula L. Daun
Kulit batang 7 lembar 1jengkal/7cm Direbus Ditumbuk 1 x sehari 1 x sehari Sembelit Luka baru
50. Urang-aring Ewolembo Eclipta alba Hassk. Daun
Getah 7 lembar 3 tetes Diremas Tanpa pengolahan - 1 x sehari Luka baru Sakit mata
51. - Wilalo Archidendron fagifolium Kulit batang 1jengkal/7cm Direbus 2 x sehari Muntah darah
SIMPULAN
1. Terdapat 51 jenis dalam 27 familia tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat suku Moronene di Desa Rau-Rau
2. Bagian (organ) tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional meliputi daun, batang, kulit batang, buah, rimpang, umbi, dan getah.
3. Pemanfaatan tumbuhan obat dilakukan dengan beragam cara diantaranya dengan cara direbus, ditumbuk, diperas, direndam, dibakar, digoreng, digosok, dilumerkan, diremas dan tanpa pengolahan yang kemudian digunakan baik secara tunggal maupun campuran. 4. Khasiat tumbuhan obat tradisional
untuk mengobati penyakit panas (demam), sakit mata, sakit telinga, sakit gigi, sakit uluhati, sakit kuning, luka baru, sakit kulit, keseleo, patah tulang, sakit kepala, diare, darah tinggi, batuk, diabetes, muntah darah, perawatan pasca melahirkan, kencing batu, sembelit (susah buang air besar), maag, penyakit dalam, penghilang rasa capek,
pelancar haid, penurun lemak, typus, mabuk perjalanan, gatal-gatal, bisul, stroke, perawatan bayi, penawar keracunan makanan, memperlancar ASI, sarampa, amandel, keputihan, dan rematik.
DAFTAR PUSTAKA
Arafah, N., 2002, Pengetahuan Lokal Suku Moronene dalam Sistem Pertanian
di Sulawesi Tenggara.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream /handle/123456789/7515/bab%204 _%202002nar.pdf. Di akses tanggal 7 Maret 2013.
Rahayu, M., Sunarti, S., dan Prawiroatmodjo, S., 2004, Tumbuhan Obat Tradisional Pulau Wawonii Sulawesi Tenggara, Pusat Penelitian Biologi - LIPI, Bogor. Rosita, S.M.D., Rostiana, O., Pribadi, E.
R., dan Hernani. 2007. Penggalian Iptek Etnomedisin di Gunung Gede Pangrango. Buletin Littro, XVIII (1): 13-28.
Steenis, V. G. J. J. C., 1997, Flora Untuk Sekolah, Pradya Paramita, Jakarta. Windadri, F. I. , Rahayu, M., Uji, T. dan
Rustiami, H., 2006, Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Obat oleh Masyarakat Lokal Suku Muna
di Kecamatan Wakorumba
Kabupaten Muna Sulawesi
Tengggara. Biodiversitas, VII (4): 333-339.