• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Bimbingan Belajar Untuk Mengembangkan Resiliensi Akademik Siswa Boarding School (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Bimbingan Belajar Untuk Mengembangkan Resiliensi Akademik Siswa Boarding School (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMA)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

Program Bimbingan Belajar Untuk Mengembangkan Resiliensi Akademik Siswa Boarding School (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMA)

Rafael Lisinus Ginting

[email protected]

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan

Abstrak

Performa akademik yang baik merupakan tuntutan sekaligus ciri keberhasilan siswa dalam bidang akademik. Oleh karena itu sekolah berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan akademik yang terbaik tak terkecuali sekolah dengan sistem boarding school. Siswa yang dapat memenuhi tuntutan akademik pastinya akan menunjukan performa yang terbaik, tetapi sebaliknya, siswa yang tak mampu bertahan di tengah tekanan dan persaingan tentu akan tenggelam ditambah dengan problematika boarding school lainnya. Resiliensi akademik dengan tujuah aspeknya yaitu pengaturan emosi, pengendalian dorongan, optimisme, efikasi diri, empati, analisis sebab akibat dan membuka diri dapat membantu siswa untuk bertahan di lingkungan akademik dengan tuntutan tinggi seperti boarding school. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran resiliensi akademik siswa boardings school dan menyusun program bimbingan belajar yang efektif untuk mengembangkan resiliensi akademik siswa boarding school. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat resiliensi akademik siswa SMA boarding school berada pada kategori sedang. Rekomendasi diberikan kepada: (1) pihak sekolah diharapkan mampu memberikan perhatian terhadap kondisi psikologis siswa (2) guru pembimbing diharapkan mengembangkan program bimbingan belajar untuk mengembangkan resiliensi akademik dengan strategi yang lebih beragam (3) peneliti selanjutnya menggunakan tekhnik konseling tertentu untuk menangani siswa dengan resiliensi akademik pada kategori rendah.

Kata kunci: resiliensi, akademik, boarding school, bimbingan akademik PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Terdapat dua fenomena dalam sistem pendidikan Indonesia yang terjadi akhir-akhir ini, yakni munculnya sekolah-sekolah terpadu (mulai tingkat dasar hingga menengah) dan penyelenggaraan sekolah bermutu yang sering disebut

Boarding School. Sekolah Menengah

Atas Boarding School merupakan salah satu pendidikan jenjang menengah yang mengintegrasikan pendidikan dengan kurikulum konvensional dan keagamaan. Nama lain dari istilah sekolah Boarding

School adalah sekolah berasrama. Para

siswa mengikuti pendidikan regular dari pagi sampai siang di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan agama atau nilai-nilai khusus sepanjang hari. Selama 24 jam siswa berada di bawah pendidikan dan pengawasan para guru dan pembimbing. Boarding School menuntut siswanya mengikuti berbagai aktivitas dan tuntutan akademik.

Siswa Boarding School dengan tuntutan tugas akademik yang tinggi dan keterbatasan interaksi dengan dunia luar memerlukan bantuan instrumental dari

(2)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

lingkungan sekitar terutama konselor sebagai salah satu pelaksana dari komponen sekolah agar mampu membantu menyiapkan psikis siswa yang kondusif dalam menghadapi tuntutan-tuntutan akademik. Menurut Schoon (2006) daya tahan siswa dalam menghadapi tuntutan akademik disebut sebagai resiliensi akademik.

Dari wawancara penulis dengan siswa maupun dengan pembina asrama, pada awal tahun ajaran terdapat siswa yang memilih keluar dari sekolah karena tidak dapat beradaptasi dengan sistem Boarding School. Banyak siswa merasa tidak bahagia dan tertekan dengan segala peraturan dan kebiasaan di asrama. Permasalahan-permasalahan ini berimbas pada timbulnya permasalahan pada performa akademik siswa di sekolah.

Reivich (2002) dari Universitas Pennsylvania telah melakukan penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan fakta di atas menemukan bahwa resiliensi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan, karena resiliensi merupakan faktor esensial bagi kesuksesan dan kebahagiaan (Reivich and Shatte, 2002:11).

Terkait dengan fenomena di atas, maka bimbingan dan konseling sebagai

salah satu komponen integral dari pendidikan di sekolah harus mampu mengembangkan potensi siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan resiliensinya sehingga dapat menghadapi berbagai tuntutan akademik. Bertitik tolak dari masalah di atas, maka diperlukan adanya peningkatan kemampuan resiliensi akademik siswa Boarding School melalui program bimbingan akademik di sekolah.

Rumusan Masalah

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji gambaran kemampuan resiliensi akademik pada siswa SMA Boarding School dan membuat program bimbingan belajar hipotetik yang efektif untuk mengembangkan kemampuan resiliensi akademik pada Siswa.

Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan awal untuk penelitian lanjutan yang lebih mendalam, sehingga dapat menumbuhkan minat penelitian untuk melakukan kajian teoritis terkait konsep resiliensi.

Secara praktis penelitian dapat menambah wawasan sehingga dapat meningkatkan kemampuan diri dalam

(3)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

beradaptasi dengan lingkungan baru dan dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam hidup. Selain itu, sebagai calon guru Bimbingan dan Konseling penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya keilmuan dan keterampilan ketika terjun langsung ke lapangan. Manfaat lain dari penelitian ini adalah menjadi bekal pengalaman dalam mengadakan penelitian di masa yang akan datang, khususnya penelitian yang berkenaan dengan resiliensi. Bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan bimbingan dan konseling khususnya bimbingan konseling belajar. Selain itu, dapat dijadikan referensi bagi proses perkuliahan dan bagi peneliti selanjutnya.

KAJIAN PUSTAKA Konsep Boarding School

Sekolah dengan sistem pendidikan Boarding School adalah sekolah dengan asrama, dimana peserta didik, para guru dan pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah. Sekolah dengan sistem asrama bukanlah hal yang baru lagi di Indonesia, karena sudah sejak lama sistem Boarding School ini diperkenalkan lewat baik secara

langsung maupun melalui tayangan televisi.

Boarding School yang baik dijaga dengan ketat agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah berasrama. Di sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan pendidikan dengan kuantitas dan kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional. Untuk menjawab kemajuan zaman, sekolah-sekolah dengan sistem boarding telah merancang kurikulumnya dengan orientasi kebutuhan masa depan.

Konsep Kompetensi Akademik

Kata kompetensi diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau memiliki keterampilan dan kecakapan yang disyaratkan. Johnson (Adriani, 2003) memandang kompetensi sebagai perbuatan (performance) yang secara rasional dapat memenuhi tujuan dalam kondisi yang diinginkan. Dikatakan “performance” yang rasional, karena orang yang melakukannya harus mempunyai tujuan atau arah dan ia tahu apa dan mengapa ia berbuat demikian. Tujuan kompetensi adalah untuk

(4)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

mengembangkan manusia yang bermutu yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana diisyaratkan.

Berkaitan dengan kompetensi belajar, American School Counselor Association (ASCA) merumuskan standar kompetensi akademik siswa Sekolah Menengah Atas untuk diimplementasikan dalam program bimbingan sekolah sesuai dengan kebutuhan siswa yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa mencapai keberhasilan bidang akademik, memaksimalkan komitmen belajar, menghasilkan kualitas kinerja akademik yang tinggi, dan mempersiapkan pencapaian tujuan belajar dalam mencapai cita-cita di masa depan.

Konsep Resiliensi Akademik

Resiliensi akademik didefinisikan sebagai pencapaian tingkat tinggi dari motivasi dan penampilan di sekolah di tengah situasi yang menimbulkan stress. Resiliensi merepresentasikan sebuah dinamika proses perkembangan yang mengacu kepada kemampuan untuk memelihara penyesuaian yang positif walaupun berada dalam tuntutan akademik yang tinggi (Cem Ali, 2004). Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa resiliensi merupakan

kapasitas individu untuk beradaptasi dengan situasi akademik, dengan merespon secara sehat dan produktif untuk memperbaiki diri melalui proses dinamis antara faktor internal dan faktor eksternal individu sehingga mampu menghadapi dan mengatasi tuntutan akademik

Reivich dan Shatte (2002) memaparkan tujuh kemampuan yang membentuk Resiliensi, yaitu 1) pengaturan emosi atau kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan, tenang dan fokus (Reivich & Shatte, 2002); 2) pengendalian dorongan atau kemampuan Individu untuk mengendalikan keinginan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri (Reivich & Shatte, 2002); 3) optimisme atau ketika kita melihat bahwa masa depan kita cemerlang (Reivich & Shatte, 2002). Optimisme sangat terkait dengan karakteristik yang diinginkan oleh individu yaitu kebahagiaan (Peterson dan Chang; dalam Siebert, 2005); 4) empati atau kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain (Greef, 2005); 5) analisis sebab akibat merujuk pada kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara akurat

(5)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi. Individu yang tidak mampu mengidentifikasikan penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat kesalahan yang sama; 6) efikasi diri. Bandura (Atwater & Duffy, 1999) mendefinisikan efikasi diri sebagai kemampuan individu untuk mengatur dan melaksanakan suatu tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam keseharian, individu yang memiliki keyakinan pada kemampuan mereka untuk memecahkan masalah akan tampil sebagai pemimpin, sebaliknya individu yang tidak memiliki keyakinan terhadap efikasi diri mereka akan selalu tertinggal dari yang lain, dan; 7) membuka diri atau kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa (Reivich & Shatte, 2002).

Komponen Program Bimbingan dan Konseling

Muro dan Kottman, (Yusuf, 2005 : 26-31) mengemukakan bahwa struktur program bimbingan dan konseling komprehensif diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan, yaitu : 1) layanan dasar; 2) layanan responsif; 3) layanan

perencanaan individual ; dan 4) dukungan sistem

METOE PENELITIAN

Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan metode yang digunakan adalah deskriptif. Deskripsi data yang diperoleh akan dijadikan rujukan bagi pembuatan program bimbingan belajar untuk mengembangkan resiliensi siswa Boarding School.

Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumplan data dan penyusunan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut.

Populasi dan Sampel

Lokasi penelitian adalah SMA Christus Sacerdos P. Siantar. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas Gramatica A sedangkan sampel dalam penelitian ini merupakan sampel jenuh, yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel, karena jumlah populasi yang sedikit yaitu kurang dari 50 (Sugiyono:2007,124).

Pengembangan Instrumen Pengumpul Data

(6)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh profil resiliensi akademik siswa berupa skala likert yang merupakan seperangkat pernyataan positif dan negatif tertulis untuk dijawab oleh responden dengan menyediakan empat alternatif jawaban.

2. Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Instrumen yang digunakan terdiri atas instrument untuk mengungkap resiliensi akademik siswa dan instrument untuk melakukan verifikasi program. Kisi-kisi instrumen resiliensi akademik siswa dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian yang dijabarkan dalam bentuk pernyataan skala. Selain itu ada juga kisi-kisi pedoman observasi.

3. Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen ditimbang oleh dua orang ahli yang bekerja sebagai dosen di jurusan bimbingan dan konseling Universitas Negeri Medan. Uji keterbacaan item kepada 8 orang siswa yang bukan sampel. Setelah itu dilakukan uji validitas dan reliabilitas item yang terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan, dengan rumus Product Momen Pearson sebagai berikut:

rhitung

 

  

2

 

2

 

2

 

2

   Y Y N X X N Y X XY N

Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel

berarti valid sebaliknya thitung < ttabel

berarti tidak valid. Riduwan, 2004: 109-110). Pengujian reliabilitas alat pengumpul data menggunakan rumus Koefisien Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut.               

2 2 11 .1 1 t i k k r

(Arikunto, 2002:171) Tabel 2 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas 0,81  r  1,00 Sangat Tinggi 0,61  r  0,80 Tinggi 0,41  r  0,60 Cukup 0,21  r  0,40 Rendah 0,00  r  0,20 Sangat Rendah (Arikunto, 2008:75)

Penyusunan Program Bimbingan

Belajar untuk Mengembangkan

Resiliensi Akademik.

Penyusunan program dimulai dengan melakukan analisis terhadap data yang diperoleh mengenai gambaran resiliensi akademik siswa Boarding School. Data yang masuk dijadikan dasar pembuatan dan pengembangan program yang terdiri atas aspek-aspek landasan penyusunan program, proses penyusunan

(7)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

program, isi program dan evaluasi program.

Setelah penyusunan program selesai, selanjutnya dilakukan uji validasi Hasil validasi program merupakan rujukan yang selanjutnya dilakukan revisi untuk rumusan program bimbingan belajar untuk mengembangkan resiliensi akademik siswa.

Penyusunan rumusan program dilakukan berdasarkan hasil penelitian dan hasil validasi program. Rumusan program yang dihasilkan menjadi rekomendasi bagi layanan bimbingan belajar di sekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian menunjukan bahwa 8 orang siswa atau sekitar 19,5% memiliki tingkat resiliensi pada kategori tinggi, 26 orang siswa atau 63,4% memiliki tingkat resiliensi yang pada kategori sedang, dan 7 orang siswa atau 17% memiliki tingkat resiliensi pada kategori rendah.

Namun perlu diperhatikan pula bahwa siswa yang memiliki tingkat resiliensi akademik dengan kategori sedang dan rendah presentasenya lebih banyak daripada siswa dengan resiliensi akademik kategori tinggi, sehingga

diperlukannya pengembangan resiliensi akademik bagi siswa

Gambaran Tingkat Resiliensi Akademik Siswa

1. Aspek Pengaturan Emosi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek pengaturan emosi sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 25 siswa atau 61%, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 9 siswa atau 21,9% dan siswa dengan kategori rendah yaitu 7 siswa dengan presentase 17,1%.

Pencapaian siswa pada indikator menunjukan sikap fokus terhadap tuntutan akademik sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 22 siswa dengan presentase 53,6 % dan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu 7 siswa atau 17,1%; pencapaian siswa pada indikator menunjukan sikap tenang menghadapi tuntutan akademik sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 24 siswa atau 58,5% dan siswa yang berada pada kategori rendah yaitu 11 siswa dengan 26,9%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator menunjukan sikap fokus terhadap tuntutan akademik dan menunjukan sikap tenang

(8)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

menghadapi tuntutan akademik belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa

2. Aspek Pengendalian Dorongan

Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek pengendalian dorongan sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 23 siswa atau 56,1%, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 9 siswa atau 21,9%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 9 siswa dengan presentase atau 21,1 %.

Pencapaian siswa pada indikator siswa memiliki kesabaran sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 18 siswa yaitu 43,9 % dan siswa dengan kategori rendah yaitu 11 siswa dengan presentase 34,2%; pencapaian siswa pada indikator siswa mampu megelola diri sebagian siswa berada pada kategori sedang yaitu 21 siswa dengan presentse 51,3%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 9 siswa dengan presentse 21,9%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator siswa memiliki kesabaran dan siswa mampu mengelola diri dalam menghadapi tuntutan akademik belum

mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa

3. Aspek Optimisme

Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek optimisme sebagian besar berada pada kategori sedang yaitu 25 siswa atau 61%, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 6 siswa atau 14,6%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 10 siswa dengan presentase 24,3%

Pencapaian siswa pada indikator siswa memiliki harapan sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 25 siswa dengan presentase 61% dan siswa dengan kategori rendah yaitu 10 siswa dengan presentase 24,4%; pencapaian siswa pada indikator siswa mampu menunjukan kerja keras sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 23 siswa dengan presentse sekitar 56,1%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 7 siswa dengan presentse 17,1%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator siswa memiliki harapan dan siswa menunjukan kerja keras belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua

(9)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa

4. Aspek Empati

Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek empati berada pada kategori sedang yaitu 22 siswa atau 53,6 %, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 7 siswa atau 17,1%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 12 siswa dengan presentase 29,3%.

Pencapaian siswa pada indikator siswa mengenali emosi yang ditunjukan oleh teman sebagian besar siswa berada pada kategori rendah yaitu 19 siswa dengan presentase 46,3% dan siswa dengan kategori sedang yaitu 8 siswa dengan presentase 19,5%; pencapaian siswa pada indikator siswa mampu merespon emosi yang ditunjukan oleh teman dengan tepat sebagian besar siswa berada pada kategori tinggi yaitu 20 siswa dengan presentase 48,8%, siswa dengan kategori sedang yaitu 7 siswa dengan presentse 17,1% dan siswa . Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan kedua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa

5. Aspek Efikasi Diri

Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek empati sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 26 siswa atau 63,4 %, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 7 siswa atau 17,1 %, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 8 siswa dengan presentase 19,5%.

Pencapaian siswa pada indikator siswa memiliki komitmen sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 28 siswa dengan presentase 68,3% dan siswa dengan kategori sedang yaitu 8 siswa dengan presentase 19,5%; pencapaian siswa pada indikator proaktif sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 26 siswa dengan presentase 63,4% , siswa dengan kategori rendah yaitu 6 siswa dengan presentse 14,6% . Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator siswa memiliki komitmen dan siswa proaktif belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa

6. Aspek Analisis Sebab Akibat

Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek analisis sebab akibat sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 24 siswa atau

(10)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

58,5%, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 7 siswa atau sekitar 17,1%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 10 siswa dengan presentase sekitar 24,4%.

Pencapaian siswa pada indikator siswa memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah akademik yang muncul sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 26 siswa dengan presentase 63,3% dan siswa dengan kategori rendah yaitu 6 siswa dengan presentase 14,6%; pencapaian siswa pada indikator mampu menganalisis kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan akademik sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 26 siswa dengan presentase 63,5%, siswa dengan kategori rendah yaitu 6 siswa dengan presentse 14,6%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator siswa memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah akademik yang muncul dan siswa mampu menganalisis kemapuan diri dalam menghadapi tuntutan akademik belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa.

7. Aspek Membuka Diri

Pencapaian resiliensi akademik siswa pada aspek membuka diri sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 29 siswa atau sekitar 70,7%, siswa yang berada kategori tinggi yaitu 7 siswa atau sekitar 17,1%, dan siswa dengan kategori rendah yaitu 5 siswa dengan presentase sekitar 12,2%.

Pencapaian siswa pada indikator siswa mampu menemukan tujuan dan makna sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 30 siswa dengan presentase sekitar 73,2% dan siswa dengan kategori rendah yaitu 6 siswa dengan presentase 14,6%; pencapaian siswa pada indikator mampu mengapresiasi pengalaman yang telah didapatkan sebagian besar siswa berada pada kategori sedang yaitu 27 siswa dengan presentase 65,8% , siswa dengan kategori rendah yaitu 3 siswa dengan presentse 7,3%. Hal ini mengandung arti bahwa pencapaian siswa terhadap indikator siswa mampu menemukan tujuan dan makna dan mengapresiasi pengalaman yang telah didapatkan belum mencapai perkembangan yang optimal, oleh karena itu diperlukannnya pengembangan ke dua indikator tersebut dalam rangka meningkatkan resiliensi akademik siswa.

(11)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

Rumusan Program Hipotetik

Bimbingan Belajar Untuk

Mengembangkan Resiliensi Akademik Siswa Kelas Gramatica SMA Christus Sacerdos P. Siantar

Program hipotetik bimbingan belajar dimaksudkan untuk mengembangkan resiliensi siswa terhadap tuntutan akademik. Program bimbingan belajar ini disusun berdasarkan hasil penelitian resiliensi akademik yang sudah dilaksanakan. Sistematika program hipotetik yang akan dibuat adalah sebagai berikut : a) dasar pemikiran, b) deskripsi analisis kebutuhan, c) visi dan misi program, d) tujuan program, e) sasaran program, f)alokasi waktu g) personel yang dilibatkan, h) mekanisme kerja antar personel, komponen program, g) rencana operasional, h) pengembangan tema, i) sarana dan prasarana, j) rencana evaluasi.

1. Gambaran Pencapaian Resiliensi Akademik Siswa Per-Aspek

Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan,didapatkan gambaran bahwa sebagian besar pencapaian aspek resiliensi akademik berada pada kategori sedang sampai dengan tinggi. Pencapaian siswa dengan kategori tinggi berada pada aspek pengaturan emosi yaitu 67,5%, optimisme 73,5%, efikasi diri 68,8%, analisis sebab akibat 68,8%, dan

membukan diri 74,9%. Pencapaian siswa dengan kategori sedang berada pada aspek pengendalian dorongan yaitu 61,9% dan empati 61,5%.

2. Gambaran Pencapaian Resiliensi Akademik Siswa Per-Indikator

Gambaran pencapaian siswa terhadap resiliensi akademik perindikatornya lebih variatif dari pada gambaran peraspek. Berikut dijelaskan gambaran pencapaian siswa terhadap resiliensi akademik perindikatornya. Dari empat belas indikator dalam penelitian ini,sebagian besar pencapaian indikator 12 berada pada kategori sedang,. Kedua belas indikator pada kategori sedang adalah tersebut adalah siswa menunjukan sikap fokus terhadap tuntutan akademik yaitu 53,6%, siswa menunjukan sikap tenang menghadapi tuntutan akademik yaitu 58,5%, siswa memiliki kesabaran yaitu 43,5%, siswa mampu mengelola diri yaitu 51,3%, siswa memiliki harapan yaitu 61%, siswa menunjukan kerja keras sebesar 56,1%, siswa memiliki komitmen 68,3%, proaktif 63,4%, siswa memiliki memiliki kemampuan mengidentifikasi masalah akademik yang muncul sebesar 63,5%, siswa mampu menganalisis kemampuan diri dalam menghadapi tuntutan akademik sebesar 63,5%, siswa

(12)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

mampu menemukan tujuan dan makna sebesar 73,2%, siswa mampu mengapresiasi pengalaman yang telah didapatkan sebesar 65,8%.

Dari empat belas indikator hanya satu indikator yang berada pada kategori rendah yaitu indikator siswa mampu mengenali emosi yang ditunjukan oleh teman dengan presentase 46,3%, dan satu indikator yang berada pada kategori tinggi yaitu siswa mampu merespon emosi yang ditunjukan oleh teman dengan tepat sebesar 48,8%. Dari penjelasan gambaran pencapaian resiliensi akademik siswa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa program yang akan dibuat adalah program yang menekankan pada fungsi bimbingan, yaitu merupakan fungsi bimbingan dalam mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh individu. Potensi dan kekuatan akademik yang dimaksud adalah resiliensi akademik dalam rangka memfasilitasi siswa mencapai perkembangan yang optimal dalam aspek akademik.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada

bagian terdahulu maka ada beberapa hal yang patut ditelaah sebagai bahan kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Secara umum kategori resiliensi akademik siswa Boarding School berada pada kategori sedang.

2. Aspek resiliensi paling tinggi yang dimiliki oleh siswa adalah membuka diri dan yang paling rendah adalah empati. Sedangkan pencapaian indikator yang paling tinggi yang dimiliki oleh siswa adalah siswa menemukan dan makna belajar dan pencapaian indikator paling rendah yaitu mengenali emosi yang ditunjukan oleh teman.

3. Program bimbingan belajar untuk mengembangkan resiliensi akademik siswa Boarding School merupakan program hipotetik yang berdasarkan need assessment efektif untuk mengembangkan resiliensi akademik Siswa

SARAN

Guru Bimbingan dan Konseling

Melakukan analisis kebutuhan (need assesmen) lebih mendalam sebagai landasan dalam mengembangkan dan melaksanakan program bimbingan belajar

(13)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

untuk mengembangkan resiliensi akademik siswa. Menggunakan program bimbingan belajar yang telah disusun berdasarkan analisis kebutuhan untuk mengembangkan resiliensi akademik siswa.

Peneliti Selanjutnya

Menggunakan metode yang lebih beragam dan menarik dalam memberikan layanan bimbingan belajar untuk mengembangkan resiliensi akademik sehingga persentase resiliensi akademik yang dicapai siswa lebih optimal.

Menggunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam. Sejauh ini, cukup sulit menemukan hasil-hasil penelitian yang khusus mengeneai resiliensi akademik. Dengan digunakan pendekatan dan metode penelitian yang lebih beragam dapat menambah referensi mengenai resiliensi akademik.

Mengadakan penelitian mengenai resilensi akadmeik pada subjek dengan diversity yang berbeda seperti anak jalanan dan pada sekolah dengan kategori ekonomi siswa menengah kebawah.

Menggunakan pendekatan dan teknik tertentu untuk mengintervensi siswa yang memiliki resiliensi akademik rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Atwater, E. & Duffy, K.G. 1997. Psychology For Living. USA: Prentice-Hall,Inc.

Bahri, Syaiful. 2002. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:PT Rineka Cipta.

Isaacson, B. 2002. Characteristics and Enhancement of Resiliency in Young People : A Research Paper (Pdf Versions. Retrieved March 15 2008 from the University of Winsconsin-Stout Tersedia :http://www.uwstout.ede/lib/thesis /2002/2002isaacsonb.pdf.(20 Februari 2013)

James S, Muro & Kottman Terry. 1981. Guidance and Counseling In The Elementary and Middle Schools & Practical Approach. Iowa: WmC Brown Communication, Inc. Muro, J.J Kottman. 1995. Guidance and

Counseling in Elementary and Middle school. A Practical Approach. Lowa: Wm.CBrown Communication, Inc.

Masten, A. S., Garmezy, N., Tellegen,A., Pellegrini, D. S., Larkin, K., & Larsen, A. 1988. Competence and stress school children: The moderating effects of individual and family qualities. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 29, 745-764.

Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama

(14)

Jurnal Psikologi Konseling Vol. 7 No.1, Desember 2015

Prayitno Amti dan Erman. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :PT Rineka Cipta

Reivich K & Shatte A 2002. The Reilience Factor : 7 Essential Skills For Overcoming Life’s Inevitable Obtacles USA. Broadways Books.

Rutter M. 1987. Psychosocial Resilience And Protective Mechanism :American Journal Of Ortopsychiatry, Vol 57. P.316-331. Retrieved February 15, 2006, From The American Psychology Association. Tersedia :www.Apa.Org/Journals/pro.Html (2 Februari 2013)

Sarwono, S. W. 2002. Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Schoon, Ingrid. 2006. Risk and Resilience Adaptations In Changing Times. New York: Cambridge University Press .

Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta

Sukardi. Dewa Ketut. 2000. Analisis Tes

Psikologi Dalam

Penyelenggaraan Bimbingan Belajar di Sekolah. Jakarta: Rineka

Waxman, Hersh. 2003. Review Of Research On Eucational Resilience. California : Center For Research On Education, Diversity & Excellency.

Willis, Sofiyan. 1992. Problema Remaja. Bandung: Angkasa

Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama

Yusuf, Syamsu. 2006. Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SLTP dan SLTA). Bandung: Pustaka Bani Qurasyi

Referensi

Dokumen terkait

The applications of teacher training include classroom activities and the activities in the application schools where student teachers have their teaching practice should bring

Hasil uji validitas skala iklim organisasi yang terdiri dari 45 item, diperoleh 20 item valid dengan koefisien korelasi antara 0,221 sampai 0,527, sehingga

Adapun untuk kasus pernikahan mbah kodok, setelah memperhatikan bahwa ada beberapa syarat rukun nikah yang tidak terpenuhi, maka pernikahan tersebut tentu saja

4.6 Rekapitulasi Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa Siklus I……… 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Menulis Pantun Siklus I Pertemuan 1……… 4.8 Ketuntasan Nilai

K ondisi seperti ini dapat diatasi dengan menerapkan inovasi pembelajaran yang dapat di gunakan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran bahasa Indonesia melalui

Postes dilakukan setelah perlakuan (treatment) diujicobakan pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2. Hasil- hasil tersebut akan diuji signifikansinya melalui uji

Buku T ematik T erpadu Kurikulum 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013. Buku T ematik T erpadu

The method of data collection is done with the interview focused and observational field to see the real conditions and survey agencies to obtain preliminary data regarding