• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PERSPEKTIF ABRAHAM HAROLD MASLOW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEORI BELAJAR HUMANISTIK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PERSPEKTIF ABRAHAM HAROLD MASLOW"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR PERSPEKTIF ABRAHAM HAROLD MASLOW

Anang Sholikhudin dan Uswatun Hasanah anangsholikhudin@yudharta.ac.id

Universitas Yudharta Pasuruan

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang teori belajar belajar humanistik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa Sekolah Dasar perspektif Abraham Maslow. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dipergunakan untuk bagaimana seorang guru harus menyikapi agar motivasi siswa meningkat.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berjenis kajian pustaka (Library Research), yaitu studi pemikiran Abraham H. Maslow tentang teori belajar humanistik dalam meningkatkan motivasi yang berpusat pada peserta didik (Student Centered).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi yaitu dengan cara mencari, memilih, menyajikan dan menganalisis data-data dari literatur atau sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik. Deskriptif yaitu menggambarkan sifat- sifat individu, keadaan, kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan suatu gejala dengan gejala lain dalam ruang lingkup sosial. Sedangkan analitik adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap objek yang diteliti dengan jalan memilah dan memilih antara suatu pengertian dengan pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan mengenai objek.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Teori Humanistik Abraham Maslow adalah teori yang mengemukakan lima tingkatan kebutuhan pokok manusia yang dijadikan pengertian kunci dalam memahami motivasi manusia. Maslow mengidentifikasi kebutuhan pokok atau kebutuhan

dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan

keselamatan, kebutuhan akan cinta, kebutuhan akan diri dan kebutuhan akan perwujudan diri, yang tersusun dalam sebuah hierarki yang terendah dan bersifat biologis sampai tingkat tertinggi dan mengarah pada kemajuan individu (2) Teori Belajar humanistik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa Sekolah Dasar Perspektif

(2)

humanistik, dengan menggunakan "komunikasi antar pribadi" yaitu berpusat pada peserta didik dengan memahami kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam suatu kehidupan. Seorang guru harus lebih responsif terhadap kebutuhan- kebutuhan yang dibutuhkan peserta didik dalam proses pendidikan. Perasaan gembira, tidak tertekan, nyaman adalah

hal yang dinginkan dalam proses pembelajaran, sehingga

meningkatnya keminatan peserta didik untuk belajar.

Kata Kunci: Teori Belajar Humanistik Abraham H. Maslow, Motivasi Belajar.

A. Pendahuluan

Menurut teori humanistik Abraham H. Maslow mengenai (Teori Kebutuhan) tingkat atau hierarki kebutuhan manusia yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku adalah: 1) Kebutuhan fisiologikal physiological needs); 2) Kebutuhan rasa aman (safety needs); 3) Kebutuhan akan kasih sayang (love needs); 4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs); 5) Aktualisasi diri (self actualization).1

Dalam teorinya tentang motivasi, Maslow mengemukakan ada lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan inilah kemudian dijadikan pengertian kunci dalam memahami motivasi manusia. Maslow mengidentifikasi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar manusia dalam sebuah hierarki yang terendah dan bersifat biologis sampai tingkat tertinggi dan mengarah pada kemajuan individu.2 Kebutuhan-kebutuhan itu tidak hanya bersifat fisiologis tetapi juga psikologis. Kebutuhan itu merupakan inti kodrat manusia yang tidak dapat dimatikan oleh kebudayaan, hanya ditindas, mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar atau tradisi yang keliru.3

Dalam realita yang ada pada saat ini, mengingat pentingnya belajar, guru selalu menginginkan dan menuntut agar siswa antusias dan sungguh-sungguh dalam pembelajaran, namun banyak terjadi guru hanya mengajar tanpa memperhatikan kondisi siswa, tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan siswa yang lebih pokok terlebih dahulu, yang mana kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat menunjang dia lebih termotivasi untuk belajar. Guru menuntut siswa untuk giat belajar, berprestasi dan rajin.

1

Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya. (Jakarta: PT Rineka Cipta). Hlm. 146. 2

Henry Clay Lindgren, Psychology In The Classroom, (Modern Asia Edition: Japan, 1972), hlm. 25.

3

Frank G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham, terjemahan oleh A. Supratiknya (Yogyakarta: Kanisius, 1987), hlm. 70.

(3)

Kemudian ketika siswa malas, nilainya rendah dan melakukan pelanggaran, guru seringkali memandang sebelah mata, guru tetap menuntut siswa untuk siswa sungguh-sungguh dalam belajar dan meningkatkan perstasinya. Namun bagaimana bisa keinginan dan harapan guru itu bisa terwujud ketika guru hanya menuntut siswa bersungguh-sungguh dan berprestasi dalam belajar, sedangkan guru tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan siswa yang dapat menunjang siswa untuk lebih termotivasi belajar, karena manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi terlebih dahulu untuk mencapai sesuatu. Hal ini sesuai dengan teori Abraham H. Maslow dengan teori hierarkinya yaitu bahwa manusia memiliki lima kebutuhan dasar.yang telah dijelaskan, dapat kita contohkan tentang kebutuahan hierarki tingkat pertama yaitu kebutuhan fisiologis. Dalam menunjang motivasi belajar siswa agar lebih meningkat, maka kebutuhan ini harus terpenuhi terlebih dahulu, contoh tentang makanan, ketika siswa sebelum masuk kelas merasa lapar, maka motivasi terbesar dia adalah makan, bukan belajar. Karena makan merupakan kebutuhan fisiologis yang berada dalam urutan terbawah, sedangkan belajar ternasuk kebutuhan yang ke lima yaitu aktualisasi diri, dimana dalam teori Abraham Maslow yang isinya apabila kebutuhan-kebutuhan pada suatu tahap tertentu terpenuhi maka kebutuhan-kebutuhan- kebutuhan lainnya yang lebih tinggi akan lebih kuat.4

Secara teoritis, teori hirarki kebutuhan Abraham H. Maslow, memiliki implikasi yang sangat sighnifikan dengan peningkatan motivasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan dalam teori kebutuhan Abraham H. Maslow, apabila semua hirarki kebutuhan bisa terpenuhi, maka siswa memiliki kehidupan yang seimbang. Ketika siswa memiliki keseimbangan hidup, maka akan munculah motivasi yang selanjutnya. Karena menurut maslow kebutuhan yang ada di bawah lebih penting atau didahulukan dari kebutuhan yang ada di atasnya.5

Dalam konsep hierarki kebutuhan yang diungkapkan Maslow beranggapan bahwa kebutuhan- kebutuhan di level rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi, lima kebutuhan yang membentuk hierarki ini adalah kebutuhan konatif (conative needs) yang berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan ini memiliki karakter mendorong atau memotivasi. Kebutuhan-kebutuhan ini, yang Maslow

4

Hamalik Oema, Psikologi Belajar dan Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset Bandung, 2009), hlm.176.

5

(4)

sering kali sebut sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar dapat dibentuk menjadi sebuah hierarki atau tangga atau dimana anak tangga menggambarkan kebutuhan yang lebih tinggi, tetapi buka merupakan kebutuhan untuk bertahan hidup (lihat Figur 10.1) kebutuhan-kebutuhan di level rendah mempunyai prapotensi atau kekuatan yang lebih besar dibandingkan kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi, dengan demikian, kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan di level lebih rendah ini harus terpenuhi atau cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di level lebih tinggi bisa aktif. Contohnya, seseorang yang termotivasi untuk mendapatkan penghargaan atau aktualisasi diri harus terlebih dahulu terpenuhi kebutuhan akan makanan dan keamanannya. Oleh karena itu, rasa lapar dan keamanan mempunyai prapotensi terhadap penghargaan maupun aktualisasi diri.

Maslow (1970) mengungkapkan kebutuhan-kebutuhan berikut ini: berdasarkan prapotensi dari masing-masing: fisiologis (physiological), keamanan (safety), cinta dan keberadaan (love and belongingness ), penghargaan (esteem), dan aktualisasi diri ( self actualization).

Dengan Teori Humanistik pada bagian konsep teori hirarki Abraham Maslow, peneliti akan berusaha memecahkan dan memberi solusi kepada siswa dalam menyikapi masalah motivasi belajar siswa di kelas yang saat ini menurun.

B. Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh peneliti, adapun teori belajar humanistik Abraham Maslow berdasarkan pada lima dasar tingkatan kebutuhan individu, yang menggunakan teori hierarki kebutuhan yaitu pertama adalah kebutuhan fisiologis, kedua kebutuhan akan keamanan, ketiga Kebutuhan Akan Cinta, Memiliki dan Kasih Sayang, keempat kebtuhan akan harga diri, dan yang terakhir adalah kebutuhan perwujudan diri, yang isinya apabila kebutuhan- kebutuhan pada suatu tahap tertentu terpenuhi maka kebutuhan-kebutuhan lainnya yang lebih tinggi akan lebih kuat.6 Adapun kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta,

(5)

pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Bagi masyarakat sejahtera jenis-jenis kebutuhan ini umumnya telah terpenuhi.

Ketika kebutuhan dasar ini terpuaskan, dengan segera kebutuhan-kebutuhan lain (yang lebih tinggi tingkatnya) akan muncul dan mendominasi perilaku manusia.7

Tak teragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan- kebutuhan ini.8 Bila kita analisis dalam kehidupan nyata, memang benar apabila kebutuhan fisiologis seseorang tidak terpenuhi, maka dia tidak akan bisa hidup normal dan akan terus termotivasi untuk memenuhinya. Seperti contoh ketika kita merasa lapar akan termotivasi untuk makan, kita tidak akan termotivasi untuk memperoleh penghargaan ataupun pujian. Yang kita fikirkan hanyalah bagaimana kita bisa makan. Maka selama kebutuhan ini belum terpenuhi maka motivasi utama kita yaitu bagaimana cara kita mendapatkan makanan.

Kejadian tersebut terjadi dalam realita pada proses pembelajaran, termasuk pada anak sekolah dasar, ketika dalam proses pembelajaran kebutuhan fisiologis seorang siswa belum terpenuhi, proses pembelajaran tersebut motivasi siswa untuk belajar sangatlah lemah atau bahkan tidak ada motivasi untuk belajar. Ketika sebelum pembelajaran di mulai, dia sudah merasa lapar dan tetap mengikuti pembelajaran tanpa makan terlebih dahulu, otomatis ketika proses pembelajaran dia akan termotivasi untuk makan, ketika dalam proses pembelajaran dia termotivasi untuk makan maka bagaimana bisa motivasi untuk belajarnya kuat, sedangkan kebutuhan dasarnya yaitu makan belum terpenuhi.

Dapat disimpulkan bahwa, kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang paling dasar dan bersifat mendesak, apabila kebutuhan

7

Frank G. Goble, Ibid. hlm. 71-72 8

J. Winardi, Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 14.

(6)

fisiologis saja belom terpenuhi, sulit untuk menggapai kebutuhan motivasi berikutnya, karena belum bisa menghilangkan motivasi untuk memenuhi kebutuhan dasar ini, sehingga motivasi paling dasar ini akan terus mendorong untuk terpenuhi. Siswa yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta, pertama- tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi siswa yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan.karena perlu diketahui bahwa kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan hirarki yang paling mendasar atau lapisan paling bawah dalam tatanan lapisan piramida lima hirarki tersebut yang mendasar ini.

Maka hendaklah seorang guru mampu membaca keadaan siswanya ketika beberapa siswa tidak begitu antusias mengikuti pembelajaran. Bisa jadi dikarenakan kebutuhan fisiologisnya belum terpenuhi. Jika demikian, guru harus berusaha memberi solusi atas pemasalahan tersebut. Ketika siswa tersebut sudah cukup makan, maka motivasi untuk dia makan akan hilang saat itu. Sehingga kebutuhan-kebutuhan lainnya yang lebih tinggi akan lebih kuat memotivasi.

2. Kebutuhan akan Keamanan (Need for Self Actualization)

Sesuai dengan teori hirarki abraham maslow, apabila kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan naik tingkatan pada lapisan kedua yang memotivasi lebih kuat, selanjutnya yaitu kebutuhan akan rasa aman, yang termasuk di dalamnya adalah keamanan fisik, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, dan kebebasan dari kekuatan-kekuatan yang mengancam, seperti perang, terorisme, rasa takut, kecemasan, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Kebutuhan akan hukum, ketentraman, dan juga keteraturan merupakan bagian dari kebutuhan akan keamanan.

Anak-anak akan termotivasi pada kebutuhan rasa aman ini setelah kebutuhan fisiologisnya terpenuhi. Ketika kita analisis dalam kehidupan saat ini, contoh dalam suatu permasalahan yang terjadi ada seorang siswa yang mempunyai permasalahan di sekolahnya, dia mendapat tekanan dari temannya, temannya selalu menarget uang kepadanya, jika dia tidak memberi uang maka diancam akan dipermalukan di depan umum, namun dia tidak bisa selalu memberi temannya itu uang, karena dia juga membutuhkan uang itu untuk jajannya di sekolah, dia selalu menghindar dan sembunyi dari temannya tersebut agar tidak ditarget uang dan dipermalukan. Di dalam kelaspun dia erasa tidak tenang, karena dia selalu kepikiran tentang masalah ini, dia merasa tidak aman satu

(7)

sekolah dengan teman yang suka menargetnya itu

Berbeda dengan orang dewasa dalam masyarakat telah diajarkan bagaimana cara menahannya. Jadi sekalipun orang dewasa

merasa keselamatannya terancam, mereka tidak akan memperlihatkannya ke luar. Sedangkan pada rana sekolah dasar, siswa bereaksi secara total karena seolah- olah mereka dalam bahaya, ketika kebutuhan akan keselamatan ini belum terpenuhi, dia nampak sedih, murung atau tidak bersemangat, tidak ada yang lebih dia inginkan selain bebas dari ketakutan yang dia rasakan, sehingga kebutuhan-kebutuhan lainya lemah untuk memotivasi, karena kebutuhan ini lebih kuat memotivasi untuk segera terpenuhi.

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan akan keselamatan ini merupakan kebutuhan yang juga sangat penting dipenuhi, diri akan menuntut untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Siswa yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan, yang lebih dia harapkan adalah bagaimana dia bisa merasa tenang bebas dari takut, gelisah, terkekang dari ancaman.

Dalam hal ini guru juga harus bisa membaca keadaan siswa, mencari alasan dibalik kesalahanya, mampu memberi solusi dan membimbing siswa untuk mengatasi masalahnya. Tidak hanya melihat dari luar saja tentang kesalahan yang dilakukannya, tetapi memahami alasan dibalik kesalahan siswa tersebut.

3. Kebutuhan Akan Cinta, Memiliki dan Kasih Sayang (Need for Love and Belongingneslpus)

Kebutuhan ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun lawan jenis, di lingkungan keluarga maupun kelompok masyarakat.

Dalam kehidupan, setelah motivasi akan kebutuhan fosiologis dan kebutuhan rasa aman terpuaskan, maka naik pada kebutuhan selanjutnya yang memotivasi lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan rasa cinta dan memiliki. Setiap manusia membutuhkan akan cinta dan memiliki seperti ingin mempunyai teman, mendapat kehangatan dan kasih sayang dari keluarga, mempunyai pasangan, menjadi bagian dalam suatu kelompok, masyarakat dan negara.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri. Termasuk juga

(8)

keinginan untuk mendapatkan cinta dan rasa memiliki. Dalam realita yang ada, seorang siswa merasa gurunya tidak pernah memperhatikannya, hanya memperhatikan siswa-siswa yang pintar saja, dia merasa gurunya tidak menyukai dan tidak sayang padanya. Akhirnya setiap pelajaran tersebut siswa tersebut tidak berantusias untuk mengikuti pelajannya. Pada kondisi tersebut, yang lebih kuat dia inginkan adalah mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari guru tersebutm dia ingin agar gurunya menyayanginya seperti dia menyayangi teman-temannya yang lain. Kebutuhan ini menentukan kenyamanan saat belajar di kelas. Ketika kebutuhan ini belum terpenuhi. Maka dia akan merasa cemas dan akan terus termotivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika kebutuhan ini belom terpenuhi, maka siswa tidak bersemangat di dalam kelas dan ingin mengupayakan pemenuhan kebutuhan tersebut dan kebutuhan-kebutuhan lainya tidak akan kuat untuk memotivasi.

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa kebutuhan rasa cinta ini merupakan kebutuhan dasar yang juga perlu untuk segera terpenuhi, apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka kebutuhan ini akan terus mendorong seseorang untuk segera memenuhinya, sehingga kebutuhan-kebutuhan lain lemah untuk memotivasi, termasuk

belajar, bagaimana mungkin keinginan belajarnya kuat jika yang siswa pikirkan di dalam kelas yang lebih kuat adalah memperoleh kasih sayang yang sama dari seorang gurunya. Sebagai seorang guru juga harus mencoba memahami hal ini pada siswa, ketika ada siswa yang murung dan tidak semngat belajar. Maka guru perlu melakukan pendekatan dan memberi motivasi penyemangat dan memberi pengertian agar dia merasa tidak sendirian dan merasa didiskriminasi.

Ketika motivasi ini dapat terpuaskan dan bisa naik pada motivasi terhadap kebutuhan selanjutnya. Dan hilanglah motivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena sudah terpenuhi.

4. Kebutuhan Akan Harga Diri (Esteem Needs)

Setelah kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih sayang terpenuhi, kebutuhan mendasar berikutnya yang muncul adalah kebutuhan akan harga diri (need for self esteem). Kebutuhan ini meliputi dua hal, “for self respect or self esteem, and for the esteem of others” yaitu harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan. Penghargaan dari orang lain meliputi nama baik, prestise, gengsi, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta apresiasi.

(9)

Bila dianalisis setiap manusia membutuhkan akan harga diri, contoh dalam pembelajaran ketika kebutuhan akan harga diri siswa terpuaskan maka akan maka akan timbul perasaan percaya diri, merasa berharga, merasa mampu dan merasa berguna. Sehingga akan memiliki semangat yang tinggi dalam pembelajaran dan memicu tindakan yang positif. Namun sebaliknya, ketika siswa itu merasa frustasi karena kebutuhan harga dirinya tidak terpuaskan maka akan tibul perasaan minder, tidak percaya diri, canggung, lemah, selalu bergantung, tidak mampu mengatasi tuntutan hidup dan merasa rendah diri ketika bergaul.

Maka seorang guru juga harus pandai-pandai memahami siswa yang seperti ini dan mencari solusi bagaimana cara supaya siswa tersebut bisa memiliki perasaan harga diri dan dihargai. Dengan mencoba memahami karakter siswa tersebut dan mengatasi permasalahan tersebut yang membuat siswa tidak percaya diri.

5. Kebutuhan Aktualisasi diri

Setelah empat kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang itu mampu mewujudkannya memakai (secara maksimal) senluruh bakat. Seseorang yang telah mencapai tahap aktualisasi diri atau orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan memiliki pribadi yang utuh, sehat, seimbang dan matang.

Aktualisasi diri ini adalah perkembangan individu yang paling tinggi, mengembangkan semua potensi yang ia miliki dan menjadi apa saja menurut kemampuannya.

Namun perlu digarisbawai bahwa aktualisasi diri itu tidak hanya berupa kreasi atau karya-karya berdasarkan bakat atau kemampuan khusus. Setiap orang bisa mengaktualisasikan dirinya, yakni dengan jalan melakukan yang terbaik atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing- masing. Ia termotivasi untukmenjadi dirinya sendiri tanpa pengaruh atau tendensi apapun. Namun bentuk aktualisasi berbeda pada setiap orang karena adanya perbedaan individual.

Bila dianalisis pada siswa sekolah dasar, aktualisasi ini memang dibutuhkan oleh siswa, ketikasiswa sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebelumnya maka kebutuhan aktualisasi inilah yang akan muncul untuk memotivasi siswa untuk memenuhinya, sperti yang telah dijelaskan dalam teori Abraham H. Maslow bahwa ketika seorang siswa mencapai motivasi aktualisasi diri ini maka dia akan mengaktualisasikan dirinya sengan jalan melakukan yang terbaiksesuai dengan bidangnya atau

(10)

profesinya, sedangkan saat ini profesinya adalah seorang pelajar maka dia akan belajar dengan sebaik-baiknya.

Dapat disimpulkan bahwa ketika keempat hierarki kebutuhan sudah terpenuhi, maka akan munculah kebutuhan yang paling tinggi ini yang akan mendorong siswa untuk mengaktualisasikan dirinya yakni menjadi siswa yang berkeinginan untuk menjadi yang terbaik sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan profesinya saat ini.

Ketika sudah sampai pada tahap kebutuhan tertinggi ini, maka terwujudlah harapan dari penelitian ini yaitu meningkatnya motivasi belajar pada siswa, karena keempat kebutuhan sebelum kebutuhan aktualisasi diri ini sudah terpenuhi, sehingga tidak mendorong siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut dan kebutuhan yang paling atas dalam hierarkikebutuhan yaitu aktualisasi dirilah yang akan mendorong paling kuat. C. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Teori

Belajar Humanistik Abraham H. MASLOW

Penggunaan teori ini dalam dunia pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajarnya. Lembaga sekolah dapat memenuhi kebutuhan siswa dengan menggunakan teori kebutuhan hierarki. Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, berikut ini saran untuk peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan teori hierarki kebutuhan Maslow yang dapat digunakan dalam memenuhi kebutuhan siswa :

1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang sangat mendasar dari beberapa tingkatan kebutuhan dasar manusia. Jadi ketika ingin mencapai tingkatan selanjutnya harus terlebih dahulu memenuhi atau memuaskan kebutuhan ini.

Sudah terlihat dalam realita yang ada bahwa kebutuhan ini sangatlah penting untuk segera dipenuhi, seperti suatu masalah yang telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya yaitu tentang makanan, ketika sebelum masuk kelas seorang siswa belum sarapan, dan akibatnya ketika di dalam kelas dia merasa lapar dan tidak fokus belajar, dalam benaknya tidak ada yang paling dia inginkan selain makan.

Fenomena tersebut, dapat digambarkan, bagaimana mana mungkin dia bisa termotivasi untuk belajar, sedangkan motivasi kebutuhan sebelumnya belum terpenuhi, selagi motivasi ini belum terpenuhi, maka dia akan termotivasi oleh Melihat makanan dengan terus berfikir dan berkeinginan bagaimana dia bisa segera memenuhinya.

(11)

Jika sudah seperti ini mana mungkin dia akan termotivasi untuk belajar sedangkan motivasi untuk dia makan yang merupakan kebutuhan dasar manusia pada tingkatan yang pertama yaitu kebutuhan fisiologis, hal ini mengacu pada penjelasan Abraham H. Maslow dalam teori hierarki manusia tentang kebutuhan fisiologis sebagai berikut:

“Tidak perlu diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat. Tegasnya ini berarti bahwa pada diri manusia yang selalu kurang dalam kehidupannya, kebutuhan fisiologislah dan bukan yang lain, yang merupakan motivasi terbesar. Seseorang yang kekurangan makanan, keamanan, kasih sayang, penghargaan besar kemungkinan akan lebih banyak membutuhkan makanan dari yang lainnya.” 9

Dalam teori tesebut dapat dipahami bahwa kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang sangat pokok dan yang paling kuat dari kebutuhan yang lain. Ketika di kelas kebutuhan fisiologis tersebut belum terpenuhi, maka sangat kecil kemungkianan untuk memunculkan motivasi pada jenjang yang lebih tinggi, ketika kebutuhan fisiologinya belum terpenuhi, maka sangatlah kecil keinginan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya yaitu keamanan, kasih sayang, penghargaan, ataupun perwujudan diri karena motivasi kebutuhan dasarnya masih mendesaknya untuk segera memenuhinya.

Melihat keadaaan seperti ini solusi dalam memenuhi kebutuhan fisiologis ini, lembaga sekolah dapat memberi himbauan kepada orang tua siswa untuk menekankan sarapan di rumah sebelum siswa brangkat sekolah, bisa juga mengadakan agenda sarapan bersama dengan membawa bekal dari rumah ke sekolah, kemudian menyediakan ruangan kelas yang bersih dan indah.

2. Kebutuhan akan Keselamatan (Need for Self Actualization)

Dalam proses belajar mengajar, perlu kita tahu bahwa kebutuhan akan rasa aman menampilkan diri dalam perilaku siswa yang mendambakan situasi menyenangkan, damai, tentram, tertib, dan di mana tidak terjadi hal-hal yang tak disangka-sangka, atau berbahaya.. Untuk dapat memotivasi siswa, seorang guru harus memahami apa yang menjadi kebutuhan siswanya. Bila yang mereka butuhkan adalah rasa aman dalam belajar, mereka akan termotivasi oleh tawaran keamanan.

Di sekolah dasar biasanya dijumpai adanya geng-geng yang

(12)

memberikan tekanan-tekanan kepada siswa di luar gengnya. Jika hal tersebut terjadi di dalam kelas, maka akan menimbulkan rasa tidak aman pada diri siswa. Siswa akan merasa ketakutan untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas jika para anggota geng menguasai kelas.

Dalam hal ini, jika masalah ini dibiarkan secara terus menerus, sangat dimungkinkan siswa tidak nyaman di kelas dan tujuan belajar siswa tidak dapat tercapai. Guru harus mampu bersikap tegas pada kasus seperti ini. Dominasi anggota geng di dalam kelas harus diambil alih sepenuhnya oleh guru. Seharusnya guru juga memberi peraturan-peraturan yang tegas untuk menjaga stabilitas kelas. Guru juga wajib menjamin keamanan seluruh siswa dari setiap gangguan yang mengancam, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Melihat dari fenomena yang ada, maka dirasa sangatlah penting untuk memperhatikan teori Abraham Maslow tentang kebutuhan rasa aman, berikut menurut maslow, berikut kebutuhan akan keselamatan:

“Apabila kebutuhan fisiologis relatif telah terpenuhi, maka akan muncul seperangkat kebutuhan baru, yang kurang lebih dapat kita kategorikan akan kebutuhan akan keselamatan (keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas; kekuatan pada pelindung, dan sebagainya”10

Dalam teori tersebut dijelaskan, ketika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka naik pada tingkatan kebutuhan selanjutnya yang lebih tinggi yang lebih kuat mendorong, yaitu kebutuhan akan keselamatan, maksudnya yaitu seseorang membutuhkan ketenangan, rasa aman, bebas dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar dalam diri manusia. Termasuk juga pada anak-anak, seprti yang kita fokuskan saat ini yaitu pada anak sekolah dasar. Seperti yang sudah dijelaskan dalam analisis pembahasan tentang kebutuhan akan keselamatan sebelumnya, ketika kebutuhan ini belum terpenuhi maka tidak ada yang lebih siswa inginkan selain memenuhi kebutuhan tersebut, di dalam kelas dia akan termotivasi untuk mencari rasa tenang dan aman, ketika kebutuhan ini mendorong lebih kuat, maka kebutuhan yang diatas tidak akan kuat mendorong, termasuk juga dengan motivasi belajar.

Solusinya yaitu dengan cara memenuhi kebutuhan akan keselamatan atau kebutuhan akan rasa aman tersebut, yaitu dapat dipenuhi,

(13)

melalui: membuat siswa merasa guru sebagai teman agar guru dan siswa memilikikedekatan emosional, sehingga guru mampu memahami kebutuhan siswa yang dapat mendorongnya lebih termotivasi untuk belajar, sikap guru yang menyenangkan, dan tidak semena-mena mengendalikan perilaku siswa di kelas, memberi ketegasan bagi siswa yang melanggar dengan cara yang halus.

3. Kebutuhan Akan Cinta, Memiliki dan Kasih Sayang (Need for Love and Belongingness)

Setiap individu menginginkan dirinya bergabung dengan kelompok tertentu. Tidak terkecuali dengan seorang siswa, dia juga ingin berasosiasi dengan siswa yang lain, diterima, berbagi, dan menerima sikap persahabatan dan afeksi. Walaupun banyak guru, memahami adanya kebutuhan tersebut, kadang mereka terlalu acuh dalam pengelolaan kelas terutama dalam hal kekeluargaan dan kebersamaan siswa di kelas. Padahal kemungkinan ada sebagian dari mereka yang sulit bergaul atau memulai pembicaraan dengan temannya yang lain karena tidak adanya kedekatan emosional. Mereka juga ingin mendapat perhatian sebagaimana teman-temannya yang lain sehingga rasa memiliki (sense of belonging) dapat muncul.Seharusnya siswa pada level kebutuhan ini diberikan perhatian supaya mampu berinteraksi dengan baik dan mempunyai rasa saling memiliki terhadap teman-temannya serta lingkungan sekelilingnya.

Seorang siswa membutukan cinta baik kasih sayang dan kehangatan dari keluarganya, diakui keberadaannya di kelas oleh teman-temannya dan juga dari gurunya. Kebutuhan ini juga menentukan kenyamanan saat belajar di kelas. Ketika kebutuhan ini belom terpenuhi. Maka dia akan merasa cemas dan akan terus termotivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketika kebutuhan ini belom terpenuhi, maka siswa tidak bersemangat di dalam kelas dan ingin mengupayakan pemenuhan kebutuhan tersebut. Sesuai dengan teori Abraham Maslow:

“Apabila kebutuhan fisiologis dan keselamatan cukup terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan rasa cinta, rasa kasih dan rasa memiliki, dan seluruh daur yang telah digambarkan diulang kembali sengan menempatkan hal-hal tersebut sebagai titik pusat yang baru. Maka kini orang akan sangat merasakan ketiadaan kawan, kekasih, isteri, atau anak. Ia haus akan hubungan yang penuh kasih dengan orang-orang pada umumnya, yakni, haus akan suatu tempat dalam kelompok atau keluarganya sehingga ia akan berikhtiar lebih keras lagi untuk mencapai tujuan ini. Ia akan berupaya mendapatkan tempat seperti itu

(14)

daripada yang lainnya di dunia ini, dan mungkin dengan melupakan bahwa, ketika ia lapar, ia pernah mencemoohkan cinta sebagai sesuatu yang tidak nyata, tidak perlu atau tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.”1172

Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa, seseorang juga membutuhkan akan cinta dan kasih sayang, ketika seseorang telah mencapai pada tahap ini, walaupun sebelumnya dia merasakan tidak membutuhkan cinta dan kasih sayang ataupun meremehkannya, namun ketika sampai pada tahap ini dia akan mesakan perihnya rasa kesepian, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan.

Dengan melihat teori tersebut jika dikaitkan dengan realita yang ada yang sudah dijelaskan, maka seorang guru ataupun lembaga sekolah untuk memberikan solusi agar kebutuhan tersebut bisa terpenuhi. Karena ketika kebutuhan ini belum terpenuhi, siswa sulit untuk mendapatkan kenyamanan ketika dia belajar, akan merasa minder dan canggung ketika tidak merasakan kasih sayang. Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui: a. Hubungan antara guru dan siswa :

Dalam hubungan antara guru dan siswa, hendaknya: bersikap perhatian dan peduli kepada siswa, sabar, adil, dan dapat menjadi pendengar yang baik bagi siswa; menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat, dan keputusan siswa.

b. Hubungan antara siswa dengan siswa

Dalam hubungan antara siswa dengan siswa dapat dilakukan dengan cara: membangun suasana kekeluargaan antara setiap siswa, bisa dengan mengadakan bermain sambil belajar di kelas, dan sering mrmbentuk tim kerja sama dalam menyelesaikan tugas guru. c. Kebutuhan Akan Harga Diri (Esteem Needs)

Kebutuhan siswa yang besar terhadap penghargaan sangat jarang sekali untuk dapat dipenuhi. Pemberian pujian terhadap hal-hal yang dianggap membanggakan baginya seringkali ditanggapi dengan biasa saja oleh guru. Memberi penghargaan ataupun pujian ini penting supaya siswa tidak malas untuk berkarya lagi. Dalam realita sering dijumpai banyak anak yang awalnya terlihat menonjol namun lama kelamaan mereka semakin malas. Mereka menjadi malas karena mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah sia-sia karena

(15)

tidak ada apresiasi atau pengakuan terhadap apa yang telah mereka lakukan. Maka dari itu, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang baik untuk memberikan pengakuan kepada prestasi siswa meskipun kecil. Hal ini bisa menjadi motivator yang kuat pada siswa.

Teori abraham maslow tentang Kebutuhan akan harga diri:

“Semua orang dalam masyarakat kita (dengan beberapa pengecualian yang patologis) mempunyai kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap, berdasar dan biasanya bermutu tinggi, akan rasa hormat diri, atau harga diri, dan penghargaan dari orang lain. Karenanya, kebutuhan-kebutuhan ini dapat diklasifikasikan dalam dua perangkat tambahan. Yakni pertama, keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri dalam menghadapi dunia serta kemerdekaan dan kebebasan. Kedua, kita memiliki apa yang disebut dengan hasrat akan nama baik atau gengsi, prestise (yang disebutkan sebagai penghormatan atau penghargaan dari orang lain), status, ketenaran, dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting, martabat, atau apresiasi. Kebutuhan-kebutuhan ini telah ditekankan secara relatif oleh Alfred Adler dan para pengikutnya, namun relatif telah telah diabaikan freud. Namun, kini apresiasi pentingnya hal-hal tersebut secara sentral makin meluas, baik dikalangan psikoanalis maupun dikalangan psikolog klinis.” 12

Dalam pembelajaran ketika kebutuhan akan harga diri siswa terpuaskan maka akan maka akan timbul perasaan percaya diri, merasa berharga, merasa mampu dan merasa berguna. Sehingga akan memiliki semangat yang tinggi dalam pembelajaran dan memicu tindakan yang positif. Namun sebaliknya, ketika siswa itu merasa frustasi karena kebutuhan harga dirinya tidak terpuaskan maka akan tibul perasaan minder, tidak percaya diri, canggung, lemah, selalu bergantung, tidak mampu mengatasi tuntutan hidup dan merasa rendah diri ketika bergaul. Solusi untuk memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan cara:

a. Mengembangkan harga diri siswa

Yaitu bisa dengan cara mengembangkan pengetahuan siswa berdasarkan dengan tingkat kemampuan berfikir siswa, telaten dalam memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya, melibatkan siswa dalam pembelajaran, dan menjaga nama baik

(16)

siswa di depan teman- temannya dengan tidak menegur kesalahannya di depan umum, namun ketika dia sendirian.

b. Penghargaan dari pihak lain

Memberikan pujian kepada siswa di depan teman-temannya tentang kelebihan yang dia miliki, memberiakan hadiah ketika bisa menjawab soal dari guru atau ketika mendapat nilai yang terbaik, dan melibatkan siswa ketika akan menentukan dan mengambil suatu keputusan.

c. Kebutuhan Aktualisasi diri

Seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan tentang aktualisasi sebelumnya bahwa aktualisasi diri ini adalah perkembangan individu yang paling tinggi, mengembangkan semua potensi yang ia miliki dan menjadi apa saja menurut kemampuannya, akan tetapi Abraham Maslow menggarisbawai bahwa aktualisasi diri itu tidak hanya berupa kreasi atau karya –karya berdasarkan bakat atau kemampuan khusus. Setiap orang bisa

mengaktualisasikan dirinya, yakni dengan jalan melakukan yang terbaik atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Ia termotivasi untukmenjadi dirinya sendiri tanpa pengaruh atau tendensi apapun. Namun bentuk aktualisasi berbeda pada setiap orang karena adanya perbedaan individual.

Bila pada level kebutuhan sebelumnya, siswa dimotivasi oleh kekurangan, siswa di level akhir ini dimotivasi oleh kebutuhannya untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan dan kapasitas-kapasitasnya secara penuh. Bahkan istilah motivasi kurang tepat lagi untuk diterapkan pada siswa yang berada di tahap aktualisasi diri. Mereka amat spontan, bersikap wajar, dan apa yang mereka lakukan adalah sekedar untuk mewujudkan diri mereka yang sebenarnya. Mereka sudah sangat paham dan sadar terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan. Tugas guru hanya tinggal memfasilitasi apa yang mereka butuhkan dalam pembelajaran.

Berikut teori abraham maslow tentang kebutuhan Aktualisasi Diri:

“Meskipun semua kebutuhan ini telah dipenuhi, kita masih sering merasa (kalau tidak selalu) bahwa perasaan tidak puas dan kegelisaan baru akan segera berkembang, kecuali orang itu melakukan apa yang, secara individual, sesuai baginya. Seorang musisi harus menciptakan musik, seorang pelukis harus melukis, seorang penyiar

(17)

harus bersyair, jika pada akhirnya dia harus senteram. Ia harus jujur terhadap sifatnya sendiri. Kebutuhan ini dapat kita sebut sebagi perwujudan diri.”13

Pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri dapat dilakukan dengan cara: memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik, memberikan kekebasan kepada siswa untuk

menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya, menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata, perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas metakognitif siswa, melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan kreatif.

Ketika siswa sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan hierarki tersebut, mulai dari kebutuhan fisiologis, keamanan, kasih sayang, dan harga diri terpenuhi, maka motivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut akan hilang pada saat itu, dan akan munculah motivasi pada tingkat kebutuhan hierarki yang paling tinggi yaitu kebutuhan perwujudan diri (aktualisasi diri), sehingga dia akan berkembang, akan melakukan apa yang seharusnya dia lakuan. Seorang musisi harus menciptakan musik, seoang pelukis harus melukis, seorang penyair harus bersyair. Pada hal tersebut kita bisa posisikan dia sebagai siswa, maka dia akan sadar akan apa yang harus seorang siswa lakukakan yaitu belajar. Dengan demikian, maka

akan terealisasikan peningkatan motivasi belajar pada siswa, karena perwujudan diri.

Solusi agar kebutuhan ini terpenuhi, maka yang harus dilakukan guru adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan yang terbaik bagiya, memberi kebebasan bagi siswa untuk menggali potensinya, mengaitkan suatu pelajaran dengan kehidupan nyata, selalu melibatkan siswa dalam pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa, ketika siswa sudah mencapai pada tahap kebutuhan aktualisasi diri ini, maka dia akan termotivasi untuk menjadi dirinya sendiri, mengembangkan potensinya dan melakukan apapun dengan sebaik- baiknya, jadi guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk menjadi yang terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

Goble, Frank G. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham, terjemahan oleh A. Supratiknya, Yogyakarta: Kanisius, 1987.

Hamalik Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset Bandung, 2009.

Koeswara, E. Teori-teori Kpribadian, Bandung: PT. Eresco, 1991.

Lindgren, Henry Clay, Psychology In The Classroom, Modern Asia Edition: Japan, 1972

P. Siagian, Sondang. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta. Winardi, J. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis faktor eksploratori tentang uji kecukupan sampel untuk instrumen kemampuan representasi matematika P1 dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Kedua nilai

UG20AGEO0094 ARIYAN KUMAR PADHAN GEN Male 74.5 Selected UG20AGEO0062 SACHIDANANDA BARIK GEN Male 72.83 Selected UG20AGEO0079 SWETA PARNA PADHEE GEN Female 71.67 Selected

In Prosiding Seminar Nasional Komunikasi Publik dan Dinamika Masyarakat Lokal Universitas Lampung (pp.. Lampung: UNILA

Hanya saja dengan menggunakan Raspberry Pi, monitoring dapat dilakukan dari jarak jauh tanpa memerlukan IP Publik, dan hanya akan merekam apabila terjadi

Dari uraian di atas hal menarik untuk dianalisis lebih lanjut yaitu melakukan peringkat dari indikator keberhasilan proyek yang dipengaruhi faktor internal site man- ager yang

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan anugerahNya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul

Penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan marketing mix dan syariah compliance menunjukan keterkaitan dalam mempengaruhi loyalitas dan keputusan pelanggan,

Hasil pene- litian menunjukkan bahwa untuk mendapatkan genotipe ja- gung toleran N rendah yang akurat di samping mempertim- bangkan hasil biji, juga mempertimbangkan