• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I.1 Latar belakang

Tahap pendidikan profesi dokter merupakan elemen penting dalam pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dalam lingkungan belajar yang otentik dan mendapatkan kesempatan untuk mempraktekkan ilmu dan teori yang telah mereka dapatkan sebelumnya. Kualitas proses pembelajaran pada tahap profesi akan berdampak pada kualitas kompetensi mereka pada saat menjadi dokter (Hays, 2006; Daelmans et al., 2004; Dornan et al., 2007).

Dari sudut pandang pendidikan, tahap pendidikan profesi atau rotasi klinik memiliki situasi belajar yang kompleks, dan merupakan sebuah lingkungan yang sejatinya ditujukan untuk perawatan pasien, bukan pembelajaran mahasiswa. Model pendidikan di klinik seringkali kurang tersusun dengan rapi untuk menjamin keberlangsungan pengalaman belajar . Selain itu, sebagian besar dokter yang bekerja tidak memiliki kualifikasi formal untuk mengajar dan tidak diberi instruksi tentang cara mengajar yang baik. Hal ini menyebabkan efektivitas pembelajaran di klinik sangat bervariasi (Hays, 2006; Dolmans et al., 2002). Daelmans et al. (2004) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran di klinik, antara lain supervisi, feedback,

(2)

turut berperan adalah jumlah kasus dan pasien, serta jumlah mahasiswa. (Daelmans et al., 2004). Selain itu, tingkat kepuasan mahasiswa terhadap proses pembelajaran klinik secara signifikan terkait dengan kualitas pengajaran (quality of teaching), baik dari supervisor maupun dari para residen (Xu et al., 1998).

Kesibukan para dokter spesialis (supervisor) untuk pelayanan klinik dan berbagai peran lainnya menyebabkan kurangnya waktu yang tersedia untuk memberikan pengajaran kepada para peserta didik mereka. Peran para supervisor ini seringkali diwakilkan kepada para residen, sehingga waktu kontak antara mahasiswa-residen melebihi waktu kontak mahasiswa-supervisor (Xu et al., 1998; Daelmans et al., 2004; Rubin dan Rarey, 2003). Selain itu, jumlah mahasiswa kedokteran pada beberapa tahun terakhir meningkat cukup tajam, sehingga terjadi ketidakseimbangan rasio jumlah pembimbing dan mahasiswa. Para residen seringkali diminta untuk membantu supervisor untuk mengisi kekurangan tempat tersebut agar proses belajar mengajar tetap berjalan (Dunne et al., 2011)

Kondisi di atas menyebabkan para residen memiliki tingkat interaksi yang cukup tinggi dengan mahasiswa kedokteran, terutama pada tahap pendidikan profesi. Diperkirakan sebanyak 25% dari seluruh aktivitas residen dihabiskan untuk supervisi, memberikan instruksi, dan mengevaluasi mahasiswa kedokteran dan residen junior. Tidak hanya masalah waktu, kualitas pembelajaran yang diberikan oleh residen kepada mahasiswa juga dihargai cukup tinggi oleh mahasiswa (Whittaker, 2006). Mahasiswa berpendapat bahwa 25-30% waktu dari pembelajaran mereka di klinik dipenuhi dengan kegiatan bersama residen (Busari et al., 2000).

(3)

Interaksi antara residen dan mahasiswa menawarkan sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan interaksi mahasiswa dan supervisor. Residen memberikan pengalaman belajar yang berbeda, lebih banyak bersifat praktis dan aplikatif dibandingkan supervisor. Interaksi positif antara mahasiswa dan residen mampu meningkatkan keterampilan klinik mahasiswa serta hasil akhir assessment mahasiswa di tahap profesi (Huynh et al., 2011).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Whittaker et al. (2006) menyebutkan bahwa mahasiswa memberikan nilai yang lebih tinggi untuk residen dibandingkan dengan supervisor dalam pembimbingan, dan tingkat kepuasan mahasiswa terhadap pembimbingan oleh residen berbanding lurus dengan nilai akhir clerkship serta preferensi mahasiswa terhadap program spesialisasi yang akan dipilih. Beberapa aspek pengajaran oleh residen yang secara signifikan berkontribusi terhadap tingkat kepuasan mahasiswa dalam menjalani tahap profesi adalah residen menghargai mahasiswa sebagai seorang calon dokter, menyediakan banyak kesempatan untuk belajar dan praktek, serta mampu menjadi role model yang baik (Xu et al.., 1998).

Kewajiban moral untuk mengajar yang dibebankan pada residen di setiap departemen merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, karena para residen sebagai seorang dokter umum dianggap sudah cukup kompeten untuk mengajar mahasiswa di bawahnya. Hays (2006) menguatkan pernyataan ini dengan menyatakan bahwa asumsi sebagian besar orang terhadap residen bahwa mereka akan menjadi kompeten mengajar mahasiswa bawahnya setelah melampaui periode tertentu tanpa secara khusus mendapatkan pelatihan pedagogic yang

(4)

terstruktur, namun hal ini merupakan mitos yang tidak memiliki landasan ilmiah. Para residen seringkali menjadi orang pertama yang ditemui oleh para mahasiswa dan pelayan kesehatan lain di lapangan, dan para residen juga sering mengajar ”on the run” bersamaan dengan melakukan tugas pelayanannya. Sayangnya para residen ini seringkali tidak secara formal diminta untuk terlibat dalam proses pengajaran, utamanya untuk mahasiswa kedokteran (Dunne et al.., 2011).

Ostapchuk et al.. (2010) menyebutkan bahwa di Amerika, Liaison Committee on Medical Education (LCME) dan Accrediation Council for Graduate Medical Education (ACGME) mensyaratkan bahwa institusi harus menyediakan berbagai sumber pembelajaran, seperti lokakarya dan materi tertulis untuk meningkatkan keterampilan residen untuk mengajar dan mengevaluasi (Ostapchuk et al..,2010). Bahkan secara ekspilist ACGME mengharuskan kompetensi paedogogi atau pengajaran sebagai kompetensi wajib bagi setiap residen yang harus dibuktikan dengan pengalaman training dan mengajar secara konkrit selama periode pendidikan residensinya (ACGME, 2007).

Lain halnya dengan di luar negeri, peran residen dalam proses belajar mengajar di tahap pendidikan klinik di Indonesia masih belum terdefinisikan dengan baik. Dalam Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis (KKI, 2006) tidak disebutkan adanya peran seorang residen sebagai pengajar. Dalam Buku Pedoman Akademik Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB, 2010) juga belum tercantum peran residen sebagai pembimbing di kepaniteraan klinik, sedangkan pada kenyataannya peran residen dalam pendidikan klinik cukup besar. Dalam Buku Pedoman PPDS (FKUB, 2009)

(5)

disebutkan butir “mahasiswa PPDS memiliki kewajiban mengajar”, namun tidak ada pengarahan lebih lanjut mengenai bagaimana PPDS atau residen harus memberikan pengajaran.

Fenomena pengajaran mahasiswa S1 oleh residen terjadi di hampir seluruh institusi pendidikan kedokteran, termasuk pada Tahap Kepaniteraan Klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB). Mahasiswa Pendidikan Dokter FKUB akan menjalani 15 (lima belas) laboratorium/departemen selama masa kepaniteraan klinik, dimana 11 (sebelas) diantaranya merupakan departemen yang memiliki Program Pendidikan Dokter Spesialis. Karakteristik hubungan mahasiswa-residen di masing-masing departemen sangat bervariasi, tergantung kebijakan di tiap departemen. Pada beberapa departemen seperti Ilmu Kesehatan Anak (IKA) dan Ilmu Penyakit Dalam (IPD) tertulis dalam panduan pendidikan mahasiswa dan residen mengenai pengajaran oleh residen. Di laboratrium/departemen lainnya sebagian besar masih belum mencantumkan kewajiban pengajaran oleh residen, sehingga proses pengajaran oleh residen masih banyak yang berlangsung secara informal (tentiran, tugas jaga bersama residen, stase ruangan atau poliklinik bersama residen).

Permasalahan terjadi ketika tidak ada panduan bagi mahasiswa, residen, maupun supervisor mengenai hak dan kewajiban residen sebagai tenaga pengajar. Posisi residen yang seringkali menjadi perwakilan supervisor untuk memberikan pembelajaran kepada mahasiswa menempatkan residen sebagai salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar di lingkungan klinik. Residen secara otomatis menjadi seorang pembimbing tanpa standar dan pedoman

(6)

terstruktur yang khusus ditujukan untuk pencapaian kompetensi mahasiswa profesi dokter dan dokter spesialis sendiri sehingga membuat kualifikasi residen menjadi sangat bervariasi dalam memberikan ilmu kepada mahasiswa. Hal ini ditengarai akan mempengaruhi kualitas pembelajaran yang didapat oleh mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti ingin menggali bagaimana persepsi mahasiswa dan residen sendiri mengenai perannya dalam pembelajaran di kepaniteraan klinik.

I.2 Perumusan masalah

1. Menurut mahasiswa dan residen, bagaimana peran residen sebagai pembimbing di kepaniteraan klinik (clerkship) Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya?

2. Apa saja masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran mahasiswa di lingkungan klinik berkaitan dengan peran residen sebagai pembimbing di kepaniteraan klinik?

3. Jika terdapat masalah, solusi apa yang bisa diusulkan untuk mengatasi masalah tersebut?

I.3 Tujuan penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui persepsi mahasiswa dan residen mengenai peran residen sebagai pembimbing klinik pada tahap pendidikan profesi dokter

(7)

I.3.2 Tujuan khusus

1. Membandingkan persepsi mahasiswa dan residen mengenai peran residen sebagai pembimbing pada tahap pendidikan profesi dokter (clerkship) Fakultas Kedokeran Universitas Brawijaya berdasarkan :

a. Laboratorium (Departemen)

b. Lama pendidikan residen (tahun residensi)

c. Preferensi mahasiswa dan residen terhadap pengajaran oleh residen 2. Mengetahui masalah apa saja yang terjadi dalam proses pembelajaran

mahasiswa di lingkungan klinik berkaitan dengan peran residen sebagai pembimbing di kepaniteraan klinik

3. Menemukan solusi atau saran untuk masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran mahasiswa di lingkungan klinik berkaitan dengan peran residen sebagai pembimbing di kepaniteraan klinik

I.4 Keaslian penelitian

Judul Penelitian Isi Penelitian Perbedaan

Medical students’ perception of themselves and resident as medical teacher

Bing-You RG, Sproul MS. 1992. Medical Teacher, vol.14, no.2/3

Membandingkan persepsi mahasiswa mengenai kemampuan mahasiswa residen sebagai pengajar; Residen berperan

signifikan dalam pendidikan klinik

Membandingkan persepsi mahasiswa dan persepsi residen mengenai peran residen sebagai pengajar

(8)

Residents’ perception of their role in teaching undergraduate students in the clinical setting. Busari JO, Scherpbier AJJA, Van Der Vleuten CPM. 2000. Medical Teacher, vol.22

Persepsi residen mengenai karakteristik seorang guru ideal dan keinginan mereka untuk mengajar

Membandingkan persepsi mahasiswa dan persepsi residen mengenai peran residen sebagai pengajar

I.5 Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat sarjana S2.

b. Mengetahui pola hubungan pembimbingan antara mahasiwa dan residen di FKUB, serta sejauh mana peran residen di dalam pendidikan mahasiswa khususnya pada tahap kepaniteraan klinik.

c. Mengetahui permasalahan apa saja yang terjadi terkait dengan peran residen sebagai pembimbing klinik, serta mencari solusi terhadap permasalahan tersebut.

(9)

2. Bagi Institusi

a. Sebagai salah satu data masukan, terutama untuk Medical Education Unit (MEU) FKUB mengenai proses belajar mengajar di Tahap Kepaniteraan Klinik.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi untuk peningkatan kualitas proses belajar mengajar di Tahap Kepaniteraan Klinik.

3. Bagi Residen

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan posisi residen secara formal dalam proses belajar mahasiswa di Tahap Kepaniteraan Klinik.

b. Menggali kebutuhan residen terkait dengan perannya sebagai pembimbing klinik

4. Bagi Mahasiswa

a. Menggali kebutuhan mahasiswa terkait dengan proses pembimbingan oleh para residen.

b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan rekomendasi intervensi apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembimbingan yang diterima mahasiswa.

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Pengadaan dapat diambildalam bentuk srlftcopy di Sekretariat ULP Kabupaten Muara Enim, dengan membawa CDRW kosong Demikian disampaikan untuk menjadi pethatian.

Nama Nama Field Tipe Size Keterangan.. Id Pelanggan Id Text 12

Maka melihat keadaan tersebut, perlu bagi Kafe Ritual untuk menjadikan media internet sebagai sarana penyebaran informasi dan promosi.. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka

Pada hari ini, senin tanggal dua puluh tiga bulan september tahun dua ribu tiga belas, Pokja Pengadaan Barang Unit Layanan Pengadaan pada Pemerintah Kabupaten Mandailing

Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan oleh Direktur/Pimpinan Perusahaan/Kepala Cabang atau dapat diwakilkan dengan membawa surat kuasa dari Direktur/Pimpinan

Adapun tujuan penulisan ini adalah merancang dan membangun website mengenai Kafe Ritual, agar informasi dan promosi mengenai kafe tersebut dapat disajikan

Pada hari ini Rabu tanggal Tiga bulan Agustus tahun Dua Ribu Enam Belas kami Pokja Pekerjaan Konstruksi Dana Alokasi Khusus (DAK) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Manggarai,

Pada tahap ini, terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data-data seputar Kafe Ritual, untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan mengenai apa saja yang