• Tidak ada hasil yang ditemukan

APPRAISAL ANALYSIS OF IRRIGATION SYSTEM MANAGEMENT BASED ON SUSTAINABLE DEVELOPMENT CONCEPT IN TILONG IRRIGATION AREA OF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APPRAISAL ANALYSIS OF IRRIGATION SYSTEM MANAGEMENT BASED ON SUSTAINABLE DEVELOPMENT CONCEPT IN TILONG IRRIGATION AREA OF"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1

APPRAISAL ANALYSIS OF IRRIGATION SYSTEM MANAGEMENT BASED ON

1

SUSTAINABLE DEVELOPMENT CONCEPT IN TILONG IRRIGATION AREA OF

2 KUPANG REGENCY. 3 4 ABSTRACT 5

The sustainable concept of irrigation system appraisal was based on Sustainable Development 6

Concept with 3 components/pillars, Social, Economy and Environment that the balancing of that 7

three values are that sustainable condition. According to Regulation issued by Ministry of Public 8

Works No.30/PRT/M/2007,the irrigation system comprises of Irrigation Infrastructure, Irrigation 9

Water, Irrigation Management Institution and Human Resources. This research combined the 10

concepts of sustainability and irrigation system management. According to research result, there 11

were 15 indicators of Tilong Irrigation System Sustainability based on the calculation method of 12

AHP. The research result for Sustainable Appraisal of Tilong Irrigation System was Sub DI VII in 13

the Sustainable condition, Sub DI V in the condition of Equitable, Sub DI II in the Sustain condition 14

of environment, Sub DI I in the Environment Sustain Condition, Sub DI III in the Social Sustain 15

Condition, Sub DI IV in the condition unsustain, Sub DI VI in the condition unsustain. 16

17

Keywords: Sustainable, Irrigation System, Multi Criteria Decision Making,Tilong .

18 19 PENDAHULUAN 20 Latar Belakang 21

Pengelolaan Sistem Irigasi dimaksudkan untuk mencapai keberlanjutan sistem irigasi. Sistem irigasi 22

meliputi prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan 23

sumber daya manusia1. Konsep Keberlanjutan didasarkan pada Konsep Pembangunan 24

Berkelanjutan dengan 3 tolok ukur yaitu Sosial, Ekonomi dan Lingkungan2. 25

(2)

2

Keberadaan Daerah Irigasi Tilong memiliki peranan penting dalam menunjang sektor pertanian di 1

Kabupaten Kupang. Daerah Irigasi Tilong merupakan satu-satunya sistem irigasi strategis yang 2

mengandalkan sumber air dari bendungan/waduk Tilong yang ada di Kabupaten Kupang. 3

Pengelolaan sistem irigasi Tilong masih belum berjalan optimal sehingga dapat berpengaruh 4

terhadap keberlanjutan fungsi dan pelayanan prasarana irigasi, produktivitas pertanian, pendapatan 5

petani dan perekonomian Kabupaten Kupang. Faktor-faktor yang menjadi penyebab antara lain 6

yaitu masih terbatasnya pengelolaan terhadap prasarana fisik, air irigasi, manajemen irigasi, 7

kelembagaan pengelolaan irigasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) serta pembinaan pemerintah 8

pada sistem irigasi di Daerah Irigasi Tilong. 9

Untuk menghindari ancaman ketidakberlanjutan sistem irigasi maka perlu adanya indikator 10

keberlanjutan sistem irigasi yang dapat dijadikan acuan atau dasar dalam menilai pengelolaan 11

sistem irigasi. Penilaian Pengelolaan Sistem Irigasi dilakukan untuk dapat mengetahui 12

Keberlanjutan Sistem Irigasi. 13

Maksud dan Tujuan

14

Maksud dari kajian ini adalah mengetahui Keberlanjutan Sistem Irigasi Tilong. Tujuan dari kajian 15

ini adalah mengetahui kondisi eksisting, menentukan indikator dan bobot indikator, menentukan 16

penilaian daerah irigasi dan menganalisa keberlanjutan sistem irigasi pada Daerah Irigasi Tilong di 17

Kabupaten Kupang. 18

Lingkup Kegiatan

19

Penelitian ini dilakukan di 7 Sub DI Tilong, mulai dari daerah hulu sampai daerah hilir. Obyek 20

penelitian ini adalah Sistem Irigasi pada DI Tilongdengan ruang lingkup penelitian dibatasi hanya pada 21

analisa kondisi eksisting, analisa penentuan indikator dan bobot indikator, analisa penilaian sistem 22

irigasi dan analisa keberlanjutan sistem irigasi. 23

Metodologi

24

Untuk mencapai tujuan kajian ini maka dilakukan pengumpulan data yang meliputi data sekunder 25

dan data primer. Pengumpulan data primer dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 26

(3)

3

Observasi/Pengamatan Langsung, Penyebaran kuesioner dan Wawancara. Pengumpulan data 1

sekunder dilakukan secara survei instansional dalam bentuk laporan-laporan atau kajian-kajian yang 2

terkait dengan topik penelitian. Data sekunder diperoleh melalui literatur dan diperoleh dari 3

instansi, badan ataupun lembaga-lembaga pemerintah terkait. 4

Analisa yang dilakukan meliputi 1). Analisa kondisi eksisting, dengan menggunakan metode analisa 5

deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi Sistem Irigasi DITilong yang terdiri dari 6

prasarana fisik, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan P3A dan SDM Pengelola ditingkat 7

jaringan utama (Tenaga Pengamat, Juru Pengairan, POB, PPA). 2). Analisa Penentuan Indikator 8

dan Bobot Indikator, digunakan untuk menentukan indikator Keberlanjutan Sistem Irigasi dan nilai 9

bobot masing-masing indikator. Setelah mengidentifikasi indikator berdasarkan komponen sistem 10

irigasi dan faktor-faktor yang berpengaruh pada masing-masing komponen sistem irigasi yang 11

diperoleh berdasarkan studi literatur maka setiap komponen sistem irigasi ditempatkan berdasarkan 12

aspek sosial, ekonomi dan lingkungan . (lihat Tabel 1). Setelah itu dilakukan uji statistik apabila 13

memenuhi maka indikator dilanjutkan untuk penyusunan model hierarki dengan metode Analytical 14

Hierarchy Process (AHP). Penentuan bobot Indikator menggunakan metode AHP dengan

15

membandingkan tingkat kepentingan tiap indikator. 3). Analisa Penilaian Sistem Irigasi, digunakan 16

untuk menentukan penilaian Sistem Irigasi ada Daerah Irigasi Tilong yang dilakukan dengan 17

menilai 7 Sub DI. Penilaian dilakukan oleh petani sebagai pengguna dengan Indeks Penilaian 18

Kinerja Sistem Irigasi yaitu 80 – 100 untuk Kinerja Sangat Baik, 70 – 79 untuk Kinerja Baik, 55 – 19

69 untuk Kinerja Kurang dan Perlu Perhatian, < 55 untuk Kinerja Jelek dan Perlu Perbaikan.1 20

Penilaian Sub DI dapat dirumuskan sebagai berikut: 21

(1)

(2)

(4)

4 (4) 1

dimana: N = Nilai Total 2 NS = Nilai Sosial 3 NE = Nilai Ekono mi 4 NL = Nilai Lingkungan 5

b = Bobot indeks indikator i,j,k 6 S = Nilai indikator i 7 E = Nilai indikator j 8 L = Nilai indikator k 9 p = Indikator Sosial 10 q = Indikator Ekonomi 11 r = Indikator Lingkungan 12 i = Indeks indikator p 13 j = Indeks indikator q 14 k = Indeks indikator r 15 16

4). Analisa Keberlanjutan Sistem Irigasi digunakan untuk menentukan keberlanjutan sistem 17

irigasi pada DI Tilong yang ditinjau dari nilai aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Keberlanjutan 18

diartikan nilai seimbang antara ketiga aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, dengan ketentuan: 19

Syarat, Keberlanjutan = N > 70 dan NS, NE, NL > 23 (5) 20

21

KONSEP PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI BERDASARKAN KONSEP

22

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

23 24

Konsep Pengelolaan Sistem Irigasi

25

Sistem irigasi meliputi: prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan

26

irigasi dan sumber daya manusia. Sistem Irigasi Bersifat Multifungsi, mempunyai berbagai fungsi 27

yang dapat memenuhi kebutuhan para pengguna air, mewujudkan sistem irigasi yang harmonis dan 28

berkelanjutan. Prasarana irigasi meliputi Jaringan Irigasi yang dimulai dari pengambilan air, yang 29

bisa berupa waduk, bendung, pompa atau pengambilan bebas sampai saluran dan bangunan 30

pembawa irigasi dan saluran dan bangunan pembuang irigasi. Manajemen irigasi atau 31

pengelolaan jaringan irigasi adalah kegiatan yang meliputi operasi, pemeliharaan, dan rehabilitasi

32

jaringan irigasi di daerah irigasi. Kelembagaan Pengelolaan Irigasi (Jaringan Tersier) adalah 33

(5)

5

Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), yaitu kelembagaan pengelolaan irigasi yang menjadi 1

wadah petani pemakai air dalam suatu daerah layanan/petak tersier atau desa yang dibentuk secara 2

demokratis oleh petani pemakai air termasuk lembaga lokal pengelola irigasi. Sumber Daya 3

Manusia (SDM) Pengelola di Tingkat Jaringan Utama adalah tenaga/petugas pelaksana yang

4

bertugas sebagai pengelola ditingkat jaringan utama. Misalnya juru pengairan, penjaga pintu air dan 5

pekarya. 6

Faktor- faktor yang berpengaruh dalam masing-masing komponen irigasi adalah 1). Prasarana 7

Irigasi dipengaruhi oleh Kondisi dan Fungsi Jaringan Irigasi3; 2). Air Irigasi dipengaruhi oleh 8

Ketersediaan Debit dan Kualitas Air Irigasi4; 3). Manajemen Irigasi dipengaruhi oleh Pembagian 9

Air, Rencana Tata Tanam, Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Produksi Pertanian, Iuran Operasi 10

Pemeliharaan (OP)3, Pendapatan Petani5, Pupuk/Obat Hama, alsintan6; 4). Kelembagaan P3A 11

(Jaringan Tersier) dipengaruhi oleh Kemampuan dalam Bidang Organisasi, Kemampuan dalam 12

Bidang Teknis Irigasi, Kemampuan dalam Bidang Usaha Tani7, Partisipasi P3A3, SDM Pengelola 13

di Tingkat Jaringan Utama dipengaruhi oleh ketersediaan tenaga pengamat, Juru Pengairan, Penjaga 14

Pintu Air (PPA), Petugas Operasi Bendung(POB)1. 15

Konsep Pembangunan Berkelanjutan

16

Definisi Pembangunan erkelanjutan adalah embangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat

17

ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. World 18

Summit on Sustainable Development (WSSD) yang memuat prinsip-prinsip pembangunan

19

berkelanjutan sebagai pendekatan baru berdasarkan pertimbangan keterkaitan dan saling 20

ketergantungan 3 pilar yaitu Pembangunan Ekonomi, Pembangunan Sosial dan Pembangunan 21

Lingkungan. 22

Ada 3 (tiga) tolok ukur sustainable development, yaitu 1). Tolok ukur ekonomi (economic 23

sustainability); 2). Tolok ukur lingkungan (environmental sustainability); 3). Tolok ukur sosial (social 24

sustainability). Secara diagramatis ke-tiga tolok ukur sustainable development dapat dilihat pada 25

Gambar 1 dan lebih jelas pada Tabel 2. Konsep Pembangunan Berkelanjutan mencakup :1. 26

(6)

6

Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu menghasilkan barang 1

dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya 2

ketidakseimbangan sektoral yang dapat merusak produksi pertanian dan industri; 2). Keberlanjutan 3

lingkungan: Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan harus mampu memelihara sumberdaya 4

yang stabil, menghindari eksploitasi sumberdaya alam dan fungsi penyerapan lingkungan; 3). 5

Keberlanjutan sosial: Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem yang mampu mencapai 6

kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan, pendidikan, gender, dan akuntabilitas 7

politik. Dengan demikian, tujuan pembangunan berkelanjutan pada dasarnya terletak pada adanya 8

harmonisasi antara tujuan ekonomi, tujuan ekologi dan tujuan sosial. Keseimbangan/harmonisasi 9

ketiga tujuan tersebut menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat. 10

11

DESKRIPSI WILAYAH STUDI

12

Daerah Irigasi (DI) Tilong

13

Daerah Irigasi Tilong memiliki luas wilayah layanan daerah irigasinya berkisar 1.484 Ha. Daerah 14

Irigasi ini terletak di Desa Oelnasi Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Daerah Irigasi 15

Tilong dapat ditempuh dari Kota Kupang menuju Bendungan Tilong dengan jarak tempuh + 19 km, 16

menuju Desa Oelnasi dengan jarak + 5 Km. Daerah Irigasi Tilong terbagi menjadi dua areal yaitu 17

Tilong Kanan seluas 1.251 Ha dan Tilong Kiri seluas 233 Ha. Adapun daerah layanan Irigasi 18

meliputi Sub DI I Fatukanutu, Sub DI II Manifu, Sub DI III Oelpuah, Sub DI IV Puluti, Sub DI V 19

Batu Oe, Sub DI VI Oefafi, Sub DI VII Noelbaki. Secara rinci luas daerah layanan irigasi pada 20

masing-masing sub DI dapat dilihat pada Tabel 3. 21

D.I. Tilong memiliki data teknis antara lain panjang DAS 36,47 km, luas genangan 154,97 Ha, 22

volume total waduk 19.07 juta m3, volume efektif waduk 17.31 juta m3, air baku 0.15 m3/det, 23

jaringan kanan 1.88 m3/det, jaringan kiri 0.35 m3/det, elevasi muka air normal +100.00 m, elevasi 24

muka air banjir (Q1000) +102.37 m, elevasi operasi minimum+82.00 m.10 25

(7)

7

Aset DI Tilong meliputi bangunan utama, saluran, bangunan bagi/sadap dan pelengkap dibangun

1

sejak tahun 1998 sampai 2001. Berdasarkan kondisi fisik aset diklasifikasikan meliputi kondisi 2

Baik, Rusak Ringan, Rusak Berat dan Rusak Total. Sedangkan kondisi fungsi aset diklasifikasikan 3

meliputi Berfungsi Baik, Kurang Sempurna, Buruk, Tidak Berfungsi. Kondisi fisik saluran dengan 4

total panjang 23.089,74 mmeliputi kondisi baik 11.673,14 m, rusak ringan 10.800,5 m, rusak 5

sedang 616 m berfungsi 10.957,24 m dan tidak berfungsi 12.132,5 m. Untuk kondisi fisik bangunan 6

dengan jumlah aset 119 buah, kondisi baik 90 buah, rusak ringan 13 buah, rusak sedang 13 buah, 7

rusak berat 3 buah, berfungsi 49 buah dan tidak berfungsi 70 buah.11 8

Bendungan Tilong

9

Bendungan Tilong dibangun sejak tahun 1999 dan selesai pada Bulan Desember 2001. Maksud 10

pembangunan Bendungan Tilong adalah membendung air Sungai Tilong pada musim hujan sebesar 11

+ 17,31 juta m3 (tampungan efektif) dan memanfaatkannya untuk mengairi sawah seluas 1.484 Ha 12

dan suplesi air bersih Kota Kupang sebesar 150 ltr/det. 13

Satgas Operasi dan Pemeliharaan (OP) Tilong

14

Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur No. 218/KEP/HK/2001 tanggal 26 Desember 2001 15

tentang Pelaksanaan Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Pengelolaan Bendungan Tilong dan SK 16

No.224/KEP/HK/2001 tanggal 28 Desember 2001 tentang Tim Satuan Tugas (Satgas) Pengelolaan 17

Bendungan Tilong maka pengelolaan Bendungan Tilong, dibagi menjadi 3 divisi, yaitu : 1). Divisi

18

Bendungan, meliputi : Kepala Divisi, Pengamat Instrumen, Operator Pintu, Pengola Data; 2). Divisi 19

Jaringan Irigasi, meliputi : Kepala Divisi, Juru Pintu I/Fatukanutu, Juru Pintu II/Manifu, Juru Pintu 20

III/Oelpuah, Juru Pintu IV/Puluti, Juru Pintu V/Batu Oe; 3). Divisi Jaringan Air Bersih, meliputi : 21

Kepala Divisi, Kepala Sub Divisi lab, IPA & Jaringan Irigasi, Operator laboratorium, Operator IPA, 22

Operator Jaringan, Kepala Sub Divisi Stasiun Pompa & Mechanical/Electrical, Operator Stasiun 23

Pompa.12 24

Kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)

(8)

8

P3A yang ada di daerah Irigasi Tilong sebanyak 6 organisasi yaitu meliputi :1). Gabungan P3A 1

(GP3A) Tilong, dibentuk pada tanggal 18 September 2001 dan disahkan oleh Bupati Kupang 2

dengan SK No. 431/SKEP/HK/2002 memiliki jumlah anggota 724 orang. 2). P3A Tatuin Nai, 3

dibentuk pada tanggal 2 Mei 2002 dan disahkan oleh Bupati Kupang dengan SK No. 4

429/SKEP/HK/2002 memiliki jumlah anggota 100 orang. 3). Bik Bon, dibentuk pada tanggal 15 5

Juni 2002 dan disahkan oleh Bupati Kupang dengan SK No. 430/SKEP/HK/2002 memiliki jumlah 6

anggota 50 orang. 4). Sadar Bangun, dibentuk pada tanggal 13 November 2000 dan disahkan oleh 7

Bupati Kupang dengan SK No. 662/SKEP/HK/2000 memiliki jumlah anggota 184 orang. 5). 8

Nekmese Batu Oe, dibentuk pada tanggal 15 November 2000 dan disahkan oleh Bupati Kupang 9

dengan SK No. 668/SKEP/HK/2000 memiliki jumlah anggota 224 orang. 6). Rindu Sejahtera 10

dibentuk pada tanggal 22 November 2000 dan disahkan oleh Bupati Kupang dengan SK No. 11

665/SKEP/HK/2000 memiliki jumlah anggota 166 orang. 12

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

14

Analisa Kondisi Eksisting

15

Analisis Data Eksisting dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perkembangan eksisting yang 16

ditinjau dari 5 komponen sistem irigasi yaitu Prasarana Fisik, Air Irigasi, Manajemen Irigasi, 17

Kelembagaan P3A dan Pengelola di tingkat jaringan utama. Hasil analisa data eksisting pada 18

Prasarana Fisik kondisinya yaitu Kondisi Bangunan dalam kondisi baik sebesar 75,63 %, rusak 19

ringan 10,92 %, rusak sedang 10,92 % dan rusak berat 2,52%. Sedangkan Kondisi Bangunan yang 20

masih berfungsi sebesar 41,18% dan tidak berfungsi sebesar 58,82 %. Kondisi fisik saluran dengan 21

kondisi baik sebesar 50,56%, rusak ringan sebesar 46,78 % dan rusak sedang sebesar 2,67 %. 22

Sedangkan saluran yang masih berfungsi sebesar 47,46 % dan tidak berfungsi sebesar 52,544%. 23

Saluran primer dan saluran sekunder perlu perbaikan karena saluran tidak berfungsi > 50%. Untuk 24

Lebih jelasnya lihat Gambar 2. Untuk Air Irigasi kondisinya yaitu debit air irigasi aktual 566,76 25

lt/det dibagi untuk jaringan kiri 248,11 lt/det dan jaringan kanan 318,65 lt/det. Kondisi debit air 26

(9)

9

tidak mencukupi kebutuhan irigasi disebabkan oleh kehilangan disaluran induk dan sekunder antara 1

50% - 75% sehingga air tidak sampai pada lahan di daerah hilir. Pemberian air irigasi untuk DI 2

Tilong secara keseluruhan berasal dari Waduk Tilong, Bendung Dendeng, Bendung Tasipah dan 3

Bendung Batu Oe. Untuk Manajemen Irigasi kondisinya yaitu prosentase rata-rata realisasi tanam 4

DI Tilong adalah 33,91% karena masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan dan lahan yang 5

belum dicetak. Hal ini disebabkan oleh saluran yang tidak berfungsi, belum ada saluran tersier, 6

supply air irigasi yang tidak mencukupi dan ada permasalahan sosial (adat). Produktivitas tanam

7

padi tertinggi yaitu 5 ton/Ha sedangkan produktivitas tanam palawija tertinggi yaitu 3 ton/Ha. 8

Kendala yang dihadapi dalam usaha tani adalah ketersediaan debit air terbatas, kelangkaan pupuk 9

masih terbatasnya daya beli petani, sarana operasional/alsintan masih terbatas, banyak serangan 10

hama dimana petani masih belum mampu mengatasi, dan pemberdayaan belum optimal. 11

Pemeliharaan rutin, berkala dan darurat belum berjalan baik karena P3A kurang aktif dan 12

terbatasnya petugas juru. 13

Untuk kondisi kelembagaan P3A yang ada di DI Tilong yaitu terdapat 1 GP3A dengan kondisi 14

sedang berkembang dan 5 P3A dengan kondisi yaitu 1 P3A berkembang, 2 P3A sedang 15

berkembang, 2 P3A belum berkembang. Untuk Pengelola di tingkat jaringan utama kondisinya 16

yaitu terdapat 2 Tenaga Juru Pengairan yang merangkap Penjaga Pintu Air, masih membutuhkan 5 17

Tenaga Juru, 3 Petugas Operasi Bendung dan 7 Pekarya. 18

Analisa Penentuan Indikator dan Bobot Indikator

19

Untuk penentuan indikator, terlebih dahulu menentukan kriteria dan sub kriteria. Penentuan kriteria 20

dan sub kriteria didasarkan pada identifikasi komponen sistem irigasi sebagai aspek sosial, ekonomi 21

dan lingkungan serta telah dilakukan uji statistik (validitas, reliabilitas dan nilai rata-rata) apabila 22

hasilnya telah memenuhi maka indikator tersebut dapat digunakan pada tahap analisa selanjutnya. 23

Setelah menentukan kriteria dan sub kriteria dibuat model hierarki dengan level I yaitu Tujuan 24

Penelitian (Keberlanjutan Sistem Irigasi), level II yaitu Kriteria (Sosial, Ekonomi dan Lingkungan), 25

level III yaitu Sub Kriteria (15 Indikator Keberlanjutan Sistem Irigasi), level IV yaitu Alternatif (7 26

(10)

10

Sub DI) dapat dilihat pada Gambar 3. Hasil penentuan indikator dan bobot indikator Keberlanjutan 1

Sistem Irigasi Tilong adalah 15 indikator dengan urutan prioritas dan bobot indikator lihat Tabel 4. 2

Analisa Penilaian DI Tilong

3

Untuk penilaian DI Tilong dilakukan pada 7 Sub DI dengan sampel 268 responden petani sebagai 4

pengguna sistem irigasi. Penilaian dilakukan berdasarkan 15 indikator dengan menggunakan 5

persamaan 1, 2, 3 dan 4. Penilaian dilakukan untuk masing-masing indikator sehingga diperoleh 6

Nilai Sosial, Ekonomi dan Lingkungan pada setiap Sub DI. Berdasarkan hasil nilai total pada 7

penilaian dimasing-masing Sub DI maka dibuat urutan nilai dari nilai tertinggi sebagai urutan 8

pertama sampai nilai terendah sebagai urutan ketujuh. Setelah hasil penilaian diurutkan maka dapat 9

diketahui kondisi Sub DI yang terbaik sampai yang buruk/jelek dengan hasil penilaian lihat pada 10

Tabel 5.

11

Analisa Keberlanjutan Sistem Irigasi Tilong

12

Keberlanjutan Sistem Irigasi berdasarkan penilaian terhadap Aspek Sosial (S), Ekonomi (E), 13

Lingkungan (L) dengan syarat keberlanjutan sesuai dengan persamaan 5. Hasil analisa ketiga aspek 14

tersebut, apabila 1. Nilai S, E, L > 23.33 maka berada pada kondisi Berkelanjutan atau Sustainable, 15

2. Nilai S, E >

1. Berdasarkan kondisi eksisting DI Tilong, untuk prasarana irigasi kondisi fungsi saluran hanya 24

47.46% yang masuk kategori berfungsi dan 52.54% tidak berfungsi. Untuk Air Irigasi debit air 25

irigasi tidak mencukupi kebutuhan dan tidak sampai ke lahan di daerah hilir. Untuk 26

23.33 maka maka berada pada kondisi Equitable, 3. Nilai E, L > 23.33 maka maka 16

berada pada kondisi Viable, 3. Nilai S, L > 23.33 maka maka berada pada kondisi Bearable, 4. 17

Nilai S > 23.33 maka maka berada pada kondisi Berkelanjutan Sosial, 5. Nilai E > 23,33. maka 18

maka berada pada kondisi Berkelanjutan Ekonomi, 6. Nilai L > 23.33 maka maka berada pada 19

kondisi Berkelanjutan Lingkungan. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil analisa keberlanjutan 20

sistem irigasi pada DI Tilong lihat pada Gambar 4 dan Tabel 6. 21

KESIMPULAN DAN SARAN

22

Kesimpulan

(11)

11

Manajemen Irigasi kondisi realisasi tanam DI Tilong masih sangat rendah dengan prosentase 1

rata-rata yaitu 33.91 % dan masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan. Produktivitas tanam 2

Padi tertinggi yaitu 5 ton/Ha sedangkan produktivitas tanam Palawija tertinggi yaitu 3 ton/Ha. 3

Pemeliharaan Rutin, berkala dan darurat belum berjalan baik karena P3A kurang aktif dan 4

terbatasnya petugas. Untuk Kelembagaan P3A DI Tilong yaitu 1 GP3A dengan kondisi sedang 5

berkembang dan 5 P3A dengan kondisi 1 P3A berkembang, 2 P3A sedang berkembang, 2 P3A 6

belum berkembang. Untuk Pengelola di tingkat jaringan utama (SDM) terdapat 2 Tenaga Juru 7

Pengairan yang merangkap PPA, dan masih membutuhkan 5 Tenaga Juru, 3 POB dan 7 8

Pekarya. 9

2. Pengelolaan Sistem Irigasi Tilong memiliki 15 Indikator untuk menilai Keberlanjutan Sistem 10

Irigasi dengan urutan prioritas indikator adalah 1. Kondisi dan Fungsi Jaringan Irigasi yang 11

memiliki bobot tertinggi yaitu 0.125,2. Ketersediaan debit dengan bobot 0.120, 3. Kemampuan 12

organisasi dengan bobot 0.099, 4. Pembagian Air dengan bobot 0.091, 5. Partisipasi P3A 13

dengan bobot 0.086, 6. Kemampuan Teknis Irigasi dengan bobot 0.080, 7. Rencana Tata 14

Tanam dengan bobot 0.076, 8. Produksi Pertanian 0.061, 9. Pupuk/obat/alsintan dengan bobot 15

0.055, 10. Pemeliharaan Jaringan Irigasi dengan bobot 0.045, 11. Pendapatan Petani dengan 16

bobot 0.037, 12. Ketersediaan Tenaga Pengelola dengan bobot 0.037, 13. Kualitas Air Irigasi 17

dengan bobot 0.033, 14. Kemampuan Usaha Tani dengan bobot 0.032, 15. Iuran OP dengan 18

bobot terendah 0.023. 19

3. Penilaian Pengelolaan Sistem Irigasi Tilong berdasarkan 15 indikator diatas maka diperoleh 20

hasil penilaian yaitu Sub DI VII Noelbaki memiliki Kinerja Baik (Nilai 70 – 79) sedangkan 5 21

Sub DI yaitu Sub DI I Fatukanutu, II Manifu, III Oelpuah, IV Puluti dan V Batu Oe memiliki 22

Kinerja Kurang (Nilai 55 – 69) sehingga sangat membutuhkan perhatian. Sub DI V Oefafi 23

memiliki Kinerja Jelek (Nilai < 55) sehingga sangat membutuhkan perbaikan. 24

4. Keberlanjutan Sistem Irigasi berdasarkan Penilaian Pengelolaan Sistem Irigasi terhadap Aspek 25

Sosial, Ekonomi, Lingkungan maka Sub DI VII Noelbaki berada pada kondisi Berkelanjutan,

(12)

12

Sub DI V Batu Oe berada pada kondisi Equitable, Sub DI I Fatukanutu dan II Manifu berada 1

pada kondisi Berkelanjutan Lingkungan, Sub DI III Oelpuah. berada pada kondisi 2

Berkelanjutan Sosial. Sedangkan Sub DI IV Puluti dan VI Oefafi berada pada kondisi Tidak 3

Berkelanjutan. 4

Saran

5

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya/kajian lanjutan, yaitu : 6

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai strategi pengelolaan sistem irigasi pada DI. 7

Tilong sebagai tindak lanjut dari penilaian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, khususnya 8

pada sub DI yang berada pada kondisi tidak berkelanjutan. 9

2. Perlu dilakukan studi mengenai Pengelolaan Sistem Irigasi dengan metode OP Partisipatif yang 10

sesuai pada DI. Tilong untuk menunjang keberlanjutan sistem irigasi. 11

3. Perlu dilakukan studi mengenai Potensi air tanah DI. Tilong untuk alternatif sumur bor/air tanah 12

bagi lahan yang tidak terjangkau oleh air bendunganTilong 13

4. Perlu dilakukan studi mengenai jenis tanaman perkebunan atau tanaman lain yang 14

bernilaiekonomis tinggi serta penggunaan airnya sedikit sebagai alternatif optimalisasi lahan 15

yang tidak bisa dimanfaatkan. 16

17

DAFTAR PUSTAKA

18

1. Anonim, (2007), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.30/PRT/M/2007 tentang Pedoman 19

Pengembangan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif, Departemen Pekerjaaan Umum,

20

Jakarta. 21

2. United Nations Conference on Environment and Development (1992), WSSD Plan 22

Implementation Chapter 1, Rio de Jainero.

23

3. Subari, Sukrasno S, Pamungkas, T. (2006), Penentuan Penilaian Kinerja Jaringan Irigasi 24

Tersier, Jurnal Irigasi, Volume 1 No.2, Hal 31-44. 25

(13)

13

4. Vida, O.V (2004). Analisa Keberlanjutan Sistem Irigasi Pasca Penyerahan Kewenangan 1

Pengelolaan Irigasi di Kabupaten Tulang Bawang, Tesis Pascasarjana Jurusan Teknik

2

Sipil.,ITS, Surabaya. 3

5. Arif, Supadmo Sigit (2000). Keberlanjutan Sistem Irigasi dalam Pembangunan Jangka

4

Panjang Kedua. Yogyakarta.

5

6. Dermoredjo, Saktranu.,Noekman, Khairina.(2000), Analisis Penentuan Indikator Utama 6

Pembangunan Sektor Pertanian di Indonesia:Pendekatan analisis Komponen Utama.

7

7. Kusno, Wahyu (2005). Studi Kemampuan Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air 8

(P3A)dalam Pembiayaan O & P Jaringan Irigasi Pada Daerah Irigasi Ciherang, Tesis

9

Pascasarjana Jurusan Teknik Sipil, ITB, Bandung. 10

8. Wikipedia (2009), Sustainable Development, website http://www.google.co.id., 11

http://en.wikipedia.org/wiki/sustainable_developmet, Tanggal 19 Agustus 2009, Jam 11.17

12

wib. 13

9. Setiawan, B. (2000), Pengembangan Pertanian Perkotaan untuk Meningkatkan Produktivitas 14

Lingkungan Perkotaan dan Menuju Kota Yang Berkelanjutan, Manusia dan Lingkunga Hidup, 15

Vol.VII, No.2 Hal.3-19. 16

10. Balai Wilayah Sungai NT II, (2009). Portofolio/Informasi Bendungan Tilong, Kupang. 17

11. Spektra Adhya Prasarana, PT (2009), Laporan Identifikasi Kerusakan dan Desain Rehabilitasi 18

DI. Tilong, Kupang.

19

12. Siar Plan,PT (2003). Pedoman OP Tilong, Kupang. 20 21 22 23 24 25 26

(14)

14 13.

1

TABEL DAN GAMBAR

2

Tabel 1. Kriteria dan Sub kriteria Keberlanjutan Sistem Irigasi

3 K E B E RL ANJ UT AN S IS T E M IR IG A S I Kriteria Komponen

Sistem Irigasi Sub Kriteria

SOSIAL Kelembagaan P3A SDM (Pengelola di Jar.Utama) S1 S2 S3 S4 S5

Kemampuan di Bidang Organisasi Kemampuan di Bidang Teknis Irigasi Kemampuan di Bidang Usaha Tani Partisipasi P3A

Ketersediaan Tenaga Pengamat, Juru, PPA

EKONOMI Manajemen Irigasi

E1 E2 E3 E4 E5 E6 Pembagian Air Rencana Tata Tanam

Pemeliharaan Jaringan Irigasi Iuran OP

Produksi Pertanian Pendapatan Petani LINGKUNGAN Air irigasi

Kualitas Air L1 L2 L3 L4 Ketersediaan debit

Kondisi dan fungsi Jaringan Irigasi Kualitas Air Irigasi

Pupuk/Obat Hama, alsintan Sumber : Hasil Olahan

4 5 6

Tabel 2. Konsep Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development

7

No Uraian Definisi Tujuan

1. Keberlanjutan SOSIAL (Social)

Pembangunan yang mampu mencapai kesetaraan dalam penyediaan layanan sosial

Pemerataan, kemandirian Mengurangi kemiskinan

Equitable Mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat secara adil

Pemenuhan kebutuhan secara adil

2. Keberlanjutan EKONOMI (Economic)

Pembangunan yang menghasilkan barang dan jasa secara kontinu

Efisiensi dan pertumbuhan

Viable Memiliki kemampuan untuk

bertumbuh/ Berkembang

Peningkatan pendapatan

3. Keberlanjutan LINGKUNGAN (Environmental)

Mampu memelihara SDA yang stabil dan menghindari eksploitasi negatif

Konservasi SDA

Bearable Mampu bertahan Terpenuhinya kebutuhan dasar

Sumber : Setiawan, 2000 8 9 10 11 12 13

(15)

15 1

Tabel 3. Luas Daerah Layanan Irigasi Tilong

2

No Uraian Nama SUB DI Luas wilayah

1 Sub DI I Fatukanutu 233 Ha

2 Sub DI II Manifu 223 Ha

3 Sub DI VI Oelpuah 80 Ha

4 Sub DI III Puluti 282 Ha

5 Sub DI IV Batu Oe 220 Ha

6 Sub DI V Oefafi 161 Ha

7 Sub DI VII Noelbaki 285 Ha

Jumlah 1.484 Ha

Sumber : Balai Wilayah Sungai NT II, 2009. 3

4

Tabel 4. Urutan Prioritas Bobot Indikator

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Sumber : Hasil olahan

24 25 26 27 28 29 30

Kode Indikator Bobot Urutan

Prioritas L2 Kondisi dan Fungsi Jar.Irigasi 0,125 1

L1 Ketersediaan Debit 0,120 2

S1 Kemampuan Organisasi 0,099 3

E1 Pembagian Air 0,091 4

S4 Partisipasi P3A 0,086 5

S2 Kemampuan Teknis Irigasi 0,080 6

E2 Rencana Tata Tanam 0,076 7

E5 Produksi Pertanian 0,061 8

L4 Pupuk/Obat, Alsintan 0,055 9

E3 Pemeliharaan Jar.. Irigaasi 0,045 10

E6 Pendapatan Petani 0,037 11

S5 Ketersediaan Tenaga Pengelola 0,037 12 L3 Kualitas Air Irigasi 0,033 13 S3 Kemampuan Usaha Tani 0,032 14

(16)

16 1

Tabel 5. Rangking Nilai di DI. Tilong

2

No Sub DI

HASIL URUTAN

S E L NILAI

1 Sub DI VII. Noelbaki 23,74 23,68 23,96 71,37 I 2 Sub DI V. Batu Oe 23,46 23,36 20,34 67,15 II 3 Sub DI II. Manifu 21,18 20,55 24,06 65,79 III 4 Sub DI I. Fatukanutu 20,58 19,65 23,35 63,58 IV 5 Sub DI III. Oelpuah 23,37 20,27 19,66 63,31 V 6 Sub DI IV. Puluti 21,24 14,69 20,38 56,31 VI 7 Sub DI VI. Oefafi 19,83 5,48 9,87 35,18 VII Sumber : Hasil olahan

3 4

Tabel 6. Hasil Analisa Keberlanjutan Sistem Irigasi

5

No Sub DI H A S I L Keberlanjutan

S E L ∑

1 Sub DI VII. Noelbaki 23,74 23,68 23,96 71,37 Berkelanjutan 2 Sub DI V. Batu Oe 23,46 23,36 20,34 67,15 Equitable

3 Sub DI II. Manifu 21,18 20,55 24,06 65,79 Berkelanjutan Lingk. 4 Sub DI I. Fatukanutu 20,58 19,65 23,35 63,58 Berkelanjutan Lingk. 5 Sub DI III. Oelpuah 23,37 20,27 19,66 63,31 Berkelanjutan Sosial 6 Sub DI IV. Puluti 21,24 14,69 20,38 56,31 Tidak Berkelanjutan 7 Sub DI VI. Oefafi 19,83 5,48 9,87 35,18 Tidak Berkelanjutan Sumber : Hasil olahan

6 7 8 9 10 11 12 13 14 Keberlanjutan Ekonomi Keberlanjutan Lingkungan Kesejahteraan Manusia Keberlanjutan Sosial

(17)

17

Gambar 1. Konsep Pembangunan Berkelanjutan

1

Sumber : Wikipedia, 2009 2

3

Gambar 2. Prosentase Kondisi Fisik dan Fungsi Saluran pada DI Tilong

4

Sumber : Hasil Olahan 5

6

7 8

Gambar 3. Model Hirarki Keberlanjutan Sistem Irigasi

9

Sumber : Hasil Olahan 10 11 12 50,56 46,78 2,67

KONDISI FISIK SALURAN

JARINGAN IRIGASI TILONG

Baik Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat

47,46

52,54

KONDISI FUNGSI SALURAN JARINGAN IRIGASI TILONG

(18)

18 1

Gambar 4. Grafik Analisa Keberlanjutan Sistem Irigasi Daerah Irigasi Tilong

2

Sumber : Hasil olahan 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

NOELBAKI BATU OE MANIFU OELPUAH FATUKANU TU

PULUTI OEFAFI SOSIAL 23,74 23,46 21,18 23,37 20,58 21,24 19,83 EKONOMI 23,68 23,36 20,55 20,27 19,65 14,69 5,48 LINGKUNGAN 23,96 20,34 24,06 19,66 23,35 20,38 9,87

SOSIAL EKONOMI LINGKUNGAN Equitable Berkelanjutan Lingkungan Berkelanjutan Sosial Tidak Berkelanjutan Berkelanjutan Tidak Berkelanjutan Berkelanjutan Lingkungan

(19)

19 1 2 3 4 5 6 7

Halaman ini sengaja dikosongkan

8 9 10

Gambar

TABEL DAN GAMBAR 2
Gambar 2. Prosentase Kondisi Fisik dan Fungsi Saluran pada DI Tilong4
Gambar 4. Grafik Analisa Keberlanjutan Sistem Irigasi Daerah Irigasi Tilong 2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun saran diharapkan agar lansia RW 05 Desa Dayeuhkolot Kabupaten Bandung lebih memperhatikan lagi tentang pentingnya pengetahuan tentang hipertensi.. Kata Kunci

Menilai efektivitas kurikulum Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI periode Februari - Agustus 2001 dalam mengakomodasi kemampuan

[r]

Ketentuan Pasal 284 KUHP menurut Keputusan MK Nomor 46/PUU-XIV/2016 tidak dirubah, sehingga ketentuannya tetap yaitu kriteria pelaku zina hanya laki-laki atau perempuan

Makna kata intelegensi pada paragraf tersebut adalah …. Kalimat utama paragraf tersebut terd apat pada kalimat nomor …. Simpulan pendapat penulis yang sesuai dengan teks

Untuk mengetahui pengaruh kekuatan lentur dan daktilitas kurvatur penampang pilar jembatan, yang dihitung menggunakan dasar teori yang berbeda, terhadap daktilitas global

Luaran kegiatan program ini adalah kemampuan menangkap peluang Investor dan calon investor pada kegiatan kuliah umum pasar modal serta pengenalan pasar modal pada

Rincian tindakan itu menjelaskan (a) langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan, (b) kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh guru, (c) kegiatan yang