*)Makalah dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan, Yogyakarta, 25-26 Juli 2008. Buku 2, halaman 27 sd. 52.
ISBN : 978-979-19357-2-2.
Penyel
enggaraUrban and Regional Development Institute dan GTZ Good Local Government
1
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
STUDI KASUS
PENGEMBANGAN KAWASAN PRIMER GEDEBAGE
*)PENULIS
Ira Irawati1, Ida Bagus Rai Artha Sastha2 Staf Pengajar 1
Jurusan Teknik Planologi Institut Teknologi Nasional, Bandung ira_irawati @yahoo.com
Abstrak
Hak masyarakat dalam penataan ruang telah dilindungi oleh pemerintah dengan diterbitkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan diatur pelaksanaannya oleh Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Peran masyarakat dalam penataan ruang di rencana pengembangan Kawasan Primer Gedebage Kota Bandung, dapat menjadi cerminan atas bentuk peran serta masyarakat dalam 3 (tiga) tahap penataan ruang, yaitu perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Dengan menggunakan variabel yang diturunkan dari PP 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Serta Bentuk Dan Tata Cara Masyarakat Dalam Penataan Ruang, dan dilakukan penyebaran kuesioner kepada responden diperoleh tingkatan partisipasi masyarakat baik dalam hal bentuk saat ini dan harapannya. Adapun tingkatan partisipasi yang digunakan adalah bersumber dari Arnstein (manipulasi, terapi, sampai dengan kontrol masyarakat) dan Nabeel Hamdi (none, indirect, sampai dengan full control). Kemudian bentuk dan harapan partisipasi tersebut dipetakan dalam diagram kartesius Kottler, di mana Kuadran 1 menunjukkan peran serta masyarakat yang tidak terlaksana namun harapan masyarakatnya tinggi, Kuadran 2 menunjukkan peran serta masyarakat yang terlaksana dan sesuai dengan harapan masyarakat, Kuadran 3 menunjukkan peran serta masyarakat yang tidak terlaksana dengan harapan yang rendah, Kuadran 4 menunjukkan peran serta masyarakat yang terlaksana dengan harapan yang rendah.
Keywords: bentuk dan harapan partisipasi, tingkat partisipasi, penataan ruang.
1 PENDAHULUAN
Penataan ruang sebagai proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang, sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, merupakan upaya mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan. Undang-undang tersebut mengatakan pula bahwa bahwa keberadaan ruang yang
terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang sehingga
diperlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif
. Pelaksanaanpenataan ruang itu
sendiri menghadapi beberapa kendala utama berikut ( Sjarifuddin Akil, 2002) :
1. Kebijakan Pemerintah yang belum sepenuhnya berorientasi kepada masyarakat, menyebabkan
masyarakat tidak terlibat langsung dalam pembangunan.
2.
Kurang terbukanya para pelaku pembangunan dalam menyelenggarakan proses penataan
ruang (gap feeling) yang menganggap masyarakat sekedar obyek pembangunan.
3.
Masih rendahnya upaya-upaya pemerintah dalam memberikan informasi tentang akuntabilitas
dari program penataan ruang yang diselenggarakan sehingga masyarakat merasa
pembangunan yang dilaksanakan tidak memperhatikan aspirasinya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, partisipasi masyarakat atau disebut juga sebagai peran masyarakat, menjadi suatu kebutuhan untuk mewujudkan penataan ruang dengan lebih baik. Hal ini diungkapkan
pua dalam PP 69 Tahun 1996, di mana dalam
proses penataan ruang; pelaksanaan hak dan kewajiban serta
bentuk dan tata cara peran serta masyarakat dalam penataan ruang perlu dilakukan dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab.
Proses penataan ruang sebagai bagian dari suatu sistem publik, seringkali menghadapi kepentingan
yang sangat beragam dan sistem nilai yang beragam pula. Oleh karenanya, satu sudut pandang atau
satu sistem nilai saja yang digunakan untuk menerjemahkan kepentingan publik tidak akan cukup
untuk menjawab persoalan publik yang berkembang, atas dasar tersebut maka sudut pandang
pemerintah saja dianggap tidak cukup untuk menerjemahkan proses pembangunan suatu negara di
mana masyarakat juga berada di dalamnya. Oleh karena itu, p
artisipasi masyarakat atau peran masyarakat sendiri, yangdiartikan sebagai berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan
sendiri di tengah masyarakat untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang.
(PP 69 tahun 1996) menjadi suatu keharusan.
Walaupun pengertian partisipasi masyarakat sudah menjadi kepentingan bersama (common interest),
akan tetapi dalam prakteknya masih terdapat pemahaman yang tidak sama, di mana partisipasi tersebut
dilihat dalam sudut pandang yang berseberangan antara pemerintah dan masyarakat. Paradigma
kemitraan pemerintah dan masyarakat yang secara sempit diartikan sebagai kemitraan pemerintah dan
swasta dalam pembangunan telah menjadi suatu faktor pendukung munculnya perencanaan partisipatif
dalam suatu perencanaan. Dalam perencanaan yang bersifat partisipatif, Perencanaan tidak akan
efektif, kecuali bila dilakukan dengan pengenalan, pemahaman, dan pemanfaatan struktur kekuatan
pemerintah dan non-pemerintah ( Branch, Melville, 1995 ). Oleh karena itu, hal yang utama dalam
memadukan unsur-unsur pemerintah dan non pemerintah ( swasta dan masyarakat ) adalah proses
pengenalan, pemahaman, dan pemanfaatan struktur diantara keduanya. Menenentukan komitmen,
identifikasi pelaku ( stake holders ), identifikasi kondisi partisipasi, dan identifikasi kapasitas pelaku
menjadi acuan untuk melangkah ke tahap berikutnya. Hal ini dilakukan karena masyarakat merupakan
stakeholder terbesar dalam penyusunan suatu produk rencana.
Upaya melibatkan masyarakat dalam perencanaan tata ruang guna mendukung pembangunan wilayah
tersebut tentunya dapat dilakukan dengan beberapa prinsip dasar sebagai berikut (Sjarifuddin
Akil,2002 ) :
1. Menempatkan masyarakat sebagai pelaku ( ujung tombak ) dalam upaya meningkatkan
pertumbuhan ekonomi ( termasuk dalam penataan ruang )
2. Memfasilitasi masyarakat agar menjadi ”pelaku” dalam proses perencanaan tata ruang (
Pemerintah sebagai fasilitator dan hormati hak masyarakat, serta kearifan lokal/ keberagaman
budayanya).
3. Mendorong agar stakeholder mampu bertindak secara transparan, akuntabel dan profesional
dalam proses penataan ruang ( terutama dalam perencanaan tata ruang )
4. Mendorong perkuatan kelembagaan yang mewadahi dari berbagai aspirasi dari berbagai
stakeholder.
Pengembangan Kawasan Gedebage merupakan salah satu kebijakan yang diambil oleh Pemerintah
Daerah Kota Bandung dengan tujuan untuk menyeimbangkan pembangunan Kota Bandung.
Pengembangan kawasan Timur Bandung ini tertuang dalam RTRW Kota Bandung 2004-2013 dan
ditindaklanjuti dengan diterbitkannya RDTRK Gedebage 2010. Kawasan Gedebage pada prinsipnya
dikembangkan untuk mengurangi beban aktivitas dan lalu lintas di pusat Kota Bandung dan Bandung
bagian barat yang sudah mencapai kapasitas maksimal. Pada tahap perencanaan, pemerintah Kota
Bandung telah melakukan sosialisasi mengenai perencanaan pengembangan kawasan Primer
Gedebage yang telah dihadiri oleh perwakilan masyarakat di sekitar kawasan perencanaan. Pada tahap
pemanfaatan dan pengendalian ruang yang telah dilaksanakan ( proyek normalisasi sungai Cinambo ),
telah dilakukan sosialisasi
terhadap masyarakat di sekitar kawasan proyek tersebut.*)Makalah dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan, Yogyakarta, 25-26 Juli 2008. Buku 2, halaman 27 sd. 52.
ISBN : 978-979-19357-2-2.
Penyel
enggaraUrban and Regional Development Institute dan GTZ Good Local Government
3
yang dilaksanakan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk serta harapan
masyarakat di sekitar Pengembangan Kawasan Primer Gedebage dalam peran serta mereka dalam
penataan ruang Kawasan Primer Gedebage.
2 ISI
2.1 Kawasan Primer Gedebage
Dalam rangka penataan dan pembangunan Kota Bandung, pengembangan Kawasan Timur Bandung
(Wilayah Gedebage) merupakan salah satu program strategis pembangunan kota. Berdasarkan RTRW
Kota Bandung dan RDRTK Gedebage Tahun 2003 kawasan ini ditujukan untuk lebih mendorong
perkembangan kota ke arah timur dan untuk mengurangi tekanan dan ketergantungan yang sangat
tinggi. Kawasan Primer Gedebage ini terdapat di sebagian Kecamatan Gedebage dengan luas 526 ha,
yang saat ini lahannya ± 316 ha dimiliki oleh swasta, ± 228 ha dimiliki oleh masyarakat Gedebage,
dengan ± 208 ha merupakan kawasan permukiman. Kawasan ini akan dikembangkan dengan
fasilitas-fasilitas berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa, Pusat Pelayanan Pendidikan, Pusat
Pelayanan Kesehatan, Pusat Pelayanan Perkantoran dan Fasilitas Umum, Pusat Pelayanan Industri dan
Pergudangan, Pusat Pelayanan Peribadatan, Pusat Pelayanan Perumahan, Pusat Pelayanan Rekreasi,
Olah Raga dan Ruang Terbuka Hijau, Pusat Pelayanan Transportasi. Gambaran kawasan dapat dilihat
pada gambar berikut.
2.2 Variabel Bentuk dan Harapan Peran Serta Masyarakat
Variabel-variabel bentuk dan harapan peran serta masyarakat yang digunakan diturunkan dari PP.69 Tahun 1996, tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang. Adapun tingkatan peran serta masyarakat yang seharusnya dicapai berdasarkan variabel-variabel tersebut ditetapkan berdasarkan tingkatan peran serta yang dikemukakan oleh
Arnstein dan Nabeel
Hamdi. Variabel dan tingkatannya dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
TABEL 1
VARIABEL BENTUK DAN HARAPAN PERAN SERTA MASYARAKAT SERTA TINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
Bentuk & Harapan Peran Serta Arnstein Nabeel Hamdi
Perencanaan Ruang :
P1 Masyarakat Gedebage memberikan informasi kepada pemerintah daerah mengenai status kepemilikan tanah yang menjadi objek perencanaan pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Pemberitahuan” ; Sekedar pemberitahuan searah
Tingkat ” Indirect”
; Informasi diperoleh melalui perantara
P2 Masyarakat Gedebage memberikan saran, pertimbangan atau pendapat secara lisan terkait dengan penyusunan rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P3 Masyarakat Gedebage memberikan saran, pertimbangan atau pendapat secara tertulis terkait dengan penyusunan rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Penentraman” ; Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan/ tidak terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P4 Masyarakat Gedebage memberikan tanggapannya secara lisan mengenai rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P5 Masyarakat Gedebage memberikan tanggapannya secara tertulis mengenai rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Penentraman” ; Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan/ tidak terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P6 Masyarakat Gedebage bersama-sama dengan Pemerintah dalam perumusan rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Pendelegasian Kekuasaan ”
; Masyarakat diberikan kekuasaan sebagian atau seluruh program
Tingkat ”Shared Control” ; Kedua pihak merupakan stakeholder/ keputusan dirumuskan bersama
P7 Masyarakat Gedebage memberikan bantuan dana terhadap rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Pemberitahuan” ; masyarakat hanya memberikan bantuan dana yang sifatnya searah
Tingkat ” Indirect”
; masyarakat berpartisipasi secara tidak langsung, hanya memberikan bantuan dana saja Pemanfaatan Ruang :
P1 Masyarakat Gedebage memberikan bantuan pemikiran dan pertimbangan secara lisan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P2 Masyarakat Gedebage memberikan bantuan pemikiran dan pertimbangan secara tertulis dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Penentraman” ; Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan/ tidak terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P3 Masyarakat Gedebage terlibat sebagai salah satu pengembang kegiatan pembangunan pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Pendelegasian Kekuasaan ”
; Masyarakat diberikan kekuasaan sebagian atau seluruh program
Tingkat ”Shared Control” ; Kedua pihak merupakan stakeholder/ keputusan dirumuskan bersama
P4 Pembangunan pengembangan kawasan Gedebage dapat menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat Gedebage
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ masyarakat memperoleh keuntungan dari pembangunan
Tingkat ”Consultative”
; kekuatan keputusan masih di pihak luar, masyarkat hanya menjadi pekerja
P5 Masyarakat Gedebage memberikan usulan secara lisan dalam penentuan lokasi pada pemanfaatan ruang kawasan pengembangan Gedebage
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P6 Masyarakat Gedebage memberikan usulan secara tertulis dalam penentuan lokasi pada pemanfaatan ruang kawasan pengembangan Gedebage
Tingkat ”Penentraman” ; Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan/ tidak terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P7 Masyarakat Gedebage dapat memberikan bantuan secara teknik dalam pemanfaatan ruang kawasan pengembangan Gedebage
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P8 Masyarakat Gedebage menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian lingkungan di sekitar kawasan pemanfaatan ruang pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Pendelegasian Kekuasaan ”
; Masyarakat diberikan kekuasaan sebagian atau seluruh program
Tingkat ”Shared Control” ; Kedua pihak merupakan stakeholder/ keputusan dirumuskan bersama
*)Makalah dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan, Yogyakarta, 25-26 Juli 2008. Buku 2, halaman 27 sd. 52.
ISBN : 978-979-19357-2-2.
Penyel
enggaraUrban and Regional Development Institute dan GTZ Good Local Government
5 Pengendalian Ruang :
P1 Masyarakat Gedebage melakukan pengawasan secara langsung terhadap pemanfaatan ruang kawasan pengembangan Gedebage
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Komunitas hanya melakukan pengawasan satu arah
P2 Masyarakat Gedebage menerima laporan secara tertulis mengenai pemanfaatan ruang kawasan pengembangan Gedebage
Tingkat”Pemberitahuan” ; Masyarakat hanya menerima laporan mengenai pemanfaatan ruang
Tingkat ”Indirect”
; Komunitas hanya menerima laporan mengenai pemanfaatan ruang
P3 Masyarakat Gedebage memberikan bantuan pemikiran atau pertimbangan secara lisan untuk penertiban dalam kegiatan pemanfaatan ruang kawasan dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang kawasan pengembanga Gedebage
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P4 Masyarakat Gedebage memberikan bantuan pemikiran atau pertimbangan secara tertulis untuk penertiban dalam kegiatan pemanfaatan ruang kawasan dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang kawasan pengembanga Gedebage
Tingkat ”Penentraman” ; Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan/ tidak terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P5 Masyarakat Gedebage dapat mengajukan keberatan baik secara tertulis maupun lisan apabila terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang dari perencanaan yang telah ditetapkan
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative”
; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
Sumber : Hasil Analisis 2007
2.3 Metode
Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode pusposive sampling, dengan jumlah sample 33 ketua RW ( Rukun Warga ) di Kecamatan Gedebage dengan asumsi ketua RW memiliki informasi yang diperlukan yang merupakan kumpulan informasi dari seluruh RT yg dibawahinya dan memiliki sumber informasi untuk disebarkan ke tingkat RT. Adapun pengukuran pelaksanaan bentuk peran serta masyarakat dan harapan masyarakat Gedebage digunakan metode Diagaram Kartesius Kotler, baik pada tahap perencanaan, pemanfaatan, maupun pengendalian ruang. Data yang digunakan dalam analisis iniadalah data hasil transformasi data dari data kualitatif menjadi data kuantitatif dengan menggunakan Metode Succesive Interval , di mana pada saat diposisikan pada Diagram Kartisius Kotler dilakukan perhitungan nilai skor rata-rata dan kemudian dilakukan pembakuan data sehingga pembagian kuadran pada diagram kartesius terletak pada titik ( 0, 0 ). Perbandingan antara pelaksanaan dan harapan dilakukan dengan penempatan posisi kuadran data yang telah dianalisis dengan membandingkan alternatif jawaban responden dari pelaksanaan dan harapan masing-masing variabel. Secara lebih detil, gambaran metode pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut.
GAMBAR 1
METODOLOGI PENELITIAN PERAN SERTA MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
STUDI KASUS PENGEMBANGAN KAWASAN PRIMER GEDEBAGE
2.3 Hasil
A. Pelaksanaan dan Harapan Bentuk Peran Serta (BPS) Masyarakat pada Tahap Perencanaan Ruang Posisi antara pelaksanaan dan harapan bentuk peran serta masyarakat pada tahap perencanaan ruang dapat dilihat pada Gambar 2. Adapun tingkatan dari setiap bentuk dan harapan tersebut untuk setiap kuadran dapat dilihat pada Tabel 2.
Data hasil dari penyebaran kuesioner
Metode Transformasi Data/ Succesive Interval
Data Kualitatif menjadi data Kuantitatif ( interval )
Menentukan skor rata-rata Untuk pelaksanaan (X)
dan harapan ( Y )
Menentukan titik potong ( X, Y) pada titik ( 0,0 ) Pada diagram kartesius
kotler
Menempatkan koordinat variabel pada diagram Kartesius
Kotler Penyebaran Kuesioner Ke 33 RW, seluruh Kelurahan Di Kecamatan Gedebage Penentuang variabel pernyataan kuesioner berdasarkan PP.69 Thn.1996 Kuadran1 Kuadran 2 Kuadran 4 Kuadran 3 Kuadran 1 •Bentuk Peran Serta
Tidak Dilaksanakan • Harapan Masyarakat Tinggi
Kuadran 2 •Bentuk Peran Serta
Dilaksanakan
• Harapan Masyarakat Tinggi
Kuadran 3 •Bentuk Peran Serta Tidak Dilaksanakan • Harapan Masyarakat Rendah
Kuadran 4 •Bentuk Peran Serta
Dilaksanakan
• Harapan Masyarakat Rendah HARAPAN P E L A KS A N A A N
Data hasil dari penyebaran kuesioner
Metode Transformasi Data/ Succesive Interval
Data Kualitatif menjadi data Kuantitatif ( interval )
Menentukan skor rata-rata Untuk pelaksanaan (X)
dan harapan ( Y )
Menentukan titik potong ( X, Y) pada titik ( 0,0 ) Pada diagram kartesius
kotler
Menempatkan koordinat variabel pada diagram Kartesius
Kotler Penyebaran Kuesioner Ke 33 RW, seluruh Kelurahan Di Kecamatan Gedebage Penentuang variabel pernyataan kuesioner berdasarkan PP.69 Thn.1996 Kuadran1 Kuadran 2 Kuadran 4 Kuadran 3 Kuadran 1 •Bentuk Peran Serta
Tidak Dilaksanakan • Harapan Masyarakat Tinggi
Kuadran 2 •Bentuk Peran Serta
Dilaksanakan
• Harapan Masyarakat Tinggi
Kuadran 3 •Bentuk Peran Serta Tidak Dilaksanakan • Harapan Masyarakat Rendah
Kuadran 4 •Bentuk Peran Serta
Dilaksanakan
• Harapan Masyarakat Rendah Data hasil dari
penyebaran kuesioner
Metode Transformasi Data/ Succesive Interval
Data Kualitatif menjadi data Kuantitatif ( interval )
Menentukan skor rata-rata Untuk pelaksanaan (X)
dan harapan ( Y )
Menentukan titik potong ( X, Y) pada titik ( 0,0 ) Pada diagram kartesius
kotler
Menempatkan koordinat variabel pada diagram Kartesius
Kotler Penyebaran Kuesioner Ke 33 RW, seluruh Kelurahan Di Kecamatan Gedebage Penentuang variabel pernyataan kuesioner berdasarkan PP.69 Thn.1996 Kuadran1 Kuadran 2 Kuadran 4 Kuadran 3 Kuadran 1 •Bentuk Peran Serta
Tidak Dilaksanakan • Harapan Masyarakat Tinggi
Kuadran 2 •Bentuk Peran Serta
Dilaksanakan
• Harapan Masyarakat Tinggi
Kuadran 3 •Bentuk Peran Serta Tidak Dilaksanakan • Harapan Masyarakat Rendah
Kuadran 4 •Bentuk Peran Serta
Dilaksanakan
• Harapan Masyarakat Rendah Data hasil dari
penyebaran kuesioner
Metode Transformasi Data/ Succesive Interval
Data Kualitatif menjadi data Kuantitatif ( interval )
Menentukan skor rata-rata Untuk pelaksanaan (X)
dan harapan ( Y )
Menentukan titik potong ( X, Y) pada titik ( 0,0 ) Pada diagram kartesius
kotler
Menempatkan koordinat variabel pada diagram Kartesius
Kotler Data hasil dari penyebaran kuesioner
Metode Transformasi Data/ Succesive Interval
Data Kualitatif menjadi data Kuantitatif ( interval )
Menentukan skor rata-rata Untuk pelaksanaan (X)
dan harapan ( Y )
Menentukan titik potong ( X, Y) pada titik ( 0,0 ) Pada diagram kartesius
kotler
Menempatkan koordinat variabel pada diagram Kartesius
Kotler Penyebaran Kuesioner Ke 33 RW, seluruh Kelurahan Di Kecamatan Gedebage Penentuang variabel pernyataan kuesioner berdasarkan PP.69 Thn.1996 Kuadran1 Kuadran 2 Kuadran 4 Kuadran 3 Kuadran 1 •Bentuk Peran Serta
Tidak Dilaksanakan • Harapan Masyarakat Tinggi
Kuadran 2 •Bentuk Peran Serta
Dilaksanakan
• Harapan Masyarakat Tinggi
Kuadran 3 •Bentuk Peran Serta Tidak Dilaksanakan • Harapan Masyarakat Rendah
Kuadran 4 •Bentuk Peran Serta
Dilaksanakan
• Harapan Masyarakat Rendah HARAPAN P E L A KS A N A A N
*)Makalah dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan, Yogyakarta, 25-26 Juli 2008. Buku 2, halaman 27 sd. 52.
ISBN : 978-979-19357-2-2.
Penyel
enggaraUrban and Regional Development Institute dan GTZ Good Local Government
7
GAMBAR 2
PELAKSANAAN BENTUK DAN HARAPAN PERAN SERTA MASYARAKAT
DALAM TAHAPAN PERENCANAAN RUANG
B. Pelaksanaan dan Harapan Bentuk Peran Serta Masyarakat pada Tahap Pemanfaatan Ruang
Posisi antara pelaksanaan dan harapan bentuk peran serta masyarakat pada tahap pemanfaatan ruang dapat dilihat pada Gambar 3 Adapun tingkatan dari setiap bentuk dan harapan tersebut untuk setiap kuadran dapat dilihat pada Tabel 3.
GAMBAR 3
PELAKSANAAN BENTUK DAN HARAPAN PERAN SERTA MASYARAKAT
DALAM TAHAPAN PEMANFAATAN RUANG
Kuadran 1 Kuadran 3 Kuadran 2 Kuadran 4 p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 pelaksanaan ha ra pa n harapan pela ks a na a n Kuadran 1 BPS. Tidak Terlaksanakan Harapan Tinggi Kuadran 3 BPS. Tidak Terlaksanakan Harapan Rendah Kuadran 2 BPS. Terlaksanakan Harapan Tinggi Kuadran 4 BPS. Terlaksanakan Harapan Rendah p1 p2 p3p4 p5 p6 p7 p8 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 pelaksanaan ha ra pa n p1 p2 p3p4 p5 p6 p7 p8 -2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 pelaksanaan ha ra pa n Kuadran 1 BPS. Tidak Terlaksanakan Harapan Tinggi Kuadran 2 BPS. Terlaksanakan Harapan Tinggi Kuadran 4 BPS. Terlaksanakan Harapan Rendah Kuadran 3 BPS. Tidak Terlaksanakan Harapan Rendah
TABEL 2
TINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA TAHAP PERENCANAAN RUANG Diagram
Kartesius Kotler Bentuk Partisipasi Masyarakat
Tingkatan Partisipasi
Eksisting Berdasarkan Pelaksanaan BPS
Tingkatan Partisipasi Berdasarkan Harapan Masyarakat
Arnstein Nabeel Hamdi Arnstein Nabeel Hamdi
Kuadran 1 ( Bentuk Partisipasi Tidak
Dilaksanakan, Harapan Tinggi )
*P2. Masyarakat Gedebage memberikan saran, pertimbangan atau pendapat secara lisan terkait dengan penyusunan rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None”
; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative” ; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas *P3. Masyarakat Gedebage memberikan
saran, pertimbangan atau pendapat secara tertulis terkait dengan penyusunan rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None”
; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Tingkat ”Penentraman” ; Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan/ tidak terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative” ; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P5. Masyarakat Gedebage memberikan tanggapannya secara tertulis mengenai rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None”
; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Tingkat ”Penentraman” ; Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan/ tidak terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative” ; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas
P6. Masyarakat Gedebage bersama-sama dengan Pemerintah dalam perumusan rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None”
; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Tingkat ”Pendelegasian Kekuasaan ”
; Masyarakat diberikan kekuasaan sebagian atau seluruh program
Tingkat ”Shared Control”
; Kedua pihak merupakan stakeholder/ keputusan dirumuskan bersama Kuadran 2 ( Bentuk Peran Serta Terlaksanakan, Harapan Tinggi )
P1. Masyarakat Gedebage memberikan informasi kepada pemerintah daerah mengenai status kepemilikan tanah yang menjadi objek perencanaan pengembangan kawasan Gedebage Tingkat ”Pemberitahuan” ; Sekedar pemberitahuan searah Tingkat ” Indirect” ; Informasi diperoleh melalui perantara Tingkat ”Pemberitahuan” ; Sekedar pemberitahuan searah Tingkat ” Indirect” ; Informasi diperoleh melalui perantara
P4. Masyarakat Gedebage memberikan tanggapannya secara lisan mengenai
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik Tingkat ”Consultative” ; Pihak luar Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik Tingkat ”Consultative” ; Pihak luar
*)Makalah dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan, Yogyakarta, 25-26 Juli 2008. Buku 2, halaman 27 sd. 52.
ISBN : 978-979-19357-2-2. Penyel
enggaraUrban and Regional Development Institute dan GTZ Good Local Government
9 Diagram
Kartesius Kotler Bentuk Partisipasi Masyarakat
Tingkatan Partisipasi
Eksisting Berdasarkan Pelaksanaan BPS
Tingkatan Partisipasi Berdasarkan Harapan Masyarakat
Arnstein Nabeel Hamdi Arnstein Nabeel Hamdi
Kuadran 3 ( Bentuk Peran Serta Tidak Dilaksankan, Harapan Rendah )
P2. Masyarakat Gedebage memberikan saran, pertimbangan atau pendapat secara lisan terkait dengan penyusunan rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None”
; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None”
; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
P3. Masyarakat Gedebage memberikan saran, pertimbangan atau pendapat secara tertulis terkait dengan penyusunan rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None”
; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None”
; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
P7. Masyarakat Gedebage memberikan bantuan dana terhadap rencana pengembangan kawasan Gedebage
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None”
; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None”
; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek Kuadran 4 ( Bentuk Peran Serta Dilaksanakan, Harapan Rendah )
Tidak ada variabel bentuk peran serta yang terdapat pada kuadran 4
Keterangan :
TABEL 3
TINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA TAHAP PEMANFAATAN RUANG Diagram
Kartesius Kotler Bentuk Partisipasi Masyarakat
Tingkatan Partisipasi
Eksisting Berdasarkan Pelaksanaan BPS
Tingkatan Partisipasi Berdasarkan Harapan Masyarakat
Arnstein Nabeel Hamdi Arnstein Nabeel Hamdi
Kuadran 1 ( Bentuk Partisipasi Tidak
Dilaksanakan, Harapan Tinggi )
P1. Masyarakat Gedebage memberikan bantuan pemikiran dan pertimbangan secara lisan dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang pengembangan kawasan Gedebage Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah Tingkat ”Consultative” ; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas P2. Masyarakat Gedebage memberikan bantuan
pemikiran dan pertimbangan secara tertulis dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang pengembangan kawasan Gedebage Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek Tingkat ”Penentraman” ; Saran masyarakat diterima tetapi tidak selalu dilaksanakan/ tidak terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative” ; Pihak luar mengumpulkan informasi langsung dari komunitas Kuadran 2 ( Bentuk Peran Serta Terlaksanakan, Harapan Tinggi )
P3. Masyarakat Gedebage terlibat sebagai salah satu pengembang kegiatan pembangunan pengembangan kawasan Gedebage Tingkat ”Pendelegasian Kekuasaan ” ; Masyarakat diberikan kekuasaan sebagian atau seluruh program Tingkat ”Shared Control” ; Kedua pihak merupakan stakeholder/ keputusan dirumuskan bersama Tingkat ”Pendelegasian Kekuasaan ” ; Masyarakat diberikan kekuasaan sebagian atau seluruh program Tingkat ”Shared Control” ; Kedua pihak merupakan stakeholder/ keputusan dirumuskan bersama P4. Pembangunan pengembangan kawasan
Gedebage dapat menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat Gedebage Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ masyarakat memperoleh keuntungan dari Tingkat ”Consultative” ; kekuatan keputusan masih di pihak luar, masyarkat hanya Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ masyarakat memperoleh keuntungan dari Tingkat ”Consultative” ; kekuatan keputusan masih di pihak luar, masyarkat hanya
*)Makalah dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan, Yogyakarta, 25-26 Juli 2008. Buku 2, halaman 27 sd. 52.
ISBN : 978-979-19357-2-2. Penyel
enggaraUrban and Regional Development Institute dan GTZ Good Local Government
11 Diagram
Kartesius Kotler Bentuk Partisipasi Masyarakat
Tingkatan Partisipasi
Eksisting Berdasarkan Pelaksanaan BPS
Tingkatan Partisipasi Berdasarkan Harapan Masyarakat
Arnstein Nabeel Hamdi Arnstein Nabeel Hamdi
P8. Masyarakat Gedebage menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian lingkungan di sekitar kawasan pemanfaatan ruang pengembangan kawasan Gedebage Tingkat ”Pendelegasian Kekuasaan ” ; Masyarakat diberikan kekuasaan sebagian atau seluruh program Tingkat ”Shared Control” ; Kedua pihak merupakan stakeholder/ keputusan dirumuskan bersama Tingkat ”Pendelegasian Kekuasaan ” ; Masyarakat diberikan kekuasaan sebagian atau seluruh program Tingkat ”Shared Control” ; Kedua pihak merupakan stakeholder/ keputusan dirumuskan bersama Kuadran 3 ( Bentuk Peran Serta Tidak Dilaksankan, Harapan Rendah )
P5. Masyarakat Gedebage memberikan usulan secara lisan dalam penentuan lokasi pada pemanfaatan ruang kawasan pengembangan Gedebage Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
P6. Masyarakat Gedebage memberikan usulan secara tertulis dalam penentuan lokasi pada pemanfaatan ruang kawasan pengembangan Gedebage Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
P7. Masyarakat Gedebage dapat memberikan bantuan secara teknik dalam pemanfaatan ruang kawasan pengembangan Gedebage
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek Kuadran 4 ( Bentuk Peran Serta Dilaksanakan, Harapan Rendah )
Tidak ada variabel bentuk peran serta yang terdapat pada kuadran 4
C. Pelaksanaan dan Harapan Bentuk Peran Serta Masyarakat pada Tahap Pengendalian Ruang
Posisi antara pelaksanaan dan harapan bentuk peran serta masyarakat pada tahap pengendalian ruang dapat dilihat pada Gambar 4. Adapun tingkatan dari setiap bentuk dan harapan tersebut untuk setiap kuadran dapat dilihat pada Tabel 4.
GAMBAR 4
PELAKSANAAN BENTUK DAN HARAPAN PERAN SERTA MASYARAKAT
DALAM TAHAPAN PENGENDALIAN RUANG
3. KESIMPULAN
Secara umum harapan masyarakat Gedebage untuk turut berperan serta dalam pengembangan Kawasan Primer Gedebage lebih tinggi dari pada pelaksanaan bentuk peran serta yang telah dilaksanakan di ketiga tahapan penataan ruang, di mana pada :
Tahap Perencanaan Ruang
Masyarakat Gedebage hanya terlibat pada pemberian tanggapan mengenai rencana, sedangkan masyarakat Gedebage mempunyai harapan yang tinggi untuk dapat terlibat dalam penyusunan rencana dengan tingkatan ”Shared Control”. Harapan masyarakat yang tinggi mencirikan faktor ketersediaan masyarakat yang berarti apabila bentuk partisipasi tersebut dilaksankan maka masyarakat akan terlibat dengan sukarela dan kegiatan partisipasi dapat berjalan secara efektif ( Koentjoroningrat, 1974 ).
Pemanfaatan Ruang
Masyarakat Gedebage telah terlibat menjadi salah satu pengembang dan menjadi pekerja dalam kegiatan pemanfaatan ruang dan tingkatan partisipasi masyarakat pada tingkatan ”Shared Control”. Masyarakat di wilayah kawasan pengembangan primer Gedebage mempunyai harapan untuk dapat berperan serta dalam memberikan aspirasinya secara lisan maupun tertulis ( Consultative ). Hal ini terkait karena lokasi pemanfaatan ruang yang terletak pada wilayah mereka, sehingga masyarakat di wilayah tersebut
p1 p2 p3 p4 p5 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2 pelaksanaan h a ra p a n
pe
laks
anaan
harapan
Kuadran 1 BPS. Tidak Terlaksanakan Harapan Tinggi Kuadran 3 BPS. Tidak Terlaksanakan Harapan Rendah Kuadran 2 BPS. Terlaksanakan Harapan Tinggi Kuadran 4 BPS. Terlaksanakan Harapan Rendah *)Makalah dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan, Yogyakarta, 25-26 Juli 2008. Buku 2, halaman 27 sd. 52.
ISBN : 978-979-19357-2-2. Penyel
enggaraUrban and Regional Development Institute dan GTZ Good Local Government
13 TABEL 4
TINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA TAHAP PENGENDALIAN RUANG
Diagram
Kartesius Kotler Bentuk Partisipasi Masyarakat
Tingkatan Partisipasi
Eksisting Berdasarkan Pelaksanaan BPS
Tingkatan Partisipasi Berdasarkan Harapan Masyarakat
Arnstein Nabeel Hamdi Arnstein Nabeel Hamdi
Kuadran 1 ( Bentuk Partisipasi Tidak
Dilaksanakan, Harapan Tinggi )
P2. Masyarakat Gedebage menerima laporan secara tertulis mengenai pemanfaatan ruang kawasan pengembangan Gedebage
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Tingkat”Pemberitahu an” ; Masyarakat hanya menerima laporan mengenai pemanfaatan ruang Tingkat ”Indirect” ; Komunitas hanya menerima laporan mengenai pemanfaatan ruang Kuadran 2 ( Bentuk Peran Serta Terlaksanakan, Harapan Tinggi )
P1. Masyarakat Gedebage melakukan pengawasan secara langsung terhadap pemanfaatan ruang kawasan pengembangan Gedebage
Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah
Tingkat ”Consultative” ; Komunitas hanya melakukan pengawasan satu arah Tingkat ” Kemitraan” ; Timbal balik dinegosiasikan/ terjadi komunikasi dua arah Tingkat ”Consultative” ; Komunitas hanya melakukan pengawasan satu arah
P5. Masyarakat Gedebage dapat mengajukan keberatan baik secara tertulis maupun lisan apabila terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang dari perencanaan yang telah ditetapkan
Tingkat ”Pendelegasian Kekuasaan ”
; Masyarakat diberikan kekuasaan sebagian atau seluruh program Tingkat ”Shared Control” ; Kedua pihak merupakan stakeholder/ keputusan dirumuskan bersama Tingkat ”Pendelegasian Kekuasaan ” ; Masyarakat diberikan kekuasaan sebagian atau seluruh program Tingkat ”Shared Control” ; Kedua pihak merupakan stakeholder/ keputusan dirumuskan bersama Kuadran 3 ( Bentuk Peran Serta Tidak Dilaksankan, Harapan Rendah )
P3. Masyarakat Gedebage memberikan bantuan pemikiran atau pertimbangan secara lisan untuk penertiban dalam kegiatan pemanfaatan ruang kawasan dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang kawasan pengembanga Gedebage Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Diagram
Kartesius Kotler Bentuk Partisipasi Masyarakat
Tingkatan Partisipasi
Eksisting Berdasarkan Pelaksanaan BPS
Tingkatan Partisipasi Berdasarkan Harapan Masyarakat
Arnstein Nabeel Hamdi Arnstein Nabeel Hamdi
P4. Masyarakat Gedebage memberikan bantuan pemikiran atau pertimbangan secara tertulis untuk penertiban dalam kegiatan pemanfaatan ruang kawasan dan peningkatan kualitas pemanfaatan ruang kawasan pengembanga Gedebage Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek
Tingkat ”Manipulasi” ; Kekuasaan di pihak Pemerintah
Tingkat ”None” ; Pihak luar bertanggung jawab terhadap seluruh aspek Kuadran 4 ( Bentuk Peran Serta Dilaksanakan, Harapan Rendah )
Tidak ada variabel bentuk peran serta yang terdapat pada kuadran 4
*)Makalah dipublikasikan pada Prosiding Seminar Nasional Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan, Yogyakarta, 25-26 Juli 2008. Buku 2, halaman 27 sd. 52.
ISBN : 978-979-19357-2-2.
Penyel
enggaraUrban and Regional Development Institute dan GTZ Good Local Government
15 Pengendalian Ruang
Pada tahap ini masyarakat Gedebage telah dapat mengajukan keberatan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang ( Pendelegasian Kekuasaan ). Tetapi yang terjadi di lapangan masyarakat Gedebage hanya mengajukan keberatan apabila kegiatan pemanfaatan ruang telah dianggap mengusik lingkungan mereka, bukan keberatan mengenai penyimpangan dari rencana. Masyarakat Gedebage mempunyai harapan yang tiNggi untuk mendapatkan laporan mengenai kegiatan pemanfaatan ruang ( Consultative ) sehingga mereka dapat mengetahui mengenai kegiatan pemanfaatan ruang di lingkungan sekitar mereka. Ketidak terlibatan mereka dalam penyusunan rencana dan kurangnya informasi mengenai rencana mengakibatkan masyarakat Gedebage kurang mengetahui mengenai pemanfaatan ruang yang terjadi di lingkungan mereka.
Berdasarkan hasil kesimpulan tersebut perlu dilakukan upaya untuk mencapai kondisi partisipasi yang ideal atau dalam kuadran 2 seperti dapat dilihat pada gambar berikut.
GAMBAR 5
ALUR REKOMENDASI PELAKSANAAN BENTUK DAN PERAN SERTA MASYARAKAT
DALAM PENATAAN RUANG
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Akil, Ir. Sjarifuddin. 2002. Pelibatan Masyarakat dalam Penataan Ruang Untuk Membangun
Wilayah. Dialog Perencanaan Tata RuangBadan Koordinasi Nasional LTMI Himpunan
Mahasiswa Islam. Jakarta : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
[2]
Hikmat, Harry. 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung : Humaniora Utama
Press.
[3]
Hamdi, Nabeel and Reinhard Goethert; John Wiley & Sons. 1997. Action Planning for Cities
(A Guide to Community Practice)
[4]
Kasubdit Peran Masyarakat Direktorat Penataan Ruang Nasional. 2002. Pelibatan
Masyarakat dalam Penataan Ruang. Pelatihan Penyusunan Rencana Tata Ruang. Palembang
[5]
Midgley, James. 1986. Community Participation, Social Development and The State.
London : Methuen
[6]
Slamet. 1993. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Sebelas Maret University
Press
[7]
_______, 2003. Pedoman Pelibatan Masyarakat dan Swasta dalam Pemanfaatan Ruang
Perkotaan. Jakarta : Dirjen Penataan Ruang
Kuadran 1
Bentuk peran serta tidak terlaksana Harapan masyarakat tinggi
Terjadi gap antara tingkatan partisipasi variabel dengan harapan masyarakat
Kuadran 3
Bentuk peran serta tidak terlaksana Harapan masyarakat rendah
Tingkat partisipasi variabel telah sesuai dengan harapan masyarakat
Kuadran 4
Bentuk peran serta terlaksana Harapan masyarakat rendah
Terjadi gap antara tingkatan partisipasi variabel dengan harapan masyarakat Kuadran 2
Bentuk peran serta terlaksana Harapan masyarakat tinggi
Tingkat partisipasi variabel telah sesuai dengan harapan masyarakat