• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERJASAMA INDONESIA-SINGAPURA DALAM EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERJASAMA INDONESIA-SINGAPURA DALAM EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KERJASAMA INDONESIA-SINGAPURA DALAM

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN 2013-2018

Indonesia-Singapore Cooperation In The Import Export Of Agricultural Commodities 2013-2018 Sindi Sucita1, Muhammad Novan Prasetya2

1,2

Jurusan Hubungan Internasional Universitas Potensi Utama 1,2

Universitas Potensi Utama, K.L.Yos Sudarso KM 6,5 No.3A Tj.Mulia – Medan Email : 1sindisucita@gmailcom, 2muhnovanprasetya@gmailcom

ABSTRAK

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peluang dan tantangan hubungan kerjasama ekspor-impor komoditas pertanian Indonesia-Singapura dari tahun 2013-2018 dan juga impresi apa yang terjadi setelah kesepakatan dibentuknya Indonesia-Singapore Agribusiness Working Group (ISAWG). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik telaah pustaka. Data bersumber dari buku, jurnal, laporan tertulis, koran, majalah dan dokumen-dokumen lainnya yang kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengacu pada Model Pengembangan Kerjasama Indonesia-Singapura Dalam Bidang Pangan oleh Denada Faraswacyen L. Gaol dan Rusdiyanta (2017), sejak pembentukan ISAWG 2010, realisasi ISAWG tersebut dibagi tiga yaitu: (1) meningkatkan kinerja ekspor Indonesia dalam produk holtikultura. Upaya ini dilakukan dengan prioritas dan fokus pengembangan tiga provinsi sebagai sumber produk hortirkultura yang akan di ekspor ke Singapura yaitu Sumatera Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur. (2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas buah dan sayuran. Upaya ini dilakukan dengan melihat tiga pihak yaitu peneliti, petani dan pemerintah. Peneliti menciptakan teknologi untuk perbaikan mutu produk hortikultura, petani menerapkan teknologi tersebut dengan mendapatkan pelatihan/training, serta pendidikan formal bidang pertanian dan terakhir peran pemerintah memberikan bantuan dana, alat pertanian dan akses pemasaran ke pasar Singapura. (3) Memperkuat kerjasama antara eksportir Indonesia dan importir Singapura.

Kata Kunci: Kerjasama Indonesia-Singapura, Ekspor Impor, Komoditas Pertanian, ISAWG

ABSTRACT

This research aims to find out how the opportunities challenges of the Indonesia-Singapore agricultural commodity export-import cooperation relationship from 2013-2018 and also the impact of what happened after the agreement was formed by the Indonesia-Singapore Agribusiness Working Group (AWG). The research method used in this study is qualitative. Data collection techniques are done using library research techniques. Data sourced from books, journals, written reports, newspapers, magazines, and other documents are then processed and analyzed qualitatively. The results showed that referring to the Indonesia-Singapore Cooperation Development Model in the Field of Food by Denada Faraswacyen L. Gaol and Rusdiyanta (2017), since the formation of ISAWG 2010, the realization of ISAWG was divided into three, namely: (1) increasing the performance of Indonesian exports in horticultural products. This effort is carried out with priority and focuses on the development of three provinces as a source of horticultural products that will be exported to Singapore, namely North Sumatra, Central Java, and East Java. (2) Improve the quality and quantity of fruits and vegetables. This effort is carried out by looking at three parties namely researchers, farmers, and the government. Researchers created technology to improve the quality of horticultural products, farmers applied the technology by getting training/training, as well as formal education in agriculture and finally the role of the government in providing financial assistance, agricultural equipment, and marketing access to the Singapore market. (3) Strengthening cooperation between Indonesian exporters and Singapore importers.

(2)

Keywords: Indonesia-Singapore Cooperation, Export Import, Agricultural Commodities, ISAWG

1. PENDAHULUAN

Hubungan bilateral Indonesia dan Singapura yang erat dan produktif mutlak diperlukan dan harus terus diupayakan guna menunjang upaya pembangunan nasional, khususnya dalam kerangka pemulihan ekonomi Indonesia. Terdapat komplementaritas kepentingan diantara kedua negara. Di satu pihak, Singapura memiliki kapital dan keahlian yang diperlukan untuk pembangunan Indonesia. Namun sebagai negara kecil, Singapura tidak mempunyai luas wilayah, sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mencukupi untuk dapat ditawarkan oleh Indonesia, yakni dalam konteks hubungan yang setara, adil dan menguntungkan. Kerangka hubungan kerjasama Indonesia dan Singapura, telah menjadi landasan dasar bagi pengembangan hubungan bilateral Indonesia dan Singapura yang lebih mengikat, salah satunya melalui kunjungan antara Kepala Negara atau Kepala Pemerintahan kedua negara yang menghasilkan kesepakatan substansial untuk meningkatkan dan mengembangkan hubungan kerjasama bilateral kedua negara (2016:5). Dalam teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa kedua komoditi yang diproduksi bersifat identik baik antara industri maupun antar negara. Setiap negara memiliki keunggulan yang berbeda-beda, namun keunggulan tersebut yang bisa memenuhi kekurangan negara lain. Sehingga dengan terjalin kerjasama mampu memberikan keuntungan bagi kedua negara.

Kegiatan ekspor impor didasari atas kondisi bahwa tidak ada suatu negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda, seperti sumber daya alam, iklim, geografis, struktur ekonomi dan struktur sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, serta kualitas dan kuantitas produk. Adanya interdepedensi kebutuhan itulah yang menyebabkan adanya perdagangan internasional. Setiap negara memiliki keunggulan dan kekurangan. Komoditas yang dihasilkan suatu negara mungkin juga belum dapat dipakai langsung karena berupa bahan mentah yang memerlukan pengolahan lebih lanjut. Bahan mentah tersebut selanjutnya mungkin dibutuhkan negara lain sebagai bahan baku pabriknya (2014:11). Dalam konsep kerjasama Internasional menyatakan bahwa perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya ketergantungan sesuai dengan kebutuhan negara masing-masing. Indonesia melakukan kerjasama dengan Singapura dikarenakan adanya kepentingan pembangunan perekonomian dalam sektor pertanian.

Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi produk-produk sektor industri dan sektor pertanian mampu menyediakan modal bagi pengembangan sektor-sektor lain (2014:1). Dalam teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa setiap negara mempunyai keunggulan komparatif absolut dan relatif dalam menghasilkan suatu komoditas dibandingkan negara lain. Sektor pertanian mampu memberikan keuntungan bagi Indonesia dan Singapura dengan cara ekspor impor.

Untuk mendukung keberhasilan ISAWG, Pemerintah Indonesia memilih beberapa provinsi yang ditargetkan mampu menumbuhkan tanaman yang dapat diekspor ke Singapura. Salah satu provinsi tersebut adalah jawa tengah. Berdasarkan data BPS (2013) mencatat bahwa Jawa Tengah memiliki pendapatan ekspor sebesar USD 411,18 juta pada januari 2013, turun sebesar USD 24,61 juta (5,65%) dari pendapatan pada bulan Desember 2012 sebesar USD 435,79 juta. Namun ekspor ke Singapura meningkat menjadi USD 23,09 juta, lebih tinggi daripada Desember 2010. Kenaikan nilai ekspor ke Singapura terkait dengan permintaan produk pertanian seperti terong, salak, paprika merah dan hijau, papaya dan kacang hijau (2017:7). Dalam teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara, namun bersifat heterogen antar negara. Kenaikan nilai ekspor terhadap permintaan komoditas pertanian mampu menjadi acuan untuk lebih meningkatkan kinerja para petani dalam menghasilkan produk pertanian. Berkaitan dengan penjelasan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis, mengkaji, serta memahami lebih jauh bagaimana perkembangan forum kerjasama agribisnis Indonesia dengan Singapura yang di sebut Indonesia-Singapore Agribusiness Working group (ISAWG). Maka pertanyaan penelitian yang di angkat dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peluang dan tantangan hubungan kerjasama ekspor impor komoditas pertanian Indonesia-Singapura

(3)

dari tahun 2013-2018? Impresi apa yang terjadi setelah dibentuknya Indonesia-Singapura Agribusiness Working Group (ISAWG)?

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriftif. Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Data yang didapatkan melalui sumber dokumen, situs resmi yang mendukung penelitian dari jurnal yang relevan (Creswel:2009)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hubungan bilateral antar kedua negara tersebut Indonesia maupun Singapura baik transaksi barang dan jaksa, pola perdagangan antara keduanya sangatlah berbeda. Komoditas ekspor impor juga dibedakan berdasarkan mitra dagangnya. Masing-masing negara memiliki komoditas keunggulan dari ekspor dan impor kedua negara tersebut. Komoditi ekspor utama Indonesia ke Singapura adalah barang-barang industri, bahan-bahan mentah dan bahan pertanian sedangkan komoditi impor utama Indonesia dari Singapura hanya barang-barang industri saja (2005:6-7). dalam teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa dua negara masing-masing memproduksi dua jenis komoditi. berbedanya keunggulan komoditas antara Indonesia dan Singapura yang saling memenuhi ketergantungan kedua negara.

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam menjadikan hal tersebut peluang kerjasama dengan Singapura yang memiliki keterbatasan sumber daya alam. Singapura yang unggul dalam bidang pariwisata harus tetap melakukan impor komoditas pertanian dari berbagai negara termasuk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Indonesia telah lama dikenal sebagai negara produsen minyak sawit mentah terbesar di dunia, produsen karet alam terbesar kedua setelah Thailand, penghasil kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana, produsen kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Kolombia,serta produsen dan konsumen beras terbesar ketiga di dunia. Masih banyak hasil-hasil pertanian Indonesia yang dapat dijadikan sebagai peluang untuk pasar ekspor. Untuk berbagai komoditas sayuran seperti kubis telah menjadi primadona di pasar ekspor dengan pangsa pasar mencapai 35,2% dari total ekspor sayuran Indonesia. Nilai ekspor kubis lebih besar dibandingkan komoditas sayur lainnya, yaitu senilai US$5,8 juta. Produk komoditas pertanian lainnya yang di ekspor ke Singapura seperti cabai, Paprika, caisin, wortel, baby buncis dan lainnya (2016:68). Dalam teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa spesialisasi produk suatu negara dalam komoditi tertentu dilandasi oleh “keunggulan komparatif” yang dimiliki negara tersebut. Keunggulan komparatif tersebut berasal dari perbedaan kemampuan teknologi antar negara. Dalam kerjasama bilateral Indonesia dan Singapura, komoditas pertanian lebih menguasai pasar ekspor.

Sebagai bentuk implementasi dari perjanjian dengan agribisnis Singapura, Departemen Pertanian bersama dengan otoritas dan eksportir terkait serta kelompok tani telah merencanakan beberapa kegiatan yang berfokus pada ekspor Singapura bersama dengan makanan pertanian dan Otoritas Veteriner Singapura (AVA). Demikian, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Produk mengamati Kabupaten Magelang sebagai daerah potensial yang menanam buah dan sayuran untuk komoditas ekspor terutama untuk produk holtikultura seperti kentang, kacang hijau, terong dan labu (2014:1-2). Dalam teori keunggulan komparatif menyatakan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Indonesia terus menggali daerahdaerah yang memiliki potensial dalam komoditas pertanian, sehingga peluang dari kerjasama semakin besar.

(4)

Gambar 1. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishn

Sumber: ANTARA FOTO

Tingginya nilai ekonomis tanaman hortikultura menunjukkan potensi tersembunyi yang apabila bisa dipacu dengan sebuah kebijakan pertanian yang tepat akan dapat menjadi komoditi harapan di masa depan. Tingginya nilai tambah per luas tanam merupakan potensi untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Langkah yang perlu dilakukan untuk memunculkan potensi yang tersembunyi dari subsektor hortikultura adalah dengan menambah luas tanam, yang dalam hal ini dapat distimulus dengan melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada para petani tentang potensi nilai ekonomis yang tinggi dari menanam tanaman hortikultura serta dengan membudayakan pola makan sehat yang terdiri dari makanan pokok ditambah dengan buah dan sayur untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari (2015:8-10). Dalam teori integrasi ekonomi menyatakan bahwa penghapusan hambatan-hambatan di sektor perdagangan ataupun juga ekonomi secara keseluruhan antar negara-negara yang saling bersepakat dengan tujuan tidak lain adalah untuk meningkatkan integrasi ekonomi di antara kedua negara. Indonesia masih harus memperbaiki tahapan produksi yang menghambat akses produksi ke pasar ekspor dan pasar domestik.

Pengembangan komoditas pertanian ke depan perlu di dukung oleh sumber daya kapital, tekonologi maju dan sumber daya manusia terampil berwawasan agribisnis dan berkelanjutan. Pengembangan paradigma baru ini hendaknya dilaksanakan dalam konteks pembangunan wilayah, berbasis komunitas lokal dan sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Melalui pendekatan ini diharapkan akan terjadi keberlanjutan pelaksanaan program pembangunan karena adanya dukungan partisipasi masyarakat luas, terdapat sinergi antar subsistem agribisnis, antar sektor pembangunan dan antar wilayah desa-kota (agropolitan). Petani adalah pelaku utama yang harus diberdayakan. Tahap awal yang perlu ditempuh untuk memberdayakan petani adalah membentuk kelembagaan berupa kelompok tani yang merupakan organisasi kerjasama. Kerjasama sangat diperlukan untuk menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi pada dasarnya sangat sulit bila dihadapi secara individu. Selama ini petani lemah dalam menentukan harga produksinya karena sulit mendapat akses informasi pasar. Dalam hal ini petani harus melakukan konsolidasi yang bersifat horizontal. Selanjutnya melalui penyuluhan (pendidikan dan latihan) yang berkelanjutan terhadap kelompok yang mendapat pembinaan tersebut diharapkan menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam berusaha tani (2015:71). Dalam konsep kerjasama internasional menyatakan bahwa pelaksanaan kerjasama internasional permasalahannya bukan hanya terletak pada identifikasi sasaran-sasaran bersama dan metode untuk mencapainya, tetapi terletak pada pencapaian sasaran itu. Indonesia sangat lemah dalam menangani hal yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi yaitu dalam sektor pertanian. Pemerintah harus memberikan edukasi yang bisa memberikan wawasan ke para petani sehinggah tidak ada yang mengalami penjajahan harga.

Negara tujuan utama ekspor komoditas pertanian dari Indonesia adalah salah satunya Singapura. Sektor prioritas di Indonesia adalah sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran dari sektor pertanian bagi ekonomi Indonesia merupakan penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), sumber devisa, penyedia makanan untuk populasi dan

(5)

bahan baku untuk industri, pengusaha dan sebagai salah satu sumber pangan keamanan nasional (2013:56). Berdasarkan data statistik tahun 2014 luas wilayah Singapura sekitar 710 km persegi. Singapura bukanlah negara agraris. Hampir 95% kebutuhan buah dan sayuran segar Singapura diimpor yang berasal dari Malaysia, China, Thailand, USA, dan Indonesia. Hanya 5% yang dipasok dari Singapura. Ketiadaan lahan bagi Singapura, menjadikan Singapura memiliki ketergantungan yang sangat tinggi pada pasar pertanian internasional khususnya hortikultura (2015:5). Keterbatasan lahan Singapura menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk terus meningkatkan jumlah ekspor sayuran dan buah-buahan ke Singapura. Tetapi untuk mewujudkan hal tersebut Indonesia harus menghadapi persaingan dengan negara-negara ekpor komoditas pertanian ke Singapura. Sehingga pelaksanaan strategi yang telah disusun harus segera dilaksanakan untuk mempercepat kemajuan dalam ekspor komoditas pertanian.

Tabel 1. Tantangan dan Peluang Kerjasama Indonesia-Singapura Dalam Komoditas Pertanian

Dampak politik adanya forum ISAWG terhadap Indonesia dan Singapura tercapainya sasaran pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Pada dasarnya Indonesia dan Singapura merupakan dua negara yang memiliki keunggulan berbeda. Indonesia memiliki sumber daya alam dan mineral yang melimpah tetapi pasar domestiknya sangat terbatas. Sedangkan Singapura memiliki keunggulan di sektor knowledge, networking, financial resources dan technological advance, tetapi Singapura memiliki keterbatasan dalam sumber daya alam sehingga Singapura sangat menggantungkan perekonomiannya pada perdagangan luar negeri. Solusi dari ketimpangan masing-masing negara yaitu dengan melakukan kerjasama bilateral. Indonesia dan Singapura meningkatkan kerjasama dengan mengagendakan mekanisme enam bidang kerjasama bilateral yaitu Bintan,Batam,Karimun dan Zona Ekonomi Khusus, investasi, tenaga kerja, perhubungan, agribisnis dan pariwisata. Forum ISAWG merupakan bagian dari kerjasama bidang agribisnis. Kinerja subsektor pertanian dalam forum ISAWG paling menonjol.

Hasil dari penelitian ini adalah adanya pembaruan data dan informasi terkait forum kerjasama agribisnis Indonesia dengan Singapura. Peneliti berpendapat bahwa forum kerjasama ini berhasil dilakukan dari sejak dibentuk pada tahun 2010 sampai saat ini. Keberhasilan forum ini terbukti

(6)

dengan masih berlanjutnya sampai saat ini. Pada Januari 2019, volume ekspor sayuran segar dari Bandung Barat cukup besar. Hal ini mengingat potensi pengembangan sayuran di daerah ini khususnya kawasan pertanian di Lembang sangat luas dan subur serta dukungan dari pemerintah baik pusat maupun daerah sangat tinggi. Dari Bandung Barat, volume ekspor sayuran per tahunnya mencapai 1.500 ton atau 3,5 sampai 4 ton per hari. Jenis sayuran daun yang diproduksi merupakan komoditas baby buncis, buncis Kenya, buncis super, watercress, edamame, zucchini, kyuri, red oakleaf dan radicchio. Jenis sayuran tersebut dapat tumbuh baik di daerah Bandung dan sekitarnya. Sebanyak 3 perusahaan yang dilepas ekspor kali ini, yaitu PT. Momenta Agrikultura Amazing Farm, CV. Fortuna Agro Mandiri dan PT. Alamanda. Produk yang diekspor perusahaan tersebut berasal dari kebun perusahaan serta petani dan kelompok tani mitra yang tersebar di daerah Lembang, Ciwidey, Pengalengan, Cibodas dan Sukabumi (Warta:2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti dengan cara mengumpulkan data-data yang ada di internet dan mengkaji dari penelitian-penelitian sebelumnya bahwa forum kerjasama Agribisnis Indonesia dengan Singapura atau dikenal dengan Indonesia-Singapore Agribusiness Working Group (ISAWG) adalah sebuah strategi yang dibuat oleh kedua negara dengan tujuan untuk memperkuat hubungan bilateral dan meningkatkan kerjasama terkhusus dalam komoditas pertanian. Upaya peningkatan kerjasama ini dibentuk karena adanya saling ketergantungan antara Indonesia dan Singapura. Dekatnya letak geografis kedua negara membuat semakin kuatnya kerjasama yang dijalin.

Peluang yang dirasakan dengan terbentuknya forum ini sangat berimpresi terhadap kebutuhan dalam negeri masing-masing negara. Impresi yang dirasakan oleh Indonesia yaitu adanya peningkatan ekspor buah dan sayur ke Singapura setiap tahun dan penghasilan para petani lebih terjamin dan semakin giat dalam berproduksi. Sedangkan impresi yang dirasakan oleh Singapura yaitu terpenuhinya kebutuhan buah dan sayur yang tingkat komsumsi masyarakatnya sangat tinggi. Singapura yang memiliki keterbatasan sumber daya alam harus mengakui bahwa pasokan buah dan sayuran bergantung pada impor dari negara lain termasuk Indoesia.

(7)

Gambar 2. Bagan Alur Hasil Penelitian

Penelitian ini fokus pada tahun 2013-2018, sehingga data-data yang dikumpulkan menunjukan perkembangan yang signifikan setiap tahunnya. Berhasil atau tidaknya forum kerjanya ini dibuktikan dengan pengumpulan data pada tahun 2019 dan 2020. Peneliti melihat forum kerjasama tersebut masih memperlihatkan adanya perkembangan yang nail dalam kegiatan ekspor ke Singapura dan semakin tingginya permintaan buah dan sayur dari Singapura. Sehingga para petani menjadi kewalahan dalam memenuhi permintaan. Hal ini di nilai memberikan peluang yang semakin besar untuk para petani dan generasi milineal untuk rajin berproduksi. Gunanya memberikan penyuluhan yaitu para petani lebih memahami standart produk yang akan di ekspor dan lebih memahami ekspor dan impor itu upaya pemerintah dengan menjalin kerjasama untuk kesejahteraan bangsa. Keberhasilan forum kerjasama ini membuahkan hasil yang baik buat kedua negara, sehingga forum ini masih terus berlanjut untuk dilaksanakan.

Peneliti melampirkan data-data perkembangan sektor pertanian di tahun 2019 dan 2020 guna membuktikan keberhasilan forum kerjasama agribisnis Indonesia Singapura. Bahwa di masa pandemi yang melemahkan perekonomian negara, sektor pertanian masih tetap unggul dan menjadi satu-satunya sektor yang menguatkan kembali perekonomian negara. Hal ini berarti Pemerintah harus lebih mengedepankan kesejahteraan para petani agar tetap giat dalam berproduksi. Data-data yang dilampirkan peneliti, bertujuan untuk dijadikan bahan penelitian selanjutnya dalam meneliti kerjasama Indonesia Singapura dalam ekspor impor komoditas pertanian.

(8)

Hasil penelitian ini sebagai bukti bahwa adanya pembaruan data dan informasi dari penelitian penelitian sebelumnya mengenai Kerjasama Indonesia-Singapura dalam ekspor impor komoditas pertanian. Penelitian ini lebih memfokuskan pada pembahasan kerjasama Indonesia-Singapura sebelum dan sesudah terbentuknya forum kerjasama agribisnis Indonesia dengan Singapura, menganalisis berhasil atau tidaknya forum ini dan melampirkan data-data yang dikumpulkan sebagai penguat penelitian. Keberlanjutan forum ini juga dijelaskan oleh peneliti sebagai bahan kajian bagi peneliti yang mengangkat permasalahan yang sama dengan penelitian ini.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti dengan cara mengumpulkan data-data yang ada di internet dan mengkaji dari penelitian-penelitian sebelumnya bahwa forum kerjasama Agribisnis Indonesia dengan Singapura atau dikenal dengan Indonesia-Singapore Agribusiness Working Group (ISAWG) adalah sebuah strategi yang dibuat oleh kedua negara dengan tujuan untuk memperkuat hubungan bilateral dan meningkatkan kerjasama terkhusus dalam komoditas pertanian. Upaya peningkatan kerjasama ini dibentuk karena adanya saling ketergantungan antara Indonesia dan Singapura. Dekatnya letak geografis kedua negara membuat semakin kuatnya kerjasama yang dijalin.

Dalam menembus peluang ekspor di pasar Singapura tidak terlepas dari tantangan yang akan dihadapi oleh para pengekspor seperti data pangan, sumber daya manusia, perubahan iklim, konsolidasi antar kementrian, pergeseran permintaan pangan dari karbohidrat ke protein serta konsolidasi lahan. Tantangan kerjasama ekspor komoditas pertanian berikutnya yaitu menurunnya sumber-sumber air untuk kepentingan pertanian, konversi lahan yang tidak terkendali, lemahnya program peningkatan kompetensi para petani dan penyuluh serta pengembangan kelembagaan petani, terjadi pola deagrarianisasi dalam kebijakan pembangunan nasional, kebijakan nasional untuk pelestarian dan pengembangan plasma nufta yang menjadi ciri khas tanaman masing-masing wilayah belum signifikan sehingga banyak potensi lokal yang hilang, sinkronasi sektor pertanian dan pariwisata yang dilakukan pemerintah masih belum terjalin dengan baik.

Berdasarkan pandangan interdepedensi, kerjasama Indonesia dengan Singapura dalam ekspor impor komoditas pertanian merupakan kerjasama yang nilai ketergantungannya seimbang. Indonesia dengan Singapura saling membutuhkan. Dari segi sumber daya alam, Indonesia berhasil memenuhi kebutuhan Singapura. Sedangkan dari segi alat produksi, Singapura mampu memenuhi kebutuhan Indonesia. Hal ini yang membuat hubungan bilateral antara Indonesia dengan Singapura semakin kuat demi tercapainya tujuan dan kesepakatan kerjasama yang dilakukan kedua negara. Meningkatnya hubungan antara Indonesia dengan Singapura dalam melakukan kerjasama, peneliti memutuskan menggunakan teori kerjasama internasional sebagai kerangka teori dalam penelitian ini.

5. SARAN

Penelitian ini disarankan untuk dijadikan sebagai rujukan bagi akademisi yang mempelajari tentang kerjasama internasional, terlebih proses kerjasama Indonesia-Singapura. Serta disarankan untuk menganalisis forum kerjasama agribisnis Indonesia-Singapura untuk mengetahui dampak yang terjadi setelah dibentuk forum tersebut menggunakan teori yang relevan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Universitas Potensi Utama yang telah memberi dukungan terhadap penelitian ini.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

[1]

Arjuna, D., & Harto, S. (2016). Kerjasama Ekonomi Indonesia-Singapura Dalam Realisasi

Special Economic Zone (SEZ) di Batam, Bintan dan Karimun (Doctoral dissertation, Riau

University).

[2]

Sutedi, A. (2014). Hukum Ekspor Impor. In N. Masruroh, Hukum Ekspor Impor (p. 11). Jakarta Timur: Raih Asa Sukses.

[3]

Asmara, R, dkk.(2014). Strategi Peningkatan Daya Saing Komoditas Pertanian (p. 1). Malang: Gunung Samudera.

[4]

Gaol, D. F. L. (2018). MODEL PENGEMBANGAN KERJA SAMA INDONESIA–

SINGAPURA DALAM BIDANG PANGAN. POLITIS, 1(01), 41-56.

[5]

Creswel, J. W. (2009). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. Los angeles: University of Nebraska–Lincoln.

[6]

Anugrahita, J. S. (2005). Analisis Perdagangan Bilateral Antara Indonesia Dengan Singapura

Periode Tahun 1980-2003. September 9, 2005. Universitas Islam Indonesia, Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.

https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/15068/01313178%20Jadun%20Setadaru %20Anugrahita.pdf?sequence=1&isAllowed=y

[7]

Hermanto. (2018). Arah Kebijakan Kerjasama Pertanian Indonesia Di Kawasan Asia Pasifik.

Forum Penelitian Agro Ekonomi, 36(1), 68.

[8]

Romadlon, F. (2014). Logistics Cost Structure For Exporting Green Bean From Indonesia To

Singapore. Desember, 2014. Thammasat University, Sirindhorn International Institute Of

Techonology.

https://www.researchgate.net/publication/284730583_Logistics_Cost_Estimation_and_Anal ysis_for_Exporting_Green_bean_from_Indonesia_to_Singapore

[9]

Suryamin, D. (2015). Analisis Rumah Tangga Usaha Hortikultura Di Indonesia, Hasil Survei

Rumah Tangga Usaha Tanaman Hortikultura Tahun 2014. Retrieved from Badan Pusat

Statistik:

https://media.neliti.com/media/publications/48581-ID-analisis-rumah-tangga-usaha-hortikultura-di-indonesia-hasil-survei-rumah-tangga.pdf

[10]

Gustiana, C. (2015). Strategi Pembangunan Pertanian dan Perekonomian Pedesaan melalui Kemitraan usaha berwawasan agribisnis. Jurnal Agrisamudra, 2(1), 71-80

[11]

Ervani, E. (2013). Export and import performance of Indonesia’s agriculture sector. Journal of Economics and Policy, 6(1), 54-63.

[12]

Afrizal, A., & Pratiwi, H. I. (2015). Hambatan Ekspor Sayuran Organik Riau ke

Singapura (Doctoral dissertation, Riau University).

[13]

Siregar, B. P. (2019). Mentan Lepas Ekspor Sayuran ke Singapura dan Brunei Darussalam.

Warta Ekonomi.co.id, 4 Januari. Retrieved from

https://www.wartaekonomi.co.id/read210167/mentan-lepas-ekspor-sayuran-kesingapura-dan-brunei-darussalam

Gambar

Gambar 1. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri  Singapura Vivian Balakrishn
Gambar 2. Bagan Alur Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa Indonesia dan Singapura sama-sama memiliki kepentingan yang ingin dicapai dalam kerjasama pertahanan, Indonesia menginginkan transfer

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari berbagai sumber seperti Trade Map, WITS, Worldbank, CEPII dan WTO pada periode tahun 2004

Berdasarkan pada hasil dan pembahasan pada penelitian ini maka peneliti mengambil kesimpulan secara serempak bahwa inflasi, nilai tukar, ekspor dan impor berpengaruh secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Sebelum melakukan penelitian ini, telah dilakukan beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan

Berdasarkan hasil dan analisis yang telah dilakukan diambil kesimpulan bahwa nilai tukar rupiah tidak berpengaruh langsung secara signifikan terhadap angka inflasi baik inflasi

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Secara simultan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Secara simultan

Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang dilakukan peneliti. untuk memperoleh dan mengumpulkan data