• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Daya Saing Dan Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia Ke Organisasi Kerjasama Islam (Oki).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Daya Saing Dan Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia Ke Organisasi Kerjasama Islam (Oki)."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR PENENTU EKSPOR

KOMODITAS UNGGULAN INDONESIA KE ORGANISASI

KERJASAMA ISLAM (OKI)

DEKI SUNARDI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Analisis Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke Organisasi Kerjasama Islam (OKI) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

(4)

RINGKASAN

DEKI SUNARDI. Analisis Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI dan TANTI NOVIANTI.

Perdagangan internasional merupakan salah satu motor penggerak yang mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pengaruh perdagangan menjadi hal yang sangat penting ketika suatu negara menganut sistem perekonomian terbuka. Keterbukaan perekonomian membuat perpindahan barang dan jasa semakin mudah, sehingga mendorong terciptanya arus globalisasi yang tidak dapat dibendung lagi. Dalam persaingan perdagangan internasional, negara-negara di dunia sangat mengandalkan ekspor untuk meningkatkan perekonomiannya. Ekspor akan mempengaruhi laju perekonomian di dalam negeri, ketika ekspor semakin meningkat maka investasi yang berasal dari luar atu dalam negeri akan meningkat pula, sehingga akan memperbesar peluang terciptanya lapangan kerja.

Pasar ekspor Indonesia saat ini masih terfokus pada negara-negara mitra dagang utama seperti Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, India dan Singapura. Ketergantungan terhadap suatu pasar tertentu dapat berdampak negatif ketika terjadi krisis, sehingga perlu dilakukan suatu diversifikasi pasar tujuan ekspor serta pengembangan komoditas yang memiliki daya saing tinggi. Beberapa negara yang dapat menjadi sasaran pasar tujuan ekspor adalah negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Pada organisasi tersebut tergabung sebanyak 57 negara yang sangat potensial sebagai pasar ekspor baru. Oleh karena itu dalam rangka diversifikasi pasar dan komoditas ekspor ke OKI maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan komoditas unggulan yang berdaya saing di pasar OKI serta menganalisis faktor penentu ekspor komoditas unggulan tersebut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari berbagai sumber seperti Trade Map, WITS, Worldbank, CEPII dan WTO pada periode tahun 2004 sampai dengan 2013 yang meliputi sepuluh besar negara anggota OKI yang menjadi pasar ekspor Indonesia. Metode analisis yang digunakan yaitu analisisRevealed Comparative Advantage (RCA), Intra Industry Trade(IIT),Export Product Dynamics (EPD) serta estimasi faktor penentu ekspor dengan model gravitasi yang terdiri dari variabel tingkat pendapatan per kapita, perbedaan PDB per kapita, nilai tukar riil, jarak ekonomi, tarif dan kesamaan bahasa.

(5)

perdagangan Indonesia ke OKI terjadi secara satu arah dengan derajat integrasi tertinggi hanya sama tingkat integrasi sedang untuk komoditi petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils (HS 2713) dan petroleum gases(HS 2711). Posisi pasar komoditas Indonesia yang dianalisis dengan metode EPD menunjukkan bahwa dari 15 besar komoditas ekspor terbesar Indonesia ke OKI, 7 komoditi diantaranya berada pada posisi rising star, 6 komoditi pada posisifalling stardan 2 komoditi berada di posisilost opportunity.

Dari sekian banyak komoditas ekspor Indonesia ke pasar OKI, dilakukan pemilihan hanya lima komoditi yang dianalisis menggunakan model gravitasi berdasarkan hasil RCA, IIT, EPD serta adanya kesinambungan data ekspor dalam kurun waktu 10 tahun periode penelitian. Komoditi tersebut yaitu palm oil & its fraction (HS 1511), soap; organic surface-active preparations for soap use (HS 3401), industrial monocarboxylic fatty acid (HS 3823), new pneumatic tires, of rubber (HS 4011) dan uncoated paper for writing, printing etc.(HS 4802). Hasil analisis model gravitasi terhadap komoditas tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas berpengaruh secara signifikan terhadap nilai ekspor Indonesia dengan tingkat signifikansi yang berbeda-beda untuk tiap komoditi.

(6)

SUMMARY

DEKI SUNARDI. Analysis of Competitiveness and Determinants Export of Priority Commodities from Indonesia to Organization of Islamic Cooperation (OIC). Supervised by RINA OKTAVIANI and TANTI NOVIANTI.

International trade can stimulate economic growth of a country. The influence of trade becomes very important when a country adopts an open economic system. An openness of economy makes goods and services move more easy, thus encouraging the creation of globalization that can not be irreversible. In international trade competition, countries in the world are relying on exports to boost its economy. Exports will affect economic growth in the country, where the high exports will attract investment from both outside and inside the country, thereby increasing the chances of job creation.

Indonesia's export market is still focused on some major trading partners such as the People's Republic of China, Japan, USA, India and Singapore. Dependence on a certain market can have a negative impact if there is a crisis, so it need some diversification of export markets and the development of a commodity that has high competitiveness to anticipate the problem. Organization of Islamic Cooperation (OIC) is a potential market for Indonesian commodities. This organization consists of 57 countries with huge potential as a new export market. In order to diversify export markets and commodities to OIC, the aims of this study is to analyze the potential economies of OIC, analyze the competitiveness and the level of integration of Indonesian commodities, and to analyze the determinants of Indonesia's main exports.

The data used in this research is taken from various sources such as Trade Map, WITS, Worldbank, CEPII and WTO from 2004 to 2013. The scope of the research is ten countries which Indonesia have largest export to OIC. The analytical method used is analysis of Revealed Comparative Advantage (RCA), Intra Industry Trade (IIT) and Export Product Dynamics (EPD). While to estimated determinants of export is using gravity model that consist of variable income per capita, GDP per capita differences, exchange rates, economic distance, tariff and common language.

(7)

rising starposition, six commodity atfalling starand two commodities are inlost opportunitiesposition.

From many commodities that Indonesia export to OIC market, next step is choose only five commodities were analyzed using gravity model based on the results of RCA, IIT, EPD and the continuity of the export data in the past 10 years of the study period. The commodity ispalm oil and its fraction (HS 1511), soap; organic surface-active preparations for use soap (HS 3401), industrial Monocarboxylic fatty acid (HS 3823), new pneumatic tires, of rubber (HS 4011) anduncoated paper for writing, printing etc(HS 4802). The results of the gravity model to those commodities indicate that the explanatory variables significantly affect the value of Indonesian exports with the level of significance is different for each commodity.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR PENENTU EKSPOR

KOMODITAS UNGGULAN INDONESIA KE ORGANISASI

KERJASAMA ISLAM (OKI)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(10)
(11)

Judul Tesis : Analisis Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Nama : Deki Sunardi

NIM : H151120101

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS Ketua

Dr Tanti Novianti, SP, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi

Dr Ir R. Nunung Nuryartono, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah kebijakan perdagangan, dengan judul Analisis Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini, khususnya kepada yang terhormat :

1. Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS dan Dr Tanti Novianti, SP, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dari awal sampai selesainya tesis ini.

2. Menteri Perdagangan dan Direktur Pengembangan Mutu Barang Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan program studi Magister di Sekolah Pascasarjana IPB.

3. Prof Dr Ir Bonar M. Sinaga, MA selaku penguji luar komisi dan Dr Alla Asmara, SPt, MSi selaku perwakilan Program Studi Ilmu Ekonomi yang telah memberikan masukan pada pelaksanaan ujian tesis.

4. Dr Ir R. Nunung Nuryartono, MSi selaku ketua Program Studi Ilmu Ekonomi beserta seluruh dosen pengajar dan staf tata usaha yang telah memberikan ilmu dan kelancaran dalam proses perkuliahan.

5. Kepala Balai Sertifikasi dan rekan-rekan di UPT Balai Sertifikasi yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil.

6. Orang tua dan saudara-saudaraku yang senantiasa mendoakan penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan di IPB.

7. Teman-teman semua di Fakultas Ilmu Ekonomi IPB, khususnya kelas Kemendag atas segala kebersamaan selama menempuh pendidikan.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang dalam kepada istri tercinta Merry Helpetiah, SPi, MM, ananda Virny Aulia Maharani dan Darren Ardiansyah atas segala kesabaran, doa dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Januari 2015

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR i

DAFTAR LAMPIRAN i

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Perdagangan Internasional 6

Daya Saing dan Integrasi Ekonomi 8

Model Gravitasi 10

Tinjauan Empiris 10

Kerangka Pemikiran 12

Hipotesis Penelitian 13

3 METODE 14

Jenis dan Sumber Data 14

Metode Analisis 15

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Potensi Ekonomi OKI 21

Komoditas Unggulan Ekspor Indonesia ke OKI 27

Analisis Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke OKI 36

5 SIMPULAN DAN SARAN 40

Simpulan 40

Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

(15)

DAFTAR TABEL

1. Neraca perdagangan Indonesia 2

2. Jenis dan sumber data 15

3. KlasifikasiIntra Industry Trade(IIT) 16

4. Matriks EPD 17

5. PDB negara pasar ekspor Indonesia di OKI tahun 2009-2013

(juta US$) 25

6. Nilai rata-rata ekspor Indonesia ke negara anggota OKI periode tahun

2004-2013 27

7. Ekspor 15 komoditi terbesar Indonesia ke OKI 29

8. Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) komoditi Indonesia ke

OKI Tahun 2009-2013 31

9. Nilai IIT (Intra Industry Trade) komoditi Indonesia ke OKI tahun

2009-2013 33

10. Hasil analisis EPD (Export Product Dynamics) komoditi ekspor

Indonesia ke pasar OKI 34

11. Lima komoditi unggulan Indonesia ke pasar OKI 36

12. Hasil uji koefisien faktor-faktor penentu ekspor komoditas unggulan

Indonesia ke OKI 37

DAFTAR GAMBAR

1. Total dansharePDB OKI terhadap PDB dunia Tahun 2004-2013 4

2. Sharetotal ekspor Indonesia ke OKI 5

3. Pola perdaganganinter industry tradedanintra industry trade 9

4. Kerangka pemikiran 13

5. Daya tarik pasar dan kekuatan bisnis dalam EPD 18

6. Pengujian model data panel 20

7. Sepuluh besar PDB negara anggota Organisasi Kerjasama Islam tahun

2013 22

8. Perbedaan PDB per kapita Indonesia dengan sepuluh negara OKI 22 9. Sepuluh besar eksportir dan importir OKI tahun 2013 23

10. Populasi Indonesia dan negara-negara OKI 26

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil estimasi komoditi HS 1511 (Palm oil and its fraction) 44 2. Hasil estimasi komoditi HS 3401 (Soap; organic surface-active

preparations for soap use) 45

3. Hasil estimasi komoditi HS 3823 (Industrial monocarboxylic fatty acid) 46 4. Hasil estimasi komoditi HS 4011 (New pneumatic tires) 47 5. Hasil estimasi komoditi HS 4802 (Uncoated paper for writing, printing

etc.) 48

6. Hasil uji Hausman komoditi HS 1511 49

7. Hasil uji Hausman komoditi HS 3401 49

8. Hasil uji Hausman komoditi HS 3823 49

9. Hasil uji Hausman komoditi HS 4011 49

(17)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perdagangan merupakan salah satu ujung tombak dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan juga dapat mencerminkan tingkat kemakmuran yang ada pada masyarakat. Masyarakat dengan aktivitas jual beli tinggi mencirikan bahwa masyarakat tersebut berada dalam kondisi yang lebih baik atau makmur dibandingkan dengan masyarakat yang aktivitas perdagangannya minim. Secara lebih luas, aktivitas perdagangan ini dilakukan oleh berbagai negara di dunia melewati batas-batas teritorialnya yang meliputi kegiatan ekspor dan impor. Negara yang memiliki aktivitas ekspor impor yang tinggi saat ini banyak termasuk ke dalam golongan negara-negara maju, dibandingkan dengan negara berkembang yang aktivitas perdagangannya belum maksimal.

Perkembangan perdagangan yang terjadi pada abad sekarang tidak terlepas dari semakin terbukanya negara-negara dunia, ketika arus perdagangan barang dan jasa bergerak semakin cepat. Pertumbuhan infrastruktur dan teknologi yang demikian pesat semakin mendorong perpindahan barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lain lebih mudah. Hambatan yang biasanya terjadi dalam sektor transportasi barang atau jasa dapat diminimalisir serendah mungkin. Peningkatan sarana transportasi dan teknologi pengiriman barang saat ini memperlihatkan bahwa batas-batas wilayah seharusnya bukan lagi menjadi masalah utama dalam perdagangan. Selain semakin majunya perkembangan infrastruktur, perdagangan antar negara juga semakin mudah dan berkembang dengan pesat dengan adanya berbagai kerjasama antar negara baik secara bilateral, regional dalam kawasan maupun multilateral antar negara di berbagai kawasan dunia.

Keterbukaan perekonomian negara-negara di dunia mendorong terciptanya arus globalisasi yang tidak dapat dibendung lagi. Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka harus dapat mengantisipasi dan memanfaatkan situasi ini sehingga memperoleh manfaat yang maksimal. Dalam suatu sistem perekonomian yang terbuka, negara-negara di dunia sangat mengandalkan ekspor untuk meningkatkan perekonomiannya. Ekspor akan mempengaruhi laju perekonomian di dalam negeri, dimana dengan tingginya ekspor akan menarik investasi baik dari luar maupun dalam negeri, sehingga akan meningkatkan peluang terciptanya lapangan kerja. Penambahan lapangan pekerjaan dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan konsumsi masyarakat yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

(18)

2

dikarenakan selama kurun waktu lima tahun terakhir neraca perdagangan migas mengalami stagnansi dan cenderung mengalami defisit perdagangan akibat tingginya impor bahan bakar minyak bumi. Pada tahun 2012, defisit neraca perdagangan sektor migas mencapai US$ 5.5 miliar. Sebaliknya di sektor non migas, neraca perdagangan Indonesia mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Pada periode tahun 2008 sampai dengan 2012, sektor non migas terus mengalami surplus dengan trend sebesar 12.83 persen. Pada tahun 2008 total ekspor non migas Indonesia sebesar US$ 107.8 miliar meningkat menjadi US$ 153.1 miliar di tahun 2012 (Tabel 1).

Tabel 1 Neraca perdagangan Indonesia

Tahun

Nilai (Juta US$) % Perubahan

Migas Non Migas Migas Non Migas

Ekspor Impor Neraca Eskpor Impor Neraca Ekspor Impor Ekspor Impor

2008 29.126 30.553 -1.427 107.894 98.644 9.250 - - -

-2009 19.018 18.981 38 97.492 77.848 19.644 -34.70

-37.88 -9.64

-21.08 2010 28.040 27.413 627 129.740 108.251 21.489 47.43 44.42 33.08 39.05 2011 41.477 40.702 776 162.020 136.734 25.286 47.92 48.48 24.88 26.31 2012 36.977 42.564 -5.587 153.055 149.127 3.928 -10.85 4.58 -5.53 9.06

Sumber : Kemendag (2013)

(19)

3

Pasar tradisional yang masih menjadi andalan bagi komoditi-komoditi yang berasal dari Indonesia dapat menimbulkan dampak negatif. Ketergantungan terhadap suatu pasar tertentu sangat beresiko bagi perkembangan ekspor itu sendiri, terutama jika terjadi guncangan ekonomi dunia. Hal ini bisa terlihat dari tahun 2008 sejak adanya krisis di Amerika Serikat yang berdampak terhadap sebagian besar negara di dunia. Krisis ini menyebabkan ekspor non migas Indonesia mengalami pelambatan di negara tersebut.

Disamping adanya ketergantungan kepada pasar tradisional, komoditi yang menjadi andalan ekspor non migas Indonesia masih terfokus ke dalam kelompok produk tertentu saja. Kementerian perdagangan membagi kelompok komoditi tersebut menjadi dua kelompok besar yaitu 10 (sepuluh) komoditi utama dan 10 (sepuluh) komoditi potensial. Komoditi utama meliputi produk-produk tekstil, elektronik, karet, sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi. Pada tahun 2012, komoditi utama yang paling besar nilai ekspornya masih dikuasai oleh komoditi sawit dengan nilai ekspor sebesar US$ 17.6 miliar. Selain komoditi utama, Indonesia juga sedang mengembangkan peningkatan ekspor terhadap komoditas potensial yang meliputi makanan olahan, perhiasan, ikan, kerajinan, rempah-rempah, peralatan medis, minyak atsiri, produk kulit, peralatan kantor serta tanaman obat. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kinerja perdagangan terutama dari segi ekspor maka perlu dilakukan suatu diversifikasi baik pada pasar tujuan maupun terhadap produknya itu sendiri. Diversifikasi pasar sangat penting agar Indonesia tidak hanya bergantung pada negara tradisional yang rentan apabila terjadi guncangan ekonomi, sedangkan diversifikasi produk penting untuk meningkatkan daya saing komoditi lain yang tidak hanya tercakup pada komoditi utama dan komoditi potensial saja.

Salah satu diversifikasi pasar yang dapat dilakukan yaitu melalui peningkatan eskpor ke Organisasi Kerjasama Islam. Organisasi Kerjasama Islam (OKI) merupakan salah satu organisasi terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dari segi jumlah anggota. Saat ini OKI beranggotakan 57 negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Indonesia merupakan anggota OKI sejak organisasi ini pertama kali berdiri. Melihat jumlah negara yang sangat banyak, OKI merupakan pasar yang sangat potensial bagi Indonesia. OKI didirikan di Rabat, Maroko pada tanggal 25 September 1969. Organisasi ini adalah organisasi non militer yang berdiri karena dipicu oleh peristiwa pembakaran mesjid al-aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969.

Potensi OKI dapat dilihat dari segi jumlah populasi dan ekonominya. Jumlah seluruh penduduk OKI baik yang beragama Islam maupun non Islam sebanyak 22.6 persen dari seluruh populasi dunia yaitu sekitar 1.5 miliar orang. Dari segi ekonomi, total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) OKI pada tahun 2004 mencapai US$ 2.3 triliun dan mengalami kenaikan hingga US$ 6.5 triliun pada tahun 2012.Share total PDB OKI pada tahun 2012 ini mencapai 9.01 persen dari PDB dunia (Gambar 1).

(20)

4

Indonesia mengalami peningkatan secara positif setiap tahunnya dengan neraca perdagangan yang surplus. Hal ini mengindikasikan bahwa negara-negara OKI semakin memiliki ketergantungan dan adanya kebutuhan terhadap produk-produk non migas dari Indonesia.

Produk-produk atau komoditi yang selama ini memiliki nilai ekspor tertinggi terhadap total ekspor Indonesia ke OKI berdasarkan HS 2 digit adalah produk lemak dan minyak hewan/nabati (23.03%), produk kertas (5.96%), kendaraan dan bagiannya (4.99%) serta produk elektronik (4.14%). Sedangkan untuk komoditi yang memiliki nilai impor tertinggi dari OKI adalah produk kimia organik (5.91%), produk plastik (3.61%), peralatan mesin (3.52%) dan produk elektronik (2.91%).

Perumusan Masalah

Perdagangan Indonesia dengan OKI pada periode 2004 sampai dengan 2013 terlihat fluktuatif. Dari segi total perdagangan baik migas maupun non migas mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sektor migas Indonesia saat ini masih bergantung kepada impor dari negara-negara lain. Hal inilah yang menjadi penyebab utama Indonesia sering mengalami defisit neraca perdagangan. Walaupun dari segi volume, impor migas dari tahun ke tahunnya relatif tetap, tetapi dari segi harga sangat rentan terhadap kondisi politik maupun ekonomi di negara-negara anggota OKI terutama dari Timur Tengah serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang dapat menyebabkan nilai impor melonjak tajam.

Secara keseluruhan terlihat bahwa nilai ekspor Indonesia baik migas maupun non migas ke OKI terus tumbuh. Data statistik menunjukkan share ekspor Indonesia ke OKI apabila dibandingkan dengan total ekspor Indonesia ke dunia pada tahun 2013 telah mencapai 12.52 persen (Gambar 2). Peningkatan

Gambar 1 Total dansharePDB OKI terhadap PDB dunia Tahun 2004-2013 Sumber : Worldbank (2014)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

(21)

5

ekspor ke OKI ini patut menjadi perhatian pemerintah sebagai langkah untuk memperluas pasar ekspor dan juga sebagai diversifikasi produk ekspor.

Dalam rangka menjaga kinerja perdagangan agar terus positif, diversifikasi suatu komoditi menjadi penting. Diversifikasi komoditi ini sangat erat hubungannya dengan kemampuan komoditi tersebut untuk berdaya saing dengan komoditi sejenis dari negara lain. Daya saing suatu komoditi menunjukkan bahwa komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif bagi negara pengekspor. Semakin banyak produk Indonesia yang memiliki daya saing tinggi akan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi dalam negeri pun akan meningkat. Selain daya saing, keterkaitan perdagangan juga menjadi faktor penting penunjang peningkatan ekspor. Tingkat keterkaitan perdagangan atau integrasi ekonomi yang tinggi akan memperlancar arus perdagangan antar negara.

Dalam upaya diversifikasi pasar dan produk ekspor untuk meningkatkan kinerja perdagangan, serta adanya rencana OKI dalam jangka panjang untuk membentuk pasar bersama Islam (Islamic Common Market), maka kajian mengenai kondisi perdagangan dan komoditi ekspor yang berdaya saing perlu dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki beberapa perumusan masalah, diantaranya adalah :

1. Bagaimana potensi ekonomi negara-negara anggota OKI sebagai pasar potensial untuk ekspor?

2. Bagaimana tingkat daya saing dan tingkat integrasi komoditas unggulan ekspor Indonesia ke OKI?

3. Faktor penentu apa sajakah yang mempengaruhi aliran ekspor Indonesia ke negara-negara OKI?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis potensi ekonomi negara OKI sebagai pasar tujuan ekspor. Gambar 2Sharetotal ekspor Indonesia ke OKI

Sumber : Trade Map (2014)

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

M

(22)

6

2. Menganalisis kinerja perdagangan berdasarkan daya saing dan tingkat integrasi komoditas unggulan Indonesia ke OKI.

3. Menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan Indonesia ke negara-negara OKI.

Manfaat Penelitian

Hasil dari analisis perdagangan antara Indonesia dan negara-negara Organisasi Kerjasama Islam diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dalam menyusun strategi kebijakan ekspor Indonesia ke OKI yang tepat sehingga dapat berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada arus perdagangan Indonesia dengan 10 negara anggota OKI yang memiliki rata-rata nilai ekspor terbesar dari Indonesia selama sepuluh tahun terakhir. Negara-negara tersebut meliputi Bangladesh, Iran, Malaysia, Nigeria, Mesir, Pakistan, Yordania, Saudi Arabia, Turki dan Uni Emirat Arab.

Komoditas yang akan digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah komoditas dengan HS 4 digit dan untuk menganalisis faktor penentu ekspor perdagangan Indonesia ke OKI akan menggunakan data panel selama 10 tahun dari periode tahun 2004 sampai 2013.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional mengemukakan bahwa negara-negara akan memperoleh keuntungan apabila melakukan perdagangan secara lebih terbuka, pada saat arus barang dan jasa bebas masuk ke dalam suatu negara tanpa mengalami hambatan baik tarif maupun non tarif. Tujuan dari perdagangan itu sendiri adalah untuk meningkatkan volume perdagangan dan pencapaian produksi yang lebih efisien sehingga tercipta kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya perdagangan, akan diperoleh suatu peningkatan dalam konsumsi melalui spesialisasi produksi. Walaupun masih menjadi perdebatan diantara ekonom dunia tentang dampak dari suatu perdagangan yang terbuka diantara negara di dunia, beberapa penelitian membuktikan bahwa negara yang menganut sistem ekonomi terbuka mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari negara yang menganut sistem ekonomi tertutup.

(23)

7

terbatas jumlahnya, maka negara tersebut dapat memproduksi dalam skala yang besar dan lebih efisien daripada mencoba untuk memproduksi semua barang. Pada dunia yang nyata, pola perdagangan internasional merefleksikan interaksi antara kedua motif ini (Krugman dan Obstfeld 2003).

Secara teori, perdagangan internasional memiliki beberapa konsep. Adam Smith dengan teori keunggulan mutlaknya menjelaskan bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage) serta mengimpor barang jika negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak. Prinsip lain yang mendasari perdagangan internasional untuk meningkatkan output dunia adalah dengan melakukan spesialisasi pada setiap negara untuk berproduksi sesuai dengan keunggulan komparatifnya. Suatu negara dikatakan memiliki keunggulan komparatif pada suatu komoditi apabila opportunity cost untuk menghasilkan komoditi tersebut lebih rendah daripada di negara-negara lain. Perdagangan antar dua negara ini dapat memberikan keuntungan apabila setiap negara mengekspor komoditi yang memiliki keunggulan komparatif. Konsep mengenai keunggulan komparatif ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom yang berasal dari Inggris bernama David Ricardo pada awal abad ke-19. Pendekatan yang dilakukan oleh David Ricardo mengenai perdagangan internasional semata-mata karena adanya perbedaan produktifitas tenaga kerja. Konsep ini lebih terkenal dengan sebutan model Ricardian.

Selain teori tersebut, terdapat konsep teori lain yang dianggap sebagai teori perdagangan modern yang dikemukakan oleh Heckscher-Ohlin. Teori ini merupakan pengembangan dari teori keunggulan komparatif David Ricardo. Teori Heckscher-Ohlin menjelaskan bahwa perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau faktor produksi (factor endowment) yang dimiliki masing-masing negara seperti tanah, modal dan sumber daya mineral. Model ini pada intinya menyatakan bahwa suatu negara akan mengekspor produk yang menggunakan faktor produksi yang murah dan berlimpah serta akan mengimpor produk yang memiliki faktor produksi langka di negara tersebut.

Pada saat ini, perdagangan internasional tidak dapat terlepas dari arus globalisasi dunia, sehingga perdagangan internasional semakin berkembang dengan sangat pesat. Sebagai bagian masyarakat internasional, negara-negara di dunia tidak dapat menghindar dari arus liberalisasi perdagangan. Hal ini menyebabkan banyak negara membentuk suatu kerjasama perdagangan baik secara bilateral maupun multilateral dengan negara lain. Kejasama perdagangan dalam bentuk perjanjian perdagangan preferensial (Preferential Trade Agreements) adalah kesepakatan antara dua negara atau lebih yang memiliki tarif bersama dimana tarif yang dikenakan pada barang yang diperdagangkan bagi negara anggota lebih rendah dibanding dengan tarif yang diperdagangkan dengan negara diluar anggota (Bhagwati dan Panagariya 1996). Perjanjian kerjasama perdagangan ini tidak terlepas dari lingkup World Trade Organization (WTO), dimana setiap negara bebas untuk melakukan kerjasama baik bilateral maupun regional dengan negara lain asal sesuai dengan prinsip-prinsip dan aturan perdagangan dari WTO.

(24)

8

terjadi perluasan tahap integrasi ekonomi seperti: (1) Free Trade Area yaitu penghapusan tarif dan kuota antara negara anggota, tarif nasional tetap ada dan diberlakukan ke negara bukan anggota, (2)Custom Unionyaitu penghapusan tarif dan kuota antar negara anggota dan pengenaan tarif yang sama pada negara non-anggota, (3) Common Market dimana faktor produksi barang dan jasa bergerak bebas, (4)Economic Union yaitu harmonisasi atau koordinasi beberapa kebijakan nasional.

Daya Saing dan Integrasi Ekonomi

Daya saing internasional perekonomian suatu negara dan langkah-langkah untuk meningkatkannya telah menjadi isu penting dalam berbagai kajian kebijakan perdagangan beberapa dekade terakhir. Daya saing internasional dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu negara untuk mengolah sumber daya yang ada dengan berbagai cara dalam rangka mencapai spesialisasi produk perdagangan sehingga tujuan akhir yaitu peningkatan standar hidup dan standar produk domestik dapat tercapai (Petrovic et al. 2008). Secara teori, daya saing suatu negara terkait erat dengan keunggulan komparatif negara tersebut.

Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengetahui daya saing komoditi perekonomian suatu negara, salah satu yang paling populer yaitu menggunakanRevealed Comparative Advantage(RCA). Metode RCA ini penting untuk mengetahui komoditi unggulan ekspor dan trend per tahunnya, sehingga dapat dijadikan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun kemana arah kebijakan perdagangan harus dikembangkan. Kebijakan yang diambil pemerintah ini dapat mempengaruhi posisi suatu komoditi baik di dalam pasar domestik maupun pasar internasional. Kebijakan tersebut akan mempengaruhi daya saing suatu komoditi baik dari segi harga maupun kualitasnya.

Selain daya saing komoditi, pertumbuhan ekonomi yang distimulasi oleh perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh tingkat integrasi ekonomi negara dalam blok-blok tertentu pada suatu kawasan atau organisasi bersama. Integrasi ekonomi ini akan mempengaruhi produktivitas melalui peningkatan pertukaran suatu barang dan penyerapan teknologi. Apabila telah terjadi integrasi ekonomi antar suatu negara, maka akan dapat dilihat secara lebih jelas komoditi apa saja yang memiliki keterkaitan antar industrinya. Hal ini menjadi sangat penting mengingat industri yang memiliki keterkaitan satu sama lain dapat meningkatkan nilai perdagangan negara tersebut.

Keterkaitan perdagangan suatu negara dapat dianalisis menggunakan Trade Intensity Index, dimana dengan indeks ini akan diketahui tingkat integrasi komoditi tersebut. Trade Intensity Index dapat dievaluasi dengan melihat perkembangan antar industri yang berbeda (Inter Industry Trade) maupun dengan melihat perkembangan diantara industri yang sama atau sejenis (Intra Industry Trade).

(25)

9

suatu negara akan berkembang secara proporsional dengan tingkat teknologi dan ketersediaan kapital serta tenaga kerja terampil. Sejak negara-negara utama dunia memiliki tingkat teknologi dan sumber daya yang sama, perdagangan internasional tidak lagi didominasi oleh industri yang memiliki keunggulan komparatif, tetapi lebih kepada pertukaran barang dalam industri yang sama dalam rangka mencapaieconomies of scale(Krugman dan Obstfeld 2003).

Teori klasik menyatakan bahwa perdagangan terjadi karena negara memiliki spesialisasi berdasarkan keunggulan ketersediaan faktor produksi (keunggulan komparatif), tetapi teori intra industri menyatakan bahwa negara tetap akan melakukan perdagangan walaupun memiliki keunggulan komparatif yang relatif sama, sehingga pola intra industry trade ini tidak merefleksikan keunggulan komparatif. Perdagangan intra industri memberikan keuntungan kepada konsumen, akibat adanya differensiasi produk sehingga konsumen memiliki pilihan yang lebih banyak pada jenis produk tertentu yang sama, serta adanya economies of scalesyang mengakibatkan harga akan menjadi lebih murah.

Gambar 3 merupakan pola perdagangan yang akan terjadi karena pencapaian economies of scaleoleh industri yang bersaing secara monopoli pada sektor tertentu. Meskipun setiap negara (homedan foreign) mampu memproduksi sektor manufaktur secara penuh atau hanya beberapa saja oleh dirinya sendiri, akan selalu ada produk yang berbeda satu sama lain. Negara asal (home) tetap akan menjadi net eksportir sektor manufaktur dan importir untuk sektor makanan (food). Tetapi industri pada negara luar (foreign) di sektor manufaktur akan memproduksi produk yang berbeda dari negara asal (home). Oleh karena sebagian konsumen di negara asal (home) akan lebih menyukai jenis barang yang berbeda dari negara luar (foreign), maka negara asal (home) akan melakukan impor terhadap barang dalam satu sektor industri yang sama. Pada sektor manufaktur akan terjadi perdagangan dua arah yang disebut dengan intra industry trade, sedangkan perdagangan yang lainnya yaitu pertukaran manufaktur untuk makanan (food) disebutinter industry trade(Krugman dan Obstfeld 2003).

Gambar 3 Pola perdaganganinter industry tradedanintra industry trade Sumber : Krugman dan Obstfeld (2003)

Home

(capital abundant)

Foreign

(labor abundant)

Manufactures Food

Inter Industry trade

(26)

10

Model Gravitasi

Selama lebih dari setengah abad terakhir, model gravitasi telah menjadi metode yang digunakan dalam berbagai literatur penelitian mengenai arus perdagangan negara-negara di dunia. Model gravitasi merupakan kunci bagi para peneliti yang tertarik untuk menganalisis dampak suatu kebijakan perdagangan. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Tinbergen pada tahun 1962 berdasarkan kepada hukum Newton, dimana interaksi antara dua benda/wilayah dipengaruhi olehmassadan jarak antara kedua benda tersebut. Hukum Newton itu sendiri adalah sebagai berikut :

=

...(1)

keterangan :

: Gaya tarik gravitasi

, :Massadari dua benda : Jarak antara dua benda : Konstanta gravitasi

Analogi perdagangan dari formula diatas yaitu ekspor dipengaruhi langsung secara proporsional oleh ukuran ekonomi masing-masing negara eksportir dan importir (PDB) serta berhubungan terbalik dengan jarak diantara kedua negara tersebut. Dengan kata lain, model gravitasi menduga bahwa pasangan negara yang ekonominya besar akan melakukan perdagangan yang besar pula, tetapi negara yang berjauhan secara jarak akan kurang dalam aktivitas perdagangannya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya biaya transportasi (Shepherd 2012).

Model gravitasi pada awalnya hanya berdasarkan oleh insting Tinbergen berdasarkan hukum Newton. Seiring waktu, semakin banyak peneliti yang membangun teori model gravitasi ini. Pada berbagai literatur, model gravitasi yang paling mendapatkan perhatian adalah model yang dilakukan oleh Anderson dan Van Wincoop (2003) dengan jurnal yang berjudul Gravity with Gravitas .

Anderson dan Van Wincoop (2003) menjelaskan bahwa perdagangan bilateral antar negara bergantung pada hambatan perdagangan (trade barrier) kedua negara tersebut, relatif terhadap indeks multilateral resistance. Negara i akan mengekspor lebih banyak ke negara j apabila mengalami resistensi multilateral dengan negara lainnya. Begitu juga sebaliknya, negara j akan mengimpor lebih banyak dari negara i apabila negara j tersebut mengalami resistensi multilateral yang tinggi dari negara-negara lainnya.

Saat ini, model gravitasi telah menjadi bagian integral dan penting dari perdagangan internasional. Head dan Mayer (2013) menyatakan bahwa ekspor meningkat secara proporsional sesuai dengan ukuran ekonomi negara tujuan, sedangkan impor akan meningkat proporsional dengan ukuran ekonomi negara asal.

Tinjauan Empiris

(27)

11

keuntungan dari fenomena globalisasi ini. Salah satu hal yang menjadi perhatian oleh negara berkembang adalah dampak dan konsekuensi dari globalisasi ekonomi tersebut, sehingga banyak penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan arus perdagangan, salah satunya adalah penelitian oleh Bendjilali (1997) yang berjudul An Intra-Trade Econometric Model for OIC Member Countries : A Cross Country Analysis. Bendjilali melakukan analisis tentang faktor-faktor penentu perdagangan intra bilateral diantara negara anggota OKI. Model yang digunakan adalah model gravitasi dengan menggunakan data cross sectionpada tahun 1994. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan intra bilateral anggota OKI secara positif dipengaruhi oleh PDB masing-masing negara, pendanaan dari Islamic Development Bank (IDB) dan integrasi dalam suatu blok ekonomi seperti blok Asia dan blok GCC (Gulf Cooperation Council), sebaliknya perdagangan diantara anggota OKI secara negatif dipengaruhi oleh biaya transportasi dan komunikasi sebagai proksi dari jarak.

Clark dan Stanley (1999) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi determinan intra industry trade antara Amerika Serikat dengan 30 negara berkembang dengan judul Determinants of intra industry trade between developing countries and United States. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intra industry tradesemakin menurun seiring dengan semakin besarnya perbedaan relatif faktorendowments. PDB dan kebijakan perdagangan di negara berkembang berpengaruh positif terhadap intra industry trade, sedangkan jarak berpengaruh negatif. Perdagangan dalam industri yang sama antara negara-negara di utara dan selatan terjadi akibat perbedaan produk secara vertikal yaitu berdasarkan kualitasnya, tidak terjadi akibat adanya perbedaan skala ekonomi.

Zahra dan Leili (2011) dalam penelitian yang berjudul The analysis of bilateral trade : The case of D8 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan bilateral di antara negara-negara yang tergabung dalam D8 dengan menggunakan model gravitasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDB dan populasi negara pengimpor memiliki pengaruh yang positif, sedangkan populasi negara pengekspor berpengaruh negatif terhadap perdagangan bilateral. Variabel lainnya yaitu kesamaan struktur ekonomi dan jarak memiliki pengaruh negatif, sedangkan tingkat keterbukaan perekonomian memiliki pengaruh positif terhadap perdagangan bilateral.

Abidin et al. (2013) dalam penelitian yang berjudul Analysis of Trade Pattern Between Malaysia and The OIC Member Countries : Gravitasi Model menganalisis pola perdagangan antara Malaysia dengan negara anggota OKI. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah data panel dengan model gravitasi dari periode 1997 sampai dengan 2009. Hasil estimasi menunjukkan bahwa PDB dan PDB per kapita memiliki pengaruh yang positif terhadap perdagangan Malaysia. Setiap kenaikan PDB sebesar 1 persen akan menaikkan perdagangan Malaysia sebesar 0.002 persen dan setiap kenaikan 1 persen PDB per kapita akan meningkatkan arus perdagangan sebesar 0.38 persen. Variabel lainnya yang memiliki pengaruh positif terhadap arus perdagangan Malaysia dengan negara OKI adalah Foreign Direct Investment (FDI), tingkat keterbukaan ekonomi dan indeks persepsi korupsi. Sedangkan variabel jarak memiliki pengaruh yang negatif terhadap arus perdagangan Malaysia.

(28)

12

gravitasi. Dalam penelitian tersebut, peneliti ingin mengetahui efek dari perjanjian ASEAN Free Trade Agreement (AFTA), infrastuktur serta faktor determinan lainnya seperti ukuran ekonomi (pendapatan), jarak dan perbatasan terhadap arus perdagangan negara ASEAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AFTA dan infrastruktur mempengaruhi arus perdagangan ASEAN secara signifikan dan positif untuk sebagian besar periode. Determinan lainnya seperti ukuran ekonomi dan jarak pun berpengaruh signifikan, tetapi variabel perbatasan diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap arus perdagangan.

Kerangka Pemikiran

Kinerja perdagangan suatu negara tidak terlepas dari kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintahan. Kebijakan perdagangan adalah suatu langkah atau tindakan yang diambil pemerintah untuk melindungi kepentingan nasional. Kebijakan perdagangan akan mempengaruhi secara langsung terhadap ekspor dan impor suatu komoditi. Selain kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, kinerja perdagangan terutama ekspor juga dipengaruhi oleh keragaan ekonomi negara tujuan ekspor itu sendiri.

Dalam kerangka Organisasi Kerjasama Islam, Indonesia telah melakukan perdagangan internasional baik ekspor dan impor. OKI sendiri saat ini telah memiliki perjanjian perdagangan yang disebut Trade Preferential System-Organization of the Islamic Conference (TPS-OIC), dimana sebanyak 32 negara telah menandatangi perjanjian ini termasuk Indonesia, tetapi hanya 15 negara yang baru meratifkasi TPS-OIC ke dalam undang-undang negerinya.

Untuk mengantisipasi perjanjian TPS-OIC serta tujuan jangka panjang dari OKI yaitu membentuk pasar bebas Islam, maka Indonesia perlu mempersiapkan diri menghadapi persaingan dalam pasar OKI. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu memaksimalkan potensi ekspor yang ada dengan cara melihat potensi ekonomi negara-negara anggota OKI tersebut, kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemetaan atau analisis terhadap komoditi-komoditi yang saat ini telah menjadi komoditi ekspor ke pasar OKI. Setelah memperoleh gambaran mengenai komoditas ekspor, maka selanjutnya dilakukan analisis dengan melihat tingkat daya saing komoditi tersebut menggunakan metode RCA, IIT dan EPD. Hasil dari analisis daya saing, tingkat integrasi dan dinamika ekspor tersebut akan diperoleh berbagai macam komoditas. Sehingga untuk tahap berikutnya, pada penelitian ini akan dibatasi hanya lima komoditas unggulan saja yang akan dianalisis menggunakan regresi model gravitasi.

(29)

13

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis variabel-variabel model gravitasi pada penelitian ini adalah :

1. Pendapatan per kapita Indonesia memiliki pengaruh yang positif terhadap ekspor komoditas unggulan.

Kinerja Perdagangan Indonesia ke OKI

Analisis Potensi Ekonomi dan Komoditas Unggulan Indonesia ke OKI

Analisis Tingkat Daya Saing dan Integrasi Perdagangan Komoditas Ekspor

Metode RCA Metode IIT Metode EPD

Dipilih Lima Komoditas Unggulan

Analisis Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Terpilih

Metode Gravitasi dengan variabel : 1. Pendapatan Per Kapita

2. Perbedaan PDB Per Kapita 3. Nilai Tukar Riil

4. Jarak Ekonomi 5. Tarif

6. Bahasa

Implikasi Kebijakan

(30)

14

2. Pendapatan per kapita negara partner memiliki pengaruh yang positif terhadap impor komoditas yang berasal dari Indonesia. Semakin tinggi pendapatan masyarakat akan meningkatkan konsumsinya.

3. Perbedaan PDB per kapita dapat bersifat positif atau negatif terhadap ekspor suatu komoditi. Perbedaan PDB per kapita dilihat dari kesamaan struktur ekonominya. Menurut teori Heckscher-Ohlin perdagangan akan semakin meningkat antar negara yang memiliki perbedaan relatif factor endownment. Sedangkan hipotesis Linder merupakan kebalikan dari teori Heckscher Ohlin, dimana semakin mirip permintaan dalam struktur ekonomi antar dua negara yang tercermin dalam pendapatan per kapitanya, maka perdagangan akan semakin besar diantara keduanya.

4. Nilai tukar mata uang memiliki pengaruh yang positif terhadap ekspor. Apabila rupiah terdepresiasi maka peluang ekspor akan semakin besar.

5. Jarak ekonomi memiliki pengaruh yang negatif bagi ekspor komoditas dari Indonesia.

6. Tarif impor yang diterapkan oleh negara partner berpengaruh negatif terhadap ekspor dari Indonesia.

7. Bahasa memiliki pengaruh yang positif bagi perdagangan antar negara. Semakin mirip bahasa yang digunakan, maka akan memudahkan dalam melakukan kerjasama perdagangan.

3 METODE

Jenis dan Sumber Data

(31)

15

Tabel 2 Jenis dan sumber data

No Jenis Data Sumber Keterangan

3 Nilai tukar riil Worldbank Rp/mata uang negara j

4 Jarak ekonomi CEPII dan Worldbank km

5 Bahasa CEPII 1 apabila bahasanya

mirip dgn Indonesia; 0 sebaliknya

6 Tarif WTO Persen

Metode Analisis

Kinerja perdagangan suatu negara dapat diukur dengan melihat pertumbuhan nilai atau volume ekspor rata-rata per tahun atau trend pertumbuhan jangka panjangnya. Untuk melakukan analisis terhadap kinerja perdagangan Indonesia ke OKI secara menyeluruh, maka perlu dilakukan kajian terhadap potensi ekonomi negara-negara yang tergabung dalam organisasi tersebut. Potensi ekonomi yang terdapat dalam suatu negara dapat menstimulus pertumbuhan impor negara yang bersangkutan. Semakin tinggi potensi ekonomi seperti tingkat pendapatan per kapita akan meningkatkan daya beli masyarakat. Indikator lainnya yang dapat mengukur perkembangan perdagangan adalah diversifikasi produk dan diversifikasi pasar. Kinerja ekspor dapat dikatakan bagus apabila produk yang diekspor bervariasi dan pasarnya luas.

Metode yang digunakan adalah metode analisis secara deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat kinerja perdagangan Indonesia ke OKI dengan melihat potensi ekonomi negara-negara yang menjadi tujuan ekspor serta melihat komoditas apa saja yang selama ini menjadi produk ekspor unggulan dari Indonesia. Sedangkan metode secara kuantitatif menggunakan empat alat analisis yaitu Revealed Comparative Advantage (RCA), Intra Industry Trade (IIT), Export Product Dynamics (EPD) dan regresi data panel model gravitasi.

AnalisisRevealed Comparative Advantage(RCA)

(32)

16

RCA dihitung menggunakan rumus matematis yang diperkenalkan oleh Balassa dalam Esterhuizen (2006) yang telah dimodifikasi seperti berikut ini :

=

⁄ ...(2)

keterangan :

: Nilai ekspor Indonesia untuk komoditi k ke OKI : Nilai total ekspor Indonesia ke OKI

: Nilai ekspor dunia komoditi k ke OKI : Nilai total ekspor dunia ke OKI

Nilai RCA yang berada diatas angka satu mengidentifikasikan bahwa suatu produk memiliki keunggulan atau daya saing. Sebaliknya, apabila nilai RCA dibawah satu, maka daya saing produk tersebut sangat rendah. Semakin tinggi nilai RCA, menunjukkan daya saing suatu produk semakin tinggi.

AnalisisIntra Industry Trade(IIT)

Setelah diketahui komoditi yang memiliki daya saing ke negara OKI, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis Intra Industry Trade (IIT) untuk mengetahui tingkat integrasi perdagangan antar negara dalam suatu industri atau sektor tertentu. Metode pengukuran yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan Grubel-Llyod indeks yang telah disesuaikan berdasarkan Sharma (2004), sebagai berikut :

= 1 − × 100...(3)

keterangan :

: ekspor negara i ke negara j pada komoditi/sektor k : impor negara i ke negara j pada komoditi/sektor k

Nilai GL indeks berkisar antara 0 sampai 100. Jika dalam satu komoditi, suatu negara hanya sebagai pengekspor atau pengimpor saja, maka indeks GL akan bernilai nol, dalam hal ini perdagangan hanya berlangsung dalam satu arah saja. Sebaliknya, jika dua negara melakukan ekspor dan impor dengan jumlah yang sama dalam suatu komoditi atau sektor tertentu, nilai indeks GL akan bernilai 100. Penjelasan lebih detail tentangintra industry tradesebagai indikator integrasi perdagangan terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 KlasifikasiIntra Industry Trade(IIT)

Intra Industry Trade(IIT) Klasifikasi

* Tidak terdapat aliran perdagangan

0.00 Tidak ada integrasi (Perdagangan satu arah)

>0.00 24.99 Integrasi lemah

25.00 49.99 Integrasi sedang

50.00 74.99 Integrasi kuat

75.00 99.99 Integrasi sangat kuat

(33)

17

AnalisisExport Product Dynamics(EPD)

Salah satu indikator yang baik untuk mengetahui tingkat daya saing adalah

Export Product Dynamics (EPD). Indikator EPD digunakan untuk

mengidentifikasi posisi pasar suatu komoditi pada tujuan pasar tertentu dan juga untuk mengetahui performa komoditi tersebut, apakah memiliki pertumbuhan yang dinamis dalam arti pertumbuhannya cepat atau tidak. Analisis EPD dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi kinerja dan daya saing. Faktor eksternal terkait dengan akses pasar keluar dan yang mempengaruhi permintaan impor, sedangkan faktor internal terkait dengan kondisi sisi penawaran (supply side) yang dipengaruhi oleh kondisi sumber daya alam, manusia, akses terhadap pemodalan dan peran pemerintah melalui kebijakan perdagangan yang kondusif.

Sebuah matriks EPD terdiri atas daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, sedangkan informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Meskipun suatu komoditi memiliki nilai ekspor yang tinggi, tetapi belum tentu komoditi tersebut memiliki pertumbuhan ekspor yang cepat dari tahun ke tahunnya, sehingga komoditi yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat patut diperhitungkan sebagai komoditi potensial negara tersebut.

Analisis EPD yang terdiri dari kombinasi daya tarik pasar dan kekuatan bisnis menghasilkan karakter posisi yang terbagi menjadi empat kategori yaitu rising star,falling star,lost opportunitydanretreat. Posisi pasar ideal dari empat karakter tersebut adalah pada posisi rising star yang ditandai dengan negara tersebut memperoleh tambahan pangsa pasar untuk produk-produk yang berkembang cepat (fast growing products). Lost opportunity terkait dengan penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis dan merupakan posisi yang paling tidak diinginkan. Falling star juga merupakan posisi yang tidak diinginkan, tetapi masih lebih baik dari lost opportunity dikarenakan pangsa pasarnya masih tetap meningkat. Sementara itu retreatbiasanya tidak diinginkan, tetapi pada kasus tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009). Secara lengkap matriks EPD yang telah dimodifikasi, terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Matriks EPD

Shareof Country s Export in OIC Trade Shareof Product in OIC Trade Rising (Dynamic) Falling (Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-Competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber : Estherhuizen (2006)

(34)

18

Gambar 5 Daya tarik pasar dan kekuatan bisnis dalam EPD Sumber : Esterhuizen (2006)

Lost

Opportunity Rising Star

Retreat Falling Star

menggambarkan peningkatan pangsa pasar produk i di perdagangan dunia atau informasi kekuatan bisnis.

Secara matematis untuk menghitung pangsa pasar ekspor suatu negara (negara i) dan pangsa pasar suatu produk (produk n) dalam perdagangan dunia adalah sebagai berikut :

Sumbu X : Pertumbuhan pangsa pasar ekspor i (Indonesia) =

∑ × ∑ ×

...(4)

Sumbu Y : Pertumbuhan pangsa pasar produk n =

∑ × ∑ ×

...(5)

keterangan :

X : Nilai ekspor T : Jumlah tahun t : tahun ke-t

Analisis Model Gravitasi

Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor penentu ekspor komoditi unggulan Indonesia ke OKI menggunakan model gravitasi statis. Spesifikasi model yang akan digunakan mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Nguyen (2010) yang telah dimodifikasi yaitu sebagai berikut :

ln(Xijt) = 0+ 1ln(PDBCAPit) + 2ln(PDBCAPjt) +

3ln(PDBCAPDijt) + 4ln(RERijt) + 5ln(ECODISTijt) +

(35)

19

keterangan :

: Nilai ekspor komoditi unggulan Indonesia ke negara j pada tahun t

PDBCAPit : PDB per kapita negara Indonesia pada tahun t

PDBCAPjt : PDB per kapita negara j pada tahun t

PDBCAPDijt : Perbedaan pendapatan per kapita negara Indonesia dan negara j

: Nilai tukar riil antara negara Indonesia dan negara j pada tahun t : Jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara j pada tahun t : Tarif negara j pada tahun t

: Dummy variabel perbedaan bahasa antara Indonesia dan negara j : Error term

Definisi Variabel Operasional

Penjelasan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Nilai ekspor (X) adalah nilai perdagangan dari suatu negara ke negara mitra dagangnya.

2. PDB per kapita merupakan pengukuran terhadap besaran pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara. PDB per kapita adalah hasil pembagian dari pendapatan nasional (PDB) dengan jumlah penduduk.

3. Perbedaan pendapatan per kapita (GDP per capita differencing) merupakan hasil perhitungan dari perbedaan pendapatan absolut antar dua negara.

= − ...(7)

4. Nilai tukar riil (RER) adalah harga relatif dari barang-barang yang diperdagangkan antar dua negara. Secara umum nilai tukar riil didapatkan dari hasil perkalian nilai tukar nominal dengan rasio tingkat harga yang biasanya diukur dari Indeks Harga Konsumen (IHK).

= ( ) × ...(8)

5. Jarak ekonomi (ECODIST) merupakan proksi dari biaya transportasi yang diperlukan dalam transaksi perdagangan antar negara yang dipisahkan oleh jarak geografis. Semakin jauh jarak suatu negara dengan negara lainnya mengindikasikan biaya transportasi yang semakin tinggi. Jarak ekonomi didapatkan dengan rumus :

(36)

20

6. Tarif adalah pungutan yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan ketika masuk atau keluar lintas batas teritorial suatu negara. Tarif yang digunakan adalah tarif bea masuk umum (MFN)simple averageper komoditi.

Uji Statistika

Uji statistika dilakukan terhadap hasil dari data panel. Data panel sendiri merupakan data gabungan antara data runtun waktu (time series) dan data silang (cross section). Data runtun waktu merupakan data dari satu objek/individu tetapi memiliki beberapa periode waktu yang berbeda, sedangkan data silang terdiri dari beberapa atau banyak objek/individu dalam suatu periode waktu tertentu. Data panel memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan data time series atau cross section di antaranya yaitu data yang terbentuk akan lebih banyak karena merupakan data gabungan, sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar yang akan memperkecil efek bias.

Dalam analisis data panel, terdapat tiga teknik estimasi regresi yaitu model dengan metode Pooled Least Squares (PLS), model fixed effect dan model random effect. Untuk melakukan pemilihan model yang efisien, maka perlu dilakukan pengujian statistika terhadap ketiga model data panel tersebut. Diagram pemilihan model terbaik dalam data panel terlihat pada Gambar 6.

1. Chow test

Uji chow atau pengujian F statistik dilakukan untuk memilih model yang terbaik antara Pooled least squares dengan fixed effect. Hipotesa yang digunakan adalah sebagai berikut :

H0 : ModelPooled least squares

H1 : ModelFixed effect

Dasar penolakan terhadap hipotesa nol (H0) adalah dengan menggunakan

F-statistik sebagai berikut :

, =

( )/ ( )

/ ( ) ...(10)

Chow test

LM test Hausman

test

Pooled least squares Random effect

Fixed effect

(37)

21

keterangan :

ESS1adalahResidual Sum Squarehasil pendugaanPooled least squares

ESS2adalahResidual Sum Squarehasil pendugaanFixed effect

N adalah jumlah datacross section T adalah jumlah datatime series K adalah jumlah variabel penjelas

Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N-1,NT-N-K) jika nilai Chow Statistik (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari Ftabel, maka cukup bukti untuk menolak hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah modelfixed effect, dan begitu juga sebaliknya.

2. Hausman test

Dalam memilih apakah fixed effectatau random effectsyang lebih baik, maka uji dilakukan uji Hausman. Dalam uji ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H0 : ModelRandom effect

H1 : ModelFixed effect

Sebagai dasar penolakan Ho maka digunakan statistik Hausman dan membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman dirumuskan dengan :

= ( − ) ( − ) ( − )~ ( ) …(11)

keterangan :

M adalah matriks kovarians untuk parameter k adalahdegrees of freedom

Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dariχ tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap Ho, sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Ekonomi OKI

Organisasi Konferensi Islam merupakan organisasi yang memiliki anggota terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan jumlah penduduk yang sangat potensial sebagai pengembangan pasar ekspor. OKI beranggotakan 57 negara yang tersebar di berbagai belahan dunia yang mencakup empat benua, terbentang dari Albania (Eropa) di wilayah utara sampai Mozambik (Afrika) di Selatan dan dari Guyana (Amerika latin) di barat sampai dengan Indonesia (Asia) di wilayah timur. OKI sebagai grup, terbentuk dengan dasar ikatan yang kuat sebagai sesama negara muslim.

(38)

22

menyumbang sebesar 71 persen dari total PDB. Terlihat pada Gambar 7, beberapa negara tersebut seperti Turki, Saudi Arabia, Uni Emirates Arab, Iran, Malaysia dan Indonesia sebagai negara yang memiliki PDB paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Semakin tinggi PDB suatu negara secara teori semakin besar pula kemampuannya untuk menarik arus investasi. Peningkatan arus investasi akan mendorong pertumbuhan tingkat pendapatan negara tersebut yang secara otomatis meningkatkan daya beli masyarakatnya.

Permasalahan yang terjadi di antara anggota OKI adalah adanya ketimpangan pendapatan per kapita yang cukup tinggi. Qatar merupakan negara

Gambar 8 Perbedaan PDB per kapita Indonesia dengan sepuluh negara OKI Sumber : Worldbank (2014)

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Uni Emirat Arab Saudi Arabia Turki Malaysia

Iran Bangladesh Jordan Pakistan Nigeria Mesir

Gambar 7 Sepuluh besar PDB negara anggota Organisasi Kerjasama Islam tahun 2013

(39)

23

yang paling sejahtera dengan nilai pendapatan per kapita pada tahun 2013 mencapai US$ 93 352, sementara negara anggota yang memiliki pendapatan per kapita terkecil adalah Niger dengan nilai US$ 412. Indonesia sendiri memiliki pendapatan per kapita sebesar US$ 3 475 yang masih di bawah rata-rata pendapatan per kapita negara anggota OKI yang mencapai US$ 8 821. Gambar 8 memperlihatkan perbedaan pendapatan per kapita Indonesia dengan sepuluh negara anggota OKI yang menjadi pasar ekspor terbesar komoditas Indonesia. Terdapat beberapa negara yang potensial sekali sebagai pasar ekspor apabila dilihat dari tingkat pendapatan per kapita masyarakatnya. Uni Emirat Arab dan Saudi Arabia memilik perbedaan PDB per kapita dengan Indonesia yang sangat tinggi, sedangkan negara-negara OKI lainnya memiliki perbedaan PDB per kapita dengan Indonesia di bawah US$ 10 000.

Dari segi perdagangan, terjadi dinamika ekspor impor produk maupun jasa antar anggota OKI dan sangat berfluktuasi setiap tahunnya. Berdasarkan laporan tahunan Organisasi Kerjasama Islam pada tahun 2013, secara agregat pertumbuhan perdagangan OKI ditopang sangat kuat oleh ekspor produk dalam bentuk barang daripada penawaran jasa/service. Pertumbuhan ekspor produk barang ini telah meningkatkan share ekspor OKI terhadap total ekspor dunia sebesar 12.5 persen pada tahun 2012. Pertumbuhan rata-rata ekspor OKI di tahun yang sama mencapai 3.4 persen. Nilai ini telah melebihi pertumbuhan rata-rata ekspor dunia yang hanya sebesar 0.3 persen. Di sisi lain, total impor dalam bentuk barang juga mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada tahun 2012. Share impor OKI terhadap total impor perdagangan dunia sebesar 10.2 persen di tahun yang sama.

Indonesia merupakan negara yang memiliki nilai Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi diantara negara anggota OKI lainnya. PDB yang merupakan proksi dari tingkat produksi mencerminkan bahwa Indonesia mampu untuk

(40)

24

melakukan kegiatan produksi dalam skala besar. Berdasarkan data total ekspor dan total impor negara-negara OKI, Indonesia termasuk negara yang memiliki peran penting dalam kegiatan perdagangan. Meskipun OKI terdiri dari banyak negara, ternyata kegiatan perdagangannya saat ini hanya terkonsentrasi pada beberapa negara saja. Pada Gambar 9, terlihat sepuluh besar negara penyumbang nilai ekspor dan impor tertinggi tahun 2013. Pada sisi ekspor, Saudi Arabia merupakan negara yang melakukan perdagangan terbesar ke sesama anggota OKI dengan share sebesar 16.97 persen, sedangkan total ekspor Kazakhstan yang berada pada posisi sepuluh besar hanya memperoleh sharesebanyak 3.93 persen. Indonesia sendiri berada pada posisi keempat dengan share sebesar 8.69 persen. Sebaliknya dari segi impor, Turki merupakan negara yang paling aktif dalam melakukan kegiatan impor barang dengan perolehan share sebesar 14.23 persen, disusul dengan Uni Emirat Arab (12.16%), Malaysia (11.67%) dan Indonesia (10.56%).

Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, Indonesia melakukan transaksi perdagangan hampir ke semua negara anggota OKI dengan nilai perdagangan yang cukup bervariasi. Total perdagangan Indonesia dan OKI yang mencakup ekspor impor pada tahun 2009 sebesar US$ 29 miliar dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai US$ 56 miliar pada tahun 2013. Trend peningkatan total perdagangan selama lima tahun terakhir sebesar 17.93 persen, sedangkan dari segi ekspornya saja, nilai transaksi Indonesia ke OKI mencapai titik tertinggi pada tahun 2012 sebesar US$ 23.1 miliar. Angka ini selaras dengan pencapaian ekspor tertinggi OKI secara agregat di tahun yang sama yang mencapai nilai ekspor sebesar US$ 2.2 triliun, dan merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah OKI. Pertumbuhan perdagangan Indonesia ke OKI ini sangat penting dalam penentuan kebijakan perdagangan di masa yang akan datang terutama terkait dengan kerjasama perdagangan Trade Preferential System Organization of Islamic Conference(TPS-OIC).

Pertumbuhan perdagangan Indonesia dan OKI dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas oleh adanya pengaruh kenaikan harga minyak dunia dan juga harga komoditas lainnya. Kenaikan harga minyak dunia mendorong peningkatan nilai impor Indonesia dari negara anggota OKI penghasil minyak bumi seperti Brunai Darussalam, Iran dan Saudi Arabia. Meskipun nilai impor minyak dan gas selama ini mengalami peningkatan, tetapi kinerja perdagangan pada sektor non migas pun mengalami peningkatan yang signifikan dimana ekspor non migas melebihi impornya. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditas yang berasal dari Indonesia dapat diterima oleh pasar OKI.

(41)

25

komoditas Indonesia tersebut adalah Bangladesh, Iran, Malaysia, Nigeria, Mesir, Pakistan, Yordania, Saudi Arabia, Turki dan Uni Emirat Arab.

Nilai ekspor Indonesia yang cukup besar ke sepuluh negara OKI tersebut tidak terlepas dari potensi ekonomi negara bersangkutan. Pendapatan domestik bruto negara-negara tersebut termasuk yang tertinggi dibandingkan dengan negara OKI lainnya (Tabel 5). PDB yang tinggi dapat dijadikan sebagai indikator kekuatan daya serap pasar, ketika pendapatan domestik bruto suatu negara meningkat maka akan terjadi peningkatan daya beli termasuk terhadap barang-barang impor. Negara yang memiliki trend pertumbuhan ekonomi diatas 10 persen di antaranya yaitu Nigeria, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan Malaysia, sedangkan selebihnya trend pertumbuhan masih positif meskipun di bawah 10 persen.

Selain pertumbuhan ekonomi yang positif sebagai tolok ukur pasar ekspor potensial, faktor lain yang sangat berpengaruh adalah jumlah penduduk atau populasi yang ada di suatu negara. Pertambahan populasi dapat mempengaruhi ekspor dari dua sisi yaitu dari segi penawaran maupun permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan jumlah populasi dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk sektor-sektor tertentu yang membutuhkan tenaga manusia dalam berproduksi. Sedangkan pada sisi permintaan, pertumbuhan populasi akan mendorong peningkatan konsumsi baik terhadap komoditas dalam negeri maupun luar negeri. Indonesia memiliki keunggulan dengan jumlah populasi yang hampir mencapai 250 juta jiwa (Gambar 10). Tingginya populasi ini merupakan potensi sebagai tenaga kerja produktif yang mampu menghasilkan komoditas yang berdaya saing. Negara pasar tujuan ekspor yang memiliki populasi di atas 150 juta jiwa adalah Bangladesh, Nigeria dan Pakistan, sedangkan selebihnya memiliki populasi di bawah 100 juta jiwa. Tingginya populasi negara tujuan ekspor berimplikasi pada peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga kurva permintaan akan bergeser ke arah kanan yang menyebabkan terjadinya excess demand.

Tabel 5 PDB negara pasar ekspor Indonesia di OKI tahun 2009-2013 (juta US$)

Negara 2009 2010 2011 2012 2013 Trend

(%)

Turkey 614 554 731 168 774 754 788 863 820 207 6.75

Saudi Arabia 429 098 526 811 669 507 733 956 745 273 15.44

Nigeria 169 481 369 062 411 744 462 979 521 803 28.09

United Arab

Emirates 254 803 287 422 348 595 383 799 383 799 11.72

Iran, Islamic Rep. 362 661 422 568 528 426 502 729 368 904 2.10

Malaysia 202 251 247 534 289 259 305 033 312 435 11.39

Egypt, Arab Rep. 188 984 218 888 236 001 262 832 271 973 9.54

Pakistan 167 875 177 166 213 686 224 880 236 625 9.69

Bangladesh 89 357 100 360 111 906 116 034 129 857 9.34

Jordan 23 818 26 425 28 840 31 015 33 678 8.90

Gambar

Gambar 1 Total dan share PDB OKI terhadap PDB dunia Tahun 2004-2013
Gambar 2 Share total ekspor Indonesia ke OKI
Gambar 3 Pola perdagangan inter industry trade dan intra industry trade
Gambar 4 Kerangka pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

4< ◆ ◆ Kagcbkbtj ugtuh Kagcbkbtj ugtuh kagcjlagtjejhbsj lbg kagcjlagtjejhbsj lbg karukushbg kbsbibo karukushbg kbsbibo tagtbgc fdyah 0 ljkagsj tagtbgc fdyah 0 ljkagsj ◆

Adapun konsep diri dari aspek fisik yang dirasakan oleh responden 2 sesuai dengan hasil wawancara adalah :Bahwa Septi merasa kalau ia berjilbab mode, ia akan terlihat

Untuk mengevaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran pada setiap mata kuliah, maka dilakukan penyebaran kuesioner yang harus diisi mahasiswa serta pemberian kritik dan saran

Zat ini diklasifikasikan sebagai sama berbahayanya dengan debu mudah terbakar oleh Standar Komunikasi Bahaya OSHA 2012 Amerika Serikat (29 CFR 1910.1200) dan Peraturan Produk

Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian yaitu mencari data terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang kongret

Dengan percepatan pada kuartal ketiga, belanja modal pemerintah diperkirakan meningkat sebesar 21,4 persen secara riil dalam sembilan bulan pertama tahun 2015 dibanding periode

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi