• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di Provinsi Lampung"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Dan Perhitungan Pembanding Kemiskinan Di

Provinsi Lampung

Dari kajian terdahulu memberi kesimpulan bahwa tingginya persentase dan jumlah penduduk miskin Lampung lebih disebabkan oleh masih tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh rumahtangga untuk perumahan, kesehatan dan pendidikan. Dari hasil kajian indikator perumahan, kesehatan dan pendidikan di kabupaten/kota di Lampung memberi kesimpulan bahwa :

1. Persentase rumahtangga di Lampung yang tidak memiliki rumah sendiri tertinggi ada di Kota Bandar Lampung yaitu sebesar 30,16 %, Kota metro (24,77%) dan Lampung Barat (14,06%) dan yang terendah adalah di Lampung Timur (4,49 %) padahal persentase rata-rata pengeluaran rumahtangga untuk perumahan cukup tinggi, yaitu 6,69 persen . Sementara itu di Kabupaten Mesuji ada sebesar 12,07 persen.

2. Tingginya pengeluaran untuk perumahan di Bandar Lampung lebih disebabkan oleh tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh rumahtangga untuk memiliki rumah tinggal.

3. Pada tahun 2010 angka keluhan kesehatan tertinggi ada di Tulang Bawang Barat yaitu sebesar 30,73 % dan yang terendah di Lampung Timur 12,42 %. Sementara itu angka keluhan Kabupaten Tanggamus cukup tinggi, yaitu 23,23 % dan Lampung Barat 14,83%.

4. Tingginya pengeluaran untuk kesehatan di tanggamus lebih disebabkan oleh mahalnya biaya kesehatan dan bukan karena banyaknya rumahtangga yang akses terhadap fasilitas kesehatan. Begitu juga, tingginya angka keluhan kesehatan di Tulang Bawang Barat juga memberikan catatan bahwa biaya kesehatan cukup mahal di bandingkan dengan kabupaten/kota lain di Lampung. 5. Persentase pengeluaran rumahtangga untuk biaya pendidikan di Lampung Barat

cukup rendah, yaitu 2,19%, sementara angka partisipasi sekolah penduduk usia 10-25 tahun hanya sebesar 44,38 %,. Hal ini berarti rendahnya biaya pendidikan yang dikeluarkan rumahtangga di Lampung Barat lebih disebabkan karena mahalnya biaya pendidikan di Lampung Barat.

(2)

6. Persentase rata-rata pengeluaran rumahtangga untuk biaya pendidikan di Tanggamus sangat rendah, yaitu 2,20%, sementara itu angka partisipasi sekolah penduduk usia 10-25 tahunnya juga sangat rendah, yaitu hanya sebesar 49,33%. Hal ini juga berarti rendahnya biaya pendidikan yang dikeluarkan rumahtangga di Tanggamus juga lebih disebabkan karena mahalnya biaya pendidikan di Tanggamus dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Lampung.

Analisis hasil keterbandingan Kemiskinan Mikro Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Tercatat bahwa dari 739.994 RTS di Provinsi Lampung, 116.838 (15,79%) masuk ke dalam kategori rumah tangga sangat miskin, 333.194 (45,03%) masuk kategori miskin dan sisanya 289.962 (39,18%) rumah tangga hampir miskin.

2. RTS terbanyak berada di Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah dan Kabupaten Lampung Timur. Masing-masing sebanyak 15,50% (114.688 RTS), 14,18% (104.929 RTS) dan 12,68% (93.862 RTS). Sementara persentase terkecil ada di Kota Metro yaitu sebesar 0,81% (5.962 RTS).

3. Dari 116.838 rumah tangga sangat miskin di Lampung, tiga kabupaten dengan persentase rumah tangga miskin terbesar berturut-turut adalah : Lampung Selatan 15,65 % (18.289 rumah tangga) ; Lampung Tengah 12,52 % (14.623 rumah tangga) dan Tanggamus 11,96% (13.970 rumah tangga). Sementara itu, rumah tangga sangat miskin terkecil ada di Kota Metro (0,82 %) atau sebanyak 959 rumah tangga.

4. Rumah tangga dengan kategori Miskin, terbanyak berada di Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 16,60 % atau sebanyak 55.298 rumah tangga. Sedangkan jumlah terkecil ada di Kota Metro, yaitu hanya sebanyak 2.302 rumah tangga (0,69%). 5. Kategori rumah tangga hampir miskin terbanyak juga berada di Lampung Selatan,

yaitu sebanyak 41.101 rumah tangga (14,17%) dan yang terkecil ada di Kota Metro 2.701 rumah tangga (0,93%).

6. Dari 7.632.506 penduduk di Lampung, 2.702.504 (39,46%) penduduk diantaranya adalah penduduk dari RTS. Sementara itu, dari 2.702.504 penduduk dari RTS , jika kita bagi menurut kategori kemiskinan, tercatat bahwa sebanyak 610.492 penduduk (22,59%) di kategorikan sebagai penduduk sangat miskin (SM), 1.267.716 penduduk (46,91%) dengan kategori Miskin (M) dan sisanya 824.296 penduduk (30,50%) masuk kategori Hampir Miskin (HM).

(3)

7. Lampung Selatan (15,58%) memiliki jumlah penduduk RTS terbanyak dibandingkan dengan kabupaten/kota lain se-Lampung, sementara yang terkecil adalah Kota Metro (0,81%).

8. Jika kita lihat menurut kategori kemiskinan, maka jumlah penduduk sangat miskin, miskin dan hampir miskin terbanyak juga berada di Lampung selatan, yaitu sebanyak 93,66 ribu penduduk sangat miskin (15,34 %) ; 201 ribu penduduk Miskin (15,82%) dan 127 ribu penduduk Hampir Miskin. Demikian juga yang terkecil ada di Kota Metro, yaitu masing-masing sebanyak 4,98 ribu penduduk sangat miskin (0,82%), 9 ribu penduduk Miskin dan 8 ribu penduduk Hampir Miskin.

9. Dari kajian 14 kriteria kemiskinan mikro antar kabupaten/kota di Lampung, di dapat kesimpulan sebagai berikut :

a. Dari 67,36 % RTS yang memiliki luas lantai per kapita kurang dari 8 m2, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 14,37 % (34.717 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Tanggamus, yaitu 11,96 % atau sebanyak 28.889 RTS. sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,71 persen atau sebanyak 1.709 RTS.

b. Dari 98,39 % RTS dengan jenis lantai kualitas rendah, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 15,55 % (113.245 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 14,06 % atau sebanyak 102.369 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,79 persen atau sebanyak 5.732 RTS.

c. Dari 97,21 % RTS dengan jenis dinding kualitas rendah, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 15,54 % (111.793 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 13,96 % atau sebanyak 100.444 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,79 persen atau sebanyak 5.647 RTS.

d. Dari 48,70 % RTS yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar, Tanggamus merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 18,62 % (67.116 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 17,09 % atau sebanyak 61.604 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,80 persen atau sebanyak 2.866 RTS.

(4)

e. Dari 87,36 % RTS dengan sumber air minum kurang bersih, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 15,38 % (99.437 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 14,03 % atau sebanyak 90.673 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,86 persen atau sebanyak 5.583 RTS.

f. Dari 42,67 % RTS dengan sumber penerangannya bukan listrik, Tanggamus merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 14,05 % (44.355 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Tulang Bawang, yaitu 13,84 % atau sebanyak 43.715 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,31 persen atau sebanyak 966 RTS.

g. Dari 91,14 % RTS yang menggunakan kayu bakar/arang sebagai bahan

bakar utama memasak sehari-hari, lampung Selatan merupakan kabupaten

tertinggi dengan persentase sebesar 16,09 % (108.525 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Tengah, yaitu 15,14 % atau sebanyak 102.074 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,61 persen atau sebanyak 4.104 RTS.

h. Dari 85,47 % RTS yang tidak pernah membeli/mengkonsumsi daging/

ayam/susu, Lampung Selatan merupakan kabupaten tertinggi dengan

persentase sebesar 14,05 % (44.355 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Tulang Bawang, yaitu 13,84 % atau sebanyak 43.715 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,31 persen atau sebanyak 966 RTS.

i. Dari 4,13 % RTS (30.557 rumah tangga) yang hanya mampu memberi

makan anggota rumah tangganya sebanyak satu kali saja dalam sehari,

Lampung Tengah merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 25,30 % (7.732 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 18,21 % atau sebanyak 5.564 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,36 persen atau sebanyak 111 RTS. j. Dari 17,17 % RTS (131.492 rumah tangga) yang tidak mampu sama sekali

untuk membelikan anggota rumah tangganya pakaian baru dalam setahun, Lampung Tengah merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase

sebesar 17,38 % (22.848 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Timur, yaitu 12,95 % atau sebanyak 17.034 RTS. Sementara itu

(5)

persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,87 persen atau sebanyak 1.138 RTS.

k. Dari 36,34 % rumah tangga yang tidak sanggup membayar, maka tercatat bahwa Tulang Bawang merupakan kabupaten tertinggi dengan persentase sebesar 16,66 % (44.800 RTS). Persentase terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 13,48 % atau sebanyak 36.263 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,32 persen atau sebanyak 874 RTS.

l. Dari 739.994 RTS di Lampung, 99,30 % (734.793 rumah tangga) adalah yang

tidak mempunyai aset berupa Tabungan 99,30 % (734.851 rumah tangga)

tidak memiliki Emas, 80,85 % (598.290 rumah tangga) tidak memiliki TV berwarna, 93,23 % (689.908 rumah tangga) tidak memiliki Ternak dan 98,25 % (727.041 rumah tangga) tidak memiliki Sepeda Motor.

m. Dari 86,72 % RTS (237.363 rumah tangga) yang mempunyai luas lahan

kurang atau sama dengan 0,5 hektar. Persentase tertinggi adalah Kabupaten

Lampung Tengah yaitu sebesar 18,87 % (44.786 rumah tangga). RTS pertanian dengan luas lahan kurang dari 0,5 hektar terbesar ke-2 adalah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu 15,96 % atau sebanyak 37.872 RTS. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,09 persen atau sebanyak 895 RTS.

n. Dari 82,45 % kepala rumah tangga RTS yang pendidikan tertingginya hanya

SD atau bahkan tidak/belum pernah sekolah, paling tinggi ada di Lampung

Selatan, dengan persentase sebesar 15,38 % atau sebanyak 93.824 kepala rumah tangga. Sementara itu persentase terkecil adalah Kota Metro yaitu hanya 0,62 persen atau sebanyak 3.812 kepala rumah tangga.

10. Indikator perhitungan pembanding kemiskinan tidak hanya dilihat dari jumlah besaran dan persentase penduduk miskin saja tetapi juga harus memperhatikan tingkat kedalaman (P1) dan keparahan kemiskinan (P2). Tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, tapi juga kebijakan kemiskinan yang diambil harus bisa mengurangi Indeks Kedalaman (P1) dan Indeks Keparahan (P2) dari kemiskinan tersebut

11. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) memberi gambaran mengenai ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis

(6)

kemiskinan. Pada periode 2005-2010 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukann kecenderungan menurun dari 4,10 di tahun 2005 menjadi 2,99 di tahun 2010. Ini artinya bahwa usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat dalam usaha mengurangi kemiskinan cukup berhasil, walaupun secara nominal penduduk miskin masih berada di bawah garis kemiskinan. Kabupaten Lampung Utara merupakan kabupaten dengan nilai P1 terbesar di Lampung pada tahun 2005-2010 dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan 8,03 di tahun 2005 dan 5,42 di tahun 2010. Sedangkan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang terkecil di tahun 2005 adalah Kota Metro sebesar 1,91 dan di tahun 2010 adalah Kabupaten Mesuji sebesar 1,06.

12. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Secara umum Indeks Keparahan Kemiskinan di Lampung berfluktuasi cenderung menurun dari waktu ke waktu dimana 1,19 di tahun 2005 dan 0,80 di tahun 2010. Hampir sepanjang tahun 2005-2010 Kabupaten Lampung Utara merupakan Kabupaten dengan Ineks Keparahan Kemiskinan terbesar di Lampung dimana pada tahun 2005 sebesar 2,74 dan tahun 2010 1,57. Untuk yang terkecil adalah Kota Metro di tahun 2005 sebesar 0,55 dan Kabupaten Mesuji di tahun 2010 dengan indeks 0,19.

Rekomendasi

1. Karena lebih banyak penduduk yang lebih memilih berobat ke rumah sakit swasta dibandingkan dengan ke rumah sakit pemerintah, maka disarankan kepada Pemerintah Lampung untuk meninjau kembali baik pelayanan maupun biaya rumah sakit pemerintah kepada masyarakat, terutama di Lampung Timur dan Lampung Tengah.

2. Pemerintah Lampung harus terus berusaha untuk menurunkan besarnya biaya pendidikan di Provinsi Lampung. Diharapkan dengan turunnya biaya pendidikan akan memberikan semangat penduduk untuk dapat berakses ke pendidikan, terutama di Lampung Barat dan Tanggamus.

3. Dalam hal percepatan pengentasan kemiskinan di Provinsi Lampung, maka secara keseluruhan Pemerintah Provinsi Lampung harus terlebih dahulu mengentasakan kemiskinan di Lampung Selatan yang merupakan kabupaten dengan persentase Rumah Tangga Sasaran tertinggi se-Lampung.

(7)

4. Dari hasil analisis kemiskinan kabupaten/kota di Lampung baik secara makro maupun mikro, skala prioritas kabupaten/kota yang perlu dibenahi adalah sebagai berikut :

No. Pokok Program Kab/Kota sasaran

Prioritas

1. Perumahan (Misal : Program Semenisasi, rumah murah)

1. Bandar Lampung 2. Lampung Selatan 2. Pembangunan MCK (terutama fasilitas

buang air besar)

1. Tanggamus 2. Lampung Selatan 3. Pengadaan Sumber Air Bersih/Air Minum 1. Lampung Selatan 2. Lampung Tengah 4. Pemasangan listrik gratis/murah 1. Tanggamus

2. Tulang Bawang 5. Pembagian Tabung gas Gratis/murah 1. Lampung Selatan

2. Lampung Tengah 6. Bantuan sembako murah 1. Lampung Selatan 2. Lampung Tengah

7. Biaya Pendidikan

1. L;ampung Barat 2. Lampung Selatan 3. Tanggamus 8. Pelayanan & Biaya Rumah Sakit

Pemerintah

1. Lampung Timur 2. Lampung Tengah 9. Biaya Kesehatan Murah/Gratis

(Puskesmas)

1. Lampung Barat 2. Tanggamus

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan analisis regresi multilinier, sebanyak 20 senyawa xanton yang sudah diketahui nilai IC50-nya digunakan sebagai senyawa fitting untuk mendapatkan

Perencanaan bangunan Solo Convention and Exhibition Center sebagai pusat konvensi dan ekshibisi yang dilengkapi dngan fasilitas penunjang yang representatif yang ditekankan

Pembuatan web E-auction barang bekas ini dinilai dapat membantu mahasiswa sistem informasi Universitas Darma Persada karena ini dapat dijangkau dimana saja, kapan saja oleh

Alat pelindung diri harus mematuhi standar yang tepat, layak untuk digunakan, disimpan dan dijaga dalam kondisi yang baik, dan dijaga dengan baik.. Pemilihan dan standar yang

Tujuan dilakukannya identifikasi aren untuk mengetahui jumlah aren umur produksi, belum produksi, dan produksi nira per mayang per hari dalam memetakan potensi

Penelitian ini menjelaskan bahwa upaya menghentikan konflik dan kerjasama yang dilakukan oleh umat beragama pasca konflik telah berhasil dilakukan atas dukungan semua

Misal: Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), usaha sepi. b) Nasabah memindahtangankan atau jual beli bawah tangan tanpa sepengetahuan pihak bank. Hal ini sering terjadi saat

Pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat output, oleh karena itu peningkatan pada pengeluaran pemerintah akan menyebabkan