• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSENTASE PENUTUPAN LAMUN DI PANTAI LEGON BAJAK TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSENTASE PENUTUPAN LAMUN DI PANTAI LEGON BAJAK TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PERSENTASE PENUTUPAN LAMUN

DI PANTAI LEGON BAJAK

TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Oleh:

KARLA LUTFIA RAHMADANTI 26040118130190

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Struktur Vegetasi Lamun di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa

Nama Mahasiswa : Karla Lutfia Rahmadanti

NIM : 26040118130190

Departemen/Program Studi : Ilmu Kelautan

Fakultas : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Praktek Kerja Lapangan ini telah diujikan pada tanggal: 8 Juni 2020

Mengesahkan,

Koordinator PKL Pembimbing

Dr. Ir. Sunaryo Ir. Sri Redjeki, M.Si.

NIP. 19600412 198708 1 003 NIP. 196001051987031002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan,

Dr. Agus Trianto, ST, M.Sc, NIP. 196903231995121001

(3)

iii

RINGKASAN

Karla Lutfia Rahmadanti 26040118130190. Struktur Vegetasi Lamun di Pantai

Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa. (Pembimbing : Ir. Sri Redjeki ,

M.Si).

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang berperan dalam menjaga keseimbangan di laut. Ekosistem padang lamun mempunyai hubungan erat dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Oleh karena itu, apabila ekosistem padang lamun di suatu perairan dalam kondisi cukup baik, maka kedua ekosistem tersebut tentu juga dalam kondisi baik. Terdapat banyak pantai yang ada di Pulau Kemujan termasuk salah satunya Pantai Legon Bajak yang memiliki hamparan padang lamun yang cukup luas. Pantai Legon Bajak merupakan pantai menjadi pusat aktivitas penduduk sekitar terutama nelayan. Banyaknya aktivitas yang dilakukan di wilayah tersebut tentu dapat mempengaruhi pertumbuhan ekosistem yang ada di laut, terutama lamun yang memungkinkan terkena dampak buruk dari aktivitas tersebut. Tujuan dilaksanaknnya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini, yaitu untuk mengidentifikasi jenis-jenis lamun serta mengetahui struktur vegetasi lamun di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa yang mencakup jumlah dan jenis lamun, persentase penutupan total lamun serta persentase penutupan jenis lamun. Metode yang digunakan dalam pengambilan data lamun adalah metode line transect. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan lamun yang diambil dari daerah padang lamun di Pantai Legon Bajak. Data primer yang diperoleh berupa jenis lamun, persentase penutupan total lamun dan persentase penutupan jenis lamun. enam jenis lamun pada vegetasi lamun yang terdapat di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa, antara lain Enhalus acoroides, Thallassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Halophila spinulosa, dan Halophila minor. Tutupan total lamun pada Stasiun 01 sebesar 24,05% dan Stasiun 02 sebesar 33,52%, sedangkan untuk tutupan lamun tiap jenis bervariasi dengan tutupan paling tinggi adalah lamun jenis Cymodocea rotundata.

Kata kunci : Cymodocea rotundata, Padang Lamun, Pantai Legon Bajak ,

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan segala kuasa-Nyalah penulis akhirnya dapat menyusun dan menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “Persentase Tutupan Lamun di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa” ini sebagai syarat mata kuliah PKL Kegiatan Praktik Kerja Lapangan merupakan salah satu syarat terpenuhinya nilai untuk mata kuliah PKL.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Sri Redjeki, M.Si. selaku dosen pembimbing dalam penyusunan laporan PKL ini;

2. Dr. Ir. Sunaryo selaku dosen koordinator pengampu Mata Kuliah PKL; 3. Fahmi Fajar Sahwan selaku pembimbing lapangan dalam pelaksanaan

PKL ini beserta staf Balai Taman Nasional Karimunjawa; dan

4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan PKL ini. Selama penyusunan laporan PKL ini, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan dikarenakan oleh segala keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis akan menerima segala kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan laporan PKL ini.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terimakasih yang tidak terhingga pada semua pihak yang terlibat, dengan harapan semoga penulisan laporan PKL ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 14 April 2020

(5)

v

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan. . . ..ii

Ringkasan . . . . . . iii

Kata Pengantar . . . iv

Daftar Isi . . . . . v

Daftar Tabel. . . vi

Daftar Gambar. . . .vii

Daftar Lampiran . . . ..viii

BAB I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang . . . . . . .. . . 9

1.2 Pendekatan dan perumusan Masalah. . . 10

1.3 Tujuan . . . .. . . 11

1.4 Manfaat . . . . 11

1.5 Waktu dan Lokasi PKL. . . .11

BAB II. Tinjauan Pustaka 2.1 Lamun . . . . . . . . . . 13

2.2 Penutupan Lamun. . . 14

2.3 Pulau Kemujan. . . 14

2.4 Taman Nasional Karimunjawa. . . 15

BAB III. Materi dan Metode 3.1 Waktu dan Tempat. . . .. . . 17

3.2 Materi. . . .. . . 17

3.2 Alat dan Bahan. . . .. . . .17

3.4 Metode. . . .. . . .18

BAB IV. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil. . . . . . . 23 4.2 Pembahasan . . . 24 BABV. Penutup 5.1 Kesimpulan. . . 28 5.2 Saran. . . 28 Daftar Pustaka . . . 30 Lampiran . . . . 32

(6)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Alat yang digunakan saat pengambilan data . . . 17

Tabel 2. Bahan yang digunakan saat pengambilan data. . . ... . . 18

Tabel 3. Lokasi titik koordinat pengambilan data lamun . . . .19

Tabel 4. Penilaian Penutupan Lamun . . . .20

Tabel 5. Kategori status padang lamun di Indonesia . . . .. . . .22

Tabel 6. Hasil pengambilan data lamun . . . .. . . 24

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian . . . 33

Lampiran 2. Curriculum vitae. . . .. . . 34

Lampiran 3. Surat Keterangan Melaksanakan PKL. . . 36

Lampiran 4. Log Book . . . . . . 37

(9)

9

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lamun merupakan produsen primer bagi beberapa biota laut seperti dugong. Selain itu lamun juga mempunyai produktivitas primer yang tinggi yang menyediakan oksigen bagi lingkungan di sekitarnya. Lamun yang terhampar luas akan membentuk suatu padang. Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang berperan dalam menjaga keseimbangan di laut. Ekosistem padang lamun mempunyai hubungan erat dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Padang lamun berfungsi sebagai perangkap sedimen dari mangrove sehingga pertumbuhan terumbu karang tidak terganggu karena air yang diterimanya jernih. Sebaliknya, air yang bergelombang akan diredam oleh padang lamun yang ada sehingga gelombang tidak menghantam mangrove secara langsung dan mangrove dapat terlindung. Oleh karena itu, apabila ekosistem padang lamun di suatu perairan dalam kondisi cukup baik, maka kedua ekosistem tersebut tentu juga dalam kondisi baik.

Pendataan maupun monitoring mengenai ekosistem padang lamun sangat penting dilakukan untuk mengetahui kelangsungan ekosistem padang lamun yang terdapat di suatu wilayah perairan. Dengan melakukan pendataan, maka akan diketahui tutupan lamun yang terdapat di perairan. Data mengenai tutupan lamun tersebut dapat digunakan untuk menentukan kondisi baik atau buruknya ekosistem padang lamun tersebut. Salah satu ekosistem padang lamun terdapat di Pantai Legon Bajak, Pulau Kemujan yang dimana termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang dikonservasi dimana pendataan merupakan salah satu upaya konservasi dari

(10)

10

ekosistem padang lamun. Oleh karena itu, PKL ini dilakukan untuk mengetahui kondisi padang lamun di suatu perairan.

1.2. Pendekatan dan Perumusan Masalah

Ekosistem padang lamun tersebar luas di wilayah perairan di Indonesia. Salah satunya juga terdapat di Pantai Legon Bajak, Pulau Kemujan. Pulau Kemujan sendiri adalah salah satu gugusan pulau yang terdapat di Kepulauan Karimunjawa. Pulau Kemujan juga mempunyai sumber daya laut yang mencakup ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang. Pulau Kemujan merupakan pulau yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ). Pulau dengan luas sekitar 15,015 km2 ini juga dihuni oleh banyak penduduk, sehingga menjadi suatu pemukiman (Purbani et al., 2019). Selain itu, terdapat banyak pantai yang ada di Pulau Kemujan dimana salah satunya Pantai Legon Bajak yang memiliki hamparan padang lamun yang cukup luas.

Pantai Legon Bajak merupakan pantai menjadi pusat aktivitas penduduk sekitar terutama nelayan. Pantai Legon Bajak ini dijadikan sebagai pelabuhan. Meskipun merupakan pelabuhan kecil, tetapi banyak lalu lalang kapal di wilayah tersebut. Selain itu, juga terdapat PLTD dan kapal tongkang yang menampung atau mengangkut batu bara di dekat Pantai Legon Bajak. Banyaknya aktivitas yang dilakukan di wilayah tersebut tentu dapat mempengaruhi pertumbuhan ekosistem yang ada di laut, terutama lamun yang memungkinkan terkena dampak buruk dari aktivitas tersebut. Ditambah lagi dengan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya ekosistem padang lamun. Lamun yang umumnya dianggap sebagai tumbuhan laut pengganggu mempunyai peranan yang

(11)

11

penting. Oleh karena itu, perlu adanya data informasi lamun di Pantai Legon Bajak untuk mengetahui kondisi lamun yang terdapat di peariran tersebut.

1.3. Tujuan

Tujuan dilaksanaknnya Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini, yaitu :

1. Mengidentifikasi jenis-jenis lamun di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa.

2. Mengetahui persentase tutupan lamun di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa yang mencakup persentase penutupan total lamun dan persentase penutupan jenis lamun.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat bagi Mahasiswa

1. Memperoleh data informasi mengenai persentase tutupan lamun yang terdapat di Pantai legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa. 2. Menambah wawasan dan ketrampilan mahasiswa dalam melakukan

pendataan lamun di Pantai legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa.

3. Mahasiswa mampu menerapkan ilmu perkuliahan mengenai pentingnya konservasi lamun untuk mencapai keseimbangan ekosistem di laut.

4. Memperdalam dan meningkatkan kualitas, kemampuan dan kreatifitas pribadi yang sesuai dengan ilmu yang dimiliki.

5. Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman agar nantinya dapat terjun di lingkungan kerja.

(12)

12

1.4.2. Manfaat bagi Universitas Diponegoro Prodi Ilmu Kelautan

1. Mampu mencetak calon tenaga kerja yang terampil dalam menjalankan tugas.

2. Memberi masukan untuk mengevaluasi kesesuaian kurikulum yang sudah diterapkan dengan kebutuhan tenaga kerja yang terampil di bidangnya.

3. Menjadi sarana pengenalan instansi pendidikan Universitas Diponegoro, khususnya Program Studi Ilmu Kelautan kepada instansi terkait maupun instansi yang membutuhkan lulusan atau tenaga kerja yang dihasilkan oleh Universitas Diponegoro.

1.4.3. Manfaat bagi Instansi yang Bersangkutan

1. Membantu menyelesaikan pekerjaan yang terdapat pada tempat mahasiswa melaksanakan Praktik Kerja Lapangan.

2. Menjadi sarana untuk menjembatani hubungan kerja sama antara instansi terkait dengan universitas dimasa yang akan datang, khususnya mengenai rekruitmen tenaga kerja.

1.5. Waktu dan Lokasi PKL

Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan pada : Tanggal : 13 Januari – 28 Januari 2020

Nama Instansi : Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) Alamat Instansi : Balai Karimun Jawa National Park Jl. Sinar

Waluyo Raya No. 248, Kedungmundu, Kec. Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50273

(13)

13

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lamun

Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang mampu beradaptasi pada kondisi bersalinitas dan umumnya hidup di lingkungan perairan yang dangkal (Ansal et al., 2017). Lamun hanya tumbuh di lingkungan perairan tropis dan hidup pada substrat yang berupa lumpur maupun pasir. Sebagai tumbuhan tingkat tinggi, lamun termasuk ke dalam tumbuhan berbunga atau Angiospermae. Struktur tubuh yang dimiliki lamun diantaranya akar, batang berupa rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah yang sejati. Terdapat 60 spesies lamun yang ada di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri terdapat 13 spesies lamun yang terbagi kedalam dua famili Hydricharitaceae dan Cymodoceaceae. Spesies lamun yang tumbuh di Indonesia antara lain Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis, H. spinulosa, H. minor, H. decipiens, H. sulawesii, Halodule pinifolia, Halodule

uninervis, Thalassodendron ciliatum, Cymodocea rotundata, C. serrulata,

Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides (Juraij et al., 2014).

Lamun mampu membentuk hamparan luas yang dinamakan dengan padang lamun. Terdapat banyak biota-biota laut yang hidup berasosiasi dengan padang lamun sehingga membentuk ekosistem padang lamun. Padang lamun digunakan oleh beberapa biota laut sebagai tempat untuk mencari makan, tempat memijah dan tempat pengasuhan. Selain itu, padang lamun juga berperan sebagai perangkap sedimen dan mampu meredam gelombang laut. Oleh karena itu, ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem penting yang ada di laut selain ekosistem mangrove dan terumbu karang (Faiqoh et al., 2017).

(14)

14 2.2. Penutupan Lamun

Menurut Patty dan Rifai (2013), suatu penutupan lamun memiliki kaitan dengan yang erat dengan habitat maupun bentuk morfologi suatu spesies lamun. Hal tersebut dapat memepengaruhi estimasi mengenai penutupan lamun pada saat dilakukan pengamatan. Kondisi perairan seperti kondisi pasang surut akan mempengaruhi estimasi terhadap nilai penutupan lamun. Spesies lamun yang memiliki morfologi lebih besar dan tinggi akan memiliki nilai penutupan yang tinggi pula. Misalnya, lamun Enhalus acoroides yang memiliki morfologi dengan bentuk daun yang lebih besar dan tinggi memiliki penutupan lamun lebih tinggi dibandingkan dengan lamun Halophila minor yang memiliki ukuran lebih kecil.

Menurut Hartati et al. (2012), penutupan lamun dapat ditentukan baik penutupan tiap spesies maupun secara total pada suatu perairan. Nilai penutuan lamun tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persentase. Umumnya persen penutupan lamun dilakukan pengamatan dengan menggunakan transek. Hasil dari pengamatan nantinya disesuaikan dengan standar persentase penutupan lamun baik standar dari Seagrass Watch, LIPI dan sebagainya. Hal tersebut bertujuan untuk mengestimasi penutupan lamun. Penutupan lamun dapat dipengaruhi oleh bebeerapa faktor lingkungan antara lain jenis substrat, kecepatan arus, dan suhu perairan (Wicaksono et al., 2012).

2.3. Pulau Kemujan

Pulau Kemujan adalah salah satu pulau yang terdapat di Kepulauan Karimunjawa. Kepulauan Karimunjawa sendiri merupakan gugusan dari beberapa pulau kecil . Letak Kepulauan Karimunjawa yaitu, sejauh 60 mil laut di sebelah timur laut kota semarang tepatnya antara 5°40’-5°57’ LS dan 110°04’-110°40’

(15)

15

BT. Jumlah pulau di Kepulauan Karimunjawa sebanyak 27 pulau dengan total luasan daratannya yaitu, 71,2 km2. Pulau Kemujan yang termasuk di dalamnya

mempunyai luas sebesar 15,015 km2. Secara geologi Pulau Kemujan terdapat dalam suatu formasi parang yang terdiri dari breksi gunung api tuff dan lava yang merupakan akibat dari aktivitas vulkanik. Pada beberapa tepi pantai di Kemujan telah teralterasi (Purbani et al., 2019).

Pulau Kemujan memiliki sumber daya laut yang cukup banyak. Sumber daya laut tersebut misalnya padang lamun, rumput laut dan hutan mangrove. Terdapat beberapa jenis lamun yang terdapat di Pulau Kemujan seperti diantaranya Enhalus acoroides, Thalasia hemprichii, Cymodocea serrulata dan Halophila minor. Menurut Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan

Konservasi Alam No: SK. 28/IV-SET/2012 Tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa tanggal 06 Maret 2012, Pulau kemujan ditetapkan sebagai zona budidaya dan zona pemukiman. Penetapan tersebut dilakukan oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ) yang berwenang untuk melakukan penentuan zonasi pada wilyah perairan dan pulau yang terdapat di Kepulauan Karimunjawa. Sebagai zona pemukiman, dapat terjadi kemungkinan kondisi vegetasi yang berada di Pulau Kemujan mempunyai pertubuhan yang relatif rendah dibandingkan di pulau lain yang bukan merupakan zona pemukiman. Hal tersebut dapat diakibatkan dari hasil aktivitas manusia berupa limbah yang dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di sekitarnya (Mahakar et al., 2019).

2.4. Taman Nasional Karimunjawa

Menurut Sulistyati et al. (2018), Taman Nasional Karimunjawa merupakan salah satu kawasan konservasi di Indonesia sebagai tempat

(16)

16

perlindungan spesies dan sebagai upaya konservasi keragaman hayati. Terdapat 22 pulau yang termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa dari total 27 pulau di Kepulauan Karimunjawa. Selain itu, 5 pulau diantaranya merupakan pulau berpenduduk. Kawasan Taman Nasional Karimunjawa memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan kawasan konservasi yang lain karena memiliki darat dan perairan. Taman Nasional Laut Kepulauan Karimunjawa memiliki total luas keseluruhan mencapai 111.625 ha yang meliputi 7.033 ha berupa daratan dan 104.592 ha berupa perairan laut. Arus yang berada di sekitar perairan Karimunjawa merupakan arus pasang surut. Arah arus di perairan Karimunjawa yaitu dominan ke arah barat. Suhu berkisar antara 30o-30.5oC (Dinda et al., 2012).

Kepulauan Karimunjawa termasuk ke dalam wilayah kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Kepulauan Karimunjawa terletak di sebelah Barat Laut kota Jepara dengan jarak sekitar 45 mil laut atau 83 km. Kepulauan Karimunjawa memiliki potensi dalam pariwisata yang juga didukung adanya Taman Nasional dan letak Kepulauan Karimunjawa yang cukup strategis. Sumberdaya alam di Karimunjawa terdapat beranekaragam mangrove, terumbu karang dan lamun. Terdapat berbagai aktivitas yang memanfaatkan sumberdaya alam di Kepulauan Karimunjawa yang telah ada yaitu kegiatan konservasi, kegiatan penangkapan ikan, budidaya ikan kerapu, budidaya rumput laut, wisata laut, transportasi laut, dan pemanfaatan lahan (pulau) untuk pembangunan penginapan resort, cottage, hotel (Laksono dan Mussadun, 2014).

(17)

17

III.

MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan pada tanggal 13 Januari 2020 hingga 28 Januari 2020 bertempat di Taman Nasional Karimunjawa tepatnya di Kemujan, Kemujan, Kep. Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Pengambilan data lapangan dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2020 hingga 19 Januari yang berlokasi di Pantai Legon Bajak yaitu di sisi timur Pulau Kemujan, kawasan Taman Nasional Karimunjawa.

3.2. Materi

Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan lamun yang diambil dari daerah padang lamun di Pantai Legon Bajak. Data primer yang diperoleh berupa jenis lamun, persentase penutupan total lamun dan persentase penutupan jenis lamun. Untuk melengkapi gambaran kondisi perairan, telah dilakukan pengukuran parameter kualitas air secara in situ meliputi salinitas, kecerahan, pH, temperatur dan jenis substrat.

3.3. Alat dan Bahan 3.3.1. Alat

Alat yang digunakan dalam pengambilan data pada praktik kerja lapangan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam pengambilan data

No. Nama Alat Fungsi

1 Transek Kuadran 50 x 50 cm Alat untuk mengukur tutupan lamun

2 Roll meter Sebagai transek garis

(18)

18

terbawa arus

4 Skin Dive Alat bantu penyelaman

5 Kertas Underwater Alat untuk mencatat data

6 Kertas Identifikasi Lamun Alat identifikasi lamun

7 Kamera Underwater Alat dokumentasi

8 Alat Tulis Alat mencatat

9 Refraktometer Brix 0-32% Alat pengukur salinitas

10 Sechi Disk Alat pengukur kecerahan

11 Kertas Uji pH Indikator 0-14 Alat pengukur pH

12 Termometer Alat pengukur suhu

13 GPS Alat marking lokasi

3.3.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pengambilan data pada praktik kerja lapangan adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam pengambilan data

No. Nama Bahan Fungsi

1 Lamun Objek pengamatan

3.4. Metode

3.4.1. Pengambilan Data Lamun

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Menurut Yusuf (2013), deskriptif merupakan metode yang digunakan pada suatu penelitian guna memperoleh gambaran mengenai kondisi atau kejadian yang diteliti dan dikaji pada waktu dan lokasi tertentu. Untuk penentuan stasiun dilakukan secara acak berdasarkan penyebaran lamun seperti variasi jenis lamun dan tingkat kerapatan lamun (Ansal et al., 2017). Pendataan dilakukan di pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa dengan lokasi sebagai berikut :

(19)

19

Tabel 3. Lokasi titik koordinat pengambilan data lamun

Stasiun Line Letak Titik Koordinat

Stasiun 01 1 S 05°47.425’, E 110°28.566’ - S 05°47.431’, E 110°28.620’ 2 S 05°47.438’, E 110°28.565’ - S 05°47.446’, E 110°28.616’ 3 S 05°47.411’, E 110°28.568’ - S 05°47.425’, E 110°28.618’ stasiun 02 1 S 05°47.463’, E 110°28.558’ - S 05°47.481’, E 110°28.609’ 2 S 05°47.477’, E 110°28.553’ - S 05°47.486’, E 110°28.607’ 3 S 05°47.491’, E 110°28.552’ - S 05°47.496’, E 110°28.595’

Metode yang digunakan dalam pengambilan data lamun adalah metode “line transect” (Saripantung et al., 2013). Pengambilan data pada tiap lokasi dilakukan melalui transek garis yang ditarik tegak lurus dengan garis pantai sepanjang 100 m. Titik 0 m ditentukan saat lamun ditemukan pertama kali (Nusi et al., 2013). Penempatan plot transek dilakukan setiap 10 m sekali dimulai dari

titik 0 m hingga 100 m. Pendataan dilakukan dengan 3 kali pengulangan dengan jarak antar titik ulangan sejauh 25 m.

(20)

20

Transek kuadran yang digunakan untuk pengamatan sampel menggunakan transek kuadran berukuran 50 x 50 cm dengan 4 subkuadran berukuran 12,5 x 12,5 cm. Tiap kuadran dilakuakn perhitungan persen tutupan lamun dan identifikasi jenis lamun (Simon et al., 2013). Jenis lamun yang ditemukan di lokasi penelitian dicocokan dengan melihat referensi identifikasi lamun menurut buku Panduan Monitoring Padang Lamun. Untuk persentase tutupan lamun dianalisa per kisi baik secara keseluruhan maupun per jenis lamun pada transek kuadrat berdasarkan pada tabel berikut :

Tabel 4. Penilaian Penutupan Lamun (Hutomo dan Nontji, 2014)

Kategori Nilai Penutupan Lamun (%)

Tutupan penuh 100

Tutupan 3/4 kotak kecil 75

Tutupan 1/2 kotak kecil 50

Tutupan 1/4 kotak kecil 25

Kosong 0

3.4.2. Pengambilan Data Parameter Perairan

Parameter perairan yang diukur pada pengambilan data ini antara lain

salinitas, kadar DO, kadar pH, serta suhu perairan.

3.4.2.1.Pengukuran Kadar Salinitas Perairan

Kadar salinitas perairan di Pulau Kemujan diambil pada tiap stasiun menggunakan refraktometer secara in situ dengan tiga kali pengulangan.

3.4.2.2.Pengukuran Kecerahan Perairan

Kecerahan perairan di Pulau Kemujan diambil denga menggunakan

(21)

21 3.4.2.3.Pengukuran Kadar pH Perairan

Kadar pH perairan di Pulau Kemujan diambil pada tiap stasiun

menggunakan pH meter secara in situ dengan tiga kali pengulangan.

3.4.2.4.Pengukuran Temperatur Perairan

Temperatur perairan di Pulau Kemujan diambil pada tiap stasiun

menggunakan termometer secara in situ dengan tiga kali pengulangan.

3.4.3. Pengolahan Data

3.4.3.1.Penutupan Lamun per Kuadrat

Penutupan lamun per kuadrat dihitung dengan menjumlahkan tutupan lamun satu transek kuadrat dibagi dengan jumlah kisi dalam kuadrat tersebut berdasarkan persamaan (Hutomo dan Nontji, 2014) :

Penutupan lamun (%) =Jumlah nilai penutupan lamun (4 kisi) 4

3.4.3.2.Rata-Rata Penutupan Lamun per Stasiun

Hasil penutupan lamun per kuadrat kemudian dijumlahkan setiap stasiun dan dimasukkan ke persamaan (Hutomo dan Nontji, 2014) :

Rata − rata penutupan lamun (%) =Jumlah penutupan lamun seluruh transek

Jumlah kuadrat seluruh transek

(22)

22

Penutupan lamun per jenis pada satu stasiun dimaksudkan untuk mengetahui jenis lamun yang mendominasi dalam satu lokasi berdasarkan persentase penutupannya (Hutomo dan Nontji, 2014) :

Rata-rata nilai dominansi lamun (%) =

Jumlah nilai penutupan setiap jenis lamun pada seluruh kuadrat Jumlah kuadrat seluruh transek

3.4.3.4.Rata-Rata Penutupan Lamun dalam Satu Lokasi

Penutupan lamun dalam satu lokasi dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kondisi lamun di wilyah tersebut dengan memasukkan ke dalam persamaan (Hutomo dan Nontji, 2014) :

Hasil rata-rata penutupan lamun dalam satu lokasi tersebut kemudian disesuaikan dengan penilaian kondisi padang lamun berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 Tahun 2004, sebagai berikut :

Tabel 5. Kategori status padang lamun di Indonesia

Kondisi Penutupan Lamun (%)

Baik Kaya/ Sehat ≥ 60

Rusak Kurang Kaya/ Kurang Sehat 30 - 59,9

(23)

23

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Kondisi Lingkungan

Pengambilan data lamun pada Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan di Pantai Legon Bajak yang terletak di Pulau Kemujan, Karimunjawa. Kondisi perairan Pantai Legon Bajak cukup jernih dengan batas penetrasi cahaya hingga 3,4 m. Padang lamun di pantai ini cukup luas terutama lamun jenis Enhalus acoroides yang terhampar lebih luas dibandingkan jenis lamun lainnya. Terdapat

banyak biota yang berasosiasi dengan padang lamun di Pantai Legon Bajak seperti teripang, ikan pari, bintang laut dan beberapa jenis larva ikan. Selain itu, disekitar padang lamun tersebut terdapat terumbu karang dengan beragam jenis salah satunya Acropora sp. Kondisi terumbu karang tersebut tidak begitu baik dengan ditandai banyaknya karang yang rusak.

Sekitar padang lamun di Pantai Legon Bajak terdapat beberapa kegiatan berlangsung. Pantai Legon Bajak merupakan pelabuhan kecil sehingga seringkali banyak lalu lalang kapal seperti kapal masyarakat setempat. Terdapat pula Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di dekat Pantai Legon Bajak sebagai salah satu sumber listrik bagi masyarakat di Pulau Kemujan. Selain kegiatan tersebut masih banyak kegiatan lainnya yang dilakukan masyarakat di sekitar Pantai Legon Bajak yaitu memancing ikan, menembak ikan dan sebagainya.

4.1.2. Pengambilan Data Lamun

Pengambilan data lamun di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa diperoleh hasil sebagai berikut :

(24)

24 Tabel 6. Hasil pengambilan data lamun

LOKASI STASIUN RATA-RATA (%) DOMINANSI JENIS (%) Ea Th Cr Hp Hs Hm PANTAI LEGON BAJAK KJO1 24,05 4,73 1,89 18,19 1,70 0,18 0,00 PANTAI LEGON BAJAK KJO2 33,52 11,74 0,75 20,26 5,11 0,37 0,56

4.1.3. Pengambilan Data Parameter Perairan

Pengambilan data parameter perairan di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil pengambilan data parameter perairan

No. Parameter Hasil

1 2 3

1 Salinitas 25 ppm 25 ppm 25 ppm

2 Kecerahan 3,4 meter 3,4 meter 3,4 meter

3 pH 8 8 8

4 Temperatur - - -

5 Jenis Substrat Pasir berlumpur Pasir berlumpur Pasir berlumpur

4.2. Pembahasan

Praktik Kerja Lapangan mengenai stuktur vegetasi lamun ini dilaksanakan di Pulau Kemujan tepatnya di Pantai Legon Bajak yang termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa. Terdapat beberapa pantai lain yang terdapat di Pulau Kemujan ini, tetapi penulis memilih Pantai Legon Bajak sebagai tempat pendataan lamun karen beberapa faktor. Faktor yang pertama karena

(25)

25

pantai tersebut terletak di sebelah sisi timur Pulau Kemujan yang menurut penulis lebih aman dilakukan pendataan di pantai tersebut mengingat Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan pada bulan Januari dimana musim baratan sedang berlangsung. Oleh karena itu, pendataan di Pantai ini dapat berjalan dengan lancar. Faktor yang kedua yaitu berdasarkan survei lapangan sebelumnya dapat dilihat bahwa di Pantai Legon Bajak memiliki beberapa jenis lamun sehingga dapat dijadikan sebagai variasi data.

Pendataan lamun dilakukan pada 2 stasiun dengan 3 kali pengulangan tiap stasiunnya. Hasil yang diperoleh antara lain jenis lamun, tutupan total lamun dan tutupan lamun tiap jenis. Pada Stasiun 01 terdapat lima spesies lamun yang ditemukan yaitu Enhalus acoroides, Thallassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, dan Halophila spinulosa. Persentase tutupan total

lamun pada Stasiun 01 sebesar 24,05%. Sedangkan untuk persentase tutupan lamun tiap jenis beragam untuk tiap jenisnya. Persentase tutupan lamun Enhalus acoroides sebesar 4,73%, Thallassia hemprichii sebesar 1,89%, Cymodocea

rotundata sebesar 18,19%, Halodule pinifolia sebesar 1,70%, dan Halophila

spinulosa sebesar 0,18%. Hasil yang diperoleh pada Stasiun 02 ditemukan enam

spesies lamun antara lain, Enhalus acoroides, Thallassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Halophila spinulosa, dan Halophila minor.

Persentase tutupan total lamun pada Stasiun 02 sebesar 33,52%. Persentase tutupan lamun tiap jenis pada Stasiun 02 juga beragam untuk tiap jenisnya yaitu Enhalus acoroides sebesar 11,74%, Thallassia hemprichii sebesar 0,75%,

Cymodocea rotundata sebesar 20,26%, Halodule pinifolia sebesar 5,11%,

(26)

26

Berdasarkan hasil diatas dapat dikatakan bahwa jenis lamun yang terdapat di Pantai Legon Bajak cukup beragam karena dapat ditemukan lima hingga enam spesies pada tiap stasiunnya. Oleh karena itu vegetasi lamun di Pantai Legon Bajak termasuk ke dalam jenis vegetasi campuran dimana terdiri lebih dari dua spesies lamun yang menyusun vegetasi tersebut. Apabila dilihat berdasarkan hasil persentase tutupan per spesies, lamun spesies Cymodocea rotundata merupakan spesies lamun yang dominan karena memiliki persentse tutupan paling tinggi diantara jenis lamun lainnya. Menurut penulis, hal tersebut dapat terjadi karena lamun spesies Cymodocea rotundata memiliki kemampuan adaptasi yang cukup tinggi. Lamun Cymodocea rotundata dapat ditemukan di perairan yang keruh dan bersedimentasi tinggi seperti di Teluk Awur Jepara dan juga dapat ditemukan di Pantai Legon Bajak ini yang dimana memiliki kondisi perairan yang cukup jernih dengan tingkat kecerahan mencapai 3,4 meter. Spesies lamun yang mendominasi berikutnya yaitu Enhalus acoroides. Spesies lamun tersebut mudah ditemukan di beberapa perairan karena Enhalus acoroides merupakan salah satu jenis lamun perintis dan juga memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi perairan yang buruk. Terdapat padang lamun Enhalus acoroides juga di Pantai Legon Bajak ini, namun tidak tercakup dalam stasiun pada saat pendataan.

Hasil tutupan total lamun diatas yang dimana menunjukkan persentase sebesar 24,05% pada Stasiun 01 dan 33,52% pada Stasiun 02. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan ahwa vegetasi lamun di Pantai Legon Bajak dalam kondisi rusak atau miskin. Hal tersebut dapat disimpulkan setelah dilakukan penyocokan dengan tabel kategori status padang lamun berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 200 Tahun 2004. Vegetasi lamun di Pantai Legon

(27)

27

Bajak memang memiliki jenis lamun yang beragam tetapi untuk tutupan lamunnya masih jarang. Kondisi tersebut dapat terjadi karena faktor lingkungan dan faktor aktivitas manusia. Faktor lingkungan yang mempengaruhi yaitu surut pantai rendah yang mengakibatkan lamun yang tumbuh di dekat bibir pantai terlalu terekspos oleh sinar matahari sehingga mengakibatkan kerusakan pada lamun itu sendiri. Sedangkan faktor aktivitas manusia yang juga berdampak bagi kondisi lamun di Pantai Legon Bajak yaitu banyaknya kapal-kapal masyarakat setempat yang melintas atau hanya sekedar bersandar di dermaga. Hal tersebut juga menyebabkan kerusakan pada lamun akibat terlalu seringnya begesekan dengan kapal milik masyarakat setempat. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat setempat terhadap pentingnya ekosistem lamun bagi ekosistem lainnya di laut masih sangat rendah.

Praktik Kerja Lapangan di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa ini berjalan lancar meski terdapat beberapa kendala. Kendala yang dihadapi pertama yaitu ketersediaan alat yang kurang memadai. Peralatan yang digunkan dalam Praktik Kerja Lapangan ini cukup sederhana dengan beberapa alat yang dibuat sendiri karena kurang dan mahalnya alat. Hal tersebut memungkinkan hasil data yang kurang akurat. Selain itu, alat termometer yang dimiliki juga rusak sehingga tidak dapat digunakan untuk mengambil data temperatur perairan. Kendala lain seperti kondisi cuaca tidak terlalu berpengruh karena pada waktu itu di Karimunjawa, musim baratan belum terjadi secara rutin.

(28)

28

V.

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari pelaksanaan Praktik Kerja lapangan (PKL) di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa, yaitu :

1. Diketahui adanya enam jenis lamun pada vegetasi lamun yang terdapat di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa, antara lain Enhalus acoroides, Thallassia hemprichii, Cymodocea rotundata,

Halodule pinifolia, Halophila spinulosa, dan Halophila minor.

2. Diketahui bahwa vegetasi lamun yang terdapat di di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa adalah jenis vegetasi campuran. Tutupan total lamun pada Stasiun 01 sebesar 24,05% dan Stasiun 02 sebesar 33,52%, sedangkan untuk tutupan lamun tiap jenis bervariasi dengan tutupan paling tinggi adalah lamun jenis Cymodocea rotundata.

5.2. Saran

Saran dilaksanakannya Praktik Kerja lapangan (PKL) ini, yaitu :

1. Alat yang digunakan dalam pengambilan data lamun dan parameter perairan lebih dipersipkan dengan baik.

2. Kegiatan Praktik Kerja lapangan (PKL) sebaiknya lebih dimaksimalkan lagi dalam pengambilan data lamun agar data yang diperoleh lebih akurat.

(29)

29

3. Monitoring vegetasi lamun di Pantai Legon Bajak, Taman Nasional Karimunjawa ini sebaiknya dilkukan secara rutin untuk mengetahui tingkat pertumbuhan lamun.

(30)

30

DAFTAR PUSTAKA

Ansal, M. H., D. Priosambodo, M. Litaay dan M. A. Salam. 2017. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Kepulauan Waisai Kabupaten Raja Ampat Papua Barat. Jurnal Alam dan Lingkungan, 8(15) : 36-44.

Dinda, M. Yusuf dan D. N. Sugianto. 2012. Karakteristik Arus, Suhu dan Salinitas di Kepulauan Karimunjawa. Journal of Oceanography, 1(2) :186-196.

Faiqoh, E. D. B. Wiyanto dan I. G. B. Astrawan. 2017. Peranan Padang Lamun Selatan Bali Sebagai Pendukung Kelimpahan Ikan di Perairan Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences, 3(1) : 10-18.

Hartati, R., A. Djunaedi, Hariyadi dan Mujiyanto. 2012. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Pulau Kumbang, Kepulauan Karimunjawa. Jurnal Ilmu Kelautan, 17(4) : 217-225.

Hutomo, M. dan A. Nontji. 2014. Panduan Monitoring Padang Lamun. COREMAP CTI LIPI, Jakarta, 37 hlm.

Juraij, D. G. Bengen dan M. Kawaroe. 2014. Keanekaragaman Jenis Lamun Sebagai Sumber Pakan Dugong Dugon Pada Desa Busung Bintan Utara Kepulauan Riau. Omni-Akuatika, 13(19) : 71-76.

Laksono, A. N dan Mussadun. 2014. Dampak Aktivitas Ekowisata di Pulau Karimunjawa Berdasarkan Persepsi Masyarakat. Jurnal Teknik PWK, 3(2) : 262-273.

Mahakar, A. L., R. Hartati dan Suryono. 2019. Ekologi Lamun di Pulau Sintok, Pulau Kemujan dan Pulau Menjangan Besar Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah. Journal of Marine Research, 8(3) : 277-284.

Nusi, S. R. A. R., A. H. Olii dan Syamsudin. 2013. Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 1(1): 1-5.

Pariban, D., H. L. Salim, L. P. A. S. C. Kusuma, A. Tussadiah dan J. Subandriyo. 2019. Ancaman Gelombang Ekstrim dan Abrasi Pada Penggunaan Lahan di Pesisir Kepulauan Karimunjawa (Studi Kasus: Pulau Kemujan, Pulau Karimunjawa, Pulau Menjangan Besar dan Pulau Menjangan Kecil). Jurnal Kelautan Nasional, 14(1) : 33-45.

Patty, S. I. dan H. Rifai. 2013. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 1(4) : 177-186.

(31)

31

Saripantung, G.L., J. FWS Tamanampo dan G. Manu. 2013. Struktur Komunitas Gastropoda Di Hamparan Lamun Daerah Intertidal Kelurahan Tongkeina Kota Manado. Jurnal Ilmiah Platax, 1(3): 102-108.

Simon, I., Patty dan H. Rifai. 2013. Struktur Komunitas Padang Lamun Di Perairan Pulau Mantehage, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 1(4) : 177-186.

Sulistyati, R., P. Prihatinningsih dan Mulyadi. 2018. Revisi Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Sebagai Upaya Kompromi Pengelolaan Sumber Daya Alam. Seminar Nasional Geomatika 2018 : Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional : 713-724.

Wicaksono, S, G., Widianingsih dan S. T. Hartati. 2012. Struktur Vegetasi Dan Kerapatan Jenis Lamun Di Perairan Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara. Journal Of Reasearch , 1(2) : 1-7.

Yusuf, M. 2013. Kondisi Terumbu Karang Dan Potensi Ikan Di Perairan Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Buletin Oseanografi Marina, 2(1) : 54-60.

(32)

32

(33)

33

DOKUMENTASI

Gambar 1. Kondisi di Pantai

Legon Bajak, TN Karimunjwa

Gambar 2. Pelaksanaan

pengambilan data lamun

Gambar 3. Pelaksanaan

pengambilan data lamun

Gambar 4. Lamun spesies

Enhalus acoroides

Gambar 5. Lamun spesies

Thalassia hemprichii

Gambar 6. Lamun spesies

(34)

34

Curriculum Vitae:

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Karla Lutfia Rahmadanti

Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, 17 Desember 1999 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Tinggi/Berat Badan : 165/55

Telepon : +62 812 216 277 327

E-mail : karlut99@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN A. FORMAL

1. (2004 – 2006) : TK Perwanida An-Nur, Klaten 2. (2006 – 2012) : SD Negeri 1 Mayungan, Klaten 3. (2012 – 2015) : SMP Negeri 1 Karanganom, Klaten 4. (2015 – 2018) : SMA Negeri 1 Klaten, Klaten

5. (2018 – sekarang) : S1 – Ilmu Kelautan Universitas Dionegoro

B. NON FORMAL

1. (2018) : Latihan Ketrampilan Mahasiswa Pra- Dasar (LKMMPD) – Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.

C. RIWAYAT ORGANISASI

1. Paskibra SMA Negeri 1 Klaten (2016-2018) 2. Kelompok Studi Seacrest (2019-Sekarang)

KEMAMPUAN

(35)

35 PENGALAMAN KEGIATAN

1. Pendidikan Karakter (Penerimaan Mahasiswa Baru) Fakultas Periknan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro 2018

2. Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Pra Dasar (LKMM-PD) Himpunan Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro 2018.

3. Achievment Motivation Training Universitas Diponegoro 2018.

4. Pelatihan Penulisan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Diponegoro 2018.

(36)
(37)
(38)

Gambar

Tabel 3.  Lokasi titik koordinat pengambilan data lamun
Gambar 2. Pelaksanaan  pengambilan data lamun

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sinar-X dapat dibangkitkan (dihasilkan) dari atom-atom suatu material melalui suatu proses gangguan berupa tumbukan yang dilakukan dengan menggunakan elektron berenergi tinggi

Sesuai dengan pendekatan secara yuridis empiris, metode analisis dilaksanakan secara deskriptif kualitatif untuk menganalisa semua data yang dihasilkan dalam

Tidak hanya fasilitas utama yang diberikan oleh Rumah Doa Bukit Rhema sebagai tempat wisata religus, melainkan ada beberapa fasilitas yang dapat mendukung kebutuhan dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan manajemen kurikulum dan pembelajaran pada Program Keahlian Teknik Ketenagalistrikan SMK N 2 Yogyakarta ditinjau

Menu berikutnya dari aktifitas peminjaman kolesksi museum yaitu menu transaksi yang digunakan untuk manajemen data transaksi peminjaman benda koleksi museum yang berisi

Kemampuan kapasitas energi yang tersimpan dalam baterai lithium tergantung pada beberapa banyak ion lithium yang dapat disimpan dalam struktur bahan elektrodanya dan berapa

Kata al-tarbiyah adalah istilah yang berkaitan dengan usaha menumbuhkan atau menggali segenap potensi fisik, psikis, bakat, minat, talenta dan berbagai kecakapan