• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. strategis, pendekatan integritas strategis, visi, misi, saluran pelaporan integritas dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. strategis, pendekatan integritas strategis, visi, misi, saluran pelaporan integritas dan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

PENGUNGKAPAN SISTEM ANTI FRAUD DI INSTANSI PEMERINTAH

MELALUI INTERNET (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi

Jawa Tengah) Fudji Sri Mar’ati, SE, M.Si , NIP. 19750124 2005012 001, Erna

Sudarmawanti, SE, M.Si, Akt, CA, NIK.001 115 0914, STIE AMA Salatiga

Suatu sistem integritas merupakan kondisi penting dalam memberi jaminan

atas akuntabilitas dan transparansi instansi pemerintah untuk mengarahkan

permasalahan masyarakat, mengelola keuangan negara dan kepatuhan terhadap

peraturan dan perundang-undangan (Said et al., 2015). Sistem integritas dapat

diperkuat dengan memiiki rerangka manajemen risiko yang transparan dan selaras

dengan tata kelola organisasi yang baik (Maizatul et al., 2016), menjadi tanggung

jawab organisasi publik (Said et al., 2016).

Seluruh Kabupaten telah membuat website yang dipergunakan untuk

mengungkapkan seluruh program kerja dan pelaksanaan anggaran sebagai bentuk

pertanggungjawaban kepad massyarakat. Namun dilihat dari ke 47 item

pengukapan yang harus disampaikan belum dilakukan secara optimal dari

masing-masing website di Kabupaten di Privinsi Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari

hasil pengungkapan indeks integritas baru sebanyak 44,46%. Seluruh Kabupaten di

Provinsi Jawa Tengah telah mengungkapkan indeks integritas dalam bentuk laporan

kinerja, laporan strategi nasional dalam website masing-masing Kabupaten dengan

harapan bahwa laporan ini dapat memberikan informasi yang akurat dan

bermanfaat kepada seluruh pihak, mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi dari

setiap masing-masing Kabupaten dan tentunya dapat diakses oleh seluruh

masyarakat di masing-masing website Kabupaten.

Pengungkapan indeks integritas melalui website yang meliputi : integritas,

objektivitas, kebijakan integritas, komitmen integritas, elemen dalam kode etik,

lingkup dan tanggung jawab, rencana integritas nasional, rencana tindakan

strategis, pendekatan integritas strategis, visi, misi, saluran pelaporan integritas dan

jenis kegiatan belum berjalan secara optimal.

Adapun kesimpulannya skor indeks integritas berada pada kisaran terendah

11 total indeks atau 23% yaitu oleh Kabupaten Sukoharjo dan skor indeks integritas

tertinggi sebanyak 39 total indeks atau 83% yaitu oleh Kabupaten Pemalang.

Perankingan skor indeks integritas diperoleh hasil kategori pengungkapan Visi Misi

memperoleh hasil sebesar 86,21 % dari 13 kategori pengungkapan yaitu integritas,

objektivitas, kebijakan integritas, komitmen integritas, elemen dalam kode etik,

lingkup dan tanggung jawab, rencana integritas nasional, rencana tindakan

strategis, pendekatan integritas strategis, visi, misi, saluran pelaporan integritas dan

jenis kegiatan

Kata Kunci : Sistem Anti Fraud, Indeks Integritas, Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah,

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kasus korupsi di Indonesia setiap tahun jumlahnya semakin meningkat.

Fenomena menunjukkan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) secara

aktif menelusuri berbagai kasus korupsi di Indoensia. Sebagai contoh,

diungkapkan berita online atas kasus korupsi pada tahun 2018 yakni kasus suap

yang melibatkan Direktur Jenderal Kementerian Perhubungann dan staf ahlinya

di bidang logistic, multimoda, dan keselamatan perhubungan dengan menerima

suap dari PT Adghiguna Kaeruktarama terkait proyek pekerjaan pengerukan alur

pelayaran Pelabuhan Pulang Pisau di Kalimantan Tengah dan Pelabuhan

Samarinda di Kalimantan Timur serta persetujuan atas izin kerja keruk untuk PT

Indominco Mandiri, PT Indonesia Power Unit Jasa Pembangkit PLTU Banten,

dan

Kantor

Kesyahbandaran

dan

Otoritas

Pelabuhan

di

Semarang

(www.nasional.sindonews.com, 2018).

Demikian pula di lingkungan pemerintahan. Korupsi di lingkungan

pemerintahan Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan meningkatkan

prosedur audit dengan menggunakan teknologi informasi untuk kekuatan

investigasi dan dukungan transparansi internasional (Antipova, 2018).

Whistleblowing system merupakan salah satu alat untuk mencegah kecurangan

dan mendukung pelaporan kecurangan menggunakan teknologi informasi (Fieger

& Rice, 2017). Praktik whistleblowing system di negara berkembang merupakan

hal penting karena peran dari tata kelola dan kelembagaan yang lemah sehingga

perlu adanya pengungkapan kebijakan dalam mendukung whistleblowing system

(Agnihotri & Bhattacharya, 2015).

(6)

2

Transparansi Internasional (2016a) mendefinisikan integritas sebagai

perilaku dan tindakan yang konsisten dengan prinsip etika dan standar, yang

dilaksanakan oleh individu seperti halnya insitusi untuk menciptakan hambatan

atas korupsi. Pemerintah sebagai salah satu bagian dari sektor publik perlu

menyediakan jasa dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat tanpa mengambil

kentungan pribadi. Dengan demikian, integritas pemerintah menjadi bagian

penting dalam melayani masyarakat. Integritas merupakan substansi dari tata

kelola yang baik dan pengelolaannya merupakan suatu persyaratan dari suatu

organisasi sektor publik (Maesschalk, 2009). Rerangka integritas merupakan

pendekatan menyeluruh yang terdiri dari instrument, proses dan struktur untuk

mengembangkan integritas dan mengurangi korupsi yang terjadi di instansi

pemerintah. Maesschalck (2009) membagi dalam empat fungsi yaitu penentuan

dan pendefinisian integritas, panduan untuk mencapai integritas, monitoring

integritas dan penguatan integritas.

Suatu sistem integritas merupakan kondisi penting dalam memberi

jaminan atas akuntabilitas dan transparansi instansi pemerintah untuk

mengarahkan permasalahan masyarakat, mengelola keuangan negara dan

kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan (Said et al., 2015).

Sistem integritas dapat diperkuat dengan memiiki rerangka manajemen risiko

yang transparan dan selaras dengan tata kelola organisasi yang baik (Maizatul et

al., 2016), menjadi tanggung jawab organisasi publik (Said et al., 2016).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana informasi sistem anti-fraud yang diungkapkan di website

pemerintah kabupaten di provinsi Jawa Tengah?

(7)

3

2. Apa faktor eksternal yang menjelaskan pengungkapan informasi terkait sistem

anti-fraud di website pemerintah kabupaten di provinsi Jawa Tengah

dengan teori institusional?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana uraian dari rumusan masalah yang telah dikemukaan di atas,

maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui informasi sistem anti-fraud yang diungkapkan di website

pemerintah kabupaten di provinsi Jawa Tengah ?

2. Untuk mengetahui faktor eksternal yang menjelaskan pengungkapan

informasi terkait sistem anti-fraud di website pemerintah kabupaten di

provinsi Jawa Tengah dengan teori institusional ?

D. Manfaat Penelitian

1. Melalui penelitian ini diharapkan peneliti dapat memahami dan

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai

sistem anti-fraud yang diungkapkan di website pemerintah kabupaten di

(8)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Sustainability Development Goals

Sustainability development goals (SDGs) mempunyai tujuan paling tinggi

yang berisikan hak asasi manusia, didalamnya mengandung beberapa hal

yaitu perkembangan sosial, pertumbuhan ekonomi yang merata dan konsep

berkelanjutan (Joseph C et.al, 2019). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

praktek keadilan, memutus arus illegal financial, dan mencegah korupsi.

Permasalahan mengenai korupsi perlu diselesaikan, karena terdapat hubungan

yang erat antara korupsi dan kemiskinan.

Korupsi adalah sebuah kendala dalam meraih SDGs. Sedangkan

konsekuensi lain dari sebuah korupsi adalah berkurangnya sumber daya

nasional, pembangunan berkelanjutan tidak dapat diwujudkan, peningkatan

tingkat kemiskinan, ekonomi yang tidak stabil, pelayanan publik yang tidak

baik, pertumbuhan ekonomi yang stagnan, berkurangnya investasi asing,

biaya administrasi dan manajemen yang tinggi serta ketidakstabilan politik.

Pengungkapan tentang strategi anti korupsi kepada publik melengkapi

keterlibatan aktual dan komitmen perusahaan dalam inisiatif anti korupsi. Hal

ini dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan dalam memerangi praktik

korupsi. Demikian juga, etika dan integritas perlu ditunjukkan dalam kegiatan

pemerintah dan laporan harus tersedia untuk umum untuk memberikan

kesadaran mengenai inisiatif pemerintah dalam mengurangi pelanggaran di

antara pejabat publik untuk menumbuhkan tata kelola pemerintahan yang

baik. (maizatul et al. 2016). Upaya anti korupsi diakui sebagai bagian penting

(9)

5

dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang mendukung pencapaian

dan keberlanjutan semua SDGs.(Transparency International, 2016b)

Good governance atau tata kelola yang baik mensyaratkan bahwa sebuah

organisasi memperhatikan kepentingan komunitas disekitarnya. Sementara

pada saat yang sama berusaha mencapai tujuan organisasi. Said et al. (2016)

tata kelola pemerintahan yang baik merujuk pada sebuah pedoman yang

menjelaskan dengan jelas bagaimana cara pejabat publik menjalankan

tanggung jawab mereka.

2. Sistem Anti Fraud

Pencegahan korupsi merupakan hal penting karena korupsi merupakan

kejahatan yang mengarah pada kehancuran total masa depan yang

memerlukan komitmen berkelanjutan dalam penerapannya (Oyamada, 2015).

Prabowo & Suhernita (2017) menjelaskan bahwa dalam melakukan

pencegahan korupsi, perlu adanya penyesuaian dengan karakteristik sebuah

negara seperti Indonesia yang perlu memperhatikan faktor budaya. Salah satu

alat yang dapat digunakan untuk anti korupsi adalah aplikasi web untuk

karyawan yang dapat membantu mencegah dan mendeteksi korupsi sejak dini,

meskipun korupsi merupakan tindak kejahatan yang sulit diberantas. Hal ini

dapat dilakukan untuk mencegah kerugian keuangan melalui mekanisme

pelaporan tersebut (Rivest-Peltier, 2014).

Dasgupta & Kesharwani (2010) menjelaskan bahwa karyawan adalah

pihak terbaik untuk mengidentifikasi tindakan kesalahan pada organisasi.

Organisasi harus mendorong karyawan dan melindungi mereka sebagai

whistleblower. Ada berbagai cara yang diungkapkan untuk mendukung

whistleblower yaitu menetapkan proses pengaduan dan investigasi secara

(10)

6

cepat, melatih manajer dan karyawan, memantau tindakan legislatif,

menghukum kesalahan dengan tepat, mengkomunikasikan kebijakan,

mendorong penggunaan komunikasi, mengembangkan kebijakan kode etik,

mengatur penanganan keluhan, dan meningkatkan budaya kejujuran serta

integritas dalam organisasi.

Sistem anti fraud dalam hal ini adalah whistleblowing system yang

merupakan sebuah sistem penyampaian pengaduan berupa dugaan tindak

pidana tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi yang dilakukan dalam

sebuah organisasi dan melibatkan pegawai atau orang lain yang melakukan

pelaporan pengaduan dan posisi pelapor bukan merupakan bagian dari pelaku

kejahatan yang dilaporkan (www.wbs.lkpp.go.id, 2019). Kejahatan yang bisa

dilaporkan salah satunya adalah korupsi. Korupsi menjadi sebuah kegiatan

yang sulit ditemukan tanpa adanya pelaporan atas kecurangan tersebut dapat

dibantu dengan salah satu alat penting yang semakin banyak digunakan di

seluruh dunia saat ini adalah whistleblowing system yang memerlukan adanya

kebijakan perlindungan pelapor dari pembalasan sehingga dapat mendorong

whistleblower untuk mengungkap informasi yang mereka ketahui (Gholami &

Salihu, 2017).

3. Institusional Theory

Lingkungan kelembagaan adalah faktor yang signifikan dalam

mempengaruhi budaya korupsi beserta tekanan eksternal seperti lingkungan

tugas, peraturan, struktur yang tidak konsisten, dan lingkungan kelembagaan

seperti transparansi, keadilan, kompleksitas lembaga dapat mempengaruhi

tingkat korupsi di sektor publik (Sudibyo & Jianfu, 2015). Lambsdorff (2014)

menjelaskan korupsi di sektor publik telah menjadi ciri-ciri institusi selama

(11)

7

berabad-abad dan untuk membasmi korupsi diperlukan strategi revisi atas

reformasi.

Budaya korupsi merupakan sebuah kejahatan yang dipengaruhi oleh

lingkungan organisasi dan faktor eksternal di sektor publik. Ada beberapa

faktor yang dapat mempengaurhi eksistensi korupsi di sebuah organisasi,

yaitu

bagaimana

organisasi

mengungkapkan

keterbukaan

dalam

pertanggungjawaban tugas pada masyarakat publik. Hal-hal yang berkaitan

dengan transparansi organisasi adalah perihal anggaran, laporan, aturan,

hingga keputusan-keputusan yang seharusnya dapat dikontrol oleh pihak yang

berwenang kapan saja.

Dalam memberantas budaya korupsi di sektor publik diperlukan

strategi berupa perubahan organisasi agar lebih transparan dari berbagai

tingkatan struktur tugasnya. Organisasi sektor publik harus mendukung

budaya pencegahan korupsi dengan meningkatkan aturan dan prosedur

pengawasan tugas dan tanggung jawab kepada masyarakat publik. Bukan

hanya lingkungan organisasi saja yang berkewajiban untuk menjaga iklim

bebas korupsi di lingkungan kerja sektor publik namun agar masyarakat

umum dapat mendukung budaya anti korupsi disektor publik dengan

keterlibatan dan keterbukaan informasi.

Teori institusional memiliki dua dimensi yaitu isomorphism dan

decoupling. Isomorphisme merupakan suatu proses yang mendorong satu unit

dalam suatu populasi untuk menyesuiakan dengan lingkungan eksternal

(DiMaggio dan Powel, 1983, p.149). Terdapat tiga tipe isomorphism yaitu

coercive, mimetik dan normatif. Perubahan isomorphisme koersif melibatkan

tekanan dari organisasi lain tempatnya saling tergantung dan ekspektasi

budaya dari masyarakat seperti perintah dari pemerintah, undang-undang dan

permintaan pelaporan keuangan (Deegan, 2013), pengaruh politik dan

kepentingan publik (Amran dan Devi, 2008). Dengan teori institusional,

(12)

8

organisasi akan mengadopsi praktik yang berlaku umum, seperti praktik

pengungkapan karena tekanan institusional.

Lammers & Garcia (2017) menjelaskan bahwa teori kelembagaan

memiliki faktor-faktor institusionalisme yaitu rasionalitas terbatas, kekuatan

eksternal, kesadaran, dan simbolisme. Lembaga lebih dari sebuah organisasi

individu dan mencakup sumber informasi dan pengaruh eksternal. Perspektif

institusional berfokus pada aturan, norma, dan hukum. Institusi adalah

ekspresi sosial dan sekelompok praktik yang didefinisikan perilaku suatu

kelompok dan dalam teori kelembagaan, terdapat nilai-nilai, kepercayaan dan

makna pendukung lembaga melalui interpretasi bersama dalam realitas

(Carvalho, Cunha, Lima, & Carstens, 2017).

Teori institusional terkait dengan teori legitimasi yaitu ketika

organisasi ingin mendapat keyakinan bahwa tindakannya sesuai dengan

ekspektasi masyarakat (Deegan, 2007). Teori legitimasi selalu mengandalkan

pada kontrak sosial antara organisasi dan masyarakat tempatnya beroperasi.

Dalam mendapatkan legitimasi yang diterima masyarakat, organisasi yang

besar akan lebih visible dan mendapat perhatian yang besar dari pemerintah,

media, grup professional dan publik secara umum (Luoma dan Goodstein,

1999).

(13)

9

B. Kerangka Pemikiran

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka peneliti

membuat model kerangka pemikiran dengan gambar sebagai berikut :

(14)

10

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis konten dengan pengungkapan sistem

anti-fraud di website Pemerintahan Kabupaten di Jawa Tengah.

Pengungkapan di website yang dianalisis adalah informasi yang tersedia

untuk publik sehingga dapat diandalkan sebagai sumber data. Analisis

konten telah banyak digunakan untuk riset pengungkapan yaitu Amran dan

Devi (2008), Krippendorff (1980), Hackstone dan Milne (1996) serta Joseph

(2019).

2. Analisis Data

Konten analisis merupakan salah satu metoda kualitatif yang mampu

mengkuantifikasi

informasi

kualitatif

dalam

bentuk

pengungkapan

(Krippendorff, 1980). Pengukuran sistem anti fraud menggunakan Integrity

Framework Disclosure Index (IDFi) yang dikembangkan Joseph et al. (2017)

dan Joseph et al. (2019) yang terdiri dari 13 kategori dan 47 item.

(15)

11

Tabel 3.1

Integrity Framework Disclosure Index (IDFi)

No Integrity Framework Disclosure Index Keterangan

1. Definition of Integrity Pernyataan umum tentang makna integritas 2. Objectives Pernyataan tujuan organisasi terkait dengan

administrasi yang efisien, integritas dan transparansi,

integritas dan jasa layanan yang baik,

nilai positif, isu dan pemecahan masalah, pengembangan tingkat kesadaran, komitmen dan kerjasama di antara staf, budaya etika dan integritas, peningkatan manajemen integritas dan administrasi.

3. Kebijakan Integritas Seperangkat prinsip-prinsip panduan yang terdiri dari pemahaman dan apresiasi; peningkatan kesadaran dan komitmen; upaya peningkatan spirit responsibilitas; berkontribusi pada upaya masa depan dan nilai-nilai etis; directives and circulars; positive attributes, National Integrity Plan

4. Komitmen integritas Pernyataan atas nilai-nilai organisasi, seperangkat nilai moral, kode etik organisasi

5. Elemen dalam kod etik Komitmen, tim kerja, kompetensi, profesionalisme, integritas

6. Skopa dan Pertanggungjawaban Tugas di bawah management integritas yang meliputi prosedur, panduan, kepatuhan atas nilai-nilai dan etika, komitmen untuk implementasi atas jasa yang diberikan dengan efisien, pelaporan tindakan tidak etis terhadap otoritas yang berwenang, pencegahan tindakan pelanggaran hukum dan korupsi.

7. Rencana Integritas Nasional Rencana umum yang menjadi katalisator untuk peningkatan integritas yang terdiri dari rencana strategis, rencana integritas strategic dan pendekatan integritas strategis.

8. Rencana Aksi Strategis Strategi spesifik untuk menngkatkan integritas, misalnya peningkatan keefektifan tata kelola, keefektfan sistem layanan jasa, program kesadaran untuk melawan korupsi, penyalahgunaan wewenang maupun pelaporan keuangan yang curang; penguatan keadilan dan sistem

(16)

12

manajemen disiplin, penguatan sumber daya manusia, dan penguatan sistem pengawasan. 9. Strategic Integrity Approach Teknik spesifik untuk peningkatan integritas:

pendidikan, penguatan, internalisasi nilai-nilai, monitoring, konseling dan rehabilitasi, charter/piagam komitmen yang dimiliki klien 10. Visi Nilai-nilai organisasi, aspirasi, tujuan yang

memasukkan konsep integritas atau implementasi. 11. Misi Pernyataan spesifik daripada visi yang

memasukkan konsep integritas atau implementasi 12. Integrity Reporting Channel Mekanisme yang meningkatkan staf untuk

melakukan whistleblowing untuk melaporkan ketidaksesuaian di organisasinya

13. Jenis Aktivitas Aktivitas yang meningkatkan kesadaran integritas misalnya forum publik tentang budaya anti-korupsi

3. Data Penelitian

Data website provinsi dari

http://www.indonesia-ottawa.org/tautanlinks-situs-pemerintah-daerah-indonesia/.

Data

pemerintah

kabupaten/kota

dari

https://www.kemendagri.go.id/page/read/40/permendagri-no137-tahun-2017.

Daftar kode dan nama 29 kabupaten beserta ibu kota kabupaten yang ada di

Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2020 berdasarkan data yang dipublikasikan

oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

(17)

13

Tabel 3. 2

Daftar Kode dan Nama Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

No Kode

Kabupaten/Kota

Ibu Kota Kabupaten

1

33.10

Kabupaten Klaten

Klaten

2

33.28

Kabupaten Tegal

Slawi

3

33.11

Kabupaten Sukoharjo

Sukoharjo

4

33.19

Kabupaten Kudus

Kudus

5

33.02

Kabupaten Banyumas

Purwokerto

6

33.09

Kabupaten Boyolali

Boyolali

7

33.27

Kabupaten Pemalang

Pemalang

8

33.03

Kabupaten Purbalingga

Purbalingga

9

33.08

Kabupaten Magelang

Mungkid

10 33.24

Kabupaten Kendal

Kendal

11 33.13

Kabupaten Karanganyar

Karanganyar

12 33.14

Kabupaten Sragen

Sragen

13 33.05

Kabupaten Kebumen

Kebumen

14 33.26

Kabupaten Pekalongan

Kajen

15 33.25

Kabupaten Batang

Batang

16 33.22

Kabupaten Semarang

Ungaran

17 33.20

Kabupaten Jepara

Jepara

18 33.23

Kabupaten Temanggung

Temanggung

19 33.06

Kabupaten Purworejo

Purworejo

20 33.07

Kabupaten Wonosobo

Wonosobo

21 33.21

Kabupaten Demak

Demak

22 33.04

Kabupaten Banjarnegara

Banjarnegara

23 33.01

Kabupaten Cilacap

Cilacap

(18)

14

No Kode

Kabupaten/Kota

Ibu Kota Kabupaten

24 33.18

Kabupaten Pati

Pati

25 33.15

Kabupaten Grobogan

Purwodadi

26 33.12

Kabupaten Wonogiri

Wonogiri

27 33.29

Kabupaten Brebes

Brebes

28 33.17

Kabupaten Rembang

Rembang

29 33.16

Kabupaten Blora

Blora

Tabel 3.3

Data Website System Semua Kabupaten di Jawa Tengah

NO

NAMA

WEBSITE

1

Kabupaten Klaten - Klaten

https://klatenkab.go.id/

2

Kabupaten Tegal - Slawi

http://www.tegalkab.go.id/

3

Kabupaten Sukoharjo - Sukoharjo

https://www.sukoharjokab.go.id/

4

Kabupaten Kudus - Kudus

http://kuduskab.go.id/

5

Kabupaten Banyumas - Purwokerto

https://www.banyumaskab.go.id/

6

Kabupaten Boyolali - Boyolali

https://www.boyolali.go.id/

7

Kabupaten Pemalang - Pemalang

https://www.pemalangkab.go.id/

8

Kabupaten Purbalingga -

Purbalingga

https://www.purbalinggakab.go.id/

9

Kabupaten Magelang - Mungkid

https://magelangkab.go.id/

10

Kabupaten Kendal - Kendal

https://www.kendalkab.go.id/

11

Kabupaten Karanganyar-

Karanganyar

http://www.karanganyarkab.go.id/

12

Kabupaten Sragen - Sragen

http://www.sragenkab.go.id/

13

Kabupaten Kebumen - Kebumen

https://www.kebumenkab.go.id/

14

Kabupaten Pekalongan - Kajen

https://www.pekalongankab.go.id/

15

Kabupaten Batang - Batang

https://www.batangkab.go.id/

16

Kabupaten Semarang - Ungaran

https://semarangkab.go.id/landing/

17

Kabupaten Jepara - Jepara

https://jepara.go.id/

18

Kabupaten Temanggung -

Temanggung

https://temanggungkab.go.id/

(19)

15

20

Kabupaten Wonosobo - Wonosobo

http://dashboard-smartcity.wonosobokab.go.id/

21

Kabupaten Demak - Demak

https://bkpp.demakkab.go.id/

22

Kabupaten Banjarnegara -

Banjarnegara

https://banjarnegarakab.go.id/web/

23

Kabupaten Cilacap - Cilacap

https://cilacapkab.go.id/v3/

24

Kabupaten Pati - Pati

https://www.patikab.go.id/v2/

25

Kabupaten Grobogan - Purwodadi

https://www.grobogan.go.id/

26

Kabupaten Wonogiri - Wonogiri

https://wonogirikab.go.id/

27

Kabupaten Brebes - Brebes

http://www.brebeskab.go.id/

28

Kabupaten Rembang - Rembang

https://rembangkab.go.id/

29

Kabupaten Blora - Blora

https://www.blorakab.go.id/

4. Teknis Analisis Data

Dalam penelitian ini, setiap unit amatan (website) akan ditelusuri dan

jika informasi dalam kategori IDFi diungkapkan kemudian diberi skor 1 dan 0

jika tidak ada pengungkapan.Tahap pertama dilakukan statistic deskriptif atas

data (rerata IDFi). Tahap kedua dilakukan perangkingan IDFi berdasarkan

Kabupaten/kota dan provinsi. Pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan

menganalisis hasil IDFi dan mengkaitkan dengan teori yang digunakan yaitu

institutional theory.

(20)

16

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Score indeks integritas

Berdasarkan skoring yang telah dilakukan, maka diperoleh skor indeks

integritas Kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah, seperti ditunjukkan

dalam table 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1

Skor Indeks Integritas

NO

NAMA

TOTAL

INDEKS

%

PERSENTASE

1

Kabupaten Klaten - Klaten

32

0,68

2

Kabupaten Tegal - Slawi

29

0,62

3

Kabupaten Sukoharjo - Sukoharjo

11

0,23

4

Kabupaten Kudus - Kudus

30

0,64

5

Kabupaten Banyumas - Purwokerto

15

0,32

6

Kabupaten Boyolali - Boyolali

33

0,70

7

Kabupaten Pemalang - Pemalang

39

0,83

8

Kabupaten Purbalingga - Purbalingga

25

0,53

9

Kabupaten Magelang - Mungkid

26

0,55

10

Kabupaten Kendal - Kendal

32

0,68

11

Kabupaten Karanganyar- Karanganyar

32

0,68

12

Kabupaten Sragen - Sragen

24

0,51

13

Kabupaten Kebumen - Kebumen

32

0,68

(21)

17

15

Kabupaten Batang - Batang

33

0,70

16

Kabupaten Semarang - Ungaran

29

0,62

17

Kabupaten Jepara - Jepara

26

0,55

18

Kabupaten Temanggung - Temanggung

29

0,62

19

Kabupaten Purworejo - Purworejo

33

0,70

20

Kabupaten Wonosobo - Wonosobo

34

0,72

21

Kabupaten Demak - Demak

29

0,62

22

Kabupaten Banjarnegara - Banjarnegara

32

0,68

23

Kabupaten Cilacap - Cilacap

36

0,77

24

Kabupaten Pati - Pati

36

0,77

25

Kabupaten Grobogan - Purwodadi

35

0,74

26

Kabupaten Wonogiri - Wonogiri

30

0,64

27

Kabupaten Brebes - Brebes

27

0,57

28

Kabupaten Rembang - Rembang

36

0,77

29

Kabupaten Blora - Blora

35

0,77

Dari tabel 4. 1 diatas dapat dijelaskan bahwa Kabupaten Pemalang memiliki skor

tertinggi dalam pengungkapan indeks integritas di website kabupatennya sebesar

83%. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Pemalang menjunjung integritas dan

transparansi yang tinggi sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Sebagai salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah telah mengungkapkan 39

item indeks integritas dari 47 item yang diteliti sehingga pengungkapan di

Kabupaten pemalang ini tergolong tinggi daripada Kabupaten lainnya.

(22)

18

B. Perankingan Score Indeks Integritas

Perankingan skor indeks integritas seluruh Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah

dapat ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2

Perankingan Skor Indeks Integritas

Kategori

Jumlah Item

Pengungkapan

Score

Persentase

(%)

Integritas

1

0

0%

Objektivitas

7

148

51,03%

Kebijakan integritas

7

127

43,79%

Komitmen integritas

3

44

15,17%

Elemen dalam kode etik

5

134

46,21%

Lingkup dan tanggung jawab

5

91

31,38%

Rencana Integritas Nasional

3

14

48,28%

Rencana tindakan strategis

6

117

40,34%

Pendekatan integritas strategis

6

125

43,10%

Visi

1

25

86,21%

Misi

1

25

86,21%

(23)

19

Jenis kegiatan

1

15

51,72%

Jumlah

47

875

44,46%

Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari seluruh Kabupaten telah membuat website

yang dipergunakan untuk mengungkapkan seluruh program kerja dan

pelaksanaan anggaran sebagai bentuk pertanggungjawaban kepad massyarakat.

Namun dilihat dari ke 47 item pengukapan yang harus disampaikan belum

dilakukan secara optimal dari masing-masing website di Kabupaten di Privinsi

Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengungkapan indeks integritas baru

sebanyak 44,46%.

C. Analisis Pengungkapan Indeks Integritas dalam Website Pemerintah

Kabupaten Se Jawa Tengah

Kabupaten adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia

setelah Provinsi yang dipimpin seorang Bupati. Sebagai sebuah wilayah

administrative di Indonesia dibawah profinsi dan Departemen Dalam Negeri,

maka pemerintah Kabupaten ini diwajibkan melakukan pengungkapan melalui

website sebagi bentuk pengimplementasian transparansi untuk memenuhi

kewajiban sebagai sebuah wilayah administrative dan untuk memenuhi hak asasi

warga negara untuk mengetahui informasi terkait kinerja dari Pemerintahan

Kabupaten yang telah diatur dalam Undang-Undang. Hal tersebut juga

merupakan perwujudan Sustainable Development Goals (SDGs) yang ke 16

dalam mengurangi korupsi dan suap dalam segala bentuk, membangun institusi

(24)

20

yang akuntabel dan transparan. Adapun SDGs merupakan suatu rencana aksi

global yang disepakati oleh pemimpin dunia , termasuk Indonesia, guna

mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.

Dalam SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 target yang diharapkan dapat dicapai pada

tahun 2030.

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa seluruh Kabupaten di

Provinsi Jawa Tengah telah mengungkapkan indeks integritas dalam bentuk

laporan kinerja, laporan strategi nasional dalam website masing-masing

Kabupaten dengan harapan bahwa laporan ini dapat memberikan informasi yang

akurat dan bermanfaat kepada seluruh pihak, mengenai pelaksanaan tugas dan

fungsi dari setiap masing-masing Kabupaten dan tentunya dapat diakses oleh

seluruh masyarakat di masing-masing website Kabupaten.

D. Identifikasi Kelemahan atau Permasalahan yang Dihadapi Pemerintah

Kabupaten di Jawa Tengah dalam Pengungkapan Indeks Integritas

Melalui Website

Dari hasil pengungkapan yang terdapat dalam masing -masing website dapat

dilihat bahwa pengungkapan indeks integritas melalui website yang meliputi :

integritas, objektivitas, kebijakan integritas, komitmen integritas, elemen dalam

kode etik, lingkup dan tanggung jawab, rencana integritas nasional, rencana

tindakan strategis, pendekatan integritas strategis, visi, misi, saluran pelaporan

(25)

21

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan dan telah diintepretasikan di

dalam hasil dari analisis data maka dapat disimpulkan :

1.

Skor indeks integritas berada pada kisaran terendah 11 total indeks atau

23% yaitu oleh Kabupaten Sukoharjo dan skor indeks integritas tertinggi

sebanyak 39 total indeks atau 83% yaitu oleh Kabupaten Pemalang.

2.

Perankingan skor indeks integritas diperoleh hasil kategori pengungkapan

Visi Misi memperoleh hasil sebesar 86,21 % dari 13 kategori

pengungkapan yaitu integritas, objektivitas, kebijakan integritas,

komitmen integritas, elemen dalam kode etik, lingkup dan tanggung

jawab, rencana integritas nasional, rencana tindakan strategis, pendekatan

integritas strategis, visi, misi, saluran pelaporan integritas dan jenis

kegiatan

B. Saran

1. Perlu adanya standar pengungkapan indeks integritas dalam bentuk

laporan kinerja, laporan strategi nasional agar diperoleh hasil

(26)

22

2. Terdapat satu website yang tidak dapat akses informasinya karena itu

(27)

23

DAFTAR PUSTAKA

Amran, A., Devi, S.S. 2008. The impact of government and foreign affiliate influence

on corporate social reporting: the case of Malaysia. Managerial Audit Journal.

23 (4), 386-404.

Antipova, T. (2018). Fraud Prevention by Government Auditors. Institute of Certified

Specialists, (June 2017). https://doi.org/10.23919/CISTI.2017.7976024

Agnihotri, A., & Bhattacharya, S. (2015). Whistleblowing policy disclosure: evidence

from an Indian emerging market, 15 No. 5(1472-0701), 678–692.

Bowman, Diana & George, G. (2014). Public awareness of corruption in Australia.

Journal of Financial Crime, 15(4), 438–452.

Carvalho, A. D. P., Cunha, S. K. da, Lima, L. F. de, & Carstens, D. D. (2017). The

role and contributions of sociological institutional theory to the sociotechnical

approach to innovation theory, 14(3), 250–259.

Coonjohn, J.J., Lodin, A., 2011. Developing a strategiv implementation plan for

anti-corruption. www.jjcoonjohn.com/pdf/Strategic_Implementation_Plan.pdf/

Deegan, C. 2008. Organizational legitimacy as motive for sustainablity reporting, In:

Unerman, J., Bebbington, J., O;Dywerm B. (Eds), Sustainability Accounting

and Accountability. Routledge, Oxon, pp. 127-149

DiMaggio, P.J., Powell, W.W.1983. The iron cage revisited: Institutional

isomorphisme and collective rationality in organizational fields. American

Sociological Review. 48. 147-160

Fieger, P., & Rice, B. S. (2017). Whistle-blowing in the Australian public service: the

role of employee ethnicity and occupational affiliation. University of New

England, 47 No. 3(0048-3486), 613–629.

Hackstonm M. 1996. Corporate determinants of social and environmental disclosures

in New Zealand companies. Account. Audit. Account. 9 (1), 77-108

(28)

24

Joseph, C., Gunawan, J., Swani, Y., Rahmat, M., Noyem, J.A., Darus, F., 2016. A

Comparative study of anti-corruption practices disclosure among Malaysian dan

Indonesian corporate responsibility (CSR) best practice companies. Journal of

Cleaner Production. 102, 2896-2908.

Joseph, C., Gunawan, J., Madi, N. Janggum T., Rahmat, M., Mohamed, N. 2019.

Realising sustainable development goals via online integrity framework

disclosure: Evidence from Malaysian and Indonesia authorities. Journal of

Cleaner Production. 215, 112-122.

Gholami, H., & Salihu, H. A. (2017). Combating Corruption in Nigeria : The

Emergence of Whistleblowing Policy. Journal of Financial Crime, 26 No.

1(1359-0790), 131–145.

Lambsdorff, J. G. (2014). The institutional economics of corruption and reform :

Theory , evidence , and policy. The Institutional Economics of Corruption and

Reform, (May).

Lammers, J. C., & Garcia, M. A. (2017). Institutional Theory Approaches, Chapter

8(October).

Lawrence, T. B., & Shadnam, M. (2008). Institutional Theory, John Wiley.

https://doi.org/10.1002/9781405186407.wbieci035

Krippendorff, K., 1980. Content Analysis: An Introduction to its methodology. Sage.

Beverly Hillsa, CA

Marwaha, K. (2017). Corporate governance and whistleblowing in India: promises or

reality? Law and Management, 53(3 pp).

Messchalck, J., (2009). Towards a sound integrity framework: Instruments,

processes, structures and conditions for implementation. Global Forum on

Public Governance. Paris, OECD.

Midin, M., Joseph, C., Mohamed, N., 2017. Promoting societal governance:

Stakeholders’ engagement disclosure on Malaysian local authorities’ websites,

Journal of Cleaner Production. 142, 1672-1683

(29)

25

Nguyen, T. V. (2017). Local governance , corruption , and public service quality :

Evidence from a national survey in Vietnam. International Journal of Public

Sector Management, 30(2).

Oyamada, E. (2015). Anti-corruption measures the Japanese way: prevention matters.

University of South Australia, 4(1), 24–50.

Prabowo, Yoga, Hendi & Cooper, K. 2016. Re-understanding corruption in the

Indonesian public sector through three behavioral lenses. Journal of Financial

Crime, 23(4), 1028–1062.

Prabowo, H. Y., & Suhernita. 2017. Be Like Water : Developing a Fluid Corruption

Prevention Strategy. Journal of Financial Crime, 25 No. 4(1359-0790), 997–

1023.

Rivest-Peltier, D. (2014). A model for preventing corruption. Journal of Financial

Crime, 25 No. 2(1359-0790), 545–561.

Said, J., Alam, M.M, Aziz, M.A.A 2015. Public accountability system: Empirical

assesment of public sector of Malaysia. Asian Journal of Sc. Res. 8 (2), 225-236

Said, J., Alam, M. M., Mohamed, D. I. B., & Rafidi, M. (2017). Does job satisfaction,

fair treatment, and cooperativeness influence the whistleblowing practice in

Malaysian Government linked companies? Asia-Pacific Journal of Business

Administration, 9(3), 220–231.

Sudibyo, Y. A., & Jianfu, S. (2015). Institutional Theory for Explaining Corruption:

An Empirical Study on Public Sector Organizations in China and Indonesia,

13(1), 817–823.

Syamsuddin. (2017). The government whistleblowers in generating audit quality (a

survey on provincial audit boards in South, Central, and West Sulawesi,

Indonesia). International Journal of Law and Management, 59(6), 1046–1058.

Www.transparency.org/cpi2018. (2018). www.transparency.org/cpi2018.

Www.wbs.lkpp.go.id/. (2019).

(www.transparency.org/cpi2018, 2018).

(www.nasional.sindonews.com, 2018).

(30)

26

(www.cnnindonesia.com, 2016).

(www.cnnindonesia.com, 2017).

(www.kpk.go.id, 2013).

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1  Skor Indeks Integritas

Referensi

Dokumen terkait

mengangkat judul “ Optimalisasi Kas untuk Menjaga Likuiditas dan Meningkatkan Rentabilitas pada Perusahaan Dagang (Studi Kasus Restoran Sederhana Lintau 88 Palembang)

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukan bahwa dari 83 responden yang datang ke Puskesmas Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi untuk kelompok usia lanjut (60-70 tahun)

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kebijakan tax amnesty tidak memberikan dampak terhadap kepatuhan pendaftaran berdasarkan rendahnya pemanfaatan kebijakan tax

terlihat bahwa untuk jaringan yang hanya menggunakan Nawala sebagai content filtering tool , akses terhadap situs porno sebagian besar masih bisa dilakukan, di mana dari

• Kemampuan guru menguasai konsep-konsep yang akan diajarkannya maupun pendalaman materi yang berkaitan dengan konsep-konsep tersebut dapat dilakukan dengan analisis topik

Linux Kernel Module Programming Guide version 1.0.1 by Ori Pomerantz This document is for people who want to write kernel modules. GNU manuals (and a

Respon positif dimensi internal, terdapat pada respon seluruh subyek dalam subdimensi diri identitas, serta sebagian besar pada subdimensi diri penilaian dan diri pelaku.. Di sisi

Simulasi medan magnet dengan program superfish dan opera-3d digunakan untuk mengetahui besar dan distribusi medan magnet yang dihasilkan dari model inti magnet yang