• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

6 A. Preceptorship

1. Pengertian Preceptorship

Menurut NMC (Nurse Midwifery Council di UK, 2009) Preceptorship adalah suatu periode (preceptorship) untuk membimbing dan memotivasi semua praktisi baru yang memenuhi persyaratan untuk melewati perubahan peran dari mahasiswa untuk mengembangkan kualitas praktek mereka lebih lanjut. Sehingga mahasiswa akan lebih percaya diri dengan lingkungan barunya, dalam peran barunya sebagai perawat. Hal itu dikarenakan mahasiswa merasa dipacu untuk mencapai kompetensi yang membantu perannya (Department of Health, 2010).

Menurut High Quality Workforce: NHS Next Stage Review preceptorship adalah Suatu periode dasar (preceptorship) bagi praktisi untuk memulai karir yang akan membantu mereka memulai perjalanan dari pemula sampai ketahap ahli. Dengan adanya preceptorship para preceptee atau pemula atau mahasiswa akan lebih terbantu dalam pencapaian kompetensi yang dibutuhkan oleh mereka (Department of Health, 2010).

Menurut Cannadian Nurses Association 1995, preceptorship merupakan pertemuan pembelajaran yang terjadi secara terus menerus, dan metode pembelajaran menggunakan perawat sebagai role model klinik. Pendekatan yang dilakukan dalam preceptorship ini adalah pendekatan hubungan satu-satu, belajar mandiri, memberikan lingkungan yang aman sebagai refleksi dan berfikir kritis, pemberian

(2)

nasihat, konseling, bimbingan, memberikan kekuatan dan umpan balik yang konstruktif. Bagaimanapun juga preceptorship digunakan khusus dalam proses formal yaitu dalam membantu preceptee untuk memperoleh kompetensi praktek awal melalui supervisi langsung melalui waktu yang pendek (CNA, 2004).

Menurut Bartlett et al. (2000) berpendapat bahwa program preceptorship bisa menjadi sarana penting dalam membantu perawat baru untuk mendapatkan kepercayaan diri. Program preceptorship juga dapat memberikan informasi khusus tentang kompetensi perawat dengan memberikan arahan yang berguna agar perawat dapat memberikan pelayanan yang berkualitas. (Salonen, dkk, 2007).

Menurut Chickerella dan Lutz (1981) preceptorship merupakan metode pembelajaran yang sifatnya individual dimana setiap siswa dibimbing oleh seorang preceptor sebagai role model dan sumber informasi dalam praktek sehari-hari. (Gleeson, 2008)

2. Keuntungan Preceptorship

Ada beberapa keuntungan dari preceptorship, keuntungan bagi perawat baru atau mahasiswa, keuntungan bagi perawat klinik, keuntungan bagi preceptor sendiri dan keuntungan bagi profesi. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perawat Baru

Sebagai perawat baru, preceptorship dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu: preceptoship dapat membantu seorang perawat baru dalam mengembangkan kepercayaan diri, preceptorship dapat menjadi tempat sosialisasi profesional untuk masuk kedalam lingkungan kerja, meningkatkan kepuasan kerja sehingga meningkatkan kepuasan pasien/klien, dihargai dan dihormati oleh organisasi pelayanan, diakui dan adanya kepastian

(3)

pengembangan karier dimasa depan, merasa bangga dan berkomitmen dalam tujuan dan strategi organisasi perusahaan, mengembangkan kesepahaman tentang komitmen untuk bekerja dalam profesi dan ketentuan-ketentuan dari lembaga yang berwenang/ konsil keperawatan, pribadi yang tanggung jawab untuk memelihara pengetahuan terkini, preceptorship mengurangi stress seorang perawat baru karena ia dibimbing dan diarahkan sesuai kompetensinya, untuk pengembangan diri yang signifikan karena lebih membentuk pemahaman yang lebih atas kompetensinya sehingga dapat mengembangkan karakternya, dan manfaat yang terakhir dari preceptorship pada seorang perawat baru adalah menunjukkan sikap, pengetahuan dan keahlian (kompetensi) baru.

b. Perawat klinik

Preceptorship juga memberikan beberapa manfaat pada perawat klinik, yaitu: dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien, membantu meningkatkan perekrutan dan pengurangan perawat klinik, dapat mengurangi sakit dan absen karena tidak ada lagi alasan stres dan takut masuk kerja karena kekurangannya dalam sebuah atau beberapa bidang yang diluar kompetensinya, pengalaman pemberian pelayanan semakin meningkat setelah masuk dalam preceptorship, dapat meningkatkan kepuasan staf, peluang mengidentifikasi staf yang membutuhkan dukungan tambahan atau perubahan peran, mengurangi risiko keluhan dari pasien dan keluarga pasien, kesempatan mencari bakat pemimpin yang ada pada dirinya sendiri, praktisi memahami dampak peraturan–peraturan terhadap pemberian pelayanan dan mengembangkan hasil (outcome) / pendekatan berbasis bukti (evidence base), mengidentifikasi staf yang memerlukan dukungan tambahan lebih lanjut.

(4)

c. Pembimbing Klinik/Preceptor

Manfaat preceptorship pada preceptor sendiri adalah dapat mengembangkan penilaian, supervisi, bimbingan dan ketrampilan yang mendukung. Dapat menimbulkan perasaan tentang nilai organisasi, praktisi perawat baru dan pasien. Dapat mengidentifikasi komitment profesi dan ketentuan-ketentuan peraturan. Dapat mendukung pembelajaran sepanjang hayat, serta dapat membantu dalam meningkatkan keinginan karier dan aspirasi kedepan seorang preceptor.

d. Profesi.

Manfaat dari preceptorship bagi profesi mencakup tanggung jawab profesional diantaranya: memberikan standar praktek tinggi dan pelayanan perawatan sepanjang waktu. Keperawatan menjadi prioritas, pengguna pelayanan keperawatan, sebagai individu dan menghormati martabatnya. Dapat bekerja sama dengan orang lain untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keperawatan, keluarga, karier dan masyarakat luas. Menjadi lebih terbuka dan jujur, bertingkah laku dengan integritas, menegakkan reputasi profesi. Meningkatkan image pelayanan keperawatan kesehatan profesional. Meningatkan dukungan kepada lulusan baru. Membantu perawat dalam menjaga dan memperoleh kompetensi. Meningkatkan jumlah perawat dengan jiwa kepemimpinan dan kemampuan mengajar. Meningkatakan retensi keperawatan. Mengurangi kebutuhan untuk melakukan rekrutmen dan pendidikan kepada perawat (CNA, 2004).

3. Pertimbangan-pertimbangan dalam keberhasilan program prceptorship

Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan program preceptorship, termasuk didalamnya stress

(5)

pada mahasiswa, beban kerja preceptor, konflik dan permasalahan lainnya.

Pengalaman preceptorship dapat menyebabkan stress pada mahasiswa dan dapat menimbulkan kekecewaan bagi profesi keperawatan. Maka dari itu penting untuk menjaga informasi secara terbuka bersama-sama antara mahasiswa dan preceptor dan juga koordinator program dan penasihat/advisor. Preceptor harus tahu bagaimana untuk menganal stres yang terjadi pada mahasiswa, bagaimana untuk menilai mereka dalam mengatur stres atau dimana untuk mencari bantuan yang lebih jauh seperti konseling ketika dibutuhkan.

Beban kerja yang berlebih dapat menyebabkan kurang puasan kerja bagi para preceptor. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya memiliki banyak pasien disisi lain sebagai tanggungjawab preceptor memiliki banyak mahasiswa. Ini merupakan masalah etik yang seharusnya dipertimbangkan ketika melakukan program preceptorship.

Penting untuk mengetahui bahwa konflik/masalah dapat muncul antara preceptor dan mahasiswa. Orientasi program harus diberikan antara mahasiswa dan preceptor dengan beberapa pandangan dan pendekatan untuk bagaimana mengetahui dan memecahkan masalah. Koordinator program dan penasihat fakultas dapat memfasilitasi acara tersebut ketika dibutuhkan.

Contoh pemecahan masalah secara produktif. Ketika kehidupan seseorang, pekerjaan, harga diri, konsep diri, ego, kepribadian maka biasanya masalah akan muncul.

a. Penyebab konflik :

1) Kurangnya komunikasi

2) Ketidakpuasan dengan sistem manajemen. 3) Kepemimpinan yang buruk.

(6)

b. Hasil positif dari masalah.

1) Menunjukan kejelasan dari masalah tersebut. 2) Sebuah hasil solusi.

3) Pentingnya melibatkan seseorang yang terjadi permasalahan. 4) Mengurangi kecemasan dan stres.

5) Membangun kerjasama 6) Membagi solusi

7) Menunjukkan kesepemahaman.

c. Pendekatan yang baik dalam pemecahan masalah

1) Arahkan kepada permasalahan, bukan kepada individunya. 2) Ungkapkan perasaan dengan cara tidak menyalahkan. 3) Bawa peran diri dalam masalah tersebut.

4) Dengan orang lain dan lihat masalah dari perspektif mereka. 5) Identifikasi kebutuhan dasar.

6) Jangan pecahkan permasalahan orang lain.

7) Mendorong untuk memberikan pendangan yang berbeda 8) Jujur dalam diskusi.

9) Fokus akan apa yang dikerjakan.

Preceptorship merupakan tanggung jawab preceptor, yang bertangggung jawab untuk mengajar, mengevaluasi dan memberikan umpan balik, mahasiswa dan Koordinator program serta penasihat fakultas. Dalam keberhasilan program preceptor, surat dipersiapkan untuk memberikan rangkaian orientasi, dukungan evaluasi dan informasi dan atau tentang preceptor dan mahasiswa (CNA, 2004).

4. Implementasi program preceptorship

Ada beberapa implementasi program preceptorship menurut (Department of Health, 2010) implementasi program preceptorship adalah sebagai berikut:

(7)

a. Menjaga tingkat kepegawaian yang memadai dan beban pekerjaan role model.

b. Dapat Mempertahankan catatan yang lengkap, dan menjamin sesuai standar yang telah ditetapkan, memungkinkan dapat diakses bagi yang berwenang melihat catatan tersebut. Melindungi catatan terhadap kehilangan atau penggunaan yang tidak sah atau illegal dan memastikan sumber informasi dan ruang untuk penyimpanan mereka terlindungi.

c. Menyediakan tenaga manusia, fisik, bidang klinis, riset dan sumber teknis yang diperlukan untuk mencapai tujuan program preceptorship.

d. Menetapkan kontrak tertulis dengan organisasi-organisasi yang digunakan oleh semua bidang klinik yang berpengalaman. Menetapkan kontrak tertulis dengan organisasi yang digunakan untuk setiap pengalaman klinis.

e. Memastikan alokasi yang cermat model peran untuk peserta/ mahasiswa.

f. Memberikan bimbingan yang memadai, pengawasan dan pengarahan.

g. Memastikan umpan balik digunakan untuk meningkatkan program. h. Memberikan bantuan teknis layanan online untuk program yang

disampaikan dalam metode jarak jauh.

Sedangkan implementasi dalam (Quensland Government, 2001) Kebijakan untuk mendukung pelaksanaan dan pemeliharaan program ini sangat penting untuk keberhasilannya. Kebijakan untuk mendukung transisi harus mencakup peran dan tanggung jawab manajemen dan mencerminkan pernyataan posisi Queensland Nursing Council pada Proses Dukungan Transisi. Adalah penting bahwa peran dan tanggung jawab pembimbing diakui dalam konteks kerja. Dalam membimbing harus dibagi diantara preceptor, memastikan bahwa salah satu preceptor tidak kewalahan dengan membantu semua mahasiswa.

(8)

Program ini akan memenuhi persyaratan persiapan untuk preceptor dan memberikan pedoman untuk peran manajemen dalam penerapan standar praktek terbaik untuk mendukung transisi.

B. Pembimbing klinik/Preceptor

Menurut Happell (2009) preceptor adalah perawat yang mengajar, menasihati, menginspirasi, berfungsi sebagai model peran, dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa untuk jumlah tetap dan terbatas waktu dengan tujuan tertentu dari sosialisasi siswa menjadi peran baru (Duteau, 2012).

Seorang guru atau instruktur atau seorang ahli atau spesialis yang memberikan pengalaman praktis dan pelatihan untuk mahasiswa, khususnya kedokteran atau keperawatan (NHS, 2007).

Morrow, 1984 menyatakan, preceptor adalah seseorang, pada umumnya seorang perawat staf, yang mengajar, nasihat, menginspirasi, berfungsi sebagai model peran dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu (pemula) untuk jumlah waktu yang terbatas dengan tujuan tertentu dari sosialisasi pemula menjadi peran baru (NHS, 2007).

Preceptor dapat berperan sebagai panutan, mentor dan pelatih bagi mahasiswa, sedangkan peran tersebut tidak akan didapatkan di fakultas. Proses membimbing tidak akan memberikan dampak stress pada preceptor dan akan lebih efektif jika sejak awal bimbingan telah ditentukan strategi pemenuhan target kompetensi, mengenali masalah yang mungkin dapat terjadi, dan mencari cara penyelesaian masalah tersebut (Murphy, 2008).

Karakter seorang preceptor adalah sabar, antusias, berpengetahuan, memiliki rasa humor dan rasa hormat terhadap rekan lainnya. Preceptor harus kompeten dan memiliki kemauan untuk belajar dan berubah. Seorang preceptor adalah seseorang yang bersifat tidak mengancam, tidak menghakimi dan mengenal kelemahan yang dimilikinya. Preceptor adalah

(9)

orang yang dapat dipercaya, orang yang dapat membimbing dan orang yang dapat membimbing. Hal terpenting yang harus dimiliki seorang preceptor adalah kecerdasan emosional. Preceptor dengan karakter demikian merupakan seorang yang berkualitas dan dapat menumbuhkan lingkungan belajar yang sehat (Baltimore, 2004).

C. Kompetensi Preceptor

Kompetensi preceptor ada lima, kolaborasi, karakter personal, fasilitas belajar, praktek professional dan pengetahuan tatanan klinik. (CNA, 2004). Dibawah ini adalah penjabarannya:

1. Kolaborasi

a. Berkolaborasi dengan mahasiswa pada semua tahapan preceptorship.

b. Menyusun dan menjaga kerjasama dengan penasehat/kepala fakultas dan rekan lain (Universitas, Pelayanan kesehatan profesional, klien)

c. Membuat jaringan dengan preceptor lain untuk mendiskusikan peningkatan praktik.

d. Membantu mahasiswa untuk menginterpretasikan peran mahasiswa kepada individu, keluarga, komunitas dan populasi.

2. Karakter personal

a. Menunjukan antusias dan tertarik pada preceptor

b. Menunjukkan ketertarikan dalam kebutuhan dan perkembangan pembelajaran mahasiswa.

c. Membantu perkembangan pembelajaran lingkungan yang positif.

(10)

d. Beradaptasi untuk berubah.

e. Menunjukkan kemampuan komunikasi yang efektif dengan klien dan universitas.

f. Menunjukkan kamampuan pemecahan masalah yang efektif. g. Menunjukkan kesiapan dan keterbuakaan untuk belajar dengan

mahasiswa.

h. Menunjukkan tanggungjawab akan perbedaan mahasiswa (latar belakang pendidikan, ras, kultur dll)

i. Menggabungkan mahasiswa ke dalam budaya sosial. j. Memiliki kepercayaan diri dan kesabaran.

k. Mengakui keterbatasan diri dan berkonsultasi dengan yang lain.

3. Fasilitasi belajar

a. Menilai kebutuhan pembelajaran klinik mahasiswa dalam bekerjasama dengan mahasiswa dan penasehat fakultas/ koordinator program, dengan cara:

1) Meninjau kompetensi dasar sesuai dengan bidang ilmu (praktik, pendidikan), standar praktik, tempat (rumah sakit, klinik spesialis komunitas, pendidikan).

2) Membicarakan harapan hasil pembelajaran berdasarkan atas data pada kompetensi dasar.

3) Mengkaji pengalaman mahasiswa sebelumnya dengan tanggung jawab pengetahuan dan keahlian untuk menjaga pemahaman, perkembangan dan kebutuhan pembelajaran yang spesifik pada tenpat praktek.

4) Mengidentifikasi potensi belajar pada tempat praktek yang akan menyesuaikan perkembangan dan kebutuhan belajar mahasiswa.

5) Membantu mahasiswa untuk mengembangkan hasil pembelajaran individu, dan peran saat praktek.

(11)

b. Merencanakan aktifitas pembelajaran klinik dalam bekerjasama dengan mahasiswa dan dengan penesehat fakultas/ koordinator program, dengan cara :

1) Membantu mahasiswa untuk mencari tempat kegiatan pembelajaran untuk mendapakan hasil pembelajaran dan untuk membuat waktu mahasiswa supaya optimal (contohnya: tugas praktek klinik, aktifitas pendidikan, membaca, menulis, simulasi keahlian praktek).

2) Ketika memungkinkan, pilihlah tugas klinik/ aktifitas pembelajaran sesuai dengan yang teridentifikasi pada hasil belajar dan cara belajar mahasiswa.

3) Ketika memungkinkan, urutkan tugas klinik / aktifitas pembelajaran selama proses pembelajaran dari hal yang kecil sampai hal yang komplek.

c. Mengimplementasikan pembelajaran klinik dalam tempat praktek dengan bekerjasama dengan mahasiswa dan penasehat fakultas/ koordinator program, dengan cara :

1) Menyusun strategi pembelajaran klinik dengan tepat.

2) Membantu mahasiswa dalam menyiapkan aktifitas pembelajaran.

3) Ketika memungkinkan, kaji aktifitas mahasiswa bertujuan untuk mengetahui kemajuan dan mengatur aktifitas tersebut.

4) Berdiskusi dengan mahasiswa tentang kendala-kendala dalam praktek.

5) Memberikan umpan balik secara konstruktif( contohnya., pelatihan, dukungan dan pujian)

6) Melakukan intervensi secara cepat terhadap hal-hal yang tidak diinginkan.

(12)

d. Mengevaluasi hasil pembelajaran klinik dalam kerjasama dengan mahasiswa dan penasihat fakultas dan koordinator program, dengan cara ;

1) Memberikan umpan balik secara konstruktif menggunakan lembar evaluasi (contohnya., evaluasi formatif harian/ mingguan)

2) Menanyakan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa yang telah dipelajari (contohnya, bagaimana menurutmu tentang perawatan luka? Apa yang telah kamu lakukan dengan cara berbeda?).

3) Menjelaskan penilaian preceptor terhadap kegiatannya. 4) Mendiskusikan antara ketidak cocokan antara preceptor dan

mahasiswa.

5) Berpartisipasi dengan mahasiswa dalam melengkapi lembar evaluasi struktur yang menekankan pentingnya evaluasi diri untuk mahasiswa, untuk mengetahui kemajuan hasil pembelajaran dan potensi berikutnya (contohnya., evaluasi sumatif yang dilakukan saat tengah dan akhir preceptorship)

6) Memberikan pujian dan dukungan pembelajaran lingkungan dengan memfokuskan pada potensi mahasiswa, pencapaian dan kemajuan menjelang pertemuan melalui proses evaluasi.

7) Memberikan umpan balik yang positif tentang peningkatan atau kesalahan untuk mendapatkan fundamental, profesional atau sasaran diri.

8) Melakukan langkah yang tepat jika perkembangan hasil pembelajaran kurang memuaskan(contohnya berkonsultasi dengan pembimbing fakultas/ koordinator program)

(13)

9) Bertanya dengan pertanyaan terbuka kepada mahasiswa untuk menentukan pemahaman keefektifan intervensi preceptor untuk memfasilitasi pembelajaran klinik.

4. Praktek professional

a. Berperilaku otonomi dan konsisten sesuai dengan standar keperawatan yang diakui oleh peraturan provinsi dan kode etik keperawatan.

b. Bekerja untuk mencapai standar nasional / internasional saat ini.

c. Membantu mahasiswa untuk mendapatkan ilmu, keahlian dan keputusan peraturan provinsi dan kode etik keperawatan.

d. Mengklarifikasi peran, hak dan tanggungjawab yang berhubungan dengan preceptorship.

5. Pengetahuan tatanan klinik.

a. Isi dasar pengetahuan tatanan klinik 1) Misi dan filosofi

2) Sistem perawatan (contohnya berfokus pada keperawatan keluarga, dll).

3) Kebijaksanaan dan prosedur. 4) Lingkungan fisik

5) Peran dan fungsi interdisiplin.

6) Format, dokumentasi dan mekanisme pelaporan.

b. Menunjukkan peran perawat dengan kelompok mutidisiplin (contohnya; farmasi, pekerja sosial, psikology, terapi okupasi). c. Mengkaji garis besar institusi pendidikan bagi mahasiswa dan

(14)

mahasiswa lakukan selama pembelajaran klinik dan apakah ada perubahan setelah mengikuti preceptorship).

D. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah seseorang melakukan pengindraan suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Dengan lima indra yang ada ditubuh manusia tersebut, manusia dapat mengetahui sesuatu baik yang manusia itu sengaja melakukannya atau tidak sengaja (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seorang (overt behaviour). Dari pengalaman pengertian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, karena perilaku yang didasari pengetahuan akan dilakukan secara terus menerus oleh seseorang itu sedangkan yang tidak menyertai perilakunya dengan pengetahuan selain tidak langgeng seseorang yang melakukannya tidak tahu apakah yang ia lakukan sudah benar atau belum (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut (Notoatmodjo, 2003), dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan, yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari. Termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Selain itu tahu juga

(15)

dapat diartikan mengerti setelah melihat sesuatu. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yang artinya hanya sekedar tahu bukan memahami. 2) Memahami (Comprehension)

Memahami tingkatannya lebih tinggi dari tahu. Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi ke kondisi sebenarnya. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan terhadap objek yang dipelajari, dilihat dan apa yang dia dapatkan dari kelima panca indra. 3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah Kemampuan untuk menggunakan dan menerapkan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau hukum–hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dengan menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah dari kasus kesehatan yang diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

(16)

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada sehingga formulasi-formulasi-formulasi-formulasi tersebut menjadi lebih lengkap dari sebelumnya.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada.

2. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa hal yang mempengaruhi pengetahuan, hal ini dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2005). Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam member respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Seseorang yang berpendidikan tentu akan lebih banyak memberikan respon emosi, karena ada tanggapan bahwa hal yang baru akan memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan di masa lalu. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kehidupan. Semakin tinggi tingkat kesehatan, seseorang makin menerima informasi sehingga

(17)

makin banyak pola pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2003).

b. Paparan media massa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarkat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain - lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.

c. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

d. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi.

Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.

(18)

e. Pengalaman

Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa di peroleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

3. Alat Ukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2003).

Ada beberapa kategori tingkat pengetahuan: a. Kategori kurang bila skor : <60 % b. Kategori cukup : 60-75%

c. Kategori baik : >75% (Arikunto, 2006).

(19)

E. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi : (CNA, 2004), (Notoatmodjo, 2003),

F. Variabel Penelitian

Variabel dari penelitian ini adalah deskripsi pengetahuan preceptor tentang kompetensinya dalam pelaksanaan preceptorship.

Mahasiswa Preceptorship Kompetensi Preceptor Kompetensi Preceptor, yaitu: - Kolaborasi - Karakter personal - Fasilitasi belajar - Praktek professional - Pengetahuan tatanan klinik Preceptor Pengetahuan Pengetahuan dibagi menjadi: - Tahu - Memahami - Aplikasi - Analisis - Sintesis - Evaluasi

Referensi

Dokumen terkait

Bila suatu reaksi dilakukan dalam sistem terisolasi (tersekat) mengalami perubahan yang mengakibatkan terjadinya penurunan energi potensial partikel-partikelnya, maka

Pilih kembali Assigned Load Case, masukan informasi besar serta arah beban seperti pada gambar dibawah dan pastikan setiap input tipe beban dilakukan dan SELALU diakhiri dengan

Fungsi getc digunakan utk membaca satu aksara dari peranti input piawai. Contoh input piawai fail dan

Tingkat kemudahan pembacaan simbol pada peta multiskala cetak dan web diperoleh hasil sebesar 74% responden memilih web cartography sebagai bentuk penyajian peta multiskala yang

Tujuan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat sesuai permasalahan mitra adalah untuk : 1) dapat menampung cairan pulpa hasil samping fermentasi biji kakao sehingga

Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat terjadi sebagai endapan sedimen dalam suasana basa (alkali), dan terbentuk pada cekungan sedimen yang bersifat basa, dimana

(4) Dalam hal arahan Anggota Dewan Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan secara lisan, BAPEL harus menuangkan arahan dimaksud dalam satu risalah, yang juga

Dari data yang diperoleh dari perumahan GRAHA PESONA NIRMALA yang berada pada Kecamatan Kubutambahan Kabupaten Buleleng Singaraja Bali berdasarkan tiap unit rumah yang