• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matrix Strategi, Output, Program/Kegiatan, Indikator, Target, dan Pelaksana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Matrix Strategi, Output, Program/Kegiatan, Indikator, Target, dan Pelaksana"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

25 No Strategi/Program

Utama Sub Program Kegiatan Indikator

Target UNIT

PENANGGUNG JAWAB

Pelaksana: Pusat, provinsi,

Kab dan Kota 2012 (Baseline) - 2015

Kegiatan Pendahuluan

Perlu dilakukan Kegiatan Orientasi untuk jajaran kesehatan mengenai Konsep Pathway dan Pelayanan Berkesinambungan, agar semua pihak mempunyai acuan dan persepsi yang sama tentang arah kebijakan dan program Pelaksanaan orientasi untuk jajaran kesehatan di Tk Pusat, Propinsi dan Kabupaten

Seluruh Kab&Kota sudah

mendapatkan orientasi pada akhir kuartal kedua 2013

Strategi 1: Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu 1. Penjaminan kompetensi Bidan di desa sesuai standar 1.1. Menyediakan sarana pelayanan di desa (Poskesdes) 1.1.1. Penyediaan Poskesdes Jumlah Poskesdes tersedia di wilayah kecamatan

Terjadi peningkatan jumlah Poskesdes setiap tahun sesuai target daerah masing-masing, dan pada tahun 2015 jumlah Poskesdes telah meningkat sedikitnya 30% dibandingkan tahun 2012 (10% setiap tahun) Pusat Promosi Kesehatan Kemenkes; Dinkes Prov, Kabupaten dan Kota; PEMDA; BAPPEDA; organisasi profesi 1.1.2. Penyediaan Bidan

Kit yang dilengkapi dengan alat ukur Hb

Jumlah Bidan mempunyai Bidan kit di wilayah kab & kota

Pada akhir tahun 2013 atau paling lambat awal tahun 2014 semua Bidan sudah mempunyai Bidan kit sesuai standar

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dinkes Prov, Kab dan Kota

1.2. Meningkatkan keterampilan

1.2.1. Pelatihan APN bagi bidan di desa

Jumlah Bidan telah dilatih APN

Jumlah Bidan yg mempunyai kompetensi memadai melalui

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dinkes Prov, Kab dan Kota;

(2)

26 bidan dalam pertolongan persalinan dan antenatal terpadu dan/ atau pelatihan peningkatan keterampilan lainnya

pelatihan meningkat setiap tahun sesuai target daerah. Pada tahun 2015 semua Bidan sudah mempunyai kompetensi sesuai standar

IBI, PPSDM, P2KS 1.2.2. Pelatihan ANC terpadu Jumlah Pelatihan ANC terpadu yg dilaksanakan

Pelaksanaan Pelatihan ANC terpadu meningkat setiap tahun sesuai target daerah. Pada tahun 2015 pelatihan ANC terpadu telah dilaksanakan untuk semua petugas

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dinkes Prov, Kab dan Kota

1.2.3. Pelatihan Bidan di desa dalam memberikan konseling dan edukasi kpd masyarakat agar lebih siaga menghadapi masa kehamilan dan persalinan Jumlah Bidan di desa dilatih dalam memberikan konseling dan edukasi

Pelaksanaan Pelatihan Konseling dan Edukasi untuk Bidan di Desa dimulai pada tahun 2013 dan meningkat setiap tahun sesuai target daerah. Pada tahun 2015 pelatihan Konseling dan Edukasi dilaksanakan terhadap 30% Bidan di desa

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dit. Bina Yan Keperawatan dan KM Kemenkes, Prov, Kab/Kota 1.3. Menjaga/mening katkan mutu pelayanan KIA 1.3.1. Meningkatkan kegiatan supervisi fasilitatif pada bidan di desa Jumlah Puskesmas melakukan kegiatan supervisi fasilitatif

Jumlah Puskesmas yang melakukan supervisi fasilitatif meningkat setiap tahun sesuai target daerah. Pada tahun 2015 semua Kab/Kota telah melakukan supervisi fasilitatif kepada Bidan di desa secara rutin

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dit. Bina Yan Keperawatan dan KM Kemenkes, Prov, Kab/Kota 2. Penjaminan ketersediaan 2.1. Meningkatkan deteksi dan 2.1.1. Meningkatkan jumlah Puskesmas yang

Jumlah

Puskesmas yang

(3)

27 fasilitas pelayanan kesehatan mampu pertolongan persalinan 24/7 sesuai standar pertolongan pertama kasus komplikasi dan rujukan efektif mampu memberikan pertolongan persalinan sesuai standar yang berfungsi 24/7:

 Melengkapi/menambah ruangan bersalin di Puskesmas,

 Melengkapi sarana dan prasarana termasuk obat,

 Melatih tim puskesmas agar dapat berfungsi 24/7, termasuk

melakukan deteksi dan pertolongan pertama kasus komplikasi dan rujukan efektif

dapat memberikan pelayanan kebidanan 24/7

memberikan pelayanan kebidanan dan Bayi baru lahir meningkat setiap tahun sesuai target daerah. Pada tahun 2015 50% Puskesmas di wilayah kabupaten dan 100% di wilayah kota dapat memberikan pelayanan kebidanan dan Bayi baru lahir

Upaya Kesehatan Dasar BAPPEDA; Dinkes Prov, Kabupaten dan Kota; RS; organisasi profesi 2.1.2. Melakukan ANC terpadu, termasuk Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA)

% Puskemas di kab dan kota menerapkan ANC terpadu

Jumlah Puskemas di kab dan kota yang menerapkan ANC terpadu meningkat setiap tahun sesuai dg target daerah. Pada tahun 2015 seluruh Puskesmas telah menerapkan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Kemenkes, Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota, Dit. Bina Yan Keperawatan dan KM Kemenkes, Prov, Kab/Kota ) 2.1.3. Melakukan screening Hb bagi setiap ibu hamil yang datang ke fasyankes % Puskesmasmelak ukan pemeriksaan Hb dan melaporkan Prevalensi

Jumlah Puskesmas yang melakukan pemeriksaan Hb dan melaporkan prevalensi Anemia pada ibu hamil meningkat setiap tahun.

Pada akhir tahun 2013 atau

selambat-Pusat Data dan Informasi (Pudatin)

(4)

28

anemia tahunan lambatnya awal tahun 2014 seluruh Puskesmas sudah melakukan pemeriksaan Hb secara rutin dan melaporkan setiap tahun

Adanya sistem informasi KIA terpadu

Tahun 2013 tersedia sistem informasi KIA terpadu Pusdatin Provinsi, kabupaten dan kota 2.2. Meningkatkan ketersediaan fasilitas yang berfungsi untuk memberikan pelayanan penanganan komplikasi 2.2.1. Meningkatkan jumlah Puskesmas yang berfungsi PONED 24/7, dengan prioritas di daerah terpencil:

 Melengkapi/menambah tim PONED terlatih  Melengkapi sarana dan

prasarana Puskesmas yg bebrfungsi sbg PONED termasuk obat,

 Melakukan penyegaran terhadap tim PONED yang sudah ada mengingat kasus komplikasi jarang mereka temui  Memastikan adanya sarana rujukan transportasi dan komunikasi yang % Puskesmas yang dapat berfungsi memberikan pelayanan PONED 24/7 di wilayah kabupaten dan kota

Semua Puskesmas PONED yang sudah ada dapat berfungsi 24/7 pada akhir tahun 2013

Jumlah Puskesmas yang dapat berfungsi sebagai Puskesmas PONED meningkat setiap tahun sesuai target daerah, dan pada tahun 2015 semua Puskesmas perawatan dapat

memberikan pelayanan PONED 24/7

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Dasar

Dinkes Prov, Kab dan Kota

(5)

29 memadai 2.3. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan RS rujukan baik yang berada di wilayahnya maupun di wilayah lainnya (RS provinsi, RS di wilayah perbatasan, RS militer, RS swasta) untuk memperluas akses rujukan kasus komplikasi di RS. 2.3.1. Dinas Kesehatan melakukan koordinasi dengan berbagai sektor terkait agar terbentuk sistem rujukan dari Puskesmas ke RS

Jumlah kab dan kota yang mempunyai sistem rujukan dan mempunyai MoU

Buku pedoman rujukan selesai dibuat oleh Kemenkes pada tahun 2013, dan didistribusikan ke semua provinsi. Provinsi selesai melakukan penyesuaian bersama-sama kabupaten dan kota (termasuk pembuatan MoU

kerjasama/koordinasi dg pemangku kepentingan, yaitu Pemda, RSUD, Dinkes, RS swasta, Klinik swasta), dan mendistribusikan ke kabupaten dan kota pada pertengahan/akhir tahun 2014.

MoU dikeluarkan dan buku pedoman rujukan mulai digunakan oleh semua daerah pada awal tahun 2015

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Rujukan

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD kab dan kota

Adanya sistem informasi KIA terpadu

Sistem informasi KIA terpadu(vertikal dan horisontal) telah tersedia akhir tahun 2013

Pusat Data dan Informasi

Dinkes Prov, Kab dan Kota

2.4. Mengoptimalkan pemanfaatan asuransi kesehatan bagi masyarakat yang 2.4.1. Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk pelaksanaan Jampersal /JKN di Terbentuknya mekanisme koordinasi pelaksanaan Jampersal/JKN

Mekanisme koordinasi pelaksanaan Jampersal/JKN di wilayah kab dan kota telah terbentuk pada akhir tahun 2013

Pusat

Pembiayaan dan Jaminan

Kesehatan

Dinkes Prov, Kab dan Kota

(6)

30 berhak (Jampersal, JKN) setiap tingkat pelayanan sehingga tupoksi masing-masing pihak jelas

di wilayah kab dan kota

2.4.2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang hak dan kewajiban terkait asuransi kesehatan

Diseminasi informasi tentang hak dan kewajiban terkait asuransi kesehatan kepada masyarakat telah dilakukan di kecamatan dan desa, melalui jajaran kesehatan di kecamatan dan desa

Diseminasi informasi tentang hak dan kewajiban terkait asuransi kesehatan (Jampersal/JKN) kepada masyarakat telah dilakukan di semua kecamatan dan desa, melalui jajaran kesehatan di kecamatan dan desa, pada awal tahun 2014. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Dinkes Prov, Kab dan Kota; ASKES; Pus Promkes 2.5. Meningkatkan Kualitas Pelayanan 2.5.1. Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan di tingkat dasar melalui pelatihan, magang, dan in-house training, baik di Puskesmas PONED maupun Puskesmas perawatan non-Jumlah nakes yang mendapat pelatihan PONED: Bidan; Dokterumum; Perawat. Jumlah Nakes yang telah magang / in

Semua tim Puskesmas PONED (Bidan;

Dokterumum; Perawat) yg ada telah dilatih PONED pada akhir tahun 2013. Jumlah Nakes di Puskesmas PONED (selain tim PONED) yang telah magang /menerima in house training PONED meningkat setiap tahun

Jumlah Nakes di Puskesmas

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pusdiklat Aparatur Dinkes Prov, Kab dan Kota; IBI; IDI; JNPK

(7)

31

PONED house training

PONED : Bidan;

Dokterumum; Perawat.

perawatan non-PONED yang telah magang /menerima in house training PONED meningkat setiap tahun sesuai target daerah. 2.5.2. Melakukan pembinaan: pembinaan RS PONEK ke Puskesmas PONED. Pembinaan dapat dilakukan di Puskesmas atau di RS PONEK Jumlah Puskesmas PONED yang rutin dibina

Pada tahun 2013 strategi pembinaan RS PONEK ke Puskesmas PONED sudah dikembangkan dan disepakati oleh semua pemangku kepentingan di daerah

Tahun 2015 semua RS PONEK melakukan pembinaan Puskesmas PONED secara periodik

Direktorat BUK Dasar

Dinkes Prov, Kab dan Kota

2.5.3. Melaksanakan AMP dengan tindak lanjutnya. Tindak lanjutnya dapat berupa peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petugas, Melengkapi kebutuhan alat dan obat, Perubahan kebijakan, dll Jumlah kab/kota yang melakukan AMP minimal 2 x per tahun

Jumlah Kabupaten dan Kota yang melakukan AMP dengan tindak lanjutnya meningkat setiap tahun. Pada tahun 2013 setidaknya 2 x AMP yang ditindak-lanjuti dilakukan. Pada tahun 2015 semua kabupaten dan kota melakukan 4 X AMP yang ditindak-lanjuti.

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dinkes Prov, Kab dan Kota

2.5.4. Melaksanakan back referral agar perujuk mendapatkan pembelajaran dari Jumlah kab / kota yang mempunyai mekanisme

Buku pedoman rujukan (termasuk pedoman rujukan balik) selesai dibuat oleh Kemenkes pada tahun 2013, dan

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan

Dinkes Prov, Kab dan Kota, RSUD prov, kab

(8)

32 hasil tindakannya danmelakukan pemantauan pasien pasca perawatan. “back referral” /rujukan balik

disesuaikan oleh provinsi dan

kabupaten/kota sesuai kondisi daerah masing-masing. Pedoman rujukan mulai digunakan oleh semua daerah pada awal tahun 2014

Rujukan dan Kota; Dit Bina Kes Ibu; Dit Bina Kes Anak

2.5.5. Melakukan supervisi fasilitatif terhadap pelayanan PONED oleh Bidan koordinator

kabupaten dan Kota

Jumlah kab dan kota di wilayah provinsi yang melakukan supervisi fasilitatif thd pelayanan PONED

Jumlah Kabupaten dan kota yang melakukan supervisi fasilitatif thd pelayanan PONED secara rutin meningkat setiap tahun sesuai target daerah.

Pada tahun 2015 semua Kabupaten dan Kota telah melakukan supervisi fasilitatif secara rutin

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dit. Bina Yan Keperawatan dan KM Kemenkes, Prov, Kab/Kota 3. Penjaminan seluruh RS Kabupaten/ Kota mampu PONEK 24/7 sesuai standar 3.1. Meningkatkan kualitas petugas pelayanan kesehatan di RS rujukan agar dapat menangani kasus komplikasi dengan tepat waktu dan tepat guna, termasuk adanya pedoman standar pelayanan kasus-kasus komplikasi 3.1.1. Melakukan pelatihan manajemen klinis tenaga kesehatan di RS dalam menangani kasus rujukan komplikasi, melalui pelatihan PONEK, life saving skills, dan pelatihan lainnya Terlaksananya Pelatihan manajemen klinis tenaga kesehatan di RS dalam menangani kasus rujukan komplikasi, melalui pelatihan PONEK, life saving skills, dll,

Semua RSUD mempunyai tim petugas (kebidanan, anak dan anestesi – baik spesialis ataupun PPDS) yang telah dilatih sehingga mampu memberikan pelayanan PONEK pada akhir tahun 2014. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan PEMDA; BAPPEDA; Dinkes Prov, Kabupaten dan Kota; RS; organisasi profesi

(9)

33 3.2. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan RS Rujukan lainnya, yaitu RS tipe lebih tinggi, RS/RSB swasta, dan RS Militer untuk menjamin akses kasus komplikasi di RS 3.2.1. Melakukan koordinasi dan mendapatkan konsensus kerjasama dengan RS Rujukan lainnya, yaitu RS tipe lebih tinggi, RS/RSB swasta, dan RS Militer , untuk menjamin akses kasus komplikasi di RS Adanya MoU atau mekanisme/ped oman koordinasi dan kerjasama dengan RS Rujukan

Setiap Kabupaten/Kota telah

mempunyai MoU atau kerjasama pada tahun 2014 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Dinkes Prov, Kab dan Kota; Biro Hukom dan Organisasi 3.3. Menjamin akses terhadap darah yang aman 3.3.1. Meningkatkan dan memperkuat kerjasama dengan PMI Terbentuknya kerjasama antara PMI dengan UTD RS dalam penyediaan darah

Kerjasama antara PMI dengan UTD RS di semua kabupaten dan kota dalam penyediaan darah disepakati pada akhr tahun 2013

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Dasar

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; PMI

3.3.2. Meningkatkan fungsi

UTD UTD tersedia di RS dan berfungsi sesuai standar

Semua UTD RSUD berfungsi pada akhir tahun 2013

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Dasar

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; PMI 3.3.3. Meningkatkan kerjasama antar RS, di wilayah maupun diluar wilayah (provinsi atau Adanya MoU/kerjasama antar RS, di wilayah maupun

MoU/kerjasama antar RS, di wilayah maupun diluar wilayah, dalam pengadaan darah pada akhir tahun 2013

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Dasar

Dinkes Prov, Kab dan Kota; PMI

(10)

34 kab&kota lain)

dalam pengadaan darahMemastikan seluruh RS memiliki Bank Darah Rumah Sakit

(BDRS),melalui pembentukan jejaring penyediaan darah antar RS, baik di wilayah yang sama maupun wilayah lain terdekat diluar wilayah, dalam pengadaan darah 3.4. Meningkatkan Pelayanan KB pasca-salin Jumlah pelayanan KB pasca salin di RS meningkat setiap tahun

Jumlah pelayanan KB pasca-salin di RS meningkat setiap tahun sesuai target daerah.

Pada tahun 2015 ibu pasca-salin yang menerima pelayanan KB pada tahun 2015 meningkat sebesar 50% dibandingkan sebelumnya

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; BKKBN 3.5. Menjamin ketersediaan pelayanan setiap saat (dalam 24 jam 7 hari) 3.5.1. Melengkapi/menam bah tenaga untuk menjamin

pemberian pelayanan 24/7: menyediakantim PONEK yang dapat

Jumlah RS PONEK yang dapat berfungsi 24/7

Pada tahun 2014 semua RS PONEK dapat berfungsi sebagai RS PONEK 24/7 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota

(11)

35 memberikan pelayanan kegawat-daruratan, termasuk ketersediaan operator operasi Cesar (SPOG/PPDS Kebidanan), Dr. Spesialis Anak, Anestesi (Dr, paramedis), Bidan, dan Perawat). 3.5.2. Melengkapi/menam bah ketersediaan sarana dan prasarana: ruang operasi dan pengaturan prioritas penggunaannya, kit operasi Caesar, obat, darah, dsb. RSUD mempunyai Sarana dan Prasarana sesuai standar untuk pelayanan PONEK 24/7

Semua RSUD mempunyai sarana dan prasarana lengkap tahun 2015

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Rujukan

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; BUK Rujukan

3.5.3. Melakukan pendekatan upaya inovatif yang sesuai dg kondisi daerah bagi RS yang kekurangan SDM strategis terutama di DTPK. Salah satu contoh Sister Terselenggarany a upaya inovatif untuk mengurangi kesenjangan SDM termasuk tenaga spesialis.

Pada tahun 2013 tersedia telaah terhadap upaya-upaya inovatif Pada tahun 2014 dimulai pelaksanaannya Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; BUK Dasar

(12)

36 Hospital Program yg diselenggrakan di prov NTT 3.6. Meningkatkan Kualitas Pelayanan 3.6.1. Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan melalui pelatihan, magang, in-house training, pembinaan: Bidan, Dokter, Spesialis. Jumlah petugas RS yang dilatih PONEK: Bidan, Dokter, Dokter calon spesialis Jumlah petugas RS magang/in-house training: Bidan, Dokter, Dokter calon spesialis

Pada tahun 2014 semua tim PONEK RS sudah dilatih

Pada tahun 2015 semua RSUD telah melakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan kebidanan dan Bayi baru lahir pada petugas kebidanan dan Bayi baru lahir(Dokter, Bidan, dan Perawat) yang belum mendapatkan pelatiha PONEK melalui magang/in-house training Pusat Pendidikan dan Pelatihan Nakes, BPPSDM Kesehatan Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; Dit Bina Kes Ibu

3.6.2. Melakukan audit pada setiap kematian ibu dan BBL yang terjadi di RS, yang ditindaklanjuti (perbaikan kompetensi SDM; kelengakapan obat, darah, dan alat; perubahan kebijakan)

% RS yang melakukan audit kematian ibu dan Bayi baru lahir

Pada tahun 2014 semua RSUD melakukan audit kematian ibu dan Bayi baru lahir melakukan audit yang ditindak-lanjuti

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota

(13)

37 3.6.3. Mengoptimalkan

pelaksanaan supervisi dan jaga mutu di RS.

Terlaksananya supervisi dan jaga mutu di RS secara rutin

Pada tahun 2014 semua RSUD mempunyai pedoman dan

melaksanakan supervisi dan jaga mutu di RS secara rutin Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota ; Dit BUKR 3.6.4. Menggunakan maklumat pelayanan untuk meningkatkan peran masyarakat dalam peningkatan kualitas pelayanan % RS kab / kota yang mempunyai maklumat pelayanan

2014 semua RSUD mempunyai maklumat pelayanan

Pusat Promosi Kesehatan

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; Dit BUKR 3.7. Memperkuat

Sistem Pelayanan kebidanan dan Bayi baru lahirdi RS 3.7.1. Mengembangkan/m emodifikasi kebijakan di fasilitas pelayanan: alur penerimaan dan penanganan kasus darurat kebidanan dan Bayi baru lahir, ketersediaan dan berfungsinya ruang gawat darurat, dll. Tersedianya kebijakan pelayanan di RS termasukalur penerimaan dan penanganan kasus darurat kebidanan dan Bayi baru lahir, ketersediaan dan

berfungsinya ruang gawat darurat, dll.

Pada akhir tahun 2015 semua RSUD mempunyai dan menerapkan kebijakan pelayanan di RS yang jelas dan memadai

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; Dit BUKR

3.7.2. Melaksanakan rujukan

balik/back-% RSUD yang melakukan

Pada akhir tahun 2013 semua RSUD melakukan rujukan balik dan

Direktorat Bina Upaya

Dinkes Prov, Kab dan Kota;

(14)

38 referral dari RS ke perujuk, agar monitoring pasien pasca-rawat dapat dilakukan oleh fasilitas/tenaga perujuk rujukan balik dan melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin

melakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin

Kesehatan Rujukan

RSUD prov, kab dan kota; Dit BUKR dan BUKD; Dit Ibu dan Dit Anak

4. Penjaminan terlaksananya rujukan efektif pada kasus komplikasi 4.1. Menjamin Tersedianya Pedoman Rujukan 4.1.1. Mengembangkan/m emantapkan Pedoman Rujukan yang jelas di tingkat pusat

Jumlah provinsi dan kabupaten dan kota yang punya pedoman sistem rujukan maternal dan Bayi baru lahir

Buku pedoman rujukan (termasuk pedoman rujukan balik) selesai dibuat oleh Kemenkes pada tahun 2013.

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan; Direktorat Bina Kesehatan Ibu PEMDA; BAPPEDA; Dinkes Prov, Kabupaten dan Kota; RS; organisasi profesi 4.1.2. Mengembangkan/m emantapkan Pedoman Rujukan yang jelas dan operasional di tingkat daerah, termasuk fungsi dan peran setiap tingkat pelayanan

Jumlah kab / kota yang punya pedoman sistem rujukan

maternal dan Bayi baru lahir

Provinsi, kabupaten dan kota

melakukan penyesuaian berdasarkan kondisi daerah masing-masing. Provinsi, kabupaten dan kota sudah mempunyai Pedoman rujukan dan mulai digunakan pada awal tahun 2014 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; Dit Bina Kes Ibu

4.1.3. Mengembangkan pedoman rujukan balik dari RS rujukan ke perujuk

Adanya Pedoman Rujukan Balik

Tahun 2014 daerah sudah mempunyai pedoman dan melaksanakan rujukan termasuk rujukan balik

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Rujukan

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota 4.1.4. Mengembangkan Adanya Pedoman rujukan untuk pasien yang Direktorat Bina Dinkes Prov,

(15)

39 pedoman rujukan

untuk pasien yang memanfaatkan program jampersal atau program asuransi kesehatan pemerintah lainnya. pedoman rujukan untuk pasien yang memanfaatkan program Jampersal atau program asuransi kesehatan pemerintah lainnya

memanfaatkan program Jampersal selesai tahun 2013

Pedoman rujukan yang disesuaikan dengan program JKN selesai tahun 2014 Upaya Kesehatan Rujukan, Pusat Pembiayaan Jaminan Kesehatan

Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; Dit bina kes ibu

4.2. Menjamin Tersedianya Sistem Rujukan yang Mantap 4.2.1. Mengembangkan/m emantapkan sistem jejaring yang disepakati bersama, yang meliputi “Jejaring Rujukan Vertikal” dan “Jejaring Rujukan Horisontal” Adanya jejaring sistem rujukan

Pedoman rujukan di tingkat provinsi dan kabupaten dan kota selesai dan dimanfaatkan tahun 2014, termasuk sistem jejaring vertikal (antara RS tipe yg lebih tinggi dengan RS tipe lebih rendah), jejaring rujukan horisontal (RS pemerintah dan swasta) dan jejaring lintas batas (regional)

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Rujukan

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota 4.2.2. Mengembangkan/m emantapkan sistem jejaring regional yang disepakati bersama, terutama untuk menangani daerah-daerah terpencil dan Adanya jejaring regional sistem rujukan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; dit bina kes Ibu

(16)

40 perbatasan. 4.2.3. Mengembangkan Sistem Komunikasi Rujukan yang mempunyai dua tujuan, yaitu untuk pembimbingan pelayanan dan untuk mendapatkan konfirmasi ketersediaan pelayanan RS rujukan (keberadaan dokter, ketersediaan tempat tidur, ketersediaan darah, obat, dll). Adanya Sistem Komunikasi Rujukan

Pada tahun 2015 semua Kabupaten dan Kota yang mempunyai jaringan telekomunikasi yang baik telah mengembangkan dan melaksanakan sistem komunikasi rujukan

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Pusat Data dan Informasi Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota

4.2.4. Memantapkan sistem penerimaan dan penanganan kasus gawat darurat di dalam rumah sakit, termasuk alur penanganannya, koordinasi dengan dokter spesialis kebidanan atau PPDS kebidanan, Berlakunya sistem penerimaan dan penanganan kasus gawat darurat di dalam rumah sakit sesuai standar akreditasi RS

Pada akhir tahun 2014 semua RSUD mempunyai dan menerapkan kebijakan pelayanan kasus gawat darurat di dalam rumah sakit sesuai standar akreditasi RS Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota

(17)

41 dan koordinasi

dengan dokter spesialis lainnya terkait kematian ibu dengan sebab indirek. 4.2.5. Mengembangkan/ memantapkan sistem jejaring yang disepakati bersama untuk daerah terpencil dan kepualauan Adanya Sistem Jejaring di daerah terpencil dan kepulauan

Sistem Jejaring di daerah terpencil dan kepulauan terbentuk pada akhir tahun 2015

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota 5.

5

Pelayanan kesehatan reproduksi remaja sebagai upaya intervensi dini dalam pencegahan kehamilan dini pada remaja 5.1. Menjamin tersedianya Pelayanan kesehatan peduli remaja yang berfokus pada layanan promotif dan preventif melalui KIE dan Konseling 5.1.1 Meningkatkan jumlah Puskesmas yang mampu laksana Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) melalui pelatihan tenaga kesehatan dan pembinaan teknis. Cakupan Kabupaten yang memiliki minimal 4 Puskesmas mampu laksana PKPR

95 % dari total kabupaten mempunyai 4 puskesmas mampu PKPR pada tahun 2014

Direktorat Bina Kesehatan Anak

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota

(18)

42

Strategi 2: Meningkatkan peran Pemerintah Daerah dan swasta dalam upaya kesehatan ibu 6. Penjaminan dukungan PEMDA terhadap regulasi yang dapat mendukung secara efektif pelaksanaan program 6.1. Regulasi dalam Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan 6.1.1. Menyampaikan usulan kepada Pemerintah Pusat dan Daerah untuk memenuhi kebutuhan tenaga di berbagai tingkatan fasilitas kesehatan sehingga masyarakat mempunyai akses 24/7 kepada pelayanan

kebidanan dan bayi baru lahir yang dibutuhkannya. Usulan tersebut meliputi:

 Melengkapi tenaga di Fasilitas PONED dan PONEK yang belum mempunyai tenaga terlatih  Menempatkan tim Tenaga PONED di fasilitas PONED secara bertahap  Menempatkan tim Tenaga PONEK di  Jumlah Puskesmas PONED di kab dan kota yang mempunyai tenaga lengkap  Jumlah RS PONEK di provinsi yang mempunyai tenaga lengkap

 Pada akhir tahun 2015 semua RS PONEK mempunyai tenaga lengkap sehingga dapat berfungsi 24/7  Pada tahun 2015 semua

Puskesmas PONED mempunyai tenaga lengkap sehingga dapat berfungsi 24/7

 Pada tahun 2015 semua

Puskesmas Perawatan mempunyai tenaga yang dapat memberikan pelayanan PONED 24/7 BPPSDM (Pusrengunakes) PEMDA; BAPPEDA; Dinkes Prov, Kabupaten dan Kota; RS; organisasi profesi

(19)

43 fasilitas RS PONEK secara bertahap  Menjamin ketersediaan tenaga spesialis di RS PONEK atau RS Pemerintah yang belum PONEK 6.1.2. Menyampaikan usulan kepada Pemerintah Daerah agar menjamin penempatan tenaga yang sudah dilatih PONED/PONEK untuk tidak dimutasi atau diganti dengan tenaga lain yang setara. % Kabupaten dan kota di wilayah provinsi yang punya SK PONED (termasuk SK petugas) % Kabupaten dan kota di wilayah provinsi yang punya SK PONEK (termasuk SK petugas)

2014 Seluruh Puskesmas PONED mempunyai SK

2014 Seluruh RS PONEK mempunyai SK

Direktorat BUKD

Direktorat BUKR

Dinkes Prov, Kab dan Kota; BUKD; Kemen PAN 6.2. Regulasi dalam menjamin ketersediaan obat yang diperlukan di 6.2.1. Meningkatkan dan memantapkan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Daerah agar

Persentase ketersediaan obat esensial kebidanan dan Bayi baru lahir

Tahun 2014, 100% obat esensial kebidanan dan Bayi baru lahir tersedia baik jenis dan jumlahnya

Dit. Bina Obat Publik dan Perbekkes

Pusat, Dinkes Prov., Dinkes Kab/Kota

(20)

44 fasilitas pelayanan kesehatan dasar pemerintah obat yang dibutuhkan terjamin setiap saat, termasuk proses

perencanaan,

pengelolaan dan

monitoring-evaluasi

6.2.2. Meningkatkan dan memantapkan koordinasi dengan PMI mengenai penyediaan darah, bila diperlukan melalui Nota Kesepahaman tingkat daerah Adanya MOU Dinkes dg PMI ttg pengadaan darah

Tahun 2014,ada MOU antara seluruh dinkes provinsi, kabupaten/kota dengan PMI

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Dasar

Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota; PMI

6.2.3. Meningkatkan dan memantapkan koordinasi antar RS, pemerintah maupun swasta , dalam penyediaan alat, obat dan darah, bila diperlukan melalui Nota Kesepahaman tingkat daerah Adanya MOU RS dg PMI ttg pengadaan darah

Pada tahun 2014 ada MOU antara seluruh RS dengan PMI

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Dinkes Prov, Kab dan Kota; RSUD prov, kab dan kota 6.3. Regulasi dalam tata kelola 6.3.1. Menyampaikan usulan kepada Alokasi dana APBD untuk

Pelayanan RS PONEK 24/7 dan sedikitnya 4 Puskesmas PONED 24/7

PEMDA, DPRD Dinkes Prov, Kab dan Kota;

(21)

45 administrasi dan

keuangan daerah

Pemerintah Daerah agar alokasi APBD mendukung kegiatan kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk mencapai MDG 5: RS PONEK, Rujukan, Puskesmas PONED, Bidan kompeten kegiatan yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk mencapai MDG 5, meningkat sesuai kebutuhan

per kabupaten, dan pelayanan oleh Bidan yang kompeten (terlatih) terselenggara setiap tahunnya

Puskesmas Perawatan yang menjadi Puskesmas yang berfungsi sebagai PONED 24/7 bertambah 4 Puskesmas per kabupaten pada tahun 2014

Biro Hukor 6.3.2. Menyampaikan usulan kepada Pemerintah Daerah mengenai perlu adanya upaya terobosan terkait jasa pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir, antara lain

mempertimbangkan aspek kedaruratan dalam pemberian pelayanan (waktu di luar jam kerja).

AdanyaPerdaten tangupayaterob osanjasapelayan ankebidanandan bayibarulahir, termasuk pelayanan spesialistis

Tahun 2014 dilakukan modifikasi terhadap Perda terkait jasa pelayanan kebidanan dan bayi baru lahir

PEMDA, DPRD Dinkes Prov, Kab dan Kota; Biro Hukor; Kemdagri 6.3.3. Menyampaikan usulan kepada Pemerintah Daerah Adanya kebijakan/ peraturan

Tahun 2014 kebijakan/ peraturan daerah tentang rujukan di daerah perbatasan dan terpencil sudah

Direktorat Bina Upaya

Kesehatan Dasar

Dinkes Prov, Kab dan Kota; Biro Hukur;

(22)

46 untuk membuat

peraturan yang jelas untuk daerah perbatasan dan terpencil, termasuk peraturan mengenai rujukan kasus komplikasi

kebidanan dan bayi baru lahir sehingga mempermudah akses mereka ke pelayanan kesehatan terdekat daerah tentang rujukan di daerah perbatasan dan terpencil berlaku Kemdagri 6.4. Regulasi dalam peningkatan kualitas/keteram pilan tenaga kesehatan 6.5.1. Menyampaikan usulan kepada Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kualitas dan keterampilan klinis tenaga kesehatan melalui pelatihan, magang atau program pendidikan lainnya Adanya rencana tahunan pelatihan klinis berbagai jenis tenaga kesehatan

Tahun 2013 telah dibuat perencanaan pelatihan klinis untuk tahun 2014 dan 2015

Pusat

pendidikan dan Pelatihan Nakes

Dinkes Prov, Kab dan Kota;

6.5.2. Mengatur perijinan pembukaan sekolah-sekolah atau akademi di daerah Pustanserdik BPPSDM Dinkes Prov, Kab dan Kota;

(23)

47 agar mengacu pada

standar kompetensi profesi yang berlaku. 6.5.3. Sosialisasi Kepmenkes tahun 2009 tentang pelatihan kesehatan melalui PPSDM BPPSDM (Pusdiklat Nakes, Pusdiklat Aparatur) Dinkes Prov, Kab dan Kota;

6.5. Regulasi dalam sistem informasi kesehatan ibu dan Bayi baru lahir

6.5.1. Mengembangkan pedoman sistem pencatatan dan pelaporan terpadu (secara vertikal dan horizontal)

Adanya sistem informasi KIA terpadu

Tahun 2013 tersedia sistem informasi KIA terpadu

Pusat Data dan Informasi Dinkes Provinsi, kabupaten/kota 6.5.2. Menetapkan indikator kunci untuk keperluan monitoring dan evaluasi Indikatorkunci monitoring danevaluasi telah disepakati: IndikatorOutco me: AKI,, PN, Persalinan di fasilitas (dg rincian tipe fasilitas), Komplikasi obstetri yang

Kabupaten dan kota mencatat dan melaporkan indikator kunci secara rutindengan data yang valid mulai tahun 2013

Pusat Data dan Informasi

Dinkes Provinsi , kabupaten/kota ; Ditjen Bina Gizi dan KIA; Ditjen BUK

(24)

48 mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit yang mampu pelayanan PONEK, Angka Kelahiran Remaja, K4 6.5.3. Melakukan analisis dan pemanfaatan informasi sebagai dasar penentuan kebijakan dan program Adanya kebijakan pelaksanaan program berdasarkan hasil analisa/informas i/data

Tahun 2013 tersedia kebijakan pelaksanaan program berdasarkan hasil analisa informasi/data secara tahunan.

Balitbangkes Dinkes Provinsi, kabupaten/kota 6.6. Penjaminan dukungan dalam regulasi lainnya yang diperlukan 6.6.1. Menyusun kebijakan makro dan fundamental terkait dengan Puskesmas. Kebijakan ini meliputi: konsep Puskesmas, ketenagaan spesifik dan tata kelola keuangan Adanyakebijaka n tentang Puskesmas, yang meliputi: konsep Puskesmas, ketenagaan spesifik dan tata kelola keuangan

Mulai tahun 2014 Puskesmas mempunyai kebijakan makro dan fundamental, yang meliputi: konsep Puskesmas, ketenagaan spesifik dan tata kelola keuangan

Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Biro Keuangan dan BMN Dinkes Provinsi, kabupaten/kota 6.6.2. Menyusun regulasi untuk penetapan Adanya regulasi penetapan

Tahun 2013 tersedia regulasi

penetapan daerah prioritas pelayanan

Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dinkes Provinsi, kabupaten/kota

(25)

49 daerah prioritas pelayanan kesehatan daerah prioritas pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir kesehatan 6.6.3. Melakukan sosialisasi tentang pedoman rujukan nasional (Permenkes No 1/2012) Adanya sosialisasi regulasi penetapan daerah prioritas pelayanan kesehatan

Tahun 2013 Regulasi disosialisasikan Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Dinkes Provinsi, kabupaten/kota

6.6.4. Menyusun

peraturan tentang sistem rujukan kes ibu dan bayi baru lahir tingkat kabupaten/kota

Adanya Pedoman rujukan kes ibu dan bayi baru lahir

2013 tersedia pedoman Rujukan kes ibu dan bayi baru lahir

Direktorat Bina Kes ibu Dinkes Provinsi, kabupaten/kota 6.6.5. Melakukan advokasi untuk penundaan usia perkawinan atas dasar pertimbangan kesehatan melalui berbagai pendekatan, termasuk diseminasi materi KIE tentang kesiapan biologis Tersedianya materi/pesan advokasi mengenai kesiapanbiologis dan psikologis remaja untuk hamil

Tahun 2013 materi KIE perkawinan remaja tersedia dan siap

didistribusikan Direktorat Bina Kesehatan Anak DinkesProvinsi, kabupa ten/kota

(26)

50 dan psikologis

remaja untuk hamil 7. Peningkatan

kemitraan dengan lintas sektor lain dan swasta

Bekerjasama dengan sektor lain, selain dengan PEMDA, yaitu:

1. Institusi pendidikan kedokteran untuk dapat bekerja di RS daerah sehingga ketersediaan pelayanan adekuat 24 jam dapat terjamin a.l. melalui penempatan dokter PPDS kebidanan 2. Sektor swasta yang

secara langsung memberikan pelayanan kebidanan (RB, Klinik, RS), diharapkan dapat melakukan koordinasi dalam pemberian pelayanan kebidanan untuk masyarakat, termasuk dalam sistem rujukan, melalui suatu Nota Kesepahaman (MoU) Kerjasama 3. BKKBN, untuk Adanya MoU untuk setiap bentuk kerjasama

Meningkatnya Jumlah MoU kerjasama di tingkat provinsi, kabupaten dan kota, baik dengan sektor pemerintah maupun swasta, pada tahun 2013, 2014 dan 2015 Direktorat Bina Kesehatan Ibu 1. PPSDM 2. BUK 3. BKKBN PEMDA; BAPPEDA; RS; Dinkes prov; Dinkes kab dan Kota; Institusi pendidikan; Agama; BKKBN; Pendidikan; swasta; organisasi profesi

(27)

51 meningkatkan akses

semua wanita usia subur (WUS) terhadap informasi mengenai kesehatan reproduksi dan akses terhadap metoda KB

4. Sektor Agama, untuk meningkatkan akses semua remaja puteri di pesantren, madrasah (UKS) maupun kepada calon pengantin yang melakukan registrasi di KUA, terhadap

informasi mengenai kesehatan reproduksi, termasuk kesiapan tubuh untuk usia kehamilan pertama. 5. Sektor Pendidikan

Dasar dan Menengah, untuk meningkatkan akses semua remaja, khususnya remaja puteri, di sekolah (UKS) terhadap informasi mengenai kesehatan 4. Dit Binkes Anak 5. Dit Binkes Anak

(28)

52 reproduksi. Penerapan

wajib sekolah 12 tahun diharapkan dapat dimanfaatkan oleh sektor kesehatan untuk menyampaikan

informasi terkait kesehatan reproduksi dan informasi

kesehatan lainnya. 6. Sektor swasta yang

memberikan peran secara tidak langsung (institusi pendidikan tenaga kesehatan, pemanfaatan CSR perusahaan) diharapkan dapat bekerjasama dalam meningkatkan cakupan dan pelayanan

kebidanan, baik melalui pemenuhan kualitas siswa didik kesehatan berdasarkan standar yang ditetapkan secara nasional, maupun melalui pemanfaatan dana CSR. Jumlah perusahaan swasta yang melakukan CSR bidang kesehatan ibu

Setiap tahun adanya peningkatan jumlah perusahaan swasta dengan melakukan CSR Bidang Kesehatan

6. PUSPROMKES -. DIT BINKES IBU

-. PROVINSI KAB/KOTA

(29)

53 7. Organisasi Profesi, agar

dapat lebih berperan dalam meningkatkan kualitas pelayanan anggotanya, a.l. melalui pelatihan, magang, pembinaan, pengaturan registrasi tenaga profesi yang boleh praktik. Pemerintah daerah dan Dinas Kesehatan setempat diharapkan bekerjasama dengan organisasi profesi dengan peran masing-masing yang disepakati. 8. Organisasi Kegamaan

dapat berperan setidaknya dalam dua aspek:

 Untuk penyampaian informasi kesehatan, a.l. Kespro, dan termasuk informasi asuransi kesehatan (Jampersal, JKN), melalui jaringan 7. DIT BINKES IBU 8. PROMKES

(30)

54 organisasi yang

sudah ada, dan  Sebagai bagian dari

Jejaring Pelayanan Kesehatan Daerah 9. Mengembangkan/meni

ngkatkan kemitraan lainnya, sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah

9.PROMKES

1.

Strategi 3: Memberdayakan keluarga dan masyarakat 8. Peningkatan Pemahaman dan Pelaksanaan P4K di Masyarakat 7.1. Reorientasi dan mengaktifkan kembali konsep kesiapan masyarakat dalam menghadapi

7.1.1. Orientasi ulang bagi semua petugas kesehatan terkait mengenai konsep P4K sehingga semua petugas kesehatan mempunyai Jumlah puskesmas yang melaksanakan orientasi petugas kesehatan ttg P4K

Tahun 2014, 90% Puskesmas yang melaksanakan orientasi P4K kepada petugas kesehatan. Direktorat Bina Kesehatan Ibu Pusat Promkes Dinkes provinsi kabupaten/ Kota;

(31)

55 persalinan pemahaman yang

tepat dan sama mengenai konsep P4K, termasuk maksud dan manfaat P4K, dan langkah-langkah yang harus dilakukan. 7.1.2. Melakukan orientasi kepada kader kesehatan dan masyarakat tentang tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta peran mereka dalam P4K. Jumlah puskesmas yang melaksanakan orientasi kader mengenai manfaat dan langkah pelaksanaan P4K

Tahun 2014, 90% Puskesmas yang melaksanakan orientasi P4K kepada kader.

Pusat Promkes Dit Bina Kes Ibu

Dinkes Provinsi, kabupaten/kota dan Lintas sektor (PKK, PMD) 7.2. Orientasi mengenai pentingnya upaya-upaya dalam periode kehamilan dan persalinan

7.2.1. Melakukan Kelas Ibu Hamil dengan menggunakan Buku KIA Jumlah Puskesmas yang melakukan Kelas Ibu dg Buku KIA

Jumlah Puskesmas yang melakukan kelas ibu meningkat setiap tahun dan pada akhir tahun 2013 50% Puskesmas telah melaksanakan Kelas Ibu

menggunakan buku KIA

Direktorat Bina Kesehatan ibu Dinkes Provinsi, kabupaten/kota 7.2.2. Mensosialisasikan tanda bahaya kehamilan dan Prosentase ibu hamil yang tahu tanda bahaya

Pada tahun 2015 , 70 % ibu hamil mengetahuii tanda bahaya kehamilan, Persalinan dan nifas

Pusat Promosi Kesehatan, Direktorat Bina

Dinkes Provinsi, kabupaten/kota

(32)

56 persalinan melalui

media yang sesuai kepada setiap segmen masyarakat sesuai dengan budaya dan norma yang dapat diterima.

kehamilan Kesehatan Ibu

7.2.3. Mensosialisasikan pentingnya

pencegahan anemia melalui pola hidup sehat, konsumsi tablet tambah darah dan konsumsi makanan bergizi seimbang selama kehamilan Tersosialisasikan nya pentingnya pencegahan anemia pada ibuhamil melalui media yang sesuai kepada setiap segmen masyarakat: ibu hamil yg datang ke faskes, pekerja wanita, calon pengantin, remaja puteri di sekolah dan pesantren.

Tersedianya materi KIE di tingkat pusat mengenai Anemia pada ibu hamil untuk berbagai segmen masyarakat pada akhir tahun 2013

Tersedianya materi KIE di tingkat kabupaten, kota dan Puskesmas mengenai Anemia pada ibu hamil untuk berbagai segmen masyarakat pada awal tahun 2014

100% Puskesmas melakukan sosialisasi tentang Anemia, baik langsung maupun bekerjasama dengan sektor lain, Pada tahun 2015

Pusat promosi Kesehatan Dit Bina Kes Ibu

Dinkes Provinsi kabupaten/kota

Referensi

Dokumen terkait

Umumnya digunakan oleh manajemen non-akuntansi yang lebih tinggi untuk

Skripsi yang berjudul: “ Collaborative Governance dalam Program Generasi Berencana di Kabupaten Karanganyar” adalah karya saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak

Because of its short life cycle and small genome size, Vigna species may be used as model legume plants in genetic research to shed light on crop domestication and species

Responden menjawab setiap butir pertanyaan sebanyak 10 pertanyaan dengan 4 indikator yaitu Memberikan informasi positif terhadap pengguna, Dampak Pengguna,

Berdasarkah hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata pegawai yang bekerja di bidang sistem informasi khususnya operator mempunyai pendidikan terakhir SMU dan 89%

Melihatkandungan asam amino dalam buah naga yang dapat memicu pengeluaran hormon insulin, maka diharapkan kombinasi antara buah naga merah dan isolat protein dari daun

Dalam penelitian ini penerapan strategi Word Of Mouth yang dilakukan di Wisata Edukasi Kampung Coklat dalam Meningkatkan Pendapatan Perusahaan adalah dengan menunjuk

Pengawasan mutu yang akan dibahas pada laporan kerja praktek ini adalah pengawasan mutu produk akhir (filling & packing) di PT Mitratama Rasa Sejati.. Pengawasan mutu produk