• Tidak ada hasil yang ditemukan

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DIKLAT TEKNIS ANTISIPASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DIKLAT TEKNIS ANTISIPASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN

DIKLAT TEKNIS ANTISIPASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai negara agraris termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim, seperti adanya perubahan pola curah hujan, suhu udara dan perkembangan kejadian iklim ekstrim berupa banjir dan kekeringan merupakan dampak serius perubahan iklim yang dihadapi Indonesia saat ini.

Menyikapi perubahan iklim tersebut

Kementerian Pertanian perlu mengeluarkan kebijakan untuk meminimalisasi dampak negatif dari fenomena alam tersebut agar sasaran pembangunan pertanian, dalam hal ini program 4 (empat) sukses pembangunan pertanian yang meliputi: swasembada (kedelai, gula dan daging sapi) dan swasembada berkelanjutan (padi, jagung), diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah dan daya saing, serta peningkatan kesejahteraan petani dapat dicapai.

(2)

Berkaitan dengan hal tersebut peran Penyuluh

Pertanian sebagai mitra petani

(Poktan/Gapoktan) yang mengemban

peran/fungsi dalam menjembatani program pembangunan pertanian perlu dibekali dengan peningkatan kompetensi, pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) untuk lebih profesional dalam mengantisipasi perubahan iklim global.

B. TUJUAN, SASARAN DAN KELUARAN 1. TUJUAN

Tujuan Petunjuk Diklat Teknis Antisipasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Global adalah untuk memberikan acuan bagi penyelenggaraan pelatihan

2. SASARAN

Sasaran Petunjuk Teknis Pelaksanaan Diklat Teknis Antisipasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Globaladalah Bidang Penyelenggaraan Pelatihan pada Balai /Besar Pelatihan.

3. KELUARAN

Keluaran Petunjuk Teknis ini adalah terselengaranya Diklat Teknis Antisipasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Globalyang berkualitas untuk peningkatan kapasitas kompetensi.

(3)

C. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS;

3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 15/Permentan/ OT.140/2/2007, tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja BBPP Lembang ;

5. Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010 – 2014;

6. Peraturan Menteri Pertanian nomor : 49/Permentan/OT.140/10/2011 tentang Pendidikan dan Pelatihan Aparatur dan Non Aparatur.

7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Permentan/OT.140/10/2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Lanjutan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian dan Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Pasca Pendidikan dan Pelatihan Pertanian.

8. Surat Keputusan Kepala Badan SDM Pertanian Nomor: 20/Kpts/OT.130/3/2010, Tanggal 3 Maret 2010 tentang Pembagian Wilayah Unit Kerja UPT Pelatihan BPSDMP;

(4)

9. Surat Pengesahan Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Tahun Anggaran 2012 Nomor : 0427/018-10.2.01/12/2011 tanggal 9 Desember 2011.

D. PENGERTIAN

Dalam petunjuk pelaksanaan pelatihan teknis agribinis ini, yang dimaksud dengan:

1. Pelatihan adalah diklat yang diselenggarakan dalam proses belajar-mengajar untuk meningkatkan kemampuan PNS;

2. Pelatihan Teknis adalah diklat yang dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS; 3. Widyaiswaraadalah PNS yang diangkat sebagai

pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau melatih PNS pada lembaga diklat pemerintah;

4. Narasumber adalah pejabat atau seseorang yang

karena kemampuan, keahlian atau

kedudukannya dapat meningkatkan pencapaian tujuan pelatihan;

5. Praktisi adalah seseorang yang mengabdikan dirinya di bidang usaha/kegiatan tertentu sesuai

dengan keahliannya dalam membantu

pencapaian tujuan pelatihan;

6. Materi Pelatihan adalah bahan ajar yang akan disampaikan widyaiswara/narasumber kepada

(5)

peserta diklat dalam bentuk modul dan naskah yang berkaitan dengan tujuan pelatihan.

7. Mata Pelatihan adalah kumpulan dari materi-materi pelatihan yang berasal dari satu rumpun kompetensi kerja;

8. Kurikulum Pelatihan adalahseperangkat rencana

dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai acuan untuk mencapai tujuan pelatihan tertentu 9. Penyuluh Pertanian adalah perorangan warga

negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan .

10. Penyuluh Pertanian PNS adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas dan tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian;

11. Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh

Pertanian (THL-TBPP) selanjutnya disebut THL

Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian adalah Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian yang direkrut oleh Kementerian Pertanian selama kurun waktu tertentu dan melaksanakan tugas dan fungsinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian;

12. Monitoring adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk memastikan ketepatan pendayagunaan sumberdaya pelatihan serta pelaksanaan kegiatan pelatihan pertanian sesuai dengan jadwal kerja dan hasil yang akan dicapai

(6)

(target) serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan bila terjadi penyimpangan dalam proses pelaksanaan pelatihan yang sedang berjalan;

13. Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai efisiensi, efektivitas dan dampak dari suatu kegiatan pelatihan pertanian sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi dilakukan secara sistematik dan objektif dengan menggunakan instrumen dan alat ukur yang tepat dan jelas untuk menilai, merumuskan perbaikan dalam rangka pengembangan program pelatihan, baik sebelum, sedang, dan sesudah pelatihan pertanian berlangsung;

14. Evaluasi Pasca pelatihan adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk mengetahui tingkat manfaat pelatihan dan perubahan kinerja purnawidya

dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya;

15. Praktik Lapangan adalah kegiatan nyata di lapangan yang dilaksanakan oleh peserta pelatihan tentang teknonologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi dan kelestarian lingkungan yang diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pelatihan;

16. Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) adalah identifikasi dan analisis masalah yang dilakukan oleh petani yang dibimbing oleh peserta pelatihan untuk menggali peluang dan upaya mengatasi masalah;

(7)

17. Iklim adalah rata rata kondisi fisik udara (cuaca) pada kurun waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan) yang diperlihatkan dari ukuran catatan unsur unsurnya suhu, tekanan, kelembaban hujan, angin dan sebagainya;

18. Variabilitas iklim adalah keragaman unsur-unsur iklim yang berkaitan dinamika iklim, gejala perubahan dan pergeseran unsure-unsur iklim tertentu, termasuk musim, atau yang berkaitan dengan anomali atau penyimpangan iklim; 19. Iklim ekstrim adalah suatu kondisi di mana salah

satu atau beberapa unsur iklim secara signifikan berbeda dengan kondisi normalnya (rata-rata) dan menyebabkan risiko pertanian dan/atau perubahan signifikan terhadap kegiatan, teknologi budidaya dan produksi pertanian; 20. ENSO = El Niño-Southern Oscillation (ENSO)

adalah phenomena atmosphir yang

mempengaruhi ilkim di seluruh dunia;

21. Indian Ocean Dipole-Mod (Monsun) adalah dinamika dan peredaran angin monsoon yang bertiup dari Lautan Hindia ke arah Daratan Asia atau sebaliknya. Peredaran angin tersebut sangat mempengaruhi pola curah hujan wilayah barat Indonesia, terutama Pantai Barat Sumatera bagian tengah;

22. EL NINO adalah gejala peningkatan suhu permukaan laut Lautan Pasifik Selatan dibanding kondisi normalnya, yang menyebabkan transfer

(8)

uap air ke wilayah barat (Indonesia) sangat rendah, sehingga terjadinya kemarau panjang dan/atau sangat rendahnya curah hujan dibanding keadaan normal. Hal tersebut berkaitan dengan Indeks Osilasi (tekanan udara) Selatan (South Oscilation Index) yang diindikasikan oleh perbedaan osilasi antara Darwin (Australia) dengan Lautan Pasifik Selatan. Kejadian ini semakin sering muncul yaitu setiap tiga hingga tujuh tahun, serta dapat mempengaruhi iklim dunia selama lebih dari satu tahun;

23. LA NINA adalah gejala penurunan suhu permukaan laut Lautan Pasifik Selatan dibanding kondisi normal dan mendorong tingginya transfer uap air ke wilayah barat (Indonesia) yang menyebabkan terjadinya curah hujan yang sangat tinggi dibanding keadaan normalnya; 24. Anomali Iklim adalah perubahan kondisi dan

sifat iklim secara temporer (kala tertentu) yang umumnya bersifat ekstrim atau dengan istilah jauh di atas atau di bawah normal. Anomali iklim dipengaruhi oleh gejala El Nino South Oscilation (ENSO), Indian Ocean Dipole, perubahan unsur-unsur iklim secara ekstrim pada saat atau musim tertentu, seperti curah hujan, suhu dan lain-lain; 25. Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu

dan diwilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka waktu yang singkat, misalnya beberapa jam dapat terjadi pada saat pagisaja, siang, sore

(9)

dan keadaannya bias berbeda beda untuk setiap tempat dan setiap jamnya;

26. Curah Hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter. Curah hujan kumulatif (mm) : merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing Zona Musim (ZOM);

27. Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan, disebut Non ZOM;

28. ZONA PRAKIRAAN IKLIM adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan disebut, non ZPI;

29. Jeda Musim adalah suatu masalah dimana pada musim hujan terjadi hari tidak hujan selama

(10)

beberapa hari berturut-turut sehingga dapat menurunkan hasil tanaman;

30. Efek Rumah Kaca adalah analogi atas bumi yang dikelilingi gelas kaca dimana panas matahari yang masuk ke bumi dengan menembus gelas kaca tersebut berupa radiasi gelombang pendek, sebagian diserap oleh bumi dan sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang panjang. Namun, panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di dalam bumi. Layaknya proses dalam rumah kaca di pertanian dan perkebunan, gelas kaca memang berfungsi menahan panas untuk menghangatkan rumah kaca;

31. Pemanasan Global adalah indikasi naiknya suhu bumi secara global (meluas dalam ribuan kilometer) terhadap normal rata rata, catatan pada kurun waktu standard/ ukuran Badan Metererologi Dunia/UMO, minimal 30 tahun; 32. Bencana (Disaster) adalah suatu peristiwa yang

disebabkan oleh gejala alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, menyebabkan kerusakan lingkungan, harta benda, bahkan keselamatan manusia secara serius (di luar kewajaran) dan

melampaui kemampuan dan sumberdaya

masyarakat untuk menanggulanginya;

33. Banjir adalah limpahan aliran permukaan yang berlebihan dan bersifat merusak, karena tanah

(11)

dan saluran pembuangan air, baik alami maupun buatan sudah tidak mampu menampung kelebihan air hujan.

Kategori lahan pertanian yang terkena banjir adalah lahan pertanian yang masih ada tanaman budidayanya (seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan tanaman lain), dan air hujan dan irigasi jauh melebihi kebutuhan tanaman sehingga secara fisiologis dan fisik dapat merusak tanaman;

34. Kekeringan adalah kondisi ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air, baik untuk kebutuhan hidup maupun untuk pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Ditinjau dari aspek pertanian, kekeringan merupakan gangguan terhadap keseimbangan hubungan antara tanaman-air-tanah yang mengakibatkan persediaan air dalam tanah tidak mampu mencukupi kebutuhan air tanaman. Lahan pertanian yang mengalami kekeringan adalah lahan pertanian yang masih ada tanaman budidayanya (standing crop), dan kebutuhan air tanaman tersebut tidak dapat dipenuhi oleh curah hujan atau air irigasi (defisit);

35. Eksplosi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah serangan OPT yang sifatnya mendadak, populasinya berkembang sangat cepat, dan menyebar luas secara sifat;

36. Risiko (risk) adalah kemungkinan timbulnya

(12)

tertentu yang timbul karena suatu ancaman/bahaya yang potensial menjadi bencana. Risiko dalam bidang pertanian, antara lain dapat berupa kerusakan lahan pertanian, penurunan produktivitas, kerusakan dan kehilangan hasil;

37. Pencegahan (Prevention) adalah kegiatan dan upaya untuk menghindari atau mencegah dan mengurangi pengaruh yang merugikan dari ancaman bahaya/bencana;

38. Mitigasi (Mitigation) adalah upaya yang dilakukan untuk menekan timbulnya dampak bencana, baik secara fisik struktural melalui pembuatan bangunan-bangunan fisik dan teknologi, maupun non fisik struktural melalui perundang-undangan dan pelatihan;

39. Adaptasi adalah kemampuan atau

kecenderungan makhluk hidup dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup dengan baik;

40. Peringatan Dini (Early Warning) adalah informasi iklim untuk memberikan tanda peringatan bahwa kemungkinan (potensial) bencana akan segera terjadi. Peringatan dini harus bersifat menjangkau masyarakat (accessible), segera (immediately), tegas dan tidak membingungkan (coherent) serta resmi (official);

41. Tanggap Darurat (Emergency Responsi) adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian

(13)

bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan;

42. Pemulihan (Recovery) adalah keputusan dan aksi (upaya) yang diambil setelah kejadian bencana dengan suatu tujuan untuk memulihkan keadaan atau mengurangi dampak negatif bencana tersebut;

43. Rehabilitasi (Rehabilitation) adalah upaya yang dilakukan setelah kejadian bencana untuk memperbaiki/memfungsikan kembali sarana dan prasarana atau pola dan sistem usahatani yang rusak dan terganggu akibat kejadian bencana.

(14)

BAB II

PENYELENGGARAAN DIKLAT A. PERSIAPAN

Pelatihan Teknis Antispasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Global dilaksanakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Untuk menjamin kualitas pelatihan, maka penyelenggaraan melakukan persiapan pelatihan yang meliputi :

1. Panduan Penyelenggaraan (dilengkapi dengan pola, RPD/GBPP/SAP);

2. Penetapan pengelola diklat, fasilitator dan peserta;

3. Penyusunan bahan ajar; 4. Penetapan jadwal pelatihan; 5. Penetapan system evaluasi; 6. Penyiapan blanko STTPP.

B. PELAKSANAAN

1. WAKTU DAN TEMPAT

Diklat dilaksanakan selama 7 hari efektif sebanyak 56 jam pelajaran @ 45 menit.

(15)

2. MATERI, METODE DAN POLA A. MATERI

Mata Pelatihan terdiri dari kelompok dasar, kelompok inti dan kelompok penunjang

NO MATA LATIHAN

JP(@4 5 menit)

Teori Praktik

I. KELOMPOK DASAR (4)

1. Kebijakan Program Penanganan Dampak Perubahan Iklim pada Sektor Pertanian

2 2 0

2. Budaya Kerja /Pengembangan SDM Pertanian 2 2 0

II. KELOMPOK INTI (50)

1. Pengenalan Unsur Cuaca dan Iklim

 Suhu, kelembaban, angin, awan, radiasi matahari, curah hujan dan pembentukannya

 Perubahan iklim

4 4 0

2. Pengenalan Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertanian

 Dampak perubahan iklim seperti peningkatan suhu, kejadian iklim ekstrim (banjir, longsor, kekeringan), peningkatan permukaan air laut, pergeseran pola hujan;

 Adaptasi, strategi antisipasi dan mitigasi.

6 3 3

3. Pengenalan Dampak Perubahan Iklim terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Pertanian (Tanaman/ Ternak)

 Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan petanian (tanaman/ternak);

 Strategi adaptasi (panen hujan, irigasi tetes, istana cacing, rorak, penanaman varietas tahan banjir/kekeringan, dll).

6 3 3

4. Pengenalan Dampak Perubahan Iklim terhadap Perkembangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) serta Pengendaliannya

 Faktor-faktor iklim yang mempengaruhi perkembangan dan status OPT;

 Cara Pencegahan dan Pengendalian OPT;

 Strategi adaptasi terhadap OPT.

4 2 2

5. Penggunaan Informasi Prakiraan Musim

 Pengenalan beberapa istilah dalam prakiraan musim;

 Cara mengakses informasi prakiraan musim;

(16)

 Diseminasi informasi prakiraan musim kepada petani. 6 Pengenalan Ekologi dan Perubahan Unsur Tanah Akibat

Perubahan Iklim:

 Struktur, tekstur tanah, dan komponen ekosistem tanah (mikroba, humus dan bahan organik lain);

 Dampak perubahan iklim terhadap, struktur, tekstur, dan ekosistem tanah serta strategi adaptasi.

6 3 3

7 Analisis Neraca Air dan Lahan:

 Perhitungan dan interpretasi neraca air lahan;

 Pola dan waktu tanam.

6 2 4

8 Kalender Tanam dan Kearifan Lokal:

 Penetapan kalender tanam;

 Penerapan kalender tanam;

 Evaluasi penerapan kalender tanam;

 Kearifan lokal untuk menentukan pola dan waktu tanam.

6 3 3

9 Pengendalian Banjir dan Kekeringan:

 Inventarisasi;

 Identifikasi dan antisipasi (mitigasi dan adaptasi).

4 2 2

III. KELOMPOK PENUNJANG (5)

1. Komitmen Berlatih a. Penjelasan Program b. Kontrak Belajar c. Evaluasi Awal

2 2 -

2. Rencana Implementasi dan Evaluasi Akhir 2 2 -

Total 56

B. METODE PELATIHAN

Metoda pembelajaran menggunakan

pendekatan proses pembelajaran orang dewasa (Andragogy) dengan cara Experience Learning Cyrcle (ELC) meliputi :

1. Ceramah Singkat 2. Diskusi Kelompok 3. Tanya Jawab

(17)

5. Praktek dan Kunjungan Lapangan Sedangkan pola pelaksanaan adalah

Pola pembelajaran terdiri dari : 2 hari pembekalan / klasikal di dalam Kampus Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang dan 2 hari praktek simulasi serta 1 hari kunjungan lapangan dan 2 hari pemantapan dengan rincian sebagai berikut :

Hari ke

1 -2 3 - 4 5 6 - 7

Pembekalan Klasikal dan Praktek Simulasi Kunjun gan Lapan gan Pendalama n dan Pengakhira n - Evaluasi Awal - Kebijakan - Pengantaran Materi Inti / Teori - Simulasi mengenai pola pangan keragaman, Bergizi, Berimbang dan Aman - Seminar - Evaluasi Akhir - PENUTU PAN

(18)

C. PERSYARATAN A. FASILITATOR

Fasilitator berasal dari :

1. Pusat Iklim Agroklimat dan Iklim Maritim BMKG

2. Widyaiswara Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

B. PESERTA a. ASAL

Peserta Pelatihan Teknis Antisipasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Global berasal dari Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Maluku Utara, Maluku dan Papua.

b. PERSYARATAN

Persyaratan Peserta untuk Aparatur, adalah :

a. Peserta Penyuluh Pertanian;

b. Membawa Surat Tugas dari atasan langsungnya/Kepala Dinas Provinsi; c. Belum pernah mengikuti pelatihan

yang sejenis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir;

(19)

d. Membawa pas photo terbaru berlatar belakang merah, ukuran 4 X 6 cm serta 3 X 4 cm masing-masing 1 lembar e. Belum pernah mengikuti pelatihan

yang sejenis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir;

f. Sehat jasmani dan rohani;

g. Mentaati seluruh ketentuan yang berlaku sesuai dengan Tata Tertib yang berlaku;

h. Sanggup mengikuti diklat dari awal hingga akhir.

D.PEMBINAAN

Pembinaan terhadap penyelenggaraan Diklat Teknis Antisipasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Global secara fingsional dilakukan oleh Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, c.q Pusat Pelatihan Pertanian.Pembinaan dilakukan sebelum dan selama pelaksanaan diklat.

E.PEMBIAYAAN

Biaya penyelenggaraan Diklat Teknis Antisipasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Global, dibebankan kepada DIPA BBPP Lembang TA. 2012

(20)

BAB III

MONOTORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. MONITORING

Kegiatan monitoring pelatihan dilaksanakan secara periodik dari persiapan sampai dengan berakhirnya pelaksanaan pelatihan oleh Balai Besar Pelatihan (BBPP) Lembang.

1. Daily Mood

Evaluasi Daily Mood dilaksanakan setiap hari, dimana setiap peserta wajib memasukan satu koin kedalam kotak daily mood yang telah disediakan sesuai dengan suasana hati

sebelum proses pembelajaran

(Gembira/Biasa/Sedih).

2. Kesuaian Tempat Praktek

Monitoring kesesuaian tempat praktek lapang dilaksanakan setelah kegiatan praktek lapang berlangsung, setiap peserta mengisi blanko yang telah disediakan.

(21)

B. EVALUASI PESERTA 1. Penguasaan Materi

Pada evaluasi penguasaan materi, peserta akan memperoleh lembar pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran (kurikulum) Diklat. Evaluasi ini dilaksanakan sebelum dan sesudah materi pembelajaran disampaikan, yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi setiap peserta sebelum dan sesudah mengikuti Diklat.

2. Sikap dan Perilaku

Setiap fasilitator yang memberikan materi pembelajaran, akan menilai sikap dan perilaku peserta melalui beberapa aspek, antara lain; a. Displin,

b. Motivasi, c. Kepemimpinan, d. Kerjasama dan e. Prakarsa.

Penilaian ini dimaksudkan untuk

mengevaluasi sejauhmana peserta dapat mengaplikasikan materi pembelajaran yang telah disampaikan baik secara klasikal

maupun praktek lapangan. Dalam

pelaksanaannya, fasilitator akan memberikan nilai secara objektif terhadap setiap peserta sesuai skala yang telah ditentukan dan tercantum pada lembar evaluasi.

(22)

C. EVALUASI FASILITATOR

Aspek yang di evaluasi adalah :

a. Penguasaan Materi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap);

b. Penguasaan Metode (Kemampuan

Menyajikan dan menjawab, komunikasi, nada dan suara, kerjasama);

c. Kemampuan menggunakan alat bantu (penggunaan sarana pembelajaran);

d. Penegakan disiplin (kehadiran, kerapihan berpakaian, sikap dan prilaku);

e. Pencapaian tujuan pembelajaran (relevansi materi dengan tujuan pembelajaran)

Hasil penilaian disampaikan kepada setiap fasilitator sebagai masukan bagi yang bersangkutan untuk peningkatan kualitas masing-masing fasilitator. Lampiran 3.

D. EVALUASI PENYELENGGARAAN

Pelayanan prima merupakan syarat mutlak bagi kesuksesan penyelenggaraan Diklat yang tergambar melalui tungkat kepuasan peserta Diklat terhadap berbagai fasilitasi yang diberikan pihak panitia penyelenggara. Oleh karena itu, berbagai saran dan masukan dari peserta menjadi hal yang mutlak diperoleh panitia dalam upaya peningkatan pelayanan bagi setiap peserta Diklat, melalui penilaian secara objektif terhadap berbagai aspek, antara lain;

(23)

kepanitiaan, saran prasarana, kualitas pengajaran, akomodasi dan konsumsi dengan memberikan nilai pada kolom yang telah disediakan sesuai skala penilaian yang telah ditentukan.Lampiran 4

E. PELAPORAN

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang selaku penyelenggara wajib mengirimkan laporan pelaksanaan pelatihan kepada Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian c.q. Pusat Pelatihan Pertanian selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah pelatihan berakhir.

F. SURAT TANDA TAMAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Peserta yang telah mengikuti Pelatihan Teknis Antisipasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Global serta telah menyelesaikan keseluruhan proses belajar mengajar dengan baik, kepada Penyuluh Pertanian PNS dan Petani diberikan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP)

a. MEKANISME

Satu minggu sebelum pelatihan berakhir, penyelenggara menyampaikan rekapitulasi biodata kepada Badan Penyuluhan dan

(24)

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian c.q. Kepala Pusat Pelatihan Pertanian untuk memperoleh STTPP.

b. PENANDATANGANAN

Penandatanganan STTPP Diklat Teknis Antisipasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Global, ditandatangani oleh Kepala Pusat Pelatihan Pertanian a.n Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian selaku penanggung jawab program dan oleh Kepala BBPP

Lembang selaku penanggungjawab

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk diketahuinya kelengkapan pelaksanaan pelayanan standar minimal 10T pada ibu hamil oleh bidan di wilayah kerja

Pertemuan 9: Individual presentation (Listening test) Pertemuan 10: Individual presentation (Writing test) Pertemuan 11: Individual presentation (Reading test) Pertemuan 12:

Meskipun masalah ini dengan argumen ketiga Popper, Popper mungkin mengatakan bahwa jika kita menilai masyarakat yang mentolerir pandangan yang berselisih dan cara hidup yang

Menganalisis data dan mengidentifikasi masalah kondisi koleksi serta melakukan observasi, perawatan dan pengawetan koleksi benda bernilai budaya berskala nasional sesuai

memiliki sikap baik, hal ini disebabkan sebagian memiliki pengetahuan yang baik dan ada mengikuti penyuluhan tentang KB di Puskesmas sehingga dalam pemilihan

Kustodian Sentral Efek Indonesia announces ISIN codes for the following securities :..

Secara keseluruhan berdasarkan Tabel 1-3, famili metode-metode iterasi berorde tiga yaitu metode Halley, metode Abbasbandy dan metode super Halley lebih unggul dibandingkan

Analisa Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar