PROSIDING ISBN : 978-983-9391-63-3
2010
PENILAIAN EKONOMI JASA LINGKUNGAN PADA OBYEK WISATA RAWAPENING DI KABUPATEN SEMARANG,
PROPINSI JAWA TENGAH, INDONESIA
Arif Rahman Hakim1 1
Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
Mangara Tambunan2 2
Pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
Abstrak
Studi ini bertujuan untuk mengetahui nilai ekonomi obyek wisata alam Rawapening yang notabene merupakan suatu tempat wisata yang berwawasan lingkungan. Karena keunggulan dari obyek wisata alam biasanya memiliki berbagai kekayaan alam seperti keanekaragaman hayati, manfaat langsung, maupun tidak langsung yang terkait dengan fungsi ekologis yang penting sehingga tidak hanya dianggap sebagai objek wisata an sich.
Survei lapangan dilakukan kepada pelaku wisata yang sedang berkunjung ke Kawasan Rawapening untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan individu untuk membayar sejumlah nominal tertentu bagi pengelolaan obyek wisata berwawasan lingkungan. Metode estimasinya dengan regresi logistik.
Studi ini menemukan bahwa faktor yang signifikan mempengaruhi kesediaan membayar bagi pengelolaan obyek wisata berwawasan lingkungan adalah jumlah nominal penawaran, pendapatan, dan pendidikan. Sedangkan nilai manfaat pertahun sebesar Rp 1,654 milyar.
Temuan studi menyimpulkan bahwa pemerintah daerah seyogyanya perlu menaikkan harga tiket masuk obyek wisata di Rawapening yang kelak digunakan untuk pengelolaan berwawasan lingkungan yang lebih baik. Selain itu, perlu diperhatikan prioritas pengembangan baik dari segi fisik maupun segi non fisik.
Kata Kunci : Penilaian Ekonomi, Rawapening, Logit, Nilai Manfaat A. PENDAHULUAN
Kawasan Rawapening terletak di Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah, yang secara fisik berada di empat kecamatan, meliputi Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Tuntang, Kecamatan Bawen, dan Kecamatan Ambarawa.
Rawapening sendiri adalah sebuah telaga yang luas, bila musim hujan tiba luas permukaan air telaga dapat mencapai 2500 Ha, sedang musim kemarau luasnya sekitar 650 Ha. Air Rawapening sendiri bersumber dari air hujan, sungai, serta mata air. Sungai dan mata air utama yang mengisi waduk adalah berasal dari Sungai Rawapening, Muncul, Kedungringin, Rengas, Galeh, Parat, Tolong, Panjang, Legi, Petung. Sedangkan untuk mata air berasal dari Rawapening, Muncul, Jonjang, Petet, Parat. Kawasan Rawapening termasuk dalam Daerah Aliran Sungai ( DAS ) Tuntang yang mengalir dari Selatan menuju ke arah utara atau timur-timur Laut, bermuara ke Laut Jawa. Rawapening dapat dikatakan merupakan hulu Sungai Tuntang karena hulu sungai yang berasal dari sekitar Gunung Ungaran di sebelah barat serta dari Gunung Merbabu di sebelah selatan yang alirannya sebagian besar masuk ke Rawapening, kemudian dari Rawapening masuk ke Sungai Tuntang.
Potensi kawasan wisata di Rawa Pening memiliki potensi yang prospektif untuk dikembangkan. Potensi wisata di Kawasan Rawapening dan sekitarnya yang dapat disajikan kepada wisatawan adalah potensi alam dan budaya masyarakat serta obyek-obyek wisata yang sudah ada baik yang baru dirintis maupun yang belum digali. Potensi alam diantaranya berupa panorama alam telaga atau rawa yang indah, iklim yang cukup sejuk sangat cocok untuk tempat beristirahat, disamping perkebunan kopi dan keadaan topografi yang berbukit mampu memberikan suasana variatif. Sedangkan potensi budaya masyarakat diantaranya kehidupan masyarakat desa, kesenian tradisional, tradisi dan adat istiadat, industri kerajinan, dan lain-lain.
Meski demikian, dalam pengembangannya, obyek wisata alam seperti Rawapening seolah-olah tidak diperlakukan sebagai barang ekonomi melainkan bersifat barang publik. Perlakuan ini berimbas pada kegiatan yang berkaitan dengan rehabilitasi, pembangunan, serta pemanfaatan obyek wisata alam cenderung tidak dievaluasi sesuai dengan kaidah ekonomi. Meski kita ketahui bahwa objek wisata alam mempunyai manfaat yang sangat beragam, tidak terkecuali kawasan wisata Rawapening yang terletak di Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah.
Oleh karenanya, studi ini diharapkan dapat melihat sejauhmana peranan obyek wisata alam dipandang sebagai suatu tempat wisata yang berwawasan lingkungan. Karena keunggulan dari obyek wisata alam biasanya memiliki berbagai kekayaan alam seperti keanekaragaman hayati, manfaat langsung, maupun tidak langsung yang terkait dengan fungsi ekologis yang penting sehingga tidak hanya dianggap sebagai objek wisata an sich.
Dengan melihat uraian latar belakang diatas, maka tujuan studi yang ingin dicapai penulis adalah untuk mengetahui berapa nilai ekonomi obyek wisata Kawasan Rawapening yang nota bene dapat menjadi landasan investasi pengembangan obyek wisata tersebut.
B. METODOLOGI Metode dan Instrumen Survei
Survei lapangan dilakukan kepada pelaku wisata yang tengah berkunjung ke Kawasan Rawapening dengan jumlah sampel seluruhnya 225 responden. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode slovin.
Kuesioner penelitian terdiri dari lima bagian, meliputi (1) informasi obyek studi dan tujuan dilakukan penelitian; (2) motivasi, keinginan, dan aktivitas responden; (3) karakteristik demografi responden; (4) persepsi responden terhadap obyek wisata; dan (5) penilaian responden untuk layanan jasa lingkungan dari suatu obyek wisata. Pertanyaan kuesioner terdiri pilihan berganda, dichotomous ya atau tidak, dan ordered-rank response. Disamping juga ada pertanyaan terbuka yang berguna
untuk memberikan tambahan penjelasan serta menghasilkan nilai riil penawaran terhadap tiket masuk jika terdapat peningkatan kualitas obyek wisata di Kawasan Rawapening.
Pilihan Pembayaran
Pilihan pembayaran sangat penting bagi peneliti untuk memilih opsi pembayaran dalam survei valuasi kontingensi. Pilihan pembayaran ini merepresentasikan skenario kesedian membayar responden. Pilihan pembayaran yang digunakan pada survei kali ini adalah tiket masuk.
Skenario Hipotesa Pasar
Skenario hipotesa pasar pada studi ini untuk mendapatkan respon yang valid dari responden. Pertanyaan yang diajukan berupa “ jika obyek wisata sub kawasan X ( baik itu Bukit Cinta, Muncul, Argo Tlogo, dan Gedong Songo ) ditingkatkan pengelolaan sehingga menjadi lebih baik dari sisi lingkungan, sumberdaya alam, memancing, budaya, berenang, perkebunan, dan rekreasi. Apakah anda setuju jika harga tiket masuk tersebut dinaikkan sebesar Rp Y,- per orang ? ”.
Spesifikasi Model
Model yang dibentuk dalam studi dengan metode valuasi kontingensi ini mengasumsikan bahwa individu dalam hal ini pengunjung obyek wisata akan menerima penawaran harga tiket masuk
untuk memaksimumkan utilitinya, yang dapat digambarkan dalam bentuk persamaan berikut ( Hanemann, 1984 dalam Bowker & Stoll, 1988; Lee, 1997; Lee & Han, 2002; Adjaye & Tapsuwan,
2008 ) : 0 1 (0, ; ) ) ; , 1 ( Y −A S +ε ≥V Y S +ε V ...( 2.1 ) dan sebaliknya individu atau dalam hal ini pengunjung obyek wisata akan menolak penawaran harga tiket masuk jika tidak mampu memaksimumkan utilitinya, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut : 0 1 (0, ; ) ) ; , 1 ( Y−A S +ε ≤V Y S +ε V ...( 2.2 )
Pada kedua persamaan diatas V adalah indirect utility function, Y merupakan pendapatan ( pendapatan rumah tangga perbulan ), A adalah bid atau penawaran harga tiket masuk, S
merepresentasikan karakteristik sosio ekonomi individu atau dikenal dengan karakteristik demografi, serta ε0 dan ε1 adalah komponen stokhastik, varibel random yang terdistribusi secara independen dengan rerata nol atau dikenal dengan independently distributed random variables with zero mean.
Bentuk persamaan diatas, menurut Bowker & Stoll ( 1988 ) telah dijelaskan Hanemann sebelumnya, merupakan model teoretis dari hicksian compensating dan equivalent surplus yang dapat diperoleh dari dichotomous choice, discrete response data. Dalam kasus ini, Hanemann mengikuti sebuah kerangka kesedian membayar ( WTP ) untuk mendapatkan pengukuran surplus individu atau individual equivalent surplus. Responden individu diasumsikan mengetahui fungsi
utiliti mereka yang ditentukan dari variabel berikut yakni pendapatan, ada atau tidaknya perbaikan obyek wisata, dan kondisi demografi individu. Sedangkan variabel lain seperti harga, sebagai penyederhanaan, diasumsikan tidak berubah. Karena terdapat komponen random yang tidak dapat terobservasi terhadap suatu fungsi utiliti individu, utiliti diperlakukan sebagai variabel random dengan distribusi probabilitas parametrik yang memiliki rerata atau mean V(A,Y,S) serta komponen stokhastik εw yang independen dan identically distributed random variable with zero mean.
Kemudian, perbedaan utiliti antara respon yang setuju dengan yang tidak terhadap penawaran harga tiket masuk
(
∆η)
, didefinisikan dalam bentuk persamaan berikut :(
1, ;)
(0, ; )(
ε1 ε0)
η= − − + −
∆ V Y A S V Y S ...( 2.3 ) Bentuk persamaan diatas yang nota bene merupakan format binary choice dependent variable, sehingga membutuhkan model pilihan kualitatif atau a qualitative choice model, dimana terdapat dua pilihan yakni model logit atau model probit. Studi ini memilih menggunakan model logit dibandingkan model probit. Pertanyaan ini didukung oleh Bishop & Heberlein ( 1979 ) dan Sheller, Stoll, & Chavas ( 1985 ) dalam Lee ( 1997 ) yang menyatakan bahwa model logit yang relatif lebih banyak dipilih dibandingkan model probit, juga dalam banyak studi lain yang sejenis termasuk rekreasi, karena model ini relatif mudah menghitungnya.
Selanjutnya, individu yang dihadapkan dengan pilihan apakah menerima atau menolak tingkat tawaran hipotesa pasar, akan mempunyai suatu probabilita ( Pi ), dimana individu yang akan menerima penawaran harga tiket dapat ditunjukkan dalam bentuk logaritma atau log-logit model sebagai berikut : Prob ( ya ) = Fη∆η =
(
1+ −∆V)
−1 e = ( A Y S) e 1 2 3 1 1 β β β α+ + + − + ...( 2.4 ) DimanaFηmerupakan fungsi distribusi kumulatif, α adalah intersep, serta βimerepresentasikan koefisien dari variabel penawaran harga tiket masuk, pendapatan, kondisi demografi, dan persepsi responden. Dalam bentuk ekonometrik dapat ditulis sebagai berikut :i i i
i
i Bid SOCECON PERSP u
PROB =γ +δ1 +δ2 + + ………...…….( 2.5 ) Model logit dalam persamaan ( 2.5 ) diatas, kemudian diestimasi menggunakan metode maximum likelihood ( ML ), yang mana merupakan teknik yang biasa digunakan untuk mengestimasi model logit. Selanjutnya parameter yang telah diestimasi menggunakan metode ML, dihitung nilai expected WTP-nya melalui integrasi numerik, dalam rentang 0 hingga penawaran harga tiket
maksimum. Adapun deskripsi variabel yang digunakan dalam persamaan 2.5 akan dijelaskan pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Variabel Yang Digunakan Dalam Model
Variabel Deskripsi
RESP Variabel dependen, dimana bernilai 1 jika responden menerima penawaran harga tiket, sebaliknya bernilai 0 jika responden menolak penawaran harga tiket masuk
BID Penawaran harga tiket masuk terhadap suatu hipotesis pasar diberikan ke responden
Karakteristik Demografi
INC Pendapatan responden perbulan
GEND Jenis kelamin responden, bernilai 1 jika pria, bernilai 0 jika perempuan EDUC Lama pendidikan formal yang ditamatkan responden ( dalam tahun ) AGE Umur responden
Persepsi
PERSP1 Persepsi responden yang berhubungan dengan keputusan untuk mengunjungi obyek wisata di Rawapening secara umum
PERSP2 Persepsi responden yang berhubungan dengan keputusan untuk mengunjungi obyek wisata di Rawapening secara khusus
PERSP3 Persepsi responden yang berhubungan dengan pandangan responden terhadap kesesuaian fungsi obyek wisata di Rawapening
PERSP4 Persepsi responden yang berhubungan dengan preferensi ketertarikan obyek wisata di Rawapening
C. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi
Berdasarkan tabel 3.1 dapat diperoleh temuan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan responden menerima penawaran harga tiket dalam skenario hipotesa pasar ke obyek wisata di Kawasan Rawapening adalah nominal penawaran harga tiket masuk terhadap suatu hipotesis pasar yang diberikan kepada responden ( bid ), pendapatan responden (income), serta tingkat pendidikan responden (educ).
Tabel 3.1 Hasil Estimasi
Variable Coefficient Std. Error z-Statistic
BID 1,50163** 0,23485 6,39400 INCOME 0,28094* 0,17486 1,60664 AGE -0,20758 0,23377 -0,88795 GEND 0,21403 0,44715 0,47866 EDUC 0,74907** 0,27049 2,76928 PERSP1 0,23516 0,21860 1,07575 PERSP2 -0,10184 0,18143 -0,56133 PERSP3 0,01185 0,16727 0,07084 PERSP4 0,01101 0,17165 0,06414
McFadden R-squared 0,417778 ** : sig. α = 5 % LR statistic (9 df) 98,44465 * : sig. α = 10 % % of Right Prediction 77,33000
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Variabel lain yang tidak signifikan seperti umur dan jenis kelamin menimbulkan dugaaan bahwa pengunjung yang datang ke objek wisata di Rawapening tidak tersegmentasi pada rentang kelompok umur dan jenis kelamin tertentu tertentu, sebagaimana terlihat pada profil demografi sebagaimana dilihat pada lampiran 1. Sebaliknya, pengunjung juga tidak memberikan penilaian baik
untuk obyek wisata di Rawapening seperti ditunjukkan dalam variabel persepsi, sebagaimana dilihat pada lampiran 1, dimana mayoritas responden menilai biasa saja.
Nilai Ekonomi Kawasan Rawapening
Nilai manfaat per tahun Rawapening terbilang tinggi yakni sebesar Rp 1,654 miliar. Tentu ini menunjukkan bahwa jika dihitung dengan nilai moneter terlihat bahwa pengunjung yang datang ke Rawapening memperoleh manfaat yang begitu besar dibandingkan yang seharusnya dibayar.
Jika melihat hasil diatas, perlu suatu komitmen terhadap pelestarian alam serta tanggung jawab sosial. Untuk itu perlu ada dukungan dari penduduk sekitar dan pengunjung terhadap program pengembangan kawasan wisata Rawapening. Selain itu, dengan memperhatikan adanya biaya lingkungan, termasuk juga adanya nilai atau harga penggunaan sumberdaya alam antar waktu atau antar generasi, diharapkan generasi mendatang dapat turut menikmati keindahan serta manfaat alam yang dirasakan oleh generasi sekarang.
D. KESIMPULAN
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesediaan responden menerima penawaran tiket dalam skenario hipotesa pasar di Kawasan Rawapening adalah nominal penawaran harga tiket masuk terhadap suatu hipotesis pasar yang diberikan kepada responden ( bid ), pendapatan responden perbulan (income), serta tingkat pendidikan responden (educ). Kemudian, nilai manfaat Rawapening sebesar Rp 1,654 miliar.
Rekomendasi yang dapat diberikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang dan Pemprov Jawa Tengah dapat mengembangkan Kawasan Rawapening yang berwawasan lingkungan baik dari sisi pengelolaan dan pelestarian obyek wisata di kawasan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan dengan menarik pungutan untuk pengelolaan lingkungan di obyek wisata alam lainnya, tidak terkecuali di Kawasan Rawapening.
Saran terkait pengembangan Kawasan Rawapening serta studi berikut adalah pemerintah daerah perlu mendengar saran dari pengunjung terkait pengembangan dan pengelolaan Kawasan Rawapening. Hal ini terkait preferensi pengunjung di Sub Kawasan yang nota bene berbeda, satu sama lain.
Ucapan Terima Kasih
Penulis1 mengucapkan terima kasih kepada Prof. Mangara Tambunan sebagai pembimbing tugas akhir yang telah memberikan arahan dan masukan terkait studi ini.
Korespondensi Arif Rahman Hakim Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 16424, Depok, Indonesia arif_rhakeem@yahoo.co.id
Daftar Pustaka
Adjaye, John Asafu dan Sorada Tapsuwan, A Contingent Valuation Study of Scuba Diving Benefits : Case Study in Mu Ko Similan Marine National Park, Thailand , Tourism Management 29 ( 2008 ) : 1122 – 1130.
Bowker, J M dan John R Stoll, Use Dichotomous Choice Non Market Methods to Value the Whooping Crane Resource , American Journal of Agricultural Economics 70 ( May, 1988 ) : 372 – 381.
Lee, Chong-Ki, Valuation of Nature-Based Tourism Resources Using Dichotomous Choice Contingent Valuation Method , Tourism Management 18 ( 1997 ) : 587 – 591.
Lee, Chong-Ki dan Sang-Yoel Han, Estimating the Use and Preservation Values of National Parks Tourism Resources Using a Contingent Valuation Method , Tourism Management 23 ( 2002 ) : 531 – 540.
Lee, Chong-Ki dan James W Mjelde, Valuation of Ecotourism Resources Using a Contingent Valuation Method : The Case of the Korean DMZ , Ecological Economics 63 ( 2007 ) : 511 – 520.
Sri Rejeki, Ikeu ( 2005 ). Analisis Permintaan Manfaat Jasa Lingkungan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango: Perbandingan Antara Metoda Biaya Perjalanan dan Metoda Valuasi Kontingensi, Tesis, Universitas Indonesia, Tidak Dipublikasikan.
Mayor, Karen, Sue Scott, dan Richard S J Tol, Comparing the Travel Cost Method and the Contingent Valuation Method – An Application of Convergent Validity Theory to the Recreational Values of the Irish Forests , Working Paper No 190, April 2007.
Yaping, Du, The Value of Improved Water Quality for Recreation in East Lake, Wuhan, China : An Application of Contingent Valuation and Travel Cost Methods , Research Report, 2003.
Lampiran
Lampiran 1
Profil Demografi Responden Kawasan & Sub Kawasan Rawapening ( Persentase )
Karakteristik
Kawasan Rawapening
Sub Kawasan Rawapening Gedong
Songo
Bukit
Cinta Muncul Argo Tlogo
n = 225 n = 90 n = 48 n = 46 n = 41 Jenis Kelamin Perempuan 21.33 20.00 20.83 23.91 21.95 Lelaki 78.67 80.00 79.17 76.09 78.05 Status Belum Menikah 49.78 52.22 41.67 54.35 48.78 Menikah 50.22 47.78 58.33 45.65 51.22 Usia ( Tahun ) 16 - 25 38.67 42.22 37.50 34.78 36.59 26 – 35 42.22 34.44 47.92 47.83 46.34 36 – 45 13.33 21.11 10.42 8.70 4.88 46 – 55 4.44 1.11 4.17 4.35 12.20 > 55 1.33 1.11 0.00 4.35 0.00 Pendidikan Tamat SD 8.44 11.11 10.42 8.70 0,00 Tamat SLTP 16.44 11.11 16.67 13.04 31.71 Tamat SLTA 57.33 66.67 68.75 54.35 26.83 Tamat Diploma / Sarjana 14.67 8.89 4.17 15.22 39.02 Tamat S2 3.11 2.22 0.00 8.70 2.44 Tamat S3 Pekerjaan Pelajar 27.11 27.78 12.50 30.43 39.02 PNS / ABRI 12.44 5.56 2.08 28.26 21.95 Pegawai Swasta 19.11 23.33 20.83 17.39 9.76 Pensiunan 3.56 2.22 0.00 8.70 4.88 Wiraswasta 24.00 27.78 33.33 15.22 14.63 Lainnya 13.78 13.33 31.25 0.00 9.76 Penghasilan Keluarga ( Rp ) 1,0 - 1,5 juta 21.33 11.11 50.00 6.52 26.83 1,51 - 2,0 juta 29.78 26.67 35.42 47.83 9.76 2,01 - 2,5 juta 32.44 45.56 14.58 30.43 26.83 2,51 - 3,0 juta 12.44 14.44 0.00 13.04 21.95 3,01 - 3,5 juta 2.22 2.22 0.00 2.17 4.88 >= 3,5 juta 1.78 0.00 0.00 0.00 9.76 Anggaran Rekreasi ( Rp ) 150 - 350 ribu 70.67 72.22 85.42 71.74 48.78 351 - 550 ribu 20.89 21.11 14.58 21.74 26.83 551 - 750 ribu 6.22 5.56 0.00 6.52 14.63 751 ribu - 1 juta 1.33 1.11 0.00 0.00 4.88 1,01 - 1,25 juta 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 >= 1,25 juta 0.89 0.00 0.00 0.00 4.88
Lampiran 2
Persepsi Responden terhadap Kawasan & Sub Kawasan Rawapening ( Persentase )
Persepsi
Kawasan Rawapening
Sub Kawasan Rawapening Gedong Songo Bukit Cinta Muncul Argo Tlogo n = 225 n = 90 n = 48 n = 46 n = 41 Persp 1 Sangat Buruk 5.33 2.22 2.08 15.22 4.88 Buruk 29.78 30.00 16.67 47.83 24.39 Biasa 36.44 37.78 45.83 30.43 29.27 Baik 24.00 23.33 33.33 4.35 36.59 Sangat Baik 4.44 6.67 2.08 2.17 4.88 Persp 2 Sangat Buruk 36.44 51.11 25.00 52.17 0.00 Buruk 31.11 22.22 39.58 30.43 41.46 Biasa 23.11 13.33 27.08 10.87 53.66 Baik 5.78 6.67 6.25 4.35 4.88 Sangat Baik 3.56 6.67 2.08 2.17 0.00 Persp 3
Sangat Tidak Sesuai 20.89 38.89 0.00 23.91 2.44 Tidak Sesuai 15.11 5.56 14.58 23.91 26.83 Cukup Sesuai 43.11 20.00 68.75 45.65 60.98 Sesuai 13.78 26.67 6.25 2.17 7.32 Sangat Sesuai 7.11 8.89 10.42 4.35 2.44
Persp4
Sangat Tidak Menarik 36.44 56.67 33.33 10.87 24.39 Tidak Menarik 22.22 17.78 12.50 30.43 34.15 Cukup Menarik 28.00 13.33 33.33 50.00 29.27 Menarik 8.89 5.56 20.83 2.17 9.76 Sangat Menarik 4.44 6.67 0.00 6.52 2.44
Lampiran 3
Penilaian Responden untuk Jasa Lingkungan di Kawasan Rawapening ( Persentase )
Penilaian
Kawasan Rawapening
Sub Kawasan Rawapening Gedong Songo Bukit Cinta Muncul Argo Tlogo n = 225 n = 90 n = 48 n = 46 n = 41 Fungsi Lingkungan
Sangat Tidak Setuju 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Tidak Setuju 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Netral 13.78 32.22 0.00 2.17 2.44 Setuju 58.67 36.67 79.17 82.61 56.10 Sangat Setuju 27.56 31.11 20.83 15.22 41.46 Kesediaan untuk Dipungut Tidak Bersedia 22.22 36.67 22.92 0.00 14.63 Bersedia 77.78 63.33 77.08 100.00 85.37 Mekanisme Pungutan PPh 38.29 22.81 35.14 41.30 62.86 Sukarela 29.14 38.60 51.35 15.22 8.57 Lainnya 32.57 38.60 13.51 43.48 28.57 - Besar Pungutan PPh 0.5% 23.61 35.71 30.77 28.00 28.00 1.0% 51.39 57.14 53.85 52.00 52.00 1.5% 5.56 0.00 0.00 8.00 8.00 2.0% 19.44 7.14 15.38 12.00 12.00 - Besar Pungutan Sukarela < Rp 5000,- 40.45 20.93 50.00 70.00 50.00 Rp 5000,- s.d Rp 10.000,- 48.31 58.14 44.44 30.00 50.00 Rp 10.001,- s.d Rp 15.000,- 7.87 13.95 5.56 0.00 0.00 Rp 15.001,- s.d Rp 20.000,- 3.37 6.98 0.00 0.00 0.00 > Rp 20.000,- 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Sumbangsih Lapangan Kerja
Bagi Penduduk Sekitar
Sangat Tidak Setuju 4.00 10.00 0.00 0.00 0.00 Tidak Setuju 6.22 10.00 0.00 4.35 7.32 Netral 28.44 32.22 2.08 32.61 46.34 Setuju 48.89 41.11 66.67 47.83 46.34 Sangat Setuju 12.44 6.67 31.25 15.22 0.00
Lampiran 4
Penilaian Responden Secara Khusus di Sub Kawasan Rawapening ( Persentase )
Sub Kawasan Kriteria Penilaian Tingkat Penilaian
STS TS Netral S SS
Gedong Songo
1. Salah satu warisan 3.33 2.22 7.78 41.11 45.56 budaya dunia 2. Pusat pengembangan budaya 0.00 1.11 8.89 80.00 10.00 Bukit Cinta 1. Budidaya Eceng Gondok 0.00 0.00 0.00 81.25 18.75
Pemandian Muncul
1. Tempat Memancing 0.00 2.17 28.26 52.17 17.39 2. Tempat Berenang 4.35 0.00 0.00 47.83 47.83
Argo Tlogo
1. Pusat Perkebunan Kopi 0.00 0.00 9.76 58.54 31.71
dan Karet
Lampiran 5
Saran Pengunjung di Kawasan Rawapening
I. Sub Kawasan Gedong Songo
- Jalan menuju candi perlu dibersihkan karena banyak kotoran kuda
- Dibuat tempat berteduh
- Jalan menuju candi perlu diperbaiki karena rusak - Jalan diperlebar - Tempat parkir dibuat teduh - Bangun toilet - Bangun kereta gantung - Sewa kuda lebih murah - Atasi kemacetan - Penjagaan karcis ditingkatkan
pengawasannya
- Ramah petugasnya - Pengamanan diperketat - Perlu renovasi candi - Pengolahan belerang lebih baik - Tambah tempat santainya - Pemandu masih kurang - Pengamen tidak diperbolehkan - Tong sampah diperbanyak
II. Sub Kawasan Bukit Cinta
- Parkir pakai nomor - Tambah toilet - Pemotongan rumput liar - Untuk mancing digratiskan - Toilet dibersihkan - Tempat parkir diperluas - Bangun outbond - Pengawasan oleh penjaga obyek wisata
perlu diperketat
- Pembersihan danau - Perlu adanya pembersihan rawa
- Harga sewa perahu diturunkan
III. Sub Kawasan Muncul
- Perbaiki tempat ganti pria - Lebih bagus kalau ada tong air - Tempat loncat rusak segera diperbaiki, ada yang kurang - Buat sanksi bagi yang membuang
sampah dikolam
- Jangan membuang sampah dikolam ikan - Ban tidak perlu disewakan, tapi dipinjamkan
- Toilet ditambah - Ditambah fasilitas meluncur - Buat tempat parkir yang teduh - Ada kartu parkir supaya aman - Pengurasan kolam perlu dilakukan
IV. Sub Kawasan Argo Tlogo
- Perbaikan tempat berteduh - Dibuat tempat berduaan - Harga hotel dibuat lebih murah - Menu ikan ditambah - Untuk hotel, air hangatnya telat - Perluas kolam renang - Akan lebih baik ada karaoke - Tambah area outbond - Tempat mancing diperindah - Biaya outbond digratiskan - Koleksi ikan ditambah - Kolam renang difungsikan - Pembersihan kolam - Ditambah permainan anak misal
jungkat-jungkit