• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN DATABASE KEPENDUDUKAN UNTUK APLIKASI E-GOV DAN SISTEM INFORMASI DI PEMKAB BANTUL. Edhy Sutanta 1, Retantyo Wardoyo 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN DATABASE KEPENDUDUKAN UNTUK APLIKASI E-GOV DAN SISTEM INFORMASI DI PEMKAB BANTUL. Edhy Sutanta 1, Retantyo Wardoyo 2"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

 

PEMANFAATAN DATABASE KEPENDUDUKAN UNTUK APLIKASI E-GOV DAN SISTEM INFORMASI DI PEMKAB BANTUL

Edhy Sutanta1, Retantyo Wardoyo2 1

Mahasiswa Program S3 Ilmu Komputer, FMIPA, UGM Email: [email protected]

2

Dosen Program S3 Ilmu Komputer, FMIPA, UGM Telp.: 0274-555133, Fax.: 0274-555133, Email: [email protected]

ABSTRACT

e-Gov is believed to be one effective way of achieving good governance, thereby triggering a lot of central government agencies and local governments to develop web applications with a view to implementing e-Gov. In fact the development of e-Gov is not easy and many have failed. The main factor of such failure is due to a misunderstanding of the concept of e-Gov and many factors.

This paper reveals an idea of the use of population databases for e-Gov applications and information systems are implemented in Bantul regency, and agencies / institutions in the district of Bantul. The conclusion is the development of e-Gov strategy requires a focused and continuous short-term and long term. Framework of a consistent implementation strategy in the system life cycle is accompanied by a process of continuous improvement; availability of the technical team; leadership, institutional, and strong policies; and application of the methodology through evolution in the implementation of integration (database, midleware, and applications), are important aspects that need to be considered to support the successful implementation of e-Gov applications and systems in the Bantul regency.

Keywords: Bantul District, e-Gov, integration, information systems, population

database

 

PENDAHULUAN

Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) menjadi pendorong bagi pemerintah tingkat pusat hingga daerah di Indonesia berusaha meningkatkan kualitas dan kinerjanya. e-Gov diyakini menjadi salah satu cara mewujudkan good

governance. Seiring perkembangan e-Gov di Indonesia, beberapa

kabupaten/kota di Indonesia menjadi rujukan pengembangan e-Gov bagi daerah lain, menyusul manfaat nyata dari penerapan e-Gov (Faizah dan Sensuse, 2009).

Pengembangan e-Gov perlu strategi terarah dan berkesinambungan yang bersifat jangka pendek maupun panjang. Pengembangan e-Gov instansi pemerintah pusat maupun daerah di Indonesia seharusnya mengacu kepada

pentahapan pengembangan e-Gov secara nasional dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di setiap lembaga pemerintah, yaitu tahap persiapan, tahap pematangan, tahap pemantapan, dan tahap pemanfaatan (Inpres No. 3 Tahun 2003). Namun kenyataannya pengembangan e-Gov bukanlah perkara yang mudah dan tidak sedikit yang mengalami kegagalan. Permasalahan ini timbul sebagai akibat kurangnya pemahaman tentang konsep e-Gov yang diartikan sebagai penggunaan internet yang dipahami secara dangkal. Hal ini membawa akibat kepada inefisiensi dan inefektifitas anggaran dan aktivitas

pengelolaan pemerintahan. Permasalahan ini dialami oleh berbagai

instansi atau perusahaan, sehingga diperlukan koordinasi antar sektor dan

(2)

antar tingkat pemerintahan untuk dapat mengatasinya (Menkominfo, 2002)

Permasalahan lain yang dihadapi terkait dengan pengembangan e-Gov adalah terkait dengan banyaknya jenis nomor identitas unik yang dikeluarkan dan dikelola oleh instansi pemerintah atau perusahaan, baik di pusat maupun di daerah. Saat ini setidaknya terdapat 28 jenis nomor identitas unik yang antara lain nomor Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), paspor, Surat Ijin Mengemudi (SIM), BPKB, NPWP, NOP (Nomor Obyek Pajak), akta kelahiran, nomor yang dikeluarkan oleh PLN, Telkom, PDAM, dan sertifikat tanah. Hal ini menyulitkan pemerintah dalam memberikan pelayanan yang memuaskan kepada penduduk. Banyaknya jenis nomor identitas unik yang ada di banyak instansi pemerintah atau perusahaan telah membentuk “pulau-pulau informasi” dengan berbagai macam

database, application builder dan

operating system yang berbeda-beda. Database dan sistem informasi satu

dengan yang lainnya juga tidak dapat saling berkomunikasi, akibatnya banyak terjadi duplikasi data dan proses dalam berbagai sistem informasi yang telah dikembangkan. Hal ini mengakibatkan informasi yang disajikan menjadi tidak komprehesif dan tidak akurat karena masing-masing sistem memiliki versi data yang berbeda (Menkominfo, 2002).

Tanpa menafikan peningkatan yang telah dicapai, pelayanan yang berkembang selama ini lebih terfokus pada pelayanan sektoral dan dikembangkan atas spesifikasi dan kepentingan masing-masing instansi. Di sisi lain, perkembangan paradigma layanan publik yang baru mengarah pada: 1) model pelayanan yang terpadu antara instansi, 2) model pelayanan yang terintegrasi antar instansi, dan 3) model pelayanan yang tersinergi antar instansi (Suharno, 2006). Perkembangan paradigma tersebut telah

memberikan lompatan yang signifikan dalam pencapaian kualitas layanan publik yang prima. Jenis pelayanan ini tidak hanya sekedar pelayanan sektoral akan tetapi pelayanan yang merupakan suatu pintu informasi dan tindakan secara bersama sehingga memberikan suatu sinergi terhadap layanan yang terintegrasi antar satu instansi dengan instansi lain, sehingga akan terjadi efisiensi dan efektifitas dalam konsistensi pengembangan di masa mendatang.

Uraian di atas menunjukkan pentingnya upaya integrasi antar sistem dalam upaya meningkatkan kualitas

e-Gov untuk layanan publik. Pada sisi

yang lain, ketersediaan database kependudukan yang dikelola oleh Ditjen Adminduk merupakan aset penting yang dapat dimanfaatkan oleh beragam sistem informasi, baik di lingkungan instansi pemerintah maupun perusahaan.

PEMBAHASAN

E-Government : Konsep,

Pengembangan, Permasalahan, Solusi

e-Government (e-Gov) adalah

penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain, didalamnya melibatkan otomisasi dan komputerisasi pada prosedur

paper-based yang akan mendorong cara baru

dalam kepemimpinan, cara baru dalam mendiskusikan dan menetapkan strategi, cara baru dalam transaksi bisnis, cara baru dalam mendengarkan warga dan komunitas, serta cara baru dalam mengorganisasi dan menyampaikan informasi (Pascual, 2003). Pengembangan e-Gov dilakukan dalam rangka mencapai good government, yang menurut Bank Dunia didefinisikan sebagai layanan publik yang efisien, sistem pengadilan yang dapat diandalkan, serta pemerintahan yang bertanggung jawab kepada publik.

(3)

 

Inisiatif penerapan e-Gov di Indonesia telah diperkenalkan melalui Inpres No. 6 Tahun 2001 tentang Telematika (telekomunikasi, media dan informatika) yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung

good governance dan mempercepat

proses demokrasi. Lebih jauh lagi,

e-Gov wajib diperkenalkan untuk tujuan

yang berbeda di kantor-kantor pemerintahan. Administrasi publik adalah salah satu area di mana internet dapat digunakan untuk menyediakan akses bagi semua masyarakat yang berupa pelayanan yang mendasar dan menyederhanakan hubungan antara masyarakat dan pemerintah. e-Gov dengan memanfaatkan pelayanan melalui internet dapat dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu penyediaan informasi, interaksi satu arah, interaksi dua arah dan transaksi (pelayanan elektronik secara penuh). Interaksi satu arah bisa berupa fasilitas download formulir yang dibutuhkan, pengumpulan formulir secara online merupakan contoh interaksi dua arah, sedangkan contoh pelayanan elektronik penuh adalah pengambilan keputusan dan pembayaran

(http://dishubkominfo.belitungkab. go.id/, 10-12-2011).

Semakin besarnya peranan IT dalam proses bisnis membuat organisasi

berlomba-lomba untuk mengimplementasikan IT untuk proses

terintegrasi. Salah satunya adalah melalui implementasi e-Gov, di mana idealnya implementasi e-Gov diharapkan dapat membantu meningkatkan interaksi antara pemerintah, masyarakat dan bisnis sehingga mampu mendorong perkembangan politik dan ekonomi (Supangkat, 2006).

Penerapan e-Gov di setiap

lembaga pemerintah mengacu kepada pentahapan pengembangan e-Gov secara nasional, dan disesuaikan dengan

kondisi yang ada di setiap lembaga pemerintah mencakup (Inpres No. 3 Tahun 2003):

a. Tingkat persiapan, meliputi: 1) pembuatan situs web pemerintah di setiap lembaga; 2) pendidikan dan pelatihan SDM, 3) penyediaan sarana akses publik, 4) sosialisasi keberadaan layanan informasi elektronik, baik untuk publik maupun penggunaan internal, 5) pengembangan e-leadership dan

awareness building, serta 6)

penyiapan peraturan pendukung b. Tingkat pematangan, meliputi: 1)

pembuatan situs informasi layanan publik interaktif, dan 2) pembuatan

hyperlink.

c. Tingkat pemantapan, meliputi: 1) penyediaan fasilitas transaksi secara elektronik, dan 2) penyatuan penggunaan aplikasi dan data dengan lembaga lain (interoperabilitas).

d. Tingkat pemanfaatan, meliputi: 1) pembuatan berbagai aplikasi untuk pelayanan G2G, G2B, dan G2C yang terintegrasi; 2) pengembangan proses layanan e-Gov yang efektif dan efisien, dan 3) penyempurnaan menuju kualitas layanan terbaik (best practice).

Model pengembangan e-Gov yang diterapkan di banyak negara juga menggunakan model empat tahapan perkembangan e-Gov di atas dalam perencanaan jangka panjang. Sebagai contoh, pentahapan e-Gov yang diterapkan di Selandia Baru digambarkan memiliki empat tahapan/fase yaitu (Sosiawan, 2010):

a. Fase pertama: penampilan website, informasi dasar yang dibutuhkan masyarakat ditampilkan dalam

website pemerintah.

b. Fase kedua: interaksi, informasi yang ditampilkan lebih bervariasi, seperti fasilitas download dan komunikasi e-mail.

(4)

c. Fase ketiga, transaksi, aplikasi/formulir untuk transaksi bagi masyarakat untuk melakukan transaksi secara online mulai diterapkan.

d. Fase keempat, transformasi,

pelayanan terintegrasi, menghubungkan antara

pemerintah-masyarakat, pemerintah-pemerintah, pemerintah -swasta.

Berdasarkan hasil evaluasi, banyak problem yang terkait dengan pengembangan e-Gov, namun dapat diidentifikasi bahwa problem tersebut berpangkal dari adanya kesalahan pada pandangan atau paradigma tentang

e-Gov (Supangkat, 2006). Delapan

persepsi keliru tentang pengembangan

e-Gov selama ini adalah (Nugroho, 2008):

a. Persepsi e-Gov adalah situs web lembaga pemerintah. Persepsi ini jelas akan mereduksi makna dari

e-Gov.

b. Persepsi e-Gov adalah ketersediaan

infrastruktur. Infrastruktur (hardware, jaringan tidaklah identik

dengan e-Gov. Tujuan e-Gov adalah

menumbuhkan kekuatan pemberdayaan, dan infrastruktur

harus dimanfaatkan untuk tujuan yang lebih besar.

c. Persepsi e-Gov adalah

pembangunan sistem-sistem informasi. Akar permasalahnnya adalah tidak selarasnya antara sistem-sistem yang dikembangkan dengan proses-proses birokrasi yang dilakukan sehari-hari, masing-masing berjalan sendiri dengan polanya, pada akhirnya tujuan dasar sistem-sistem informasi untuk

mendukung kegiatan penyelenggaraan pemerintahan tidak

tercapai dengan optimal.

d. Persepsi e-Gov harus dikembangkan secara bertahap karena alasan terbatasnya biaya. Keterbatasan biaya adalah kekangan, bukan alasan dasar untuk melakukan

penahapan pengembangan e-Gov. Alasan utamnya sebenarnya adalah

perbedaan tingkat kesiapan/kematangan masyarakat

dalam pemanfaatan ICT dan kesiapan pengembangan e-Gov. Ketersediaan rencana jangka panjang/ induk, cetak biru, dan variasinya sangat penting sebagai

guideline bagi penahapan

implementasi e-Gov.

e. Persepsi e-Gov adalah

pembangunan sistem informasi di berbagai SKPD. Saat ini, integrasi informasi menjadi syarat penting bagi terselenggaranya

kegiatan-kegiatan kepemerintahan. Keberadaan sistem-sistem informasi

di SKPD tidak banyak berarti jika tidak diikuti dengan integrasi antar

sistem. Integrasi ini mengidentifikasi jalur-jalur akses data dan informasi antar sistem, yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan informasi yang bersifat antar-bidang.

f. Persepsi e-Gov hanya memerlukan SDM bidang ICT saja.

Implementasi e-Gov dalam kenyataannya tidak akan berhasil tanpa ada IT leadership yang tinggi untuk mengawal implementasi

e-Gov dan kemampuan manajerial

yang baik.

g. Persepsi e-Gov mahal. e-Gov

menjadi mahal jika investasi (infrastruktur, sistem-sistem informasi, dan berbagai pengadaan

lain) tidak bisa memenuhi sasaran yang diinginkan. Sebaliknya, biaya investasi yang tinggi menjadi tidak berarti jika implementasi TI mampu menumbuhkan multiplier effect

dengan outcome yang jauh lebih bernilai dibandingkan investasi.

h. Persepsi sasaran e-Gov adalah tuntasnya implementasi ICT. ICT hanyalah alat bantu untuk mencapai tujuan yang lebih besar, yaitu peningkatan dalam pemberdayaan

(5)

 

masyarakat, kualitas layanan publik, transparansi dan akuntabilitas, dan

efisiensi penyelenggaraan pemerintahan.

Faktor penghambat implementasi

e-Gov di Indonesia juga berhasil

diidentifikasi, antara lain disebabkan oleh: 1) komitmen pemerintah dalam integrasi dan transparansi publik, 2) minimnya budaya berbagi informasi, 3) minimnya budaya tertib dokumentasi, 4) resistensi terhadap perubahan, 5) kelangkaan SDM yang handal, 6) infrastruktur belum memadai dan mahal, serta 7) tempat akses yang terbatas (Raharjo, 2001).

Berdasarkan hasil analisa, ketidakoptimalan pengembangan dan operasional e-Gov di Indonesia adalah disebabkan oleh: 1) master plan tidak mempunyai kekuatan formal, sekedar kajian yang pernah disusun oleh KPDE, sehingga posisi strategis e-Gov tidak pernah terealisasi secara optimal dan tidak merasa wajib diikuti oleh unit-unit kerja, 2) organisasi pengambilan keputusan tidak cukup kuat memastikan integrasi arsitektur, pengelolaan portofolio dan eksekusi proyek TI tahunan, dan 3) lemahnya koordinasi KPDE dan unit-unit lain dalam perencanaan tahunan proyek TI (Supangkat, Sembiring, Rahmat, 2007).

Aspek non teknis, yaitu resistensi terhadap perubahan juga menjadi faktor penghambat penerapan e-Gov. Masalah ini terjadi sebagai akibat dari: 1) ego sektoral organisasi masih sangat tinggi sehingga menutup kemungkinan diatur atau bekerjasama dengan organisasi lain, 2) anggapan bahwa sistem informasi merekalah yang terbaik dibandingkan dengan pihak lainnya, 3) konteks kepentingan yang berbeda pada setiap organisasi sehingga sulit dicari titik temu untuk melakukan integrasi secara cepat, 4) keinginan menjadi pemimpin dalam tim integrasi dalam konsorsium kerja sama, 5) ketidakinginan untuk saling membagi

data/informasi/pengetahuan karena dianggap mengurangi keunggulan kompetitif individu/organisasi, serta 6) ketidaktahuan dari mana harus memulai integrasi sehingga kondusif untuk dilakukan sejumlah pihak terkait; dan sebagainya (Indrajit, 2006).

Database Kependudukan Nasional

Database kependudukan WNI

merupakan aset penting yang harus dijaga akurasinya, wajib digunakan oleh Pemerintah dan Pemda sebagai dasar penetapan kebijakan, penyelenggaraan, dan pembangunan. Pemerintah dan Pemda menyelenggarakan dan mengembangkan Sistem Informasi Kependudukan dan Keluarga (SIAK) secara berkelanjutan serta wajib mendukung terkumpulnya data dan informasi yang diperlukan. Pemerintah juga wajib menyebarluaskan kembali data dan informasi yang terkumpul pada tingkat nasional untuk dianalisis untuk keperluan perbandingan pengelolaan kependudukan antar daerah dalam bentuk laporan neraca kependudukan dan pembangunan (UU No. 52 Tahun 2009).

Dalam rangka penyusunan dan pengelolaan database kependudukan, setiap warga negara wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang berlaku secara nasional. NIK adalah identitas penduduk Indonesia dan merupakan kunci akses dalam verifikasi dan validasi data jati diri seseorang untuk layanan publik bidang Administrasi Kependudukan. NIK dikembangkan ke arah identifikasi tunggal bagi setiap Penduduk, bersifat unik/khas, tunggal, melekat pada setiap Penduduk Indonesia, dan berkait langsung dengan seluruh Dokumen Kependudukan (UU No. 23 Tahun 2006).

NIK dirancang tersusun atas 16 digit yang dibagi atas tiga kode:wilayah, waktu lahir dan nomor urut kelahiran. NIK akan dicantumkan dalam setiap

(6)

dokumen penduduk seperti KTP, KK, akta kelahiran, dan lainnya. Penduduk wanita akan ditandai kode tanggal lahir ditambah angka 40, dan kode wilayah ditetapkan oleh Ditjen Pemerintahan Umum. Bagi penduduk yang meninggal, NIK akan dihapus dan dikeluarkan dari daftar anggota KK. Penduduk yang pindah tempat tinggal tidak akan mengubah NIK.

Untuk meningkatkan kualitas sistem Administrasi Kependudukan, Kemendagri telah menetapkan pemberlakuan KTP Nasional berbasis NIK pada tahun 2011 dan melaksanakannya melalui program e-KTP berbasis NIK sebagai pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2006

(http://www.depdagri.go.id/,

10-12-2011). Program ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya pembuatan KTP ganda yang banyak terjadi di Indonesia. NIK menjadi prasyarat utama bagi database kependudukan nasional yang berbasis registrasi dan menjadi instrumen dan validasi jati diri seseorang yang dicantumkan dalam setiap dokumen kependudukan

(www.bppt.go.id, 10-12-2011).

Program e-KTP berbasis NIK bertujuan untuk memperoleh tertib database kependudukan dan tertib dokumen kependudukan (Ditjen Dukcapil, 2011). Secara bertahap, pemerintah akan mengganti seluruh KTP versi lama menjadi e-KTP yang dilengkapi dengan data biometrik 10 sidik jari, iris mata, dan tandatnagn digital penduduk. e-KTP secara fisik berbeda dengan versi lama karena dilengkapi dengan chip

berisi data kependudukan

(http://suaramerdeka.com/,

10-12-2011). Ke depan, data kependudukan dalam e-KTP juga akan dikaitkan dengan sistem terpadu pendataan berbasis sidik jari yang dikelola oleh

Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) (Kep. Kapolri No. Polisi: Kep/37/X/2008).

Untuk mendukung efektifitas dan efisiensi penerbitan NIK dan penerapan e-KTP, pemerintah mengembangkan SIAK sejak tahun 2003, yaitu dengan diluncurkannya SIAK online dari kecamatan ke data center kependudukan yang kemudian disusul dengan SIAK offline di kabupaten/kota pada tahun 2005. SIAK online memberikan layanan pendaftaran penduduk dan catatan sipil di Tempat Perekaman Pendaftaran Penduduk (TPDK) di kecamatan yang langsung terhubung dengan data center Direktorat Jenderal Administrasi Kependudukan (Ditjen Adminduk) melalui VPN dial. Hasil penyempurnaan grand design SIAK terbaru telah disepakati oleh Tim Teknis dari 15 Kementerian/Lembaga dan telah ditetapkan dengan Keputusan Mendagri tanggal 13 Agustus 2010. Hasil penyempurnaan spesifikasi perangkat keras, perangkat lunak, serta blangko e-KTP juga telah disepakati oleh Tim Teknis dan telah ditetapkan dengan Permendagri No. 6 Tahun 2011. Pada akhir tahun 2012, ditargetkan SIAK di 497 kabupaten/kota tersambung (online) dengan pusat dan propinsi, dan pelayanan SIAK di 6.589 kecamatan pada 497 kabupaten/kota akan tersambung (online) ke kabupaten/kota, pusat dan propinsi. Pada akhir tahun 2013, SIAK di Kemendagri dan daerah ditargetkan tersambung (online) dengan instansi pengguna secara bertahap (Ditjen Dukcapil, 2011).

Database kependudukan pada

SIAK memiliki muatan yang kompleks dan seragam. Khusus database kependudukan di pusat menggunakan

platform database sangat besar yang

memuat data wilayah; data keluarga; biodata penduduk; data pencatatan sipil;

foto, sidik jari tangan, dan tanda tangan

penduduk. Data wilayah, terdiri atas nama dan kode wilayah propinsi; nama dan kode wilayah kabupaten/kota; nama dan kode wilayah kecamatan; serta

(7)

 

nama dan kode wilayah desa/kelurahan, sedangkan data keluarga terdiri atas: nomor KK; nama kepala keluarga; alamat; RT; RW; dusun; kode pos; dan telepon (Permendagri No. 25 tahun 2011).

Skenario Database Kependudukan di Pemkab

SIAK di Kemendagri dan daerah ditargetkan tersambung (online) dengan instansi pengguna secara bertahap pada akhir tahun 2013 (Ditjen Dukcapil, 2011). Untuk itu, gagasan pemanfaatan

database kependudukan untuk aplikasi e-Gov di Pemkab Bantul ini

menggunakan skenario sebagai berikut (Sutanta, Ashari, 2012):

a. Database master kependudukan nasional tunggal dan terpusat, skenario ini dipilih dengan alasan

kesederhanaan (integrasi), pengelolaan, kecepatan dan ketepatan, kesederhanaan pengembangan program aplikasi,

efisiensi biaya, kemudahan pengembangan, dan pengawasan perawatan (Sudibyo, 2011).

b. Desain logik database

kependudukan tingkat kabupaten bersifat common database. c. Desain fisik database

kependudukan tingkat kabupaten dilengkapi server database

d. Distribusi database kependudukan, dilakukan dengan fragmentasi horisontal dan vertikal dengan maksud untuk meminimalkan kebutuhan media penyimpan di kabupaten. Replikasi dilakukan secara partially replicated yaitu masing-masing partisi database kependudukan disimpan di server

database kabupaten. Fragmentasi

database dilakukan secara

horisontal dari server database nasional ke server database kabupaten sesuai kode wilayah kabupaten dan kemudian data-data tersebut disimpan di server database

kabupaten. Fragmentasi vertikal dilakukan dengan memisahkan data yang sering di-update, sementara data-data yang tidak mungkin atau jarang sekali berubah tetap disimpan di server database propinsi.

Ragam Informasi, Aplikasi e-Gov, dan Sistem informasi di Pemkab

Setiap Pemkab/Pemkot saat ini memiliki kebijakan yang berbeda terkait dengan pengembangan e-Gov, aplikasi-aplikasi yang digunakan, dan jenis layanan informasi publik yang disediakan. Sebagai contoh, Pemkab Sragen yang berhasil memperoleh 17 penghargaan terkait layanan publik berbasis ICT, selain menampilkan informasi juga menyediakan 59 layanan

online perijinan dan 10 layanan online

lainnya (http://bpt.sragenkab.go.id/, 10-12-2011).

Pemkab Bantul telah mengembangkan desain induk ICT pada Tahun 2008. Sebelumnya Pemkab Bantul telah mengembangkan 14 sistem informasi dan diterapkan di berbagai instansi, dan mengacu pada blue print tersebut, sejak tahun 2008 hingga 2011, Pemkab Bantul telah mengembangkan 14 sistem informasi baru. Selain menampilkan informasi Pemkab

(http://www.bantulkab.go.id/,

10-12-2011), melalui Dinas Perijinan, menampilkan informasi tentang jenis perijinan, dasar hukum, retribusi; lama waktu proses dan masa berlakunya ijin; persyaratan pengajuan ijin; prosedur pengurusan perijinan, duplikat surat ijin dan legalisir surat ijin; prosedur pengurusan perijinan; pencarian perijinan yang didaftarkan; serta

download formulir permohonan ijin dan

peraturan perijinan (http://perijinan.bantulkab.go.id/,

10-12-2011). Untuk mengetahui informasi dan aplikasi e-Gov yang dikelola oleh Pemkab Bantul, berikut akan dieksporasi lebih lanjut tentang konten informasi dan aplikasi pada website

(8)

sebag meng infor No 1 Pem 2 Sekr 3 Sekr 4 Bapp 5 Bada 6 Bada Kelu Pere 7 Bada Daer 8 Bada Pang Peny 9 Inspe 10 Bada Benc 11 Dina 12 Dina gimana ta Gambar 1 Hasil eks getahui rmasi dan Lembaga mkab retariat Daerah retariat DPRD peda an Lingkungan Hid an Kesejahteraan arga, Pemberdaya empuan & KB an Kepegawaian rah an Ketahanan gan & Pelaksana yuluhan ektorat an Penanggulanga cana Daerah as Budpar as Pendidikan mpilannya 1: Tampilan splorasi w ketersediaa layanan a Tab Webs http://bantulka http://setda.ba http://dprd.ban http://bappeda up http://blh.bant aan http://bkk.ban http://bkd.ban http://bkppp.b http://inspekto an http://bpbd.ba http://disbudp http://dikmen. ditunjukk n website Pe ebsite untu an kont aplikasi pa bel 1: Konte site/Sub Domain ab.go.id/ antulkab.go.id/ ntulkab.go.id/ a.bantulkab.go.id/ tulkab.go.id/ tulkab.go.id/ tulkab.go.id/ antulkab.go.id/ orat.bantulkab.go.id antulkab.go.id/ ar.bantulkab.go.id/ bantulkab.go.id/ kan pa emkab Bant uk ten ada w di en website P Jenis konten Informasi Informasi Informasi Informasi Informasi Informasi Informasi Form Aplikasi Informasi d/ Informasi Informasi / Informasi Informasi ada Gambar tul (diakses website Pem itampilkan p Pemkab Ban n Interaksi Jenis Pengguna view View View View View View View Download Mulai dikembangkan fasilitas transaksi pendaftaran CPNS online View View View View View r 1. tanggal 10-mkab Bantu pada Tabel ntul • Berita • Data pokok peternakan kehutanan; perdaganga ekonomi & • Pemerintah • Interaksi (ko warga-disku • Profil, visi m • Kelembaga mekanisme email, poten • Profil, visi m kontak • Informasi & • Idem • Idem • Home: Infor • Profil: Visi M Kerja, Rinci • Manajemen Pengangka • Layanan: iji PMK, KARI • Ruang Med • BKD Events RTO, diklat • Profil, visi m kontak • Informasi & • idem • idem • Idem • Idem -12-2011) ul secara rin 1. Detail Konten

k (data umum; sosb n, pertanian, perikan

SDA; infrastruktur an, koperasi, & inve keuangan, politik & han

ontak email, buku t usi); Searching misi, organisasi ber aan, produk hukum e, dokumen kegiata

nsi daerah, arsip misi, organisasi, be & hyperlink instansi

rmasi, berita, peng Misi, Tupoksi, Orga ian Tugas, Fungsi n: Kepegawaian, atan in belajar, pensiun, IS/KARSU ditasi, e-Learning s: downloads, kont t, PU-PNS online misi, organisasi, be & hyperlink instansi

ngkas bud; nan, & r; industri, estasi; & hukum) tamu, ide rita, arsip , an, forum, rita, arsip, terkait umuman anisasi, Tata , KARPEG, tak, CPNS rita, arsip, terkait

(9)

 

Menengah & Non Formal

13 Dinas Pendidikan Dasar http://dikdas.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 14 Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan & Aset Daerah

http://dppkad.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 15 Dinas Pertanian &

Kehutanan http://dipertahut.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 16 Dinas Kelautan &

Perikanan http://dkp.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 17 Dinas Dukcapil http://disdukcapil.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem

18 Dinas Kesehatan http://dinkes.bantulkab.go.id/ Informasi View • Profil, sejarah, visi misi, organisasi, peta tematik, berita, album, arsip, kontak • Hyperlink Puskesmas, SIKNAS, lembaga

terkait 19 Dinas Perijinan http://perijinan.bantulkab.go.id/ Informasi

Form View Download Tersedia fasilitas transaksi pengaduan online

• Profil, pelayanan, pengaduan, berita, forum diskusi, kontak, download, gallery • Informasi: jenis perijinan, dasar hukum, retribusi; waktu proses & masa berlaku; syarat pengajuan ijin; prosedur pengurusan ijin, duplikat & legalisir surat ijin; searching; download formulir • Informasi & hyperlink instansi terkait • Pengaduan/info berbasis SMS 20 Dinas Sosial http://sosial.bantulkab.go.id/ Informasi View • Profil, visi misi, organisasi, berita, arsip,

kontak

• Informasi & hyperlink instansi terkait 21 Dinas Nakertrans http://disnakertrans.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem

22 Dinas Perindakop http://perindagkop.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 23 Dinas Pekerjaan Umum http://pu.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 24 Dinas Sumber Daya Air http://sda.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 25 Dinas Perhubungan http://dishub.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 26 Satpol PP http://satpolpp.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 27 Pengolahan Data

Telematika http://kpdt.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 28 Pemberdayaan

Masyarakat Desa http://pmd.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 29 Pengelolaan Pasar http://pasar.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 30 Perpustakaan Umum http://perpustakaan.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 31 Arsip Daerah http://arsip.bantulkab.go.id/ Informasi View • 32 Kesatuan Bangsa, Politik

& Linmas http://kesbangpolinmas.bantulkab.go.id/ Informasi View • Idem 33 Kantor Pemuda &

Olahraga http://pora.bantulkab.go.id/ Informasi View • idem

Sumber: http://www.bantulkab.go.id/, 10-12-2011

Berdasarkan data pada Tabel 1, dapat diidentifikasi beberapa hal tentang aplikasi e-Gov yang dikelola oleh Pemkab Bantul sebagai berikut:

a. Fasilitas yang disediakan dalam

website hampir seluruhnya masih

untuk menampilkan konten informasi. Dari 33 website instansi/lembaga yang ada, seluruhnya memiliki fasilitas menampilkan informasi, komunikasi (email, forum), serta pencarian informasi, 2 website memiliki fasilitas download formulir, 1 website memiliki fasilitas

pengaduan online, 1 website mulai dikembangkan fasilitas transaksi pendaftaran online.

b. Pengembangan ke arah fasilitas transaksi online masih dalam tahap rintisan.

c. Jenis interaksi sistem dan pengguna bersifat satu arah, misal download formulir.

d. Belum ada fasilitas layanan terintegrasi antar sistem informasi secara online.

e. Berdasarkan fitur-fitur yang disediakan dalam website, dilihat dari aspek pentahapan pengembangan e-Gov, website

Pemkab Bantul saat ini setidaknya telah berada pada tingkat pematangan sehingga masih perlu terus dikembangkan dan disempurnakan.

(10)

f. Untuk memenuhi kriteria sebagai

e-Gov, maka website Pemkab Bantul

masih harus dikembangkan dan disempurnakan ke:

1) Tingkat pemantapan, meliputi: 1) penyediaan fasilitas transaksi secara elektronik, dan 2) penyatuan penggunaan aplikasi/data dengan lembaga lain.

2) Tingkat pemanfaatan, meliputi: 1) pembuatan berbagai aplikasi untuk pelayanan G2G, G2B, dan

G2C yang terintegrasi; 2) pengembangan proses layanan e-Gov yang efektif dan efisien, dan 3) penyempurnaan menuju kualitas layanan terbaik (best

practice).

Selain penyajian informasi dan aplikasi

e-Gov melalui website, Pemkab Bantul

juga menerapkan 30 sistem informasi, baik yang bersifat intranet, desktop, maupun online, secara lengkap

ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2: Sistem informasi di lingkungan Pemkab Bantul

No Tahun pembuatan Nama aplikasi

1 2001 SIM Pengolahan Gaji PNS 2 2002 SIM Pelayanan Satu Atap (Perijinan) 3 2003 Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) 4 2003 SIM Keuangan Daerah

5 2004 SIM Barang Daerah 6 2005 SIM Monografi Online 7 2005 SIM Kependudukan

8 2006 SIM Keuangan Daerah (Permendagri 13 tahun 2006) 9 2007 Sistem Cetak KK dan KTP

10 2007 Sistem Keluarga Berencana 11 2007 SistemTenaga Kerja dan Nakertrans 12 2007 Sistem informasi Pariwisata 13 2007 Sistem Informasi Layanan Data KPDE 14 2007 Sistem informasi Presensi PNS 15 2008 SIM Keluarga Miskin

16 2008 SIM Kesehatan Ibu Anak dan TBC 17 2008 SIM Potensi Kecamatan 18 2008 SIM Pelayanan Perpustakaan 19 2009 SIM Keuangan Daerah 20 2009 SIM Barang Daerah 21 2009 SIM Investasi Daerah 22 2009 SIM Kepegawaian

23 2009 SIM Pengendalian Pembangunan Daerah 24 2009 SIM Pelayanan Pajak Reklame 25 2009 SIM Pelayanan BPHTB 26 2010 SIM Perijinan Online

27 2010 SIM Cetak SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) 28 2011 SIM Kewilayahan

(Sumber: KPDT Kabupaten Bantul, 10-12-2011)

Pemanfaatan Database

Kependudukan untuk Aplikasi e-Gov dan Sistem informasi

Berdasarkan hasil eksplorasi pada

website http://bantulkab.go.id/, saat ini ada 33 website (Tabel 1) yang dikelola oleh Pemkab Bantul dan ajajaran instansi di lingkungan Pemkab Bantul. Selain itu, sebagian besar instansi juga memiliki sistem informasi yang digunakan secara intranet maupun

dekstop (Tabel 2). Mengacu pada Tabel

1 dan Tabel 2, dapat diidentifikasi aplikasi e-Gov dan sistem informasi yang potensial untuk dikembangkan ke

e-Gov dan yang potensial

memanfaatkan database kependudukan. Kriteria sistem informasi yang potensial dikembangkan ke e-Gov adalah memiliki kebutuhan fasilitas layanan transaksi elektronik kepada publik, sedangkan potensi memanfaatkan

database kependudukan adalah

(11)

 

kebutuhan database kependudukan

dalam menjalankan tupoksi instansi.

Hasil identifikasi dimaksud secara ringkas ditampilkan dalam Tabel 3.

Tabel 3: Potensi pengembangan e-Gov & pemanfaatan database kependudukan untuk aplikasi e-Gov dan sistem informasi di Pemkab Bantul

No Pengelola/Pengembang Website/Sistem informasi Potensi

dikembangkan menjadi e-Gov terintegrasi Potensi memanfaatkan database kependuudkan 1 Pemkab http://bantulkab.go.id/ Ya Ya

2 Sekretariat Daerah http://setda.bantulkab.go.id/ Ya  Tidak 3 Sekretariat DPRD http://dprd.bantulkab.go.id/ Ya Tidak 4 Bappeda http://bappeda.bantulkab.go.id/ Ya Tidak 5 Badan Lingkungan Hidup http://blh.bantulkab.go.id/ Ya Tidak 6 Badan Kesejahteraan Keluarga,

Pemberdayaan Perempuan & KB http://bkk.bantulkab.go.id/ Ya Ya 7 Badan Kepegawaian Daerah http://bkd.bantulkab.go.id/ Ya Ya 8 Badan Ketahanan Pangan &

Pelaksana Penyuluhan http://bkppp.bantulkab.go.id/ Ya Tidak 9 Inspektorat http://inspektorat.bantulkab.go.id/ Ya Tidak 10 Badan Penanggulangan Bencana

Daerah http://bpbd.bantulkab.go.id/ Ya Ya 11 DinasKebudayaan & Pariwisata http://disbudpar.bantulkab.go.id/ Ya Ya 12 Dinas Pendidikan Menengah & Non

Formal http://dikmen.bantulkab.go.id/ Ya Ya 13 Dinas Pendidikan Dasar http://dikdas.bantulkab.go.id/ Ya Ya 14 Dinas Pendapatan, Pengelolaan

Keuangan & Aset Daerah http://dppkad.bantulkab.go.id/ Ya Tidak 15 Dinas Pertanian & Kehutanan http://dipertahut.bantulkab.go.id/ Ya Tidak 16 Dinas Kelautan & Perikanan http://dkp.bantulkab.go.id/ Ya Ya 17 Dinas Kependudukan & Catatan Sipil http://disdukcapil.bantulkab.go.id/ Ya Ya 18 Dinas Kesehatan http://dinkes.bantulkab.go.id/ Ya Ya 19 Dinas Perijinan http://perijinan.bantulkab.go.id/ Ya Ya 20 Dinas Sosial http://sosial.bantulkab.go.id/ Ya Ya 21 Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi http://disnakertrans.bantulkab.go.id/ Ya Ya 22 Dinas Peridustrian, Perdagangan &

Koperasi http://perindagkop.bantulkab.go.id/ Ya Ya 23 Dinas Pekerjaan Umum http://pu.bantulkab.go.id/ Ya Tidak 24 Dinas Sumber Daya Air http://sda.bantulkab.go.id/ Ya Ya 25 Dinas Perhubungan http://dishub.bantulkab.go.id/ Ya Ya 26 Satpol PP http://satpolpp.bantulkab.go.id/ Ya Ya 27 Pengolahan Data Telematika http://kpdt.bantulkab.go.id/ Ya Ya 28 Pemberdayaan Masyarakat Desa http://pmd.bantulkab.go.id/ Ya Ya 29 Pengelolaan Pasar http://pasar.bantulkab.go.id/ Ya Ya 30 Perpustakaan Umum http://perpustakaan.bantulkab.go.id/ Ya Ya 31 Arsip Daerah http://arsip.bantulkab.go.id/ Tidak Tidak 32 Kesatuan Bangsa, Politik & Linmas http://kesbangpolinmas.bantulkab.go.id/ Tidak Tidak 33 Kantor Pemuda & Olahraga http://pora.bantulkab.go.id/ Ya Ya 34 KPDT SIM Pengolahan Gaji PNS Tidak Ya 35 KPDT  SIM Pelayanan Satu Atap (Perijinan) Ya Ya 36 KPDT  Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) Ya Ya

37 KPDT  SIM Keuangan Daerah Tidak Tidak

38 KPDT  SIM Barang Daerah Ya Tidak

39 KPDT  SIM Monografi Online Ya Ya

40 KPDT  SIM Kependudukan Ya Ya

41 KPDT  SIM Keuangan Daerah (Permendagri 13 tahun 2006) Ya Ya

42 KPDT  Sistem Cetak KK dan KTP Ya Ya

43 KPDT  Sistem Keluarga Berencana Ya Ya 44 KPDT  SistemTenaga Kerja dan Nakertrans Ya Ya 45 KPDT  Sistem informasi Pariwisata Ya Ya 46 KPDT  Sistem Informasi Layanan Data KPDE Tidak Ya 47 KPDT  Sistem informasi Presensi PNS Tidak Ya

48 KPDT  SIM Keluarga Miskin Ya Ya

49 KPDT  SIM Kesehatan Ibu Anak dan TBC Ya Ya

50 KPDT  SIM Potensi Kecamatan Ya Tidak

51 KPDT  SIM Pelayanan Perpustakaan Ya Ya

52 KPDT  SIM Keuangan Daerah Tidak Tidak

53 KPDT  SIM Barang Daerah Tidak Tidak

(12)

55 KPDT  SIM Kepegawaian Ya Ya 56 KPDT  SIM Pengendalian Pembangunan Daerah Ya Ya 57 KPDT  SIM Pelayanan Pajak Reklame Ya Ya

58 KPDT  SIM Pelayanan BPHTB Ya Ya

59 KPDT  SIM Perijinan Online Ya Ya

60 KPDT  SIM Cetak SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) Tidak Tidak

61 KPDT  SIM Kewilayahan Tidak Tidak

Sumber: diolah sendiri

Berdasarkan hasil identifikasi, dari 33 website dan 28 sistem informasi yang ada, terdapat 31 website dan 20 sistem informasi yang berpotensi untuk dikembangkan ke e-Gov, sedangkan potensi pemanfaatan database kependudukan, setidaknya terdapat 21

website dan 21 sistem informasi yang

berpotensi untuk diintegrasikan dengan

database kependudukan. Di samping

itu, di wilayah Bantul juga beroperasi 5 BUMD, 17 Kantor Kecamatan, 933 Kantor Desa, kantor Polres, Polsek, Polres, Kodim, Koramil. Bisa dipastikan bahwa seluruh BUMD, kantor kecamatan, kantor Desa/Kelurahan, Polres, Polse, Kodim,

dan Koramil tersebut memerlukan data terkait dengan biodata penduduk, sehingga upaya integrasi dengan

database kependudukan menjadi sangat

penting untuk dilakukan.

Gambaran Umum Pemanfaatan Database Kependudukan

Salah satu permasalahan rumit yang kerap dijumpai para praktisi IT adalah ketika menghadapi tantangan di mana sejumlah sistem informasi yang berbeda harus diintegrasikan. Berdasarkan pengalaman, kompleksitas permasalahan yang dijumpai tidak saja bertumpu pada aspek teknis, namun kerap lebih menonjol pada hal-hal yang bersifat non-teknis yang biasanya didominasi oleh isu "ego sektoral" pada masing-masing institusi yang terlibat. Tanpa adanya strategi yang jelas, maka sering kali kegiatan integrasi sistem tersebut menemui jalan buntu, atau tidak berhasil. Kunci permasalahan terjadinya fenomena tersebut pada dasarnya terletak pada kesalahan

pemilihan pendekatan atau metodologi proses terkait. Dalam menghadapi tantangan ini, metodologi yang dipergunakan harus mampu menjawab berbagai kendala teknis maupun non teknis yang seyogyanya dijumpai pada setiap isu penggabungan. Artinya, metodologi yang dipakai harus dibangun dengan memperhatikan berbagai aspek tersebut (Indrajit, 2006).

Model integrasi sistem (intra-antar sektor) dalam konteks IT meliputi integrasi pada level database,

midlleware, dan aplikasi. Proses

integrasi akan terdapat dua metode yang ada yaitu messaging dan kanal informasi. Integrasi secara teknis diterapkan dalam bentuk kanal-kanal informasi sebagai wahana integrasi data yang lebih kompleks jika dibandingkan dengan messaging. Di dalam kanal informasi terdapat tiga proses utama yang terkait yaitu (Menkominfo, 2002): a. Konektor, menghubungakan antara

satu aplikasi dengan aplikasi lainnya,

b. Komunikator, mengkomunikasikan antara satu aplikasi dengan aplikasi lainnya,

c. Transformator, mengubah format data yang dipertukarkan sehingga mampu untuk diolah oleh sistem yang berlainan platform.

Integrasi pada level database secara umum dapat dilakukan melalui tahapan berikut: 1) identifikasi ketersediaan dan kebutuhan data dalam sistem e-Gov dan aplikasi, 2) menyusun model skema logik hubungan antar

database, 3) standarisasi data, 4)

konsolidasi database, 5) integrasi antar

database, 6) migrasi database, serta 7)

(13)

 

fisik database. Penyusunan model skema logik, dapat dilakukan dengan memanfaatkan NIK penduduk dalam

database kependudukan sebagai foreign key pada setiap kerelasian yang

membutuhkan database kependudukan. Untuk meminimalkan kompleksitas penyusunan model, terdapat 2 alternatif yang bisa dilakukan, yakni dengan menambah field NIK pada tabel-tabel anak atau menambahkan sebuah tabel baru yang berfungsi untuk merelasikan antara database yang selama ini digunakan dengan database kependudukan di server kabupaten yang bersifat common database.

Masalah lain yang ada saat ini, banyak instansi/lembaga di Pemkab sudah memiliki database dan menggunakan sistem operasi dan DBMS yang berbeda-beda. Database yang ada tersebut juga tersebar di masing-masing instansi/lembaga yang secara geografis saling berjauhan. Untuk mengatasi masalah ini, integrasi pada level midleware dapat diatasi dengan penggunaan teknologi web

service. Web service adalah aplikasi

internet yang mempunyai sifat

interoperable yaitu bisa diakses dan

mengakses aplikasi lain dengan

platform ataupun bahasa yang

beda sehingga database yang berbeda- berbeda-beda tidak menjadi kendala. Komponen-komponen web service

adalah XML, SOAP, WSDL dan UDDI. Integrasi pada level aplikasi, 2 hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah aplikasi pada sisi back end dan aplikasi pada sisi front end. Pada sisi

back end aplikasi menyediakan

modul-modul khusus untuk pengelolaan

database untuk admin di tingkat

kebupaten dan admin di tingkat aplikasi, sedangkan pada sisi front end menyediakan modul-modul sesuai kebutuhan para pengguna, meliputi pengguna administrator, pengguna dalam lingkungan Pemkab dan pengguna masyarakat umum.

Pengelolaan hak akses dapat dikembangkan menggunakan konsep

single sign on, di mana dengan

menggunakan sebuah pasangan

username dan password pengguna dapat

mengakses modul-modul dalam aplikasi sesuai dengan batasan hak dan kewenangannya. Pengembangan aplikasi sebaiknya juga diarahkan pada

penggunaan tools multi platform dan

open source, serta memungkinkan

untuk dikembangkan pada jenis akses

dekstop, intranet, web, serta mobile.

Catatan Penting

Kerangka strategi implementasi yang konsisten pada system lifecycle disertai dengan proses continuous

improvement merupakan aspek penting

dan dapat dilakukan dengan menerapkan arsitektur yang meliputi 4 bagian high level control utama, yakni: 1) integrasi penelitian dan informasi, 2) agenda implementasi, 3) delivery layanan, serta 4) pengukuran

performance (Supangkat, 2006). Untuk mendukung keberhasilan penerapan

e-Gov, diperlukan tim teknis yang

memiliki kompetensi memadai yang mencakup peran sebagai project leader (system analyst), ahli manajemen sistem informasi, ahli database, ahli keamanan jaringan dan hardware, ahli pemrograman web, cost estimator, administrasi, serta operator.

Pengalaman penerapan e-Gov di negara lain, menunjukkan perlunya identifikasi mengenai prioritas layanan yang akan diberikan, kondisi infrastruktur, kondisi kegiatan layanan, dan kondisi anggaran, serta SDM yang dimiliki. Gabungan antara pengalaman

good practice dan bad practice serta

konsep pengembangan e-Gov, selanjutnya dapat digunakan untuk menyusun stuktur manajemen pengembangan e-Gov yang dapat digunakan sebagai panduan metodologi (langkah-langkah) pengembangan

(14)

nampak bahwa keberhasilan pengembangan e-Gov menuntut komitmen tinggi Pimpinan (Hasibuan, 2007). Keterbatasan SDM dapat dipecahkan dengan melibatkan potensi Perguruan Tinggi melalui program Pengabdian Masyarakat oleh dosen dan mahasiswa.

Permasalahan resistensi terhadap perubahan yang sering mengakibatkan kebuntuan pengembangan e-Gov dapat dipecahkan menggunakan sebuah metodologi yang disusun berdasarkan fenomena resistensi, yaitu melalui evolusi pelaksanaan 6 tahap integrasi yaitu: 1) eksploitasi kapabilitas lokal, 2) lakukan integrasi tak tampak, 3) kehendak berbagi pakai, 4) redesain arsitektur proses, 5) optimalkan infrastruktur, serta 6) transformasi organisasi (Indrajit, 2006).

Hasil penelitian pada penerapan

e-Gov di Kabupaten Jembrana, Kabuatpen

Sragen, Kota Yogyakarta, serta Kota Surabaya berhasil mengidentifikasikan tiga faktor kunci penentu kesuksesan implementasi e-Gov, yaitu:

kepemimpinan, kelembagaan, dan kebijakan. Kepemimpinan adalah motor penggerak utama penerapan e-Gov. Kelembagaan sebagai faktor kunci sukses ditandai adanya SDM TI dengan jumlah yang memadai dan kompeten di bidangnya. Kebijakan sebagai faktor sukses diperlukan sebagai pijakan dalam menjalankan terobosan atau inovasi dari pengembangan e-Gov

(Faizah dan Sensuse, 2009). Hasil

penelitian ini juga layak digunakan

sebagai rujukan untuk penerapan e-Gov di Kabupaten Bantul.

KESIMPULAN

Pengembangan e-Gov merupakan sebuah proses panjang yang bukan sekedar mengembangkan sistem berbasis web sebagaimana yang selama ini masih sering salah dipahami. Program e-KTP berbasis NIK yang berlaku secara nasional oleh Kemendagri saat ini akan menghasilkan sebuah database kependudukan yang memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam pengembangan e-Gov maupun pengembangan sistem informasi di lingkungan Pemkab Bantul, melalui integrasi database kependudukan

dengan sistem informasi yang telah diterapkan. Integrasi dimaksud perlu dilakukan dalam tiga level, yakni

database, midelware, dan aplikasi.

Pengembangan e-Gov perlu strategi terarah dan berkesinambungan yang bersifat jangka pendek maupun panjang. Kerangka strategi implementasi yang konsisten pada

system lifecycle disertai dengan proses continuous improvement; ketersediaan

tim teknis; kepemimpinan, kelembagaan, dan kebijakan yang kuat; serta penerapan metodologi melalui evolusi dalam pelaksanaan integrasi (database, midleware, dan aplikasi), merupakan aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan untuk mendukung keberhasilan penerapan e-Gov dan sistem informasi di lingkungan Pemkab Bantul.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Kependudukan & Catatan Sipil, Kemendagri, 2011, Pemantapan Persiapan Penerapan KTP Elektronik Tahun 2011, Materi Pengarahan Kepada Tim Supervisi Penerapan e-KTP, Jakarta, 25 Mei 2011.

Faizah, N., Sensue, D.I., 2009, Faktor-Faktor Sukses Implementasi e-Government di Empat Kabupaten/Kota di Indonesia, Makalah Digital Information & System Conference Tahun 2009.

Hasibuan, Z.A., 2007, Langkah-Langkah Strategis & Taktis Pengembangan e-Gov untuk Pemda, Jurnal Sistem Informasi MTI UI, Vol. 3, No. 1, edisi April 2007.

(15)

 

Indrajit, R.E., 2006, Evolusi Strategi Integrasi Sistem Informasi Ragam Institusi, Jakarta.

Kantor Pengolahan Data Telematika, 2011, Data Pembangunan Aplikasi Sistem Informasi di Pemkab Bantul.

Menkominfo, 2002, SIFONAS sebagai Tulang Punggung e-Governance, Jakarta.

Nugroho, L.N., 2008, Persepsi-Persepsi tentang E-Government, diakses dari http://mti.ugm.ac.id/~lukito/3-project/substansi-content-buku/persepsi-persepsi-tentang-e-government/, tanggal: 01 Januari 2012.

Pascual, P.J., 2003, e-Government, e-Asean Task Force UNDP- APDIP, May 2003. Raharjo, B., 2001, Membangun e-Government, Institut Teknologi Bandung.

Sosiawan, E.A., 2010, Tantangan & Hambatan dalam Implementasi E-Government di Indonesia.

Sudibyo, D., 2011, Menyimak e-KTP, diakses dari http://deru.blogspot.com/2011/10 /menyimak-e-ktp.html#!/2011/10/menyimak-e-ktp.html, tanggal 14 November 2011. Suharno M.P.M., 2006, Mewujudkan Negara Kesatuan Indonesia Melalui Sinerginya

Sistem Informasi, Jakarta.

Supangkat, S.H., 2006, Framework Strategi Implementasi E-Government, Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia, Institut Teknologi Bandung,: 3-4 Mei 2006.

Supangkat, S.H., Sembiring, J., dan Rahmad, B., 2007, IT Governance Nasional: Urgensi dan Kerangka Konstruksi, makalah disampaikan dalam Pertemuan Dewan TIK Nasional, 8 Januari 2007.

Sutanta, E., dan Ashari, A., 2012, Distribusi Basis Data Kependudukan untuk Optimalisasi Akses Data, Jurnal Ilmiah Komputasi dan Elektronika, ATPN Banjarbaru, Januari 2012.

Sumber Peraturan Perundangan:

Inpres No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan & Strategi Nasional Pengembangan E-Government, Panduan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan E-Government Lembaga.

Keputusan Kapolri No. Pol.:Kep/37/X/2008 tentang Proja Akselerasi Transformasi Polri menuju Polri yang Mandiri, Profesional dan Dipercaya Masyarakat.

Kepmendagri No. 471.130.5-335 Tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Teknis Penerbitan NIK & Penerapan KTP Berbasis NIK Secara Nasional.

PP No. 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan UU No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Perpres No. 25 Tahun 2008 tentang Tentang Persyaratan & Tata Cara Pendaftaran Penduduk & Pencatatan Sipil

Perpres No. 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK Secara Nasional. Perpres No. 35 Tahun 2010, Perubahan Atas Perpres No. 26 Thn 2009 tentang

Penerapan e-KTP paling lambat akhir 2012.

Permendagri No. 25 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengkajian, Pengembangan, Pengelolaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.

Permendagri No. 6 Tahun 2011 tentang Standar & Spesifikasi Perangkat Keras, Perangkat Lunak & Blangko KTP Berbasis NIK secara Nasional

Permendagri No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penerbitan KTP Berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara Nasional.

Surat Edaran Mendagri No. 471.13/1515/SJ/2011 tentang Dukungan APBD Untuk Operasionalisasi Penerapan KTP Elektronik Tahun 2011.

(16)

Surat Edaran Mendagri No. 471.13/4141/SJ/2010 tentang Penerbitan NIK & Persiapan Penerapan e-KTP Tahun 2011.

Surat Mendagri No. 471.13/1565A/SJ/2011 tentang Penerbitan NIK Tahun 2011 & Pemantapan Persiapan Penerapan KTP Elektronik Tahun 2012.

UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

UUU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan & Pembangunan Keluarga.

UUD 1945 Hasil Perubahan Keempat, Pasal 26 Ayat (3). Sumber Situs Internet:

http://bpt.sragenkab.go.id/, diakses tanggal 10-12-2011.

http://dishubkominfo.belitungkab.go.id/, diakses tanggal 10-12-2011. http:// bantulkab.go.id/, diakses tanggal 10-12-2011.

http://perijinan.bantulkab.go.id/, diakses tanggal 10-12-2011. http://suaramerdeka.com/, diakses tanggal 10-12-2011. http://www.bppt.go.id, diakses tanggal 10-12-2011. http://www.depdagri.go.id, diakses tanggal 10-12-2011.

Gambar

Tabel 2: Sistem informasi di lingkungan Pemkab Bantul
Tabel 3: Potensi pengembangan e-Gov & pemanfaatan database kependudukan untuk  aplikasi e-Gov dan sistem informasi di Pemkab Bantul

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu contohnya yaitu permasalahan yang dialami langsung oleh Arry Akhmad Arman nasabah dari salah satu bank BNI (Bank Negara Indonesia) yang menggunakan layanan sms

Di Indonesia, bawang bombay banyak ditemukan di daerah Tanah Karo (Sumatera Utara), percobaan penanaman di dataran tinggi Karo dengan ketinggian sekitar 2000 m dpl, memperoleh

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu memberikan Penugasan Survei Pendahuluan Panas Bumi kepada PT Hitay Tanjungsakti

Penginjilan adalah pelaksanan tanggungjawab umat Allah memberitakan Injil Yesus Kristus dalam kuasa Roh Kudus yang ditujukan kepada orang-orang berdosa dan

Kelainan CVS, SIDS, Endokrin Manajeme n asuhan BBL dengan kelainan Diskusi dan Studi Kasus

Senyawa aktif yang terkandung dalam daun cengkeh memiliki toksisitas yang cukup tinggi terhadap larva, senyawa saponin, alkaloid, dan terpenoid, memiliki efek sitotoksik

Analisis petrografi bertujuan untuk penamaan batu sedimen serta memperoleh data penunjang bagi Provenance agar dapat diketahui bagaimana kandungan persentase batuan baik

Dengan mengetahui kondisi objektif faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh perusahaan batik “Putra Laweyan” tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian guna