• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SEMESTER 1 DI SEKOLAH DASAR KANISIUS BEJI GADING PLAYEN GUNUNGKIDUL GUNUNGKIDUL TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SEMESTER 1 DI SEKOLAH DASAR KANISIUS BEJI GADING PLAYEN GUNUNGKIDUL GUNUNGKIDUL TAHUN PELAJARAN 2015/2016."

Copied!
390
0
0

Teks penuh

(1)

i

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SEMESTER 1 DI SEKOLAH

DASAR KANISIUS BEJI GADING PLAYEN GUNUNGKIDUL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Esti Wahyuningsih NIM 12108241078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“Semua guru dapat membawa semua anak ke ruang kelas, tapi tidak semua guru dapat membuat muridnya belajar.”

(Helen Keller)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan untuk:

1. Allah SWT, semoga skripsi ini menjadi salah satu bagian dari wujud ibadahku kepadaMu.

(7)

vii

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SEMESTER 1 DI SEKOLAH

DASAR KANISIUS BEJI GADING PLAYEN GUNUNGKIDUL GUNUNGKIDUL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh

Esti Wahyuningsih NIM 12108241078

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikai miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Beji, Playen, Gunungkidul.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Kanisius Beji yang berjumlah 18 siswa. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua tahap. Tahap pertama adalah memberikan soal tes tertulis nantinya dianalaisi untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa. Tahap yang kedua adalah wawancara. Wawancara dilakukan untuk mengetahui apa faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa. Instrumen yang digunakan adalah soal pilihan ganda dan wawancara. Analisis data sesuai Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik.

Hasil penelitian ditemukan beberapa miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Diantaranya adalah pada beberapa materi yang terdapat pada indikator a) menyebutkan organ pencernaan manusia dan fungsinya sebanyak 5 siswa yaitu terbalik dalam menyebutkan bagian organ pencernaan usus halus dengan usus besar, b) menyebutkan organ peredaran darah manusia dan fungsinya sebanyak 5 siswa yaitu terbalik menyebutkan bagian-bagian jantung dan terbalik memahami fungsi pembuluh vena dengan pembuluh nadi dan c) mengumpulkan data tentang sifat benda, seperti bentuk, warna, kelenturan, kekerasan, dan bau sebelum dan sesudah mengalami perubahan sebanyak 11 siswa yaitu salah dalam memahami perubahan yang terjadi pada semen yang dicampur dengan air.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas V Semester 1 Di Sekolah Dasar Kanisius Beji Gading Playen Gunungkidul Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd, MA. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Suwarjo, M.Si. selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar.

4. Ibu Woro Sri Hastuti, S.Pd.,M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi. 5. Ibu Yustina Sulistyaningsih, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD Kanisius

Beji.

6. Ibu Maria Tyas Palupi, S.Pd. selaku Guru Kelas V SD Kanisius Beji. 7. Kedua orangtua yang selalu mendukung.

(9)

ix

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan.

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Miskonsepsi ... 10

1. Pengertian Konsep dan Konsepsi ... 10

2. Pengertian Miskonsepsi ... 11

3. Penyebab Miskonsepsi ... 13

4. Cara Mendeteksi Miskonsepsi ... 21

B. Tinjauan Tentang IPA ... 24

1. Pengertian IPA ... 24

2. Fungsi IPA ... 25

(11)

xi

C. Tinjauan Tentang Pelajaran IPA Kelas V Semester 1 ... 27

1. Alat Pernapasan pada Manusia ... 27

2. Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia ... 29

3. Sumber Makanan Bergizi ... 30

4. Sistem Peredaran Darah pada Manusia ... 31

5. Adaptasi Hewan ... 32

6. Benda dan Sifatnya ... 34

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

E. Pertanyaan Penelitian ... 38

F. Kerangka Pikir ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Sumber Data ... 42

E. Instrumen Penelitian... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 44

H. Pengujian Keabsahan Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 47

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 47

C. Hasil Penelitian ... 48

1. Subjek ASR ... 49

2. Subjek AFA ... 52

3. Subjek AES ... 56

4. Subjek BDY ... 61

5. Subjek EEY ... 65

6. Subjek FLA ... 69

(12)

xii

8. Subjek KAA ... 78

9. Subjek MYA ... 82

10.Subjek MRA ... 86

11.Subjek NH ... 91

12.Subjek RK ... 95

13.Subjek SFE ... 99

14.Subjek VAS ... 103

15.Subjek VEA ... 107

16.Subjek WA ... 112

17.Subjek YPA ... 116

18.Subjek EAP ... 120

D. Pembahasan ... 124

1. Subjek ASR ... 125

a. Miskonsepsi yang dialami ... 125

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 127

2. Subjek AFA ... 128

a. Miskonsepsi yang dialami ... 128

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 130

3. Subjek AES ... 130

a. Miskonsepsi yang dialami ... 130

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 133

4. Subjek BDY ... 134

a. Miskonsepsi yang dialami ... 134

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 136

5. Subjek EEY ... 136

a. Miskonsepsi yang dialami ... 136

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 140

6. Subjek FLA ... 140

a. Miskonsepsi yang dialami ... 140

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 142

(13)

xiii

a. Miskonsepsi yang dialami ... 142

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 145

8. Subjek KAA ... 146

a. Miskonsepsi yang dialami ... 146

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 147

9. Subjek MYA ... 148

a. Miskonsepsi yang dialami ... 148

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 150

10.Subjek MRA ... 151

a. Miskonsepsi yang dialami ... 151

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 153

11.Subjek RK ... 153

a. Miskonsepsi yang dialami ... 153

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 155

12.Subjek SFE ... 156

a. Miskonsepsi yang dialami ... 156

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 159

13.Subjek VAS ... 160

a. Miskonsepsi yang dialami ... 160

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 165

14.Subjek VEA ... 166

a. Miskonsepsi yang dialami ... 166

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 170

15.Subjek WA ... 170

a. Miskonsepsi yang dialami ... 170

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 174

16.Subjek YPA ... 174

a. Miskonsepsi yang dialami ... 174

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 176

17.Subjek EAP ... 176

(14)

xiv

b. Penyebab Miskonsesepsi yang dialami ... 178

E. Keterbatasan penelitian ... 180

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN ... 181

B. SARAN ... 182

DAFTAR PUSTAKA ... 184

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Hasil Pekerjaan Siswa ASR Nomor 11 dan 12 ... 125

Gambar 2. Hasil Pekerjaan Siswa ASR Nomor 17, 18, dan 19 ... 126

Gambar 3. Hasil pekerjaan siswa AFA nomor 6... 128

Gambar 4. Hasil Pekerjaan Siswa AFA Nomor 11 dan 12 ... 128

Gambar 5. Hasil Pekerjaan Siswa AFA Nomor 37 ... 129

Gambar 6. Hasil Pekerjaan Siswa AES Nomor 9 ... 130

Gambar 7. Hasil Pekerjaan Siswa AES Nomor 11 dan 12 ... 131

Gambar 8. Hasil Pekerjaan siswa AES nomor 17, 18, dan 19 ... 131

Gambar 9. Hasil Pekerjaan Siswa AES Nomor 37 ... 132

Gambar 10. Hasil Pekerjaan Siswa BDY Nomor 11 dan 12... 134

Gambar 11. Hasil Pekerjaan Siswa BDY Nomor 17, 18, dan 19... 135

Gambar 12. Hasil Pekerjaan Siswa BDY Nomor 37 ... 135

Gambar 13. Hasil Pekerjaan Siswa EEY Nomor 9 ... 137

Gambar 14. Hasil Pekerjaan siswa EEY Nomor 11 dan 12 ... 137

Gambar 15. Hasil Pekerjaan Siswa EEY Nomor 17, 18, dan 19 ... 138

Gambar 16. Hasil Pekerjaan Siswa EEY Nomor 20, dan 21 ... 139

Gambar 17. Hasil Pekerjaan Siswa FLA nomor 9 ... 140

Gambar 18. Hasil Pekerjaan Siswa Nomor 11 dan 12 ... 141

Gambar 19. Hasil Pekerjaan Siswa FLA Nomor 21 dan 22 ... 141

Gambar 20. Hasil Pekerjaan Siswa GAC Nomor 11 dan 12... 143

Gambar 21. Hasil Pekerjaan Siswa GAC Nomor 20, 21, dan 22... 144

Gambar 22. Hasil Pekerjaan Siswa GAC Nomor 37 ... 145

Gambar 23. Hasil Pekerjaan Siswa KAA Nomor 18 dan 19 ... 146

Gambar 24. Hasil Pekerjaan Siswa KAA Nomor 37 ... 147

Gambar 25. Hasil Pekerjaan Siswa MYA Nomor 6 ... 148

Gambar 26. Hasil Pekerjaan Siswa MYA Nomor 9 ... 148

Gambar 27. Hasil Pekerjaan Siswa MYA Nomor 17, 18, dan 19 ... 149

Gambar 28. Hasil Pekerjaan Siswa MYA Nomor 37 ... 150

(16)

xvi

Gambar 30. Hasil Pekerjaan Siswa MRA Nomor 37 ... 152

Gambar 31. Hasil Pekerjaan Siswa RK Nomor 9 ... 153

Gambar 32. Hasil Pekerjaan Siswa RK Nomor 11 ... 154

Gambar 33. Hasil Pekerjaan Siswa RK Nomor 22 ... 154

Gambar 34. Hasil Pekerjaan Siswa RK Nomor 37 ... 155

Gambar 35. Hasil Pekerjaan Siswa SFE Nomor 9 ... 156

Gambar 36. Hasil Pekerjaan Siswa SFE Nomor 17, 18, dan 19 ... 157

Gambar 37. Hasil Pekerjaan Siswa SFE Nomor 21 dan 22 ... 158

Gambar 38. Hasil Pekerjaan Siswa SFE Nomor 37 ... 159

Gambar 39. Hasil Pekerjaan Siswa VAS Nomor 2 ... 160

Gambar 40. Hasil Pekerjaan Siswa VAS Nomor 6 ... 160

Gambar 41. Hasil Pekerjaan Siswa VAS Nomor 9 dan 10 ... 161

Gambar 42. Hasil Pekerjaan Siswa VAS Nomor 11, dan 12 ... 162

Gambar 43. Hasil Pekerjaan Siswa VAS Nomor 17, 18, dan 19 ... 163

Gambar 44. Hasil pekerjaan Siswa VAS Nomor 20, 21, 22 ... 164

Gambar 45. Hasil Pekerjaan Siswa VAS Nomor 37 ... 165

Gambar 46. Hasil Pekerjaan Siswa Nomor 6 ... 166

Gambar 47. Hasil Pekerjaan Siswa VEA Nomor 9 dan 10 ... 167

Gambar 48. Hasil Pekerjaan Siswa VES Nomor 11, dan 12 ... 168

Gamabr 49. Hasil Pekerjaan Siswa VEA Nomor 20, 21, dan 22 ... 169

Gambar 50. Hasil Pekerjaan Siswa VEA Nomor 37 ... 169

Gambar 51. Hasil Pekerjaan Siswa WA Nomor 6 ... 170

Gambar 52. Hasil Pekerjaan Siswa WA Nomor 9 ... 171

Gambar 53. Hasil Pekerjaan Siswa WA Nomor 11 dan 12 ... 172

Gambar 54. Hasil Pekerjaan Siswa WA Nomor 20, 21 dan 22 ... 172

Gambar 56. Hasil Pekerjaan Siswa WA Nomor 37 ... 173

Gambar 57. Hasil Pekerjaan Siswa YPA Nomor 17, 18, dan 19 ... 174

Gambar 58. Hasil Pekerjaan Siswa YPA Nomor 20, 21, dan 22 ... 175

Gambar 59. Hasil Pekerjaan Siswa EAP Nomor 9 ... 176

Gambar 60. Hasil Pekerjaan Siswa EAP Nomor 17, 18 dan 19 ... 177

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Soal Pilihan Ganda ... 187

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ... 200

Lampiran 3. Hasil Wawancara kepada Siswa ... 205

Lampiran 4. Hasil Wawancara kepada Guru ... 224

Lampiran 5. Surat-surat penelitian ... 226

Lampiran 6. Hasil Penelitian ... 231

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat pada jaman modern seperti saat sekarang ini. Dengan adanya pendidikan maka potensi diri dari masyarakat akan dapat berkembang. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan yang menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

(19)

2

Pendidikan di Indonesia saat ini sangatlah buruk. Baswedan (2014: 14) mengungkapkan bahwa buruknya pendidikan di Indonesia dapat dibuktikan oleh posisi Indonesia saat ini yaitu di urutan 40 dari 40 negara atau peringkat terakhir dengan skor Overial Index -1,84, Cognitive Skills 1,71, dan Educational Attainment -2,11 pada pemetaan The Learning Curve-Pearson.

Posisi tersebut didapatkan berdasarkan hasil pemetaan akses dan mutu pendidikan pada tahun 2013 dan 2014. Buruknya pendidikan tersebut, maka pendidikan Indonesia harus segera dibenahi dengan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

(20)

3

lembaga yang bernama TIMSS (Trends Internasional in Mathematics and Science Study) dan PISA (Programme for International Student Assessment).

TIMSS (Trends Internasional in Mathematics and Science Study) merupakan sebuah studi yang bertaraf internasional yang memiliki tujuan mengukur prestasi matematika dan sains yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali yang diikuti oleh negara-negara lainya di seluruh dunia (Kemdikbud, 2006: 1). PISA (Programme for International Student Assessment) merupakan lembaga studi literasi membaca, matematika, dan

sains yang diselenggarakan setiap tiga tahun sekali (Kemdikbud, 2006: 1). Kedua lembaga tersebut adalah lembaga studi yang mengukur tingakat kemajuan pendidikan negara-negara yang ada di dunia.

(21)

4

Pembelajaran IPA di sekolah dasar sangatlah penting diajarkan, karena pelajaran ini membantu siswa untuk mempelajari tentang alam yang ada disekitarnya. Abdullah (Izati, 2009: 27) mengungkapkan IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Wonorahardjo (2010: 11) mengungkapkan bahwa IPA merupakan pengetahuan mengenai alam dan mempunyai objek alam dan gejala-gejala alam yang sering digolongkan sebagai ilmu alam. Kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan sebuah pengetahuan mengenai alam yang ada disekitar dengan melakukan observasi, eksperimentasi, dan penyimpulan sehingga didapatkan sebuah teori atau konsep.

Ilmu Pengetahuan Alam sangat melekat pada kehidupan siswa dimana dan kapan saja. Misalkan, siswa sedang bepergian di daerah pegunungan dan siswa tersebut melewati jalan yang berkelok-kelok, di sini siswa akan mengetahui kenapa jalanan di pegunungan dibuat berkelok-kelok. Jalanan di pegunungan dibuat berkelok-kelok untuk mempermudah motor atau mobil yang melewati jalan menanjak dengan tenaga yang kecil, hal tersebut merupakan penerapan dari cara kerja bidang miring. Contoh tersebut merupakan hal kecil yang sering dijumpai siswa dan siswa mampu membangun sebuah konsep yang telah ditemukannya.

(22)

5

memiliki hasil belajar yang baik, jika pemahaman konsep-konsep yang dipelajari benar-benar dipahami. Semakin baik pemahaman konsep yang dikuasai siswa maka akan semakin baik pula hasil belajarnya. Apabila hasil belajar siswa pada pelajaran IPA kurang baik, berarti siswa tersebut kurang memahami konsep-konsep yang ada pada pelajaran IPA dan kemungkinan siswa tesebut mengalami kesalahan konsep atau yang disebut miskonsepsi.

Miskonsepi atau salah konsep menunjukan pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para pakar dalam bidang itu (Suparno, 2005: 4). Miskonsepsi terjadi dikarenakan konsep awal yang dimiliki siswa yang didapatkan dari pengalaman dan pengamatan siswa di masayarakat atau dalam kehidupan sehari-hari (Suparno, 2005: 2). Terjadinya miskonsepsi ini juga bisa disebabkan oleh pemberian konsep-konsep yang disampaikan oleh guru sehingga konsep yang diberikan oleh guru tidak utuh sehingga membuat para siswa kebingungan akan hal tesebut dan miskonsepsi juga dapat terjadi dikarenakan oleh buku acuan yang digunakan oleh siswa saat belajar dalam menyajikan konsep-konsep tidak lengkap (Ratama, 2013: 3). Miskonsepsi harus dihindari, agar siswa tidak mengalami kesalahan konsep sampai dewasa.

(23)

6

relatif rendah. Hal ini diperoleh dari data hasil wawancara dan observasi di sejumlah sekolah dasar yang terjadapat di Kelurahan Gading.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru-guru di SD Kanisius Beji rendahnya prestasi siswa pada mata pelajaran IPA tersebut disebabkan kurangannya pemahaman dan penguasaan materi oleh siswa. Siswa sering ramai sendiri pada saat dijelaskan sehingga materi yang dijelaskan tidak dapat dikuasai dengan baik.

Selain dari hasil wawancara tersebut, juga diperoleh data dari observasi yang dilakukan oleh peneliti, yaitu lebih dari separuh siswanya di kelas V, pada ulangan akhir semester 1 tahun 2015/2016 mata pelajaran IPA mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Oleh karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V SD Kanisius Beji pada mata pelajaran IPA serta faktor apa yang menyebabkan miskonsepsi tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang permasalahan, maka muncul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya prestasi belajar IPA di Indonesia.

2. Hasil belajar IPA siswa kelas V SD Kanisius Beji rendah

(24)

7 C. Pembatasan Masalah

(25)

8 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pada materi IPA semester 1 apa saja siswa kelas V SD Kanisius Beji mengalami miskonsepsi?

2. Apa faktor penyebab miskonsepsi pada materi IPA semester 1 yang dialami oleh siswa kelas V SD Kanisius Beji?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendiskripsikan pada materi apa saja miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V SD Kanisius pada mata pelajaran IPA semester 1.

2. Mengetahui faktor penyebab miskonsepsi mata materi IPA semester 1 yang di alami oleh siswa kelas V SD Kanisius Beji.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

(26)

9 2. Manfaat Praktis

a. Siswa

Siswa akan mengetahui dimana letak kesalahan konsep siswa pada pembelajaran IPA, sehingga miskonsepsi yang dimiliki siswa dapat diminimalisir.

b. Guru

Guru dapat mengetahui tentang miskonsepsi yang terjadi pada siswanya, sehingga guru diharapkan meningkatkan kemampuan mengajar dan berhati-hati dalam memilih sumber belajar agar tidak terjadi miskonsepsi.

c. Sekolah

Sekolah akan mendapat manfaat yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa di SD Kanisius Beji.

d. Bagi Peneliti

(27)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Miskonsepsi 1. Pengertian konsep dan konsepsi

Konsep merupakan sekelompok fakta dan data yang banyak memiliki ciri-ciri yang sama dan dapat dimasukkan ke dalam nama label. Konsep merupakan suatu pola abstrak yang berupa fakta dan data yang memiliki ciri-ciri dalam suatu objek, sehingga dapat mengungkapkan berbagai faktor, gejala, dan masalah yang sedang dipelajari dari sekumpulan data yang didapatkan, kemudian dapat disimpulkan dan menjadi sebuah pengertian. Pendapat tersebut dikemukanan oleh Kartika dan Istianti ( 2007: 2).

Mertodihardjo dan Mulyono (1980: 4), menjelaskan bahaw konsep merupakan abstraksi dari kejadian atau hal-hal yang memiliki ciri-ciri yang sama atau merupakan ide tentang sesuatu di dalam pikiran. Mengandung penafsiran dan penilaian bukan hanya fakta, dan membantu dalam mengadakan pembedaan, penggolonggan atau penggabungan fakta dilingkungan sekitar. Sedangkan Breg (1991: 8), menyatakan bahwa konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah untuk berkomunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir.

(28)

ciri-11

ciri khas dan yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau simbol. Konsep merupakan sebuah abstraksi pada suatu objek yang berupa kejadian-kejadian, situasi-situasi, dan ciri-ciri khas yang dimiliki oleh objek tersebut.

Basleman dan Mappa (2011: 67), mengungkapakan bahwa konsep diperoleh dari kejadian-kejadian yang dijumpai baik positif maupun negatif. Sekali memperoleh konsep, peserta belajar akan mampu mengenal hal atau kejadian dan mampu memberikan definisi verbal dari konsep tersebut. Konsep merupakan sutau kejadian yang dijumpai oleh siswa, sehingga siswa dapat belajar dan mengenal sutau kejadian tesebut dan mampu memberikan suatu definisi atau konsep.

Berdasarkan pendapat yang sudah diungkapkan para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep merupakan suatu kejadian pada suatu objek yang dijumpai oleh para siswa, yang objek tersebut memiliki fakta dan data yang memiliki ciri-ciri khas untuk mempermudah dalam berkomunikas, sehingga siswa mampu mengumpulkan data dan mengenal suatu kejadian tersebut dan siswa mampu memberikan suatu definisi atau konsep.

(29)

12

Berg (1991:10), mengatakakan bahwa tafsiran perorangan atau individu terhadap suatu konsep disebut konsepsi. Budi (1992: 115), menyampaikan pendapatnya bahwa konsepi adalah kemampuan memahami konsep, baik yang diperoleh dari indera maupun dari lingkungan. Pernyataan yang telah disampaikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsepsi merupakan tafsiran perorangan atau individu terhadap suatu konsep yang mereka peroleh dari indera maupun lingkungan.

2. Pengertian miskonsepsi

Miskonsepsi atau bisa disebut dengan salah konsep. Menurut Suparno (2005: 4), miskonsepsi merupakan suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Kesalahan konsep tersebut didapatkan siswa karena konsep awal yang diperolehnya tidak sesuai dengan penegertian ilmiah. Konsep awal ini dapat didapatkan oleh siswa dari pengalaman dan pengamatan mereka di masyarakat atau dalam kehidupan sehari-hari. Miskonsepsi merupakan pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep yang berbeda, dan hubungan hirarki konsep-konsep yang tidak benar.

(30)

13

konsep siswa tersebut hasil dari persederhanaan atau simpulan dari konsep-konsep para ahli maka siswa tidak dapat dikatakan miskonsepsi. Budi (1992: 15), juga mengungkapkan salah konsep dapat diartikan sebagai sebuah kesalahan terhadap konsep-konsep yang terjadi apabila konsepsi seorang siswa berbeda dengan konsep para ahli yang secara teoritis konsep tersebut dianggap benar dan baku, dan secara objektif keilmuan konsepsi tersebut memang salah

Berdasarkan pendapat yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi merupakan kesalahan konsep yang dialami seseorang siswa yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang telah ditetapkan para ahli.

3. Penyebab miskonsepsi

Timbulnya miskonsepsi siswa disebabkan oleh berbagai hal. Suparno (2005: 29) mengungkapkan secara garis besar, penyebab terjadinya miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. Di bawah ini peneliti akan menguraikan kelima penyebab miskonsepsi yaitu sebagai berikut.

a. Siswa

Siswa merupakan penyebab paling banyak terjadinya miskonsepsi. Penyebab miskosepsi yang berasal dari siswa yaitu sebagai berikut.

(31)

14

Prakonsepsi adalah konsep awal yang dimiliki oleh siswa tentang suatu konsep sebelum siswa tesebuat mendapat pengajaran dari guru pembimbing. Prakonsepsi ini didapatkan oleh siswa dari orangtua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di lingkungan siswa. Misalnya dari pengalaman kehidupan sehari-hari yaitu tentang terbit dan terbenamnya matahari. Siswa berpendapat bahwa matahari yang mengeliling bumi karena matahari terbit dari timur, kemudian berjalan di atas bumi, dan akhirnya terbenam di barat. Miskonsepsi siswa tersebut bahwa mataharilah yang mengelilingi bumi. Konsep yang diutarakan oleh siswa tersebut salah, konsep yang benar yaitu bumi mengeliling matahari.

2) Pemikiran Asosiatif

(32)

15

Konsep yang benar yaitu tetap ada gaya, hanya gaya tidak cukup kuat untuk menggerakan kereta.

3) Pemikiran Humanitik

Siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi. Benda-benda dan situasi dipikirkan dalam pengalaman orang dan secara manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup, sehingga tidak cocok. Misalnya miskonsepsi siswa akan kekekalan energi. Seorang bila bekerja secara terus menerus atau bermain secara terus menerus akan merasa lelah dan lapar. Dari pengalaman sebagai manusia yang menjadi lapar dan kehabisan energi bila terus bekerja, siswa beranggapan bahwa kekekalan energi itu tidak mungkin terjadi. Energi yang ada pasti berkurang dan lenyap. Siswa tidak mudah untuk keluar dari pemikiran yang manusiawi ini

4) Reasoning yang tidak lengkap/salah

Reasoning bisa disebut juga dengan penalaran. Comins

(33)

16

dalam mengambil kesimpulan atau mengeneralisasi. Kesalahan yang terjadi juga karena siswa terlalu luas atau terlalu sempit membuat generalisasi. Misalnya, siswa mengetahui bahwa bumi termasuk planet, siswa tersebut menganggap bahwa semua planet yang ada di tata surya kita sama seperti bumi. Berarti planet-planet tersebut terdapat tumbuh-tumbuhan, air, gaya, gravitasi, batu-batu keras, dan lain-lainnya.

5) Intuisi yang Salah

Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan mengungkap sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan rasional diteliti. Intuisi yang salah dapat mengakibatkan miskonsepsi jika intuisi diungkapakan secara spontan tanpa ada penelitian atau pembuktian terlebih dahulu. Misalnya, siswa sering melihat bahwa benda padat yang dimasukan kedalam air akan tenggelam. Maka secara spontan bila dihadapkan pada persoalan apakah gabus akan tenggelam, spontan siswa akan menjawab “ya”, karena gabus adalah benda padat. Baru setelah dicoba, ternyata gabus itu mengapung.

6) Tahap perkembangan kognitif

(34)

17

dan Kaligis (1991: 19), pada tahap ini siswa belum dapat berpikir abstrak. Siswa masih kesulitan dalam mempelajari hal-hal yang abstrak sehingga siswa kesulitan untuk memahami suatu konsep tersebut. Siswa pada tahap operational concrete ini siswa bisa baru berpikir berdasarkan hal-hal yang konkret atau nyata yang dapat dilihat dengan indra.

7) Kemampuan siswa

Siswa yang kurang berbakat atau kurang mampu dalam mempelajari IPA dan memiliki inteligensi matematis-logis kurang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memahami atau menangkap konsep IPA. Meskipun guru telah mengkomunikasikan secara pelan-pelan, buku teks ditulis dengan benar sesuai dengan pengertian para ahli, namun pengertian yang mereka tangkap dapat tidak lengkap dan bahkan salah. Kemampuan siswa juga mempengaruhi terjadinya miskonsepsi.

8) Minat Belajar

(35)

18

konsep yang salah. Akibatnya, mereka akan lebih mudah mengalami kesalahan atau miskonsepsi.

b. Guru/Pengajar

Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh seorang guru. Guru yang tidak menguasai bahan atau materi tentang suatu konsep pembelajaran dan diajarkan kepada siswa secara tidak benar, akan menyebabkan siswa mendapatakan miskonsepsi. Konsep yang tidak benar tersebut akan ditangkap oleh siswa dan menganggap konsep tersebut benar, maka siswa memegang konsep itu kuat-kuat. Akibatnya, miskonsepsi siswa sangat kuat dan sulit untuk diperbaiki.

c. Buku Teks

(36)

19 d. Konteks

1) Pengalaman

Pengalaman siswa dapat menyebabkan miskonsepsi. Siswa dapat belajar dari pengalaman yang mereka dapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman yang sudah didapatkan akan membentuk sebuah konsep yang menurutnya benar, namun konsep yang diperolehnya berbeda dengan konsep dari para ahli.

2) Bahasa Sehari-hari

Miskonsepsi dapat terjadi dari bahasa sehari-hari. Gilbert, Watts, Osborne (Suparno, 2005: 48), mengungkapkan beberapa miskosepsi datang dari bahasa sehari-hari yang mempunya arti lain dengan bahasa IPA.

3) Teman Lain

Siswa SD sangat senang belajar bersama teman-teman kelompoknya. Siswa belajar bersama ketika mereka mengerjakan PR besama dan melakukan praktikum. Di dalam kelompok ketika belajar bersama sering ada beberapa orang yang suaranya vokal. Bila ada siswa yang dominan dalam kelompok tersebut mempunyai miskonsepsi, maka jelas siswa tersebut dapat mempengaruhi teman-temannya dalam kelompok dalam hal miskonsepsi.

4) Keyakinan dan Ajaran Agama

(37)

20

secara kurang tepat sering membuat siswa tidak menerima penjelasan ilmu pengetahuan. Misalnya, soal penciptaan alam semesta. Beberapa siswa di Universitas Maine (AS) memandang bahwa penciptaan alam ini dibuat dalam 6 hari, bahwa lubang hitam itu digunakan untuk menyedot roh-roh jahat; bahwa bumi ini data, dan lain-lain. Dualisme gagasan yang dimiliki siswa yaitu gagasan menurut ilmu dan gagasan menurut agama dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi.

e. Metode Pembelajaran

Beberapa metode mengajar yang digunaka guru, terlebih yang menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering mempunyai dampak jelek, yaitu memunculkan miskonsepsi. Dalam mengatasi hal tersebut guru perlu kritis dengan metode yang digunakan dan tidak membatasi diri dengan satu metode saja. Contoh metode yang sering digunakan oleh guru yaitu metode ceramah. Metode ceramah, yang tanpa memberikan kesemaptan siswa untuk bertanya dan juga untuk mengungkapkan gagasan, sering kali meneruskan dan memupuk miskonsepsi, terlebih pada siswa yang kurang mampu.

(38)

21

pada metode pembelajaran yang terlalu banyak meneyebabkan miskonsepsi, setiap guru perlu mengevaluasi dan mengkritisi metode yang digunakan dalam pengajaran di sekolah.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan penyebab miskonsepsi adalah siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode pembelajaran. Miskonsepsi pada siswa dapat terjadi karena konsep awal yang didapatkan yang berasal dari pengalaman-pengalaman kehidupanya sebelum mereka mendapat pembelajaran disekolah. Miskonsepsi pada guru dapat terjadi karena guru yang tidak menguasai bahan atau materi tentang suatu konsep pembelajaran dan diajarkan kepada siswa secara tidak benar, sehingga siswa menganggap konsep yang diberikan oleh gurunya benar. Miskonsepsi pada buku teks dapat terjadi karena penggunaan bahasa dalam buku tersebut sulit untuk dipahami sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami bacaan tersebut atau karena penjelasannya yang tidak benar. Miskonsepsi pada konteks dapat terjadi karena siswa memiliki dualisme gagasan yaitu gagasan menurut ilmu dan gagasan menurut agama. Miskonsepsi pada metode pembelajaran dapat terjadi karena guru mengajar dengan metode yang sulit dipahami oleh siswa.

4. Cara mendeteksi miskonsepsi

(39)

22 a. Peta Konsep (Concept Maps)

Peta konsep dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi pada siswa. Peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsp dan menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hirarkis, dengan jelas dapat mengungkap miskonsepsi siswa yang digambarkan dalam peta konsep tersebut. Peta konsep adalah alat yang baik untuk menigidentifikasi, baik kerangka alternatif atau miskonsepsi. Cara mendeteksi miskonsepsi pada siswa dengan menggunakan peta konsep ini lebih baik peta konsep ini digabung dengan wawancara klinis.

b. Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

Mendeteksi miskonsepsi dengan menggunakan tes pilihan ganda dengan pertanyaan terbuka dimana siswa harus menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban tersebut. Pertanyaan pilihan ganda digunakan untuk melihat dengan cepat apakah siswa menjawab dengan benar, sedangkan pertanyaan terbuka “mengapa” akan memberikan

pengertian atas alasan siswa memilih jawaban tersebut. c. Tes Esai Tertulis

(40)

23

gagasan seperti itu. Hasil wawancara itulah akan kentara dari mana miskonsepsi itu dibawa.

d. Wawancara Diagnosis

Wawancara berdasarkan beberapa konsep tertentu dapat dilakukan juga untuk melihat konsep alternatif atau miskonsepsi pada siswa. Peneliti dapat menggunakan cara wawancara ini dengan memilih beberapa konsep tertentu yang diperkirakan sulit dimengerti oleh siswa atau konsep yang pokok yang akan diajarkan. Kegiatan wawancara ini mengajak siswa untuk mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep diatas. Melalui kegiatan ini dapat mengetahui konsep alaternatif yang ada dan sekaligus peneliti menanyakan dari mana mereka memperoleh konsep alternatif tersebut. e. Diskusi dalam kelas

Melalui diskusi di dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Melalui diskusi tersebut dapat dideteksi apakah gagasan yang diutarakan oleh siswa tepat atau tidak. Kegiatan diskusi ini peneliti dapat mengetahui apakah terjadi miskonsepsi atau tidak.

f. Praktikum dengan Tanya Jawab

(41)

24

Selama praktikum sebaiknya guru selalu bertanyan bagaimana konsep siswa dan bagaiman siswa menjelaskan persoalan-persoalna dalam praktikum tersebut. Melalui praktikum ini siswa dapat belajar suatu konsep dan menemukan konsep sendiri. Konsep yang ditemukan oleh siswa tersebut ditnayakan kepada guru apakah konsep yang mereka dapatkan melalui praktikum tersebut benar atau salah.

B. Tinjauan Tentang IPA 1. Pengertian IPA

Ilmu pengetahuan (IPA) sering disebut dengan singkat sebagai ilmu sains. Sains (Inggris: science) berasal dari kata latin “scientia” yang berarti pengetahuan tentang atau tahu tentang, pengetahuan, pengertian, paham yang benar dan mendalam. Sains atau ilmu mempunyai makna yang merujuk ke pengetahuan yang berada dalam sistem berpikir dan konsep teoritis dalam sistem tersebut, yang mencakup segala macam pengetahuan, mengenai apa saja. Menurut Wonorahardjo, (2010: 11) makna sains mengalami perluasan sehingga sains digunakan merujuk kepengetahuan mengenai alam. IPA adalah suatu pengetahuan yang berada dalam sistem berpikir dan konsep teoritis yang merujuk pada pengetahuan alam.

Samatowa (2011: 3) mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam

(42)

25

science itu dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang

memperlajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam yang berada dalam sistem berpikir dan konsep teoritis. Konsep tentang gejala-gejala alam yang tersusun secara sistematis tersebut didapatkan dan didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.

a. Fungsi IPA

(43)

26

b. Perlunya IPA Diajarkan di Sekolah

IPA perlu diajarkan di sekolah. Banyak alasan yang menyebabkan IPA perlu diajarkan di sekolah dan dimasukan kedalam kurikulum suatu sekolah. Samatowa (2011: 4) menyampaikan empat alasan perlunya IPA diajarkan disekolah yakni: a) IPA berfaedah bagi suatu bangsa, karena IPA merupakan dasar teknologi bahkan IPA sebagai tulang punggung suatu bangsa sehingga IPA dijadikan tolak ukur untuk kemajuan sutau bangsa didunia ini. Tidak adanya ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam secara luas mungkin di dunia ini tidak ada orang yang menjadi insiyur yang baik ataupun dokter yang baik. b) IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, misalkan siswa diberikan suatu masalah, siswa akan memecahkan masalahnya itu sendiri sehingga siswa dapat mengetahui suatu pengetahuan yang didapatkannya sendiri, namun perlu diberi arahan dan peneguhan serta penguatan dari seorang guru. c) IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri, maka IPA tidalak merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan. d) Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

(44)

27

meningkatkan kemajuan suatu bangsa. IPA juga mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian sehingga anak akan mempunyai kepedulian akan alam semesta agar tetap lestari.

C. Tinjauan tentang Pelajaran IPA Kelas V Semester 1

Materi pembelajaran IPA di kelas V semseter 1 merupakan materi yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti akan menguraikan materi yang digunakan yakni sebagai berikut:

1. Alat Pernapasan pada Manusia

Alat khusus untuk pernapasaan pada tubuh manusia adalah paru-paru. Paru-paru terletak dalam rongga dada di atas diafragma. Diafragma adalah sekat antara rongga dada dan rongga perut. Paru-paru dilindungi oleh tulang dada dan tulang rusuk. Di dalam paru-paru terjadi penyerapan gas oksigen dan pengeluaran gas karbondioksida.

Peru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru-paru kanan terdiri dari 3 gelambir, yaitu gelambir atas, gelambir tengah, dan gelambir bawah. Paru-paru kiri terdiri dari dua gelambir, yaitu gelambir atas dan gelambir bawah. Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yang disebut pleura.

(45)

28

halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara agar bebas dari kotoran. Di dalam hidung, udara juga mengalami penyesuaian suhu dan kelembapan.

Tenggorokan bercabang menjadi dua, satu menuju paru-paru kanan dan yang lain menuju paru-paru kiri. Cabang tenggorokan tersebut disebut bronkus. Di dalam paru-paru, bronkus bercabang-cabang lagi atau disebut dengan bronkiolus. Pada ujung bronkiolus terdapat gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Gelembung-gelembung tersebut berisi udara. Di dalam alveolus terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbondioksia

Berbagai gangguan dapat terjadi pada alat pernapasaan manusia. Di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Influenza atau yang disebut dengan flu merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus

b. Flu burung burung, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang hidup disaluran pencernaan unggas. Flu burung menular melalui kontak langsung dengan unggas yang terinfeksi virus ini. c. Pneumonia, adalah penyakit radang paru-paru yang disebabkan

oleh virus dan bakteri sehingga bronkus dan alveolus berisi banyak cairan.

d. Bronkhitis, merupakan peradangan pada selaput lendir pada trakea, bronkus, dan bronkiolus

(46)

29

2. Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia

Pencernaan adalah proses melumatkan makanan yang semula kasar menjadi halus. Proses pencernaan pada manusia terjadi secara mekanik dan secara kimiawi. Pencernaan secara mekanik merupakan proses penghancuran makanan dengan gerakan alat pencernaan terjadi di dalam mulut, makanan dilumatkan oleh gigi. Sedangkan pencernaan secara kimiawi merupakan proses penghancuran makanan dengan bantuan enzim, terjadi di dalam mulut, lambung, dan usus.

Makanan pertama kali masuk ke rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan yang terakhir kotoran dikeluarkan melalui anus. Di dalam rongga mulut terdapat gigi, lidah, dan air ludah atau air liur. Makanan yang udah dikunyah di dalam rongga mulut akan ditelan dengan bantuan lidah menuju kerongkongan. Kerongkongan merupakan saluran yang menghubungkan mulut dengan lambung. Makanan tidak dapat meluncur dengan sendirinya ke lambung, tetapi didorong ole gerakan peristaltik. Gerakan peristaltik adalah gerakan meremas dan mendorong makanan pada dinding kerongkongan. Setelah sampai ke lambung, makanan dicerna secara kimiawi dengan bantuan getah lambung. Getah lambung mengandung asam dan enzim sebagai berikut.

a. Enzim pepsin, berfungsi mengubah protein menjadi pepton

(47)

30

c. Asam klorida, berfungsi membunuh kuman dan mengasamkan makanan

Setelah dicerna oleh lambung, makanan dicerna oleh usus halus kemudian sari-sari makanan diserap agar dapat dialirkan keseluruh tubuh. Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu usus 12 jari, usus kosong, dan usus penyerapan. Makanan yang tidak dapat dicerna oleh usus halus akan menjudu usus besar dan disebut sebagai sisa makanan. Di dalam usus besar hanya terjadi penyerapan air dan pembusukan makanan agar mudah dikeuarkan melalui anus.

Gangguan yang dapat terjadi pada alat pencernaan adalah diare, mag, padang usus buntu, tifus.

3. Sumber Makanan Bergizi

(48)

31

vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K. Air sangat penting bagi tubuh. Air berperan dalam proses pencernaan, peredaran darah, dan pengendalian suhu tubuh.

4. Sistem Peredaran darah Manusia

Peredaran darah atau aliran darah didalam tubuh manusia terjadi melalui alat peredaran, yaitu jantung dan pembuluh darah. Jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung terdiri dari empat ruang, yaitu serambi kiri, bilik kanan, bilik kiri serambi kanan. Pembuluh darah merupakan saluran yang berfungsi sebagai tempat mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke jantung atau sebaliknya. Berdasarkana aliran darah, pembuluh darah dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena). Pembuluh nadi mengalirkan darah keluar dari jantung. Pembuluh balik mengedarkan darah masuk ke dalam jantung.

Peredaran darah manusia disebut peredaran darah tertutup karena terjadi di dalam pembuluh darah. Peredaran darah manusia dibedakan menjadi dua yaitu peredaran darah kecil dan peredaran darah besar. Peredaran darah kecil adalah peredaran darah dari jantung ke paru-paru kembali ke jantung. Peredaran darah besar adalah peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru) dan kembali ke jantung.

(49)

32

a. Anemia, adalah penyakit kekurangan darah dapat disebabkan karena pendarahan akibat kecelakaan, kekurangan produski sel darah merah akibat tubuh kekurangan zat besi dan berbagai infeksi dari penyakit lain.

b. Leukemia, adalah penyakit yang terjadi karena produksi sel darah putih yang terlalu banyak.

c. Hipertensi, penyakit ini ditunjukkan dengan tingginya tekanan darah.

d. Hemofiia, adalah penyakit darah sukar membeku. Jika penderita ini mengalami luka hingga mengeluarkan darah, maka aliran darah akan sulit dihentikan

e. Jantung koroner dan stroke, penyakit ini disebabkan terjadinya penyempitan pada pembuluh nadi karena adanya penimbunan kolestrol di dalam pembuluh nadi

5. Adaptasi Hewan

Hewan melakukan adaptasi agar dapat bertahan hidup. Adaptasi yang dilakukan oleh hewan meliputi adaptasi untuk memperoleh makanan, menyesuaikan diri terhadap keadaan tempat tinggalnya, dan melindungi diri masuh.

a. Adaptasai hewan dalam memperoleh makanan

(50)

33

memiliki paruh yang runcing, tajam dan melengkung. Burung pemakan biji-bijian memiliki paruh yang penduk dan kokoh untuk memecah biji. Itik dan angsa mencari makan di air sehingga memerlukan kaki yang berselaput untuk berenang. Kupu-kupu memiliki mulut penghisap untuk menghisap sari bunga.

b. Adaptasi Hewan terhadap Timpat Tinggal

Hewan memiliki keadaan lingkungan yang berbeda-beda. Setiap keadaan lingkungan menuntut hewan untuk beradaptasi agar dapat bertahan hidup. Misalnya unta, unta tinggal di padang pasir yang jumlah airnya terbatas. Unta memiliki punuk di punggungnya untuk menyimpan air, sehingga unta tidak akan kehausan meskipun tidak minum berhari-hari. Berbeda lagi dengan hewan yang tinggal di daerah bersalju, yaitu pinguin dan berudang kutub. Mereka memiliki lapisan lemak di bawah kulit yang tebal, sehingga tidak merasa kedinginan. c. Adaptasi Hewan dalam Melindungi Diri dari Musuh

(51)

34

kabur dari musuh, sedangkan walang sangit akan mengeluarkan bau busuk.

6. Benda dan sifatnya

Ada berbagai benda yang terbuat dari bahan berbeda-beda. Ada yang berasal dari serat hewan, serat tumbuhan, plastik, dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut memiliki fungsi yang berbeda pula. Misalnya ember terbuat dari plastik, meja terbuat dari kayu, baju dibuat dengan menggunakan benang dan masih banyak lagi.

Menurut Winarti, Winarto dan Sunarno (2009: 54) sebuah benda dapat mengalami perubahan sifat. Perubahan sifat benda meliputi warna, kelenturan, dan bau. Faktor apakah yang mempengaruhi perubahan sifat benda. Faktor tersebut di antaranya adalah pemanasan, pembakaran, perubahan suhu, pengaratan, dan pembusukan. Perubahan sifat tersebut dibedakan menjadi dua yaitu perubahan sifat sementara dan perubahan sifat tetap.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai penunjang penelitian, peneliti menuliskan tiga hasil penelitian yang relevan yaitu Febriyani, Ramadhani, dan Raharjo. Ketiga penelitian tersebut akan diuraikan peneliti sebagai berikut.

Febriyani (2015) melakukan penelitian tentang “Miskonsepsi Yang

(52)

35

deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 6 subjek terpilih mengalami miskonsepsi dalam menyelesaikan soal materi bangun datar segi empat. Miskonsepsi yang terjadi pada 6 subjek tersebut yaitu miskonsepsi teoritik. Miskonsepsi teoritik yaitu kesalahan dalam memahami konsep dan menjelaskan ciri-ciri segi emapat. Adapun faktor penyebab miskonsepsi adalah minat siswa dalam mempelajari konsep rendah, kurangnya pemanfaatan media yang digunakan untuk memberikan contoh dan mendalami konsep, kurangnya minat siswa mencari tahu bagaimana konsep-konsep dasar bangun datar segi empat, siswa terbiasa memahami gambar berdasarkan apa yang ada dalam buku pada umumnya, dan siswa cenderung lupa pada materi yang baru dibahas. Penelitian tersebut memilki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena penelitian yang dilakukan Febriyani tersebut meneliti tentang terjadinya miskonsepsi di sekolah dasar.

Ramadhani (2015) melakukan penelitian tentang “Miskonsepsi yang

(53)

36

limas. Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi yaitu rendahnya minat terhadap mata pelajaran matematika, siswa lebih suka bertanya dengan teman dari pada dengan guru dan sumber belajar yang lebih menekankan pada penggunaan buku dan papan tulis saja terkadang membuat siswa menjadi sulit untuk memahami konsep pembelajaran. Penelitian tersebut memilki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena penelitian yang dilakukan Ramadhani tersebut meneliti tentang terjadinya miskonsepsi di sekolah dasar.

Raharjo, dkk (2009) melakukan penelitian tentang “Profil Miskonsepsi

(54)

37

8) cahaya tidak dapat dipantulkan oleh setiap permukaan, 9) di dalam sebuah medium cahaya dapat dibiaskan, 10) benda dapat dilihat jika ada cahaya dari mata sampai ke benda, 11) benda dapat dilihat apabila benda tersebut sumber cahaya, dan l2) cahaya lampu neon dapat diurai menjadi cahaya warna pelangi, karena cahaya lanpu neon adalah cahaya putih seperti cahaya putih matahari. Penelitian tersebut memilki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena penelitian yang dilakukan Raharjo tersebut meneliti tentang terjadinya miskonsepsi di sekolah dasar tentang konsep IPA.

Peneliti membuat sebuah bagan tentang literature map penelitian terdahulu sampai dengan penelitian yang dilakukan. Dalam literature map ditunjukkan penelitian yang relevan mendasari penelitian yang dilakukan. Literature map penelitian yang relevan dapat dilihat dibawah ini.

Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri Semester 2 Se-Kecamatan Pakem Sleman

Tahun 2015 Ramadhani (2015)

Miskonsepsi yang Terjadi Pada Pembelajaran Matematika Materi

Bagun Ruang Limas Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Yogyakarta

Febriyana (2015)

Miskonsepsi Yang Terjadi Pada Pembelajaran Matematika Materi

Bagun Datar Segi Empat Pada Kelas IV Sekolah Dasar

Raharjo (2009)

Profil Miskonsepsi Siswa SD

(55)

38 E. Pertanyaan Penelitian

Sebagai acuan dalam melakukan penelitian, maka penulis membuat rumusan pertanyaan umum penelitian sebagai berikut:

1. Pada materi IPA semester 1 apa saja siswa kelas V SD Kanisius Beji mengalami miskonsepsi?

2. Apa faktor penyebab miskonsepsi pada materi IPA semester 1 yang dialami oleh siswa kelas V SD Kanisius Beji?

F. Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam yang dialam semesta ini. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) tidak jauh dari kehidupan sehari-hari siswa. Siswa sebelum memasuki dunia sekolah, siswa sudah mempunyai konsep-konsep suatu pembelajaran. Konsep-konsep tersebut didapatkan dari pengalaman-pengalaman yang mereka peroleh dikehidupan sehari-hari. Konsep-konsep yang dimiliki siswa sebelum memasuki dunia sekolah belum tentu benar dan masih salah.

Konsep yang salah dapat disebut miskonsepsi. Miskonsepsi merupakan suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu. Penyebab terjadinya miskonsepsi yaitu karena siswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.

(56)

39

(57)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui letak miskonsepsi serta penyebabnya pada siswa kelas V SD Kanisius Beji dalam mata pelajaran IPA semester 1. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 1-2), penelitian kualitatif adalah salah satu metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatka pemahaman tentang kenyatan melalui proses berfikir induktif. Menurut Moleong (2006: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, presepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada satu konteks khusus yang alamiah daengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

(58)

41 B. Tempat dan Waktu Peneletian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas V SD Kanisius Beji. Pemilihan tempat di SD Kanisius Beji karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan observasi nilai ulangan umum semester 1 tahun pelajaran 2015/2016 yang dilakukan oleh peneliti di SD Kanisius Beji. Hasil wawancara peneliti dengan guru yaitu bahwa prestasi siswa kelas V di SD Kanisius Beji saat ini relatif rendah. Hal tersebut dikuatkan dengan analisis hasil ulangan umum semester 1 pada mate pelajaran IPA yang menunjukan bahwa banyak siswa yang menjawab soal dengan salah. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan April 2016. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan observasi SD Kanisius Beji pada bulan November 2015.

C. Subjek Penelitian

(59)

42 D. Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian sebagian besar adalah data kualitatif, yaitu data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar. Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang merupakan hasil dari kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti.

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data mengenai miskonsepsi yang dialami oleh siswa kelas V SD Kanisius Beji pada mata pelajaran IPA semester 1.

E. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2015: 148) menjelaskan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa instrumen tes dan non tes

1. Instrumen Tes

(60)

43 2. Instrumen Non Tes

Peneliti selain menggunakan bentuk instrumen tes yang berupa soal pilihan ganda peneliti juga menggunakan instrumen non tes. Instrumen non tes dalam penelitian ini yaitu berupa pedoman wawancara.

Herdiansyah (2013: 80) mengungkapkan bahwa pedoman wawancara disusun oleh peneliti supaya pertanyaan yang akan dibuat peneliti dapat lebih operasional atau spesifik untuk dapat mencapai tujuan penelitian tersebut. Pedoman wawancara digunakan peneliti untuk wawancara dengan siswa kelas V SD Kanisius Beji untuk mengetahui apa faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

(61)

44 G. Teknik Analisis Data

Setelah penelitian selesai, maka peneliti melakukan analisis terhadap data hasil penelitian. Peneliti untuk mengetahui adanya miskonsepsi yang terjadi di SD Kanisius Beji yaitu dengan analisis kualitatif deskripsi.

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (dalam Basrowi, 2008: 207) mencakup tiga kegiatan yang bersamaan: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan (veritifikasi).

1. Reduksi Data

Reduksi data bertujaun untuk pemilihan pemusatan data kasar dari lapangan dan menyederhanakan data agar tidak terjadi penumpukan data atau informasi yang sama. Dalam reduksi data ini peneliti melakukan pemilihan jawaban diperoleh dari hasil pekerjaan siswa untuk menemukan siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak mengalami miskonsepsi.

Peneliti memusatkan pada siswa yang mengalami miskonsepsi kemudian menganalisis untuk menemuka miskonsepsi dan penyebabnya. Hasil reduksi ini akan memberikan gambaran lebih jelas terkait siswa mana yang mengalami miskonsepsi

2. Penyajian Data

(62)

45

Data yang disajikan ini berasal dari hasil tes tertulis dan wawancara dengan siswa kelas V pada materi IPA semester 1. Penyajian data ini bertujuan untuk menyusun data yang telah diperoleh supaya lebih jelas untuk dipahami. Sajian data disusun secara sistematis dan terorganisasi selanjutnya dengan sajian data ini memudahkan menarik kesimpulan. 3. Penarikan kesimpulan

Berdasarkan data yang disajikan, langkah selanjutnya adalah menyimpulkan untuk menemukan kesimpulan akhir. Kesimpulan diharapkan dapat mejawab pertanyaan yang sudah dirumuskan sejak awal.

H. Pengujian Keabsahan Data

Keabsahan data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji menggunakan uji kredibilitas dengan cara triangulasi data. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 2001: 178).

(63)

46

(64)

47 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Kanisius Beji. SD Kanisius Beji merupakan salah satu sekolah dasar swasta yang terletak di Dusun Gading VII, Desa Gading, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Pada tahun pelajaran 2015/2016 SD Kanisius Beji memiliki 101 siswa yang terdiri dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan10 tenaga pendidik dan 2 orang yang bertugas sebagai petugas tata usaha dan petugas perpustakaan. Seperti sekolah dasar pada umumnya SD Kanisius Beji juga memiliki visi dan misi, yaitu visi menjadi pendidik anak Indonesia agar cerdas, berkarakter, berbudaya, peduli terhadap sesama dan lingkungan dan misis yaitu menyelenggarakan pendidikan sekolah dasar yang berkualitas berlandasakan Paradigma Pedagogi Refleksi (PPR) dan mengoptimalkan sumber daya bersama mitra strategis.

B. Deskripsi Sumber Data Penelitian

(65)

48 C. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian diperoleh melalui tes yaitu dengan menggerjakan soal pilihan ganda dan dengan wawancara. Penelitian dilakukan pada 29 Februari hingga 3 Mei 2016. Data hasil penelitian disajikan sebagai berikut. 1. Subjek ASR

a. Indikator 1.1.1 (menyebutkan organ pernapasan dan fungsinya)

Indikator 1.1.1 pada soal yang diberikan terdapat pada nomor 1, 2, 3, dan 4. Hasilnya siswa dapat mengerjakan dengan benar. Hasil wawancara kepada siswa ASR, siswa dapat menyebutkan organ-organ pernapasan dengan benar dan dapat menjelaskan fungsinya dengan benar pula.

b. Indikator 1.1.2 (menyebutkan gangguan pada organ pernapaan manusia dan penyebabnya)

Indikator 1.1.2 pada soal yang diberikan terdapat pada nomor 5, 6, dan 7. Hasilnya siswa dapat menjawab semua soal dengan benar. Hasil wawancara kepada siswa, siswa dapat menjelaskan gangguan-gangguan yang terjadi pada organ pernapasan. Siswa dapat menjelaskan tentang penyakit bronkhitis, TBC, flu dan batuk.

c. Indikator 1.3.1 (menjelaskan organ pencernaan manusia dan fungsinya)

(66)

49

kepada siswa, siswa dapat menjelaskan organ pencernaan mulai dari mulut hingga anus, dan dapat menjelaskan fungsinya dengan benar. d. Indikator 1.3.2 (menyebutkan sumber makanan yang mengandung

karbohidrat, vitamin, protein, lemak, mineral, dan air, serta menggolongkan berdasarkan fungsinya)

Indikator 1.3.2 terdapat pada soal 11, 12, 13, 14, dan 15. Hasilnya siswa dapat menjawab dengan benar soal nomor 13, 14, dan 15. Sedangkan untuk soal nomor 11 dan 12 siswa menjawab dengan salah. Hasil wawancara kepada siswa, siswa dapat menyebutkan sumber makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin, protein, lemak, mineral, dan air dengan benar. Akan tetepi tidak dapat menggolongkan sumber makanan tersebut berdasarkan fungsinya. Menurut siswa, fungsi dari berbagai makanan adalah sebagai sumber gizi.

e. Indikator 1.4.1 (menyebutkan organ peredaran darah manusia dan fungsinya).

(67)

50

f. Indikator 1.4.2 (menjelaskan sistem peredaran darah)

Indikator 1.4.2 pada soal yang diberikan terdapat pada nomor 20, 21, dan 22. Hasilnya siswa dapat mengerjakan soal tersebut dengan benar dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara kepada siswa, siswa memahami dan dapat menjelaskan sistem peredaran darah pada manusia. Siswa dapat menjelaskan sistem peredaran besar dan sistem peredaran besar.

g. Indikator 1.5.1 (menyebutkan gangguan yang terjadi pada organ peredaran darah manusia dan penyebabnya)

Indikator 1.5.1 pada soal yang diberikan terdapat pada nomor 23 dan 24. Hasilnya siswa dapat menjawab dengan benar soal tersebut dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara kepada siswa, siswa memahami gangguan-gangguan yang terjadi pada organ peredaran pada manusia dan dapat menjelaskan penyebabnya dengan benar. h. Indikator 3.1.1 (mendiskripsikan ciri khusus cara hewan menyesuaikan

diri dengan lingkungannya untuk memperoleh makanan dan melindungi diri dari musuhnya)

(68)

51

i. Indikator 4.1.1 (mengidentifikasi beberapa jenis sifat bahan berdasarkan struktur penyusunnya, misalnya: bahan tali-temali)

Indikator 4.1.1 pada soal yang diberikan, terdapat pada nomor 30, 31, dan 32. Hasilnya siswa dapat menjawab soal dengan benar dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara siswa, siswa dapat mengidentifikasi dengan benar berbagai sifat bahan berdasarkan struktur penyususnnya. Siswa dapat mengidentifikasi sifat kertas, kayu, plastik, dan karet.

j. Indikator 4.1.2 (memberi contoh penggunaan berbagai jenis bahan berdasarkan strukturnya)

Indikator 4.1.2 pada soal terdapat pada nomor 33, 34, dan 35. Hasilnya siswa dapat menjawab dengan benar pertanyaaan yang diberikan dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara siswa dapat memberikan contoh penggunaan bahan berdasarkan strukturnya. k. Indikator 4.2.1 (mengumpulkan data tentang sifat benda, seperti

bentuk, warna, kelenturan, kekerasan, dan bau sebelum dan sesudah mengalami perubahan

(69)

52

l. Indikator 4.2.3 (mengidentifikasi benda yang dapat dan yang tidak dapat kembali ke wujud semula setelah mengalami suatu proses)

Indikator 4.2.3 pada soal yang diberikan terdapat pada nomor 38, 39, dan 40. Hasilnya siswa dapat menjawab soal tersebut dengan benar dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara kepada siswa, siswa memahami perubahan wujud yang terjadi, baik perubahan wujud benda yang bersifat tetap dan perubahan wujud benda yang bersifat sementara.

2. Subjek AFA

a. Indikator 1.1.1 (menyebutkan organ pernapasan dan fungsinya)

Indikator 1.1.1 pada soal yang diberikan terdapat pada nomor 1, 2, 3, dan 4. Hasilnya siswa dapat mengerjakan dengan benar dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara kepada siswa AFA, siswa dapat menyebutkan organ-organ pernapasan dengan benar dan dapat menjelaskan fungsinya dengan benar pula.

b. Indikator 1.1.2 (menyebutkan gangguan pada organ pernapaan manusia dan penyebabnya)

(70)

53

menjwab soal nomor 6 dengan salah karena siswa tidak teliti dalam menggerjakan.

c. Indikator 1.3.1 (menjelaskan organ pencernaan manusia dan fungsinya)

Indikator 1.3.1 terdapat pada soal nomor 8, 9, dan 10. Hasilnya siswa dapat menjawab dengan benar soal tersebut dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara kepada siswa, siswa dapat menjelaskan organ pencernaan mulai dari mulut hingga anus, dan dapat menjelaskan fungsinya dengan benar.

d. Indikator 1.3.2 (menyebutkan sumber makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin, protein, lemak, mineral, dan air, serta menggolongkan berdasarkan fungsinya)

Indikator 1.3.2 terdapat pada soal 11, 12, 13, 14, dan 15. Hasilnya siswa dapat menjawab dengan benar soal nomor 13, 14, dan 15 dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara kepada siswa, siswa dapat menyebutkan sumber makanan yang mengandung karbohidrat, vitamin, protein, lemak, mineral, dan air dengan benar akan tetapi siswa tidak dapat menggolongkan sumber makanan berdasarkan fungsinya. Sehingga jawaban nomor 11 dan 12 tidak benar.

(71)

54

Indikator 1.4.1 pada soal yang diberikan terdapat pada nomor 16, 17, 18, dan 19. Hasilnya siswa dapat soal tersebut dengan benar dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara kepada siswa, siswa dapat menyebutkan organ peredaran darah manusia dan dapat mengetahui fungsinya dengan benar.

f. Indikator 1.4.2 (menjelaskan sistem peredaran darah)

Indikator 1.4.2 pada soal yang diberikan terdapat pada nomor 20, 21, dan 22. Hasilnya siswa dapat mengerjakan soal tersebut dengan benar dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara kepada siswa, siswa memahami dan dapat menjelaskan sistem peredaran darah pada manusia. Siswa dapat menjelaskan sistem peredaran besar dan sistem peredaran besar.

g. Indikator 1.5.1 (menyebutkan gangguan yang terjadi pada organ peredaran darah manusia dan penyebabnya)

Indikator 1.5.1 pada soal yang diberikan terdapat pada nomor 23 dan 24. Hasilnya siswa dapat menjawab dengan benar soal tersebut dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara kepada siswa, siswa memahami gangguan-gangguan yang terjadi pada organ peredaran pada manusia dan dapat menjelaskan penyebabnya dengan benar. h. Indikator 3.1.1 (mendiskripsikan ciri khusus cara hewan menyesuaikan

(72)

55

Indikator 3.1.1 pada soal yang diberikan terdapat pada nomor 25, 26, 27, 28, dan 29. Hasilnya siswa dapat mengerjakan dengan benar semua soal untuk indikator 3.1.1 dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara kepada siswa, siswa tersebut memahami bahwa hewan memiliki ciri dan cara khusus untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

i. Indikator 4.1.1 (mengidentifikasi beberapa jenis sifat bahan berdasarkan struktur penyusunnya, misalnya: bahan tali-temali)

Indikator 4.1.1 pada soal yang diberikan, terdapat pada nomor 30, 31, dan 32. Hasilnya siswa dapat menjawab soal dengan benar dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara siswa, siswa dapat mengidentifikasi dengan benar berbagai sifat bahan berdasarkan struktur penyususnnya. Siswa dapat mengidentifikasi sifat kertas, kayu, plastik, dan karet.

j. Indikator 4.1.2 (memberi contoh penggunaan berbagai jenis bahan berdasarkan strukturnya)

Indikator 4.1.2 pada soal terdapat pada nomor 33, 34, dan 35. Hasilnya siswa dapat menjawab dengan benar pertanyaaan yang diberikan dan menuliskan alasan yang sesuai. Hasil wawancara siswa dapat memberikan contoh penggunaan bahan berdasarkan strukturnya. k. Indikator 4.2.1 (mengumpulkan data

Gambar

Gambar 1. Hasil Pekerjaan Siswa ASR Nomor 11 dan 12
Gambar 3. Hasil pekerjaan siswa AFA nomor 6
Gambar 12. Hasil Pekerjaan Siswa BDY Nomor 37
Gambar 14. Hasil Pekerjaan siswa EEY Nomor 11 dan 12
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan harga kelapa desa teluk Jira adalah permintaan produk, target pangsa pasar, reaksi pesaing, penggunaan strategi penetapan harga

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Area Malang sudah sangat baik yang berdampak pada motivasi kerja,

Mortar pasir sungai dan pasir apung memiliki kuat tekan yang semakin meningkat seiring lamanya waktu perawatan, dan untuk mortar dengan penambahan 20%-50% fly ash

Berbagai aspek yang berperan dalam operasi PLTN, antara lain adalah sumber daya manusia yang mengoperasikan, jenis teknologi yang digunakan, ergonomika ruang kendali,

Peningkatan pertumbuhan tanaman cabai dalam hal ini luas daun, bobot segar, dan bo- bot kering tanaman akibat penggunaan tanaman penutup tanah kacang jogo dan kacang

Pelanggaran Kode Etik adalah setiap sikap, perkataan, perbuatan, penampilan dan busana yang bertentangan dengan kode etik mahasiswa yang diketahui pada saat atau,

IDR 1.Harga yang ditunjukan adalah Harga Eceran Tertinggi (HET) dan sewaktu waktu dapat berubah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.. Dan

Za potrebe izrade ovoga rada izvršeno je umjeravanje pretvornika tlaka s tlačnom vagom kao etalonom, te je kasnije, taj pretvornik tlaka, korišten kao etalon za umjeravanje