No.Daftar/FPEB/619/UN40.7.DI/LT/2014
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA
(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas X SMA NEGERI 7 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi.
oleh
Rani Putri Perdani 1005971
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas X
SMA NEGERI 7 Bandung)
Oleh
Rani Putri Perdani
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Rani Putri Perdani 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
RANI PUTRI PERDANI
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas X
SMA NEGERI 7 Bandung)
Bandung, Februari 2015
Skripsi ini telah disetujui oleh:
Pembimbing
Prof.Dr.H.Disman, M.S. NIP. 195902091984121 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
UPI Bandung
ABSTRAK
“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA
(Studi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi pada Peserta Didik Kelas X SMA NEGERI 7 Bandung).”
di bawah bimbingan Prof.Dr.H.Disman, MS
Oleh
Rani Putri Perdani 1005971
Penelitian ini membahas tentang permasalahan kemampuan analisis siswa kelas X IIS di SMA Negeri 7 Bandung. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh penulis, tidak ada siswa yang mencapai nilai kriteria kelulusan minimal (KKM). Kriteria kelulusan minimal mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 7 Bandung adalah sebesar 75. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan analisis siswa kelas eksperimen pada saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan, kemampuan analisis siswa kelas kontrol pada saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan, dan mengetahui kemampuan analisis antara kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation (GI) dan kelas yang diberi perlakuan metode ceramah.
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan menggunakan non equivalence control group design. Pengumpulan data dilakukan dengan cara tes tertulis. Tes tersebut dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat sebelum pembelajaran dimulai dan setelah pembelajaran dilakukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara uji t independen (t-test independent) dan paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan analisis di kelas eksperimen yang menggunakan metode group investigation (GI) pada saat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan, terdapat perbedaan kemampuan analisis di kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah pada saat sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dan terdapat perbedaan kemampuan analisis antara kelas yang diberi metode group investigation (GI) lebih tinggi dibandingkan kelas metode ceramah sesudah diberi perlakuan.
ABSTRAC
EFFECT OF COOPERATIVE LEARNING TYPE GROUP INVESTIGATION
TO STUDENT ANALYZE ABILITY (STUDY CASE FOR ECONOMY
STUDIES AT SMAN 7 BANDUNG GRADE X)
BY
RANI PUTRI PERDANI 1005971
This reseacrh talk about student analyze ability’s problem at SMAN 7
BANDUNG grade X IIS. Based on pra-research result that no student who is
reach to graduate criteria minimum value. Minimum graduated criteria for
economy studies at SMAN 7 BANDUNG is 75. The purpose this research is for
knowing about diverification of student analyze ability at experiment grade when
student put on before and after treatment, student analyze ability at control grade
when student put on before and after treatment, and for knowing analyze ability
between student at class that put on treatment of cooperative learning model type
group investigation and student at class that put on treatment of speech method.
The method that used by researcher in this reseacrh is experiment quasi with non
equivalence control group desain. The data accumulation by the written test way.
That test do to twice, are when before learning started and after learning done.
The data processing by t-test independent way and paired t-test. The research
result refer that there is diverification of analyze ability at experiment class that
use group investigation method when before student put on treatment and after
treatment, there are any diverification of analyze ability at control class that use
speech method when before treatment and after treatment, and any diverification
analyze ability between class that put on group investigation method higher than
class that speech method after put on treatment.
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Melihat perkembangan dunia dalam berbagai hal yang begitu pesat,
Indonesia sebagai negara berkembang wajib mengikuti hal tersebut.
Perkembangan yang terjadi tidak terlepas dari ilmu dan pengetahuan yang
dikembangkan oleh manusia. Untuk mengembangkan hal tersebut, tentu perlu
adanya pendidikan yang dapat menjadi modal besar dalam mengembangkan
kualitas manusia.
Terdapat beberapa hal yang sangat penting untuk kita kritisi dari konsep
pendidikan menurut undang-undang tersebut. Pertama, pendidikan adalah usaha
sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan di sekolah bukanlah proses
yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses
yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan
pada pencapaian tujuan.
Kedua, proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh
mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk
mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses
belajar yang terjadi pada diri anak. Dengan demikian, dalam pendidikan antara
proses dan hasil belajar harus berjalan secara seimbang. Pendidikan yang hanya
mementingkan salah satu diantaranya tidak akan dapat membentuk manusia secara
utuh.
Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik
dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus
berorientasi kepada siswa (student active learning). Pendidikan adalah proses
pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak dipandang sebagai
2
adalah mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik, bukan menjejalkan
materi pelajaran atau memaksa anak untuk menghafal data dan fakta.
Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara
(Sanjaya, 2006: 2).1
Hal ini berarti proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap,
pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan
anak sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan tiga aspek inilah, (sikap, kecerdasan,
dan keterampilan) arah dan tujuan pendidikan harus diupayakan. Dalam hal
tersebut proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, proses pembelajaran harus
dibuat sedemikian rupa agar siswa dapat mengikutinya dan pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran yang sekaligus dapat menjadi penentu
keberhasilan belajar siswa.
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dan
dirasakan oleh setiap warga negara, sebagaimana Undang-Undang yang telah
ditetapkan bahwa setiap warga negara Indonesia wajib mendapatkan hak untuk
mendapatkan pendidikan. Hal ini juga sesuai dengan Tujuan Pendidikan
Nasional Indonesia yang ingin mengembangkan potensi peserta didik menjadi
manusia yang beriman, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan kerjasama antar komponen
yang ada dalam dunia kependidikan. Salah satu komponen yang penting adalah
guru sebagai tenaga pendidik dari suatu proses belajar. Guru mempunyai
tanggung jawab yang cukup besar, maka dari itu sebaiknya guru memiliki
kompetensi yang memadai seperti kompetensi pedagogig, kepribadian,
profesional dan sosial serta memenuhi standar yang telah ditetapkan agar
1
3
mempunyai kualitas yang baik. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya
sebagai tenaga pendidik dan kependidikan sesuai dengan latar belakang
ilmunya, guru dituntut dapat memahami siswa dalam proses belajar mengajar
yang dilaksanakan, memiliki kelengkapan perangkat pembelajaran, dan
melakukan evaluasi terhadap pembelajaran.
Keberhasilan suatu pendidikan dapat diukur dengan hasil belajar siswa
seperti terlihat dari hasil Ujian Nasional (UN) yang diadakan setahun sekali
untuk mengukur kualitas pendidikan masing-masing daerah serta hasil Ujian
Akhir Semester (UAS) dari masing-masing sekolah ataupun dari hasil nilai
ulangan harian yang digunakan guru untuk mengukur hasil siswa terhadap
materi yang telah diberikan. Berbicara mengenai hasil belajar siswa, Bloom
dalam Suprijono (2012:6) menyatakan bahwa, hasil belajar terbagi kedalam
tiga ranah (domain), yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.
Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:120) dalam revisi taksonomi
ranah kognitifnya mengatakan bahwa, menganalisis melibatkan proses
memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan menentukan
bagaimana hubungan antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur
keseluruhannya. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis
merupakan tujuan dalam banyak bidang studi termasuk di Indonesia. Maka dari
itu, ada perubahan dari kurikulum tahun 2006 yang dikenal sebagai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berubah menjadi Kurikulum 2013. Dalam
kurikulum 2013 tidak hanya difokuskan tingkat pengetahuan, pemahaman, dan
penerapan saja yang berkembang, tetapi tingkat analisis, sintesis, dan evaluasi
juga diperhatikan untuk dikembangkan. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk
lebih berpikir kritis agar dapat memiliki kemampuan analisis yang baik.
Hal tersebut juga berlaku pada salah satu mata pelajaran yang dipelajari
yaitu mata pelajaran ekonomi. Dalam kurikulum terbaru memang mata
pelajaran ekonomi di tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah
4
dalam mata pelajaran IPS Terpadu. Sedangkan, pada tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) khususnya pada jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) mata
pelajaran ekonomi dipelajari tersendiri tidak terpadu dengan ilmu-ilmu sosial
lainnya.
Peneliti mengambil studi kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Kota
Bandung, peneliti hanya akan meneliti kelas X IIS di satu sekolah SMA
Negeri di kota Bandung. Peneliti menentukan SMA Negeri 7 Bandung
menjadi tempat untuk melakukan penelitian. Berikut daftar hasil post test bab
konsep ilmu ekonomi mata pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas
Negeri 7 Bandung :
Tabel 1.1
Daftar Nilai Hasil Post-Test Bab Konsep Ilmu Ekonomi Sekolah Menengah Atas Negeri 7 di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
Nilai Jumlah Siswa
Nilai 60 1 orang
Nilai 50 4 orang
Nilai 45 6 orang
Nilai 40 2 orang
Nilai 35 2 orang
Nilai 30 4 orang
Nilai 20 4 orang
Nilai 15 1 orang
5
Gambar 1.1
Daftar Nilai Hasil Post-Test Bab Konsep Ilmu Ekonomi Sekolah Menengah
Atas Negeri 7 di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014
Sumber : SMAN 7 BANDUNG, Data Diolah
Dari nilai post test yang telah dilaksanakan, 27 siswa yang menyelesaikan
soal post-test tidak ada yang mendapatkan nilai diatas KKM. Kriteria
Kelulusan Minimal mata pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas Negeri
7 Bandung sebesar 75. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar
tersebut, faktor dari gurunya itu sendiri. Model pembelajaran konvensional
dengan metode ceramah membuat siswa merasa bosan dalam belajar dan
membuat siswa menjadi pasif. Sehingga, pemahaman siswa akan materi yang
disampaikan tidak begitu baik hasilnya.
Pemahaman siswa dalam kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang
penting. Maka dari itu, seorang guru dituntut harus memiliki kompetensi yang
baik dan lebih kreatif dalam mengajar. Salah satu model yang dapat digunakan
adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, dengan metode
ini siswa diharapkan dapat lebih aktif, bertanggung jawab dan memahami
materi yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan fakta yang dipaparkan di atas maka penulis merasa penting
untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan hasil belajar siswa di SMA
6
Negeri 7 Bandung. Adapun judul penelitiannya ini adalah “PENGARUH
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI”
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1) Bagaimana kemampuan analisis siswa di kelas eksperimen pada
saat sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan?
2) Bagaimana kemampuan analisis siswa kelas kontrol pada saat
sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan?
3) Apakah kemampuan analisis siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol sesudah diberikan perlakuan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan beberapa permasalahan tadi, maka ada hal yang menjadi
tujuan dibuatnya penelitian ini yaitu untuk mengetahui :
1) Adanya perbedaan kemampuan analisis pada kelas eksperimen
pada saat sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.
2) Adanya perbedaan kemampuan analisis pada kelas kontrol pada
saat sebelum diberi perlakuan dan sesudah diberi perlakuan.
3) Adanya perbedaan kemampuan analisis antara kelas eksperimen
yang lebih tinggi dibanding kelas kontrol pada saat setelah diberi
perlakuan.
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang metode
7
b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan
ilmu pendidikan.
c. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian
sejenis.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui adakah
perbedaan antara model pembelajaran konvensional dan model
pembelajaran kooperatif group investigation terhadap hasil
belajar siswa.
b. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai
model pembelajaran kooperatif group investigation yang bisa
diterapkan pada kegiatan belajar mengajar.
c. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan
mengembangkan wawasan pembaca terkait masalah pendidikan
dan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
Selain itu sebagai referensi bagi yang ingin mengkaji lebih dalam
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas eksperimen dan kelas
kontrol di SMA Negeri 7 Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terdapat perbedaan kemampuan analisis di kelas eksperimen yang
menggunakan metode group investigation (GI) pada saat sebelum diberi
perlakuan dan setelah diberi perlakuan.
Artinya, model cooperative learning tipe group investigation (GI) dapat
meningkatkan kemampuan analisis siswa dan semakin efektif metode
tersebut digunakan maka semakin meningkat kemampuan analisis siswa.
2. Terdapat perbedaan kemampuan analisis di kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah pada saat sebelum diberi perlakuan dan
setelah diberi perlakuan.
Artinya, metode ceramah mempunyai pengaruh terhadap kemampuan
analisis siswa dan perbedaan yang didapat adalah penurunan hasil belajar.
3. Terdapat perbedaan kemampuan analisis antara kelas yang diberi metode
group investigation (GI) lebih tinggi dibandingkan kelas metode ceramah
sesudah diberi perlakuan.
Artinya, model cooperative learning tipe group investigation dapat
meningkatkan kemampuan analisis siswa terhadap kemampuan analisis
siswa dan lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang menggunakan
metode ceramah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian maka peneliti mengajukan
saran atau rekomendasi sebagai berikut:
80
Dapat menggunakan model cooperative learning tipe group
investigation (GI) dalam proses pembelajaran, sebagai salah satu
model pembelajaran alternatif di kelas untuk membuat siswa
menjadi lebih aktif dan komunikatif dalam proses pembelajaran.
Sehingga, siswa mempunyai motivasi tinggi untuk mengikuti
proses pembelajaran. Untuk pembagian kelompok, sebaiknya
dipilih oleh guru sehingga siswa terbagi secara heterogen dan bisa
bekerja sama dengan siapa saja teman kelompoknya.
Sebelum menggunakan metode sebaiknya guru mengingat langkah-langkah yang harus dilakukan agar dapat berjalan dengan lancar
tanpa ada hambatan.
2. Bagi pihak sekolah, disarankan selalu ikut berpartisipasi dalam mengikuti
berbagai acara yang berkenaan dengan kegiatan pengajaran dan
pembelajaran sehingga guru dapat berinovasi dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran untuk diterapkan di kelas yang nantinya dapat
dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa.
3. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan dapat melakukan penelitian
mengenai kemampuan analisis siswa dengan model pembelajaran
cooperative learning tipe group investigation (GI) lebih baik lagi dalam
hal pembuatan instrumen penelitian agar kemampuan analisis (C4)
maupun tingkatan kognitif diatas kemampuan analisis dapat terukur