PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA
(Studi Eksperimen Pada Materi Perdagangan Internasional Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Baleendah)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Disusun oleh:
Yati Suryati
1302470
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DILIHAT DARI
GAYA KOGNITIF SISWA
(Studi Eksperimen Pada Materi Perdagangan Internasional Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Baleendah)
Oleh: Yati Suryati
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi SPs UPI
Bandung
© Yati Suryati. 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DILIHAT DARI
GAYA KOGNITIF SISWA
(Studi Eksperimen Pada Materi Perdagangan Internasional Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Baleendah)
Bandung, Agustus 2015
Tesis ini disetujui oleh :
Pembimbing
Dr. H. Dadang Dahlan, M. Pd. NIP 19571205 198203 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Yati Suryati. 1302470. PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA ( Studi Eksperimen Pada Pelajaran Ekonomi Materi Perdagangan Internasional Kelas IIS SMAN 1 Baleendah tahun Ajaran 2014/2015). Pembimbing Dr. H. Dadang Dahlan, M. Pd. Tesis. Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2015.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Baleendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode Problem Solving dilihat dari gaya kognitif siswa.
Metode Penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2 dengan subyek penelitian yaitu kelas XI IIS 2 dan XI IIS 3. Pengumpulan data dilakukan dengan tes. Pengolahan data menggunakan
ANOVA.
Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa saat pembelajaran ekonomi pada kelas eksperimen yang menggunakan metode problem solving lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Begitu pula kemampuan berpikir kritis meningkat lebih baik bagi siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.
ABSTRACT
Yati Suryati. 1302470. EFFECT OF METHOD OF LEARNING PROBLEM SOLVING SKILLS OF CRITICAL THINKING STUDENT VIEWS OF COGNITIVE STYLE (Experimental Study On Economic Study Materials International Trade Class IIS Doctrine SMAN 1 Baleendah year 2014/2015). Supervisor Dr. H. Dada Dahlan, M. Pd. Thesis. Economics Education Studies Program, Graduate School of Education University of Indonesia. 2015.
This research is motivated by the lack of critical thinking skills class XI student of SMAN 1 Baleendah IIS. The purpose of this study was to determine students 'critical thinking skills by using Problem Solving seen from the students' cognitive styles.
The research method used is quasi-experimental. The study design used is a 2 x 2 factorial design with the research subject is class XI IIS 2 and XI IIS 3 . Data collected by the test. Processing data using ANOVA. From the data analysis we concluded that students' critical thinking skills while learning economy class experiments using problem solving method is better than the control class that uses lecture and question and answer method. Similarly, increased critical thinking skills is better for students who have the cognitive style field independent than students who have cognitive style field dependent.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR HAK CIPTA ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
UCAPAN TERIMA KASIH ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar yang melandasi Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 9
1. Teori Belajar Konstruktivisme ... 9
2. Teori Konstruktivisme Piaget ... 12
3. Teori Konstruktivisme Sosial Vygotsky ... 13
B. Konsep Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 16
1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 16
2. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 17
4. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 18
5. Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 19
C. Konsep Metode Pembelajaran Problem Solving ... 20
1. Pengertian Metode Pembelajaran Problem Solving ... 20
2. Konsep Dasar dan Karakteristik Metode Pembelajaran Problem Based Learning ... 21
3. Hakikat Masalah dalam Metode Pembelajaran Problem Solving .... 22
4. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Problem Solving ... 22
5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Problem Solving 24 D. Konsep Kemampuan Berpikir Kritis ... 25
1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis ... 25
2. Keuntungan Kemampuan Berpikir Kritis ... 28
3. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 29
E. Konsep Gaya Kognitif ... 33
1. Pengertian Gaya Kognitif ... 33
2. Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent ... 33
a. Gaya Kognitif Field Independent ... 34
b. Gaya Kognitif Field Dependent ... 34
F. Kerangka Pemikiran... 36
G. Penelitian Terdahulu ... 39
H. Posisi Penelitian ... 45
I. Hipotesis ... 46
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 47
B. Desain Penelitian ... 47
C. Tempat Penelitian dan Subjek Penelitian ... 48
E. Operasionalisasi Variabel ... 51
F. Instrumen Penelitian ... 55
1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 55
2. The Group Embedded Figure Test (GEFT) ... 55
G. Analisis Uji Alat Tes ... 56
1. Uji Validitas ... 56
2. Uji Reliabilitas ... 58
3. Taraf Kesukaran ... 59
4. Daya Pembeda ... 61
H. Teknik Analisis Data ... 63
a. Uji Normalitas ... 63
b. Uji Homogenitas ... 63
c. Pengujian Hipotesis Statistik ... 63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 67
B. Deskripsi Implementasi Penerapan Metode Problem Solving, Ceramah dan Tanya Jawab ... 69
C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 70
1. Gaya Kognitif Siswa ... 70
2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 71
C. Hasil Analisis Data ... 71
1. Uji Normalitas ... 71
2. Uji Homogenitas ... 72
3. Uji Hipotesis ... 72
a. Uji Hipotesis Pertama ... 72
c. Uji Hipotesis Ketiga ... 73
D. Pembahasan ... 81
1. Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Solving mempengaruhi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 81
2. Gaya Kognitif Mempengaruhi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 83
3. Pengaruh Interaksi antara Metode Pembelajaran Problem Solving dengan Gaya Kognitif terhadap Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencetak sumber daya
manusia yang berkualitas dan dapat berkompetisi di era teknologi seperti sekarang
ini. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan oleh siswa mengingat ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa
saja bisa memperoleh informasi secara cepat dan mudah. Oleh karena itu siswa
harus dibekali kemampuan berpikir, jika para siswa tidak dibekali dengan
kemampuan berpikir, termasuk kemampuan berpikir kritis maka mereka tidak
akan mampu mengolah, menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkan untuk
menghadapi tantangan tersebut.
Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan
pendidikan adalah mengenai berpikir kritis siswa. Dalam lingkungan sekolah,
Johson (dalam Yaumi dan Ibrahim, 2013, hlm. 66) mengatakan secara spesifik
bahwa berpikir kritis adalah suatu proses yang terorganisasi yang memungkinkan
peserta didik mengevaluasi fakta, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari
pernyataan orang lain.
Kemampuan berpikir kritis sangat penting dilatihkan pada siswa agar
mampu lebih mudah dalam memahami, menguasai dan menerapkan konsep.
Zamroni dan Mahfudz (dalam Ahmad, 2014, hlm. 5) mengemukakan alasan
pentingnya kemampuan bepikir kritis dilatihkan pada siswa yaitu :
1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan
menyebabkan informasi yang diterima siswa semakin banyak jenisnya. Oleh
karena itu siswa dituntut memiliki kemampuan memilih dan memilah informasi
yang baik dan benar sehingga dapat memperkaya wawasan
2. Siswa adalah warga masyarakat yang kini maupun kelak akan menjalani
berpikir kritis dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
secara kritis.
3. Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas, dimana
kreativitas muncul ketika mengamati fenomena-fenomena atau permasalahan
yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif
4. Setiap saat manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan, dengan
terampil dalam berpikir kritis manusia bisa mengambil keputusan dengan tepat.
Fenomena yang terjadi dalam proses pembelajaran umumnya guru kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi (kemampuan analisis, evaluasi dan mencipta). Soal-soal
yang disampaikan (baik itu pada saat ulangan harian, uts dan uas) berupa soal
ranah kognitif tingkat rendah (pengetahuan, pemahaman dan aplikasi), sedangkan
soal-soal yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu soal
untuk mengukur kemampuan analisis, evaluasi dan mencipta porsinya sangat
kurang. Dengan demikian kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi masih
rendah. Selain itu juga metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan
metode konvensional berupa ceramah hal ini yang membuat interaksi antara guru
dan siswa tidak berjalan multi arah dan mengakibatkan siswa kurang bersemangat
dalam mengikuti proses pembelajaran.
Posisi prestasi Indonesia masih dibawah standar internasional, seperti yang
dilansir oleh TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study)
yaitu studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah
lanjutan tingkat pertama yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, memperlihatkan bahwa skor yang diraih Indonesia masih dibawah
skor rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS 1999 untuk matematika, Indonesia
berada diperingkat ke 34 dari 38 negara peserta dengan skor rata-rata 403,
sedangkan skor rata-rata internasional 487. Hasil studi TIMSS 2003 untuk
matematika, Indonesia berada diperingkat ke 35 dari 46 negara peserta dengan
2007 untuk matematika, Indonesia berada diperingkat ke 36 dari 49 negara peserta
dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor rata-rata internasional 500.
(Kemdikbud, 2011). Hasil terbaru TIMSS 2011 untuk matematika, Indonesia
berada diperingkat 38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan
skor rata-rata internasional 500 (IEA, 2012).
Kondisi tidak jauh berbeda dilihat dari hasil studi yang dilakukan PISA
(Programme for International Student Assessment) adalah studi internasional
tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains. Hasil studi PISA 2000
untuk matematika Indonesia berada diperingkat ke 39 dari 41 negara peserta
dengan skor rata-rata 367, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi
PISA 2003 Indonesia berada diperingkat ke 38 dari 40 negara peserta dengan skor
rata-rata 360, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi PISA 2006
untuk matematika Indonesia berada diperingkat ke 50 dari 57 negara peserta
dengan skor rata-rata 391, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi
PISA 2009 Indonesia berada diperingkat ke 61 dari 65 negara peserta dengan skor
rata-rata 371, sedangkan skor rata-rata internasional 500. (Kemdikbud, 2011).
Hasil studi PISA 2012 untuk matematika, Indonesia berada diperingkat ke 64 dari
65 negara peserta dengan skor rata-rata internasional 500 (OECD,2013).
Dari paparan kedua lembaga survey Internasional menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia khususnya dibidang
matematika masih tergolong rendah. Siswa belum mampu menyelesaikan
soal-soal yang dituntut untuk berpikir lebih tinggi. Dengan demikian salah satu yang
perlu dikembangkan dengan optimal adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi
atau yang dikenal dengan High Order Thinking Skills (HOTS).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis dengan melakukan test
soal berpikir kritis di kelas XI IIS 1 - XI IIS 4, hasil studi pendahuluan dapat
dilihat dari tabel 1.1 yang menyajikan data pencapaian kemampuan berpikir kritis
pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IIS 1 - XI IIS 4 SMA Negeri I Baleendah
Tabel 1.1
Pencapaian Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IIS 1 - XI IIS 4 SMA Negeri I Baleendah
Tahun Pelajaran 2014/2015
Kelas Kriteria Frekuensi Persentasi (%)
XI IIS 1 Tinggi (nilai ≥ 70 ) 11 31.43 Rendah (nilai ≤ 70 ) 24 68.57
XI IIS 2 Tinggi (nilai ≥ 70 ) 8 23.53 Rendah (nilai ≤ 70 ) 26 76.47
XI IIS 3 Tinggi (nilai ≥ 70 ) 8 23.53 Rendah (nilai ≤ 70 ) 26 76.47
XI IIS 4 Tinggi (nilai ≥ 70 ) 7 19.44 Rendah (nilai ≤ 70 ) 29 80.56 Sumber : Daftar nilai siswa pra penelitian (lampiran B2)
Berdasarkan nilai test studi pendahuluan yang disajikan pada tabel 1.1
menunjukan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan kriteria
rendah lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan
berpikir kritis dengan kriteria tinggi, hal tersebut menunjukan kemampuan
berpikir kritis masih rendah. Hasil test berpikir kritis yang dilakukan peneliti,
permasalahan diindikasikan oleh pola pembelajaran ekonomi kelas XI IIS SMA
Negeri I Baleendah masih belum mengarah kepada pengembangan kemampuan
berpikir kritis serta dalam proses pembelajaran masih sebatas penguasaan materi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengembangan pembelajaran yang
inspiratif, inovatif, menantang dan menyenangkan sehingga dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya kemampuan
berpikir kritis dalam pembelajaran ekonomi adalah pemilihan metode
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, sehingga dalam
menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Kemampuan berpikir kritis dapat distimulasi melalui metode
pembelajaran yang berorientasi pada pemecaham masalah oleh siswa. Salah
satu metode yang menggunakan masalah sebagai tititk tolak untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis adalah metode pembelajaran problem solving. Melalui
metode problem solving siswa disajikan permasalahan yang sesuai dengan materi
yang dipelajari, kemudian didorong dan dibimbing untuk memecahkan masalah
tersebut melalui proses berpikir ilmiah. Dalam usaha memecahkan masalah, siswa
perlu menentukan solusi apa yang tepat untuk memecahan masalah. Dalam proses
pemecahan masalah, siswa akan menggunakan kemampuan berpikir kritisnya.
Metode Problem Solving dikembangkan berdasarkan pada teori
konstruktivisme. Teori konstruktivisme memahami belajar sebagai proses
pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan
tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seorang guru kepada siswa. Pengetahuan
merupakan akibat dari suatu konstruk kognitif kenyataan melalui kegiatan
seseorang. Ia membentuk skema, kategori, konsep dan konstruk pengetahuan yang
diperlukan untuk pengetahuan (Bettencoutr dalam Suyono dan Hariyanto
2012:106). Bruner (dalam Baharuddin, 2008, hlm. 115) premis dasarnya adalah bahwa individu harus aktif “membangun” pengetahuan dan keterampilannya. Melalui masalah sebagai titik tolak dalam pembelajaran, akan memberikan
kesempatan siswa untuk membangun keterampilan berpikir kritis melalui proses
pemecahan masalah. Melalui proses mencari alternatif solusi dari masalah yang
disajikan siswa akan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk
ditransformasikan kedalam konteks pengetahuan baru berupa pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran ekonomi, selain faktor metode pembelajaran
problem solving ada faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan berpikir
kritis, salah satu faktor tersebut adalah variabel kondisi pembelajaran. Reigeluth
tiga kelompok, yaitu: (1) tujuan dan karakteristik bidang studi, (2) kendala
dan karakteristik bidang studi, dan (3) karakteristik pebelajar. Karakteristik
si-belajar adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan pesi-belajar, seperti bakat,
minat, motivasi, orientasi tujuan, intelegensi, gaya kognitif, hasil belajar yang
telah dimiliki, dan lain-lain.
Salah satu karakteristik pebelajar yang penting untuk diketahui dan
diperhatikan oleh guru adalah gaya kognitif. Gaya kognitif dideskripsikan
sebagai cara bagaimana pebelajar mengolah informasi. Keefe (1987)
mengemukakan bahwa gaya kognitif adalah bagian dari gaya belajar yang
menggambarkan kebiasaan berperilaku relatif tetap dalam diri seseorang dalam
menerima, memikirkan, memecahkan masalah maupun dalam menyimpan
informasi. Salah satu bentuk gaya kognitif siswa adalah Field Dependent (FD)
dan Field Independent (FI). Menurut Witkin dan Goodenough dalam Altun dan
Cakan (2006) seseorang termasuk dalam kategori field independent (FI) jika
mereka mampu memisahkan satu unsur dari pada konteksnya atau dari wilayah
latar belakang dan mereka cenderung mendekati permasalahan lebih analitis.
Sebaliknya, field dependent (FD) mereka lebih baik pada mengingat kembali
informasi sosial seperti percakapan dan suatu hubungan dan mendekati
permasalahn lebih global dengan gambaran keseluruhan dari konteks yang
diberikan.
Hasil penelitian yang dilakukan Fatmawati (2010) mengemukakan
terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep antara siswa
FI dengan FD setelah pembelajaran dengan metode eksperimen berbasis inkuiri,
peningkatan penguasaan konsep siswa FI lebih tinggi dari pada siswa FD. Sulana,
P. (2014) mengemukakan siswa yang memiliki gaya kognitif FI dan diajar
menggunakan strategi pembelajaran PBL lebih tinggi daripada siswa yang
memiliki gaya kognitif FD dan diajar menggunakan strategi pembelajaran PBL.
Dari uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving terhadap
akan dilakukan di SMA Negeri 1 Baleendah kelas XI IIS pada mata pelajaran
ekonomi materi kebijakan perdagangan internasional.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas yang
menggunakan metode pembelajaran problem solving dan kelas yang
menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab ?
2. Apakah ada perbedaan gaya kognitif field independent dan field dependent
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?
3. Apakah ada perbedaan pengaruh interaksi antara metode pembelajaran problem
solving serta metode ceramah dan tanya jawab dengan gaya kognitif field
independent dan field dependent terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh temuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas yang
menggunakan metode pembelajaran problem solving dan kelas yang
menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab
2. Untuk mengetahui perbedaan gaya kognitif field independent dan field
dependent terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh interaksi metode pembelajaran
gaya kognitif field independent dan field dependent terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai contoh untuk
mengembangkan metode pembelajaran yang serupa atau jenis lain yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
2. Bagi pendidik khususnya guru ekonomi, diharapkan penelitian ini dapat :
a. Memberikan informasi dan gambaran serta memperkaya pengetahuan guru
tentang metode pembelajaran
b. Memberikan suatu metode pembelajaran yang aktif dan menarik serta dapat
dijadikan pembelajaran alternatif untuk mengajar dikelas, terutama untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
c. Memotivasi guru untuk melakukan inovasi dalam menggunakan metode
pembelajaran sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem
pembelajaran di kelas
d. Dengan mengetahui gaya kognitif yang dimiliki siswa, guru dapat memilih
metode pembelajaran yang dapat mengakomodasi perbedaan gaya kognitif
siswa
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai
pembelajaran pemecahan masalah yang dapat dijadikan masukan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah yang lebih mengarah pada
berfikir kritis sehingga menghasilkan siswa unggul yang dapat bersaing
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Suharsimi Arikunto (2010:203), menyebutkan bahwa “metode penelitian adalah cara yang digunaka oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi
eksperimen, yaitu suatu jenis eksperimen yang tidak sebenarnya karena jenis
eksperimen ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat
dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Suharsimi, 2010:123).
Subjek dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok
kelas eksperimen dengan metode problem solving dan kelompok kelas kontrol
dengan metode ceramah dan tanya jawab.
B.Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan anava dua jalan dengan desain
faktorial 2×2. Rancangan tersebut berbentuk sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Faktorial
Gaya Kognitif
Metode Pembelajaran
Metode Problem
Solving (A1)
Konvensional
(A2)
Gaya Kognitif Field Independent (B1) KBK_A1B1 KBK_A2B1
Gaya Kognitif Field Dependent (B2) KBK_A1B2 KBK_A2B2
Keterangan:
1. KBK = Kemampuan berpikir kritis
2. KBK_A1 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang diberi
3. KBK_A1B1 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang diberi
perlakuan metode problem solving dengan gaya kognitif field independent
4. KBK_A1B2 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang diberi
perlakuan metode problem solving dengan gaya kognitif field dependent
5. KBK_A2 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
6. KBK_A2B1 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan gaya kognitif field
independent
7. KBK_A2B2 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan gaya kognitif field
dependent
C.Tempat Penelitian dan Subjek Penelitian
Tempat dalam penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Baleendah. Subjek
penelitian terdiri dari satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol dari
kelas XI jurusan IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) pada mata pelajaran ekonomi tahun
pelajaran 2014/2015. Kelas eksperimen adalah kelas XI IIS 2 yang berjumlah 34
siswa dan kelas kontrol adalah kelas XI IIS 3 yang berjumlah 34 siswa.
D.Prosedur Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan
penelitian; (2) tahap pelaksanaan penelitian; (3) tahap akhir. Secara garis besar
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan penelitian
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain:
a) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b)Membuat kisi-kisi instrumen kemampuan berpikir kritis yang mencakup
materi perdagangan internasional
d)Mengkonsultasikan instrumen penelitian pada dosen pembimbing
e) Melakukan uji coba instrumen
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan penelitian meliputi:
a) Pemberian test gaya kognitif pada dua kelompok.
b) Pelaksanaan pembelajaran yaitu untuk kelompok eksperimen perlakuan
metode problem solving dan kelompok kontrol menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab.
c) Melakukan posttest pada kedua kelompok untuk mengetahui kemampuan
berpikir kritis setelah penerapan metode Problem Solving pada kelas
eksperimen dan metode ceramah dan tanya jawab pada kelas kontrol.
3. Tahap akhir
a) Mengumpulkan data hasil penelitian
b) Pengolahan data hasil penelitian
c) Pembahasan hasil temuan penelitian
d) Pembuatan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian
e) Pembuatan laporan hasil penelitian
Sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan maka dibuat alur
Menyusun RPP dan instrumen
Uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran
Pengkajian dan revisi
Penentuan subjek penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Metode Problem Solving Metode Ceramah dan Tanya Jawab
Posttest
Data
Analisis Data
Kesimpulan
Studi Pendahuluan Studi Literatur
Perancangan Penelitian
E.Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel merupakan prosedur bagaimana menjabarkan
konsep teoritik, konsep empirik dan analitik, menjadi konsep dimensi dan
indikator variabel, sehingga dapat dijadikan pedoman pengukuran variabel
penelitian. Konsep teoritik menjelaskan konsep variabel penelitian secara umum,
kemudian dijelaskan lebih rinci lagi menjadi dimensi dan indikator penelitian.
Jadi operasionalisasi variabel penelitian merupakan proses pemecahan
unsur-unsur variabel penelitian berdasarkan teori yang ada, sehingga dapat mengukur
variabel penelitian tersebut.
Dalam penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu: variabel bebas,
variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel-variabel tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut. (1) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) yang diberikan pada
kelompok eksperimen, (2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
kemampuan berpikir kritis siswa, dan (3) Variabel moderator dalam penelitian ini
adalah gaya kognitif siswa, yang dikelompokkan menjadi gaya kognitif field
independent dan field dependent.
Tabel 3.2
Konsep dan Sintak Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah (problem solving) identifikasi dalam bentuk pengamatan tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan
2). Menganalisis Masalah
Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menganalisis masalah dari berbagai sudut pandang dan menentukan cara pemecahan masalah.
3). Merumuskan Hipotesis
Guru Memberi kesempatan siswa untuk menyusun hipotesis secara mandiri dan Siswa mendiskusikan dengan kelompok untuk menentukan jawaban sementara atas rumusan masalah yang telah ditentukan 4). Mengumpulkan data
Guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam kelompoknya untuk mengumpulkan informasi dan menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan
5). Pengujian Hipotesis
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menelaah data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber dan membahasnya untuk melihat hubungan dengan masalah yang dikaji
6). Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah
Tabel 3.3
Konsep, Dimensi dan Indikator Gaya Kognitif
Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator
Tabel 3.4
Konsep, Dimensi dan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis sosial. 5) cenderung
mengikuti tujuan yang sudah ada. 6) cenderung bekerja
dengan motivasi eksternal serta lebih tertarik pada penguatan
eksternal.
Variabel Konsep Variabel
Dimensi Indikator
F. Instrumen Penelitian
Instrumen kemampuan berpikir kritis berupa tes tertulis, dalam bentuk
pilihan ganda. Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa setelah
mendapatkan perlakuan dilakukan posttest. Alat tes kemampuan berpikir kritis
akan di uji coba pada subjek yang telah mempelajari materi yang akan diukur
dalam alat tes tersebut.
2. The Group Embedded Figure Test (GEFT)
Group embedded figure test merupakan seperangkat tes psikometrik yang
dikembangkan oleh Witkin dkk (1971). GEFT adalah tes yang umum digunakan
dalam studi untuk mengklasifikasikan gaya kognitif siswa kedalam field
dependent (FD) atau field independent (FI).
GEFT mengkaji kemampuan sampel penelitian melalui identifikasi bentuk
sederhana yang berada dalam pola yang lebih rumit. GEFT mencakup tiga bagian.
Bagian pertama, yang dianggap sebagai pengantar terdiri dari tujuh soal. Dua
bagian yang lain (kedua dan ketiga) masing-masing memiliki sembilan soal.
Selama pengujian, petunjuk dihalaman pertama pada awalnya dibacakan. Para
siswa bisa mengerjakan setiap bagian dalam batas waktu 10 menit, beberapa siswa
yang menyelesaikan bagian dalam waktu lebih pendek tidak diizinkan untuk
melanjutkan kebagian berikutnya, semua siswa mulai bekerja secara bersamaan
pada setiap bagian. Skor FDI untuk setiap siswa adalah jumlah total angka dalam
dua bagian terakhir tes. Setiap jawaban yang benar diberikan nilai 1. Skor
maksimal adalah 18 poin dan minimum 0 poin.
Reabilitas untuk GEFT telah diukur oleh peneliti sebelumnya. Cornbach
alpha untuk 18 soal pada GEFT terukur a=0,90 (Nicolaou, dalam Silmi, 2013.
Hlm, 31), artinya reliabilitas GEFT ini sangat tinggi. GEFT juga dapat dikatakan
sangat valid, karena sering digunakan untuk mengukur gaya kognitif FDI pada
penelitian-penelitian sebelumnya (Grigorenko & Stenberg; Almolhodaei,). Dalam
Silmi, 2013. hlm, 31
Adapun interpretasi skor GEFT menurut Dyer dan Osborne (1996) dalam
Field Dependent Field Neutral Field Independent
0 8 9 10 11 18
Gambar 3.2 Interpretasi Skor GEFT Dyer dan Osborne
G. Analisis Uji Alat Tes
1. Uji Validitas
Sudjana (2012:12) mengatakan bahwa validitas berkenaan dengan
ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai
apa yang seharusnya dinilai. Validasi instrumen dilakukan sebelum instrumen
pengumpul data digunakan, untuk memastikan bahwa alat tersebut mengukur ada
yang seharusnya diukur (valid), (Sugiyono, 2010: 197).
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi
antar bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah
tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment (Riduwan, 2013: 110),
adalah:
ℎ� �� = � −
.
�. 2− 2 . �. 2− 2 Keterangan :
rhitung = Koefisien korelasi
∑X = Jumlah skor item
∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden
Dengan menggunakan taraf signifikan = 0,05 koefisien korelasi yang
diperoleh dari hasil perhitungan, dibandingkan dengan nilai tabel korelasi nilai r
dengan derajat kebebasan (n-2) dimana n menyatakan jumlah baris atau
banyaknya responden.
Jika r hitung≤ r 0,05→ tidak valid
Secara rinci, rekapitulasi uji validitas kemampuan berpikir kritis
menggunakan bantuan program aplikasi Microsoft Excel 2013 disajikan pada
tabel 3.2
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis
soal kemampuan berpikir kritis terdapat 19 soal yang valid, dan 1 soal tidak valid.
Untuk 19 soal yang valid, maka soal tersebut digunakan untuk tes selanjutnya
2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil
pengukuran (Syaodih, 2012: 229). Selanjutnya uji reliabilitas digunakan untuk
mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat
diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang.
Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya metode tes ulang,
formula belah dua dari Spearman-Brown, formula Rulon, formula Flanagan, Cronbach’s Alpha, metode formula KR-20, KR-21 dan metode Anova Hoyt. Metode yang sering digunakan dalam penelitian adalah metode Cronbach’s
Alpha, metode ini sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (misal 1-5),
skor rentang (misal 0-50) atau digunakan pada skor dikotomi (0 dan 1) dan akan
menghasilkan perhitungan yang setara dengan menggunakan metode KR-20 dan
Anova Hoyt.
Adapun rumus Cronbach’s Alpha adalah :
� =(� −� 1) 1− � 2
Keterangan :
k = banyak pertanyaan dalam item ∑si2 = varian item
st2 = varian total
Rumus untuk varian total dan varian item :
2= X2
JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item
Untuk koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keterandalan alat
evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P Guilford (dalam Priatna.
2008, hlm. 16)
Perhitungan uji reliabilitas soal kemampuan berpikir kritis ini
menggunakan bantuan program aplikasi Microsoft Excel 2013. Adapaun
rekapitulasi hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 3.7
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis
Kemampuan thitung Derajat Relliabilitas Kriteria Kemampuan
Berpikir Kritis 0.90 Sangat tinggi Reliable
Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan berpikir kritis
memenuhi kriteria untuk digunakan dalam penelitian yaitu reliabel dengan
kategori sangat tinggi.
3. Taraf Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik,
disamping memenuhi validitas dan reliabilitas adalah adanya keseimbangan dari
tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya
soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional. Tingkat
kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam
menjawab, bukan dilihat dari sudut guru sabagai pembuat soal (Sudjana, 2012:
135).
Selanjutnya Sudjana (2012: 137) mengatakan cara melakukan analisis
I = B N
Keterangan :
I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = Banyak siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan
Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh makin
sulit soal tersebut (Sudjana, 2012: 137), kriteria indeks kesulitan soal itu adalah:
0 – 0,30 = soal kategori sukar
0,31 – 0,70 = soal kategori sedang
0,71 – 1,00 = soal kategori mudah
Hasil rekapitulasi tingkat kesukaran soal kemampuan berpikir kritis
menggunakan bantuan program aplikasi Microsoft Excel 2013 dapat dilihat pada
tabel 3.5
Tabel 3.8
17 0.3 Sukar
18 0.65 sedang
19 0.55 sedang
20 0.2 Sukar
Sumber: Nilai uji coba instrument (data sudah diolah)
Data pada tabel 3.8 menunjukkaan bahwa tingkat kesukaran soal-soal
tersebut termasuk kategori sedang, dan soal-soal tersebut dapat digunakan dalam
penelitian.
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu
(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya
(Sudjana, 2012: 141). Selanjutnya Sudjana (2012: 141) mengatakan bahwa tes
yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang
sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya.
Cara yang biasa dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah dengan
rumus :
D = − =� − �屲
Keterangan :
D = indeks diskriminasi (daya pembeda)
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyak peserta kelompok bawah
BA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Sedangkan untuk melihat apakah daya pembeda jelek, cukup, baik atau
Tabel 3.9
Klasifikasi Daya Pembeda
No Rentang Nilai D Klasifikasi
1 D < 0,20 Jelek
2 0,20 ≤ D < 0,40 Cukup 3 0,40 ≤ D < 0,70 Baik 4 0,70 ≤ D < 1,00 Baik Sekali
Sumber: Arikunto (2013: 232)
Hasil rekapitulasi daya pembeda soal kemampuan berpikir kritis
menggunakan bantuan program aplikasi Microsoft Excel 2013 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3.10
20 0.27 Cukup
Sumber: Nilai uji coba instrument (data sudah diolah)
Berdasarkan tabel 3.10, daya pembeda soal kemampuan berpikir kritis
memiliki interpretasi baik dan cukup, artinya soal-soal tersebut dapat digunakan
untuk membedakan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, adapun soal yang
dinyatakan gugur adalah soal no 3 dengan kategori jelek.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah program
SPSS versi 21. Prosedur uji normalitas adalah sebagai berikut :
1)Hipotesis:
H0 = Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal
H1 = sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal
2)Taraf signifikansi α = 0,05
3)Statistik Uji : Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
4)Keputusan Uji :
H0 diterima jika p-value > taraf signifikansi α
H0 ditolak jika p-value < taraf signifikansi α.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dengan program SPSS versi 21 dengan prosedur sebagai
berikut:
1) Hipotesis :
H0 = Semua variansi homogen (sama)
H1 = Tidak semua variansi homogen (tidak sama)
2) Taraf signifikansi α = 0,05
3) Kriteria pengujian Ho ditolak jika p-value < α
3. Pengujian Hipotesis
Setelah menguji normalitas dan homogenitas data, selanjutnya dilakukan
uji hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan uji statistik Analysis of Variance
(Anova), uji anova dilakukan untuk mengetahui pengaruh utama (main effect) dan
pengaruh interaksi (interaction effect) dari variabel independen kategorikal
terhadap variabel dependen metrik (Ghozali,2013.hlm.68). Lebih lanjut
(Ghozali,2013.hlm.68) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pengaruh
utama (main effect) yaitu pengaruh langsung variabel independen terhadap
variabel defenden. Sedangkan pengaruh interaksi adalah pengaruh bersama atau
joint effect dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependent. Uji
anova ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21.
1) Pengujian Hipotesis Statistik 1, 2, dan 3
a. Pengujian efek utama :
a). H0 : αi = 0 tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas
yang menggunakan metode pembelajaran problem solving dan kelas yang
menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab
Ha : αi ≠ 0 ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran problem solving dan kelas yang
menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab
b).H0 : βj = 0 tidak ada pengaruh gaya kognitif field independent dan field
dependent terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
Ha : βj ≠ 0 ada pengaruh gaya kognitif field independent dan field
dependent terhadap kemampuan berpikir kritis siswa)
Effect Size Untuk uji Anova between subject design dengan mencari eta squared:
Pengaruh perlakuan baris : ɳ2r = �
Pengaruh interaksi : ɳ2I = �
(Kusnendi, 2015)
b. Pengujian Interaksi :
c). H0 : (αβ) = 0 tidak ada pengaruh interaksi antara metode pembelajaran
Problem solving serta metode ceramah dan tanya jawab dan gaya kognitif
field independent dan field dependent terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa.
Ha: (αβ) ≠ 0 ada pengaruh interaksi antara metode pembelajaran Problem solving dan metode ceramah bervariasi dan gaya kognitif field
independent dan field dependent terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa.
Tabel 3.11
ANOVA BETWEEN SUBJECT DESIGN Sumber
JKT = Jumlah kuadrat total
JKB = Jumlah kuadrat baris (gaya kognitif)
JKK = Jumlah kuadrat kolom (metode pembelajaran)
JKI = jumlah Kuadrat interaksi (gaya kognitif, metode pembelajaran dan
kemampuan berpikir krtitis)
Kuadrat Rata-rata (Mean Squares) : KRB = JKB / (r-1)
KRK = JKK/ (c-1) KRI = JK(I)/ ((r-1)(c-1)) KRE = JKE/ (rc(n-1)
(Kusnendi, 2015)
Statistik Uji F ;
F1 = KRB/KRE F2 = KRK/KRE F3 = KRI/KRE
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis sampai
dengan pengujian hipotesis pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas
yang menggunakan metode problem solving dan kelas yang menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini berarti metode problem solving
lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.
2. Terdapat pengaruh gaya kognitif field independent dan field dependent
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, hal ini berarti bahwa siswa
yang memiliki gaya kognitif field independent memiliki peningkatan
kemampuan berpikir kritis lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki gaya
kognitif field dependent
3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran problem solving dan
metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab dan gaya kognitif terhadap
kemampuan berpikir kritis. Hal ini berarti bahwa pada tiap kategori gaya
kognitif, kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar menggunakan
metode pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya
jawab .
B. Saran
1. Dalam merancang proses pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan
gaya kognitif siswa agar pencapaian proses pembelajaran dapat terlihat
2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian
metode Problem solving dengan memadukan gaya kognitif dengan
3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian dengan
membandingkan pengaruh penggunaan metode Problem solving dengan
metode pembelajaran lain yang berlandaskan teori konstruktivisme dengan
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus.(2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung.Revika Aditama
Aiken, Lewis R. 1997. Psychological testing and Assessment, Boston: Allyn and
Ahmad, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer untuk Mereduksi Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi dan Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa pada Materi Teori Kinetik Gas. Tesis PPS UPI. Tidak Diterbitkan
Ali, R., Hukamdad., Akhter, A. Khan, A. (2010). Effect of Using Problem Solving Method in Teaching Mathematics on the Achievement of Mathematics Students. Asian Social Science Vol 6 No 2. Februari 2010. [Online] Diunduh pada http://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/view/5040/4181 5 Februari 2015
Almolhodaei, H. (1996). A study in higher education calculus and student’s learning style. Tesis Doctor of Philosophy (Ph.d) pada Universitas Glasgow Skotlandia: tidak diterbitkan
Altun dan Cakan. (2006). Undergradate Students’s Academic Achievement, Field Dependent/Independent Cognitive Style and Attitude toward Computers. Educationals Technology & Society.9(1), 289-297
Antonietti, A. dan Gioletta, M. A. 1995. Individual Differences in Analogical Problem Solving. Personality and Individual Differences. Volume 18, Issue5, Page 571-691
Arends, I.R. (2008). Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arifin, M. (1995). Pengembangan program pengajaran bidang studi kimia. Surabaya: Erlangga Universitas Press
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Chapelle, C. (1995). Field Independent/Dependent im 2nd Language Acuisition Research. Journal Research in Language Study (42), 47-83
Costa, A. L. (ed). (1985). Developing Minds: A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.
Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
David A ,Jacobsen,et all. (2009). Methodes For Teaching (Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Departemen Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. (2011). Survey
internasional PISA [online]. Tersedia:
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa
Departemen Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. (2011). Survey
internasional TIMSS [online]. Tersedia:
http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fatmawati, S. 2010. Pengaruh gaya kognitif dan gender terhadap penguasaan konsep siswa SMP dalam pembelajaran dengan metode eksperimen berbasis inkuiri pada materi pemantulan cahaya. PPS UPI. Tidak Diterbitkan
Filsaime, D. K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Goldstein, Norman L., and E Brophy. (1990). Education Psycholog. New York: Longman.
Grigorenko, E. L., & Strenberg, R.J. (1995). Thinking Style, In D. H. Saklofske&M. Zeidner (Eds), International handbook of personality and intelligence. (pp 205-209) New York, NY:Plenum.
Helmi, R. (2014). Pengaruh penggunaan metode problem solving terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik SMA. PPS UPI. Tidak Diterbitkan.
IEA. 2012. TIMSS 2011 international results in mathematics. Diakses pada 28 Januari 2014. Tersedia [Online].:
http://timss.bc.edu/timss2011/download/T11_IR_M_Chapter1.pdf
Joice, Bruce. (2009). Models of teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Keefe, J. W. 1987. Learning Style Theory and Practice. Virginia: National Association of Secondary School Principals.
Keefe, J. W. (1979). Student Learning Style : Diagnosing and Prescribing Programs. Reston, VA : National Association of Secondary School Principals.
Kusnendi. (2005). “Uji Beda Dua Rata-rata dalam Penelitian Kuasi Eksperimen Control Group Pretest-Posttest Design”. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis : Bandung. UPI
Kusnendi. (2015). “Main and Interaction effect of Analysis Of Variance”. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis : Bandung. UPI
Lin, dkk. (2009). Effects on cognitive styles in student achievement for context-aware ubiquitous learning. Taiwan: Departement of information management chaoyang university of technology.
Linda S. Behar-Horenstein. (2011). Teaching Critical Thinking skill in Higher Education:A Review of The Literature. Journal of College Teaching and Learning, Vol 8 (2), hlm. 25-42
Lovell, B. (1990. Adult Learning. London : Cormhelm
Marrapodi, Jean. (2003). Critical Thingking and Creativity an Overview and Comparison of the Theories. [Online]. Tersedia: http://www.applestar.org/capella/CRITICAL%20THINGKING%20AND%20C RETIVITY.pdf.
Muslim, B. (2014). Pengaruh model pembelajaran pemecahan masalah terhadap keterampilan berfikir kritis dan efikasi diri siswa pada konsep hidrolis garam. PPS UPI. Tidak Diterbitkan.
Nicolaou. A.A. dan Xistouri. X. (2010). “Field dependence/independence cognitive
style and problem possing : An Investigation with sixth grade students”.
Educational psychology journal. 30 (5), 611-627. Olson, S. (2000). Inquiry and the national science education standards: A guide for teaching and learning. USA:BOSE
Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: PT. JePe Press Media Utama.
Nurlaila, N. Suparmi., Sunarno, W., (2013). Pembelajaran fisika dengan Pbl menggunakan Problem Solving dan Problem Possing di Tinjau dari Kreativitas dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Inkuiri ISSN:2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 114-113).
OECD. (2013). PISA result : whats students know and can do – student performance in mathematics, reading and science (volume i). [tersedia : online : http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-volume1.pdf)
Oon-Seng Tan .(2009). Problem-based Learning and Creativity. Singapure:Cangage Learning Asia Pte Ltd.
Priatna.(2008). Uji coba instrumen penelitian dengan menggunakan MS Excel dan
SPSS [Online]. Diunduh pada
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR_PEND._MATEMATIKA/19641205 1990031-BAMBANG_AVIP_PRIATNA_M/Makalah_November_2008.pdf 8 februari 2015
Purwanto, Edy. 1999. Desain Teks untuk Belajar ”Problem Solving”. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. No. 2 Tahun 1999.
Rafiq, Zainur. 2011. Pengaruh Strategis Pembelajaran dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar Membaca Gambar Teknik Mesin. PPS UNJ. Tidak Diterbitkan
Ramirez and Castenada. (2005). Some Attributes of Field Independent and Field dependent Cognitive Styles. Tersedia : Online (http://www.nwrel.org/index.html).
Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Sagala, S. (2013). Konsep dan makna pembelajaran: untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. (2014). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Seyed Javad Ghazi Mir Saeed & Sarah Nokhbeh Rousta. (2013). The Effect of Problem-based Learning on Critical Thinking Ability of Iranian EFL Students. Journal of Academic and Applied Studies, Vol 3 (7), hlm. 1-14
Silmi, Dini. Analisis Deskriptif Gaya Kognitif Field Dependent-Field Independent Siswa Sekolah Menengah Pada Pembelajaran Fisika Levels Of Inquiry Model. Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan
Siregar, E dan Hartini Nara. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia
Sudirman dkk. (1989). Ilmu Pendidikan. Bandung : Remadja karya.
Sudjana, Nana. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2010). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sulana, P. (2014). Pengaruh strategi pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah. [tersedia :
online :
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:5EeohQTiKKsJ:journa l.ppsunj.org/jps/article/download/206/206+&cd=1&hl=id&ct=clnk
Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta :Pustaka Pelajar
Syaodih, Nana. (2012). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Snyder, LG. and Snyder, MJ. (2008). Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills. The Delta Pi Epsilon J. L (2): 90-99.
Trianto.(2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.
Warsono, Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif : Teori dan Asesmen. Bandung : Remaja Rosdakarya
Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara
W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Witkin, H.A., Oltman, P.K., Karp, S. A. (1971). A manual for the embedded figure test. California: Consulting Psychologists Press.
Witkin,H.A.dkk. (1979). Field Dependent and Field Independent Cognitive Styles and Their Education Implication, New York : American Education Research Journal.
Yaumi, Muhammad dan Nurdin Ibrahim. 2013. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) Menridentifikasi dan mengembangkan multitalenta anak. Kencana: Jakarta