• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR

KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA

(Studi Eksperimen Pada Materi Perdagangan Internasional Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Baleendah)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun oleh:

Yati Suryati

1302470

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DILIHAT DARI

GAYA KOGNITIF SISWA

(Studi Eksperimen Pada Materi Perdagangan Internasional Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Baleendah)

Oleh: Yati Suryati

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Ekonomi SPs UPI

Bandung

© Yati Suryati. 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DILIHAT DARI

GAYA KOGNITIF SISWA

(Studi Eksperimen Pada Materi Perdagangan Internasional Mata Pelajaran Ekonomi Kelas XI SMA Negeri 1 Baleendah)

Bandung, Agustus 2015

Tesis ini disetujui oleh :

Pembimbing

Dr. H. Dadang Dahlan, M. Pd. NIP 19571205 198203 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Yati Suryati. 1302470. PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DILIHAT DARI GAYA KOGNITIF SISWA ( Studi Eksperimen Pada Pelajaran Ekonomi Materi Perdagangan Internasional Kelas IIS SMAN 1 Baleendah tahun Ajaran 2014/2015). Pembimbing Dr. H. Dadang Dahlan, M. Pd. Tesis. Program Studi Pendidikan Ekonomi, Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2015.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IIS SMA Negeri 1 Baleendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode Problem Solving dilihat dari gaya kognitif siswa.

Metode Penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 2 dengan subyek penelitian yaitu kelas XI IIS 2 dan XI IIS 3. Pengumpulan data dilakukan dengan tes. Pengolahan data menggunakan

ANOVA.

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa saat pembelajaran ekonomi pada kelas eksperimen yang menggunakan metode problem solving lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Begitu pula kemampuan berpikir kritis meningkat lebih baik bagi siswa yang memiliki gaya kognitif field independent dibandingkan dengan siswa yang memiliki gaya kognitif field dependent.

(5)

ABSTRACT

Yati Suryati. 1302470. EFFECT OF METHOD OF LEARNING PROBLEM SOLVING SKILLS OF CRITICAL THINKING STUDENT VIEWS OF COGNITIVE STYLE (Experimental Study On Economic Study Materials International Trade Class IIS Doctrine SMAN 1 Baleendah year 2014/2015). Supervisor Dr. H. Dada Dahlan, M. Pd. Thesis. Economics Education Studies Program, Graduate School of Education University of Indonesia. 2015.

This research is motivated by the lack of critical thinking skills class XI student of SMAN 1 Baleendah IIS. The purpose of this study was to determine students 'critical thinking skills by using Problem Solving seen from the students' cognitive styles.

The research method used is quasi-experimental. The study design used is a 2 x 2 factorial design with the research subject is class XI IIS 2 and XI IIS 3 . Data collected by the test. Processing data using ANOVA. From the data analysis we concluded that students' critical thinking skills while learning economy class experiments using problem solving method is better than the control class that uses lecture and question and answer method. Similarly, increased critical thinking skills is better for students who have the cognitive style field independent than students who have cognitive style field dependent.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR HAK CIPTA ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar yang melandasi Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 9

1. Teori Belajar Konstruktivisme ... 9

2. Teori Konstruktivisme Piaget ... 12

3. Teori Konstruktivisme Sosial Vygotsky ... 13

B. Konsep Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 16

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 16

2. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 17

(7)

4. Sintaks Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 18

5. Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 19

C. Konsep Metode Pembelajaran Problem Solving ... 20

1. Pengertian Metode Pembelajaran Problem Solving ... 20

2. Konsep Dasar dan Karakteristik Metode Pembelajaran Problem Based Learning ... 21

3. Hakikat Masalah dalam Metode Pembelajaran Problem Solving .... 22

4. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Problem Solving ... 22

5. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Problem Solving 24 D. Konsep Kemampuan Berpikir Kritis ... 25

1. Pengertian Kemampuan Berpikir Kritis ... 25

2. Keuntungan Kemampuan Berpikir Kritis ... 28

3. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 29

E. Konsep Gaya Kognitif ... 33

1. Pengertian Gaya Kognitif ... 33

2. Gaya Kognitif Field Independent dan Field Dependent ... 33

a. Gaya Kognitif Field Independent ... 34

b. Gaya Kognitif Field Dependent ... 34

F. Kerangka Pemikiran... 36

G. Penelitian Terdahulu ... 39

H. Posisi Penelitian ... 45

I. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 47

B. Desain Penelitian ... 47

C. Tempat Penelitian dan Subjek Penelitian ... 48

(8)

E. Operasionalisasi Variabel ... 51

F. Instrumen Penelitian ... 55

1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 55

2. The Group Embedded Figure Test (GEFT) ... 55

G. Analisis Uji Alat Tes ... 56

1. Uji Validitas ... 56

2. Uji Reliabilitas ... 58

3. Taraf Kesukaran ... 59

4. Daya Pembeda ... 61

H. Teknik Analisis Data ... 63

a. Uji Normalitas ... 63

b. Uji Homogenitas ... 63

c. Pengujian Hipotesis Statistik ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian ... 67

B. Deskripsi Implementasi Penerapan Metode Problem Solving, Ceramah dan Tanya Jawab ... 69

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 70

1. Gaya Kognitif Siswa ... 70

2. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 71

C. Hasil Analisis Data ... 71

1. Uji Normalitas ... 71

2. Uji Homogenitas ... 72

3. Uji Hipotesis ... 72

a. Uji Hipotesis Pertama ... 72

(9)

c. Uji Hipotesis Ketiga ... 73

D. Pembahasan ... 81

1. Penggunaan Metode Pembelajaran Problem Solving mempengaruhi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 81

2. Gaya Kognitif Mempengaruhi Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 83

3. Pengaruh Interaksi antara Metode Pembelajaran Problem Solving dengan Gaya Kognitif terhadap Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencetak sumber daya

manusia yang berkualitas dan dapat berkompetisi di era teknologi seperti sekarang

ini. Kemampuan berpikir kritis sangat diperlukan oleh siswa mengingat ilmu

pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat dan memungkinkan siapa

saja bisa memperoleh informasi secara cepat dan mudah. Oleh karena itu siswa

harus dibekali kemampuan berpikir, jika para siswa tidak dibekali dengan

kemampuan berpikir, termasuk kemampuan berpikir kritis maka mereka tidak

akan mampu mengolah, menilai dan mengambil informasi yang dibutuhkan untuk

menghadapi tantangan tersebut.

Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan

pendidikan adalah mengenai berpikir kritis siswa. Dalam lingkungan sekolah,

Johson (dalam Yaumi dan Ibrahim, 2013, hlm. 66) mengatakan secara spesifik

bahwa berpikir kritis adalah suatu proses yang terorganisasi yang memungkinkan

peserta didik mengevaluasi fakta, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari

pernyataan orang lain.

Kemampuan berpikir kritis sangat penting dilatihkan pada siswa agar

mampu lebih mudah dalam memahami, menguasai dan menerapkan konsep.

Zamroni dan Mahfudz (dalam Ahmad, 2014, hlm. 5) mengemukakan alasan

pentingnya kemampuan bepikir kritis dilatihkan pada siswa yaitu :

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan

menyebabkan informasi yang diterima siswa semakin banyak jenisnya. Oleh

karena itu siswa dituntut memiliki kemampuan memilih dan memilah informasi

yang baik dan benar sehingga dapat memperkaya wawasan

2. Siswa adalah warga masyarakat yang kini maupun kelak akan menjalani

(11)

berpikir kritis dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi

secara kritis.

3. Berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas, dimana

kreativitas muncul ketika mengamati fenomena-fenomena atau permasalahan

yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif

4. Setiap saat manusia selalu dihadapkan pada pengambilan keputusan, dengan

terampil dalam berpikir kritis manusia bisa mengambil keputusan dengan tepat.

Fenomena yang terjadi dalam proses pembelajaran umumnya guru kurang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan

berpikir tingkat tinggi (kemampuan analisis, evaluasi dan mencipta). Soal-soal

yang disampaikan (baik itu pada saat ulangan harian, uts dan uas) berupa soal

ranah kognitif tingkat rendah (pengetahuan, pemahaman dan aplikasi), sedangkan

soal-soal yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu soal

untuk mengukur kemampuan analisis, evaluasi dan mencipta porsinya sangat

kurang. Dengan demikian kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi masih

rendah. Selain itu juga metode pembelajaran yang digunakan masih menggunakan

metode konvensional berupa ceramah hal ini yang membuat interaksi antara guru

dan siswa tidak berjalan multi arah dan mengakibatkan siswa kurang bersemangat

dalam mengikuti proses pembelajaran.

Posisi prestasi Indonesia masih dibawah standar internasional, seperti yang

dilansir oleh TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study)

yaitu studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah

lanjutan tingkat pertama yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, memperlihatkan bahwa skor yang diraih Indonesia masih dibawah

skor rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS 1999 untuk matematika, Indonesia

berada diperingkat ke 34 dari 38 negara peserta dengan skor rata-rata 403,

sedangkan skor rata-rata internasional 487. Hasil studi TIMSS 2003 untuk

matematika, Indonesia berada diperingkat ke 35 dari 46 negara peserta dengan

(12)

2007 untuk matematika, Indonesia berada diperingkat ke 36 dari 49 negara peserta

dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor rata-rata internasional 500.

(Kemdikbud, 2011). Hasil terbaru TIMSS 2011 untuk matematika, Indonesia

berada diperingkat 38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan

skor rata-rata internasional 500 (IEA, 2012).

Kondisi tidak jauh berbeda dilihat dari hasil studi yang dilakukan PISA

(Programme for International Student Assessment) adalah studi internasional

tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains. Hasil studi PISA 2000

untuk matematika Indonesia berada diperingkat ke 39 dari 41 negara peserta

dengan skor rata-rata 367, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi

PISA 2003 Indonesia berada diperingkat ke 38 dari 40 negara peserta dengan skor

rata-rata 360, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi PISA 2006

untuk matematika Indonesia berada diperingkat ke 50 dari 57 negara peserta

dengan skor rata-rata 391, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Hasil studi

PISA 2009 Indonesia berada diperingkat ke 61 dari 65 negara peserta dengan skor

rata-rata 371, sedangkan skor rata-rata internasional 500. (Kemdikbud, 2011).

Hasil studi PISA 2012 untuk matematika, Indonesia berada diperingkat ke 64 dari

65 negara peserta dengan skor rata-rata internasional 500 (OECD,2013).

Dari paparan kedua lembaga survey Internasional menunjukkan bahwa

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia khususnya dibidang

matematika masih tergolong rendah. Siswa belum mampu menyelesaikan

soal-soal yang dituntut untuk berpikir lebih tinggi. Dengan demikian salah satu yang

perlu dikembangkan dengan optimal adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi

atau yang dikenal dengan High Order Thinking Skills (HOTS).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis dengan melakukan test

soal berpikir kritis di kelas XI IIS 1 - XI IIS 4, hasil studi pendahuluan dapat

dilihat dari tabel 1.1 yang menyajikan data pencapaian kemampuan berpikir kritis

pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IIS 1 - XI IIS 4 SMA Negeri I Baleendah

(13)

Tabel 1.1

Pencapaian Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IIS 1 - XI IIS 4 SMA Negeri I Baleendah

Tahun Pelajaran 2014/2015

Kelas Kriteria Frekuensi Persentasi (%)

XI IIS 1 Tinggi (nilai ≥ 70 ) 11 31.43 Rendah (nilai ≤ 70 ) 24 68.57

XI IIS 2 Tinggi (nilai ≥ 70 ) 8 23.53 Rendah (nilai ≤ 70 ) 26 76.47

XI IIS 3 Tinggi (nilai ≥ 70 ) 8 23.53 Rendah (nilai ≤ 70 ) 26 76.47

XI IIS 4 Tinggi (nilai ≥ 70 ) 7 19.44 Rendah (nilai ≤ 70 ) 29 80.56 Sumber : Daftar nilai siswa pra penelitian (lampiran B2)

Berdasarkan nilai test studi pendahuluan yang disajikan pada tabel 1.1

menunjukan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan kriteria

rendah lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan

berpikir kritis dengan kriteria tinggi, hal tersebut menunjukan kemampuan

berpikir kritis masih rendah. Hasil test berpikir kritis yang dilakukan peneliti,

permasalahan diindikasikan oleh pola pembelajaran ekonomi kelas XI IIS SMA

Negeri I Baleendah masih belum mengarah kepada pengembangan kemampuan

berpikir kritis serta dalam proses pembelajaran masih sebatas penguasaan materi.

Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengembangan pembelajaran yang

inspiratif, inovatif, menantang dan menyenangkan sehingga dapat

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya kemampuan

berpikir kritis dalam pembelajaran ekonomi adalah pemilihan metode

(14)

pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, sehingga dalam

menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Kemampuan berpikir kritis dapat distimulasi melalui metode

pembelajaran yang berorientasi pada pemecaham masalah oleh siswa. Salah

satu metode yang menggunakan masalah sebagai tititk tolak untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis adalah metode pembelajaran problem solving. Melalui

metode problem solving siswa disajikan permasalahan yang sesuai dengan materi

yang dipelajari, kemudian didorong dan dibimbing untuk memecahkan masalah

tersebut melalui proses berpikir ilmiah. Dalam usaha memecahkan masalah, siswa

perlu menentukan solusi apa yang tepat untuk memecahan masalah. Dalam proses

pemecahan masalah, siswa akan menggunakan kemampuan berpikir kritisnya.

Metode Problem Solving dikembangkan berdasarkan pada teori

konstruktivisme. Teori konstruktivisme memahami belajar sebagai proses

pembentukan (konstruksi) pengetahuan oleh si belajar itu sendiri. Pengetahuan

tidak dapat dipindahkan begitu saja dari seorang guru kepada siswa. Pengetahuan

merupakan akibat dari suatu konstruk kognitif kenyataan melalui kegiatan

seseorang. Ia membentuk skema, kategori, konsep dan konstruk pengetahuan yang

diperlukan untuk pengetahuan (Bettencoutr dalam Suyono dan Hariyanto

2012:106). Bruner (dalam Baharuddin, 2008, hlm. 115) premis dasarnya adalah bahwa individu harus aktif “membangun” pengetahuan dan keterampilannya. Melalui masalah sebagai titik tolak dalam pembelajaran, akan memberikan

kesempatan siswa untuk membangun keterampilan berpikir kritis melalui proses

pemecahan masalah. Melalui proses mencari alternatif solusi dari masalah yang

disajikan siswa akan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk

ditransformasikan kedalam konteks pengetahuan baru berupa pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran ekonomi, selain faktor metode pembelajaran

problem solving ada faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan berpikir

kritis, salah satu faktor tersebut adalah variabel kondisi pembelajaran. Reigeluth

(15)

tiga kelompok, yaitu: (1) tujuan dan karakteristik bidang studi, (2) kendala

dan karakteristik bidang studi, dan (3) karakteristik pebelajar. Karakteristik

si-belajar adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan pesi-belajar, seperti bakat,

minat, motivasi, orientasi tujuan, intelegensi, gaya kognitif, hasil belajar yang

telah dimiliki, dan lain-lain.

Salah satu karakteristik pebelajar yang penting untuk diketahui dan

diperhatikan oleh guru adalah gaya kognitif. Gaya kognitif dideskripsikan

sebagai cara bagaimana pebelajar mengolah informasi. Keefe (1987)

mengemukakan bahwa gaya kognitif adalah bagian dari gaya belajar yang

menggambarkan kebiasaan berperilaku relatif tetap dalam diri seseorang dalam

menerima, memikirkan, memecahkan masalah maupun dalam menyimpan

informasi. Salah satu bentuk gaya kognitif siswa adalah Field Dependent (FD)

dan Field Independent (FI). Menurut Witkin dan Goodenough dalam Altun dan

Cakan (2006) seseorang termasuk dalam kategori field independent (FI) jika

mereka mampu memisahkan satu unsur dari pada konteksnya atau dari wilayah

latar belakang dan mereka cenderung mendekati permasalahan lebih analitis.

Sebaliknya, field dependent (FD) mereka lebih baik pada mengingat kembali

informasi sosial seperti percakapan dan suatu hubungan dan mendekati

permasalahn lebih global dengan gambaran keseluruhan dari konteks yang

diberikan.

Hasil penelitian yang dilakukan Fatmawati (2010) mengemukakan

terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan penguasaan konsep antara siswa

FI dengan FD setelah pembelajaran dengan metode eksperimen berbasis inkuiri,

peningkatan penguasaan konsep siswa FI lebih tinggi dari pada siswa FD. Sulana,

P. (2014) mengemukakan siswa yang memiliki gaya kognitif FI dan diajar

menggunakan strategi pembelajaran PBL lebih tinggi daripada siswa yang

memiliki gaya kognitif FD dan diajar menggunakan strategi pembelajaran PBL.

Dari uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving terhadap

(16)

akan dilakukan di SMA Negeri 1 Baleendah kelas XI IIS pada mata pelajaran

ekonomi materi kebijakan perdagangan internasional.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas yang

menggunakan metode pembelajaran problem solving dan kelas yang

menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab ?

2. Apakah ada perbedaan gaya kognitif field independent dan field dependent

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa?

3. Apakah ada perbedaan pengaruh interaksi antara metode pembelajaran problem

solving serta metode ceramah dan tanya jawab dengan gaya kognitif field

independent dan field dependent terhadap kemampuan berpikir kritis siswa ?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh temuan sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas yang

menggunakan metode pembelajaran problem solving dan kelas yang

menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab

2. Untuk mengetahui perbedaan gaya kognitif field independent dan field

dependent terhadap kemampuan berpikir kritis siswa

3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh interaksi metode pembelajaran

(17)

gaya kognitif field independent dan field dependent terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat digunakan sebagai contoh untuk

mengembangkan metode pembelajaran yang serupa atau jenis lain yang

dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

2. Bagi pendidik khususnya guru ekonomi, diharapkan penelitian ini dapat :

a. Memberikan informasi dan gambaran serta memperkaya pengetahuan guru

tentang metode pembelajaran

b. Memberikan suatu metode pembelajaran yang aktif dan menarik serta dapat

dijadikan pembelajaran alternatif untuk mengajar dikelas, terutama untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

c. Memotivasi guru untuk melakukan inovasi dalam menggunakan metode

pembelajaran sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem

pembelajaran di kelas

d. Dengan mengetahui gaya kognitif yang dimiliki siswa, guru dapat memilih

metode pembelajaran yang dapat mengakomodasi perbedaan gaya kognitif

siswa

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

pembelajaran pemecahan masalah yang dapat dijadikan masukan dalam

meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah yang lebih mengarah pada

berfikir kritis sehingga menghasilkan siswa unggul yang dapat bersaing

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Suharsimi Arikunto (2010:203), menyebutkan bahwa “metode penelitian adalah cara yang digunaka oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

eksperimen, yaitu suatu jenis eksperimen yang tidak sebenarnya karena jenis

eksperimen ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat

dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu (Suharsimi, 2010:123).

Subjek dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok

kelas eksperimen dengan metode problem solving dan kelompok kelas kontrol

dengan metode ceramah dan tanya jawab.

B.Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan anava dua jalan dengan desain

faktorial 2×2. Rancangan tersebut berbentuk sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Faktorial

Gaya Kognitif

Metode Pembelajaran

Metode Problem

Solving (A1)

Konvensional

(A2)

Gaya Kognitif Field Independent (B1) KBK_A1B1 KBK_A2B1

Gaya Kognitif Field Dependent (B2) KBK_A1B2 KBK_A2B2

Keterangan:

1. KBK = Kemampuan berpikir kritis

2. KBK_A1 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang diberi

(19)

3. KBK_A1B1 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang diberi

perlakuan metode problem solving dengan gaya kognitif field independent

4. KBK_A1B2 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas yang diberi

perlakuan metode problem solving dengan gaya kognitif field dependent

5. KBK_A2 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab

6. KBK_A2B1 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan gaya kognitif field

independent

7. KBK_A2B2 = Kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol

menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan gaya kognitif field

dependent

C.Tempat Penelitian dan Subjek Penelitian

Tempat dalam penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Baleendah. Subjek

penelitian terdiri dari satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol dari

kelas XI jurusan IIS (Ilmu-Ilmu Sosial) pada mata pelajaran ekonomi tahun

pelajaran 2014/2015. Kelas eksperimen adalah kelas XI IIS 2 yang berjumlah 34

siswa dan kelas kontrol adalah kelas XI IIS 3 yang berjumlah 34 siswa.

D.Prosedur Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu: (1) tahap persiapan

penelitian; (2) tahap pelaksanaan penelitian; (3) tahap akhir. Secara garis besar

kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan penelitian

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain:

a) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b)Membuat kisi-kisi instrumen kemampuan berpikir kritis yang mencakup

materi perdagangan internasional

(20)

d)Mengkonsultasikan instrumen penelitian pada dosen pembimbing

e) Melakukan uji coba instrumen

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan penelitian meliputi:

a) Pemberian test gaya kognitif pada dua kelompok.

b) Pelaksanaan pembelajaran yaitu untuk kelompok eksperimen perlakuan

metode problem solving dan kelompok kontrol menggunakan metode

ceramah dan tanya jawab.

c) Melakukan posttest pada kedua kelompok untuk mengetahui kemampuan

berpikir kritis setelah penerapan metode Problem Solving pada kelas

eksperimen dan metode ceramah dan tanya jawab pada kelas kontrol.

3. Tahap akhir

a) Mengumpulkan data hasil penelitian

b) Pengolahan data hasil penelitian

c) Pembahasan hasil temuan penelitian

d) Pembuatan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian

e) Pembuatan laporan hasil penelitian

Sesuai dengan prosedur yang telah direncanakan maka dibuat alur

(21)

Menyusun RPP dan instrumen

Uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran

Pengkajian dan revisi

Penentuan subjek penelitian

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Metode Problem Solving Metode Ceramah dan Tanya Jawab

Posttest

Data

Analisis Data

Kesimpulan

Studi Pendahuluan Studi Literatur

Perancangan Penelitian

(22)

E.Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel merupakan prosedur bagaimana menjabarkan

konsep teoritik, konsep empirik dan analitik, menjadi konsep dimensi dan

indikator variabel, sehingga dapat dijadikan pedoman pengukuran variabel

penelitian. Konsep teoritik menjelaskan konsep variabel penelitian secara umum,

kemudian dijelaskan lebih rinci lagi menjadi dimensi dan indikator penelitian.

Jadi operasionalisasi variabel penelitian merupakan proses pemecahan

unsur-unsur variabel penelitian berdasarkan teori yang ada, sehingga dapat mengukur

variabel penelitian tersebut.

Dalam penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu: variabel bebas,

variabel terikat, dan variabel moderator. Variabel-variabel tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut. (1) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode

pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) yang diberikan pada

kelompok eksperimen, (2) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kemampuan berpikir kritis siswa, dan (3) Variabel moderator dalam penelitian ini

adalah gaya kognitif siswa, yang dikelompokkan menjadi gaya kognitif field

independent dan field dependent.

(23)

Tabel 3.2

Konsep dan Sintak Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah (problem solving) identifikasi dalam bentuk pengamatan tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan

2). Menganalisis Masalah

Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menganalisis masalah dari berbagai sudut pandang dan menentukan cara pemecahan masalah.

3). Merumuskan Hipotesis

Guru Memberi kesempatan siswa untuk menyusun hipotesis secara mandiri dan Siswa mendiskusikan dengan kelompok untuk menentukan jawaban sementara atas rumusan masalah yang telah ditentukan 4). Mengumpulkan data

Guru memberikan kesempatan kepada siswa dalam kelompoknya untuk mengumpulkan informasi dan menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan

5). Pengujian Hipotesis

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menelaah data yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber dan membahasnya untuk melihat hubungan dengan masalah yang dikaji

6). Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah

(24)

Tabel 3.3

Konsep, Dimensi dan Indikator Gaya Kognitif

Variabel Konsep Variabel Dimensi Indikator

(25)

Tabel 3.4

Konsep, Dimensi dan Indikator Kemampuan Berpikir Kritis sosial. 5) cenderung

mengikuti tujuan yang sudah ada. 6) cenderung bekerja

dengan motivasi eksternal serta lebih tertarik pada penguatan

eksternal.

Variabel Konsep Variabel

Dimensi Indikator

(26)

F. Instrumen Penelitian

(27)

Instrumen kemampuan berpikir kritis berupa tes tertulis, dalam bentuk

pilihan ganda. Untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa setelah

mendapatkan perlakuan dilakukan posttest. Alat tes kemampuan berpikir kritis

akan di uji coba pada subjek yang telah mempelajari materi yang akan diukur

dalam alat tes tersebut.

2. The Group Embedded Figure Test (GEFT)

Group embedded figure test merupakan seperangkat tes psikometrik yang

dikembangkan oleh Witkin dkk (1971). GEFT adalah tes yang umum digunakan

dalam studi untuk mengklasifikasikan gaya kognitif siswa kedalam field

dependent (FD) atau field independent (FI).

GEFT mengkaji kemampuan sampel penelitian melalui identifikasi bentuk

sederhana yang berada dalam pola yang lebih rumit. GEFT mencakup tiga bagian.

Bagian pertama, yang dianggap sebagai pengantar terdiri dari tujuh soal. Dua

bagian yang lain (kedua dan ketiga) masing-masing memiliki sembilan soal.

Selama pengujian, petunjuk dihalaman pertama pada awalnya dibacakan. Para

siswa bisa mengerjakan setiap bagian dalam batas waktu 10 menit, beberapa siswa

yang menyelesaikan bagian dalam waktu lebih pendek tidak diizinkan untuk

melanjutkan kebagian berikutnya, semua siswa mulai bekerja secara bersamaan

pada setiap bagian. Skor FDI untuk setiap siswa adalah jumlah total angka dalam

dua bagian terakhir tes. Setiap jawaban yang benar diberikan nilai 1. Skor

maksimal adalah 18 poin dan minimum 0 poin.

Reabilitas untuk GEFT telah diukur oleh peneliti sebelumnya. Cornbach

alpha untuk 18 soal pada GEFT terukur a=0,90 (Nicolaou, dalam Silmi, 2013.

Hlm, 31), artinya reliabilitas GEFT ini sangat tinggi. GEFT juga dapat dikatakan

sangat valid, karena sering digunakan untuk mengukur gaya kognitif FDI pada

penelitian-penelitian sebelumnya (Grigorenko & Stenberg; Almolhodaei,). Dalam

Silmi, 2013. hlm, 31

Adapun interpretasi skor GEFT menurut Dyer dan Osborne (1996) dalam

(28)

Field Dependent Field Neutral Field Independent

0 8 9 10 11 18

Gambar 3.2 Interpretasi Skor GEFT Dyer dan Osborne

G. Analisis Uji Alat Tes

1. Uji Validitas

Sudjana (2012:12) mengatakan bahwa validitas berkenaan dengan

ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai

apa yang seharusnya dinilai. Validasi instrumen dilakukan sebelum instrumen

pengumpul data digunakan, untuk memastikan bahwa alat tersebut mengukur ada

yang seharusnya diukur (valid), (Sugiyono, 2010: 197).

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi

antar bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara

mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah

tiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment (Riduwan, 2013: 110),

adalah:

ℎ� �� = � −

.

�. 22 .. 22 Keterangan :

rhitung = Koefisien korelasi

∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden

Dengan menggunakan taraf signifikan  = 0,05 koefisien korelasi yang

diperoleh dari hasil perhitungan, dibandingkan dengan nilai tabel korelasi nilai r

dengan derajat kebebasan (n-2) dimana n menyatakan jumlah baris atau

banyaknya responden.

(29)

Jika r hitung≤ r 0,05→ tidak valid

Secara rinci, rekapitulasi uji validitas kemampuan berpikir kritis

menggunakan bantuan program aplikasi Microsoft Excel 2013 disajikan pada

tabel 3.2

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis

soal kemampuan berpikir kritis terdapat 19 soal yang valid, dan 1 soal tidak valid.

Untuk 19 soal yang valid, maka soal tersebut digunakan untuk tes selanjutnya

(30)

2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil

pengukuran (Syaodih, 2012: 229). Selanjutnya uji reliabilitas digunakan untuk

mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat

diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang.

Ada beberapa metode pengujian reliabilitas diantaranya metode tes ulang,

formula belah dua dari Spearman-Brown, formula Rulon, formula Flanagan, Cronbach’s Alpha, metode formula KR-20, KR-21 dan metode Anova Hoyt. Metode yang sering digunakan dalam penelitian adalah metode Cronbach’s

Alpha, metode ini sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (misal 1-5),

skor rentang (misal 0-50) atau digunakan pada skor dikotomi (0 dan 1) dan akan

menghasilkan perhitungan yang setara dengan menggunakan metode KR-20 dan

Anova Hoyt.

Adapun rumus Cronbach’s Alpha adalah :

� =(� −1) 1− � 2

Keterangan :

k = banyak pertanyaan dalam item ∑si2 = varian item

st2 = varian total

Rumus untuk varian total dan varian item :

2= X2

JKi = jumlah kuadrat seluruh skor item

(31)

Untuk koefisien reliabilitas yang menyatakan derajat keterandalan alat

evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh J.P Guilford (dalam Priatna.

2008, hlm. 16)

Perhitungan uji reliabilitas soal kemampuan berpikir kritis ini

menggunakan bantuan program aplikasi Microsoft Excel 2013. Adapaun

rekapitulasi hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel 3.7

Tabel 3.7

Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan thitung Derajat Relliabilitas Kriteria Kemampuan

Berpikir Kritis 0.90 Sangat tinggi Reliable

Hasil analisis menunjukkan bahwa soal kemampuan berpikir kritis

memenuhi kriteria untuk digunakan dalam penelitian yaitu reliabel dengan

kategori sangat tinggi.

3. Taraf Kesukaran

Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik,

disamping memenuhi validitas dan reliabilitas adalah adanya keseimbangan dari

tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya

soal-soal yang termasuk mudah, sedang dan sukar secara proporsional. Tingkat

kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam

menjawab, bukan dilihat dari sudut guru sabagai pembuat soal (Sudjana, 2012:

135).

Selanjutnya Sudjana (2012: 137) mengatakan cara melakukan analisis

(32)

I = B N

Keterangan :

I = Indeks kesulitan untuk setiap butir soal

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

N = Banyak siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan

Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh makin

sulit soal tersebut (Sudjana, 2012: 137), kriteria indeks kesulitan soal itu adalah:

0 – 0,30 = soal kategori sukar

0,31 – 0,70 = soal kategori sedang

0,71 – 1,00 = soal kategori mudah

Hasil rekapitulasi tingkat kesukaran soal kemampuan berpikir kritis

menggunakan bantuan program aplikasi Microsoft Excel 2013 dapat dilihat pada

tabel 3.5

Tabel 3.8

(33)

17 0.3 Sukar

18 0.65 sedang

19 0.55 sedang

20 0.2 Sukar

Sumber: Nilai uji coba instrument (data sudah diolah)

Data pada tabel 3.8 menunjukkaan bahwa tingkat kesukaran soal-soal

tersebut termasuk kategori sedang, dan soal-soal tersebut dapat digunakan dalam

penelitian.

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk

mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu

(tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang atau lemah prestasinya

(Sudjana, 2012: 141). Selanjutnya Sudjana (2012: 141) mengatakan bahwa tes

yang tidak memiliki daya pembeda, tidak akan menghasilkan gambaran hasil yang

sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya.

Cara yang biasa dilakukan dalam analisis daya pembeda adalah dengan

rumus :

D = − =� − �屲

Keterangan :

D = indeks diskriminasi (daya pembeda)

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyak peserta kelompok bawah

BA = banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Sedangkan untuk melihat apakah daya pembeda jelek, cukup, baik atau

(34)

Tabel 3.9

Klasifikasi Daya Pembeda

No Rentang Nilai D Klasifikasi

1 D < 0,20 Jelek

2 0,20 ≤ D < 0,40 Cukup 3 0,40 ≤ D < 0,70 Baik 4 0,70 ≤ D < 1,00 Baik Sekali

Sumber: Arikunto (2013: 232)

Hasil rekapitulasi daya pembeda soal kemampuan berpikir kritis

menggunakan bantuan program aplikasi Microsoft Excel 2013 dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 3.10

(35)

20 0.27 Cukup

Sumber: Nilai uji coba instrument (data sudah diolah)

Berdasarkan tabel 3.10, daya pembeda soal kemampuan berpikir kritis

memiliki interpretasi baik dan cukup, artinya soal-soal tersebut dapat digunakan

untuk membedakan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, adapun soal yang

dinyatakan gugur adalah soal no 3 dengan kategori jelek.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah program

SPSS versi 21. Prosedur uji normalitas adalah sebagai berikut :

1)Hipotesis:

H0 = Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal

H1 = sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

2)Taraf signifikansi α = 0,05

3)Statistik Uji : Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

4)Keputusan Uji :

H0 diterima jika p-value > taraf signifikansi α

H0 ditolak jika p-value < taraf signifikansi α.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dengan program SPSS versi 21 dengan prosedur sebagai

berikut:

1) Hipotesis :

H0 = Semua variansi homogen (sama)

H1 = Tidak semua variansi homogen (tidak sama)

2) Taraf signifikansi α = 0,05

3) Kriteria pengujian Ho ditolak jika p-value < α

(36)

3. Pengujian Hipotesis

Setelah menguji normalitas dan homogenitas data, selanjutnya dilakukan

uji hipotesis. Uji hipotesis ini menggunakan uji statistik Analysis of Variance

(Anova), uji anova dilakukan untuk mengetahui pengaruh utama (main effect) dan

pengaruh interaksi (interaction effect) dari variabel independen kategorikal

terhadap variabel dependen metrik (Ghozali,2013.hlm.68). Lebih lanjut

(Ghozali,2013.hlm.68) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pengaruh

utama (main effect) yaitu pengaruh langsung variabel independen terhadap

variabel defenden. Sedangkan pengaruh interaksi adalah pengaruh bersama atau

joint effect dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependent. Uji

anova ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 21.

1) Pengujian Hipotesis Statistik 1, 2, dan 3

a. Pengujian efek utama :

a). H0 : αi = 0 tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas

yang menggunakan metode pembelajaran problem solving dan kelas yang

menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab

Ha : αi ≠ 0 ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara kelas yang menggunakan metode pembelajaran problem solving dan kelas yang

menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab

b).H0 : βj = 0 tidak ada pengaruh gaya kognitif field independent dan field

dependent terhadap kemampuan berpikir kritis siswa

Ha : βj ≠ 0 ada pengaruh gaya kognitif field independent dan field

dependent terhadap kemampuan berpikir kritis siswa)

Effect Size Untuk uji Anova between subject design dengan mencari eta squared:

 Pengaruh perlakuan baris : ɳ2r =

(37)

 Pengaruh interaksi : ɳ2I =

(Kusnendi, 2015)

b. Pengujian Interaksi :

c). H0 : (αβ) = 0 tidak ada pengaruh interaksi antara metode pembelajaran

Problem solving serta metode ceramah dan tanya jawab dan gaya kognitif

field independent dan field dependent terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa.

Ha: (αβ) ≠ 0 ada pengaruh interaksi antara metode pembelajaran Problem solving dan metode ceramah bervariasi dan gaya kognitif field

independent dan field dependent terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa.

Tabel 3.11

ANOVA BETWEEN SUBJECT DESIGN Sumber

JKT = Jumlah kuadrat total

JKB = Jumlah kuadrat baris (gaya kognitif)

JKK = Jumlah kuadrat kolom (metode pembelajaran)

JKI = jumlah Kuadrat interaksi (gaya kognitif, metode pembelajaran dan

kemampuan berpikir krtitis)

(38)

Kuadrat Rata-rata (Mean Squares) :  KRB = JKB / (r-1)

 KRK = JKK/ (c-1)  KRI = JK(I)/ ((r-1)(c-1))  KRE = JKE/ (rc(n-1)

(Kusnendi, 2015)

Statistik Uji F ;

 F1 = KRB/KRE  F2 = KRK/KRE  F3 = KRI/KRE

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, hipotesis sampai

dengan pengujian hipotesis pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas

yang menggunakan metode problem solving dan kelas yang menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab. Hal ini berarti metode problem solving

lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

2. Terdapat pengaruh gaya kognitif field independent dan field dependent

terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, hal ini berarti bahwa siswa

yang memiliki gaya kognitif field independent memiliki peningkatan

kemampuan berpikir kritis lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki gaya

kognitif field dependent

3. Terdapat interaksi antara metode pembelajaran problem solving dan

metode pembelajaran ceramah dan tanya jawab dan gaya kognitif terhadap

kemampuan berpikir kritis. Hal ini berarti bahwa pada tiap kategori gaya

kognitif, kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar menggunakan

metode pembelajaran problem solving lebih baik dibandingkan dengan

siswa yang belajar menggunakan metode pembelajaran ceramah dan tanya

jawab .

B. Saran

1. Dalam merancang proses pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan

gaya kognitif siswa agar pencapaian proses pembelajaran dapat terlihat

2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian

metode Problem solving dengan memadukan gaya kognitif dengan

(40)

3. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian dengan

membandingkan pengaruh penggunaan metode Problem solving dengan

metode pembelajaran lain yang berlandaskan teori konstruktivisme dengan

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus.(2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung.Revika Aditama

Aiken, Lewis R. 1997. Psychological testing and Assessment, Boston: Allyn and

Ahmad, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Generatif Berbantuan Simulasi Komputer untuk Mereduksi Kuantitas Siswa yang Miskonsepsi dan Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa pada Materi Teori Kinetik Gas. Tesis PPS UPI. Tidak Diterbitkan

Ali, R., Hukamdad., Akhter, A. Khan, A. (2010). Effect of Using Problem Solving Method in Teaching Mathematics on the Achievement of Mathematics Students. Asian Social Science Vol 6 No 2. Februari 2010. [Online] Diunduh pada http://ccsenet.org/journal/index.php/ass/article/view/5040/4181 5 Februari 2015

Almolhodaei, H. (1996). A study in higher education calculus and student’s learning style. Tesis Doctor of Philosophy (Ph.d) pada Universitas Glasgow Skotlandia: tidak diterbitkan

Altun dan Cakan. (2006). Undergradate Students’s Academic Achievement, Field Dependent/Independent Cognitive Style and Attitude toward Computers. Educationals Technology & Society.9(1), 289-297

Antonietti, A. dan Gioletta, M. A. 1995. Individual Differences in Analogical Problem Solving. Personality and Individual Differences. Volume 18, Issue5, Page 571-691

Arends, I.R. (2008). Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arifin, M. (1995). Pengembangan program pengajaran bidang studi kimia. Surabaya: Erlangga Universitas Press

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

(42)

Chapelle, C. (1995). Field Independent/Dependent im 2nd Language Acuisition Research. Journal Research in Language Study (42), 47-83

Costa, A. L. (ed). (1985). Developing Minds: A Resource Book For Teaching Thinking. Alexandria: ASCD.

Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

David A ,Jacobsen,et all. (2009). Methodes For Teaching (Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Departemen Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. (2011). Survey

internasional PISA [online]. Tersedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa

Departemen Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud. (2011). Survey

internasional TIMSS [online]. Tersedia:

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fatmawati, S. 2010. Pengaruh gaya kognitif dan gender terhadap penguasaan konsep siswa SMP dalam pembelajaran dengan metode eksperimen berbasis inkuiri pada materi pemantulan cahaya. PPS UPI. Tidak Diterbitkan

Filsaime, D. K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Goldstein, Norman L., and E Brophy. (1990). Education Psycholog. New York: Longman.

Grigorenko, E. L., & Strenberg, R.J. (1995). Thinking Style, In D. H. Saklofske&M. Zeidner (Eds), International handbook of personality and intelligence. (pp 205-209) New York, NY:Plenum.

(43)

Helmi, R. (2014). Pengaruh penggunaan metode problem solving terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik SMA. PPS UPI. Tidak Diterbitkan.

IEA. 2012. TIMSS 2011 international results in mathematics. Diakses pada 28 Januari 2014. Tersedia [Online].:

http://timss.bc.edu/timss2011/download/T11_IR_M_Chapter1.pdf

Joice, Bruce. (2009). Models of teaching. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Keefe, J. W. 1987. Learning Style Theory and Practice. Virginia: National Association of Secondary School Principals.

Keefe, J. W. (1979). Student Learning Style : Diagnosing and Prescribing Programs. Reston, VA : National Association of Secondary School Principals.

Kusnendi. (2005). “Uji Beda Dua Rata-rata dalam Penelitian Kuasi Eksperimen Control Group Pretest-Posttest Design”. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis : Bandung. UPI

Kusnendi. (2015). “Main and Interaction effect of Analysis Of Variance”. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis : Bandung. UPI

Lin, dkk. (2009). Effects on cognitive styles in student achievement for context-aware ubiquitous learning. Taiwan: Departement of information management chaoyang university of technology.

Linda S. Behar-Horenstein. (2011). Teaching Critical Thinking skill in Higher Education:A Review of The Literature. Journal of College Teaching and Learning, Vol 8 (2), hlm. 25-42

Lovell, B. (1990. Adult Learning. London : Cormhelm

Marrapodi, Jean. (2003). Critical Thingking and Creativity an Overview and Comparison of the Theories. [Online]. Tersedia: http://www.applestar.org/capella/CRITICAL%20THINGKING%20AND%20C RETIVITY.pdf.

(44)

Muslim, B. (2014). Pengaruh model pembelajaran pemecahan masalah terhadap keterampilan berfikir kritis dan efikasi diri siswa pada konsep hidrolis garam. PPS UPI. Tidak Diterbitkan.

Nicolaou. A.A. dan Xistouri. X. (2010). “Field dependence/independence cognitive

style and problem possing : An Investigation with sixth grade students”.

Educational psychology journal. 30 (5), 611-627. Olson, S. (2000). Inquiry and the national science education standards: A guide for teaching and learning. USA:BOSE

Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. 2009. Pembelajaran Kontekstual. Surabaya: PT. JePe Press Media Utama.

Nurlaila, N. Suparmi., Sunarno, W., (2013). Pembelajaran fisika dengan Pbl menggunakan Problem Solving dan Problem Possing di Tinjau dari Kreativitas dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Inkuiri ISSN:2252-7893, Vol 2, No 2 2013 (hal 114-113).

OECD. (2013). PISA result : whats students know and can do – student performance in mathematics, reading and science (volume i). [tersedia : online : http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-volume1.pdf)

Oon-Seng Tan .(2009). Problem-based Learning and Creativity. Singapure:Cangage Learning Asia Pte Ltd.

Priatna.(2008). Uji coba instrumen penelitian dengan menggunakan MS Excel dan

SPSS [Online]. Diunduh pada

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR_PEND._MATEMATIKA/19641205 1990031-BAMBANG_AVIP_PRIATNA_M/Makalah_November_2008.pdf 8 februari 2015

Purwanto, Edy. 1999. Desain Teks untuk Belajar ”Problem Solving”. Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. No. 2 Tahun 1999.

Rafiq, Zainur. 2011. Pengaruh Strategis Pembelajaran dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil Belajar Membaca Gambar Teknik Mesin. PPS UNJ. Tidak Diterbitkan

(45)

Ramirez and Castenada. (2005). Some Attributes of Field Independent and Field dependent Cognitive Styles. Tersedia : Online (http://www.nwrel.org/index.html).

Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Sagala, S. (2013). Konsep dan makna pembelajaran: untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2014). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Seyed Javad Ghazi Mir Saeed & Sarah Nokhbeh Rousta. (2013). The Effect of Problem-based Learning on Critical Thinking Ability of Iranian EFL Students. Journal of Academic and Applied Studies, Vol 3 (7), hlm. 1-14

Silmi, Dini. Analisis Deskriptif Gaya Kognitif Field Dependent-Field Independent Siswa Sekolah Menengah Pada Pembelajaran Fisika Levels Of Inquiry Model. Skripsi UPI. Tidak Diterbitkan

Siregar, E dan Hartini Nara. (2010). Teori belajar dan pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia

Sudirman dkk. (1989). Ilmu Pendidikan. Bandung : Remadja karya.

Sudjana, Nana. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2010). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulana, P. (2014). Pengaruh strategi pembelajaran dan gaya kognitif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah. [tersedia :

online :

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:5EeohQTiKKsJ:journa l.ppsunj.org/jps/article/download/206/206+&cd=1&hl=id&ct=clnk

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta :Pustaka Pelajar

(46)

Syaodih, Nana. (2012). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Snyder, LG. and Snyder, MJ. (2008). Teaching Critical Thinking and Problem Solving Skills. The Delta Pi Epsilon J. L (2): 90-99.

Trianto.(2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana.

Warsono, Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif : Teori dan Asesmen. Bandung : Remaja Rosdakarya

Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta : Bumi Aksara

W. Gulo. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Witkin, H.A., Oltman, P.K., Karp, S. A. (1971). A manual for the embedded figure test. California: Consulting Psychologists Press.

Witkin,H.A.dkk. (1979). Field Dependent and Field Independent Cognitive Styles and Their Education Implication, New York : American Education Research Journal.

Yaumi, Muhammad dan Nurdin Ibrahim. 2013. Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) Menridentifikasi dan mengembangkan multitalenta anak. Kencana: Jakarta

(47)

Gambar

Tabel 1.1  Pencapaian Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tabel 3.1 Desain Faktorial
Gambar 3.1 Alur penelitian
Tabel 3.2   Konsep dan Sintak Metode Pembelajaran Pemecahan Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas CPS lebih tinggi daripada kelas PK; (2) peningkatan kemampuan berpikir kritis

Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen yang menggunakan metode problem solving lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang

Dalam penelitian ini, analisis data menggunakan SPSS statistic 18 bedasarkan hasil analisisdiperoleh bahwa hasil kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen

Interaksi antara inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan proyek dengan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas terhadap hasil belajar siswa. Hasil

Interaksi antara inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan proyek dengan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas terhadap hasil belajar siswa. Hasil

Data hasil penelitian yang diperoleh hasil kemampuan berpikir kritis siswa pada saat pretest di kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol hal ini ditunjukkan dengan nilai

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran problem posing memiliki nilai

proses pembelajaran dengan metode Problem Solving, siswa akan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dan diubah menjadi pengetahuan baru sesuai pengalamannya saat