• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK TEKNIK PENYULUHAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENERAPAN PENYULUH DAN PETERNAK SAPI BALI DI BALI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK TEKNIK PENYULUHAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENERAPAN PENYULUH DAN PETERNAK SAPI BALI DI BALI."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK TEKNIK PENYULUHAN

FOCUS GROUP

DISCUSSION

(FGD) TERHADAP PERUBAHAN

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENERAPAN

PENYULUH DAN PETERNAK

SAPI BALI DI BALI

DAYU MADE DWIWATI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

DAMPAK TEKNIK PENYULUHAN

FOCUS GROUP

DISCUSSION

(FGD) TERHADAP PERUBAHAN

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENERAPAN

PENYULUH DAN PETERNAK

SAPI BALI DI BALI

DAYU MADE DWIWATI NIM 1391361004

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

SAPI BALI DI BALI

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister

pada Program Magister Program Studi Ilmu Peternakan, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

DAYU MADE DWIWATI NIM 1391361004

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

1 1.1 Latar Belakang

Pertanian menjadi sangat penting bagi Indonesia, karena sebagian besar

mata pencaharian penduduk Indonesia memanfaatkan sumberdaya yang ada di

sektor pertanian. Sektor pertanian juga berperan untuk menyediakan kebutuhan

pangan penduduk seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin

meningkat.

Sumberdaya yang ada di Indonesia terutama di sektor pertanian

diharapkan mampu untuk (1) mencapai swasembada dan swasembada

berkelanjutan, (2) meningkatkan diversifikasi pangan (3) meningkatkan nilai

tambah, daya saing, dan ekspor serta (4) meningkatkan kesejahteraan petani (RKT

Kementerian Pertanian 2010).

Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang

memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat.

Perkembangan peternakan di Indonesia juga didukung oleh adanya kesadaran

masyarakat dalam mengkonsumsi pangan bergizi. Pembangunan sektor ini dapat

diwujudkan dengan mengembangkan sistem peternakan yang diharapkan dapat

meningkatkan populasi, produktifitas, kualitas, pemasaran dan efisiensi usaha

ternak, untuk itu proses adopsi inovasi sebuah teknologi peternakan sangat

(5)

Suatu teknologi akan diadopsi oleh pengguna, apabila teknologi tersebut

mampu memberikan nilai tambah bagi pengguna. Fakta empiris yang didukung

hasil penelitian menunjukkan bahwa adopsi teknologi tersebut di tingkat

pengguna belum sesuai harapan. Seperti penelitian Wiguna AA, (2013)

menunjukkan bahwa upaya pemerintah untuk mencapai swasembada daging sapi

tahun 2014, relatif sulit dicapai, karena rendahnya dukungan penyuluhan di Bali,

padahal Bali merupakan salah satu andalan pemerintah dalam menyiapkan daging

sapi secara nasional.

Umumnya peternakan sapi bali di Bali awalnya juga hanya bersifat skala

kecil, tetapi kebutuhan yang semakin besar didukung oleh kualitas daging sapi

bali dengan berbagai kelebihannya, maka sapi bali pun mulai di kelola secara

profesional dengan kapasitas yang cukup besar, sehingga membuat beberapa

daerah di Bali menjadi sentra peternakan sapi bali, guna memenuhi kebutuhan

masyarakat terhadap daging sapi. Beberapa daerah yang dimaksud seperti :

Kabupaten Bangli, Buleleng dan Tabanan.

Permasalahan yang dialami oleh peternak ada kalanya tidak bisa diatasi

dalam kelompok tani yang sudah terbentuk. Kondisi ini tentunya memerlukan

metode atau teknik tersendiri agar bisa mendapatkan solusi yang tepat. Inovasi

terbaru dapat diperkenalkan kepada peternak melalui kegiatan penyuluhan

pertanian (agricultural extension).

Penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai suatu sistem pendidikan di

luar sekolah (nonformal) untuk para petani dan keluarganya dengan tujuan agar

(6)

dan memuaskan serta meningkatkan kesejahteraannya (Wiriatmadja 1990). Di

tingkat petani, inovasi teknologi yang telah diperkenalkan masih belum

sepenuhnya diadopsi oleh seluruh petani.

Kegiatan penyuluhan pertanian belum berpengaruh terhadap perilaku

petani dalam mengadopsi sebuah inovasi, sehingga tak jarang petani memutuskan

untuk menolak inovasi teknologi tersebut, meskipun inovasi yang diperkenalkan

merupakan hasil perbaikan atau modifikasi teknologi yang ada di tingkat peternak

dan bahkan telah diujicobakan kepada peternak lain, akan tetapi belum mampu

untuk mengubah keyakinan peternak dalam mengadopsi sebuah inovasi teknologi.

Ketidakpastian dan ketidakterjaminan hasil yang akan diperoleh peternak ketika

mengadopsi sebuah inovasi baru menyebabkan peternak masih berpegang teguh

dan bertahan pada teknologi lokal yang selama ini diterapkannya.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tentang keputusan adopsi inovasi, fakta

yang ada di masyarakat menunjukkan bahwa apa yang disampaikan kepada

peternak tidak selalu didengar dan jika didengar tidak selalu dipahami, apabila

mereka memahami belum tentu mereka setuju, dan meskipun mereka setuju

dengan apa yang disampaikan, ternyata petani belum tentu melakukannya. Jika

mereka menerapkan apa yang disampaikan, tidak selalu penerapan inovasi

tersebut dipertahankan atau berkelanjutan.

Penyuluhan pertanian juga mengajarkan masyarakat tentang apa yang

diinginkannya dan bagaimana cara mencapai tujuannya. Metode yang diterapkan

dalam penyuluhan pertanian adalah belajar sambil bekerja dan mengajarkan pada

(7)

yang dikembangkan adalah komunikasi dua arah, saling menghormati dan saling

mempercayai dalam bentuk kerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarkat. Penyuluh pertanian harus mampu menumbuhkan cita-cita yang

dilandasi untuk selalu berfikir kreatif dan dinamis yang mengacu pada

kegiatan-kegiatan yang ada dan dapat ditemui di lapangan atau harus selalu disesuaikan

dengan keadaan yang dihadapi.

Komunikasi, metode penyuluhan dan tingkat pendidikan seorang penyuluh

serta pemahaman terhadap karakter peternak, tradisi serta kebiasaan masyarakat

ketika membuat program penyuluhan merupakan hal terpenting dalam suatu

kegiatan penyuluhan agar terciptanya kondisi yang diharapkan dari kegiatan

penyuluhan.

Faktor penghambat dalam kegiatan penyuluhan, di antaranya tingkat

pendidikan masyarakat yang secara umum masih termasuk rendah, sementara itu

penyuluhan pertanian bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

ketrampilan petani beserta keluarganya dari tradisional menjadi dinamis rasional.

Penyuluhan tidak dapat rnemecahkan semua permasalahan yang dihadapi

petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya dapat digunakan untuk

memecahkan sebagian dari masalah yang telah dikemukakan. Fungsi sosial

lain, seperti penelitian ilrniah dapat membautu memecahkan persoalan sosial,

misalnya dengan mengembangkan teknik penyuluhan yang tepat sehingga

tercapai tujuan dari penyuluhan itu. Tujuan petani merupakan isu yang perlu

diangkat, melalui diskusi, penyuluhan dapat membantu petani menentukan

(8)

Keberhasilan penyuluhan pertanian bukan semata-mata tergantung pada

teknis penyuluhannya saja, tetapi merupakan gabungan dari seluruh aspek mulai

dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian, kelembagaan,

metode penyuluhan yang digunakan, juga kondisi kelompok tani.

Sasaran penyuluhan pertanian dapat berupa individu, kelompok, maupun

organisasi. Sasaran individu atau perorangan dalam penyuluhan pertanian dapat

dicapai dengan menggunakan metode khusus yaitu melakukan pendekatan secara

individu. Sasaran kelompok dalam penyuluhan pertanian dapat dicapai dengan

melakukan pendekatan secara kelompok, sedangkan untuk mencapai sasaran

dalam organisasi yang lebih besar dapat dilakukan dengan pendekatan massal.

Penggunaan metode ini selain didasarkan pada jumlah sasaran yang ingin dicapai,

perlu juga mempertimbangkan situasi dan kondisi sasaran penyuluhan pertanian.

Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan pendekatan massal agar lebih efisien,

untuk mengubah sikap, dan untuk dapat memberikan motivasi yang kuat bagi para

petani untuk melaksanakan suatu inovasi, digunakan metode pendekatan

kelompok, sedangkan untuk meningkatkan keterampilan, pendekatan perorangan

akan lebih efektif (Mardikanto, 1993).

Metode penyuluhan lain yang sudah diterapkan oleh penyuluh, salah

satunya adalah metode demonstrasi dan sekolah lapangan, metode ini sering kali

dipandang sebagai metode yang paling efektif , karena metode sesuai dengan kata

pepatah seeing is believing yang dapat diartikan, kita menjadi percaya atau

percaya karena melihat. Artinya didalam kegiatan penyuluhan, kepada sasaran

(9)

kepala sendiri, agar mereka mempercayai segala sesuatu yang disuluhkan. Bila

mereka sudah percaya, mereka lebih cepat terdorong untuk mencoba dan

menerapkannya. Oleh sebab itu, metode demonstrasi dan sekolah lapangan

hampir selalu diterapkan oleh setiap penyuluh, meskipun sebenarnya metode ini

lebih tepat diterapkan setidak – tidaknya pada tahapan mina dan menilai, karena

memerlukan biaya yang relatif mahal.

Kelebihan serta kelemahan dari masing-masing metode penyuluhan

tidaklah sama dan tidak bisa dibandingkan satu dengan yang lainnya, karena

dalam penyuluhan pertanian masing-masing metode serta teknik penyuluhan

mempunyai spesifik dalam penerapannya. Ketepatan pemilihan metode

penyuluhan mempunyai arti penting dalam keefektifan tujuan penyuluhan, serta

lebih baik jika dilakukan dengan metode dan teknik yang sesuai dengan

karakteristik kelompok sasarannya.

Menurut Henning dan Coloumbia (1990), Focus Group Discussion

(FGD) atau diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok kecil

orang yang dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara halus

mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal yang

dianggap penting yang berhubungan dengan topik diskusi saat itu.

Interaksi diantara peserta merupakan dasar untuk memperoleh informasi,

peserta mempunyai kesempatan yang sama untuk mengajukan dan memberikan

pernyataan, menanggapi maupun mengajukan pertanyaan. Tujuan FGD adalah

(10)

yang bersifat lokal dan spesifik. Penyelesaian tentang masalah ini ditentukan oleh

pihak lain setelah masukan diperoleh dan dianalisa.

Beberapa alasan dipergunakannya FGD yaitu: 1) adanya keyakinan bahwa

masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode survei atau wawancara.

2) memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam waktu yang relatif singkat. 3)

sebagai metode yang dirasa cocok bagi permasalahan yang bersifat sangat lokal

dan spesifik oleh karena itu FGD yang melibatkan masyarakat setempat

dipandang sebagai pendekatan yang paling ideal. 4) menumbuhkan peranan

memilih dari masyarakat yang diteliti, sehingga peneliti memberikan rekomendasi

dengan mudah dan masyarakat mau menerima rekomendasi tersebut.

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan teknik FGD dalam proses penyuluhan sapi bali ?

2. Bagaimana dampak FGD terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan

penerapan penyuluh di Bali tentang teknis dan manajemen beternak sapi

bali?

3. Bagaimana dampak FGD terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan

penerapan peternak sapi bali di Bali tentang teknis dan manajemen beternak

(11)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan teknik FGD dalam proses penyuluhan.

4. Menganalisis dampak FGD terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan

penerapan penyuluh di Bali tentang teknis dan manajemen beternak sapi bali

5. Menganalisis dampak FGD terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan

penerapan peternak sapi bali di Bali tentang teknis dan manajemen beternak

sapi bali

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Untuk peternak sapi bali, dapat menambah wawasan pengetahuan baru

tentang teknik penyuluhan melalui FGD

2. Untuk penyuluh, dapat menambah wawasan pengetahuan baru tentang teknik

penyuluhan melalui FGD dan dampaknya bagi upaya peningkatan

pengetahuan, sikap dan penerapan dalam proses penyuluhan

3. Untuk pemerintah atau pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai bahan

informasi bahwa teknik penyuluhan FGD dapat digunakan sebagai salah satu

cara efektif untuk mengubah pengetahuan, sikap dan penerapan pada sasaran

(12)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyuluhan Pertanian

Kata extend adalah kata dasar dari extension, jika diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia berarti memperluas atau penyuluhan. Ketika seorang petugas

lapangan memberikan penyuluhan kepada petani peternak, berarti sedang

berusaha untuk meningkatkan atau meluaskan pengetahuan petani peternak

tentang sesuatu yang baru (inovasi). Petugas lapangan akan berusaha

mengkomunikasikan inovasi tersebut sejelas-jelasnya kepada petani peternak

ibarat memberikan “suluhan” atau “obor” Menurut Kelsey dan Hearne (1955)

penyuluhan adalah bekerja bersama masyarakat untuk membantunya agar mereka

dapat meningkatkan harkatnya sebagai manusia (helping people to help

themselves). Dalam proses penyuluhan petani peternak agar mampu menolong

dirinya sendiri dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan

sumber daya lainnya, untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha, guna

meningkatkan pendapatan dalam mewujudkan kesejahteraan, dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkugan.

Upaya memberikan pengetahuan kepada masyarakat petani peternak

berarti upaya untuk melakukan hal-hal yang sifatnya masih asing dan baru.

Dengan demikian penyuluhan dapat diartikan sebagai suatu sistem pendidikan

(13)

pengetahuan, keterampilan dan sikap mentalnya menjadi lebih produktif, guna

meningkatkan pendapatan keluarga dan kesejahteraan hidupnya.

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) menyebutkan peranan penyuluh

pertanian menjadi semakin strategis dalam memfasilitasi proses pemberdayaan

petani dan keluarganya. Kegiatan penyuluhan pertanian bukan lagi kegiatan

pendidikan tetapi pemberdayaan petani dan keluarganya untuk bersedia merubah

perilaku yang meliputi : 1) rasionalisme dalam pengambilan keputusan usahatani

berdasarkan pada kondisi pasar. 2) efisiensi pengolahan usahatani disertai

kemitraan petani nelayan dengan pihak swasta. 3) menumbuhkembangkan

ketahanan pangan dan gizi bagi petani dan keluarga.

Dalam proses penyuluhan pertanian, keberhasilan akan dapat dicapai jika

penyuluh mampu memilih materi sesuai dengan sasaran, disertai dengan

pemilihan metode yang tepat tanpa mengabaikan kebutuhan dari masyarakat

petani. Keberhasilan dalam penyelenggaraan program penyuluhan pertanian

merupakan bagian dari pembangunan pertanian.

2.2 Metode Penyuluhan

Pengertian metode penyuluhan adalah cara penyampaian materi

penyuluhan oleh penyuluh kepada petani beserta anggota keluarganya baik

secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu

(14)

Tujuan pemilihan metode penyuluhan adalah :

1) Meningkatkan efektivitas penyuluhan, sesuai kebutuhan dan kondisi

sasarannya.

2) Tepat dan berhasil guna.

3) Menimbulkan perubahan yang dikehendaki.

Sebelum menerapkan metode penyuluhan pertanian, penyuluh harus

memahami prinsip - prinsip dalam memilih metode yang tepat.

Prinsip dalam memilih metode penyuluhan pertanian meliputi:

1) Pengembangan untuk berpikir kreatif, melalui penyuluhan harus mampu

menghasilkan petani yang dengan upayanya sendiri mampu mengatasi

masalah yang dihadapi, serta mampu mengembangkan kreativitasnya untuk

memanfaatkan setiap potensi dan peluang yang diketahuinya untuk terus

menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya

2) Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan penerima manfaat;

setiap individu sangat mencintai profesinya, karena tidak suka diganggu serta

selalu berperilaku sesuai dengan pengalamannya sendiri dan kenyataan yang

dihadapi sehari-hari. Oleh sebab itu, penyuluhan sebaiknya dilaksanakan

dengan menerapkan metode yang dilaksanakan di lingkungan pekerjaan

penerima manfaatnya. Hal ini dimaksudkan agar:

a) Tidak banyak mengganggu kegiatan rutinnya.

b) Penyuluh dapat memahami betul keadaan penerima manfaat,

termasuk masalah yang dihadapi, potensi, serta peluang untuk perbaikan

(15)

c) Penerima manfaat dapat mengetahui contoh nyata tentang masalah, potensi

serta peluang yang dapat ditemukan di lingkungan pekerjaannya sendiri,

sehingga mudah dipahami dan diresapi serta diingat.

3) Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya; sebagai makhluk sosial,

setiap individu akan selalu berperilaku sesuai dengan kondisi lingkungan

sosialnya atau akan selalu berusaha menyesuaikan diri dengan perilaku

orang-orang di sekitarnya. Karena itu kegiatan penyuluhan akan lebih efisien jika

diterapkan hanya kepada beberapa warga masyarakat, terutama yang diakui

oleh lingkungannya sebagai panutan yang baik.

4) Ciptakan hubungan yang akrab dengan penerima manfaat; hubungan pribadi

yang akrab antara penyuluh dengan penerima manfaat, merupakan syarat

untuk memperlancar kegiatan penyuluhan itu sendiri, karena

dengan keakraban akan tercipta suatu keterbukaan dalam mengemukakan

masalah dan menyampaikan pendapat.

5) Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan; penyuluhan adalah upaya

untuk mengubah perilaku penerima manfaat, baik pengetahuan, sikap atau

keterampilan, dengan demikian metode yang diterapkan harus mampu

merangsang penerima manfaat untuk selalu siap terkait dengan sikap, pikiran

dan dengan suka hati atas kesadaran atau pertimbangan nalarnya sendiri

melakukan perubahan-perubahan demi perbaikan mutu hidupnya sendiri,

(16)

Metode penyuluhan dapat digolongkan menurut:

2.2.1 Teknik komunikasi

Metode penyuluhan berdasarkan teknik komunikasinya digolongkan

menjadi

1) Komunikasi langsung (direct communication / face to face communication)

contoh: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah,

telepon/HP, kursus tani, demonstrasi, karyawisata, pameran;

2) Komunikasi tidak langsung (inderect communication), pesan disampaikan

melalui perantara (medium atau media), contoh : publikasi dalam bentuk

cetakan, poster, siaran radio/TV, pertunjukan film.

2.2.2 Jumlah Sasaran

Penggolongan metode penyuluhan pertanian menurut A.H Mounder

(1972) dalam Kusnadi (2005) berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai

adalah sebagai berikut:

1. Perorangan; penyuluhan berhubungan langsung dengan sasaran, seperti

kunjungan rumah, kunjungan ke lahan usaha tani, kunjungan kantor, surat

menyurat, hubungan telepon dan magang.

2. Kelompok; penyuluhan berhubungan dengan sekelompok orang untuk

menyampaikan pesannya seperti ceramah, diskusi, demonstrasi, widya

wisata/karya wisata, kursus tani, temu karya, temu lapang, temu usaha,

(17)

3. Massal; penyuluhan menjangkau sasaran yang banyak, antara lain rapat

umum, siaran melalui radio, televisi, pertunjukan kesenian, penyebaran bahan

tertulis, dan pemutaran film.

2.2.3 Indera Penerima

Metode penyuluhan berdasarkan indera penerima dari sasaran digolongan

menjadi :

1) Metode penyuluhan pertanian yang diterima oleh indra penglihatan, contoh:

poster, film, pemutaran slide

2) Metode penyuluhan pertanian yang diterima oleh indera pendengaran, contoh:

siaran TV/radio, pidato, ceramah, hubungan telepon

3) Metode penyuluhan pertanian yang diterima oleh gabungan beberapa indera,

contoh : demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV, pameran.

2.3 Teknik Penyuluhan

Istilah teknik berasal dari bahasa Yunani “technikos” yang berarti

keprigelan atau keterampilan. Keberhasilan dalam suatu aktivitas penyuluhan

sangat tergantung kepada teknik penyuluhan yang digunakan oleh komunikator.

Teknik penyuluhan pada intinya adalah penguasaan terhadap teknik-teknik

komunikasi di dalam menyampaikan dan menyajikan pernyataan-pernyataan

penyuluhan.

Pengertian tentang teknik penyuluhan harus dikuasai oleh setiap petugas

penyuluhan dalam setiap kegiatannya, agar penyampaian materi penyuluhan

dapat efektif dalam menjangkau sasaran khalayak, dalam proses komunikasi

(18)

sejauh mana pesan komunikasi mendapatkan reaksi atau respon dari khalayak

sasaran. Bila pesan komunikasi memperoleh tanggapan dari khalayak, maka

dapat dikatakan bahwa apa yang disampaikan itu telah mencapai sasaran karena

pesan yang diterimanya dapat dimengerti dan dipahami. Menurut Effendy (1986),

bahwa sifat hakikat dari komunikasi adalah understanding atau memahami,

sehingga tak mungkin seseorang melakukan kegiatan tertentu tanpa terlebih

dahulu mengerti apa yang diterimanya. Oleh karna itu agar pesan dapat dipahami

dan dimengerti, maka diperlukan keterampilan atau keahlian tertentu dalam

mengelola komunikasi dengan kata lain seseorang komunikator harus menguasai

teknik-teknik komunikasi dalam kegiatan penyuluhan.

Teknik penyuluhan adalah cara-cara atau tahap-tahap kegiatan dalam

melaksanakan suatu metode secara terperinci sehingga metode tersebut efektif dan

efisien. Dilain pihak kegiatan penyuluhan pertanian terlibat dalam proses belajar

mengajar karena penyuluhan termasuk dalam sistem pendidikan non formal.

Sesuai dengan tujuan proses belajar mengajar, dalam penyuluhan pertanian

menghendaki retensi yang tinggi atau efek yang maksimal. Untuk memperoleh

retensi yang tinggi, setiap audien memerlukan belajar yang berulang. Dengan

demikian teknik penyuluhan pertanian dapat didefinisikan sebagai keputusan

-keputusan yang dibuat oleh sumber atau penyuluh dalam memilih serta menata

simbul dan isi pesan untuk menentukan pilihan cara dan frekuensi penyampaian

(19)

Mengenai teknik komunikasi ini, Effendy (1986) mengatakan bahwa

teknik komunikasi yang bisa dilakukan pada umumnya ada tiga yaitu;

1) komunkasi informatif 2) komunikasi persuasif 3) komunikasi koersif

2.3.1 Teknik Komunikasi Informatif

Teknik komunikasi informatif adalah proses penyampaian pesan yang

sifatnnya “memberi tahu” atau memberikan penjelasan kepada orang lain.

Komunikasi ini dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis, misalnya melalui

papan pengumuman, pertemuan-pertemuan kelompok dan juga media massa.

Karena sifatnya yang informatif, maka arus penyuluhan yang terjadi

adalah searah (one way communication). Oleh karena itu penggunaan teknik

komunikasi informatif dalam kegiatan penyuluhan biasanya harus bertujuan ingin

menyampaikan sesuatu seperti keterangan-keterangan tertentu yang dianggap

penting diketahui oleh masyarakat luas. Pada teknik komunikasi ini, pihak

komunikan dapat merasa puas karena bertambahnya pengetahuan teknik

komunikasi semacam ini pada umumnya hanya ingin menyentuh ranah kognisi

dari penerima pesan. Effendy (1986), mengatakan bahwa secara etimologis

komunikasi berarti “pemberitahuan”. Jadi, jika seseorang mengatakan sesuatu

kepada orang lain dan orang itu mengerti dan karenanya menjadi tahu, maka

komunikasi terjadi.

2.3.2 Teknik Komunikasi Persuasi

Istilah persuasi atau dalam bahasa inggris “persuation” berasal dari kata

latin persuasio, yang secara harfiah berarti hal membujuk, hal mengajak atau

(20)

berupaya dengan menggunakan lambang-lambang untuk mempengaruhi kognisi

penerima, jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yang

diinginkan komunikator; Effendy (1986), maka persuasif merupakan suatu

tindakan psikologis yang dilakukan secara sadar melalui media untuk tujuan

perubahan sikap, perubahan opini, perubahan persepsi, perubahan perasaan dan

perubahan tindakan.

Pada umumnya komunikasi persuasif bertujuan mengubah prilaku,

kepercayaan dan sikap seseorang dengan memanfaatkan data dan fakta psikologis

maupun sosiologi dari komunikan yang hendak dipengaruhinya, sehingga

bersedia melakukan tindakan tertentu sesuai dengan keinginan komunikator.

Komunikasi persuasif dilakukan dengan secara langsung atau tatap muka,

karena komunikator mengharapkan tanggapan/respon khusus dari komunikan,

contoh dalam kegiatan penyuluhan, seorang penyuluh menyuluh tentang manfaat

teknologi Inseminasi Buatan (IB) pada ternak sapi bali, penyuluh tersebut

menggunakan cara-cara pendekatan dengan mendatangkan seorang peternak

sukses untuk menceritakan pengalamannya yang sudah menggunakan teknologi

IB pada ternnak sapi balinya. Kehadiran peternak sukses digunakan sebagai

stimulus (S) agar menumbuhkan respon (R) komunikannya yaitu mengikuti jejak

keberhasilan dari peternak sukses tersebut. Pemanfaatan peternak sukses tersebut

merupakan cara persuasif untuk mengadakan sentuhan manusiawi langsung

kepada individu-invidu yang menjadi sasaran komunikasi.

Menurut proses persuasif, pesan-pesan komunikasi akan efektif dalam

(21)

perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan

menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan kehendak komunikator.

Kunci keberhasilan persuasi terletak pada kemampuan mengubah struktur

psikologis internal individu sehingga hubungan psikomotorik antara proses

internal yang laten (motivasi, sikap dan lain-lain) dengan prilaku yang

diwujudkan sesuai dengan kehendak komunikator.

Secara sederhana proses persuasi dapat digambarkan sebagaiberikut :

Gambar 2.1 Proses Persuasi

2.3.3 Teknik Komunikasi Koersif

Komunikasi koersif adalah proses penyampaian pesan dari seseorang

kepada orang lain dengan cara yang mengandung paksaan agar melakukan suatu

tindakan atau kegiatan tertentu. Jadi teknik komunikasi mengandung sangsi

apabila tidak dilaksanakan oleh si penerima pesan dan akan menanggung

akibatnya.

Komunikasi dapat dilakukan dalam bentuk putusan-putusan, instruksi dan

lain-lain yang sifatnya imperatif yang artinya mengandung keharusan dan

(22)

2.4 Teknik Penyuluhan FGD

Diskusi grup terarah atau Fokus Group Discusion (FGD) secara sederhana

dapat didefinisikan sebagai suatu diskusi yang dilakukan secara sistematis dan

terarah mengenai suatu isu atau masalah tertentu. Menurut Henning dan

Coloumbia (1990), diskusi kelompok terarah adalah wawancara dari sekelompok

kecil orang yang dipimpin oleh seorang narasumber atau moderator yang secara

halus mendorong peserta untuk berani berbicara terbuka dan spontan tentang hal

yang dianggap penting yang berhubungan dengan topik diskusi saat itu. Interaksi

antar peserta merupakan dasar untuk memperoleh informasi. Peserta mempunyai

kesempatan yang sama untuk mengajukan dan memberikan pernyataan,

menanggapi, berkomentar maupun mengajukan pertanyaan. FGD bertujuan untuk

memperoleh masukan maupun informasi mengenai suatu permasalahan yang

bersifat lokal dan spesifik .

Irwanto (2006) menyebutkan FGD perlu dilaksanakan karena tiga alasan

penting yaitu filosofis, metodologis dan praktis. Secara filosofis, FGD perlu

dilaksanakan karena pengetahuan yang diperoleh bersumber dari berbagai sumber

informasi dengan latar belakang pengalaman tertentu, selain itu proses sebuah

diskusi, memberikan perspektif yang berbeda dibanding pengetahuan yang

diperoleh dari komunikasi searah antara peneliti dengan responden. Secara

metodologi bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami dengan metode

survei atau wawancara individu karena pendapat kelompok dinilai sangat penting,

data kualitatif yang bermutu dapat diperoleh dalam waktu relatif singkat. Selain

(23)

dipandang sebagai pendekatan yang paling sesuai. Sedangkan secara praktis FGD

memberikan kesempatan bagi tumbuhnya kedekatan dan perasaan memiliki.

FGD disamping sebagai alat pengumpul data juga sebagai alat untuk

meyakinkan pengumpul data (peneliti) sekaligus alat re-check terhadap berbagai

keterangan/informasi yang didapat melalui berbagai metode penelitian yang

digunakan atau keterangan yang diperoleh sebelumnya, baik keterangan yang

sejenis maupun yang bertentangan (Koentjoro ,2005),

FGD berguna untuk 1) memperoleh informasi yang lebih banyak secara

cepat; 2) mengidentifikasi dan menggali informasi mengenai kepercayaan, sikap

dan perilaku kelompok tertentu; 3) menghasilkan ide-ide untuk penelitian lebih

mendalam dan 4) cross-check data dari sumber lain atau dengan metode lain.

2.4.1 Persiapan dan Rancangan FGD

Pelaksanaan FGD memerlukan beberapa persiapan sebagai berikut: 1)

membentuk tim; 2) memilih tempat dan mengatur tempat; 3) menyiapkan

logistik; 4) menentukan jumlah peserta; 5) rekruitmen peserta.

Tahapan-tahapan dalam persiapan dan rancangan FGD adalah :

1. Membentuk Tim

Tim FGD umumnya mencakup :

a) Moderator, yaitu fasilitator diskusi yang terlatih, memahami masalah yang

dibahas serta tujuan penelitian yang hendak dicapai (keterampilan

substantif), serta terampil mengelola diskusi (keterampilan proses).

b) Asisten Moderator/co-fasilitator, yaitu orang yang intensif mengamati

(24)

(apakah tetap terarah atau keluar jalur), apakah masih ada pertanyaan

penelitian yang belum terjawab, apakah ada peserta FGD yang terlalu pasif

sehingga belum memperoleh kesempatan berpendapat.

c) Pencatat proses/notulen, yaitu orang yang bertugas mencatat inti

permasalahan untuk didiskusikan serta dinamika kelompoknya, umumnya

dibantu dengan alat pencatatan berupa komputer atau laptop

d) Penghubung peserta, yaitu orang yang mengenal person, medan,

menghubungi, dan memastikan partisipasi peserta, biasanya disebut mitra

kerja lokal di daerah penelitian.

e) Penyedia logistik, yaitu orang-orang yang membantu kelancaran FGD

berkaitan dengan penyediaan transportasi, kebutuhan rehat, konsumsi,

akomodasi (jika diperlukan), insentif (bisa uang atau barang/cinderamata),

alat dokumentasi, dll.

f) Dokumentasi, yaitu orang yang mendokumentasikan kegiatan dan dokumen

FGD, memotret, merekam (audio/video), dan menjamin berjalannya alat-alat

dokumentasi, terutama perekam selama dan sesudah FGD berlangsung.

g) Lain-lain jika diperlukan (tentatif), misalnya petugas antar-jemput, konsumsi,

bloker (penjaga keamanan FGD dari gangguan, misalnya anak kecil, preman,

telepon yang selalu berdering, teman yang dibawa peserta, atasan yang datang

mengawasi, dsb)

2. Memilih dan Mengatur Tempat

FGD dapat dilakukan di mana saja, dengan tetap memperhatikan tempat

(25)

gangguan yang diperkirakan bisa muncul (preman, pengamen, anak kecil, dsb).

Tempat FGD harus memiliki ruang dan tempat duduk yang memadai (bisa lantai

atau kursi). Posisi duduk peserta harus setengah atau tiga perempat lingkaran,

moderator sebagai fokusnya. Jika ruangan tempat FGD dilakukan terdapat pintu

masuk yang depannya ramai dilalui orang, maka hanya moderator yang boleh

menghadap pintu tersebut, agar peserta tidak terganggu, seperti terlihat pada

gambar dibawah, Irwanto (2006)

Gambar 2.2 Denah tempat FGD

3. Menyiapkan Logistik

Logistik adalah berbagai keperluan teknis sebelum, selama, dan sesudah

FGD terselenggara. Umumnya meliputi peralatan tulis (ATK), dokumentasi

(audio/video), dan kebutuhan-kebutuhan peserta FGD seperti : transportasi;

properti rehat: alat ibadah, konsumsi (makanan kecil atau makan utama), insentif,

akomodasi (jika diperlukan). Pemberian insentif untuk menarik minat peserta,

sebagai ungkapan terimakasih peneliti karena peserta FGD bersedia meluangkan

waktu dan pikiran. Jika perlu, sejak awal dicantumkan dalam undangan mengenai

insentif apa yang akan diperoleh jika datang dan aktif dalam FGD, umumnya

(26)

4. Jumlah Peserta

Jumlah perserta FGD idealnya adalah 7-11 orang (menurut Irwanto, 2006;

dan Morgan D.L, 1998), namun ada juga yang menyarankan jumlah peserta FGD

lebih kecil, yaitu 4-7 orang (Koentjoro, 2005). Jika terlalu sedikit tidak

memberikan variasi yang menarik, sedangkan jika terlalu banyak akan

mengurangi kesempatan masing-masing peserta untuk memberikan sumbangan

pikiran yang mendalam.

2.4.2 Rekruitmen Peserta

Peserta FGD bisa homogen atau heterogen. Irwanto (2006)

mengemukakan prinsip-prinsip homogen atau heterogen sebagai berikut:

1. Sesuai dengan tujuan awal diadakannya FGD.

2. Melibatkan variabel tertentu yang diupayakan untuk heterogen atau homogen.

Variabel sosio-ekonomi atau gender boleh heterogen, tetapi peserta harus

memahami atau mengalami masalah yang didiskusikan. FGD dapat dilakukan

dengan peserta yang bervariasi latar belakang sosial ekonominya, tetapi

dalam persoalan spesifik, sebaiknya peserta lebih homogen.

3. Secara mendasar harus disadari bahwa semakin homogen sebenarnya

semakin tidak perlu diadakan FGD karena dengan mewawancarai satu orang

saja juga akan diperoleh hasil yang sama atau relatif sama.

4. Semakin heterogen semakin sulit untuk menganalisis hasil FGD karena

variasinya terlalu besar.

5. Homogenitas-heterogenitas tergantung dari beberapa aspek. Jika jenis

(27)

melaksanakan usaha kecil heterogen, maka kelompok tersebut masih dapat

berjalan dengan baik dan FGD masih dianggap perlu.

6. Pertimbangan utama dalam menentukan homogenitas-heterogenitas adalah

ciri-ciri mana yang harus/boleh/tidak boleh heterogen dan ciri-ciri mana yang

harus/boleh/tidak boleh homogen.

2.4.3 Menyusun Pertanyaan FGD

Kunci dalam membuat panduan diskusi yang terarah adalah membuat

pertanyaan-pertanyaan kunci sebagai panduan diskusi, untuk mengembangkan

pertanyaan FGD, lakukan hal-hal berikut:

a) Baca lagi tujuan penelitian,

b) Baca lagi tujuan FGD,

c) Pahami jenis informasi seperti apa yang ingin anda dapatkan dari FGD.

d) Bagaimana anda akan menggunakan informasi tersebut

e) Tulis pertanyaan umum kekhusus, sebaiknya jangan lebih dari 5 (lima)

pertanyaan inti.

f) Rumuskan pertanyaan dalam bahasa yang sederhana dan jelas. Hindari

konsep besar yang kabur maknanya.

g) Uji pertanyaan-pertanyaan tersebut pada teman-teman dalam tim anda.

Berbeda dengan wawancara, dalam FGD moderator tidaklah selalu

bertanya, bahkan semestinya tugas moderator bukan bertanya, melainkan

mengemukakan suatu permasalahan, kasus atau kejadian sebagai bahan pancingan

(28)

dilakukan hanya sebagai ketrampilan mengelola diskusi agar tidak didominasi

oleh sebagian peserta atau agar diskusi tidak macet (Irwanto, 2006)

2.4.4 Pelaksanaan FGD

Keberhasilan pelaksanaan FGD sangat ditentukan oleh kecakapan

moderator sebagai Sang Sutradara. Irwanto (2006) menyebutkan peran moderator

dalam FGD dapat dilihat dari aktivitas utamanya, baik yang bersifat pokok (secara

prosedural pasti dilakukan) maupun yang tentatif (hanya diperlukan jika memang

situasi menghendaki demikian). Peran-peran tersebut adalah (a) membuka FGD,

(b) meminta klarifikasi, (c) melakukan refleksi, (d) memotivasi, (e) probing

(penggalian lebih dalam), (f) melakukan blocking dan distribusi (mencegah ada

peserta yang dominan dan memberi kesempatan yang lain untuk bersuara), (g)

reframing, (h) refokus, (i) melerai perdebatan, (j) memanfaatkan jeda (pause), (k)

menegosiasi waktu, dan (l) menutup FGD. Dalam pelaksanaan FGD, kunci utama

agar proses diskusi berjalan baik adalah permulaan untuk membuat suasana akrab,

cair, namun tetap terarah,

Tugas awal moderator terkait dengan permulaan diskusi yaitu (1)

mengucapkan selamat datang, (2) memaparkan singkat topik yang akan

dibahas (overview), (3) membacakan aturan umum diskusi untuk disepakati

bersama (atau hal-hal lain yang akan membuat diskusi berjalan mulus), dan (4)

mengajukan pertanyaan pertama sebagai panduan awal diskusi. Untuk itu

usahakan, baik pertanyaan maupun respon dari jawaban pertama tidak terlalu

(29)

2.4.5 Analisis Data dan Penyusunan Laporan FGD

Analisis data dan penulisan laporan FGD adalah tahap akhir dari kerja

keras peneliti. Laurike Moelioo (2012) menyebutkan, langkah yang ditempuh

sebagai berikut : (1) melihat atau mendengarkan kembali rekaman FGD, (2) tulis

kembali hasil rekaman secara utuh (membuat transkrip/verbatim), (3) baca

kembali hasil transkrip, (4) cari mana masalah-masalah (topik-topik) yang

menonjol dan berulang-ulang muncul dalam transkrip, lalu kelompokan menurut

masalah atau topik. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan oleh dua orang yang

berbeda untuk mengurangi “bias” dan “subjektifitas”. Pengkategorian bisa juga

dilakukan dengan mengikuti topik-topik dan subtopik dalam panduan diskusi.

Jangan lupa merujuk catatan yang dibuat selama proses FGD berlangsung, (5)

karena berhubungan dengan kelompok, data-data yang muncul dalam FGD

biasanya mencakup konsensus, perbedaan pendapat, pengalaman yang berbeda,

ide-ide inovatif yang muncul, dan sebagainya. (6) buat koding dari hasil

transkripsi menurut pengelompokan masalah/topik, Menurut Irwanto (2006),

dalam melakukan analisis FGD, perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Periksa dahulu, apakah tujuan FGD tercapai antara lain terlihat dari jumlah

pertanyaan yang ditanyakan (dieksekusi) apakah sesuai dengan rencana awal

2. Adakah perubahan dalam tujuan FGD yang terjadi karena input dari peserta

3. Identifikasi masalah utama yang dikemukakan oleh peserta, adakah variasi

peserta dalam persoalan utama, bagaimana variasinya, mengapa?

(30)

berbeda sedikit saja. Jika perbedaan ini timbul, keduanya harus disajikan

dalam laporan.

4. Selain persoalan utama, adakah persoalan lain (tema-tema lain) yang muncul

dalam diskusi. apa saja, mana yang relevan dengan tujuan FGD

5. Buatlah suatu kerangka prioritas dari persoalan-persoalan yang muncul,

dengan melihat sumber daya peneliti dan stakeholders, pilihlah

masalah-masalah apakah dapat diselesaikan dalam jangka waktu pendek atau panjang.

Selain itu coba dipilih persoalan yang tidak kunjung selesai, Lakukan koding

sesuai dengan faktor-faktor yang dikehendaki.

Setelah pekerjaan di atas selesai, baru hasilnya dituliskan atau dilaporkan dengan

cara berikut:

1. Tuliskan topik/masalah yang ditemukan dari hasil FGD. Setelah itu tuliskan

juga “kutipan-kutipan langsung” (apa kata orang yang berdiskusi) mengenai

masalah tersebut

2. Bahas topik atau masalah yang diungkapkan bersama tim peneliti.

3. Lakukan topik demi topik, sampai semua topik/masalah penting selesai

dilaporkan dan dibahas.

Laurike Moelioo (2012) menyebutkan laporan FGD harus memuat

poin-poin berikut ini: (a) identitas subjek (untuk kasus tertentu diperlukan deskripsi

subjek, bisa ditulis dalam lampiran); (b) tujuan FGD; (c) bentuk FGD; (d) waktu

FGD; (e) tempat berlangsungnya FGD; (f) alat bantu dalam FGD; (g) berapa kali

dilakukan FGD; (h) tema-tema atau temuan penting dalam FGD, (i)

(31)

pembahasan hasil FGD. Jika dalam sebuah wawancara pribadi, peneliti

dihadapkan pada data individual bukan sebuah proses kelompok maka dalam

FGD peneliti akan memperoleh data individu sekaligus kelompok. Semua

pekerjaan mulai dari mengumpulkan data, membahas hasil, mencari topik yang

penting dalam transkrip, membahas kembali topik-topik itu, sampai menuliskan

laporan, harus dilakukan dengan tim atau paling tidak berpasangan untuk

menghindari pendapat subjektif pribadi. Bila dilakukan dalam tim maka laporan

bisa mendekati keutuhan karena berbagai pandangan saling melengkapi.

2.5 Penerapan inovasi

Kegiatan utama dalam mensukseskan pembangunan pertanian yang

disampaikan melalui kegiatan penyuluhan ditujukan untuk tercapainya

perubahan-perubahan pada perilaku petani dan masyarakat mencakup aspek ekonomi, sosial

budaya, ideologi, politik maupun keamanan, untuk itu pembangunan yang

diberikan haruslah dapat mendorong terjadinya perubahan yang memiliki sifat

pembaharuan, yang sering disebut “Inovasi”. Mardikanto, (1993) mengungkapkan

secara singkat inovasi berarti ide, gagasan, praktek baru. Sehingga secara

keseluruhan dapat diartikan sesuatu ide, produk, informasi teknologi,

kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktek-praktek baru yang belum banyak

diketahui, diterima, dan digunakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam

suatu lokasi tertentu, yang dapat mendorong terjadinya perubahan – perubahan di

segala aspek kehidupan masyarakat Menurut Rogers (1995) inovasi adalah ide-ide

baru, praktek-praktek baru atau objek yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru

(32)

Tahapan-tahapan Sistem Inovasi

1. Tahap Pengetahuan

Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada

saat seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaimana

fungsi inovasi tersebut. Ada tiga tipe pengetahuan dalam tahap pengenalan

inovasi, yaitu: kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi, pengetahuan

“teknis” dan pengetahuan “prinsip”. Tipe yang pertama yakni pengetahuan

kesadaran akan adanya inovasi yang telah dibicarakan sebelumnya. Tipe yang

kedua, meliputi informasi yang diperlukan mengenai cara pemakaian atau

penggunaan suatu informasi. Tipe pengetahuan yang ketiga adalah berkenaan

dengan prinsip-prinsip berfungsinya suatu informasi.

Berkaitan dengan pengetahuan tentang inovasi, ada generalisasi (prinsip

umum) tentang orang yang lebih awal mengetahui tentang inovasi :

a) Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi pendidikannya

daripada yang akhir.

b) Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih tinggi status sosial

ekonominya daripada yang akhir

c) Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap media

massa daripada yang akhir.

d) Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih terbuka terhadap

(33)

e) Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak kontak dengan

agen pembaharu daripada yang akhir.

f) Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih banyak berpartisipasi

dalam sistem sosial daripada yang akhir.

g) Orang yang lebih awal tahu tentang inovasi lebih kosmopolitan daripada

yang akhir.

Perlu diketahui juga bahwa tahu tentang inovasi tidak sama dengan

melaksanakan atau menerapkan inovasi. Banyak orang yang tahu tetapi tidak

melaksanakan, dengan berbagai kemungkinan penyebabnya.

2. Tahap Bujukan (Persuasi)

Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk

sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap

pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada

tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan. Seseorang

tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi.

Dalam tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang

peran. Seseorang akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi,

dan menafsirkan informasi yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung

seleksi informasi disesuaikan dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah

peranan karakteristik inovasi dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi

Dalam tahap persuasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk

mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada

(34)

berdasarkan kondisi dan situasi yang ada. Untuk mempermudah proses

mental ini, perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan

inovasi, jika mungkin sampai pada konsekuensi inovasi. Seperti terlihat pada

Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Model Tahap-Tahap Proses Keputusan Inovasi

3. Tahap Keputusan

Tahap keputusan dari proses keputusan inovasi, berlangsung jika seseorang

melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau

menolak inovasi. Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan

inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi. Sering

terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah mencoba lebih dahulu.

Bahkan jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudian

dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan

yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecah

menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan

lebih cepat diterima. Dapat juga terjadi percobaan cukup dilakukan

sekelompok orang, dan yang lain cukup mempercayai dengan hasil percobaan

temannya. Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya pada setiap tahap

dalam proses keputusan inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Misalnya

penolakan dapat terjadi pada awal tahap pengetahuan, dapat juga terjadi pada

tahap persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi dan sebagainya.

(35)

Dalam pelaksanaan difusi inovasi antara: pengetahuan, persuasi dan

keputusan inovasi sering berjalan bersamaan, satu dengan yang lain saling

berkaitan bahkan untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu dapat

terjadi urutan: pengetahuan-keputusan inovasi-baru persuasi.

4. Tahap Implementasi

Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang

menerapkan inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlangsung keaktifan

baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerimaan gagasan atau ide baru

dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya implementasi tentu mengikuti hasil

keputusan inovasi. Tetapi juga tejadi karena sesuatu hal sudah memutuskan

menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena

fasilitas penerapan yang tidak tersedia. Tahap implementasi ini berlangsung

dalam waktu yang sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri.

tetapi biasanya suatu tanda bahwa taraf implementasi inovasi berakhir jika

penerapan inovasi itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang

bersifat rutin, sudah tidak menerapkan hal yang baru lagi.

Dalam tahap implementasi dapat terjadi hal yang yang

disebut Reinvention (invensi kembali) yaitu penerapan inovasi dengan

mengadakan perubahan atau modifikasi. Jadi penerapan inovasi tetapi tidak

sesuai dengan aslinya. Reinvensi bukan berarti tentu hal yang tidak baik,

tetapi terjadinya re-invensi dapat merupakan kebijakan dalam pelaksanaan

atau penerapan inovasi, dengan mengingat kondisi dan situasi yang ada.

(36)

komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami

inovasi karena sukar untuk menemui agen pembaharu, inovasi yang

memungkinkan berbagai kemungkinan aplikasi, apabila inovasi diterapkan

untuk memecahkan masalah yang sangat luas, kebanggaan akan inovasi yang

dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat menimbulkan re-invensi.

5. Tahap Konfirmasi

Dalam tahap konfirmasi seseorang mencari penguatan terhadap keputusan

yang telah diambilnya, dan dapat menarik kembali keputusannya jika

memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula.

Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak

terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi, yang berlangsung dalam

waktu yang tak terbatas. Selama dalam tahap konfirmasi seseorang berusaha

menghindari terjadinya disonansi atau paling tidak berusaha menguranginya.

2.6 Dampak metode dan teknik penyuluhan terhadap perubahan

pengetahuan, sikap dan penerapan

Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan

kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua

tujuan utama yang diharapkannya. Untuk jangka pendek adalah menciptakan

perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta

untuk jangka panjang adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan

meningkatkan taraf hidup mereka (Tjitropranoto, P.2003).

Perubahan penerapan atau adopsi teknologi oleh peternak dari sistem

(37)

perubahan pengetahuan, sikap dan penerapan. Perubahan terhadap adopsi

teknologi dipengaruhi oleh proses interkasi dan komunikasi dalam sistem sosial.

Sikap yang dimiliki seseorang memberikan corak pada perilaku atau

tindakan orang yang bersangkutan .Perilaku seseorang akan diwarnai atau

dilatarbelakangi oleh sikap yang ada pada orang yang bersangkutan (Walgito,

2003) mengemukakan bahwa sikap dan tindakan individu biasanya konsisten satu

dengan yang lain. Akan tetapi bagi peternak sikap dan tindakan bisa konsisten

apabila inovasi yang diyakininya dapat memberikan manfaat dan keuntungan,

apabila suatu inovasi tersebut tidak memberikan manfaat maka sikapnya dapat

berubah pada inovasi yang lain. Perubahan sikap dapat secara langsung maupun

tidak langsung. Perubahan sikap secara langsung dalam arti adanya hubungan

secara langsung antara individu dengan individu, antara individu dengan

kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Sedangkan melalui hubungan

tidak langsung adalah dengan perantaraan alat media komunikasi massa, baik

cetak maupun elektronik (Walgito, 2003).

Perubahan sikap peternak selain faktor psikologis juga komunikasi sosial

merupakan determinan paling dominan menentukan sikap seorang peternak

terhadap inovasi teknologi peternakan. Terbentuknya sikap seseorang menurut

Mar’at (1984) yaitu dipengaruhi oleh faktor internal (fisiologis dan psikologis)

dan faktor eksternal (pengalaman, situasi, norma-norma, hambatan dan

dorongan).

Sikap terhadap inovasi teknologi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

(38)

disebut Mar’at (1984) sebagai “hambatan” yang merupakan salah satu variabel

eksternal yang menentukan sikap terutama kesesuaian teknologi tersebut terhadap

kondisi ago-ekosistem dan agro-klimat setempat.

Penerapan metode dan teknik penyuluhan yang tepat serta sesuai

kebutuhan peternak, akan memberikan dampak perubahan terhadap pengetahuan,

sikap dan penerapan peternak. Adanya perubahan tersebut dapat terlihat dari

peningkatan peningkatan kesejahteraan peternak dan anggota keluarganya.

2.7 Pengertian pengetahuan, sikap dan penerapan

2.7.1 Pengetahuan

Pengetahuan menurut Mardikanto (1993) berasal dari kata “tahu” yang

diartikan sebagai pemahaman seseorang tentang sesuatu yang nilainya lebih baik

dan bermanfaat bagi dirinya. Pengertian tahu dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk mengidentifikasi setiap ragam stimulus yang berbeda, memahami beragam

konsep, pikiran bahkan cara pemecahan terhadap masalah tertentu, sehingga

pengertian tahu tidak hanya sekedar mengemukakan/mengucapkan apa yang

diketahui, tetapi sebaliknya dapat menggunakan pengetahuan dalam praktek dan

tindakannya.

Pengetahuan adalah aktivitas atau kegiatan yang melihat penyelesaian

sesuatu dengan baik dalam jenis, jumlah dan bentuk atau barang maupun dalam

kegiatan informasi dan pengalaman-pengalaman yang diperoleh seseorang dari

kegiatan yang dilakukannya, Wiriaatmadja (1990).

Pengetahuan seseorang dapat diperoleh setelah melakukan penginderaan

(39)

pengetahuan akan langsung dirasakan manfaatnya dibandingkan dengan tindakan

tanpa didasari pengetahuan. Hal ini sesuai pendapat Ray (1998) yang menyatakan

bahwa pengetahuan terjadi pada saat atau unit pengambil keputusan lainnya,

kontak dengan inovasi dan mendapatkan suatu fungsi inovasi tersebut. Jadi fungsi

pengetahuan pada intinya bersifat kognitif atau sekedar mengetahui.

Wahyu (1986) berpendapat bahwa pengetahuan merupakan produk akhir

dari kegiatan berpikir manusia, sedangkan Ahmadi (1991) menyatakan bahwa

yang dimaksud dengan pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai

hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan,

takhayul, dan penerangan-penerangan yang keliru.

Pemindahan pengetahuan merupakan titik berat pada proses belajar

mengajar Suparta (2009). Selanjutnya Winkel (1986) yang dikutip oleh Suparta

(2009) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dan nilai-nilai sikap.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang berarti semakin tinggi juga

pengetahuannya, sehingga dengan pengetahuan yang tinggi orang lebih tanggap

terhadap keadaan sekitarnya (Ahmadi, 1991).

Menurut Soekanto (1985), pengetahuan adalah kesan dalam pikiran

manusia sebagai hasil proses panca indera, selanjutnya disebutkan bahwa

pengetahuan berbeda dengan buah pikiran (ideas), karena tidak semua buah

pikiran merupakan pengetahuan. Pengetahuan itu bisa diperoleh dari

(40)

Pengetahuan merupakan aspek perilaku, yang terutama berhubungan

dengan kemampuan mengingat materi yang dipelajari dan kemampuan

mengembangkan intelegensia. Sehingga pengetahuan dikatakan sebagai

kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat dari suatu yang telah dilakukan

atau yang dipelajari (Soedijanto, 1987).

Pengetahuan petani sangat menunjang kelancaran dalam berkomunikasi

dan mengadopsi teknologi baru. Supriyanto, 1978 (dalam Arthanu, 1985)

mengatakan bahwa tingkat pengetahuan petani mempengaruhi dalam mengadopsi

teknologi baru dan kelanggengannya dalam melaksanakan usahatani.

Pengetahuan dapat disimpulkan merupakan hasil pemahaman seseorang

terhadap suatu obyek, yang diperoleh baik secara formal maupun non formal

melalui pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, sehingga mereka

lebih terbebas dari keterbatasan dan subyektifitasnya. Dengan adanya pemahaman

seseorang tentang suatu hal secara obyektif atau seseorang memiliki pengetahuan

yang memadai terhadap suatu hal maka diharapkan dapat memberikan peran serta

secara lebih optimal dalam kegiatan produksi sehingga dapat meningkatkan

produktifitasnya terhadap hal tersebut, guna mewujudkan tujuan bersama.

2.7.2 Sikap

Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu,

tetapi dibentuk sepanjang pengetahuannya. Peranan sikap dalam kehidupan

manusia adalah relatif besar, sebab apabila sudah dibentuk dalam diri manusia,

maka sikap manusia itu turut menentukan tingkah lakunya terhadap obyek

(41)

obyeknya. Sebagaimana halnya dengan konsep lainnya, banyak para ahli

memberikan definisi sikap dengan redaksi yang berbeda, tetapi pada prinsipnya

ada unsur-unsur yang sama baik pada diri sendiri maupun luar diri sendiri.

Keadaan ini mencakup penilaian positif atau negatif serta kesediaan untuk

bereaksi terhadap situasi atau obyek tertentu dengan cara khas, sehingga dapat

diramalkan. Disisi lain, sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak dengan

cara konsisten terhadap situasi atau obyek tertentu (Depdikbud RI, 2000).

Walgito (2003) berpendapat bahwa sikap merupakan organisasi pendapat,

keyakinan seseorang mengenai obyek, yang disertai adanya perasaan tertentu dan

memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon atau berperilaku

dalam cara tertentu yang dipilihnya. Di lain pihak, Dayakisni dan Hudaniah

(2001) menyimpulkan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak,

untuk bereaksi terhadap rangsangan, oleh karena itu manifestasi sikap tidak dapat

langsung dilihat, akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku

yang masih tertutup.

Pada hakekatnya sikap merupakan suatu interaksi dari berbagai

komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allfort yang dikutip

oleh Dayakisni dan Hudaniah (2001) ada tiga yaitu : (1) komponen kognitif, yaitu

komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki

seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk

suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut; (2) komponen afektif, yaitu

yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif

(42)

dimilikinya; (3) komponen konatif, yaitu kesiapan seseorang untuk bertingkah

laku yang berhubungan dengan obyek sikapnya. Sikap yang ada pada diri

seseorang akan dipengaruhi oleh faktor internal (faktor fisiologis dan psikologis)

serta faktor eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi oleh individu,

norma-norma yang ada dalam masyarakat (Walgito, 2003).

Soetarno (1994) menyebutkan bahwa sikap memiliki beberapa ciri.

Ciri-ciri sikap tersebut adalah sebagai berikut : (1) sikap tidak dibawa seseorang sejak

ia lahir, melainkan dibentuk sepanjang perkembangannya; (2) sikap dapat

berubah-ubah, oleh karena itu sikap dapat dipelajari; (3) sikap tidak berdiri

sendiri, melainkan selalu berkaitan dengan suatu obyek; (4) obyek suatu sikap

dapat tunggal atau majemuk; (5) sikap mengandung motivasi dan perasaan.

pengetahuan mengenai suatu obyek tanpa disertai motivasi belum berarti sikap.

Sikap merupakan proses sosialisasi, yaitu pembentuk sikap-sikap sosial

pada seseorang karena adanya interaksi manusia atau individu (Mar’at, 1984).

Seseorang bereaksi sesuai dengan rangsangan yang diterimanya. pada tahap

persuasi, dari proses pengambilan keputusan inovasi seseorang membentuk sikap

berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi. Sebelum orang mengenal suatu

ide baru, ia tidak dapat membentuk sikap tertentu tehadap inovasi tersebut,

(Rogers dan Shoemaker, 1971). Sikap ini merupakan masalah penting dalam

menentukan corak atau warna dari tingkah laku atau perbuatan seseorang

(Walgito, 2003).

Sikap adalah determinan perilaku, karena berkaitan dengan persepsi,

(43)

yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan menyebabkan

timbulnya pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang,

objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan (Winardi, 2004).

Definisi tentang sikap menimbulkan implikasi-implikasi (Azwar, 2003)

yaitu : 1) sikap dipelajari, 2) sikap menentukan predisposisi seseorang terhadap

aspek-aspek tertentu. 3) sikap memberikan landasan emosional dari hubungan-

hubungan antar pribadi seseorang dan identifikasi dengan pihak lain. 4) sikap

organisasi dan mereka erat sekali dengan inti kepribadian.

Ada dua tingkatan sikap terhadap inovasi yaitu : 1) sikap terhadap inovasi

2) sikap terhadap perubahan. Sikap terhadap inovasi adalah merupakan berkenan

atau tidaknya seseorang. Percaya atau tidaknya seseorang terhadap inovasi

khususnya dan sikap terhadap perubahan adalah umumnya menyangkut respon

seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi yang dipengaruhi oleh hasil

pengamatan dan pengalaman sebelumnya (Rogers dan Shoemaker, 1971).

2.7.3 Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan

adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut beberapa ahli berpendapat

bahwa, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode,

dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang

diinginkan oleh kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun

sebelumnya.

Penerapan dapat berarti aplikasi atau implemntasi dari suatu metode. Salah

(44)

dari pembahasannya akan muncul ide-ide lain dari sasaran penyuluhan. Sebisa

mungkin sasaran diajak mempraktekkan langsung di lapangan. kalaupun tidak

bisa melakukan kegiatan praktik di luar ruangan, bisa saja dengan cara

menyajikan sejumlah materi penyuluhan dan contohnya lewat media visual di

dalam ruangan sehingga sasaran mudah menyerap materi penyuluhan dengan

baik. Sebelum dilakukan penerapan sistem yang baru tentunya harus diawali

dengan sosialisasi agar saasaran penyuluhan masyarakat tidak asing dengan apa

yang harus diterapkan di lapangan.

2.8 Perubahan pengetahuan, sikap dan penerapan

Perubahan biasa terjadi secara alamiah, maupun karena ada suatu

rekayasa sosial/berencana. Perubahan secara alamiah akan terjadi karena secara

naluriah manusia selalu ingin memperbaiki taraf hidupnya. Namun, perubahan

secara alamiah ini akan terjadi secara pelan-pelan/evolusioner maupun

revolusioner tergantung dari kebutuhan maupun perangsang yang ada. Perubahan

secara ini umumnya akan terjadi secara tidak bersamaan pada anggota masyarakat

karena tergantung dari tujuan maupun dari kemampuan masing-masing individu.

Sebaliknya pada perubahan perilaku secara berencana bisa diatur oleh agen

perubahan.

Tujuan merupakan faktor penentu yang penting pada diri manusia untuk

menentukan langkah yang diambilnya meskipun tanpa adanya perangsang

(stimulus) yang datang dari lingkungan (Makmun, 1996). Selain dipengaruhi oleh

keadaan di sekitarnya yang terikat oleh hukum alam, perilaku manusia juga

(45)

sendiri. Manusia sebagai makluk hidup merupakan makluk yang dinamik dalam

pengertian manusia dapat mengalami perubahan-perubahan sehingga tingkah laku

manusia dapat berubah dari waktu–kewaktu. Akibat dari unsur kehidupan yang

ada pada diri manusia akan berkembang dan mengalami perubahan-perubahan

dalam segi fisiologi maupun dalam segi psikologi (Su’adah dan Lendryono,

2003). Perubahan pada pengetahuan seseorang merupakan manifestasi dari proses

belajar (Effendi dan Praja, 1984). Selajutnya Rogers dan Shoemaker (1971),

menyatakan bahwa dalam tahap pengenalan inovasi ada tiga tipe pengetahuan

yaitu: kesadaran/pengetahuan mengenai adanya inovasi, pengetahuan teknis dan

pengetahuan prinsip. Pada tipe pengetahuan/kesadaran seseorang cenderung

membuka diri terhadap ide-ide yang sesuai dengan minat, kebutuhan dan sikap

yang ada padanya. Pengetahuan teknis meliputi informasi yang diperlukan

mengenai cara pemakaian atau penggunaan suatu inovasi. Pengetahuan prinsip

berkenaan dengan fungsinya suatu inovasi.

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya (Azwar,

2003). Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial individu. Dalam

interaksi sosial terjadi hubungan yang saling mempengaruhi diantara individu

yang satu dengan yang lain. Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan

dan perubahan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan orang lain yang

dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan serta faktor emosi dalam diri

Gambar

Gambar  2.1   Proses Persuasi
gambar dibawah, Irwanto (2006)
Gambar 2.3.

Referensi

Dokumen terkait