• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Celah Bibir dan Langit-Langit Di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung Tahun 2008-2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Celah Bibir dan Langit-Langit Di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung Tahun 2008-2012."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

v ABSTRAK

Celah bibir dan langit-langitmerupakan kelainan kongenital yang paling umum terjadi pada wajah.Persentase yang paling sering adalah celah bibir unilateral dengan celah langit-langit (kombinasi) dan sering terjadi pada bayi laki-laki dibanding bayi perempuan.

Prevalensi nasional celah bibir adalah 0,2%, sebanyak 7 provinsi mempunyai prevalensi celah bibir diatas prevalensi nasional seperti Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data penderita celah bibir dan langit-langit selama kurun waktu 5 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif retrospektif dengan mengumpulkan data dari buku pendaftaran pasien yang datang ke YPPCBL(Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-langit) Bandung sesuai dengan pengelompokan berdasarkan klasifikasi dan dioperasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS)padatahun 2008-2012.

Hasil penelitian adalahterdapat 863 pasien di YPPCBLBandung.Paling sering ditemukan pada laki-laki yang berjumlah 557 penderita dengan persentase 64,54%. Terdapat 464 penderita dengan persentase 77,3% celah bibir unilateral komplit kiri dan 163 penderita dengan persentase 36,96% celah langit-langit unilateral komplit kiri.

Kesimpulan dari penelitian ini adalahprevalensi penderita celah bibir dan langit-langit di YPPCBL Bandung lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Klasifikasi paling sering ditemukan adalah celah bibir unilateral komplit kiri dan celah langit-langit unilateral komplit kiri.

(2)

vi

ABSTRACT

Cleft lip and palate are the most common congenital abnormality that occurs on the face. The most common presentation is left-sided unilateral cleft lip with cleft palate (combination). Male infants are affected more often than female infants. National prevalence of cleft lip was 0,2%, about seven provinces have prevalence of cleft lip above the national prevalence as Nanggroe Aceh Darussalam, North Sumatera, South Sumatera, Bangka Belitung, Riau Islands, DKI Jakarta, and West Nusa Tenggara.

The aim of this research is to get data on patients with cleft lip and palate during the period of five years. Method of this research usedretrospective descriptive by collectingdata in patient registration book that come to YPPCBL (Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-langit)Bandung that has been classified and performed surgery at RumahSakitHasanSadikin (RSHS) in 2008-2012.

The result of this research are contained 863 patients in YPPCBLBandung. The most common in males,amount to 557 patients with presentation of 64,54%. There were 464 patients left-sided complete unilateral cleft lip with presentation of 77,3% and 163 patient left-sided complete unilateral cleft palate with presentation of 36,96%.

The conclusionof the research are prevalence of cleft lip and palate in YPPCBLBandung more common in males. The most common classification is left-sided complete unilateral cleft lip and left-left-sided complete unilateral cleft palate.

(3)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PERNYATAAN MAHASISWA ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT………... vi

PRAKATA ………vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTARTABEL ……… xiii

DAFTAR DIAGRAM ………. xiv

DAFTAR GAMBAR ………...xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 IdentifikasiMasalah ... 2

1.3 TujuanPenelitian ... 3

1.4 ManfaatPenelitian ... 3

1.4.1 ManfaatPraktis ... 3

1.4.2 ManfaatAkademis ... 3

(4)

xi

1.6 MetodePenelitian... 5

1.7 LokasidanWaktuPenelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AnatomiBibir... 6

2.1.1 OtotSpringterpadabibir ... 6

2.1.2 Otot Dilator padabibir ... 7

2.2AnatomiLangit-langit ………... 8

2.3KlasifikasiCelah BibirdanLangit-langit ……….. 9

2.4 DefinisiCelahBibirdanLangit-langit ... 13

2.5 EtiologiCelah BibirdanLangit-Langit ... 15

2.6 Epidemiologi Celah BibirdanLangit-Langit ... 16

2.7 KomplikasiCelah BibirdanLangit-Langit... 18

2.7.1 Masalahpada Gigi ... 18

2.7.2Maloklusi ... 18

2.7.3KelainanbentukHidung ... 19

2.7.4Pemberianmakan ... 19

2.7.5 MasalahpadaTelinga ... 19

2.7.6Kesulitanbicara... 20

2.7.7 MasalahPsikologis ... 21

2.8 PenatalaksanaanCelah BibirdanLangit-Langit ... 22

2.8.1 Koreksi Primer ... 23

(5)

xii

2.8.1.2 PerbaikanLangit-langit ... 26

2.8.2KoreksiSekunder ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2Bahan Penelitian... 31

3.3Waktu dan Tempat Penelitian ... 31

3.4Definisi Operasional... 32

3.5 Data yang diteliti ... 32

3.6Cara Penelitian ... 32

3.7Pengolahan Data... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HasilPenelitian ... 33

4.2 Pembahasan ... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 43

(6)

xiii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel4.1 Jumlah PenderitaCelahBibirdanLangit-langit ... 33

Tabel4.2

JumlahPenderitaCelahBibirdanLangit-langitberdasarkanjeniskelamin ... 34

Tabel4.3Jumlah PenderitaCelahBibirberdasarkanKlasifikasi ... 35

(7)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

No Judul Halaman

Diagram 4.1JumlahPenderitaCelahBibirdanLangit-langit ... 33

Diagram 4.2JumlahPenderitaCelahBibirdanLangit-langitberdasarkanJenis

Kelamin ... 34

Diagram 4.3JumlahPenderitaCelahBibirberdasarkanKlasifikasi ... 35

(8)

xv

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 OtotBibirterlihatdari lateral ... 7

Gambar 2.2AnatomiMulutterlihatdari anterior ... 9

Gambar 2.3 KlasifikasiCelahBibir ... 10

Gambar2.4 Klasifikasi CelahLangit-langit ... 10

Gambar2.5 KlasifikasiCelahmenurutVeau ... 11

Gambar 2.6 KlasifikasiCelahmenurutKernahan and Stark symbolic ... 12

Gambar 2.7 ProsedurLip Adhesion ... 24

Gambar 2.8ProsedurRose-Thompson operationatauStraight line repair ... 24

Gambar 2.9 ProsedurTennisontriangular flaprepair ... 25

Gambar2.10 Prosedur Millard rotation advancement repair ... 25

Gambar2.11 ProsedurStraight line closure ... 26

Gambar2.12Prosedur Von Langenbeck ... 27

Gambar2.13ProsedurWardil-Kilner-Veau ... 27

Gambar2.14 ProsedurFurlowdouble opposing Z-plasty ... 28

(9)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

Lampiran1SuratPermohonanIzinPenelitian ... 43

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan dari wajah dan rongga mulut merupakan

suatu proses yang sangat kompleks. Kelainan yang sering terjadi pada wajah

adalah celah bibir dan langit-langit.1 Celah bibir dan langit-langit adalah kelainan

kraniofasial kongenital yang paling umum terjadi dengan penyebab

multifaktorial.2

Celah bibir terbentuk saat jaringan bibir yang sedang berkembang tidak

menyatu secara sempurna. Bibir terbagi menjadi dua bagian dan menghasilkan

susunan otot bibir orbicularis oris yang tidak normal.3

Persentase celah bibir dan langit-langit bervariasi. Celah tersebut terbagi

menjadi celah bibir unilateral atau bilateral dengan keadaan langit-langit yang

normal, celah langit-langit (palatum lunak saja atau lunak dan keras) dengan

keadaan bibir yang normal, atau celah bibir unilateral atau bilateral dengan celah

langit-langit. Persentase yang paling sering adalah celah bibir unilateral dengan

celah langit-langit (kombinasi) dan lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding

perempuan.3

Kasus celah bibir dan langit-langit pada populasi Kauskasia adalah 1-1,5/1000

kelahiran; populasi di Afrika dan Afrika-Amerika < 0,5/1000 kelahiran, dan

(11)

2

Stevenson dkk (1966) melaporkan hasil penelitian WHO pada kelahiran

Filipina di Manila insiden celah bibir, celah langit-langit dan celah bibir dan

langit-langit adalah 1,52/1000 kelahiran, Mexico 0,93/1000 kelahiran. Ching and

Chung (1974) melaporkan dari 20.320 kelahiran Filipina di Hawaii, insidensi

celah bibir, celah langit-langit dan celah bibir dan langit-langit adalah 2,45/1000

kelahiran. Armendares and Lisker (1974) melaporkan pada studi Mexico,

insidensi celah bibir, celah langit-langit dan celah bibir dan langit-langit berubah

menjadi 1,03/1000 kelahiran.4

Prevalensi nasional celah bibir adalah 0,2%, sebanyak 7 provinsi mempunyai

prevalensi celah bibir diatas prevalensi nasional seperti Nanggroe Aceh

Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kepulauan

Riau, DKI Jakarta, dan Nusa Tenggara Barat.5

Karena masih banyaknya jumlah penderita celah bibir dan langit-langit

khususnya di Indonesia, penulis merasa tertarik untuk mengetahui banyaknya

penderita celah bibir dan langit-langit di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir

dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung.

1.2.Identifikasi Masalah

Berapakah jumlah penderita celah bibir dan langit-langit yang datang ke

Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung

(12)

3

1.3.Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai jumlah penderita

celah bibir dan langit-langit selama kurun waktu 5 tahun yang datang ke Yayasan

Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung.

1.4.Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis

maupun akademis.

1.4.1. Manfaat Praktis

Memperoleh informasi jumlah penderita celah bibir dan langit-langit yang

datang ke Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL)

Bandung berdasarkan jumlah penderita, jenis kelamin, dan klasifikasi atau

diagnosis sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan kasus celah bibir dan

langit-langit.

1.4.2. Manfaat Akademis

Menambah informasi mengenai jumlah kasus celah bibir dan langit-langit

(13)

4

1.5.Landasan Teori

Kelainan kongenital yang paling umum terjadi di daerah orofasial adalah celah

bibir dan langit-langit.6 Beberapa faktor etiologi yang terlibat, termasuk obat

teratogenik, lingkungan (paparan bahan kimia, radiasi), infeksi virus selama

kehamilan, merokok dan konsumsi alkohol selama kehamilan, dan faktor yang

sangat berpengaruh adalah faktor genetik.2,6

Setiap penderita celah bibir dan langit-langit memiliki beberapa masalah antara

lain, kelainan pada gigi seperti celah pada alveolus yang sering mempengaruhi

perkembangan gigi sulung dan gigi permanen dan tulang rahang itu sendiri,

adanya maloklusi terutama pada penderita celah langit-langit. Terlihat adanya

perbedaan antara bentuk, ukuran dan posisi tulang skeletal. Kelainan bentuk

hidung sering terjadi pada penderita celah bibir. Kesulitan makan sering terjadi

pada bayi dengan celah langit-langit sehingga dapat kesulitan menelan. Masalah

pendengaran terjadi pada penderita celah langit-langit lunak yang cenderung

mengalami infeksi telinga tengah sehingga pendengarannya terganggu dan adanya

kesulitan berbicara biasa terjadi pada penderita celah bibir dan langit-langit.7

Pendekatan tim untuk penderita celah bibir dan langit-langit itu adalah penting,

termasuk bedah mulut dan maksilofasial, ortodontis, pedodontis, speech therapy,

audiologist, otolaryngologist, dan perawat. Urutan perawatan celah bibir dan

langit-langit untuk usia 0 bulan dilakukan penilaian awal. Usia 3 bulan dilakukan

perbaikan awal dengan labioplasti, Millard dan Delaire adalah dua teknik bedah

yang umum dilakukan. Usia 9-18 bulan dilakukan bedah perbaikan langit-langit,

(14)

5

Von Langenbeck dan Delaire adalah dua teknik yang umum dilakukan. Pada usia

2 tahun dilakukan penilaian cara bicara, 3-5 tahun dilakukan perbaikan bibir

dengan labioplasti, usia 8-9 tahun dilakukan perawatan ortodontik disertai

pre-bone graft, speech therapy. Pada usia 10 tahun dilakukan penambahan tulang

alveolar dengan tulang cancellous dari krista iliaka, yang memungkinkan gigi

kaninus maksila untuk erupsi dan menyediakan support untuk alar base. Usia

12-14 tahun dapat dilakukan perawatan ortodontik, usia 16 tahun dilakukan

perbaikan nasoplasti, dan usia 17-20 tahun dilakukan perawatan lanjutan seperti

bedah ortognatik untuk memperbaiki rahang hipoplasia.8

1.6.Metode Penelitian

Penelitian dilakukan secara deskriptif retrospektif dengan mengumpulkan dan

mencatat data sekunder pasien yang datang ke Yayasan Pembina Penderita Celah

Bibir dan Langit-Langit (YPPCBL) Bandung dalam tahun 2008-2012.

1.7.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Pembina Penderita Celah Bibir dan

Langit-Langit (YPPCBL), Gedung CLEFT CENTER Jalan Sekeloa Selatan No. 1

(15)

39 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. SIMPULAN

Padapenelitianinidisimpulkanbahwaprevalensipenderitacelahbibirdanlangit-langit

di Yayasan Pembina PenderitaCelahBibirdanLangit-langitadalah 863

pasiendanlebihbanyakditemukanpadalaki-lakisebanyak 557 pasien (64,54%).

Klasifikasi paling seringditemukanadalahcelahbibir unilateral

komplitkiridancelahlangit-langit unilateral komplitkiri.

5.2. SARAN

 Perludilakukanpemberianedukasilebihlanjutkepadamasyarakatmengenaipe

ncegahanresikoterjadinyacelahbibirdancelahlangit-langit.

 Perludilakukanpenelitianlebihlanjutmengenaihubungan diagnosisdanterapi

(16)

44

RIWAYAT HIDUP

Nama : Ratih Sri NovianiLesmana

NRP : 0812007

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 26 Januari1990

Alamat : PuriCipageran Indah 1 Blok.E no 198- Cimahi

Riwayat Pendidikan :

 TK BungaAlami I

 SDN Budimulya3 Cimahi

 SMPN 6 Cimahi

 SMAN 5 Cimahi

 Program StudiPendidikanDokter Gigi Universitas

Kristen Maranatha

(1995 – 1996)

(1996 – 2002)

(2002 – 2005)

(2005 – 2008)

(17)

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus SG, Prihartiningsih. Rekonstruksicelahbibir bilateral padapasienpascaoperasilabioplasti.Maj Ked Gi; 2008 Desember: 15(2):121-24

2. Ghali GE,Peter EL, Peter DW. Principles of oral and maxillofacial surgery.2nd ed. London: BC Decker; 2004.

3. Nadine B, Semar MD. Practical plastic surgery for nonsurgeons.Michigan: Hanley and Belfus; 2001.

4. Vanderas AP. Incidence of cleft lip, cleft palate, and cleft lip and palate among races. Cleft Palate J;1987 July: 24(3):216-25.

5. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2007

6. Harriet SG, Michael ZM. Physicians’ guide to diseases of the oral

cavity.Michigan: Medical Economics Compani; 1982.

7. Peterson LJ. Contemporary oral and maxillofacial surgery.4th ed. St. Louis: Mosby. 2003.

8. Paul C, Keith H, Philip S, Elizabeth T. Oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine.2th ed.Philadelphia: Elsevier. 2008.

9. Tortora GJ. Principles of anatomy and physiology.12nd ed.Hoboken: John Wiley & Sons; 2009.

10.Snell RS. Clinical anatomy by regions. 9th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2012.

11.Berkovits BKB, Holland GR, Bernard JM. Oral anatomy, embriology and histology.3th ed. Michigan: Mosby; 2002.

(18)

41

13.Lauren S, Theddeus OH. Epidemiology, risk factor, quality of life, and importance of classifications.Cleft lip and palate review; Med J Indonesia 2008; 17: 226-39.

14.Rajendran R. Shafer’s textbook of oral pathology. 6th ed. India: Elsevier; 2009.

15.Cameron A, Widmer R. Handbook of paediatric dentistry. 3rd ed. St. Louis: Mosby; 2008.

16.Shahrokh CB, Chris J. Clinical Review of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis: Mosby; 2008.

17.Ball B. Cleft Palate, Alveolar Cleft, and Velopharyngeal Dysfunction; Plastic Surgery Half-Day Seminars: 2011 Oct: 3 : 8-10.

18.Cobourne MT.Handbook of orthodontics. 1sted. Philadelphia: Elsevier; 2010.

19.Larheim TA, Westesson PL. Maxillofacial imaging.Heidelberg: Springer;2006.

20.Seth RT, William WM. Guide to dental problems for physicians and surgeons.Michigan: Wiliams& Wilkins; 1988.

21.Seth T, James PB, Joe IG. Craniofacial surgery. New York: Informa Healthcare; 2008.

22.Nurul P, Retno HS. Perawatancelahbibirdanlangit-langitpadaanak 4 tahun. Indonesian Journal of Dentistry; 2009; 15 (3): 232-8

23.Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier; 2007.

24.Robert JT, Angela B, James DS. Operative Techniques in Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Vol 20. Elsevier; 2009.

25.Ahmed HR. Complete Cleft Palate: A New Scheme Of Treatment. Plastic Surgery J; 2007: vol4: no1.

(19)

42

27.Kamus Kedokteran Gigi.Harty FJ; alih bahasa, Narlan Sumawinata. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Gigi EGC; 1993.

28.Moore UJ. Principles of oral and maxillofacial surgery. 6th ed. USA: Blackwell Science; 2001.

29.Neville BW. Oral and maxillofacial pathology. 3th ed. St. Louis: Elsevier; 2009.

30.Diego F. Cleft lip& palate. New York: Oxford University; 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan 'bu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang berkualitas.

6 Menyerahkan fotocopy lembar penilaian lapang (Form 4) yang ditandatangani pembimbing lapang tempat pelaksanaan PKN. 7 Menyerahkan hasil scan Berkas Persyaratan Ujian dalam bentuk

Tujuan penelitian ini untuk membandingkan hasil belajar dan motivasi siswa pada materi masalah- masalah ekonomi sebelum dan sesudah menggunakan Metode Ice Breaking

- (erat dian)urkan 2% r 8 hari *isani! 2006+.. kali seminu selama kuran lebih 0 menit+, merupakan salah satu pilar dalam  penelolaan DM tipe 2!

Perkalian modulo (2 16 + 1) dua sub-blok 16-bit, dimana kedua sub-blok 16-bit itu dianggap sebagai representasi biner dari integer biasa kecuali sub-blok nol dianggap

Secara umum kondisi permukaan tapak adalah datar dengan ketinggian yang relatif sama, sejalan dengan itu berdasarkan data yang bersumber dari data Bappeda Kota Banjarmasin,

Ekstraksi solven dapat dilakukan dengan alat khusus menggunakan CO 2   superkritik sebagi  pelarut, yang sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan pelarut