PE NGARUH MO DE L PE MBELAJARAN TE RHADAP H AS IL BELAJAR KI MIA S ISWA PADA MATE RI H IDROLISIS
GARAM KEL AS XI DI S MA N 1 PE RCUT SEI TUAN
Oleh : Kartomo Simarmata
NIM. 4103131031
Program Studi Pendidikan Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Segala hormat, puji dan syukur hanya bagi Allah Yang Maha Esa yang
telah menyatakan kasih setia dan penyertaan-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Adapun judul skripsi adalah “Pengaruh Model pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI Di SMA N 1
Percut Sei Tuan” ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar
Sarjana Pendidikan Kimia, pada program S-1 Kimia di Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Unimed.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan materi dan
pikiran. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada : Bapak Drs.
P. Maulim Silitonga, M.S selaku dosen Pembimbing yang telah banyak memberi
waktu , tenaga, dan masukan, saran dan pikiran selama proses penulisan skripsi
ini. Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Si selaku penguji I, ibu Dra. Ani Sutiani, M.Si
Selaku penguji II dan bapak Drs. Jasmidi, M.Si selaku penguji III yang telah
banyak memberi saran dan kritik dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Drs. Amser
Simanjuntak selaku dosen pembimbing akademik, seluruh staff pengajar dan staff
administrasi Fakultas MIPA, khususnya Jurusan Kimia yang telah memberikan
ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga
selesainya skripsi ini. Ibu Widiya,Ibu Harahap, Ibu sinaga, Ibu Purba selaku guru
kimia di SMA N 1 Percut Sei Tuan yang sudah banyak membantu penulis selama
penelitian berlangsung.
Terima kasih kepada keluarga tercinta, Bapak Lasman Simarmata, Ibu
Tiamsa Sinaga, Adik Hotmauli Simarmata, Norapita Simarmata, Daniel
Simarmata, Lastrina Simarmata, dan Rio Fande Simarmata yang terus
v
selesainya skripsi ini. Teman-teman di Kimia Dik A 2010; David Sirait,
Onesimus, Junior, Tridarno, Jhon, Feni, Triani dan Ingmayfa. Teman-teman Kost;
Hanan, Jepri, Anto, Andi, dan Cipta serta teman- teman di kampus dan juga
teman seperjuangan dalam penulisan skripsi. Penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi dan tata bahasa.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
meningkatkan kualitas skripsi ini sehingga pada akhirnya akan dapat
dipergunakan dan berguna bagi pembaca atau peneliti selanjutnya.
Medan 08 Juli 2014
Kartomo Simarmata
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI
DI SMA N 1 PERCUT SEI TUAN
Kartomo Simarmata (4103131031) Abstrak
vi DAFTAR ISI Halaman Lembar Pengesahan Riwayat Hidup Abstrak Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang 1.2Ruang Lingkup 1.3Rumusan Masalah 1.4Batasan Masalah 1.5Tujuan Penelitian 1.6Manfaat Penelitian 1.7Defenisi Operasional
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas Pembelajaran 2.2 Model Pembelajaran
2.2.1 Siklus Belajar Learning Cycle (LC) 2.2.2 Two Stay Two Stray (TSTS)
2.2.3 Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) 2.2.4 Model Pembelajaran Problem Based Learning(PBL) 2.3 Analisis Materi
2.3.1 Hidrolisis Garam
2.3.2 Perhitungan ( Kh), [H+] dan [OH-] Larutan Garam 2.3.3 Menghitung [H+] dan Kh Garam yang Berasal dari
Asam Lemah dan Basa Lemah 2.4 Penelitian yang Relevan
2.5 Kerangka Berpikir dan Penyajian Hipotetis
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Populasi dan Sampel
3.3 Variabel dan Instrumen Penelitian 3.3.1 Variabel Penelitian
3.3.2 Instrumen Penelitian 3.3.2.1 Validitas Tes 3.3.2.2 Reliabilitas Tes
3.3.2.3 Tingkat Kesukaran Tes 3.3.2.4 Daya Pembeda Tes
vii
3.3.2.5 Pengecoh (distructer)
3.4. Rancangan/Desain Penelitian 3.5. Teknik Pengumpulan Data 3.6. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Hasil Uji Coba Penelitian 4.1.2. Uji Persyaratan Analisis
4.1.3. Hasil Belajar Siswa dan Hasil Uji Hipotesis 4.2. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
30 31 32 33
38 38 39 40 41 42
49 49
50
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Jenis Garam Berdasarkan Komponen Asam Basa Pembentuknya
Tabel 3.1. Tabel Validasi Isi Tabel 3.2. Tingkat Kesukaran Tes Tabel 3.3. Indeks Daya Beda (D)
Tabel 3.4. Rancangan Pemberian Media Pembelajaran yang Digunakan. Tabel 3.5. Paradigma Penelitian
Tabel 3.6. Data Nilai Siswa SMA yang Diberi Perlakuan dengan Model LC ,TSTS, ATI, dan PBL
Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Karakteristik Tiap Butir Soal yang Digunakan dalam Penelitian
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas dan Peningkatan Hasil Belajar Kimia yang Ditinjau dari Lembar Kerja Siswa
Tabel 4.3. Hasil Perhitungan untuk Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Kimia Siswa yang Diberi dengan Media LKS
Tabel 4.4. Rataan Hasil Belajar Kimia dengan Media LKS
Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Analisis Ragam Hasil Belajar Kimia Siswa pada Materi Hidrolisis Garam dengan Media LKS
Tabel 4.6. Analisis Kaitan Soal dengan Setiap Model Pembelajaran
18
27 28 29 31 31
34
39
40
41
41
42
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tahap Learning Cycle (LC)
Gambar 2.2 Skema Two Stay Two Stray (TSTS)
Gambar 2.3 Skema Aptitude Treatment Interaction (ATI) Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian
Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Rataan Post-Test
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Kuesioner Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Tes
Lampiran 3. Instrumen yang Diujicobakan Lampiran 4. Kunci Jawaban Instrumen Tes Lampiran 5. Silabus
Lampiran 6. Identifikasi Masalah
Lampiran 7. Rancangan Pokok Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 8. Tabel Uji Reliabilitas
Lampiran 9. Tabel Tingkat Kesukaran Tiap Butir Tes Lampiran 10. Tabel Daya Beda Soal
Lampiran 11. Data Hasil Penelitian Lampiran 12. Uji Reliabilitas
Lampiran 13. Tingkat Kesukaran Soal Lampiran 14. Perhitungan Data Beda Soal Lampiran 15. Uji Setiap Butir Tes yang Valid Lampiran 16. Soal Pre-test dan Soal Post-test Lampiran 17. Nilai Post-Test Setiap Kelas Lampiran 18. Uji Normalitas
Lampiran 19. Uji Homogenitas Lampiran 20. Uji Hipotesis
Lampiran 21. Tabel Nilai – Nilai r-Product Moment
Lampiran 22. Tabel Nilai Kritis Distribusi Chi Kuadrat (X2) Lampiran 23. Tabel Distribusi Nilai F
Lampiran 24. Lembar Kerja Siswa Lampiran 25. Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan di sekolah sebagai salah satu sarana belajar formal memegang
peranan penting dalam menopang pembangunan sumber daya manusia. Melalui
pendidikan, manusia akan tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang utuh.
Pendidikan diharapkan dapat memegang peranan penting terhadap kemajuan
suatu negara dan bangsa. Bila semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat di
suatu negara, maka akan semakin tinggi pula tingkat kemakmuran masyarakat
negara tersebut. Kualitas pendidikan indonesia masih rendah dan sangat
memprihatinkan. Berdasarkan data dari Educational For All (EFA) indeks
pembangunan untuk semua atau educational for all Indonesia menurun. Jika
tahun lalu Indonesia berada diperingkat ke-65 namun, Indonesia (2011) merosot
ke-69 (Kompas 03 Maret 2011, dalam Sinulingga 2012).
Peranan penting tersebut tidak lepas dari peranan guru sebagai tenaga
profesional. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar Fajaroh (2007)
menyarankan penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam kegiatan
belajar-mengajar di kelas. Menurut pendekatan ini, kegiatan belajar belajar-mengajar berpusat
pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya
menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat
mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan
2
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah guru
menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa ( inovatif) seperti:
model pembelajaran Learning Cycle (LC), model pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray( TSTS ), model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
(ATI),dan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil penelitian,
Fajaroh (2007) mengemukakan bahwa model Learning Cycle (LC) meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar siswa pada materi kimia. Model pembelajaran
Learning Cycle (LC) memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif mengkonstruksi konsep dan mengembangkannya baik melalui interaksi fisik maupun sosial misalnya melalui kegiatan demonstrasi, diskusi, praktikum, tanya
jawab, dan problem solving (Lawson, 1995). Penggunaan model Learning Cycle
(LC) memberikan pengaruh positif dimana hasil belajar siswa meningkat 28%
pada tahun ajaran 2007/2008 di kelas XI SMAN 2 Temanggung Pada pokok
bahasan hasil kali kelarutan.
Hasil Penelitian Rumaha (2012) menunjukkan bahwa dengan menerapkan
model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) aktivitas belajar siswa
mengalami peningkatan setiap siklusnya di mana bisa dilihat pada siklus I
pertemuan pertama sebesar 63.66% meningkat menjadi 68.85% pada pertemuan
kedua. Pada siklus II aktivitas belajar siswa meningkat lagi menjadi 79.85% pada
pertemuan pertama dan pada pertemuan kedua juga mengalami peningkatan
menjadi 95 % sehingga jika dirata-ratakan total mengalami peningkatan 10,17 %.
Hermawan (2013) menyimpulkan bahwa model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) memberikan pengaruh sebesar 38,3% terhadap peningkatan
hasil belajar siswa.
Menurut Sudarman (2007) Problem Based Learning (PBL) dikembangkan
terutama untuk membantu kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan
keterampilan intelektual dan belajar menjadi pembelajar yang otonom dan
mendorong siswa melakukan kerjasama dalam menyelesaikan tugas dan
penyelidikan pilihannya sendiri dan memungkinkan siswa menginterpretasikan
3
Model pembelajaran berbasis masalah melibatkan presentasi situasi-situasi
autentik dan bermakna yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi sebagai
peserta didik. Fitur-fitur pembelajaran berbasis masalah menurut Arends adalah
sebagai berikut:
1. Permasalahan autentik
Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan masalah nyata yang penting
secara sosial dan bermakna dan bermakna bagi peserta didik.
2. Fokus interdisipliner
Pemecahan masalah menggunakan pendekatan interdisipliner. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan belajar
menggunakan berbagai presfektif keilmuan.
3. Investigasi autentik
Peserta didik diharuskan melakukan investigasi autentik yaitu berusaha
menemukan solusi riil. Peserta didik diharuskan menganalisis dan menetapkan
masalahnya, mengembangkan hipotesis, membuat prediksi, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melaksanakan ekperimen, membuat inferensi, dan
menarik kesimpulan.
4. Produk
Pembelajaran berbasis masalah menuntut peserta didik mengonstruksikan produk
sebagai hasil investigasi. Produk bisa berupa paper yang dideskripsikan dan
didemonstrasikan kepada orang lain.
5. Kolaborasi
Kolaborasi peserta didik dalam pembelajaran berbasis masalah mendorong
penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan keterampilan berpikir
dan keterampilan sosial.
Hasil pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik memiliki keterampilan
penyelidikan, mengatasi masalah, mampu mempelajari peran orang dewasa, dan
menjadi pembelajar yang mandiri dan independen. Hal yang tidak kalah esensiil
sebagai hasil pembelajaran berbasis masalah adalah keterampilan berpikir tingkat
4
a. Bersifat non-algoritmik, artinya jalur tindakan tidak sepenuhnya ditetapkan
sebelumnya.
b. Bersifat kompleks, artinya mampu berpikir dalam berbagai presfektif atau
mampu menggunakan sudut pandang.
c. Banyak solusi, artinya mampu mengemukakan dan menggunakan berbagai
solusi dengan mempertimbangkan keberuntungan dan kelemahan
masing-masing.
d. Melibatkan interpretasi.
e. Melibatkan banyak kriteria, artinya mampu menggunakan berbagai kriteria.
f. Melibatkan ketidakpastian, artinya tidak semua yang berhubungan dengan
tugas-tugas yang ditangani telah diketahui.
g. Melibatkan pengaturan diri proses-proses berpikir.
h. Menentukan makna, menemukan struktur dalam sesuatu yang tampak tidak
beraturan. Mampu mnegidentifikasi pola pengetahuan.
i. Membutuhkan banyak usaha, (Suprijono, 2012).
Hasil penelitian Rubi (2012) dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) saat sebelum diberikan tindakan nilai rata-rata
siswa sebesar 69,28. Setelah diberikan tindakan, rata- rata nilai siswa sebesar
74,52 dengan kata lain terjadi peningkatan sebesar 7,56%.
Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni (2012) Peningkatan model pembelajaran
Learning Cycle (LC) dan LKS pada pokok bahasan hidrolisis garam pada kelas
eksperimen diperoleh nilai rata-rata post-test adalah 78,5 ± 6,91 dengan
peningkatan hasil belajar 73% sedangkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol diperoleh nilai rata-rata post-test
adalah 71,125 ± 5,94 dengan peningkatan hasil belajar 60,98%. Pohan (2010)
menyimpulkan bahwa hasil belajar kimia siswa SMA pada pokok bahasan
hidolisis garam meningkat. Hasil belajar kimia kelompok eksperimen meningkat
sebesar 89,7 % dengan menggunakan model pembelajaran Aptitude Treatment
Interaction (ATI) sedangkan hasil belajar kimia kontrol meningkat sebesar 70,3 %
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Data ini menunjukkan
5
dengan model pembelajaran ATI lebih baik daripada siswa SMA jurusan IPA
kelas XI yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Jadi model
pembelajaran ATI itu mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap hasil
belajar kimia siswa jika dibangdingkan dengan model pembelajaran konvensional
yang berati model pembelajaran ATI memiliki pengaruh signifikan. Hasil analisis
datanya juga menunjukkkan bahwa model pembelajaran ATI memiliki persentase
efektivitas sebesar 26,65 %. Sitorus (2011) menimpulkan bahwa efektifitas
pembelajaran PBL dan pendekatan Problem Possing berbasis WEB termodifikasi
pada pokok bahasan hidrolisis garam adalah sebesar 11,40 %. Materi pelajaran
dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam. Hidrolisis Garam adalah reaksi
ion-ion (berasal dari garam) dengan air membentuk asam konjugat dan ion-ion hidroksida
atau membentuk dari ion hidronium. Materi tersebut memuat konsep-konsep dan
perhitungan kimia. Untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep dan
melakukan perhitungan, guru dapat menerapkan model pembelajaran di atas yang
dapat mewujudkan keteraturan dalam pembelajaran dan berpusat pada siswa,
sehingga siswa aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan sekaligus guru ingin
melihat model pembelajaran terbaik yang ingin diterapkan kepada siswa lain.
Oleh karena itu, materi ini akan lebih mudah dipahami jika menggunakan model
pembelajaran yang tepat dan peneliti ingin membandingkan model pembelajaran
yang terbaik untuk mempelajari topik yang tergolong sulit di kalangan siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI Di SMA N 1 Percut Sei Tuan”.
1.2 Ruang Lingkup
Penggunaan berbagai model pembelajaran dengan media yang sama (LKS)
6
1.3 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh model pembelajaran yang bervariasi terhadap hasil
belajar kimia siswa?
1.4 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi tentang pemanfaatan sumber belajar berupa buku paket
siswa. Model pembelajaran yang digunakan yaitu: 1) model Learning Cycle (LC),
2) Two Stay Two Stray (TSTS), 3) Aptitude Treatment Interactions (ATI), dan 4)
Problem Based Learning (PBL) dan materi yang diaplikasikan adalah materi
Hidrolisis Garam yaitu reaksi hidrolisis dan perhitungannya di kelas XI SMA N 1
Percut Sei Tuan.
1.5 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian model pembelajaran
terhadap hasil belajar kimia siswa
1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah secara rasional.
b. Mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok
merasa memiliki tanggung jawab.
c. Mengembangkan kemampuan kepemimpinan dalam kelompok tersebut dan
siswa sebagai kelompok memiliki rasa tanggung jawab.
d. Setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan mendorong
timbulnya semangat tim dan kelompak akhirnya menunjukkan kerja yang
kompak.
e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar tetapi membutuhkan waktu yang
7
2. Bagi guru
a. Memberikan masukan kepada guru tentang model pembelajaran yang inovatif
yang bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran
kimia secara khusus pada materi hidrolisis garam.
b. Menambah wawasan kepada guru tentang model-model pembelajaran dan
meningkatkan kompetensi guru.
3. Bagi sekolah
Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah sehingga dapat
memperbaiki kualitas pembelajaran di SMAN 1 Percut Sei Tuan, Medan.
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini akan menambah wawasan, kemampuan, dan pengalaman
dalam meningkatkan kompetensinya sebagai calon guru.
5. Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan rujukan dalm melakukan penelitian selanjutnya.
1.7 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pengaruh adalah keberhasilan
dalam pencapaian tujuan–tujuan yang telah diinginkan. Model pembelajaran
adalah prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
nilai post-test. Hidrolisis Garam adalah reaksi ion-ion (berasal dari garam)
dengan air membentuk asam konjugat dan ion hidroksida atau membentuk dari
ion hidronium. Lembar kerja siswa adalah panduan siswa yang dilakukan untuk
melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah untuk
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis data penelitian, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Ada pengaruh pemberian berbagai model pembelajaran terhadap hasil
belajar kimia siswa pada materi hirolisis garam kelas XI di SMA N 1 Percut
Sei Tuan
2. Rataan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan model Learning
Cycle (LC) berbeda nyata secara statistika dengan model Two Stay Two
Stray (TSTS) dan Problem Based Learning (PBL) namun tidak berbeda
nyata terhadap model Aptitude Treatment Interaction (ATI). Hasil belajar
kimia siswa yang diajarkan dengan model Learning Cycle (LC), Two Stay
Two Sray (TSTS), dan Problem Based Learning (PBL) berturut-turut 64,57
± 8,13; 54,28 ± 9,33; 62,85 ± 11,71; 38,87 ± 5,10. Model Learning Cycle
(LC) menghasilkan nilai hasil belajar yang lebih baik.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan agar guru-guru
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle (LC) karena model
pembelajaran tersebut memberikan rataan paling tinggi dibandingkan dengan
model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS), Aptitude Treatment Interaction