TUGAS AKHIR
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN
KREDIT PEMILIKAN MOTOR DENGAN METODE
SCORING SYSTEM
Diajukan Oleh :
ARIEF KURNIAWAN
0534010160
JURUSAN SISTEM INFORMASI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
ilmu yang bermanfaat serta kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit Kepimilikan
Motor Dengan Metode Scoring System, guna memenuhi persyaratan kelulusan di
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Teknologi
Industri Jurusan Teknik Informatika.
Dengan adanya bantuan berupa saran serta dukungan baik secara langsung
maupun tidak langsung dari beberapa pihak maka pembuatan Tugas Akhir ini dapat
terwujud,oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.
Keluarga tercinta yang telah banyak memberikan dukungan yang sudah tak
terhitung lagi jumlahnya.
2.
Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” JATIM Bapak Ir.
Sutiyono, MT
3.
Ketua Progdi Teknik Informatika UPN ”Veteran” JATIM Bapak Basuki
Rahmat, S. SI, MT.
4.
Bapak Basuki Rahmat, S. SI, MT dan Bapak Achmad Junaidi, S.Kom selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran dalam
pengerjaan Tugas Akhir ini.
5.
Para Bapak /Ibu Dosen Pengajar Jurusan Teknik Informatika dan Sistem
iii
Semoga semua kebaikan dan niat baik dari semua pihak yang telah membantu
terwujudnya Tugas Akhir ini dapat dibalas oleh Allah SWT.
Masih banyak kekurangan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, maka dengan
segala kerendahan hati penulis bersedia menerima saran dan kritik dari pembaca
sekalian guna mendapatkan hasil yang lebih baik dalam tugas-tugas selanjutnya.
Semoga dengan adanya tulisan ini banyak memberikan manfaat yang baik
bagi semua pihak.
Surabaya, Oktober 2010
iv HALAMAN JUDUL
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 2
1.3Pembatasan Masalah ... 2
1.4Tujuan ... 3
1.5Sistematika Penulisan ... 3
BAB II LANDASAN TEORI ... 5
2.1Sistem Pendukung Keputusan ... 5
2.2Komponen Sistem Pendukung Keputusan ... 6
2.3Progran Kemitraan Dan Bina Lingkungan (PKBL) ... 10
2.4Perhitungan Bunga Kredit ... 11
2.5Administrasi Kredit ... 14
2.6Scoring System ... ...15
2.7Kuisoner ... 20
BAB III PERANCANGAN SISTEM ... 23
3.1Identifikasi Masalah... 23
3.2Analisa Permasalahan dan Pemecahan ... 23
3.3Perancangan Sistem ...27
3.3.1Diagram Alir ...27
3.3.2System Flow ...31
3.3.3Diagram Berjenjang ...33
3.3.4Data Flow Diagram ...34
3.3.5Entity Relationship Diagram ...38
v
3.4.1Desain Form Login ... 42
3.4.2Desain Form Utama ... 43
3.4.3Desain Form Master Admin ... 44
3.4.4Desain Form Master Pemohon ... 45
3.4.5Desain Form Master Atribut ... 46
3.4.6Desain Form Data Pengajuan ... 47
3.4.7Desain Form Penilaian Atribut ... 48
3.4.8Desain Form Perhitungan Scoring System ... 49
BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM... 51
4.1Implementasi ... 51
4.2Kebutuhan Sistem ... 51
4.3Instalasi Program Dan Pengaturan Sistem ... 51
4.4Implementasi Program ………...………...52
4.4.1Form Menu Utama……….52
4.4.2Form Master Admin ……….53
4.4.3Form Master Pemohon ……….54
4.4.4Form Master Atribut ……….54
4.4.5Form Data Pengajuan ………55
4.4.6Form Penilaian Atribut ………..56
4.4.7Form Perhitungan Scoring System ………...57
4.4.8Form Laporan Hasil Pemohon………...58
BAB V EVALUASI DAN UJICOBA ... 60
5.1Uji Coba Aplikasi ... 60
5.1.1 Form Menu Utama ... 60
5.1.2 Form Master Admin ... 61
5.1.3 Form Data Pengajuan ... 62
BAB VI PENUTUP ... 72
6.1Kesimpulan ... 72
vi
Tabel 2.1 Tabel Perhitungan Bunga Kredit Secra Sliding Rate Dan Flat Rate ... 13
Tabel 3.1 Tabel Tabulasi Jawaban Responden ... 25
Tabel 3.9 Tabel Pengajuan ... 42
Tabel 5.1 Tabel Tabulasi Jawaban Responden ... 63
vii
Gambar 2.1 Komponen SPK ... 6
Gambar 2.2 Subsistem Manajemen Basis Data ... 8
Gambar 2.3 Subsistem Manajemen Basis Model... 9
Gambar 2.4 Subsistem Penyelenggaraan Dialog... 10
Gambar 3.1 Diagram Alir Maintenance Data ... 28
Gambar 3.2 Diagram Alir Penilaian Kelayakan Kredit ... 30
Gambar 3.4 System Flow Penilain Kelayakan Kredit ... 32
Gambar 3.4 Diagram Berjejang ... 33
Gambar3.5 Contex Diagram Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode Scoring System ... 34
Gambar 3.6 Data Flow Diagram Level 0 ... 35
Gambar 3.7 DFD Level 1 Proses Master Data ... 36
Gambar 3.7 DFD Level 1 Proses Pengajuan ... 37
Gambar 3.8 Conceptual Data Model (CDM) ... 39
Gambar 3.9 Physical Data Model (CDM)... 40
Gambar 3.10 Desain Form Login ... 43
Gambar 3.11 Desain Form Menu Utama ... 44
Gambar 3.13 Desain Form Master Admin ... 45
Gambar 3.14 Desain Form Master Pemohon ... 46
Gambar 3.15 Desain Form Maintenance Atribut ... 47
Gambar 3.16 Desain Form Data Pengajuan ... 48
Gambar 3.17 Desain Form Penilain Atribut ... 49
Gambar 3.18 Desain Form Perhitungan Scoring System ... 50
Gambar 4.1 Form Utama ... 52
Gambar 4.2 Form Menu Admin ... 53
Gambar 4.3 Master Pemohon... 54
Gambar 4.4 Maintenance Atribut ... 55
Gambar 4.5 Form Data Pengajuan... 56
viii
Gambar 5.1 Form Menu Utama... 60
Gambar 5.2 Form Menu Admin ... 61
Gambar 5.3 Form Data Pengajuan... 62
Gambar 5.4 Tampilan Tabulasi Jawaban Responden ... 66
Gambar 5.5 Tampilan Hasil Perhitungan Scoring System... 67
Gambar 5.6 Tampilan Hasil Analisa... 67
Gambar 5.7 Tampilan Tabulasi Jawaban Responden ... 71
Gambar 5.8 Tampilan Hasil Perhitungan Scoring System ... 72
i
Abstrak
Banyaknya masyarakat yang ingin memiliki sepeda motor tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli motor secara tunai tentunya akan sangat membutuhkan suatu cara untuk memiliki motor tetapi dengan sistem pembayaran secara kredit, menindak lanjuti hal tersebut PT. Astra yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang asuransi melalui Program Kredit Pemilikan Motor (KPM) yang lebih dikenal dengan Kak OTO yang bertujuan sebagai salah satu bagian fokus bisnis dibidang sektor otomotif berniat melakukan pemberian kredit motor kepada konsumen melalui pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan.
Untuk menunjang itu perlu sebuah sistem yaitu Sistem Pendukung
Keputusan dengan menggunakan metode yang dinamakan metode Scoring
System. Sistem ini dapat digunakan untuk penentuan kelayakan konsumen dalam pemberian peminjaman kredit motor .
Dengan menggunakan Sistem Pendukung Keputusan dan metode Scoring
System, dapat menyajikan informasi dalam bentuk angka sehingga mempersingkat waktu dalam kegiatan administrasi kredit, khususnya kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh pihak PT. Astra.
Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, metode Scoring System, Administrasi
1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Banyaknya masyarakat yang ingin memiliki sepeda motor tetapi tidak
memiliki dana yang cukup untuk membeli motor secara tunai tentunya akan
sangat membutuhkan suatu cara untuk memiliki motor tetapi dengan sistem
pembayaran secara kredit, menindak lanjuti hal tersebut PT. Astra yang
merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang asuransi melalui
Program Kredit Pemilikan Motor (KPM) yang lebih dikenal dengan Kak OTO
yang bertujuan sebagai salah satu bagian fokus bisnis dibidang sektor otomotif
berniat melakukan pemberian kredit motor kepada konsumen melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba perusahaan.
Di PT. Astra pemberian kredit motor didasarkan pada kegiatan
administrasi kredit yaitu kegiatan analisa kredit dari unit PKBL. Untuk
mendapatkan kredit motor konsumen harus mengikuti prosedur yang berlaku di
PT. Astra yaitu konsumen datang menemui pihak PT. Astra untuk dilakukan
interview, pengisian proposal dan kelengkapan data serta akan survei lapangan.
Selanjutnya pihak Astra melakukan kegiatan administrasi kredit. Selama ini
untuk dapat menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan pinjaman kredit
motor dengan kegiatan administrasi yang meliputi kegiatan analisis secara
kuantitatif dan kualitatif memerlukan waktu yang agak lama karena data yang
Untuk membantu mengatasi masalah tersebut, maka metode yang sesuai
untuk penentuan kelayakan konsumen dalam pemberian peminjaman kredit motor
adalah metode Scoring System karena metode ini memiliki kemampuan untuk
menyajikan informasi dalam bentuk angka sehingga mempersingkat waktu dalam
kegiatan administrasi kredit, khususnya kegiatan verifikasi yang dilakukan oleh
pihak PT. Astra.
1.2Perumusan Masalah
Berdasar uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka rumusan
masalah untuk pembuatan sistem ini yaitu : “ Bagaimana membuat suatu sistem
yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam pemberian pinjaman
kredit motor di PT. Astra“.
1.3Pembatasan masalah
Batasan masalah dari sistem yang dibahas adalah sebagai berikut :
1. Studi lapangan dilakukan di PT. Astra.
2. Data yang digunakan terbatas pada hasil survei yang dilakukan di PT. Astra,
diantaranya adalah hasil kuesioner dari bagian pemberian kredit.
3. Faktor dan variabel yang menjadi pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen hanya meliputi :
a. KTP / KSK
b. Kepemilikan Rumah
c. Penghasilan
d. Rekening Bank
f. Surat Kelakuan Baik Dari Pihak Kepolisian
4. Skala jawaban untuk penilai menggunakan skala interval lima tingkatan
dengan skala likert (pembobotan skala), yaitu :
a. Sangat Baik
b. Baik
c. Sedang/Netral
d. Kurang Baik
e. Tidak Baik
5. Perhitungan kriteria metode Scoring System menggunakan skor standart.
6. Output sistem berupa kelayakan konsumen dalam memperoleh pinjaman
kredit motor dengan berdasarkan kriteria-kriteria di atas serta nilai kelayakan
untuk memperoleh pinjaman kredit motor tersebut.
7. Tidak membahas mengenai data asli dari konsumen, karena sistem ini hanya
mengolah data konsumen yang sudah berupa jawaban dalam bentuk skala
seperti diatas.
1.4Tujuan
Tujuan dari pembuatan sistem ini adalah membuat sistem pendukung
keputusan pemberian pinjaman kredit motor dengan menggunakan metode
Scoring System.
1.5Sistimatika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah dan
penjelasan permasalahan secara umum, perumusan masalah serta
batasan masalah yang dibuat, tujuan dari pembuatan tugas akhir
dan sistimatika penulisan buku ini.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas secara singkat teori-teori yang
berhubungan dan mendukung dalam pembuatan tugas akhir ini.
BAB III : PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem, analisis
sistem, System Flow, Entity Relationship Diagram (ERD), Data
Flow Diagram (DFD), serta desain input dan output.
BAB IV : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Pada bab ini membahas tentang implementasi dari aplikasi yang
dibuat secara keseluruhan. Serta melakukan pengujian terhadap
aplikasi yang dibuat untuk mengetahui aplikasi tersebut telah dapat
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan yang
diharapkan.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dari sistem dan saran untuk
4
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan suatu kumpulan prosedur
pemrosesan data dan informasi yang berorientasi pada penggunaan model untuk
menghasilkan berbagai jawaban yang dapat membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan dimana SPK harus sederhana, mudah dan adaptif. Adapun
ciri utama dalam SPK ini yang sekaligus sebagai keunggulannya adalah
kemampuan SPK untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur.
Menurut Sudirman dan Widjajani (1996) mengemukakan bahwa ciri-ciri SPK
yang dirumuskan oleh Alters Keen adalah :
1. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur
dan umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada di tingkat puncak.
2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan
data.
3. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara
manusia dengan komputer.
4. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi.
SPK tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer dalam keputusan, namun
manajer dan komputer bekerja sama sebagai tim pemecahan masalah yang berada
2.2 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Terdiri dari 3 subsistem yaitu subsistem manajemen basis data, subsistem
manajemen basis model, dan subsistem perangkat lunak penyelenggara dialog.
Hubungan dari subsistem-subsistem tersebut digambarkan seperti terlihat pada
gambar 2.1. (Ralph And Hugh, 1989:24).
Tugas Lingkungan
Gambar 2.1 Komponen SPK
a. Subsistem Manajemen Basis Data
Subsistem data yang tercakup dalam sistem manajemen basis data dapat
terlihat pada gambar 2.2. Merupakan bagian-bagian yang menyediakan data
yang dibutuhkan oleh sistem. Data ini di organisasikan dalam suatu data base
yang disebut Sistem Manajemen Basis Data (DBMS). Ada beberapa
perbedaan database untuk SPK dan non-SPK. Pertama sumber data untuk
Basis Data Basis Model
Manajemen Basis Data
Manajemen Basis Model Manajemen
Penyelenggara Dialog
SPK lebih kaya daripada non-SPK. Perbedaan lain adalah proses pengambilan
dan ekstraksi dari sumber data yang sangat besar. SPK membutuhkan proses
ekstraksi dan DBMS yang dalam pengelolaannya harus cukup flexible untuk
memungkinkan penambahan dan pengurangan secara cepat. Adapun
subsistem data yang tercakup dalam DataBase Management Subsystem
(DBMS) dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini (Ralph And Hugh,
1989:25). Kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen data base sebagai
berikut :
1. Mengkombinasikan berbagai variasi data melalui pengambilan dan
ekstraksi data.
2. Menambahkan sumber data dengan cepat dan mudah.
3. Menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan pengertian pemakai
sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia dan dapat menentukan
kebutuhan penambahan dan pengurangan.
4. Menangani data secara personil sehingga pemakai dapat mencoba
berbagai alternatif pertimbangan personil.
Sumber Data Eksternal
Keuangan
Pemasaran
Personalia
Manufaktur
Sumber Data Internal Lainnya
Fungsi Manajemen Basis Data:
1. Menggambarkan struktur data.
2.Update
3. Pengurangan dan Penambahan data
Manajemen Basis
Model
Manajemen Penyelenggara Dialog
Gambar 2.2 Subsistem Manajemen Basis Data
b. Subsistem Manajemen Basis Model
Salah satu dari kelebihan SPK adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan
akses data dan model-model keputusan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menambah model-model keputusan ke dalam sistem informasi yang
menggunakan database sebagai mekanisme integrasi dan komunikasi diantara
model-model. Salah satu persoalan yang berkaitan dengan model adalah
bahwa penyusunan mdel seringkali terikat pada struktur model yang
mengasumsikan adanya masukan yang benar dan cara keluaran yang tepat.
Sementara model cenderung tidak mencukupi adanya kesulitan dalam
mengembangkan model yang teritegrasi untuk menangani sekumpulan
keputusan yang saling bergantungan. Untuk menangani masalah ini dengan
menggunakan koleksi berbagai model yang terpisah, dimana setiap model Data :
1. Ekstraksi 2. Mengambil 3. Menambah
digunakan untuk menangani bagian yang berbeda dari masalah yang dihadapi.
Gambar 2.3 (Ralph And Hugh, 1989:26) menggambarkan
komponen-komponen dari subsistem model. Kemampuan yang dimiliki subsistem basis
model meliputi:
1. Menciptakan model baru secara cepat dan mudah.
2. Mengakses dan mengintegrasikan model-model keputusan.
3. Mengelola basis model dengan fungsi manajemen yang analog dan
manajemen data base.
Manajemen Basis Data
Fungsi manajemen Basis Model:
1. Menciptakan model.
2. Memelihara – update.
3. Manipulasi – use.
Manajemen Penyelenggara Dialog
Gambar 2.3 Subsistem Manajemen Basis Model
c. Subsistem Perangkat Lunak Penyelenggara Dialog
Subsistem dialog adalah fleksibilitas dan kekuatan karakteristik SPK yang
timbul dari kemampuan interaksi antara sistem dan pemakai. Menurut Bennet, Basis Data
SPK
Model-Model Strategis
Model-Model Taktis
Model-Model Operasional
komponen sistem dialog adalah pemakai, terminal, dan sistem perangkat
lunak, bisa melihat pada gambar 2.4. (Ralph And Hugh, 1989:27).
Bahasa Aksi
User
SPK Bahasa Tampilan
Gambar 2.4 Subsistem Penyelenggaraan Dialog
Selain itu kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung dialog
pemakai/sistem meliputi:
1. Menangani berbagai variasi gaya dialog.
2. Mengakomodasi tindakan pemakai dengan berbagai peralatan masukan.
3. Menampilkan data dengan berbagai variasi format dan peralatan keluaran.
Memberikan dukungan yang fleksibel untuk mengetahui basis pengetahuan
pemakai
2.3 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
Program kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) ini merupakan suatu
dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan pemerataan pembangunan melalui
perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha bagi usaha kecil. Oleh karena
itu prioritas program kemitraan ini ditujukan terutama bagi usaha kecil yang
belum memiliki kemampuan akses perbankkan. Sedangkan pengertian usaha kecil
adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan kriteria sebagai
berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu
milyar rupiah).
c. Milik Warga Negara Indonesia.
d. Berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha
menengah atau besar.
e. Berbentuk usaha perseorangan, merupakan badan usaha yang tidak berbadan
hukum ataupun badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
f. Kegiatan usaha yang dilakukan minimal 1 (satu) tahun dan mempunyai
potensi serta prospek untuk berkembang.
2.4 Perhitungan Bunga Kredit
a. perhitungan bunga secara Sliding Rate.
Yang dimaksud dengan cara perhitungan bunga dengan Sliding
Rate adalah bahwa pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman
periode berikutnya) sesuai dengan menurunnya pokok pinjaman sebagai
akibat adanya pembayaran cicilan pokok pinjaman.
b. Perhitungan bunga secara Flat Rate.
Yang dimaksud dengan cara perhitungan bunga dengan Flat Rate
adalah bahwa pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman akan
tetap dari satu periode ke periode lainnya walaupun pokok pinjaman
menurun sebagai akibat adanya pembayaran cicilan pokok pinjaman, atau
bisa juga pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya,
demikian juga ( angsuran ) cicilan pokok juga akan tetap sampai pinjaman
lunas.
Contoh perhitungan Sliding Rate dan Flat Rate sebagaiberikut:
Jumlah pinjaman sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dengan
jangka waktu pinjaman 30 bulan dengan masa tenggang 6 bulan dan bunga
pinjaman sebesar 6% (enam persen) per tahun atau 0.5% per bulan. Maka
dapat dibuat tabel perhitungan bunga kredit sebagaimana terlihat pada
Tabel 2.1. Perhitungan Bunga Kredit secara Sliding Rate dan Flat Rate
Dari Tabel 2.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pokok didapatkan dari jumlah pinjaman di bagi dengan jangka waktu pinjaman
dalam periode bulan dikurangi masa tenggang. Bunga yang didefinisikan sebagai
bunga per bulan atas pinjaman didapatkan dari perhitungan di bawah ini:
Bunga menurun =Sisa Pinjaman * i%, dengan i adalah interest (bunga) per bulan.
Bunga tetap didapatkan dari total bunga menurun dibagi dengan periode bulan.
Dari contoh diatas, diketahui besar dari interest-nya sebesar 6% (enam persen) per
Angsuran Menurun Angsuran Tetap Bulan
ke
Angsuran ke
Sisa
tahun. Sedangkan total tetap merupakan jumlah yang harus dibayar setiap
bulannya oleh calon peminjam.
2.5 Administrasi Kredit
Administrasi kredit adalah suatu rangkaian kesatuan kegiatan dari berbagai
komponen yang saling berhubungan secara sistematis dalam penyelenggaraan
proses kegiatan pengumpulan dan penyajian informasi perkreditan suatu Bank,
sebagai alat dalam pelaksanaan fungsi–fungsi manajemen Bank pada umumnya
dan khususnya di bidang perkreditan.
Proses administrasi ini akan menghasilkan output yang berupa sistem
informasi sebagai umpan balik bagi manajemen suatu Bank dalam melaksanakan
fungsi–fungsinya secara lengkap.
Dari pengertian administrasi kredit diatas maka diperoleh manfaat
administrasi kredit, yaitu:
a. Sebagai alat dalam menunjang penyelenggaraan kegiatan–kegiatan dari
proses perkreditan itu secara individual (nasabah per nasabah) maupun
perkreditan itu secara keseluruhan.
b. Sebagai alat dalam pengumpulan umpan balik melalui sistem informasi
manajemen yang dibangun didalamnya sebagai dasar untuk pelaksanaan
fungsi–fungsi manajemen Bank secara umum maupun manajemen
perkreditan secara khusus.
c. Sebagai alat/penyelenggara sistem dokumentasi perkreditan.
d. Sebagai pelaksana dari sistem pelaporan ataupun sistem informasi
e. Untuk penetapan besarnya utang dan piutang dengan pihak peminjam.
f. Untuk dasar pelayanan kepada pihak ekstern yaitu pihak nasabah sendiri
ataupun untuk pihak penguasa moneter.
2.6 Scoring System
Sisi diagnosis suatu proses pengukuran atribut adalah pemberian makna
atau interpretasi terhadap skor skala yang bersangkutan. Sebagai suatu hasil ukur
berupa angka (kuantitatif), scoring system, yang disebut juga sebagai skor skala,
memerlukan suatu norma pembanding agar dapat diinterpretasikan secara
kualitatif. Pada dasarnya, interpretasi skor skala selalu bersifat normatif, artinya
makna skor diacukan pada posisi relatif skor dalam suatu kelompok yang telah
dibatasi terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan statistik
deskriptif dari distribusi data skor kelompok yang umumnya mencakup
banyaknya subjek (n) dalam kelompok, mean skor skala (M), devisiasi standar
skor skala (s) dan varians (s2), skor minimum (Xmin) dan maksimum (Xmax), dan
statistik-statistik lain yang dirasa perlu. Deskripsi data ini memberikan gambaran
penting mengenai keadaan distribusi skor skala pada kelompok subjek yang
dikenai pengukuran dan berfungsi sebagai sumber informasi mengenai keadaan
subjek pada aspek variabel yang diteliti.
Suatu skor yang ditentukan melalui prosedur penskalaan akan
menghasilkan angka-angka pada level pengukuran interval dan interpretasikan
hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompok-kelompok skor pada
level ordinal. Skor-skor mentah (row score) yang dihasilkan suatu skala
Relativitas hasil pengukuran selalu membawa permasalahan mengenai
cara-cara pengelompokan (kategorisasi) apabila diperlukan pemisahan subjek ke
dalam kelompok diagnosis yang berbeda.
Berikut adalah beberapa cara kategorisasi subjek secara normatif dengan
memanfaatkan statistik deskriptif guna memberi interpretasi terhadap skor skala:
1. Kategorisasi berdasarkan Model Distribusi Normal
Kategori ini didasari oleh suatu asumsi bahwa skor subjek dalam
kelompoknya merupakan estimasi dalam skor subjek dalam populasi dan bahwa
skor subjek dalam populasinya terdistribusi secara normal.
Dalam kategorisasi berdasarkan model distribusi normal ini terdapat dua
macam kategori, yaitu:
a. Kategori Jenjang (Ordinal)
Menurut Saifuddin (2003:107) kategori ini memiliki tujuan menempatkan
individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu
kontinum berdasar atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah
dari rendah ke tinggi, dari paling jelek ke paling baik, dari sangat tidak puas ke
sangat puas, dan semacamnya. Banyaknya jenjang kategori diagnosis yang akan
dibuat biasanya tidak lebih dari lima jenjang tetapi juga tidak kurang dari tiga
jenjang. Misalnya mengelompokkan individu-individu ke dalam hanya dua
jenjang diagnosis saja,yaitu “semangat kerja rendah” dan ”semangat kerja tinggi”
akan mengakibatkan resiko kesalahan yang cukup besar bagi skor-skor yang
Langkah-langkah penentuan kategorisasi berdasarkan jenjang (ordinal) menurut
Saifuddin (2003:107) adalah sebagai berikut:
i. Menentukan data statististik secara deskriptif berupa rentang minimum
(Xmin), rentang maksimum (Xmax), luas jarak sebaran, mean teoritis ( ) dan
devisiasi standar (σ).
ii. Menghitung data statistik secara deskriptif sebagai berikut:
Xmin = banyaknya pertanyaan * nilai minimum. (2.1)
Xmax = banyaknya pertanyaan * nilai maksimum. (2.2)
luas jarak sebaran = Xmax – Xmin. (2.3)
σ = luas jarak sebaran / 6. (2.4)
= banyaknya pertanyaan * banyak kategori. (2.5)
iii. Menghitung p dengan menggunakan tabel distribusi normal, terlebih dahulu
menentukan Zmin dan Zmax dengan rumus:
Zmin = (Xmin - ) / σ (2.6)
Zmax = (Xmax - ) / σ (2.7)
iv. Memilih p dengan nilai yang maksimal sehingga dapat ditemukan rentang
skala prioritas dengan 3 kategori, yaitu:
X < ( – (p * σ)) kategorinya rendah atau tidak layak. (2.8)
( – (p * σ)) ≤ X< ( + (p * σ)) kategorinya sedang atau layak. (2.9)
b. Kategori Bukan Jenjang (Nominal)
Menurut Saifuddin (2003:107) kategori ini memiliki tujuan menempatkan
individu-individu ke dalam kelompok-kelompok diagnosis yang tidak memiliki
makna “lebih” dan “kurang” atau “tinggi” dan “rendah”. Kasus semacam ini
cocok untuk pengelompokkan individu berdasarkan skor Pola Asuh yang
diterimanya (Demokratis, Bebas, Otoriter), atau ketika kita akan melakukan
kategorisasi Peran Jenis (Feminin, Maskulin, Androgini dan Tidak
Tergolongkan).
Biasanya, karena kategori yang dikehendaki adalah kategori nominal maka
tidak terletak pada satu kontinum. Artinya kita tidak dapat mengatakan bahwa
kalau skor Pola Asuh rendah maka berarti pola asuhnya tipe “bebas” dan kalau
skornya lebih tinggi menjadi tipe “demokratis” dan kalau skornya sangat tinggi
menjadi “otoriter”.
Dalam konstrak teoritisnya, kategori seperti ini merupakan
dimensi-dimensi yang terpisah. Dalam skala, masing-masing diungkapkan oleh aspek atau
subskala yang berbeda isinya. Kategori ini terdapat dua komponen yaitu
komponen internal dan komponen eksternal yang merupakan item-item yang
dimiliki oleh komponen internal. Cara penyelesaian kategorisasi bukan jenjang
sebagai berikut:
a. Menentukan komponen internal dan komponen eksternal.
b. Menghitung skor pada masing-masing komponen, dengan:
i. Internal : Xint = (ΣXint) / nint (2.11)
c. Menghitung skor mentah sebagai dasar kategorisasi, yang memiliki komponen
rata-rata atau mean (M) dan devisiasi standar (S), dengan:
i. Internal : Zint = (Xint - Mint) / Sint (2.13)
ii. Eksternal : Zeks = (Xeks - Meks) / Seks (2.14)
d. Harga Z minimal adalah 0,5 sebagai ciri adanya kecenderungan arah kendali
yang berarti.
2. Kategori berdasarkan Signifikansi Perbedaan
Cara kategorisasi yang kedua adalah dengan menguji signifikansi
perbedaan antara mean skor empiris atau mean sampel (M) dan mean teoritis atau
mean populasi ( ). Kategori ini bertujuan untuk kategorisasi individu ke dalam
jenjang-jenjang rendah, sedang dan tinggi namun tidak mengasumsikan distribusi
populasi yang normal. Aplikasinya terutama apabila jumlah individu dalam
kelompok yang hendak didiagnosis tidak begitu besar.
Dengan menggunakan cara ini, tidak ditentukan terlebih dahulu kriteria
kategorisasinya melainkan ditetapkan interval skor yang mencakup kategori
tengah atau kategori sedang. Untuk itu perlu dihitung suatu interval batas-bawah
dan batas-atas skor-skor yang berbeda secara signifikan dari harga mean populasi
, menurut tingkat kepercayaan yang diinginkan. Hal ini dilakukan dengan
rumusan interval:
– t (α / 2,n-1) (S / √n) ≤ X ≤ + t (α / 2,n-1) (S / √n) (2.15)
adalah Mean teoritis pada skala.
t (α / 2,n-1) adalah harga kritis pada taraf signifikasi α / 2 dan derajat kebebasan
S adalah devisiasi standar skor.
n adalah banyaknya subjek.
Interval ini merupakan interval skor yang digolongkan sebagai kategori
tengah atau sedang pada taraf signifikasi sebesar α atau taraf kepercayaan sebesar
(1-α). Skor yang lebih besar daripada batas-atas interval akan diinterpretasikan
sebagai tinggi dan skor yang lebih kecil daripada batas-bawah interval
diinterpretasikan sebagai rendah. Contoh, suatu skala harga diri memiliki mean
teoritis sebesar = 120, mean kelompok M = 95, devisiasi standar sebesar S = 24
dan subjek n sebanyak 100 dengan taraf signifikasi α = 0,05. Dari data tersebut,
didapatkan t (0,025 / 2,99) = 1,98 (diperoleh dari tabel t). Dengan menggunakan rumus
interval diatas, diperoleh:
= 120 – (1,98)(24 / √100) ≤ X ≤ 120 + (1,98)(24 / √100)
= 115,25 ≤ X ≤ 125
Dengan demikian, diperoleh norma kategorisasi diagnosis berdasar skor
sebagai berikut bahwa semua subjek yang skornya berada di bawah interval
tersebut (X kurang dari 115) didiagnosis sebagai memiliki tingkat harga diri
rendah dan semua subjek yang skornya berada diatas interval atau sama dengan
interval tersebut didiagnosis sebagai memiliki harga diri yang tinggi.
2.1 Kuesioner
Menurut Hague (1993 : 1) kuesioner merupakan salah satu fondasi dasar
riset pasar. Sebuah kuesioner memberikan suatu kerangka dimana pewawancara
dapat mencatat jawaban, tanpa kuesioner wawancara tidak akan teratur. Terdapat
1. Tujuan dibuatnya kuesioner adalah untuk memperoleh informasi akurat dari
responden. Periset berusaha memperoleh gambaran paling dekat tentang
keadaan pasar. Informasi yang akurat diperoleh dengan mengajukan
pertanyaan yang tepat kepada orang yang tepat pula.
2. Kuesioner memberikan struktur pada wawancara sehingga wawancara dapat
berjalan lancar dan terurut.
3. Tujuan ketiga kuesioner adalah memberikan format standar pencatatan fakta,
komentar dan sikap.
4. Kuesioner memudahkan pengolahan data.
Terdapat tiga jenis tipe wawancara yang memerlukan tiga tipe kuesioner
yang berbeda, antara lain :
1. Terstruktur. Dalam wawancara terstruktur, kuesioner memuat secara tepat
semua pertanyaan dan urut-urutan penyampaian pertanyaan. Sebagian besar
pertanyaan mempunyai jawaban yang sudah ditentukan sebelumnya, dan
hanya sedikit ruang gerak bagi responden untuk menyimpang dari
jawaban-jawaban tersebut. Kuesioner dan wawancara terstruktur adalah dasar dari
survei kuantitatif yang luas.
2. Semi-terstruktur. Tipe wawancara ini menggunakan kuesioner yang memuat
gabungan pertanyaan yang sudah ditentukan dan pertanyaan di mana
responden bebas memberikan jawabannya.
3. Tidak terstruktur. Dalam tipe wawancara informal, atau wawancara mendalam
ini periset menggunakan sebuah daftar pertanyaan, bukan kuesioner formal di
Kuesioner yang berhasil, akan membuat responden memberikan jawaban
akurat secara mudah dalam wawancara. Delapan pedoman dalam menyusun
kuesioner adalah:
1. Pikirkan sasaran Survei
2. Pikirkan bagaimana wawancara akan dilangsungkan
3. Pikirkan pengetahuan dan kepentingan responden
4. Pikirkan kata pengantar
5. Pikirkan urutan pernyataan
6. Pikirkan tipe pertanyaan
7. Pikirkan jawaban yang mungkin saat memikirkan pertanyaaan
24
PERANCANGAN SISTEM
3.1Identifikasi Masalah
PT. Astra merupakan perusahaan yang bergerak di asuransi. Selama ini
PT. Astra mengalami kesulitan untuk melakukan analisa kelayakan pemberian
kredit motor berdasarkan data-data yang diajukan pemohon.
Untuk mengetahui kelayakan dari sebuah permohonan kredit motor
maka bagian pemberi kredit terlebih dahulu menyebarkan kuesioner kepada
beberapa penilai dan kemudian diolah sehingga didapat kelayakan pemberian
kredit motor versi penilai. Keluaran dari sistem ini berupa nilai kelayakan
(loading) dari permohonan kredit motor yang diajukan oleh pemohon, untuk
selanjutnya digunakan untuk memberikan kepastian pemberian kredit motor
kepada pemohon. Sebab dari sistem ini bagian pemberi kredit dapat mengetahui
kelayakan suatu permohonan kredit di mata penilai, manakah diantara
faktor-faktor KTP / KSK, Kepemilikan Rumah, Penghasilan, Rekening Bank, Survey
Tetangga, dan Surat Kelakuan Baik Dari Pihak Kepolisian yang lebih berperan
dalam mempengaruhi penilai untuk memberikan kelayakan pemberian pinjaman
kredit motor kepada pemohon.
3.2Analisa Permasalahan dan Pemecahan
Sebelum membuat aplikasi kelayakan kredit, perlu dibuat soal kuesioner
terlebih dahulu. Dalam pembuatan soal kuesioner harus ditentukan teori yang
Setelah melakukan studi pustaka terhadap beberapa teori dan metode, maka
metode yang sesuai adalah metode scoring system. Karena mengingat hasil dari
kuesioner ini harus akurat, maka diperlukan suatu aplikasi yang digunakan
sebagai media untuk melakukan penilaian dan analisa terhadap jawaban penilai
sebagai responden tes. Dimana soal yang digunakan sebagai inputan pada aplikasi
merupakan data hasil kuesioner. Sedangkan perhitungan kriteria tes dan kategori
tes menggunakan metode scoring system, kriteria tersebut akan digunakan sebagai
dasar untuk melakukan analisa jawaban hasil kuesioner dari penilai.
Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan Kredit Pemilikan Motor
Dengan Metode Scoring System diharapkan dapat membantu bagian pemberi
kredit menghasilkan nilai kelayakan guna mendukung keputusan yang akan
diambil oleh pihak pemberi kredit dalam pemberian kredit motor kepada
pemohon. Dimana hasil analisa ini berupa nilai kelayakan (loading) dari pemohon
yang dikeluarkan oleh penilai, untuk selanjutnya digunakan pihak pemberi kredit
dalam keputusan akhir untuk memberikan pinjaman kredit motor kepada
pemohon.
Adapun langkah yang harus dilakukan untuk melakukan pengolahan data
dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Memasukkan data pertanyaan dan data responden
2. Tabulasi jawaban responden hasil kuesioner.
3. Melakukan perhitungan dengan metode scoring system untuk menilai
Untuk memperjelas adapun contoh permasalahannya dijabarkan sebagai
berikut :
Misalnya ada 10 item pertanyaan yang dipakai dalam skala pengukuran, dan 9
responden yang menjawab. Diberikan angket kuesioner kepada responden untuk
menyatakan kelayakan suatu Kredit berdasarkan pada kriteria-kreiteria yang telah
ditentukan.
Penyelesaian:
1. Jumlah pertanyaan = 10, Jumlah responden = 9.
2. Tabulasi jawaban responden.
Tabel 3.1 Tabulasi Jawaban Responden
Nomor Pertanyaan
Variabel Produk Harga
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 X
A 4 3 3 4 4 3 2 4 3 4 34
B 2 1 1 1 2 4 3 2 2 1 19
C 5 5 4 4 3 3 5 4 4 2 39
D 1 2 1 1 2 2 1 3 2 1 16
E 2 3 2 3 3 2 3 1 2 2 23
F 4 4 5 5 4 4 3 3 4 5 41
G 1 2 1 2 2 1 3 2 2 1 17
H 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 25
I 5 5 4 4 5 5 4 4 3 5 44
∑X 258
3. Perhitungan dengan scoring system untuk menentukan kelayakan kredit.
Dari Tabel 3.1 Tabulasi Jawaban Responden maka diperoleh data- data sebagai
berikut:
kelayakan untuk semua kriteria.
nresponden = 9
nkategori = 2
ndata = 90
X = 258
Xmin = ndata * score minimum
= 90 * 1 = 90
Xmax = ndata * score maximum
= 90 * 5 = 450
Luas jarak sebaran = Xmax – Xmin
= 450 – 90 = 360
σ = luas jarak sebaran / 6
= 360 / 6 = 60
µ = ndata * nkategori
= 90 * 2 = 180
Menghitung p:
Zmin = (Xmin - µ) / σ
= (90 - 180) / 60 = -15
Zmax = (Xmax - µ) / σ
= (450 - 180) / 60 = 4,5
Dari hasil yang diperoleh maka selanjutnya memilih p nilai yang maksimal
sehingga dapat ditemukan skala prioritas dengan 3 kategori, yaitu:
1. X < ( – (p * σ)) kategorinya jelek atau tidak layak.
258 < (180 – (4,5 * 60))
258 < -90
(180 – (4,5 * 60)) ≤ 258 < (180 + (4,5 * 60))
-90 ≤ 258 < 450
3. ( + (p * σ)) ≤ X kategorinya bagus atau sangat layak
(180 + (4,5 * 60)) ≤ 258
450 ≤ 258
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa nilai X yaitu 258 terletak pada kriteria
ke-2, maka nilai kelayakan pemberian pinjaman kredit motor kepada pemohon
adalah sedang atau layak untuk menerima pinjaman kredit motor.
3.3Perancangan Sistem
Sebelum membuat program aplikasi, terlebih dahulu dilakukan proses
perancangan sistem. Hal ini dilakukan supaya aplikasi yang dibuat dapat berfungsi
sesuai dengan yang diharapkan sehingga mampu menghasilkan sistem kelayakan
kredit dengan metode scoring system.
Dalam perancangan sistem ini ada beberapa tahapan-tahapan yang harus
dilakukan. Adapun tahapan-tahapan dalam perancangan sistem yang dilakukan
adalah pembuatan Diagram Alir, Sistem Flow, Data Flow Diagram (DFD), Entity
Relationship Diagram (ERD), Struktur Database, dan Perancangan Antar Muka.
3.3.1Diagram Alir
Dalam program aplikasi sistem kelayakan kredit berdasarkan dengan
metode scoring system ini terdapat 2 proses utama, yaitu proses diagram alir
maintenance data yang menggambarkan proses maintenance data master yang
akan digunakan dalam sistem ini dan proses diagram alir penilaian kelayakan
digunakan untuk proses penilaian kelayakan permohonan kredit dari pemohon..
Untuk dapat melihat dengan jelas kedua proses tersebut dapat dilihat pada gambar
3.1 dan gambar 3.2 dibawah ini.
a. Diagram alir maintenance data
Maintenance admin? Maintenance pemohon? Maintenance atribut?
Admin Pemohon Atribut
Mulai Login Status = admin? Tambah admin? Tambah admin Tambah admin Ubah admin? Ubah admin Ubah admin Hapus admin? Hapus admin Hapus admin Tambah pemohon? Tambah pemohon Tambah pemohon Ubah pemohon ? Ubah pemohon Ubah pemohon Hapus pemohon ? Hapus pemohon Hapus pemohon Y Tambah atribut? Tambah atribut Tambah atribut Ubah atribut? Ubah atribut Ubah atribut Hapus atribut? Hapus atribut Hapus atribut Maintenance pengajuan? Tambah pengajuan? Y Tambah pengajuan Tambah pengajuan Ubah pengajuan? Hapus pengajuan? Hapus pengajuan Hapus pengajuan Ubah pengajuan Ubah pengajuan Y Pengajuan
T T
Y Y
Y Y T Y T Y
T T
Y
Y
T T
Y Y
Y
T
Y Y
T T
Y Selesai T T T T
T Penilaian
[image:37.612.130.551.172.385.2]Input penilaian? Simpan penilaian? Input penilaian Input penilaian Simpan penilaian Simpan penilaian Penilaian Y Y T Y T T
Gambar 3.1 Diagram Alir Maintenance Data
Proses ini dilakukan oleh Administrator. Pada masing-masing
maintenance dapat dilakukan proses penambahan (add), pengubahan (edit) dan
penghapusan (delete). Maintenance admin merupakan proses maintenance master
data admin yaitu data administrator, pimpinan, dan data penilai. Maintenance
pemohon merupakan proses maintenance master data pemohon. Maintenance
atribut dibuat untuk menginputkan master data atribut yang akan digunakan dalam
kuesioner. Maintenance pengajuan adalah maintenance master data pengajuan
permohonan kredit motor dari pemohon. Sedangkan maintenance penilaian
digunakan untuk menginputkan kuesioner hasil jawaban responden atau penilai
memberikan penilaian berupa skala jawaban terhadap data pengajuan yang telah
diserahkan oleh pihak Admin. Skala jawaban yang harus diberikan oleh penilai
harus berada pada 5 skala mulai dari skala terendah yaitu tidak baik yang akan
mendapatkan poin 1 sampai dengan skala yang tertinggi yaitu sangat baik yang
b. Diagram alir penilaian kelayakan kredit Mulai Login Status = admin? Data aplikasi kelayakan kredit beserta keterangannya Penilaian kelayakan kredit
dengan Scoring System?
Input data: Rentang minimum (Xmin), Rentang maksimum (Xmax), Luas jarak sebaran, Mean
teoritis (µ), Devisiasi standar (s )
Menghitung :
Xmin = ndata * score minimum. Xmax = ndata * score maksimum. Luas jarak sebaran = Xmax - Xmin. s = luas jarak sebaran / 6. µ = ndata * nkategori
Menghitung nilai p : Zmin = (Xmin - µ) / s Zmax = (Xmax - µ) / s
Pmin < Pmax?
•ΧX < (µ – (Pmax * s )) kategorinya jelek atau tidak layak. •Χ(µ – (Pmax * s )) = X< (µ + (Pmax * s )) kategorinya sedang atau layak.
•Χ(µ + (Pmin * s )) = X kategorinya bagus atau sangat layak Perhitungan :
•ΧX < (µ – (Pmax * s )) kategorinya jelek atau tidak layak. •Χ(µ – (Pmax * s )) = X< (µ + (Pmax * s )) kategorinya sedang atau layak.
•Χ(µ + (Pmax * s )) = X kategorinya bagus atau sangat layak
•ΧX < (µ – (Pmin * s )) kategorinya jelek atau tidak layak. •Χ(µ – (Pmin * s )) = X< (µ + (Pmin * s )) kategorinya sedang atau layak.
•Χ(µ + (Pmin * s )) = X kategorinya bagus atau sangat layak Perhitungan :
•ΧX < (µ – (Pmin * s )) kategorinya jelek atau tidak layak. •Χ(µ – (Pmin * s )) = X< (µ + (Pmin * s )) kategorinya sedang atau layak.
•Χ(µ + (Pmin * s )) = X kategorinya bagus atau sangat layak
[image:39.612.134.507.125.612.2]T Y Selesai Admin DetailAtr Pengajuan Y Penilaian Pengajuan Atribut Pemohon Data kuesioner Y T T
Gambar 3.2 Diagram Alir Penilaian Kelayakan Kredit
Proses ini dilakukan oleh Administrator. Untuk melakukan penilaian
responden. Responden disini adalah pihak penilai yang ditunjuk oleh pihak
perusahaan untuk menilai kelayakan permohonan kredit motor dari pemohon.
Kemudian proses penilaian kelayakan kredit dengan scoring system.
Penentuan kategorisasi skala prioritas secara kategorisasi jenjang (ordinal). Di
dalamnya terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menentukan
skala kategorisasi yaitu perhitungan statistik deskriptif, penentuan nilai p dan
perhitungan rentang skala kategorisasi. Hasil dari sistem ini menunjukkan skala
kategori pada permohonan pengajuan kredit motor dari pemohon. Kategori yang
dihasilkan sejumlah 3 (tiga) kategori yaitu tidak layak, layak, dan sangat layak
untuk dilakukannya penentuan kelayakan kredit guna mendukung proses
pengambilan keputusan pihak pimpinan dalam memberikan kelayakan pemohon
untuk mengajukan kredit motor.
3.3.2System Flow
System Flow menunjukkan jalannya program aplikasi secara garis besar.
Dalam system flow juga terlihat pengguna dari program aplikasi ini yaitu admin,
penilai, dan pimpinan. System flow sangat membantu dalam pembuatan suatu
program aplikasi. Karena selain menunjukkan jalannya program aplikasi dan
pengguna, system flow juga memperlihatkan database yang dibutuhkan oleh
aplikasi. System Flow yang dibuat dalam aplikasi sistem kelayakan kredit dengan
metode scoring system. Untuk dapat melihat dengan jelas proses dari System Flow
Admin Mulai Penilai Pimpinan kuesioner Data kuesioner Ketetapan kuesioner kuesioner kuesioner Perhitungan penilaian kelayakan kredit Penilaian Pengajuan Admin DetailAtr Pengajuan Pemohon Atribut Penilaian kelayakan kredit
dengan Scoring System?
[image:41.612.133.499.76.488.2]Proses pembuatan laporan Selesai 1 Lap. Kelayakan Kredit 1 Lap. Kelayakan Kredit 2 Lap. Kelayakan Kredit
Gambar 3.4 System Flow Penilaian Kelayakan Kredit
Proses system flow ini dimulai dari pimpinan memberikan dokumen
ketetapan kuesioner kebagian admin kemudian mengolahnya kedalam data
kuesioner menjadi form kuesioner yang diberikan ke responden, responden disini
adalah penilai yang ditunjuk pihak perusahaan untuk memberikan penilaian
yang telah dijawab oleh penilai kemudian dilakukan proses kelayakan kredit
berdasarkan dengan scoring system. Proses-proses dalam system flow ini meliputi:
1. Proses Perhitungan Penilaian Kelayakan Kredit
2. Proses Pembuatan Laporan
3.3.3Diagram Berjenjang
0 SPK Kelayakan Kredit Motor
1 Master Data 2 Pengajuan 3 Laporan 1.1 Master Admin 1.2 Master Atribut 2.1 Pendataan Pengajuan 2.2 Penilaian Atribut Level 0 Level 1 Level 2 2.3 Perhitungan Scoring System 1.3 Master Pemohon
Gambar Diagram Berjenjang
Dari gambar diatas bahwa sistem ini mempunyai satu proses utama,
yaitu SPK Kelayakan Kredit Motor. Dan proses utama ini mempunyai 3 sub
proses, yaitu proses Master Data untuk melakukan proses maintenance data
master, proses Pengajuan untuk mengolah data pengajuan permohonan kredit
motor, dan proses Laporan untuk melaporkan hasil pengajuan. Proses Master Data
mempunyai 3 proses, yaitu proses Master Admin, Master Atribut, dan Master
Pemohon. Sedangkan untuk proses Pengajuan terdiri dari 3 sub proses yaitu
3.3.4Data Flow Diagram
Data flow diagram (DFD) berfungsi untuk menggambarkan proses aliran
data yang terjadi di dalam sistem dari tingkat yang tertinggi sampai yang terendah
sehingga memungkinkan untuk dilakukan proses dekomposis, partisi atau
pembagian sistem kedalam bagian-bagian yang lebih kecil dan lebih sederhana.
Data Flow Diagram (DFD) pada Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan
Metode Scoring System terdiri atas contex diagram, sampai dengan DFD level 1
a. Contex Diagram
Laporan Hasil Pengajuan
Penilaian Atribut Maintenance Data Pengajuan
Maintenance Data Atribut
Maintenance Data Pemohon Maintenance Data Admin
1 SPK Kelayakan Kredit Motor+ Admin
Penilai
Pimpinan
Gambar 3.5 Contex Diagram Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode
Scoring System
Gambar 3.5 diatas merupakan gambar Context Diagram yang akan
digunakan pada sistem ini. Pada context diagram ini hanya entity yang
berhubungan dengan sistem (yaitu Admin, Pimpinan dan Penilai) dan aliran data
yang dapat terlihat sedangkan proses-proses yang akan dilakukan di dalam sistem
[image:43.612.145.501.283.490.2]b. DFD Level 0
Ambil Hasil Pengajuan Simpan Penilaian Atribut
Simpan Atribut Pengajuan
Simpan Data Pengajuan Ambil Data Admin
Ambil Data Atribut
Ambil Data Pemohon Simpan Data Pemohon
Simpan Data Atribut
Simpan Data Admin
[Laporan Hasil Pengajuan] [Penilaian Atribut] [Maintenance Data Pengajuan]
[Maintenance Data Atribut]
[Maintenance Data Pemohon]
[Maintenance Data Admin]
[image:44.612.141.497.119.512.2]Admin Penilai Pimpinan 1.1 Master Data + 1.2 Pengajuan + 1.3 Laporan 1 Admin 2 Atribut 3 Pemohon 4 Pengajuan 5 DetailAtr 6 Penilaian
Gambar 3.6 Data Flow Diagram Level 0
Data Flow Diagram Level 0 merupakan proses pendetailan sistem untuk
memudahkan seorang pengelolah data untuk melakukan proses pembangunan dan
Pada diagram level ini, proses sistem dipecah menjadi tiga bagian
proses utama. Ketiga proses tersebut adalah
1. Proses master data
2. Proses Pengajuan
3. Laporan
c. DFD Level 1 Proses Master Data
[Simpan Data Pemohon]
[Simpan Data Atribut] [Simpan Data Admin]
[Maintenance Data Atribut]
[Maintenance Data Pemohon] [Maintenance Data Admin]
Admin 1 Admin 2 Atribut 3 Pemohon 1.1.1 Master Admin 1.1.2 Master Pemohon 1.1.3 Master Atribut
Gambar 3.7 DFD Level 1 Proses Master Data
Data Flow Diagram Level 1 Proses Master Data merupakan pendetailan
dari proses master data yang telah ada pada level sebelumnya. Pada level ini,
proses dipecah menjadi tiga proses yang lebih detail, yaitu proses master admin,
proses master pemohon, dan proses master atribut. Fungsi dari ketiga proses
tersebut adalah
1. Master Admin
Proses master admin digunakan untuk menambah, mengubah dan
menghapus data admin.
2. Master Pemohon
Proses master pemohon digunakan untuk menambah, mengubah dan
3. Master Atribut
Proses master atribut digunakan untuk menambah, mengubah dan
menghapus data atribut.
d. DFD Level 1 Proses Pengajuan
Simpan Hasil Pengajuan Ambil Daftar Atribut
Ambil Data Penilaian [Simpan Penilaian Atribut]
[Simpan Atribut Pengajuan] [Simpan Data Pengajuan]
[Ambil Data Admin] [Ambil Data Atribut]
[Ambil Data Pemohon]
[image:46.612.135.490.200.447.2][Penilaian Atribut] [Maintenance Data Pengajuan] Admin Penilai 3 Pemohon 2 Atribut 1 Admin 4 Pengajuan 5 DetailAtr 6 Penilaian 1.2.1 Pendataan Pengajuan 1.2.2 Penilaian Atribut 1.2.3 Perhitungan Scoring System
Gambar 3.7 DFD Level 1 Proses Pengajuan
Data Flow Diagram Level 1 Proses Pengajuan merupakan pendetailan
dari proses pengajuan pada level sebelumnya. Pada level ini, proses dipecah
menjadi tiga proses yang lebih detail. Ketiga proses tersebut adalah
1. Pendataan Pengajuan
Proses pendataan pengajuan digunakan untuk menambah, mengubah dan
2. Penilaian Atribut
Proses penilaian atribut digunakan untuk menambah, mengubah dan
menghapus data penilaian dari pihak penilai terhadap pengajuan permohonan
kredit motor dari pihak pemohon.
3. Perhitungan Scoring System
Proses Perhitungan Scoring System digunakan untuk melakukan proses
perhitungan jawaban dari penilai terhadap data pengajuan permohonan kredit
motor dengan menggunakan metode scoring system sehingga diperoleh hasil
proses yang berupa kelayakan suatu permohonan kredit motor dari pemohon.
3.3.5Entity Relationship Diagram
Entity Relationship Diagram merupakan suatu desain sistem yang
digunakan untuk merepresentasikan, menentukan dan mendokumentasikan
kebutuhan-kebutuhan sistem dalam pemrosesan database. ERD juga
menunjukkan hubungan (relasi) antar tabel. ERD terdiri atas Conceptual Data
A. Conceptual Data Model (CDM) Relation_515 Relation_514 Relation_513 Relation_512 Relation_511 Pemohon KodePmh NamaPmh AlamatPmh TelpPmh KotaPmh FaxPmh Atribut KodeAtr NamaAtr Pengajuan KodeAju TanggalAju Xmin_P Xmax_P nData_P ScoreMin_P ScoreMax_P Sebaran_P StdDev_P Miu_P nKat_P Zmin_P Zmax_P P_P X_P Ket_P R_P Se_P DetailAtr KodeDetAtr Penilaian SkalaAtr NilaiAtr Admin KodeAdm NamaAdm PinAdm HakAdm
B. Physical Data Model (PDM)
KODEPMH = KODEPMH
KODEATR = KODEATR KODEAJU = KODEAJU
KODEDETATR = KODEDETATR
KODEADM = KODEADM
[image:49.612.133.509.97.348.2]PEMOHON KODEPMH Text(15) NAMAPMH Text(40) ALAMATPMH Text(50) TELPPMH Text(40) KOTAPMH Text(40) FAXPMH Text(40) ATRIBUT KODEATR Text(20) NAMAATR Text(250) PENGAJUAN KODEAJU Text(20) KODEPMH Text(15) TANGGALAJU DateTime XMIN_P Single XMAX_P Single NDATA_P Single SCOREMIN_P Single SCOREMAX_P Single SEBARAN_P Single STDDEV_P Single MIU_P Single NKAT_P Single ZMIN_P Single ZMAX_P Single P_P Single X_P Single KET_P Text(50) R_P Single SE_P Single DETAILATR KODEDETATR Text(40) KODEAJU Text(20) KODEATR Text(20) PENILAIAN KODEADM Text(50) KODEDETATR Text(40) SKALAATR Text(30) NILAIATR LongInteger ADMIN KODEADM Text(50) NAMAADM Text(50) PINADM Text(50) HAKADM Text(50)
Gambar 3.9 Physical Data Model (CDM)
3.3.6Struktur Database
Tabel-tabel yang digunakan dalam aplikasi ini adalah:
1. Nama Tabel : Pemohon
Fungsi : Menyimpan data pemohon
Tabel 3.4 Pemohon
No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.
1 KodePmh Text 15 PK
2 NamaPmh Text 40
3 AlamatPmh Text 50
4 TelpPmh Text 40
5 KotaPmh Text 40
2. Nama Tabel : Admin
[image:50.612.128.505.56.691.2]Fungsi : Menyimpan data admin
Tabel 3.5 Admin
No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.
1 KodeAdm Text 50 PK,FK
2 NamaAdm Text 50
3 PinAdm Text 50
4 HakAdm Text 50
3. Nama Tabel : Atribut
Fungsi : Menyimpan data atribut
Tabel 3.6 Atribut
No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.
1 KodeAtr Text 20 PK
2 NamaAtr Text 250
4. Nama Tabel : Penilaian
Fungsi : Menyimpan data penilaian
Tabel 3.7 Penilaian
No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.
1 KodeAdm Text 50 FK
2 KodeDetAtr Text 40 FK
3 SkalaAtr Text 30
4 NilaiAtr Number
5. Nama Tabel : DetailAtr
Fungsi : Menyimpan data detail atribut
Tabel 3.8 DetailAtr
No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.
1 KodeDetAtr Text 40 FK
2 KodeAju Text 20 FK
6. Nama Tabel : Pengajuan
[image:51.612.135.502.139.445.2]Fungsi : Menyimpan data pengajuan
Tabel 3.9 Pengajuan
No. Nama Kolom Tipe Data Panjang Ket.
1 KodeAju Text 20 PK
2 KodePmh Text 15 FK
3 TanggalAju DateTime
4 XMIN_P Number
5 XMAX_P Number
6 NDATA_P Number
7 SCOREMIN_P Number
8 SCOREMAX_P Number
9 SEBARAN_P Number
10 STDDEV_P Number
11 MIU_P Number
12 NKAT_P Number
13 ZMIN_P Number
14 ZMAX_P Number
15 P_P Number
16 X_P Number
17 KET_P Text 50
18 R_P Number
19 SE_P Number
3.4Perancangan Antar Muka
Untuk menjalankan Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode
Scoring System ini dibutuhkan beberapa desain form input dan output yang
digunakan sebagai sarana untuk melakukan proses yaitu:
3.4.1Desain Form Login
Form Logindigunakan untuk melakukan login masuk ke dalam aplikasi.
Pada form ini tersedia dua buah inputan, yaitu User yang berupa text dan
memasukan kata kunci disertai menekan tombol OK. Apabila proses verifikasi
dan autentifikasi berhasil, akan muncul Form Menu Utama yang merupakan
kumpulan dari semua menu yang ada. Bila gagal, user akan diberi peringatan
kegagalan. Dan apabila tidak jadi melakukan login maka menekan tombol Cancel.
Nama
Pin
Gambar 3.10 Desain Form Login
3.4.2Desain Form Menu Utama
Form menu utama dari sistem ini terbagi ke dalam tiga sub menu utama,
yaitu master data, penilaian dan laporan. Setiap sub menu utama memiliki
sejumlah menu yang lebih spesifik. Untuk mengetahui hirarki menu yang terdapat
User Login Logout Admin Exit
Master Data Atribut Pemohon
Penilaian Data Pengajuan Penilaian Atribut Perhitungan Scoring System
Laporan
Laporan Hasil Pengajuan
Gambar 3.11 Desain Form Menu Utama
Pada gambar 3.11 menjelaskan rancang form menu utama untuk sistem
ini. Menu master data memiliki beberapa sub menu lagi yang mencakup menu
atribut, dan menu pemohon. Menu penilaian memiliki beberapa sub menu lagi
yang mencakup yaitu menu data pengajuan, menu penilaian atribut, dan menu
perhitungan scoring system. Sedangkan pada menu laporan hanya mencakup
laporan hasil pengajuan.
3.4.3 Desain Form Master Admin
Form master admin digunakan untuk mengolah dan menginputkan data
Kode
Nama
Pin
[image:54.612.161.480.77.407.2]Hak
Gambar 3.13 Desain Form MasterAdmin
3.4.4 Desain Form Master Pemohon
Form master pemohon digunakan untuk mengolah dan menginputkan data
pemohon. Tampilan desain form master pemohon terlihat pada Gambar dibawah
Kode
Nama
Alamat
[image:55.612.159.482.78.441.2]Telepon
Gambar 3.14 Desain Form Master Pemohon
3.4.5 Desain Form Master Atribut
Form master atribut digunakan untuk mengolah dan menginputkan data
Kode
[image:56.612.157.479.80.555.2]Nama
Gambar 3.15 Desain Form Maintenance Atribut
3.4.6 Desain Form Data Pengajuan
Form data pengajuan digunakan untuk mengolah dan menginputkan data
pengajuan permohonan kredit. Tampilan desain form data pengajuan terlihat pada
Nomor
Nama Pemohon
Tanggal
Gambar 3.16 Desain FormData Pengajuan
3.4.7 Desain Form Penilaian Atribut
Form penilaian atribut digunakan untuk mengolah dan menginputkan
data penilaian atribut dari penilai. Tampilan desain form penilaian atribut terlihat
Nomor
[image:58.612.165.476.79.430.2]Nama Pemohon
Tanggal
Gambar 3.17 Desain FormPenilaian Atribut
3.4.8 Desain Form Perhitungan Scoring System
Form perhitungan scoring system digunakan untuk melakukan proses
perhitungan jawaban penilai dengan menggunakan metode scoring system
sehingga diperoleh hasil perhitungan berupa kelayakan permohonan kredit dari
pemohon.. Tampilan desain form perhitungan scoring system terlihat pada
Nomor
[image:59.612.133.505.83.289.2]Nama Pemohon Tanggal
51
IMPLEMENTASI SISTEM
4.1
Implementasi
Dalam tahap ini dijelaskan mengenai implementasi perangkat lunak.
Perangkat lunak yang dibangun dikembangkan dengan menggunakan bahasa
pemrograman visual basic Net 2005 dan untuk database menggunakan Microsoft
Access.
4.2
Kebutuhan sistem
Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode Scoring System ini
memerlukan perangkat lunak (
software
) dan perangkat keras (
hardware
), agar dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun perangkat lunak yang digunakan yaitu :
a.
Sistem operasi Windows 98/Me/2000/XP
b.
Aplikasi bahasa pemrograman adalah Visual Basic Net 2005
c.
Database untuk mengolah data adalah Microsoft Access
Perangkat keras yang digunakan yaitu :
a.
Prosessor Pentim IV atau lebih.
b.
Memory 512 Mb
c.
Harddisk 120 Gb
d.
VGA 64 Mb.
e.
Monitor
f.
Keyboard dan mouse
4.3
Instalasi Program dan Pengaturan Sistem
Pengembangan Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode Scoring
System ini membutuhkan perangkat lunak yang sudah terinstalasi, adapun tahapan –
1.
Install sistem operasi Windows 98/Me/2000/XP
2.
Install aplikasi program Visual Basic Net 2005
3.
Install aplikasi database Microsoft Access
4.4
Implementasi Program
Untuk menjalankan Aplikasi Sistem Kelayakan Kredit Dengan Metode
Scoring System ini dibutuhkan beberapa form input dan output yang digunakan
sebagai sarana untuk melakukan proses yaitu:
4.4.1 Form Menu Utama
Form menu utama dari system ini terbagi ke dalam tiga sub menu utama,yaitu
master data, penilaian dan laporan. Setiap sub menu utama memiliki sejumlah menu
yang spesifik. Untuk mengetahui hirarki menu yang terdapat pada system ini, dapat
[image:61.612.117.523.423.669.2]dilihat pada gambar 3.11.
Pada gambar diatas menjelaskan form menu utama untuk sistem ini. Menu
master data memiliki beberapa sub menu lagi yang mencakup menu atribut, dan menu
pemohon. Menu penilaian memiliki beberapa sub menu lagi yang mencakup yaitu
menu data pengajuan, menu penilaian atribut, dan menu perhitungan
scoring system
.
Sedangkan pada menu laporan hanya mencakup laporan hasil pengajuan.
4.4.2 Form
Master
Admin
Form
master admin
digunakan untuk mengolah dan menginputkan data.
Tugas admin disini sebagai menginput data yang ada di aplikasi ini. Tampilan form
[image:62.612.114.505.341.574.2]master
admin
terlihat pada gambar dibawah ini.
4.4.3 Form
Master
Pemohon
Form
master
pemohon digunakan untuk mengolah dan menginputkan data
dari pemohon. Diform ini pemohon diwajibkan untuk mengisi data yang lengkap dari
nama, kode yang akan di inputkan kemudian alamat pemohon dan nomer telepon
pemohon agar penilai dapat menentukan pemohon tersebut. Tampilan form
master
[image:63.612.111.501.257.547.2]pemohon terlihat pada Gambar dibawah ini.
Gambar Form 4.3
Master
Pemohon
4.4.4 Form
Master
Atribut
Form
master
atribut digunakan untuk mengolah dan menginputkan data
atribut. Pemohon berhak mengisi syarat apa yang diajukan untuk melakukan kredit
motor tersebut seperti tanda pengenal KTP dan Kartu Keluarga. Tampilan form
Gambar form 4.4
Maintenace
Atribut
4.4.5 Form Data Pengajuan
Form data pengajuan digunakan untuk mengolah dan menginputkan data
pengajuan permohonan kredit seperi nomer pengisian pemohon,tanggal pemohon
menginputkan data serta nama pemohon itu sendiri sehingga penilai dapat
menentukan apakah pemohon berhak layak untuk kredit kepemilikan motor itu.
Gambar 4.5 Form Data pengajuan
4.4.6 Form Penilaian Atribut
Form penilaian atribut digunakan untuk mengolah dan menginputkan data
penilaian atribut dari penilai. Jadi hanya seorang penilai yang bisa menentukan layak
atau tidaknya. pemohon tampilan form ini terletak dari daftar atribut pemohon itu
Gambar 4.6 Form Penilai Atribut
4.4.7 Form Perhitungan Scoring System
Form perhitungan scoring system digunakan untuk melakukan proses
perhitungan jawaban penilai dengan menggunakan metode scoring system sehingga
diperoleh hasil perhitungan berupa kelayakan permohonan kredit dari pemohon.
Gambar 4.7 Form Perhitungan Scoring System
4.4.8 Form Laporan hasil Pemohon
Form ini digunakan untuk mencetak hasil laporan pemohon apakah pomohon
berhak untuk mengajukan kelayakan kredit motor apa tidak terlihat dari tabel hasil
perhitungan pemohon yang akan dinilai dan dari hasil permohonan kredit yang
60
EVALUASI DAN UJICOBA
5.1
Ujicoba Aplikasi
Untuk menjalankan Apl