• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENGARUH KEPUASAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PG. WATOETOELIS KRIAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA PENGARUH KEPUASAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PADA PG. WATOETOELIS KRIAN SIDOARJO."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

S K R I P S I

ANALISA PENGARUH KEPUASAN DAN MOTIVASI KERJA

TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI

PADA PG. WATOETOELIS KRIAN

SIDOARJO

Yang diajukan

MIRA LISTYAWARDHANI 0312010512 / FE / EM

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 21 Mei 2010

Pembimbing : Tim Penguji :

Ketua

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Dra. Ec. Hj. Nur Mahmudah, MS

Sekretaris

Dra. Ec. Malicha

Anggota

Pandji Soegiono, SE, MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisa Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Motivasi Terhadap Kinerja

Karyawan Bagian Produksi PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Surabaya” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh. Soedarto, MT, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jawa Timur, dan Dosen Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulisan

ini.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS, selaku Ketua Program Studi Manajemen

(3)

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang telah memberikan ilmu yang

sangat bernilai. Sehingga ucapan terima kasihpun dirasa belum cukup untuk

menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah

diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Ilahi.

5. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas

semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Maret 2010

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 9

2.2. Landasan Teori ... 10

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ... 10

2.2.2. Kecenderungan / Trend Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia ... 12

2.2.3. Kepuasan Kerja... 14

2.2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja... ... 16

2.2.3.2. Akibat Tidak Terpenuhinya Kepuasan Kerja... ... 18

(5)

2.2.5. Kinerja ... 27

2.2.5.1. Penilaian Kinerja ... 32

2.2.5.2. Beberapa Faktor Penyebab Biasnya Penilaian Kinerja . 33 2.2.6. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan .. 34

2.2.7. Pengaruh antara Motivasi dengan Kinerja... 35

2.3. Kerangka Konseptual ... 38

2.4. Hipotesis... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 40

3.1.1. Definisi Operasional ... 40

3.1.2. Pengukuran Variabel... 42

3.2. Teknik Penentuan Sampel... 42

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 43

3.3.1. Jenis Data... 43

3.3.2. Sumber Data ... 44

3.3.3. Pengumpulan Data... 44

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 44

3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas... 44

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat ... 45

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat ... 45

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat ... 46

3.4.3. Uji Normalitas Data ... 46

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Diskripsi Obyek Penelitian ... 52

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 52

4.1.2. Struktur Organisasi ... 54

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 61

4.2.2. Deskripsi Kepuasan Kerja(X1)... 62

4.2.3. Deskripsi Motivasi(X2) ... 64

4.2.4. Deskripsi Kinerja Karyawan(Y)... 65

4.3. Analisis Data ... 66

4.3.1. Uji Outliers Multivariate... 66

4.3.2. Uji Reliabilitas... 68

4.3.3. Uji Validitas ... 69

4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted... 70

4.3.5. Uji Normalitas ... 71

4.3.6. Analisis Model One – Step Approach to SEM... 72

4.3.7. Uji Kausalitas ... 75

4.4. Pembahasan... 76

4.4.1. Pengujian Hipotesis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 76

4.4.2. Pengujian Hipotesis Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan... 78

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 80

(7)
(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Produksi PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo Tahun 2005 sampai Tahun 2009... 5

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 60

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 61

Tabel 4.3. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Kerja

(X1) ... 62

Tabel 4.4. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Motivasi (X2) ... 63

Tabel 4.5. Frekuensi Hasil Jawaban Responden Mengenai Kinerja Karyawan (Y) ... 64

Tabel 4.6. Residuals Statistics... 66

Tabel 4.7. Pengujian Reliability Consistency Internal... 67

Tabel 4.8 Standardize Faktor Loading dan Construct dengan

Confirmatory Factor Analysis... 68

Tabel 4.9 Construct Reliability dan Variance Extracted... 69

Tabel 4.10. Assessment Of Normality... 71

Tabel 4.11. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Base Model... 72

Tabel 4.12. Variabel yang Dimodifikasi Dalam Model... 73

Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step

Approach – Modifikasi... 74

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Respon Karyawan Terhadap Ketidakpuasan ... 17

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 37

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. Perkebunan Nusantara X (Persero)

Surabaya ... 54

Gambar 4.2. Model Pengukuran & Struktural Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja Dan Kinerja Karyawan, Model: One Step Approach –

Base Model... 72

Gambar 4.3. Model Pengukuran & Struktural Kepuasan Kerja, Motivasi Kerja Dan Kinerja Karyawan, Model: One Step Approach –

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Data Tanggapan Responden Terhadap Kepuasan Kerja (X1),

Motivasi Kerja (X2), Dan Kinerja Karyawan (Y)

(11)

ANALISA PENGARUH KEPUASAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI

PADA PG. WATOETOELIS KRIAN SIDOARJO

Oleh :

Mira Listyawardhani

Abstraksi

Penelitian ini dilakukan pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo. Selama 5 tahun terakhir dari tahun 2005 – 2009 cenderung mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan adanya masalah yang terjadi pada bagian Produksi PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepuasan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 110 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM diagram yang akan mempermudah untuk melihat pengaruh kepuasan kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan yang akan diuji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo, dan motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan bagian produksi pada PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan

perusahaan dituntut untuk mampu menigkatkan daya saing dalam rangka menjaga

kelangsungan hidup perusahaan. Untuk memperoleh kontribusi yang optimal,

perusahaan harus dapat memperlakukan sumber daya manusia sebagai layaknya

faktor produksi lainya yang dimiliki perusahaan. Oleh karenanya wajib dilindungi

dan dipelihara sehingga mampu memberikan kontribusi bagi perusahaan.

Sumber daya manusia merupakan harta yang paling penting bagi suatu

organisasi (Rachman, 1999). Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian serius

sehingga tujuan organisasi dapat tercapai baik jangka panjang meupun jangka

pendek. Salah satu sasaran penting dicapai oleh perusahaan dalam rangka

mengembangkan sumber daya manusia adalah menciptakan kepuasan kerja

karyawan sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam organisasi,

sehingga karyawan dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan jabatan dan posisi

mereka. Karyawan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan

komitmen mereka terhadap perusahaan secara keseluruhan. (Puspita, 2007; 212)

Tingkat kepuasan kerja karyawan akan tercermin pada perasaan karyawan

terhadap pekerjaannya, yang diwujudkan dalam bentuk sikap positif terhadap

(13)

Karyawan tipe ini tidak lagi memandang bahwa pekerjaan sebagai beban tugas

dan paksaan melainkan memandang pekerjaan adalah suatu kesenangan dan

keharusan untuk kesejahteraan bersama. Oleh karena itu kepuasan kerja menjadi

hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya

manusia.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Handoko (1994) bahwa kepuasan kerja

adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan

mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Dan Martoyo (1987)

menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan terjadi

atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan

dengan tingkat nilai balas tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh

karyawan perusahaan yang bersangkutan. (Puspita, 2007; 212).

Hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan seperti yang

dinyatakan oleh Robbins (1998: 24) yang menyatakan bahwa disadari atau tidak

seseorang dalam bekerja akan selalu dipengaruhi oleh perasaannya, yang perasaan

ini dapat mempengaruhi sikap maupun tingkah lakunya dalam bekerja. Setiap

orang akan selalu menginginkan keadaan sedapat mungkin bisa memberikan

kepuasan bagi dirinya. Dengan sendirinya ia akan dapat bekerja dengan lebih

bergairah dan lebih bersemangat, serta dapat mencurahkan segenap kemampuan

atau perhatiannya pada pekerjaan, sehingga secara tidak langsung kinerjanya juga

(14)

Kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung kepada motivasi kerja

para karyawan. Motivasi sendiri berkaitan dengan arah dari perilaku individu yang

menyangkut perilaku yang dipilih seseorang bila terdapat beberapa alternatif,

kekuatan perilaku seseorang setelah melakukan pemilihan alternatif, dan

ketetapan perilaku tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Robbins (1998)

bahwa motivasi merupakankesediaan untukberusaha semaksimal mungkin untuk

mencapai tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan individu.

Hubungan motivasi dengan kinerja karyawan seperti yang dinyatakan oleh

(Hariandja, 2002 : 346) bahwa tanpa mengabaikan adanya beberapa faktor yang

mempengaruhi kinerja seseorang, motivasi merupakan suatu hal yang penting

dalam menentukan kinerja. Dalam hal ini, dijelaskan bahwa kinerja dipengaruhi

oleh tingkat usaha yang dilakukan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan

dan tingkat usaha ini berhubungan dengan konsep motivasi.

Keefektifan kinerja karyawan merupakan masalah yang harus dihadapi

oleh perusahaan, dimana organisasi arus lentur dan efisien supaya dapat

berkembang dengan pesat. Bagi organisasi kinerja yang efektif berarti output yang

ada harus dipertahankan meskipun jumlah pekerjaannya sedikit ataupun

produktifitasnya melaksankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan

(15)

Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyuningsih (2004) bahwa kinerja

karyawan adalah hasil proses penyelesaian suatu pekerjaan. Kinerja bukanlah

sekedar ketrampilan kerja atau jumlah barang yang dihasilkan dalam jumlah

tetrentu tetapi juag ketepatan bekerja. Kinerja juga dapat diartikan sebagai

keampuan seseorang dalam penguasaan bidang pekerjaannya, mempunyai minat

untuk melakukan pekerjaan tersebut, dan adanya kejelasan peran dan motivasi

pekerjaan yang baik. (Puspita, 2007; 217).

Karyawan akan bekerja secara optimal apabila dengan bekerja mereka

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Artinya perusahaan harus benar-benar

memperhatikan tingkat kebutuhan karyawannya. Kinerja yang tinggi dapat

tercipta apabila karyawan merasa senang dan nyaman dalam bekerja. Dengan

demikian karyawan mendapatkan apa yang diperolehnya dan dengan kinerjanya

yang tinggi tersebut perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang diinginkan.

Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah kinerja PT. Perkebunan

Nusantara X (Persero) Surabaya yang cenderung terus mengalami penurunan.

Berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang telah dilakukan pada

PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Surabaya, peneliti menemukan suatu

keadaan dimana kinerja karyawan, yang dilihat dari hasil produksi per tahun,

(16)

Adapun data PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo terhadap hasil produksi

selama 5 tahun terakhir, mulai dari tahun 2005 - 2009 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1.

Data Produksi PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo Tahun 2005 sampai Tahun 2009

Periode (Tahun)

Hasil Produksi (Ton)

2005 1288,363

2006 1586,272

2007 1605,545

2008 1418,363

2009 1196,818 Sumber : PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo, tahun 2010

Dari tabel 1.1, dapat diketahui bahwa pada tahun 2005 – 2009 data

produksi PG. Watoetoelis Krian Sidoarjo cenderung mengalami penurunan. Hal

ini menunjukkan adanya masalah yang terjadi pada bagian Produksi PG.

Watoetoelis Krian Sidoarjo.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dan

kajian yang lebih mendalam tentang pengaruh kepuasan kerja, motivasi, dan

kinerja karyawan. Selanjutnya dijadikan sebagai penelitian dengan judul “Analisa

pengaruh kepuasan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan bagian produksi

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di depan,

maka rumusan masalah yang dapat diangkat adalah :

1. Apakah variabel kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan

bagian produksi pada PG. Watoetoelis KrianSidoarjo?

2. Apakah variabel motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan bagian

produksi pada PG. Watoetoelis KrianSidoarjo?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas dapat

dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh variabel kepuasan kerja terhadap kinerja

karyawan bagian produksi pada PG. Watoetoelis KrianSidoarjo.

2. Untuk mengetahui pengaruh variabel motivasi kerja terhadap kinerja

karyawan bagian produksi pada PG. Watoetoelis KrianSidoarjo.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian dan penyusunan skripsi ini diharapkan mampu memberikan

masukan dan pengetahuan yang bermanfaat baik bagi penulis, perusahaan maupun

(18)

7

Bagi Perusahaan

Memberikan informasi bagi perusahaan yang diamati yaitu dapat

mengetahui seberapa besar kepuasan kerja karyawan dan motivasi kerja terhadap

organisasi, sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai dasar dalam meningkatkan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang releven dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Dyah Aruning Puspita (JABM, 2007) dengan judul

“Pengaruh Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi Dan Motivasi Terhadap

Kinerja Karyawan”.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kepuasan kerja,

komitmen organisasi dan motivasi terhadap kinerja karyawan Instalasi farmasi

RSUD Dr. Soebandi Jember baik secara simultan maupun secara parsial.

Sampe dalam penelitian ini adalah karyawan Instalasi farmasi RSUD

Dr. Soebandi Jember yang berjumlah 44 orang. Untuk mengui kehandalan dan

kevalidan dari jawaban responden maka digunakan uji validitas dan uji reliabilitas

serta dilakukan uji asumsi klasik. Sedangkan untuk menguji hipotesis penelitian

digunakan analisis regresi linear berganda.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh secara

simultan antara kepuasan kerja, komitmen organisasi dan motivasi terhadap

kinerja karyawan Instalasi farmasi RSUD Dr. Soebandi Jember, dan terdapat

pengaruh secara parsial antara kepuasan kerja, komitmen organisasi dan motivasi

terhadap kinerja karyawan Instalasi farmasi RSUD Dr. Soebandi Jember, serta

variabel motivasi memberikan pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan

(20)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia

Keberadaan manajemen sumber daya manusia dipandang sebagai suatu

gerakan pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang

potensial untuk dikembangkan, dan peranannya yang begitu vital dan paling

menentukan dibandingkan dengan unsur-unsur sumber daya lainnya. Menurut

Gomes (1997:2) secara sederhana pengertian manajemen sumber daya manusia

adalah mengelola sumber daya manusia. Dari keseluruhan sumber daya yang

tersedia dalam suatu organisasi, baik organisasi publik maupun swasta, sumber

daya manusialah yang paling penting dan sangat menentukan. Sumber daya

manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan,

keinginan, kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya.

Semua potensi sumber daya manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap upaya

organisasi dalam pencapaian tujuannya. Betapa pun majunya teknologi,

berkembangnya informasi, tersedianya modal dan memadainya bahan, namun jika

tanpa sumber daya manusia maka akan sulit bagi organisasi untuk mencapai

tujuannya.

Manajemen sumber daya manusia sebenarnya merupakan suatu gerakan

pengakuan terhadap pentingnya unsur manusia sebagai sumber daya yang

potensial, yang perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu

memberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan bagi pengembangan

dirinya. Manajemen sumber daya manusia dianggap sebagai suatu gerakan yang

(21)

daya manusia dalam suatu organisasi, adanya tantangan-tantangan yang semakin

besar dalam pengelolaan sumber daya manusia, serta terjadinya pertumbuhan ilmu

pengetahuan dan profesionalisme di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.

Tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya mengelola

unsur manusia dengan segala potensi yang dimilikinya seefektif mungkin

sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas (satisfied) dan

memuaskan (satisfactory) bagi organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia

merupakan bagian dari manajemen umumnya yang memfokuskan diri pada unsur

sumber daya manusia.

Lingkup manajemen sumber daya manusia meliputi semua aktivitas yang

berhubungan dengan sumber daya manusia dalam organisasi. Menurut Gomes

(1997:4) aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan dengan manajemen sumber

daya manusia ini secara umum mencakup :

a. Rancangan Organisasi.

b. Staffing.

c. Sistem Reward, tunjangan-tunjangan.

d. Manajemen Performansi.

e. Pengembangan Pekerja dan Organisasi.

f. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat.

Keterlibatan pekerja dalam kegiatan-kegiatan seperti itu dirasakan sangat

penting. Para manajer harus berusaha mengintegrasikan kepentingan dari para

(22)

2.2.2. Kecenderungan / Trend Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen Sumber Daya Manusia terus berkembang sejalan dengan

kemajuan dan tantangan jaman. Suatu perkembangan yang patut diperhatikan

dalam Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ditemukannya

kecenderungan-kecenderungan baru yang akan berdampak sangat positif terhadap perkembangan

dan efektivitas organisasi. Menurut Gomes (1997:13) telah ditemukan

kecenderungan / trend di dalam organisasi, yakni :

a. Meningkatnya bobot fungsi sumber daya manusia.

Banyak organisasi yang memikirkan secara menyeluruh tentang para

pekerjanya. Ada kecenderungan yang pasti ke arah pemikiran dan

perencanaan bagi efektivitas pemakaian sumber daya manusia. Hal ini

menempatkan fungsi sumber daya manusia menjadi perhatian utama

(mainstream).

b. Meningkatnya pengembangan manajemen.

Kebanyakan organisasi yang menyadari bahwa jika mereka ingin lebih efektif

berhubungan dengan sumber daya manusianya, maka para manajer akan diberi

beban tugas yang lebih banyak, dan untuk itu mereka perlu dididik dan

dikembangkan untuk melaksanakan pekerjaan. Hal ini didorong oleh

tekanan-tekanan persaingan yang dirasakan. Kecepatan perubahan yang begitu cepat

menuntut para manajer selalu memperbaharui dan terlatih pada basis-basis

yang teratur. Hal ini menuntut adanya pendidikan bagi mereka mengenai

bagaimana menjalankan tugas-tugas itu semua dengan baik. Organisasi /

(23)

untuk mempertahankan budaya dan nilai organisasi / perusahaan, termasuk di

dalamnya gaya dan falsafah manajemen.

c. Integrasi program sumber daya manusia.

Berbagai bagian dari sistem sumber daya manusia sedang diintegrasikan ke

dalam suatu gestalt sumber daya manusia juga diintegrasikan ke dalam sistem

manajemen dan perencanaan organisasi. Informasi yang berasal dari sistem

manajemen performansi akan menjadi dasar penilaian performansi dan

pengembangan program pendidikan organisasi. Karena arus data dan berbagai

aspek dari program sumber daya manusia itu menjadi begitu terkait. Mereka

saling bertukar gagasan, pemikiran, dan informasi secara rutin, serta bekerja

sama demi hasil yang terbaik bagi organisasi dan para pekerjanya.

d. Meningkatnya perhatian terhadap sikap-sikap pekerja.

Meningkatnya tingkat pendidikan, perubahan kebutuhan dan nilai-nilai dari

para pekerja, persepsi dan harapan-harapan baru mereka mengenai kerjanya

hanya merupakan alasan mengapa organisasi-organisasi perlu lebih dekat pada

para pegawainya dan melibatkan lebih banyak mereka. Organisasi-organisasi

juga menyadari untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para pekerja,

memotivasi dan mengkomunikasi secara lebih efektif.

e. Meningkatnya perhatian terhadap kultur dan nilai organisasi.

Banyak organisasi yang merumuskan nilai-nilai mereka dan

mengembangkannya berdasarkan sejarah dan tradisi mereka sendiri. Karena

organisasi-organisasi bergerak lebih cepat dari struktur unit fungsional dan

(24)

baik untuk membantu organisasi-organisasi itu agar dapat bekerja sama secara

lebih lancar. Mereka membangun berdasarkan sejarah dan tradisi mereka,

mengidentifikasikan kelebihan-kelebihannya yang membuat mereka unik dan

berbeda. Para ahli sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat

penting untuk dimainkan dalam semua hal.

2.2.3. Kepuasan Kerja

Salah satu sasaran pentingnya dalam pengelolaan sumber daya manusia

dalam suatu perusahaan adalah terciptanya kepuasan karyawan yang lebih lanjut

akan meningkatkan prestasi kerja. Dengan kepuasan kerja tersebut pencapaian

tujuan perusahaan akan lebih baik dan akurat.

Handoko (1994) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan

emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para

karyawan memandang pekerjaan mereka. Didukung oleh Martoyo (1987) yang

menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan terjadi

atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan

dengan tingkat nilai balas tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh

karyawan perusahaan yang bersangkutan. (Puspita, 2007; 212)

Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan bentuk sikap karyawan terhadap

pekerjaannya pada perusahaan tempat bekerja, yang diperoleh berdasarkan

persepsinya. Davis dan Newstrom (1993:105) menyatakan, kepuasan kerja

sebagai serangkaian perasaan menyenangkan atau tidaknya (favorable or

(25)

mendefinisikan kepuasan kerja adalah sikap seseorang secara umum terhadap

pekerjaannya.

Kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan pada umumnya tercermin

dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang

dihadapi ataupun ditugaskan kepadanya di lingkungan kerjanya. Sebaliknya

apabila kepuasan kerja tidak tercapai maka akan berakibat buruk pada perusahaan.

Akibat buruk itu berupa kemalasan, kemangkiran, mogok kerja, pergantian tenaga

kerja dan akibat buruk yang merugikan lainnya.

Pendapat Tiffin dalam As’ad (2002:104) menytakan bahwa kepuasan kerja

berhubungan erat dengan sikap dari pekerja terhadap pekerjaannya sendiri, situasi

kerja, kerjasama antar pimpinan dengan sesama pekerja”.

Riggio (1996:219) menyatakan, “Job satisfaction consist of the feelings and

attitude one has about one’s job. All aspects of particular job, good and bad, positive

and negative, are likely to contribute to the development of feelings of satisfaction”.

Artinya kepuasan kerja terdiri dari perasaan dan sikap seseorang mengenai pekerjaan

tersebut. Meliputi semua aspek dari suatu pekerjaan tertentu baik dan buruk, positif

dan negatif, dikontribusikan pada pengembangan dari perasaan puas.

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas maka dapat kita simpulkan

bahwa kepuasan kerja adalah perasaan positif atau menyenangkan yang timbul

dari diri seorang karyawan terhadap pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Bagi

seorang karyawan kepuasan kerja timbul bila keuntungan yang dirasakan dari

pekerjaan yang dilakukan olehnya dianggap cukup memadai bila dibandingkan

(26)

2.2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Mangkunegara (2000:120) menyebutkan dua faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja yaitu :

a. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis

kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian,

emosi, cara berfikir, persepsi, dan sikap kerja.

b. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat

(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan

promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja

Menurut Robbins (1996:152) mengindikasikan faktor-faktor penting

kepuasan kerja meliputi :

a. Pekerjaan Yang Menantang (mentally challenging work)

Karyawan cenderung menyukai pekerjaan yang memberi mereka kesempatan

menggunakan keterampilan dan kemampuan dan menawarkan beragam tugas,

kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mengerjakan pekerjaan

mereka. Karakteristik seperti ini membuat kerja secara mental menantang.

b. Pemberian Upah Yang Adil (equitable rewards)

Karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang

dipersepsikan adil, tidak membingungkan dan sesuai dengan harapan.

c. Kondisi Kerja Yang Mendukung (supportive working conditions)

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk keamanan pribadi maupun

untuk memudahkan mengerjakan tugas – tugasnya dengan baik. Karyawan

(27)

d. Rekan Kerja Yang Mendukung (supportive colleagues)

Rekan kerja yang ramah dan mendukung dapat meningkatkan kepuasan dalam

bekerja.

Jika kondisi tantangan pekerjaan sedang, pemberian imbalan dan promosi

dipersepsikan adil, kondisi fisik organisasi tidak berbahaya dan nyaman, serta

adanya rekan kerja yang ramah dan mendukung, maka akan tercipta kepuasan

kerja.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingginya kepuasan kerja akan

menimbulkan kesehatan mental dan fisik yang baik, memudahkan karyawan

untuk belajar tentang pekerjaan yang baru, dapat menyelesaikan pekerjaan dengan

cepat, rendahnya tingkat kecelakaan dan rendahnya catatan yang berkenaan

dengan keluhan-keluhan tentang organisasi.

Blum (dalam As’ad, 2002:114) mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja adalah sebagai berikut :

a. Faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan.

b. Faktor sosial, meliputi hubungan kekeluargaan, pandangan masyarakat,

kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik,

dan hubungan kemasyarakatan.

c. Faktor utama dalam pekerjaaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman

kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga penghargaan

terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, ketepatan di dalam

menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang

(28)

Menurut Puspita (2007: 218) bahwa kepuasan kerja diukur dengan

menggunakan 6 indikator, antara lain:

1. Pengupahan

2. Hubungan dengan pihak lain

3. Supervisi / pengawasan

4. Iklim organisasi

5. Penghargaan dari pimpinan

6. Rasa kekeluargaan

2.2.3.2. Akibat Tidak Terpenuhinya Kepuasan Kerja

Ketidakpuasan karyawan dapat dinyatakan dalam berbagai cara. Misalnya

mengeluh, tidak patuh dan mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kerja

mereka.

Aktif

EXIT SUARA

Destruktif Konstruktif

PENGABAIAN KESETIAAN

Pasif

Sumber : Robbins.1996. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Jilid 1, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Prenhallindo, hal 185

Gambar 2.1

(29)

Indikasi menurunnya kepuasan kerja perlu diketahui sedini mungkin agar

dapat dicari jalan untuk pencegahannya dan penyelesaikan sebelum hal tersebut

hal tersebut berlarut-larut. Bila terlihat beberapa gejala-gejala seperti karyawan

bekerja tanpa semangat, absensi yang meningkat merupakan suatu gejala dari

menurunnya kepuasan kerja karyawan.

Gambar diatas menggambarkan empat respon yang berbeda satu sama lain

sepanjang dua dimensi, yaitu konstruksif/destruktif dan aktif/pasif. Respon

terhadap ketidakpuasan dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Exit (keluar) ialah perilaku yang diarahkan ke arah meninggalkan organisasi

mencakup pencarian suatu posisi baru maupun meminta berhenti.

b. Voice (suara) ialah perilaku aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki

kondisi. Mencakup saran perbaikan, membahas problem-problem dengan

atasan dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh.

c. Loyalty (kesetiaan) ialah perilaku yang pasif tapi optimis menunggu kondisi

membaik, mencakup berbicara membela organisasi menghadapi kritik ke luar

dan mempercayai organisasi serta manajemennya untuk “melakukan hal yang

tepat”.

d. Neglect (pengabaian) ialah secara pasif membiarkan kondisi memburuk,

termasuk kemangkiran atau datang secara kronis, upaya yang dikurangi dan

tingkat kekeliruan yang meningkat.

Menurut Robbins (1996:185), “Perilaku keluar dan pengabaian meliputi

variabel-variabel kinerja yaitu produktifitas, kemangkiran dan keluarnya

(30)

dan kesetiaan, perilaku-perilaku konstruktif yang memungkinkan

individu-individu mentolerir situasi yang tidak menyenangkan atau menghidupkan kembali

kondisi kerja yang memuaskan. Model itu membantu kita untuk memahami

situasi, seperti yang kadang-kadang dijumpai di sekitar pekerja (serikat buruh)

dimana kepuasan kerja yang rendah dibarengi dengan tingkat keluarnya karyawan

yang rendah. Anggota serikat buruh sering mengungkapkan ketidakpuasan lewat

prosedur keluhan atau lewat perundingan kontrak yang formal. Mekanisme suara

ini memungkinkan anggota serikat buruh untuk melanjutkan pekerjaan mereka

sementara meyakinkan diri bahwa mereka sedang bertindak memperbaiki situasi.

2.2.4. Motivasi

Menurut Robbins (1998:168), motivasi merupakan kesediaan untuk

berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi yang

dikondisikan oleh kemampuan untuk memenuhi kebutuhan individu. Motivasi itu

sendiri berkaitan dengan arah dari perilaku individu yang menyangkut perilaku

yang dipilih seseorang bila terdapat beberapa alternatif, kekuatan perilaku

seseorang setelah melakukan pemilihan alternatif, dan ketetapan perilaku tersebut.

Secara sederhana motivasi adalah dorongan dari dalam yang mampu

menggerakkan seseorang dari kondisi sikap yang pasif dan tidak tertarik akan

suatu hal hingga melakukan suatu tindakan yang dinamis. Motivasi ditentukan

oleh kebutuhan-kebutuhan yang terdapat pada diri seseorang dan tujuan-tujuan

dalam lingkungan yang berusaha dicapai. Dan karyawan yang termotivasi

(31)

dan cenderung lebih produktif dibanding karyawan yang tidak dimotivasi atau

karyawan yang apatetik.

Menurut Flippo (1994; 177) bahwa motivasi adalah suatu keterampilan

dalam memadukan kepentingan karyawan dan kepentingan organisasi, sehingga

keinginan karyawan dipuaskan bersamaan dengan tercapainya sasaran organisasi.

Menurut Chandra (2001; 30), motivasi adalah dorongan dalam diri seseorang

untuk menunjukkan perilaku yang diarahkan kepada tujuan tertentu. Menurut teori

motivasi prestasi atau achievement motivation theory yang dikemukakan oleh

David Mc. Celland dalam buku Nguyen (2003), faktor-faktor motivasi kerja

karyawan pada suatu organisasi meliputi: kebutuhan akan prestasi, kebutuhan

akan afiliasi, dan kebutuhan akan kekuasaan, dimana pemenuhan kebutuhan para

karyawan tersebut akan menimbulkan motivasi kerja yang tinggi, yang pada

akhirnya akan memberikan kontribusi terhadap kinerja dan kepuasan kerja

karyawan yang tinggi pula. (Endang Purnomowati, 2006; 339)

Gibson, Ivancevich, dan Donelly (1997:97) menyatakan bahwa motivasi

berhubungan dengan (1) arah perilaku, (2) kekuatan reaksi (misal usaha) setelah

karyawan memilih untuk melakukan seperangkat tindakan, dan (3) ketetapan

perilaku atau seberapa lama seseorang terus-menerus berperilaku dalam sikap

tertentu.

Steers (1991:189) menyatakan bahwa motivasi adalah kekuatan atau

penyebab seseorang untuk bertindak, motivasi mengarahkan perilaku seseorang

menuju pencapaian tujuan tertentu, dan memberi dukungan atas usaha dalam

(32)

Menurut Steers (1991:189) bahwa motivasi dipengaruhi tiga faktor antara

lain :

1. Faktor individual, faktor ini didasarkan bahwa setiap orang mempunyai

kualitas yang unik dan berbeda dalam kecerdasan, kemampuan, sikap, dan

kebutuhan. Pengaruh internal datang dari individu dalam bentuk

kebutuhan-kebutuhan dasar, kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan mental, karakteristik, pemicu perilaku,

dan sikap. Kekuatan internal ini mempengaruhi pikirannya, yang selanjutnya

akan mengarahkan perilaku orang tersebut. Pengaruh eksternal akan

menyebabkan perubahan atas perilaku seseorang, karena adanya kekuatan

yang ada di dalam individu yang dipengaruhi oleh faktor extern yang

dikendalikan oleh manajer.

2. Faktor pekerjaan, meliputi pola pekerjaan, besar tantangan yang terdapat pada

pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat rutin akan terasa membosankan

dan tidak menyengkan bagi beberapa karyawan, lain dengan pekerjaan yang

cukup menantang, dapat dinikmati oleh yang mengerjakannya, dan bisa

dibanggakan.

3. Faktor suasana kerja, aspek-aspek yang perlu diperhatikan diantaranya

hubungan dengan rekan dalam kelompok kerja atau organisasi, kondisi kerja,

kebijakan perusahaan, peraturan dan tata tertib, penghargaan, kenaikan

pangkat, dan tanggung jawab. Interaksi dari ketiga faktor ini menghasilkan

(33)

Salah satu teori yang paling komprehensif dari teori motivasi yang

digunakan dewasa ini adalah teori harapan (expectancy theory) yang merupakan

bagian dari teori motivasi. Sedangkan teori motivasi itu sendiri berdasarkan

hubungan antara upaya kerja, prestasi kerja dan hasil itu sendiri.

Manajer perlu mengenal motivasi eksternal untuk mendapatkan tanggapan

yang positif dari karyawan. Tanggapan yang positif ini menunjukkan bahwa

karyawan sedang bekerja demi kemajuan dari badan usaha. Manajer dapat

mempergunakan motivasi eksternal yang positif maupun yang negatif. Motivasi

positif memberikan penghargaan pada pelaksanaan kerja yang baik, sedang

motivasi negatif memperlakukan hukuman bila pelaksanaan kerja jelek.

Menurut Gibson, Ivanicevic, dan Donnelly (1991:101), adalah teori proses

motivasi memberikan penjelasan dan analisa tentang bagaimana perilaku

dibangkitkan, diarahkan, dipertahankan, dan dihentikan. Para manajer perlu

mengerti tentang proses motivasi dan bagaimana individual-individual

menentukan pilihan berdasarkan keinginan, penghargaan, dan pencapaian tujuan.

Expectancy theory atau sering disebut dengan teori harapan, yang

dikemukakan oleh Vroom, merupakan salah satu teori proses motivasi yang

berusaha untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara untuk menguatkan,

mengarahkan, memelihara dan menghentikan perilaku tertentu dari seorang

karyawan, agar setiap karyawan bekerja sesuai dengan keinginan manajer. Teori

harapan merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil

(34)

terhadap semangat kerja karyawan terkandung pada harapan yang akan diperoleh

di masa depan.

Berdasarkan teori harapan ini, maka individu diperkirakan akan menjadi

pelaksana dengan prestasi yang tinggi bila melihat 3 hal yaitu : jika terdapat suatu

kemungkinan yang besar bahwa usaha-usahanya akan mengarah kepada prestasi

yang baik/tinggi, suatu probabilitas yang tinggi bahwa prestasi tinggi yang

dicapainya akan mengarah kepada hasil-hasil yang menguntungkan, dan bahwa

hasil-hasil tersebut akan mengarah pada keadaan seimbang yang diharapkan. Hal

ini merupakan daya tarik yang efektif bagi karyawan.

Menurut Vroom dalam buku Gibson, Ivancevich, dan Donnelly

(1991:148) bahwa terdapat tiga komponen yang membentuk motivasi berdasarkan

proses yang menentukan pilihan antara beberapa alternatif dari kegiatan sukarela.

Teori ini dikenal sebagai Vroom’s VIE Theory :

1. Expectancy atau harapan adalah kesempatan yang didapat dari terjadinya

perilaku. Secara singkat expectancy berarti kemungkinan atau probabilitas

bahwa dengan melakukan suatu upaya tertentu maka akan dapat mencapai

prestasi kerja diharapkan. Misalnya setiap individu atau karyawan mempunyai

harapan untuk mampu berprestasi. Harapan ini mendorong karyawan untuk

melakukan suatu usaha yang dapat membantunya mencapai prestasi tersebut.

Dalam lingkungan kerja, setiap individu mempunyai suatu harapan pada

prestasi atas usaha yang dilakukannya (effort-performance). Harapan ini

menunjukkan persepsi individu mengenai beratnya mencapai perilaku tertentu,

(35)

probabilitas dari tercapainya perilaku tersebut. Misalnya, seorang individu

mungkin mempunyai harapan yang tinggi bahwa jika ia bekerja 24 jam sehari,

maka dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya. Sebaliknya orang

itu mungkin akan merasakan bahwa kemungkinan menyelesaikan pekerjaan

pada waktunya hanyalah kira-kira 40 % jika lamanya bekerja tidak sampai

24 jam sehari.

2. Instrumentalitas adalah terjadinya hubungan antara hasil tingkat pertama

(prestasi kerja) dengan hasil tingkat kedua (imbalan dan penghargaan).

Konsep dalam persepsi seseorang tentang hubungan tingkat pertama dan

kedua yang telah ditentukan. Ini menjelaskan kemungkinan terjadinya sasaran

karyawan melalui tercapainya harapan-harapan organisasi, dimana

instrumentalitas akan dinilai tinggi jika karyawan merasa bahwa imbalan yang

diberikan badan usaha atas hasil kerjanya memuaskan, dan sebaliknya

instrumentalitas akan dinilai rendah jika karyawan merasa kurang puas dengan

imbalan yang diterimanya.

Dalam instrumentalitas ini karyawan melakukan penilaian subyektif tentang

kemungkinan bahwa organisasi akan menghargai prestasi yang dihasilkan dan

akan memberikan imbalan kepada karyawan. Ini merupakan persepsi individu

bahwa kemungkinan hasil tingkat pertama akan berhubungan dengan hasil

tingkat kedua. Instrumentalitas adalah kadar keyakinan karyawan bahwa suatu

tindakan mengarah pada terwujudnya hasil tingkat kedua. Untuk memotivasi

karyawan, pihak pimpinan atau para manajer harus mengusahakan

(36)

bahwa harapan-harapan pribadi karyawan yang akan dapat tercapai melalui

pencapaian harapan badan usaha.

3. Valensi adalah kekuatan preferensi seseorang atas penghargaan tertentu yang

diberikan, seseorang akan sangat menghargai bonus lembur dan hari libur

yang diberikan bila bonus itu merupakan tujuan karyawan. Valensi berkenaan

dengan preferensi hasil prestasi kerja sebagaimana yang dilihat individu,

menyangkut seberapa besar individu menyukai atau tidak menyukai imbalan

yang diberikan organisasi atau badan usaha. Suatu hasil mempunyai valensi

positif apabila dipilih dan lebih disenangi, dan mempunyai valensi negatif

apabila tidak dipilih. Suatu hasil akan mempunyai valensi nol apabila orang

acuh tak acuh mendapatkannya atau tidak. Konsep valensi berlaku bagi hasil

tingkat pertama dan tingkat kedua. Misalnya seseorang mungkin akan memilih

menjadi seorang karyawan yang tinggi prestasi kerjanya (hasil tingkat

pertama), karena karyawan tersebut berpendapat bahwa ini akan menyebabkan

kenaikan upah (hasil tingkat kedua).

Menurut Puspita (2007:218) bahwa Motivasi diukur dengan menggunakan

5 indikator, antara lain:

1. Kebutuhan pemenuhan sandang

2. Kebutuhan pangan dan papan

3. Kebutuhan keselamatan dan keamanan

4. Kebutuhan sosial

(37)

2.2.5. Kinerja

Definisi kinerja dalam model harapan adalah persepsi individu bahwa

upaya yang mereka keluarkan mengarah ke suatu evaluasi yang mendukung dan

evaluasi yang mendukung itu akan menghasilkan imbalan yang mereka hargai.

Mengikuti model harapan dari motivasi, jika harapan yang diharapkan

karyawan untuk dicapai tidak jelas, jika kriteria untuk pengukuran sasaran

tersebut samar-samar, dan jika karyawan itu kekurangan keyakinan diri bahwa

upaya mereka akan mengarah ke penilaian yang memuaskan mengenai kinerja

mereka atau meyakini bahwa akan ada pembayaran yang tidak memuaskan oleh

organisasi bila sasaran kinerja mereka tercapai, kita dapat mengharapkan bahwa

individu-individu akan bekerja cukup jauh dibawah potensial mereka.

Wahyuningsih (2004) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil

proses penyelesaian suatu pekerjaan. Kinerja bukanlah sekedar ketrampilan kerja

atau jumlah barang yang dihasilkan dalam jumlah tetrentu tetapi juag ketepatan

bekerja. Kinerja juga dapat diartikan sebagai keampuan seseorang dalam

penguasaan bidang pekerjaannya, mempunyai minat untuk melakukan pekerjaan

tersebut, dan adanya kejelasan peran dan motivasi pekerjaan yang baik. (Puspita,

2007; 217).

Sedangkan menurut Suprihanto (1988;7) "Setiap kegiatan yang dilakukan

karyawan pasti menghasilkan sesuatu tetapi sesuatu sebagai hasil kegiatan

tersebut belum tentu merupakan kinerja yang diharapkan suatu badan usaha untuk

itu badan usaha menetapkan standar kinerja karyawan agar tujuan badan usaha

(38)

Menurut Bernardin dan Russel (1993 : 379) kinerja didefinisikan sebagai

berikut: “Performance is defined as the record of outcomes produced on a

specified job function or activity during a specified time period”. Ini berarti

kinerja merupakan suatu keluaran yang dihasilkan oleh karyawan yang merupakan

hasil dari pekerjaan yang ditugaskan dalam suatu waktu atau periode tertentu.

Penekanannya adalah pada hasil yang diselesaikan dalam periode waktu tertentu.

Untuk mengukur tingkat kinerja karyawan biasanya menggunakan

performance system yang dikembangkan melalui pengamatan yang dilakukan oleh

atasan dari masing-masing unit kerja dengan beberapa alternatif cara penilaian

maupun dengan cara wawancara langsung dengan karyawan yang bersangkutan.

Informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja tersebut dapat digunakan bagi

penyelia atau manajer untuk mengelola kinerja karyawan, mengetahui apa

penyebab kelemahan maupun keberhasilan dari kinerja karyawan sehingga dapat

dipergunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan target maupun langkah

perbaikan selanjutnya dalam mencapai tujuan badan usaha.

Menurut Bernardin dan Russel (1993 : 379) kinerja didefinisikan sebagai

berikut: “Performance is defined as the record of outcomes produced on a

specified job function or activity during a specified time period”. Ini berarti

kinerja merupakan suatu keluaran yang dihasilkan oleh karyawan yang merupakan

hasil dari pekerjaan yang ditugaskan dalam suatu waktu atau periode tertentu.

Penekanannya adalah pada hasil yang diselesaikan dalam periode waktu tertentu.

Untuk mengukur tingkat kinerja karyawan biasanya menggunakan

(39)

atasan dari masing-masing unit kerja dengan beberapa alternatif cara penilaian

maupun dengan cara wawancara langsung dengan karyawan yang bersangkutan.

Informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja tersebut dapat digunakan bagi

penyelia atau manajer untuk mengelola kinerja karyawan, mengetahui apa

penyebab kelemahan maupun keberhasilan dari kinerja karyawan sehingga dapat

dipergunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan target maupun langkah

perbaikan selanjutnya dalam mencapai tujuan badan usaha.

Menurut Bernardin dan Russel (1993: 383) dalam mengukur kinerja

karyawan dipergunakan sebuah daftar pertanyaan yang berisikan beberapa

dimensi kriteria tentang hasil kerja. Ada enam dimensi dalam menilai kinerja

karyawan, yaitu :

1. Quality

Merupakan hasil kerja keras karyawan yang sesuai tujuan yang ditetapkan

perusahaan sebelumnya. Jika hasil yang dicapai karyawan tinggi maka kinerja

karyawan dianggap baik oleh pihak perusahaan atau sesuai dengan tujuannya.

2. Quantity

Merupakan hasil kerja keras dari karyawan yang bisa mencapai skala

maksimal yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan. Dengan hasil yang

telah ditetapkan perusahaan tersebut maka kinerja para karyawan sudah baik.

3. Timeliness

Merupakan dimana karyawan dapat bekerja sesuai dengan standar waktu kerja

yang telah ditetapkan perusahaan. Dengan bekerja yang sesuai dengan standar

(40)

4. Cost Effectiveness

Merupakan penggunaan sumber daya dari karyawan yang digunakan secara

optimal dan efisien. Dengan penggunaan sumber daya yang efisien dan efektif

maka akan bisa mempengaruhi keefektifan biaya yang dikeluarkan oleh pihak

perusahaan dan menghasilkan keuntungan yang maksimum.

5. Need for Supervision

Merupakan kemampuan karyawan dalam bekerja dengan baik tanpa ada

pengawasan dari pihak perusahaan. Dengan tanpa ada pengawasan dari pihak

perusahaan maka para karyawan akan dapat bekerja dengan baik sehingga

kinerja dari karyawan akan mengalami peningkatan.

6. Interpersonal Impact

Dengan adanya karyawan yang mempunyai rasa harga diri yang tinggi

terhadap pekerjaannya maka karyawan berusaha untuk mencapai hasil terbaik

dalam pekerjaan tersebut. Oleh karena itu dengan rasa harga diri yang tinggi

terhadap pekerjaannya diharapkan para karyawan dapat meningkatkan

kinerjanya dalam bekerja.

Menurut Robbin (1996; 295) ada tiga kriteria dalam melihat kinerja

seseorang yaitu:

1. Hasil tugas individual (Individual task outcomes)

Menilai hasil tugas karyawan dapat dilakukan pada suatu badan usaha yang

sudah menetapkan standar kinerja sesuai dengan jenis pekerjaan, yang dinilai

berdasarkan periode waktu tertentu. Bila karyawan dapat mencapai standar

(41)

2. Perilaku (Behavior)

Organisasi terdiri dari banyak karyawan baik bawahan maupun atasan dan

dapat dikatakan sebagai satu kelompok kerja yang mempunyai lingkungan

sendiri, dimana setiap individu saling terlibat dan berkomunikasi, baik secara

formal maupun informal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

3. Ciri (Traits)

Ciri atau sifat karyawan umumnya berlangsung lama dan tetap sepanjang

waktu, tetapi adanya perubahan dan campur tangan dari pihak luar seperti

pelatihan akan mempengaruhi kinerja dalam berbagai hal.

Menurut Puspita (2007: 218) bahwa Kinerja Karyawan diukur dengan

menggunakan 4 indikator, antara lain:

1. Kualitas kerja

2. Kuantitas kerja

3. Keterampilan dan pengetahuan kerja

4. Pendidikan dan kesempatan berprestasi

Dengan mengidentifikasi aspek-aspek atau dimensi dari kinerja, maka

dapat diketahui efektivitas kinerja suatu pekerjaan yang telah dilakukan seorang

karyawan, sehingga akan lebih mudah bagi badan usaha untuk menentukan

penghargaan yang pantas diberikan kepada karyawan sesuai dengan kinerja yang

telah dicapainya. Hal ini akan dapat mendorong karyawan untuk lebih

mengembangkan diri dalam peran pekerjaannya sesuai dengan tuntutan badan

(42)

2.2.5.1. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja menurut Davis (1996 :341) penilaian kinerja merupakan

suatu proses di mana organisasi mengevaluasi hasil kerja yang dilakukan oleh

karyawan. Sehingga penilaian kinerja merupakan mekanisme yang dapat

digunakan untuk memastikan apakah setiap karyawan pada setiap tingkatan telah

menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dengan demikian sistem penilaian dapat

digunakan oleh badan usaha terutama Supervisor dan Manajer untuk

mengevaluasi kinerja, sehingga apabila ada hasil kerja menurun dapat diambil

suatu tindakan.

Menurut Cascio (1995:302) penilaian kinerja mempunyai dua tujuan yaitu

meningkatkan job performance masing-masing karyawan dan memberikan

informasi untuk karyawan dan manajer dalam pengambilan keputusan. Sesuai

dengan tujuan dari penilaian kinerja maka sebaiknya penilaian kinerja dilakukan

secara terbuka dan rahasia, maksud dari sifat terbuka yaitu: bahwa karyawan yang

dinilai berhak mengetahui penilaian yang dilakukan oleh atasannya, selain itu

apabila menurut karyawan penilaian yang dilakukan tidak sesuai atau tidak adil,

maka karyawan dapat mengajukan keberatan atas penilaian yang diberikan.

Dalam mengajukan keberatan karyawan harus dapat memberikan fakta-fakta

maupun alasan yang logis. Yang dimaksud dengan rahasia adalah bahwa penilaian

yang dilakukan hanya diketahui oleh penilai, karyawan yang dinilai dan pejabat

badan usaha. Badan usaha yang membutuhkan data tiap karyawan yang akan

(43)

2.2.5.2. Beberapa Faktor Penyebab Biasnya Penilaian Kinerja

Dalam memberi penilaian, penilai sering tidak berhasil untuk tidak

melibatkan emosionalnya. Sehingga penilaian menjadi bias. Menurut Handoko

(2001: 140) berbagai bias dalam penilaian kinerja yang umum terjadi adalah :

(1) Hallo effect, (2) Kesalahan kecenderungan terpusat, (3) Bias terlalu lunak, (4)

Prasangka pribadi dan (5) Pengaruh kesan terakhir.

Hallo effect, terjadi bila pendapat pribadi penilai tentang karyawan

mempengaruhi pengukuran prestasi kerja. Masalah ini paling mudah terjadi bila

para penilai harus mengevaluasi teman sendiri.

Kesalahan kecenderungan terpusat, terjadi karena banyak penilai yang

tidak suka menilai para karyawan, sehingga penilaian prestasi kerja cenderung

dibuat rata-rata. Pada formulir penilaian distorsi ini menyebabkan penilai

menghindari penilaian-penilaian yang ekstrim dan menempatkan penilaian pada

atau dekat dengan nilai tengah atau rata-rata.

Bias, terlalu lunak dan terlalu keras, kesalahan terlalu lunak disebabkan

oleh kecenderungan penilai untuk terlalu mudah memberikan nilai baik dalam

evaluasi prestasi kerja karyawan. Kesalahan terlalu berat disebabkan

kecenderungan penilai untuk terlalu ketat dalam memberikan nilai baik dalam

evaluasi prestasi kerja. Kedua kesalahan ini pada umumnya terjadi bila

standar-standar penilaian prestasi kerja tidak jelas.

Prasangka pribadi terjadi karena faktor-faktor yang membentuk prasangka

pribadi terhadap seseorang atau kelompok bisa mengubah penilaian. Sebab-sebab

(44)

Senioritas, Kesalahan agama dan Status sosial. Sedangkan pengaruh kesan

terakhir, terjadi bila menggunakan ukuran-ukuran prestasi kerja yang subyektif,

penilaian sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan karyawan yang paling akhir.

Kegiatan-kegiatan terakhir baik atau buruk cenderung lebih diingat oleh penilai.

2.2.6. PengaruhKepuasan Kerja TerhadapKinerja Karyawan

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia, kepuasan akan

merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapainya. Demikian pula halnya

dalam bekerja, setiap orang akan selalu menginginkan keadaan sedapat mungkin

bisa memberikan kepuasan bagi dirinya. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian

besar waktu yang digunakan seseorang di luar waktu tidurnya, dihabiskan dalam

pekerjaannya. Oleh karenanya, wajar dan sangat beralasan bila kepuasan kerja ini

selalu dijadikan tuntutan oleh setiap karyawan dalam bekerja. Walaupun

sesungguhnya, kepuasan kerja itu merupakan hak yang sudah sewajarnya diterima

atau dirasakan oleh setiap orang.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Robbins (1998:24) yang menyatakan

bahwa disadari atau tidak seseorang dalam bekerja akan selalu dipengaruhi oleh

perasaannya, yang perasaan ini dapat mempengaruhi sikap maupun tingkah

lakunya dalam bekerja. Dengan sendirinya ia akan dapat bekerja dengan lebih

bergairah dan lebih bersemangat, serta dapat mencurahkan segenap kemampuan

atau perhatiannya pada pekerjaan, sehingga secara tidak langsung kinerjanya juga

(45)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspita (JABM, 2007)

menunjukkan bahwa kepuasan kerja memberikan pengaruh terhadap kinerja

karyawan Instalasi farmasi RSUD Dr. Soebandi Jember.

Jadi apabila suatu perusahaan ingin meningkatkan efisiensi kerja atau

kinerja para karyawannya, maka sudah selayaknya bila perusahaan memberikan

perhatian yang serius pada masalah kepuasan kerja karyawan ini. Sebab

bagaimanapun juga seseorang tidak akan dapat bekerja dengan baik bila apa yang

dirasakan dalam bekerja tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Berdasarkan pendapat para ahli dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa kepuasan kerja memiliki pengaruh yang positif

terhadap kinerja karyawan.

2.2.7. Pengaruh antara Motivasi Kerja dengan Kinerja

Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang ataupun dari luar

yang mamu menggerakkan seseorang utuk bertindak ataupun berperilaku sesuai

dengan dorongan yang ada. Jika hal ini berhasil dilakukan dengan baik akan

memberikan kekuatan yang mengarah pada pencapaian tujuan yang diinginkan.

Konsep motivasi merupakan sebuah konsep penting dalam studi tentang

kinerja individual. Dengan perkataan lain, motivasi merupakan sebuah determinan

penting bagi kinerja individual. Jelas kiranya bahwa ia bukan satu-satunya

determinan, karena masih ada variabel-variabel lain, yang turut mempengaruhinya

(46)

Menurut James (Gibson et. Al dalam bukunya Winardi, 2002: 4)

mengatakan “Apabila kita mempelajari berbagai pandangan dan pendapat tentang

persoalan motivasi, maka dapat ditarik suatu kesimpulan tentang manusia yaitu :

motivasi berkaitan dengan kinerja dan perilaku

Motivasi individu secara langsung mendeterminasi upaya kerja dan kunci

ke arah motivasi yang berhasil adalah kemampuan dari manajemen untuk

menciptakan suatu kerangka kerja, yang secara positif bereaksi terhadap

kebutuhan-kebutuhan.dan tujuan-tujuan individu. Apabila individu mengharapkan

suatu imbalnan-imbalnan instrinsik untuk kinerjanya, maka motivasi akan

terpengaruh secara langsung serta positif.

Lebih lanjut, Winardi mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil perkalian

antara motivasi dengan kemampuan yang dimiliki oleh karyawan. Pemahaman

rumus sederhana yang dikemukakan memberikan gambaran yang cukup, tentang

bagian penting dari tugas manajer atau atasan, yaitu mengupayakan agar para

karyawan melaksanakan tugas-tugas mereka pada tingkat yang memuaskan.

Pernyataan tersebut diatas juga diungkapkan oleh Robbins (1996 : 233)

bahwa kinerja karyawan adalah fungsi interaksi antara kemampuan karyawan

dengan motivasi. Maksudnya, bila motivasi dilaksanakan secara bersama-sama

dengan kemampuan dari karyawan maka akan mempengaruhi kinerja karyawan.

Dengan adanya motivasi dan kemampuan, karyawan dapat melakukan

tugasnya dengan lebih baik dan dapat merangsang peningkatan rasa

tanggungjawab. Selain itu, motivasi juga mempunyai peranan dalam

(47)

Tanpa mengabaikan adanya beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja

seseorang, motivasi merupakan suatu hal yang penting dalam menentukan kinerja.

Dalam hal ini, dijelaskan bahwa kinerja dipengaruhi oleh tingkat usaha yang

dilakukan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dan tingkat usaha ini

berhubungan dengan konsep motivasi (Hariandja, 2002 : 346)

Menurut Riyadingsih (2002 : 37) karyawan yang memiliki motivasi yang

tinggi merupakan individu yang mampu mempertahankan standart kinerja yang

tinggi dan mempunyai keinginan untuk menyelesaikan tugas yang sulit. Individu

yang memiliki motivasi yang tinggi akan mempunyai sikap positif terhadap

kinerja yang dihasilkan karyawan tersebut

Berdasarkan pendapat para ahli dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat

diambil kesimpulan bahwa motivasi memiliki pengaruh yang positif terhadap

(48)

2.3. Model Konseptual

Gambar 2.2

(49)

39

2.4. Hipotesis

Berdasarkan pada perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan

teori, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :

1. Diduga kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan bagian

produksi pada PG. Watoetoelis KrianSidoarjo.

2. Diduga motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan bagian

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Kepuasan Kerja (X1) adalah serangkaian perasaan menyenangkan atau

tidaknya seseorang yang berkenaan dengan pekerjaannya.

Menurut Puspita (2007; 218) bahwa indikator untuk mengukur Kepuasan

Kerja (X1) meliputi :

X1.1 Pengupahan, yaitu cara dan prosedur pemberian gaji

X1.2 Hubungan dengan pihak lain, yaitu hubungan antara karyawan antar

karyawan dalam bagian

X1.3 Supervisi / pengawasan, yaitu pengawasan yang dilakukan atasan

kepada karyawannya dalam melakukan pekerjaan

X1.4 Iklim organisasi, yaitu kondisi dan suasana dalam perusahaan

X1.5 Penghargaan dari pimpinan, yaitu reward yang diberikan oleh

pimpinan kepada karyawanya yang berprestasi

X1.6 Rasa kekeluargaan, yaitu tingkat kedekatan dan keakraban antar

(51)

2. Motivasi (X2) merupakandorongan dalam diri seseorang untuk menunjukkan

perilaku yang diarahkan kepada tujuan tertentu.

Menurut Moeslaw dalam Puspita (2007; 218) bahwa indikator untuk

mengukur Motivasi (X2) meliputi :

X2.1 Kebutuhan pemenuhan sandang

X2.2 Kebutuhan pangan dan papan

X2.3 Kebutuhan keselamatan dan keamanan

X2.4 Kebutuhan sosial

X2.5 Kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri

3. Kinerja Karyawan (Y) adalah hasil kerja secara kuantitas dan kualitas yang

dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab

yang diberikan kepadanya

Menurut Puspita (2007; 218) bahwa indikator untuk mengukur Kinerja

Karyawan (Y) meliputi:

Y1 Kualitas kerja, yaitu hasil kerja keras karyawan yang sesuai tujuan yang

ditetapkan perusahaan sebelumnya

Y2 Kuantitas kerja, yaitu hasil kerja keras dari karyawan yang bisa

mencapai skala maksimal yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan

Y3 Keterampilan dan pengetahuan kerja, yaitu tingkat keterampilan dan

penguasaan karyawan terhadap pekerjaan yang dihadapi.

Y4 Pendidikan dan kesempatan berprestasi, yaitu tingkat pendidikan

(52)

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval dengan teknik

pengukuran menggunakan Semantic Differential Scale. Analisis ini dilakukan

dengan meminta responden untuk menyatakan pendapatnya tentang serangkaian

pertanyaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti dalam bentuk nilai yang

berada dalam rentang dua sisi. Digunakan jenjang 7 dalam penelitian ini

mengikuti pola sebagai berikut :

1 7

Sangat Tidak Sangat Setuju

Setuju

Tanggapan atau pendapat konsumen dinyatakan dengan memberi skor yang

berada dalam rentang nilai 1 sampai dengan 7 pada kotak yang tersedia di

sebelahnya, dimana nilai 1 menunjukkan nilai terendah dan nilai 7 nilai tertinggi.

Jawaban dengan nilai antara 1-4 berarti kecenderungan untuk tidak setuju dengan

pernyataan yang diberikan, sedangkan jawaban dengan nilai antara 5-7 berarti

cenderung setuju dengan pernyataan yang diberikan.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

(53)

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi pada

PG. Watoetoelis KrianSidoarjo yang berjumlah 110 orang.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2008:80).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Sugiyono, 2008:85).

Adapun jumlah sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebesar

110 responden. Hal ini dilakukan agar dapat memenuhi persyaratan jumlah

minimal sampel yang dikehendaki oleh alat analisis kuantitatif yang

ditetapkan

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah jenis data primer yaitu

jenis data yang diperoleh dengan memberikan kuisioner secara langsung pada

(54)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari

hasil pengisian kuesioner pada karyawan bagian produksi pada PG. Watoetoelis

KrianSidoarjo.

3.3.3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan riset lapangan yaitu

kegiatan penelitian dengan tujuan langsung ke obyek penelitian dengan :

a. Kuesioner yaitu cara pengumpulan data dengan jalan memberikan

pertanyaan-pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada para responden. Kuesioner dalam

penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu: variabel motivasi dan kepuasan kerja

ditujukan pada karyawan, sedangkan variabel kinerja karyawan ditujukan pada

pimpinan.

b. Interview yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

wawancara secara langsung terhadap responden untuk mengetahui pendapat

mereka secara langsung.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Reliabilitas dan Validitas

Variabel atau dimensi yang diukur melalui indikator-indikator dalam daftar

pertanyaan perlu dilihat reliabilitasnya dan validitasnya, dimana hal ini dijelaskan

(55)

a. Uji Validitas

Validitas yang digunakan adalah validitas konstruk (construct validity) yang

merujuk pada sejauh mana uji dapat mengukur apa yang sebenarnya kita ukur.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini ditafsirkan dengan menggunakan koefisien alpha cronbach. Jika nilai

alpha cukup tinggi (berkisar 0,50 – 0,60) dapat ditafsirkan suatu hasil

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih,

dengan kata lain instrumen tersebut dapat diandalkan. (Augusty, 2002 : 193)

3.4.2. Uji Outlier Univariat dan Multivariat

Outlier adalah observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim baik

secara univariat maupun multivariat yaitu yang muncul karena kombinasi

kharakteristik unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari

observasi-observasi lainnya (Augusty, 2002 : 52).

3.4.2.1. Uji Outlier Univariat

Deteksi terhadap adanya outlier univariat dapat dilakukan dengan

menentukan ambang batas yang akan dikategorikan sebagai outlier dengan cara

mengkonversi nilai data penelitian ke dalam standar score atau yang biasa disebut

dengan z-score, yang mempunyai rata-rata nol dengan standar deviasi sebesar

satu. Bila nilai-nilai itu telah dinyatakan dalam format yang standar (z-score),

maka perbandingan antar besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk

(56)

Augusty, 2002 : 98). Oleh karena itu apabila ada observasi-observasi yang

memiliki z-score > 3,0 akan dikategorikan sebagai outlier.

3.4.2.2. Uji Outlier Multivariat

Evaluasi terhadap multivariat ouliers perlu dilakukan sebab walaupun data

yang dianalisis menunjukkan tidak ada outlier pada tingkat univariat, tetapi

observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah saling dikombinasikan. Jarak

Mahalanobis (the Mahalanobis distance) untuk tiap observasi dapat dihitung dan

menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam sebuah

ruang multidimensional. Uji terhadap multivariat dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat  < 0,001. Jarak Mahalanobis itu dapat

dievaluasi dengan menggunakan nilai 2 pada derajat kebebasan sebesar jumlah

item yang digunakan dalam penelitian. Apabila nilai Jarak Mahalanobisnya lebih

besar dari nilai 2Tabel adalah Outlier Multivariat.

3.4.3. Uji Normalitas Data

Adapun metode yang digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut

berdistribusi normal atau tidak adalah menggunakan uji critical ratio dari

Skewness dan Kurtosis dengan ketentuan sebagai berikut :

Kriteria Pengujian :

Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data

mengikuti distribusi normal adalah :

a. Jika nilai critical yang diperoleh melebihi rentang + 2,58 maka distribusi

Gambar

Tabel 1.1.
Gambar 2.1
ModelGambar 2.2  Konseptual
Gambar 4.1.  Struktur Organisasi  PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) Surabaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2009

dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu metode alternatif, namun metode konvensional dengan kultur isolasi bakteri yang merupakan metode

Kedua, r epresentasi pendidikan karakter yang ada dalam trilogi novel N5M meliputi (1) nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan di indonesia yang

Penyusunan strategi yang terletak pada step ketiga dalam proses managemen strategik, tidak terpisahkan dengan kegiatan step pertama dan kedua, yaitu pembentukan

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kekuatan serta berkat rahmat dan hidayah penulis dapat menyelesaikan

[r]

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana cara membuat rancangan draf Standar Nasional Indonesia

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara normatif hanya 31,7% perawat RSUD Dr H Moh Anwar mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan limpahan tindakan medis